NBBP MASALAH PADA NEONATUS, BAYI, & BALITA Puri Kresna Wati, SST., MKM Isi Materi : 1. BBLR 2. Asfiksia 3. Sindrom Gangguan Pernafasan 4. Hiperbilirubin, Ikterus 5. Perdarahan Tali Pusat 6. Kejang 7. Hipotermi 8. Hipertermi 9. Hipoglikemi 10. Tetanus Neonatus BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Definisi BBLR • WHO Jika berat lahir < 2500 gram • Diperkirakan 15% - 20% kelahiran bayi di seluruh dunia adalah lahir dengan berat badan rendah setiap tahunnya. • Di Indonesia th. 2013 persentase BBLR mencapai 10,2%. Artinya 1 dari 10 bayi dilahirkan dengan BBLR. • WHO menargetkan untuk menurunkan 30% kasus BBLR pada tahun 2025. 3 Bentuk BBLR • Bayi prematur Pertumbuhan bayi dalam rahim normal, persalinan terjadi sebelum masa gestasi berusia 37 minggu. • Bayi Kecil untuk masa kehamilan (KMK) Pertumbuhan dalam rahim terhambat yang disebabkan oleh faktor dari bayi sendiri, plasenta ataupun faktor ibu. • Bayi prematur dan KMK Bayi prematur yang mempunyai berat badan lahir rendah untuk masa kehamilan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berdasarkan berat badan : • Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Bayi dengan berat lahir antara 1500 gram sampai dengan 2500 gram. • Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) Bayi dengan berat lahir antara 1000 gram sampai kurang dari 1500 gram. • Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) Bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram Faktor yang Mempengaruhi BBLR Pramono MS., Putro, G. dan Nantabah ZK. 2008. Risiko Terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah Menurut Determinan Sosial, Ekonomi dan Demografi di Indonesia, Surabaya: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan Risiko BBLR pada Bumil • Ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR yang mempunyai risiko kematian, gizi kurang, ganngguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. • Ibu dengan status gizi kurang sebelum hamil mempunyai risiko 4,2 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingan dengan ibu yg status gisi baik. Penanganan BBLR Dampak BBLR • BBLR sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan mordibitas janin. Keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif, kerentanan terhadap penyakit kronis di kemudian hari • Dampak lanjutan dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh (grouth faltering), anak pendek 3 kali lebih besar di banding non BBLR, pertumbuhan terganggu, penyebab wasting, dan risiko malnutrisi Pencegahan BBLR 1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat kali selama periode kehamilan yakni 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ke II. 2. Pada ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah lemak, kalori cukup, vitamin dan mineral termasuk 400 mikrogram vitamin B asam folat setiap hari. Pengontrolan berat badan selama kehamilan dari pertambahan berat bada awal dikisaran 12,5-15 kg . 3. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman berlkohol, aktivitas fisik yang berlebihan. 4. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, faktor resiko tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri selam kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin yang dikandung dengan baik. 5. Pengontrolon oleh bidan secara berkesinambungan sehingga ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat. ASFIKSIA Asfiksia Neonatorum • Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis Diagnosis 1. Denyut jantung janin Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya 2. Mekonium dalam air ketuban Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah. 3. Pemeriksaan pH darah janin Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia. Nilai APGAR Klasifikasi Asfiksi Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR : a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9 d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010). Penyebab Asfiksia Asfiksia dalam kehamilan a. Penyakit infeksi akut b. Penyakit infeksi kronik c. Keracunan oleh obat-obat bius d. Uremia dan toksemia gravidarum e. Anemia berat f. Cacat bawaan. Asfiksia dalam Persalinan a. Kekurangan O2. • Partus lama ( rigid serviks dan atonia/ insersi uteri). • Ruptur uteri yang memberatkontraksi uterus yang terusmenerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta. • Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta • Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul • Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya • Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta • Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri. b. Paralisis pusat pernafasan • Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps • Trauma dari dalam : akibat obat bius. Penanganan Asfiksia Ringan 1. Nilai keadaan bayi. 2. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril. 3. Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada. 4. Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain. 5. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan DeeLee, masukkan Dee-Lee 3-5 cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung. 6. Berikan asuhan bayi baru lahir normal. Penanganan Asfiksia Sedang 1. Nilai keadaan bayi. 2. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril. 3. Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada. Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5 cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung. Nilai keadaan bayi. Berikan rangsangan taktil dengan cara menggosok punggung bayi dan menepuk telapak kaki bayi. Berikan oksigen 1-2 liter/menit. Nilai kembali keadaan bayi. Berikan asuhan bayi baru lahir normal Penanganan Asfiksia Berat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nilai keadaan bayi. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril. Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada. Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5 cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung. Nilai keadaan bayi. Berikan rangsangan taktil dengan cara menggosok punggung bayi dan menepuk telapak kaki bayi. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Berikan oksigen 1-2 liter/menit. Nilai kembali keadaan bayi. Periksa alat – alat resusitasi. Atur kembali posisi bayi. Pasang sungkup menutupi dagu, hidung dan mulut. Tekan balon ambubag. Lakukan sebanyak 2x dan periksa gerakan dinding dada. Lanjutkan ventilasi sebanyak 20x/30 detik. Nilai frekuensi pernafasan bayi dan warna kulit bayi. Lakukan ventilasi selama 2-3 menit, jika belum membaik lakukan perujukan. Jika setelah 20 menit dilakukan ventilasi keadaan bayi belum membaik hentikan ventilasi SINDROM GANGGUAN PERNAPASAN Definisi • Sindrom gangguan napas ataupun sering disebut sindrom gawat napas (Respiratory Distress Syndrome/RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru • Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama Hyaline Membrane disease (HMD) atau penyakit membran hialin, karena pada penyakit ini selalu ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli Gejala RDS • Dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali/menit, • Sianosis, • Rintihan pada ekspirasi • Kelainan otot-otot pernapasan pada inspirasi RDS sering ditemukan pada bayi prematur Artinya semakin muda usia kehamilan ibu, semakin tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia kehamilan, semakin rendah pula kejadian RDS atau sindrome gangguan napas. Angka Kejadian 60-80 % terjadi pada bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu 15-30% terjadi pada bayi antara 32-36 minggi kehamilan Insiden pada bayi prematur kulit putih lebih tinggi dan lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki Sering juga ditemukan pada ibu yang menderita perfusi darah uterus selama hamil. Seperti pada ibu hamil dengan diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio serta perdarahan antepartum Penyebab RDS • Obstruksi saluran pernapasan bagian atas (atresia esofagus, atresia koana bilateral) • Kelainan parenkim paru (penyakit membran hialin, perdarahan paru -paru) • Kelainan di luar paru (pneumotoraks, hernia diafragmatika) Tanda Gejala RDS • Tanda dan gejala sindrom gangguan pernapasan sering • • • • • • disertai riwayat asfeksia pada waktu lahir atau gawat janin pada akhir kehamilan. Adapun tanda dan gejalanya adalah : Timbul setelah 6-8 jam setelah lahir Pernapasan cepat/hiperapnea atau dispnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali/menit Retraksi interkostal, epigastrium atau suprasternal pada inspirasi Sianosis Grunting (terdengar seperti suara rintihan) pada saat ekspirasi Takikardia yaitu nadi 170 kali/menit Klasifikasi Sindrom Gangguan Pernapasan Gangguan napas berat Dikatakan gangguan napas berat bila : Frekuensi napas dari 60 kali/menit dengan sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi Gangguan napas sedang Dikatakan gangguan napas sedang apabila : Pemeriksaan dengan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral Gangguan napas ringan Dikatakan gangguan napas ringan apabila : Frekuensi napas 60-90 kali/menit tanda tarikan dinding tanpa merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral Penaganan RDS • Bidan sebagai tenaga medis di lini terdepan diharapkan peka terhadap pertolongan persalinan sehingga dapat mencapai well born baby dan well health mother. Oleh karena itu bekal utama sebagai Bidan adalah Melakukan pengawasan selama hamil • Melakukan pertolongan hamil resiko rendah dengan memsnfaatkan partograf WHO • Melakukan perawatan Ibu dan janin baru lahir • Berdasarkan kriteria nilai APGAR maka bidan dapat melakukan penilaian untuk mengambil tindakan yang tepat diantaranya melakukan rujukan medik sehingga keselamatan bayi dapat ditingkatkan. • Penatalaksanaan RDS atau Sindrom gangguan napas adalah sebagai berikut : • Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan penghisap lendir dan kasa steril • Pertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi dengan kaki hangat • Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi agar bayi dapat bernafas dengan leluasa • Apabila terjadi apnue lakukan nafas buatan dari mulut ke mulut • Longgarkan pakaian bayi • Beri penjelasan pada keluarga bahwa bayi harus dirujuk ke rumah sakit • Bayi rujuk segera ke rumah sakit • Penatalaksanaan medik maka tindakan yang perlu dilakukan adalah sebagsai berikut : • Memberikan lingkungan yang optimal • Pemberian oksigen, tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang • Pemberian cairan dan elektrolit (glukosa 5% atau 10%) disesuaikan dengan berat badan • (60-125 ml/kgBB/hari) sangat diperlukan untuk mempertahankan homeostatis dan menghindarkan dehidrasi • Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder • Pemberian surfaktan oksigen PERDARAHAN TALI PUSAT Definisi • Merupakan suatu tali yang behubungan janin dengan uri atau plasenta. Di dalam rahim plasenta berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan makan dari plasenta ke janin. • Tali pusat biasanya berwarna kebiru biruan dan mempunyai panjang 2,5 – 5 cm setelah dipotong. • Secara fisiologis talipusat akan mengering setelah 15 hari pasca persalinan. • Jika selama 4mg talipusat belum kering, dapat mengakibatkan Tetanus Neonatorum. Tanda Infeksi Tali pusat : • Pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah • Keluar cairan yang berbau • Ada darah yang keluar terus menerus • Bayi demam tanpa sebab yang jelas Faktor yang mempengaruhi lepasnya tali pusat : • Timbulnya infeksi pada tali pusat Disebabkan karena perawatan tali pusat yang tidak memenuhi syarat kebersihan. • Kelembaban tali pusat Jika tali pusat tertutup sangat rapat • Kondisi sanitasi lingkungan Daerah sekitar neonatus jika banyak terdapat bakteri maka dapat mengakibatkan masuknya bakteri ke tali pusat • Cara perawatan tali pusat Harus dilakukan dengan menggunakan kasa steril, agar tali pusat tetap kering dan mengurangi kejadian infeksi Cara Merawat Tali Pusat • Menurut rekomendasi WHO prinsip perawatan tali pusat adalah berdasarkan prinsip aseptik, sedangkan cara perawatan tali pusat menurut WHO dibedakan menjadi perawatan tradisional dan perawatan medis. 1. Perawatan Tali pusat Tradisional • Kenya : dengan mengoleskan ASI pada tali pusat • India : Mengoleskan minyak ghee • Amerika Latin dan Asia : mengikat perut 2. Perawatan Tali pusat Modern • Menggunakan tali pengikat dari plastik (klem tali pusat) untuk mengikat • • • • tali pusat setelah dilakukan pemotongan Penggunaan alat potong steril dan tajam untuk memotong tali pusat Panjang tali pusat setelah dipotong dianjurkan sisa panjangnya adalah 34 cm dari dinding abdomen. Tujuannya adalah untuk mencegah terikatnya sebagian gud yang masuk ke umbilikus. Selain itu jika terlalu panjang dikhawatirkan sulit menjaga kebersihan jika terkena feses atau urine bayi. Sesudah dipotong tali pusat tidak langsung ditutup oleh kasa, untuk mencegah kelembaban. Pada bagian ujung tali pusat untuk menghindari sepsis, meningitis maka di pangkal tempat pemotongan diberikan obat antiseptik KEJANG PADA BBL Definisi • Kejang demam (febrile convulsion) adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 380 ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. • Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. • Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. • Pada percobaan yang dilakukan pada binatang, suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya kejang. Etiologi • Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan • • • • atas, otitis media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Efek produk toksik pada mikroorganisme Respon alaergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit. Ensefalitis viral ( radang otak akibat virus ) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofali toksik sepintas.