SOAL : - Uraikan perlindungan hukum yang diberikan oleh UU No. 20 tahun 1961 dan UU No. 2 tahun 2012 ketika pemerintah memerlukan tanah untuk pembangunan dengan melaksanakan pencabutan maka pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan kepentingan umum! Jawaban : Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pembangunan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Untuk mampu melaksanakan hal tersebut, tak jarang kita harus mengorbankan sesuatu yang kita miliki. Pencabutan hak atas tanah dan/atau benda yang ada diatasnya sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 1961 tentang Pencabutan Hak – Hak atas tanah dan Benda – benda yang ada diatasnya, hanya dilaksanakan benar – benar untuk kepentingan umum dan dilakukan dengan hati – hati serta dengan cara yang adil dan bijaksana dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Dalam pasal 10 Undang – undang No. 2 tahun 2012, berikut beberapa jenis pembangunan yang diperuntukkan untuk umum : 1. Pertahanan dan keamanan nasional; 2. Jal umum, tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api; 3. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya; 4. pelabuhan, bandar udara, dan terminal; 5. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi; 6. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik; 7. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah; 8. tempat pembuangan dan pengolahan sampah; 9. rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah; 10. fasilitas keselamatan umum; 11. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah; 12. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik; 13. cagar alam dan cagar budaya; 14. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa; 15. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa; 16. prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah; 17. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan 18. pasar umum dan lapangan parkir umum Berkaitan dengan pencabutan hak- hak atas tanah dan benda – benda yang ada diatasnya berdasarkan pasal 5 UU No. 20 tahun 1961 berhak untuk menerima pembayaran ganti-kerugian, yang jumlahnya ditetapkan dalam surat keputusan. Begitu pula dengan UU No. 2 tahun 2012 dalam pasal 5 menyatakan bahwa “Pihak yang Berhak wajib melpaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanh untuk kepentingan umum setelah pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan putusan hukum tetap” dengan kata lain. Pemerintah selaku penyelenggara pengadaan tanah wajib memberikan ganti kerugian kepada pihak – pihak yang ha katas tanahnya dicabut. Pemberian ganti kerugian dapat diberikan dalam bentuk : 1. 2. 3. 4. 5. uang; tanah pengganti; permukiman kembali; kepemilikan saham; bentuk lain yang disetujui oleh keduabelah pihak. Penilaian terahadap ganti kerugian dilakukan oleh Panitia Penaksir (dalam UU No. 20 tahun 1961) atau penilai (dalam UU no. 2 tahun 2012) yang berasal dari Lembaga Pertanahan yang kemudian menetapkan penilaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Penilaian besarnya ganti kerugian oleh penilai dilakukan bidang per bidang tanah, meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. tanah; ruang atas tanah dan bawah tanah; bangunan; tanaman; benda yang berkaitan dengan tanah; dam/atau kerugian lain yang dapat dinilai. Pemberian ganti kerugian atas objek pengadaan tanah diberikan langsung kepada pihak yang berhak. Menurut pasal 38 ayat (1) UU No. 2 tahun 2012 menyatakan “dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian, Pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri setempat dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah musyawarah penetapan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (1)”. Dengan kata lain apabila pihak yang berhak tidak tersedia menerima ganti kerugian, maka ia dapat melakukan gugatan. Namun meskipun dalam aturan tersebut sudah cukup jelas diatur mengenai ganti kerugian, hal tersebut tidaklah cukup, hal ini dikarenakan masyarakat harus berpindah lokasi ke lokasi yang baru sehingga memerlukan waktu untuk memulihkan kondisi sosial ekonomi. Selain itu yang tidak kalah penting adalah ruang demokrasinya.