Judul Pemrasaran / NIM Pembahas / NIM Hari / Tanggal Waktu Ruangan Dosen Pembimbing : Manajemen Kesehatan Ternak Sapi Pedaging di BPTUHPT Padang Mengatas Sumatera Barat : Hafidz Ilyas At Thariq / J3I216127 : / : : : : Dudi Firmansyah, S.Pt Menyetujui, Dudi Firmansyah, S.Pt 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi pedaging memberikan kontribusi yang sangat besar dalam produktivitas daging khususnya untuk pemenuhan kebutuhan daging nasional di Indonesia. Sampai saat ini, kebutuhan daging belum dapat terpenuhi seluruhnya, terlihat dari data Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2017 kebutuhan daging di tahun 2017 sebanyak 604 968 ton sedangkan jumlah produksi daging sapi di Indonesia sebanyak 354 770 ton. Upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan peningkatan produksi sapi pedaging melalui peningkatan populasi dan produktivitas ternak lokal. Tingkat produktivitas ternak sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Pengaruh faktor lingkungan terdiri atas kesehatan dan reproduksi, manajemen pemeliharaan, pakan dan iklim. Diantara faktor lingkungan tersebut, kesehatan mempunyai peran yang sangat penting. Pada saat pemeliharaan ternak permasalahan yang sering dihadapi adalah penyakit, diantaranya seperti penyakit Brucellosis, Bloat, Myasis dan Infectious Bovine Rhinotracheitis. Upaya pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit atau pengobatan pada ternak yang sakit. Usaha pencegahan penyakit lebih penting dibandingkan mengobati karena dapat mengurangi biaya, morbiditas, penularan penyakit, dan mortalitas. Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT) Padang Mengatas adalah Instansi yang bergerak di bidang pembibitan sapi pedaging dan hijauan pakan ternak. BPTUHPT Padang Mengatas memelihara sapi Simmental, Limousin, Belgian Blue dan Pesisir dengan sistem pemeliharaan secara intensif dan semi intensif. Oleh karena itu, mempelajari manajemen kesehatan sangat penting untuk menambah wawasan, keterampilan, dan pengalaman baru. 1.2 Tujuan Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah untuk menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kerja di bidang sapi potong khususnya dalam manajemen kesehatan yang dilakukan di BPTUHPT Padang Mengatas. PKL juga mengetahui persoalan-persoalan manajemen kesehatan yang ada di lapangan dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. 2 KERAGAAN PERUSAHAAN Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT) Sapi Pedaging Padang Mengatas merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berperan dalam menghasilkan bibit ternak sapi pedaging unggul, yang berlokasi di Padang Mengatas, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Berjarak ±12 km dari pusat Kota Payakumbuh dan ±136 km dari Kota Padang, ibu kota Sumatera Barat. Luas areal BPTUHPT Padang Mengatas ±280 ha dengan ketinggian 700 hingga 900 mdpl terdiri dari 240 ha padang penggembalaan, 18 ha kebun rumput dan 3 ha kebun legum, 12 ha untuk kandang, kantor, perumahan dan jalan lingkungan dengan status tanah merupakan milik negara. BPTUHPT Padang Mangatas didirikan pada tahun 1916 oleh pemerintah Hindia-Belanda dengan nama BPTU Padang Mangatas dan pada bulan Mei 2013 Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Padang Mengatas berubah nama menjadi Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT) Padang Mengatas dan dijadikan sebagai tempat pembibitan sapi Simmental, Limousine, Pesisir dan hijauan pakan ternak. BPTUHPT Padang Mangatas memelihara 4 jenis sapi yaitu sapi Simmental, Limousine, Belgian Blue, dan Pesisir. Jumlah sapi di BPTUHPT Padang Mengatas berubah-ubah setiap waktunya. Hal ini terjadi karena adanya kematian, sapi afkir, sapi beranak dan sapi yang dijual. 3 MANAJEMEN KESEHATAN Kesehatan pada ternak merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemeliharaan ternak sapi potong. Manajemen kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peran penting dalam memperoleh ternak yang sehat.Manajemen kesehatan yang dilakukan di BPTUHPT Padang mengatas yaitu program pencegahan penyakit dan pengobatan suatu penyakit. 3.1 Program Pencegahan Penyakit Manajemen pengendalian penyakit yang paling baik dilakukan yaitu pencegahan penyakit daripada mengobati. BPTUHPT Padang Mengatas memiliki program pencegahan penyakit untuk menjaga ternak sapi yang dipelihara tetap sehat dan menghasilkan bibit unggul yang bebas dari penyakit. Program pencegahan penyakit yang berada di BPTUHPT Padang Mengatas seperti program biosecurity, monitoring, survailans, pengendalian ektoparasit dan pengendalian endoparasit. 3.1.1 Biosecurity Penerapan biosecurity pada seluruh sektor peternakan baik di industri perunggasan maupun peternakan lainnya akan mengurangi resiko penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut. Biosecurity sangat penting untuk mengendalikan dan mencegah berbagai penyakityang mematikan, dari itu BPTUHPT Padang Mengatas menerapkan komponen biosecurity. Tindakan umum yang dilakukan sebagai berikut: a. Sanitasi Penerapan sanitasi di BPTUHPT Padang Mengatas terdapat instalasi biosecurity dan pestcontrol.Penerapan instalasi biosekuriti di BPTUHPT Padang Mengatas berada di pintu masuk areal balai dengan memiliki dua metode yaitu metode spraying dan metode dipping.Pest control yang digunakan yaitu untuk membunuh hama serangga yang berada di sekitar kandang.Kegiatan sanitasi yang rutin dilakukan BPTUHPT Padang Mengatas yaitu membersihkan kandang dengan cara menyapu jalur, membersikan tempat minum dan tempat pakan, cleaning manual, dancleaningflushing. b. Trafic control Trafic control atau kontrol lalu lintas merupakan tindakan pencegahan penularan penyakit yang dibawa oleh alat angkut, hewan selain ternak, dan pengunjung.BPTUHPT Padang Mengatas menerapkan biosecurity di dalam kandang atau paddock dengan membatasi keluar masuknya manusia ke dalam kandang seperti tamu atau pengunjung dilarang masuk ke dalam kandang. c. Isolasi Isolasi merupakan suatu tindakan untuk mencegah kontak diantara hewan pada suatu area atau lingkungan. Isolasi yang dilakukan BPTUHPT Padang Mengatas yaitu memisahkan ternak berdasarkan kelompok umur atau kelompok produksi. Fasilitas yang digunakan untuk tindakan isolasi harus dalam keadaan bersih dan didisinfeksi, dan setiap pegawai yang bekerja menggunakan pakaian khusus atau wearpack. 3.1.2 Monitoring Monitoring adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengontrol ternak yang sakit dikandang maupun di padang penggembalaan. Monitoring yang dilakukan di padang penggembalaan dilakukan tiga kali sehari sehari pada waktu pagi, siang, dan sore. Monitoring yang dilakukan tidak hanya mengontrol sapi sakit, tetapi mengontrol sapi yang birahi dan sapi bunting. 3.1.3 Survailans Survailans adalah suatu kegiatan pendeteksi penyakit untuk diberantas secara berulang dan berkelanjutan terhadap seekor ternak. Surveilans yang dilakukan untuk memonitoring penyakit PHMS (Penyakit Hewan Menular Strategis), penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroba, bakteri, virus dan parasit, serta penyakit ini dapat bersifat zoonosis.Survailans di BPTUHPT Padang Mengatas dilakukan oleh Balai Veteriner Bukit Tinggi. Kegiatan survailans ini dilakukan setiap dua tahun sekali pada semua sapi yang berada di BPTUHPT Padang Mengatas. Ada empat sampling pada setiap kelompok ternak yang di ambil dalam program survailans yaitu sampel darah, sampel feses, sampel ulas vagina, dan sampel bilas prepotium. 3.1.4 Pengendalian Ektoparasit Pengendalian ektoparasit merupakan usaha untuk menekan populasi ektoparasit semaksimalnya agar ternak aman dan terhindar dari ektoparasit khususnya caplak. Gejala yang ditimbulkan oleh ektoparasit yaitu iritasi kulit, gatal, rontok bulu (alopecia), radang, myasis, dan bentuk alergi sejenisnya.BPTUHPT Padang Mengatas menggunakan metode spraying untuk pengendalian ektoparasit dengan menyemprotkan cairan khusus keseluruh badan sapi. Bahan aktif fipronil 50g/l, dosis yang digunakan sebanyak 2.5 cc/liter air. Spraying pencegahan ektoparasit dilakukan setiap 2 minggu sekali pada setiap grup sapi di padang penggembalaan. 3.1.5 Pengendalian Endoparasit Endoparasit adalah parasit yang hidup didalam tubuh inangnya seperti cacing yang hidup dalam usus dan lambung. Pengendalian endoparasit di BPTUHPT Padang Mengatas dilakukan dengan cara pemberian obat cacing kepada pedet dan sapi dewasa secara rutin. Pemberian obat cacing untuk pedet dilakukan empat kali dalam setahun dengan interval tiga bulan sekali sedangkan pada sapi dewasa dua kali dalam setahun dengan interval enam bulan sekali. Jenis obat yang diberikan Flukicide 12.5% dengan kandungan Albendazole dengan dosis 6 ml per 100 kg bobot badan untuk penanganan cacing usus dan 8 ml per 100 kg bobot badan untuk penanganan cacing hati. 3.2 Penanganan Sapi Sakit Sapi-sapi sakit yang berada di padang gembalaan dipisahkan dari grupnya dan di rawat di kandang 1 untuk mendapatkan perlakuan khusus oleh paramedik veteriner BPTUHPT Padang Mengatas. Pengobatan ternak dilakukan di kandang jepit yang terdapat di area kandang 1. Hal ini diperkuat dengan sumber menurut Meat & Livestock Australian (2010) kandang sakit sebaiknya dekat dengan penjepit (crush) untuk memudahkan pengobatan. 3.3 Jenis Penyakit dan Pengobatannya Penyakit merupakan salah satu faktor yang sering menyebabkan kerugian pada suatu peternakan. Pemeriksaan ternak yang diduga sakit adalah suatu proses untuk menentukan dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak melalui tanda-tanda atau gejala-gejala yang nampak sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dan suatu penyakit dapat diketahui penyebabnya. Berikut adalah jenis-jenis penyakit dan penangannya yang ada di BPTUHPT Padang Mengatas.Tabel 1. Tabel 1 Data kasus penyakit periode Febuari - Maret 2019 No. Jenis Penyakit 1 Ektoparasit 2 Papiloma 3 Sakit Mata 4 Distokia 5 Babesiosis 6 Traumatic 7 Myasis 8 Retensi Plasenta 9 Abortus 10 Kehexia 11 Endometritis 12 Scabies 13 Pink Eye 14 Helmintiasis 15 Malnutrisi Total Sakit Sumber: BPTUHPT Padang Mengatas (2019) Sapi Eksotis 13 10 9 3 2 11 1 1 2 10 17 1 5 21 14 120 Sapi Pesisir 7 1 1 1 23 11 60 3.3.1 Ektoparasit Ektoparasit berupa kutu, caplak, tungau dan sebagainya dapat mengganggu kesehatan dan produksi ternak. Serangan caplak pada sapi merupakan kasus yang paling banyak terjadi di BPTUHPT Padang Mengatas. Banyaknya caplak terjadi karena sapi yang dipelihara merupakan sapi tipe berambut panjang yaitu simmental dan limousine, sedangkan pada sapi pesisir yang berambut pendek hanya sedikit yang terdapat caplak pada tubuhnya. Faktor lain yang menjadi penyebab tingginya infestasi caplak karena sistem pemeliharaan dilakukan pada padang penggembalaan, sehingga memudahkan caplak melakukan perkembang biakan.Pemberantasan ektoparasit di BPTUHPT Padang Mengatas yaitu dengan tindakan spraying dan penyuntikan dengan ivermectin secara subcutan dengan dosis 1cc untuk kg/bobot badan. 3.3.2 Papiloma Papillomatosis atau penyakit kulit (warts) merupakan tumor yang tumbuh liar pada kulit berbentuk seperti bunga kol, yang disebabkan oleh Bovine Papilloma Virus (BPV). Penanganan papilomatosis pada ternak di BPTUHPT Padang Mengatas dilakukan dengan cara imunoterapi (autovaksin) dan operasi minor atau pembedahan (incisi). Tindakan penanganan metode imunoterapi yaitu, antigen diperoleh dengan cara membuat suspensi dari kutil, kemudian ditambahkan antibiotik dan zat inaktivasi virus. Suspensi yang telah siap di injeksikan secara subcutan. Metode ini dilakukan bekerjasama dengan veteriner Bukit Tinggi. Tindakan dengan metode pembedahan dilakukan dengan cara pencabutan atau penyayatan kutil dan kemudian bekas sayatan diberikan obat luka. 3.3.3 Sakit mata Penyakit iritasi mata ini diduga disebabkan karena infeksi pada kelenjar mata karena terkena polusi, ranting semak, dan bahan aktif dari spraying. Penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan pada bola mata seperti bunga kol kemudian menjadi luka. Usaha yang dilakukan di BPTUHPT Padang Mengatas dalam menangani penyakit iritasi mata ini dengan membersihkan luka pada mata dengan rivanol dan kapas kemudian pada bagian mata yang luka diberikan Dexametason sebagai anti radang dan pengurang rasa sakit, setelah itu disuntikan antibiotik (Oxytetracicline) kemudian disemprot dengan gusanex untuk membunuh larva lalat dan mencegah lalat hinggap. 3.3.4 Distokia Distokia adalah penyakit dimana induk susah melahirkan. Penyebab dari penyakit ini adalah besarnya ukuran fetus, posisi fetus yang salah, kelahiran kembar dan proses kelahiran melebihi waktu delapan jam dari saat pertama kali induk merejan untuk melahirkan.Penanganan distokia yang dilakukan di BPTUHPT Padang Mengatas terdapat tiga cara yaitu manipulatif, fetotomi, dan operasi caesar. Teknik manipulatif atau penarikan dilakukan dengan tahapan refulsi atau tangan masuk untuk mendorong fetus kedalam lalu jika mengalami abnormalitas dalam fetus dilakukan reposisi atau mengubahnya menjadi dalam keadaan yang memungkinkan fetus untuk bisa dikeluarkan dari tubuh induk, kemudian dilakukan tahapan yang terakhir dengan cara retaksi atau penarikan fetus. Fetotomi yang dilakukan di BPTUHPT Padang mengatas menggunakan teknik perkutan. Fetotomi merupakan cara pemotongan fetus dikeluarkan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan melalui saluran peranakan. Sebelum dilakukan penanganan sapi diberikan anastesi epidoral dengan lidocaine. Setelah fetus sudah keluar sapi diberi vitamin B12 untuk pembentukan darah, antibiotik (Oxytetracicline), dan sulpidon untuk mengurangi rasa sakit. Setario caesaria atau operasi caesar ini adalah pengeluaran fetus yang umumnya melalui laparo histerektom atau pembedahan pada perut dan uterus. Persiapan caesar dilakukan cukur rambut dibagian flank kiri, dilakukan anastesi epidural 2-4cc pada bagian pangkal ekor dan anastesi elblock dilokasi yang akan di sayat dengan dosis 80cc di delapan titik berbeda dan penyuntikan penilject untuk remedikasi. Operasi caesar dilakukan setelah bius bekerja sekitar 2-4 menit disuntikan, kemudian dilakukan penyayatan pada bagian kulit, musculus abdominiseksterna dan interna, lapisan peritonium, dan uterus. ketika fetus dikeluarkan dilakukan pemotongan tali pusar, setelah itu dilakukan penjahitan. 3.3.5 Babesiosis Babesiosis atau parasit darah adalah infeksi sel darah merah yang disebabkan oleh parasit. Menurut Lubis (2006) babesiosis ditularkan melalui gigitan caplak (Boophilus sp.) disebut juga tick fever atau redwater. Parasit darah disebuttick fever sebab di transfer oleh caplak dan menimbulkan ternak menjadi demam. Infeksi berat jika tidak diobati dapat menyebabkan kematian. Penyakit parasit darah yang sering dijumpai adalah babesiosis, theileriosis, dan anaplasmosis. Sapi yang terinfeksi caplak di BPTUHPT Padang Mengatas sangat rentan terkena babesiosis. Berdasarkan laporan medik BPTUHPT Padang Mengatas, babesiosis menunjukan gejala klinis seperti anemia, lesu, demam, anoreksia, urin bercampur darah, lumpuh hingga menyebabkan kematian. Perlakuan yang dilakukan pada sapi yang terkena parasit darah dengan memberikan antibiotik dan vitamin dengan cara injeksi intra muscular. 3.3.6 Traumatic Traumatic adalah rasa takut yang terjadi pada ternak yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut bisa disebabkan oleh ternak itu sendiri, ternak lainnya maupun manusia yang menyebabkan ternak terluka. Penanganan yang dilakukan di BPTUHPT Padang Mengatas dalam menangani traumatis tergantung pada gejala setiap ternak. Beberapa penanganan yang terdapat di balai yaitu laminitis (radang lamina), arthritis, dan footroot atau kuku busuk. Perlakuan yang dilakukan sama yaitu pemberian dexametason 20cc dan antibiotik (Oxytetracicline), penanganan tambahan untuk footroot dengan melakukan dipping formalin. 3.3.7 Myasis Myasis adalah infestasi larva lalat ke dalam suatu jaringan hidup yang menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan penurunan kualitas. Menurut Rohela et al (2006) myasis merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh larva lalat (belatung) yang menyerang semua jenis hewan vertebrata yang berdarah panas termasuk manusia. Ciri-ciri myasis adalah terdapat larva lalat atau belatung, bernanah, berdarah pada luka dan berbau busuk.Pengobatan pada penyakit ini adalah dengan cara membersihkan terlebih dahulu luka yang terdapat larva lalat dengana rivanol, kemudian luka ditutup dengan kapas yang sudah di semprot gusanex, setelah itu suntik antibiotik Oxytetracicline LA untuk mengatasi infeksi sekunder. 3.3.8 Retensi Plasenta Retensi plasenta merupakan suatu kondisi selaput fetus menetap lebih lama dari 8–12 jam di dalam setelah kelahiran. Menurut Gunay et al (2011) Retensi plasenta merupakan kegagalan pelepasan vili kotiledon fetus dari kripta karunkula induk melebihi waktu normal, yaitu sampai 8 delapan jam pasca partus. Penanganan retensi plasenta di BPTUHPT Padang Mengatas adalah dengan cara memasukan tangan untuk mengeluarkan plasenta yang tertinggal. Plasenta yang sudah dikeluarkan semua, lalu dilakukan metode irigasi yaitu dengan pemberian povidon iodine 1% dimasukan melalui selang untuk membersihkan sisa-sisa plasenta. Pasca penanganan retensi plasenta kemudian dilakukan injeksi sulpidon untuk penurun panas dan rasa sakit, pemberian antibiotik, dan vitamin B12. 3.3.9 Abortus Abortus atau keluron adalah pengeluaran fetus sebelum akhir masa kebuntingan dengan fetus yang belum sanggup hidup, sedangkan kelahiran prematur adalah pengeluaran fetus sebelum masa akhir kebuntingan dengan fetus yang sanggup hidup sendiri di luar tubuh induk. Klasifikasi abortus berdasarkan penyebabnya dibagi dua yaitu abortus yang diakibatkan oleh faktor infeksius dan non infeksius. Abortus yang bersifat infeksius karena terinfeksi bakteri, virus, danjamur. Abortus yang terdapat di BPTUHPT Padang Mengatas disebabkan oleh faktor non infeksius, diantaranya traumatik, demam, dan kebuntingan kembar. Penanganan yang dilakukan yaitu dengan pemberian antibiotik dan vitamin B12, jika terjadi demam diberikan tambahan obat sulpidon untuk menurunkan panas. 3.3.10 Kahexia Kahexia yaitu kondisi tubuh ternak yang buruk dengan keadaan kondisi sangat kurus. Buruk. Menurut Arif, Muttaqin (2010) pada hewan yang mengalami kaheksia biasanya mengalami tanda-tanda diantaranya anoreksia, mengalami gangguan metabolisme glukosa dan lipitc, penurunan berat badan, fatigue (mudah lelah). Terapi yang dilakukan oleh BPTUHPT Padang Mengatas adalah pemberian mineral blok, perbaikan pakan, dan vitamin B12. Pemberian obat cacing juga dilakukan karena ditakutkan ada infestasi cacing yang berkepanjangan dalam tubuh. 3.3.11 Endomtetritis Menurut Hanafi et al (2008) endometritis merupakan peradangan yang terjadi pada endometrium (mukosa uterus).peradangan tersebut dapat disebabkan karena mikroorganisme baik virus, bakteri, protozoa dan fungi. Endometritis ini mengeluarkan lendir keruh dari vulva akibat prosedur IB dari petugas IB yang tidak berpengalaman, adanya bakteri,virus atau jamur yang masuk dalam saluran reproduksi yang berakibat infeksi.Penanganan yang dilakukan di BPTUHPT Padang Mengatas adalah melakukan perlakuanspullsecara rutin. 3.3.12 Scabies Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau sarcoptes scabieis. Tungau sarcoptesscabiaes menyerang dengan cara menginfestasi kulit inangnya dan bergerak membuat trowongan di bawah lapisan kulit sehingga menyebabkan gatal, kerontokan rambut, dan kerusakan kulit.Penanganan yang dilakukan di BPTUHPT Padang Mengatas adalah memasukan sapi ke dalam kandang karantina agar tidak menular ke sapi lainnya. pemberianinvermectin dengan dosis 1cc untuk 50kg berat badan. Pemberian obat pengobatan dilakukan sesuai dengan kondisi ternak bersangkutan seperti antibiotik untuk mencegah infeksi pada luka akibat garukan. 3.3.13 Pink Eye Pink eye adalah penyakit mata yang menyerang hewan ternak terutama sapi, kerbau, domba, dan kambing. Pink eye menyerang bagian konjungtiva yaitu bagian terluar mata. Peradangan ini menyebabkan warna mata yang awalnya putih menjadi kemerahan.Penanganan sapi yang terkena pink eye di BPTUHPT Padang Mengatas adalah dengan menempatkan sapi di kandang untuk menghindari kontak dengan cahaya matahari. Pemberian antibiotik (Oxytetracicline) dengan cara diencerkan dengan aquades perbandingannya 1:4. Dilakukan setiap hari sampai ternak benar-benar sehat. 3.3.14 Helmintiasis Cacingan atau dalam kamus kedokteran dikenal dengan istilah helminthiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya infestasi cacing pada tubuh hewan, baik pada saluran percernaan, pernapasan, hati, maupun pada bagian tubuh lainnya. Sapi yang cacingan biasanya mengalami diare secara terus menerus, terkandang keluarnya feses disertai dengan cacing. Penanganan yang dilakukan di BPTUHPT Padang Mengatas untuk memberantas helmintiasis dengan pemberian obat dengan cara oral menggunakan spoit. 3.3.15 Malnutrisi Malnutrisi adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi, baik karena kekurangan atau kelebihan asupan makanan maupun akibat kebutuhan yang meningkat. Menurut Khan (2011) kondisi malnutris akan ditunjukkan oleh adanya kekurusan, alopecia, rambut yang rontok dan kulit yang kering. Terapi yang dilakukan di BPTUHPT Padang Mengatas adalah pemberian mineral blok, perbaikan pakan, dan vitamin B12. 3.4 Ukuran Keberhasilan Pengendalian Kesehatan 3.4.1 Mortalitas Mortalitas atau kematian merupakan salah satu aspek yang mampu mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan. Menurut Junaidi (2009) mortalitas adalah ukuran jumlah kematian pada suatu populasi. Data morbiditas, angka kecelakaan, dan mortalitas di BPTUHPT Padang Mengatas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Data morbiditas, angka kecelakaan, mortalitas di BPTUHPT Padang Mengatas periode Febuari-maret 2019 Parameter Total sakit Mati Populasi Morbiditas (%) Mortalitas (%) Angka Kecelakaan (%) Sumber : BPTUHPT Padang Mengatas (2019) Jumlah (ekor) Sapi Eksotis Sapi Pesisir 120 60 4 2 773 520 15.5 11.5 0.5 0.4 1.4 0.2 Hasil dari Tabel 2 menunjukan bahwa angka mortalitas yang ada di BPTUHPT Padang Mengatas kurang dari 1% tetapi dari tingkat morbiditas berada di angka 11.5% untuk sapi pesisir dan 15.5% untuk sapi eksotis. Data tersebut menunjukan bahwa manajemen kesehatan yang dilakukan oleh balai sudah optimal, karena dapat menekan mortalitas dengan baik. 3.4.2 Morbiditas Morbiditas yaitu derajat sakit, cidera atau gangguan pada suatu populasi. Hasil dari Tabel 2 menunjukan angka sakit atau morbiditas yang berbeda antara sapi eksotis dan sapi pesisir. Pada sapi pesisir menunjukan angka morbiditas yang lebih kecil dari pada sapi eksotis, hal ini karena sapi pesisir adalah sapi lokal Indonesia khususnya Sumatera Barat. Sapi-sapi lokal Indonesia pada umumnya berbangsa Bos Indicus yang mempunyai ketahanan lebih terhadap iklim tropis. 3.4.3 Angka Kecelakaan Angka kecelakaan dihitung dari sapi sakit traumatik yang disebabkan oleh lingkungan dan lainnya. Angka kecelakaan menunjukan sapi eksotis lebih banyak dibanding sapi pesisir, hal ini disebabkan karena sapi eksotis banyak dipelihara secara intensif apalagi untuk sapi Belgian Blue. Postur tubuh yang besar mudah sekali untuk traumatik karena dalam kandang koloni dan pada awal pemeliharaan tidak dilakukan penaburan alas kandang sehingga lantai kandang lembab dan ternak mudah jatuh akibat alas kandang yang licin. 4 SIMPULAN Berdasarkan Praktik Kerja Lapangan yang sudah dilaksanakan di BPTUHPT Padang Mengatas dapat disimpulkan bahwa BPTUHPT Padang Mengatas melakukan program pencegahan dan pengobatan pada seluruh ternak. Tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan adalah dengan menerapkan program biosekuriti, monitoring, kontrol ektoparasit, kontrol endoparasit dan survailans. Tindakan pengobatan yang dilakukan adalah dengan mengobati ternak yang sakit sesuai dengan gejala-gejala yang timbul dan penyakit yang di derita ternak. Keberhasilan dalam manajemen kesehatan yang dilakukan terlihat dari persentasi mortalitas yang rendah. DAFTAR PUSTAKA [DITJENNAKKESWAN] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI. 2017. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2017. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI. Gunay,A, Gunay,U,Orman,A. 2011.Effects of Retained Placenta on the Fertility in Treated Dairy Cows. Bulg.J.Agric.Sci.17 (1): 126-131. Hanafi EM, Ahmed WM, El Moez S I, Khadrawy HHE dan Hamed AR. 2008. Effect of Clinical Endometritis on Ovarian Activity and Oxidative Stress Status in Egyptian Buffalo-Cows. American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci., 4 (5): 530-536, 2008 ISSN 1818-6769 © IDOSI Publications, 2008. Junaidi. Hipertensi (Pengenalan, Pencegahan dan Pengobatan). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer; 2009. Kahn CM. 2011. The Merck Veterinary Manual, Ninth Edition. USA: Merck & Co. Inc Lubis FY. 2006. Babesiosis(Piroplasmosis). Cermin Dunia Kedokteran 152:2729. Muttaqin, Arif. 2010.Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Askep Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika. Meat and Livestock Australia. 2010. Panduan pengobatan sapi feedlot. Australia: Meat and Livestock Australia Limited. Rohela M, Jamaiah I, Amir L, Nissapatorn V. 2006. A case of auricular myasis in Malaysia. J Trop Med Public Health 37(3): 91-98.