ii. metode penelitian - Fakultas Biologi

advertisement
II.
1.
METODE PENELITIAN
Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian
1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : mikroskop cahaya merk
Olymphus, akuarium dengan ukuran panjang x lebar x tinggi : 40cm x 30cm x30cm,
seser dengan ukuran mata seser 3 ml, jaring dengan ukuran mata jaring 3 cm, selang
dengan diameter 5ml, aerator, object glass, pipet tetes, beaker glass ukuran 100 ml,
baki, termometer, botol Winkler, dan alat bedah.
1.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ikan mas yang
dibudidayakan secara polikultur dengan umur 4 bulan, tissue, dan akuades.
1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten
Banyumas dari kolam budidaya sistem polikultur yang terbuat dari tanah, dengan
ukuran 9 x 30 m dan kedalaman ± 1m, ada 10 kolam polikultur di Desa beji dan sumber
air kolam polikultur dari Sungai Karang Nangka. Pemeriksaan ektoparasit dilakukan di
Laboratorium Entomologi dan Parasitologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Agustus 2013 – Juli
2014.
2. Metode Penelitian
2.1. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode survei di Desa Beji, Kecamatan
Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. Sampling ikan dilakukan secara simple random
dari kolam pemeliharaan sistem polikultur. Jumlah kolam pemeliharaan polikultur yang
digunakan sebanyak satu kolam yaitu 10% dari total kolam pemeliharaan polikultur
sebanyak 10 kolam. Pengambilan sampel dilakukan dalam selang waktu setiap satu
minggu sebanyak 4 kali sampling. Setiap survei diambil sampel ikan mas sebanyak 15
ekor sehingga total sampel dari 4 kali sampling adalah 60 ekor (5%) dari populasi ikan
mas yang ada pada kolam budidaya polikultur (1200 ekor). Pada saat sampling ikan,
dilakukan pengambilan sampel air untuk pengukuran oksigen terlarut dan temperatur
air untuk mengetahui kualitas air.
5
2.2. Cara Kerja
Ikan mas sampel ditangkap dengan menggunakan jaring ikan dari kolam budidaya
polikultur di Desa Beji, kemudian diambil secara acak sebanyak 15 ekor. Ikan mas dalam
keadaan hidup dimasukan ke dalam kantong plastik yang berisi air dan oksigen kemudian
dibawa ke Laboratorium Entomologi dan Parasitologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal
Soedirman dan diletakkan dalam akuarium yang telah dipasang aerator dan selanjutnya
dilakukan pemeriksaan ektoparasit. Pemeriksaan dilakukan dengan membuat preparat
rentang menurut Afrianto dan Livyawati (1992) dari sirip punggung, sirip ekor, sirip anal,
sirip perut, sirip dada, operkulum, sisik, dan insang. Ikan diambil dengan menggunakan
seser kemudian dijepit dengan pinset dan ikan dilemahkan dengan cara ditusuk pada
bagian antara kedua mata ikan dengan menggunakan jarum penusuk sampai ikan tidak
bergerak. Bagian tubuh berupa sirip diperiksa dengan cara dipotong menggunakan gunting
bedah. Operkulum ikan yang berjumlah dua buah diperiksa dengan memotong bagian
tubuh tersebut. Bagian tubuh berupa insang diambil dengan memotong sebagian organ
insang dari insang bagian kiri dan kanan. Sedangkan bagian tubuh berupa sisik diambil
dengan menggunakan pinset sebanyak tiga buah dari bagian anterior (di dekat sirip dada
dan operkulum), tengah, dan posterior (di dekat pangkal ekor). Kemudian bagian tubuh
yang sudah diambil direntangkan di atas object glass dan ditetesi dengan akuades. Preparat
rentang diperiksa dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran bertingkat.
Identifikasi jenis ektoparasit yang ditemukan dilakukan menurut Kabata (1985). Ektoparasit
yang ditemukan difoto untuk didokumentasikan. Data hasil pengamatan ditabulasi untuk
dianalisis keragaman, prevalensi dan intensitas ektoparasit.
3. Metode Analisis
Keragaman ektoparasit pada ikan mas dapat dihitung dengan menggunakan indeks
Shannon-Wiener (Odum, 1993), yaitu sebagai berikut :
= −∑
Keterangan:
H
: Indeks keragaman jenis (individu)
pi
: Proporsi sampel total berdasarkan spesies ke-i (ni/N)
ni
: Jumlah individu tiap spesies ke-i
N
: Jumlah total individu semua spesies
dengan kriteria:
H’ < 1
= Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang rendah.
1>H’ >3
= Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang sedang.
6
H’>3
= Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi.
Prevalensi ektoparasit pada ikan mas dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Moller-Anders (1986) sebagai berikut :
Prevalensi =
Jumlah ikan yang terinfestasi ektoparasit
× 100%
Jumlah ikan diamati
Dari hasil perhitungan prevalensi ektoparasit, untuk mengetahui tingkat prevalensi
nya kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori menurut Williams dan Williams (1996)
sebagai berikut:
Tabel 2.1. Kategori prevalensi ektoparasit yang menyerang ikan mas secara polikultur di Desa
Beji Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nilai dalam (%)
99 – 100
90 – 98
70 – 89
50 – 69
30 – 49
10 – 29
1–9
0,1 - <1
0,01 - <0,1
<0,01
Kategori
Always
Almost always
Usually
Frequently
Commonly
Often
Occasionally
Rarely
Very rarely
Almost never
Selanjutnya, intensitas ektoparasit pada ikan mas dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Moller-Anders (1986) sebagai berikut :
Intensitas =
Jumlah ektoparasit yang ditemukan
Jumlah ikan yang terinfeksi ektoparasit
Setelah penghitungan intensitas ektoparasit maka perlu adanya penentuan tingkat
intensitas serangan ektoparasit pada ikan mas yang dibudidayakan secara polikultur di Desa
Beji dengan menggunakan kriteria yang disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2.2. Kriteria intensitas serangan ektoparasit pada ikan mas secara polikultur di Desa Beji
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas
Intensitas serangan
0,0 – 1,0
>1 – 25
>25 – 50
>50 – 75
>75
Tingkat serangan
Sehat
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat
Sumber : Pusat Karantina Ikan (2005)
7
Download