I E KT O PAR{S IT SE RTA INTEN S I TA SNYA PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) SECAR-{ POLI<ULTUR DI DESA BEJI KE CAMATAN KEDUNGBANTENG I({BUPATEN BANYTIS{AS /TG,NIGAMAN DAN PREVALE N S Santi Herowati, Rokhmani, Edy Riwidiharso Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedinnan, Purwokerto e-mail: santi.heron'ati@ gmail.cor4 SUMMARY Carp (Cyprinus carpio L.) is widely cultivated in the Beji village subdistrict Kedungbanteng, Banl.umas with polyculture system. Success in polyculture cultivation is influenced by ectoparasites infection. Research has been conducted in order to determine the diversity, prevalencen and intensity of ectoparasites on farmed carp polyculture systems. The study was conducted by survey method and sampling conducted carp in pool. polyculture simple random and with 4 replications, with one-week i:rterval each. Examination and identification of ectoparasites were carried out in the Laboratory of Entomology - Parasitology, Faculty of Biology UNSOED to make preparations ranges. The results of the study found six species, namely Trichodina sp., Episrytis sp., Ictiyopthirius sp., Tetrahymena sp., Oodiniurn sp., and Dactylogyrus sp .. The level of diversity of ectoparasites in carp by O.;g is included in a low diversity. The prevalence of ectoparasjtes infected carp was 86.67% was "usually" or always theie aad Trichodina sp. had the highest prevalence value with the value of 35% that are "commonly" or colnmon. The intensity of ectoparasites in cary was highest Epistylis sp. amounted to 22.'73 ind / tail and the lowest intensity was Oodiniurre sp. by 1 ind / taii. Keywords:Ectoparasites,ca{p,diversity,prevalence,intensity,polyculture. PENDAHULUAN Usaha budidaya ikan mas (Cyprinus carpio L.) di Kabupaten Banyumas mempunyai prospek yang baik, karena letak geografisnya yang sangat menclukung. Kabupaten Banyumas terletak pada ketinggian antara 500-1500 m dpl, sehingga temperaturnya tidak terlalu fluktuatif. Ketersediaan air juga cukup melimpah tiap tahunnya, sehingga Kabupaten Banyumas merupakan salah satu wilayah yang cocok untuk budidaya ikan, salah satunya ikan mas (BPS,2010). Di lndonesia ikan yang termasuk familia Cyprinidae ini merupakan ikan yang popular dan paling banyak dipelihara oleh masyarakat, serta mempunyai nilai ekonomis tinggi. Menurut data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas (2010), bahwa produksi ikan mas untuk konsumsi mencapai 422.534 ekor per tahun. Budidaya ikan mas di Banyumas sebagian besar dilakukan dengan sistem polikultur. Menurut informasi yang diperoleh dari petani ikan di Desa Beji, sistem budidaya polikultur merupakan sistem budidaya ikan air tawar yang kini dikembangkan di witayah tersebut. Sistem budidaya polikultur merupakan cara budidaya dengan dua atau lebih jenis ikan dalam satu kolam (Respati dan Santoso, 1993). lkan yang dibudidayakan secara polikultur di Desa Beji biasanya adalah ikan mas dengan beberapa jenis ikan yang lain seperti ikan nilem, ikan nila, dan ikan gurami. Budidaya ikan secara polikultur lebih bio.unsoed.ac.id menguntungkan, karena dapat memelihara ikan lebih dari satu jenis secara bersamaan dengan pemanfaatan waktu, lahan, dan penggunaan pakan yang lebih efisien. Namun, dalam usaha budidaya ikan secara polikultur dapat mengalami kendala, diantaranya terjadinya serangan parasit, baik terhadap salah satu ataupun semua jenis ikan yang mungkin lebih beragam dibandingkan dengan budidaya ikan secara monokultur. Setiap jenis ikan mempunyai kerentanan berbeda, jadi meskipun dalam satu kolam, tidak selalu sama jenis parasit yang menyerang pada tiaptiap jenis ikan yang dibudidaya secara polikttltur. Sehihgga, setiap jenis ikan memerlukan perlakuan yang berbeda dan perlu dilakukan dengan hati-hati (Kanisius,1992). Selanjutnya disebutkan bahwa budidaya polikultur merupakan metode budidaya untuk pemeliharaan xomoditas satu lahan sehingga diperoleh tingkat produksitivitas lahan yang tinggi. Namun, dalam budidaya sistem polikultur terkendala kepadatan ikan yang berbeda jenisnya. Kepadatan ikan yang tinggi dapat menyebabkan ierjadinya gesekan antar sesama maupun antar spesies ikan menjadi lebih sering. Keadaan demikian dapat mempengaruhi keragaman, prevalensi, maupun intensitas organisme parasit yang rnenlerang. Hal tersebut disebabkan parasit dapat bebas berpindah-pindah dari satu spesies ikan ke spesies yang sama maupun ke spesies ikan lainnya (Magurran, 1988). Timbulnya serangan parasit di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan dengan pada kondisi lingkungan serta organisme parasit. lnteraksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress ikan, sehingga mekanisme pertahanan tubuh ikan menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh parasit (Kordi, ZAOT). parasit adalah organisme yang hidup di dalam ataupun permukaan tubuh hospes dan untuk kelangsungan hidupnya mengambil makanan dari hospesnya. Parasit ikan berdasarkan tempat hidupnya dibagi menjadi dua, yaitu endoparasit dan ektoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada permukaan tubuh hospes dan endoparasit merupakan parasit yang hidup pada organ dalam tubuh hospes (Schmidt dan Robert, 2000; Purbomartono et al',2010). Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan permasalahan yaitu: 1. Bagaimanakah keragaman ektoparasit pada ikan mas yang dibudidayakan dengan sistem polikultur dengan ikan nila, ikan nilem, dan ikan gurami di Desa Beji. 2. Berapakah prevalensi ektoparasit pada ikan mas yang dibudidayakan dengan sistem polikultur dengan ikan nila, ikan nilem, dan ikan gurami di Desa tseji' 3. Berapakah intensitas ektoparasit pada ikan mas yang dibucJidayakan dengan sistem polikultur dengan ikan nila, ikan nilem, dan ikan gurami di Desa Beji. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk : 1. Mengetahui keragaman ektoparasit pada ikan mas yang dibudidayakan dengan sistem polikultur dengan ikan nila, ikan nilem, dan ikan gurami di Desa Beji. 2. Mengetahui prevalensi ektoparasit pada ikan rnas yang dibudidayakan dengan sistem polikultur dengan ikan nila, ikan nilem, dan ikan gurami di Desa Beji. 3. Mengetahui intensitas ektoparasit pada ikan mas yang dibudidayakan dengan sistem polikultur dengan ikarr nila, ikan nilem, dan ikan gurami di Desa Beji. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini bagi masyarakat adalal'r agar dapat melakukan upaya pencegahan dan penanganan terhadap serangan ektoparasit pada budidaya ikan secara polikultur, bagi bio.unsoed.ac.id Dinas peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas agar dapat mengambil langkah strategis dalam pengendalian penyakit ikan terutama pada budidaya ikan air tawar, dan bagi Civitas akademika, sebagai informasi ilmiah untuk menambah wawasan, dan pengembangan khususnya pada bidang Parasitologi. . MATERI DAN METODEPENELITAIAN Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : mikroskop cahaya merk Olymphus, akuarium dengan ukuran panjang x lebar x tinggi : 40cm x 3Ocm x30cm, seser dengan ukuran mata seser 3 ml, jaring dengan ukuran rnata jaring 3 cm, selang dengan diameter 5ml, aerator, obiect g/ass, pipet tetes, beaker g/ass ukuran 100 ml, baki, termometer, botol Winkler, dan alat bedah. Bahan-bahan yang digunakan dalam penetitian ini adalah : ikan mas yang dibudidayakan secara polikuttur dengan umur 4 bulan, fissue, dan akuades' Lokasi dan Waktu Penelitian penelitian dilakukan di Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas dari kolam budidaya sistem polikultur yang terbuat dari tanah, dengan ukuran 9 x 30 m dan kedalaman t 1m, ada 10 kolam polikultur di Desa beji dan sumber air kolam polikultur dari Sungai Karang Nangka. Pemeriksaan ektoparasit dilakukan di Laboratorium Entomologi dan Parasitologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Agustus 2013 - Juli 2014' Metode Penelitian Teknik Pengambilan Sampel penelitian ini dilaksanakan menggunakarr metode survei di Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. Sampling ikan dilakukan secara simpte random dari kolam pemeliharaan sistem polikultur. Jumlah kolam pemeliharaan polikulturyang digunakan sebanyaksatu kolam yaitu 1O% dari total kolam pemeliharaan polikultur sebanyak 10 kolam. Pengambilan sampel dilakukan dalam selang waktu setiap satu minggu sebanyak 4 kali sampling. Setiap survei diambil sampel ikan mas sebanyak 15 ekor sehingga total sampel dari 4 kali sampling adalah 60 ekor (5%) dari populasi ikan mas yang ada pada kolam budidaya polikultur (1200 ekor). Pada saat sanrpling ikan, dilakukan pengambilan sampel air untuk pengukuran oksigen terlarut dan temperatur air untuk mengetahui kualitas air' Cara Kerja Penelitian lkan mas sampel ditangkap dengan menggunakan jaring ikan dari kolam budidaya polikultur di Desa Beji, kemudian diambil secara acak sebanyak 15 ekor. lkan mas dalam keadaan hidup dimasukan ke dalam kantong plastik yang berisi air dan oksigen kemudian dibawa ke Laboratorium Entomologi dan bio.unsoed.ac.id parasitologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Can diletakkan dalam akuarium yang telah dipasang aerator dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan ektoparasit. Pemeriksaan dilakukan dengan membuat preparat rentang menurutAfrianto dan L-iv1*a'rua:i (1992) dari sirip punggung, sirip ekor, sirip anal, sirip perut, sirip dada, operkulum, sisik, dan insang. ixa: ciambil dengan menggunakan seser kemudian dijepit dengan pinset dan ikan dilemahkan cer3ai sara C,:usuk pada baEian antara kedua mata ikan dengan menggunakan jarum penusuk sampai ikan tidak bergerak. tsagian tubuh berupa sirip diperiksa dengan cara dipotong menggunakan gunting bedah. Operkuium ikan yang berjumlah dua buah diperiksa dengan memotong bagian tubuh tersebut. Bagian tubuh berupa insang diambil dengan memotong sebagian organ insang dari insang bagian kiri dan kanan. Sedangkan bagian tubuh berupa sisik diambil dengan menggunakan pinset sebanyak tiga buah dari bagian anterior (di dekat sirip dada dan operkulum), tengah, dan posterior (di dekat pangkal ekor). Kemudian bagian tubuh yang sudah diambil direntangkan di alas objecf g/ass dan ditetesi dengan akuades. Preparat rentang diperiksa dengan menggunakan mikoskop cahaya dengan perbesaran bertingkat. ldentifikasi jenis ektoparasit yang ditemukan dilakukan menurut Kabata (1985). Ektoparasit yang ditemukan difoto untuk didokumentasikan. Data hasil pengamatan ditabulasi untuk dianalisis keragaman, prevalensi dan intensitas ektoparasit. Metode Analisis Keragaman ektoparasit pada ikan mas Wiener (Odum, 1993), yaitu sebagai berikut dapat dihitung dengan menggunakan indeks Shannon- : H = -X pi Inpi Keterangan: H lndeks keragaman jenis (individu) pi Proporsi sampeltotal berdasarkan spesies ke-i (n/N) ni Jumlah individu tiap spesies ke-i N Jumlah total individu semua spesies dengan kriteria: 1 1>H' >3 H'>3 = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang rendah. = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang sedang. H' < = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi. Prevalensi ektoparasit pada ikan mas dapat dihitung dengan menggunakan rumus Moller-Anders (1 986) sebagai berikut : prevarensi - Jumlah ikan yang terinfestasi ektoparasit Jumlah ikan diamati x 100% Dari hasil perhitungan prevalensi ektoparasit, untuk mengetahui tingkat prevalensi nya kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori menurut Williams dan Williams (1996) sebagai berikut: Tabet2.1. Kategori prevalensi ektoparasit yang menyerang ikan mas secara polikultur di Desa Beji Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas No. Nilai dalam Kategori (%) 1 2 3 4 5 6 7 99 - 100 - 98 70 - 89 50 - 69 30 - 49 10 - 29 90 1-g Always bio.unsoed.ac.id Almost always Usually Frequently Commonly Often Occasionally 0,1 - <1 0,01 - <0,1 <0,01 10 Almost never Selanjutnya, intensitas ektoparasit pada ikan mas dapat dihitung dengan menggunakan rumus lrAdler-Anders (1 986) sebagai berikut : Intensitas = Jumlah ektoparasit yang ditemukan fumlah ikan yang terinfeksi ektoparasit Setelah penghitungan intensitas ektoparasit maka perlu adanya penentuan tingkat intensitas se*ngan ektoparasit pada ikan mas yang dibudidayakan secara polikultur di Desa Beji dengan menggunakan kriteria yang disajikan dalam Tabel 2. Kriteria intensitas serangan ektoparasit pada ikan mas secara polikultur di Desa Beji Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas Tabel2.2. lntensitas serangan 0,0 - 1,0 Tingkat serangan Sehat >1-25 Ringan >25 - 50 >50 - 75 Sedang >75 Sangat Berat Berat Sumber: Pusat Karantina lkan (2005) bio.unsoed.ac.id HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian ditemukan enam spesies ektoparasit yang menginfeksi ikan mas. Keenam ektoparasit tersebut adalah Trichodina sp., Eprsfyl's sp., lcthyopthirius sp., Tetrahymena sp., Oodinium sp., dan Dactylogyrus sp., (Gambar 3.1). Gambar3..t.Ektoparasit pada ikan mas secara polikultur di Desa Beji Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. a. Trichodrna sp., b. Epistytis sP., c. Ichthyophthirius sp', d' Tetrahymena sp., e. Oodinium sp., f. Dactytogyrus sp' (keenam spesies tersebut diamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x10). Hasil perhitungan keragaman ektoparasit pada ikan mas sebesar 0,79 menunjukkan tingkat keragaman yang rendah, secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 3'1 di bawah ini: Beji Kecamatan Tabel 3.1. Tingkat Keragaman ektoparasit pada ikan mas secara polikultur di Desa Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. Sampling Keragaman I 0.62 il 0.76 il 1.09 IV 0.70 Rata-rata 0.79 bio.unsoed.ac.id prevalensi ektoparasit yang menginfeksi ikan mas sebesar 86,67oh termasuk dalam kategori usually 35% atau selalu ada dan jenis ektoparasit dengan nilai prevalensi tertinggi adalah Trichodina sp. sebesar ini. termasuk dalam kategori commonly atau umum, data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3'2. di bawah Tabdl 3.2. Prevalensi ikan mas yang terserang ektoparasit di Desa Beji Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas , rvi. ,ff, re , : uI6.# bfr ,, ] *g*r"ah*s 6g :73.33reS.6*L SS j Keterangan , {e{}i 8S.S? : E1: Trichodina sp. Ea: Tetrahymena sp. E2: Episfylis sp. Es: Oodiniuln sp. Es : lchthyopthiri us sp. E6: Dactylogyrus sp. lntensitas ektoparasit yang tertinggi pada ikan mas adalah Epistylis sp. sebesar 22,73 ind/ekor menunjukkan tingkat serangan yang ringan dan intensitas ektoparasit yang terendah adalah Oodinium sp. sebesar 1 ind/ekor menunjukkan tingkat serangan yang sehat dapat dilihat pada gambar 3.2. di bawah ini Gambar 3.2. lntensitas tiap jenis ektoparasit pada ikan mas secara polikultur Kecamatan Kedu n gbanten g Kabupaten Banyu rnas. 25 20 15 10 5 0 E3 E4 w lntensitas Keterangan. bio.unsoed.ac.id : E1: Trichodina sp. E4', Tetrahymena sp. Ez: Epistylis sp, E5 Oodittiu,rt E3 : lchthyopthirius sp. sp. E; , Dac:r, a;..,'-s sp. di : Desa Beji Selama penelitian ditemukan enam spesies ektoparasit. yaitu Trichodina sp., Epistylis sp., Icthyopthirius sp., Tetrahymena sp., Oodinium sp., yang termasuk dalam golongan protozoa dan Dactylogyrus sp. yang tergolong dalam platyhelminthes. Kedua golongan ektoparasit tersebut merupakan tarvar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan ektoparasit yang umum ditemukan pada ikan air Purwaningsih (2013) dan Handayani (2014), bahwa jenis-jenis ektoparasit yang sering menyerang ikan mas yaitu Trichoclina sp., Ichthyophthirius multifiliis, Epistylis sp., Myxobolus sp., Oodinium sp., Tetrahymena sp., Dactylogyrus sp., dan Gyrodactylus sp" Golongan protozoa paling banyak ditemukan menyerang pada ikan mas, hal tersebut karena parasit ini paling banyak menyerang pada budidaya ikan dibandingkan dengan jenis parasit lainnya dan memiliki kemampuan penyesuaian yang baik terhadap lingkungan yang baru (Rukyani 1990). Ektoparasit yang paling sedikit menyerang pada ikan mas adalah dari golongan platyhelminthes karena kurangnya kemampuan dari parasit ini untuk menyesuaikan diri dengan habitat baru dan beberapa jenis parasit ini hanya mempunyai organ target yang spesifik, misalnya Dactytogyrus sp. yang hanya dapat ditemukan pada insang (Kabata, 1985). Setelah diketahui spesies ektoparasit yang terdapat pada ikan mas, maka perlu diketahui pula keragaman, prevalensi, dan intensitas ektoparasitnya. Berdasarkan Tabel 3.1. diketahui bahwa tingkat keragaman ektoparasit pada ikan mas pada budidaya kolam polikultur di Desa Beji sebesar 0,79 yang menunjukkan keragamannya rendah. Rendahnya tingkat keragaman ektoparasit disebabkan oleh faktor pertahanan tubuh ikan, bila ikan dalam keaclaan sehat dan faktor lingkungan (salinitas, temperatur, pH, jenis dan oksigen terlarut) yang mendukung menjadikan sistem pertahanan tubuh ikan kuat, maka hanya ektoparasit tertentu yang mampu bertahan dan menginfeksi ikan. Sebaliknya bila ikan dalam keadaan sakit karena faktor lingkungan yang kurang layak, persaingan mernperoleh pakan, serta kepadatan yang tinggi pada budidaya polikultur menyebabkan ikan menjadi stress dan menjadikan pertahanan tubuh ikan melemah, akibatnya ektoparasit dengan mudah menyerang ikan dan berkembangbiak dengan cepat dalam jumlah yang banyak, sehingga keragamannya akan meningkat. Pernyataan ini juga didukung oleh Krebs (1gg5) yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota individunya, maka indeks keragamannya juga akan semakin besar. juga dibahas Selanjutnya setelah diketahui tingkat keragaman ektoparasit pada ikan mas, maka perlu ilngkat prevalensi ektoparasitnya. Berdasarkan Tabel 3.2, prevalensi ikan mas yang terinfeksi ektoparasit sebesar g6.670/0 menurutWilliams dan Williams (1996) termasuk kategori "usually" atau selalu ada. Hal tersebut diduga kualitas air yang kurang mendukung untuk ikan mas dan kepadatan ikan yang tinggi dalam kolam budidaya polikultur sering terjadinya gesekan antar sesama jenis il<an ataupun antar jenis ikan yang menyebabkan terjadinya penularan ektoparasit dari satu jenis ikan ataupun antar jenis ikan, sehingga ikan yang terinfeksi ektoparasit lebih banyak jumlahnya, serta frekuensi penyebaran ektoparasit pun menjadi bio.unsoed.ac.idprevalensi yang tertinggi dengan nilai tinggi. Terlihat pada Tabel 3.2. bahwa Trichadina sp. memiliki nilai 35% yang termasuk kategori "commonll' atau umum. Tinggirrya jumlah Trichodina sp. karena ektoparasit ditemukan pada ikan air tarvar dan Trichodina sp. banyak ditemukan menyerang/menginfeksi kulit dan insang karena pada bagian tubuh ikan tersebut ektoparasit ini dapat mengambil makanan dan oksigen (Rukyani, 1990). Tt'lchodina sp. yang mempunyai pergerakan aktif, ini yang umum sehingga dengan adanya kontak antar ikan, ak,pai kepadaian yang tinggi, memungkinkan terjadinya G=:-€r€=ss dengan baik pada penularan ektoparasit melalui kulit dengan cepat. selain iiu, ektoparasit ini tumbuh ef al',2Q04)' kotam-kotam dangkal dan menggenang (Rokhmani ,2Q02', dan R.ustikawati jenis-jenis ektoparasit lain yang lntensitas Epistylis sp. nilainya paling tinggi dibanciingkan dengan pada tingkat serangan ringan (Pusat citemukan (Gambar 3.2) yaitu sebesar 22,73 ind/ekor yang termasuk menyesuaikan diri yang Karantina lkan, 2005). Hal ini karena ektoparasit tersebut mempunyai kemampuan intensitas ektoparasit ini diduga terkait dengan cai[< terhadap lingkungan yang baru. selain itu, tingginya terjadi akibat lingkungarr yang kurang korrdisi stress pada ikan mas itu sendiri. stress pada ikan mas kehidupan ikan dan kepadatan ikan yang tinggi nnendukung yakni kualitas air yang kurang optimum untuk ikan dengan mudah terserang pada polikultur menjadikan ikan tidak leluasa untuk bergerak, sehingga yang terendah adalah oodinium sp' sebesar 1 e*,apanasit jenis ini. Ektoparasit dengan tingkat intensitas (Pusat Karantina lkan, 2005), karena ektoparasit ini -,r" E(cr. termasuk pada tingkat serangan sehat ektoparasit ini re-r ,n kennampuan menyesuaikan diri yang kurang dengan lingkungan baru, sehingga ikan memiliki sistem pertahanan tubuh yang baik' irr,6,rt o6ffit nrenginfeksi ikan dengan mudah karena layak untuk budidaya ikan nnas secara secara umum kualitas air kolam budidaya di Desa Beji kurang terlarutny'a' Hasil . ^-,r'an ikan nila, nilem, dan gurami ditinjau dari temperatur dan oksigen 1.g r! -€ -r! 8. Bahwa temperatur air budidaya ikan -6.,r,3-ri.rr-En :erperatur dan oksigen terlarut seperti pada Lampiran 2001 (Tatangindatu et al'' 2013) ar -e,qar iang optlmum menurut standar Baku Mutu PP' No' 82 Tahun Beji (26,875oC) r.-E!, .-p ar-rtara 2goc-32oc, sehingga temperatur air kolam budidaya polikultur di Desa rd .s -E tDd air tawar' Menurut Ghufran dan Kordi :emperatur yang kurang optimum untuk budidaya ikan karena i..,F,.,, +-m6era1.ur air merupakan faktor lingkungan yang penting untuk organisme akuatik \4\r'1Jtsi,i tE, iiPr ikan, metabolisme, oksigen terlarut, dan proses iemperaii.jr. air dapat mempengaruhi aktivitas makan bahwa temperatur diatas 32oc pada kolam reprocuks i<an. Afrianto dan Liviawaty (1gg2) nnenambahkan dalam air sehingga menyebabkan stres pada ikan dapai:.engakibatkan turunnya kadar oksigen terlarut ,"*rrr* i ikan. menurut standar Baku Mutu PP' No' re4arut yang menunjang untuk budidaya ikan air tawar yang tinggi di g2 Tanurn 2C01 (Tatangindatu et a1.,2013) adalah > 5 mgil. Kandungan oksigen terlarut dan cenderung resisten terhadap serangan dalam kolam membuat ikan air tawar tidak mudah stress terlarut hasil penelitian ini menunjukan angka eKoparasit (Albaster dan Lliyod, 1gg2). Namun, oksigen kurang optimum' Afrianto dan yang kurang optimum yaitu 2,575 mg/L (Larnpiran 8), sehingga termasuk pada ikan dapat menyebabkan timbulnya stress' Liviawaty (1gg2) menyatakan bahwa kekurangan oksigen homeostasis ikan akibat ketidakstabilan lingkungan r-.rxs r.rer vav:je Stress pada ikan adalah kondisi terganggunya et a1.,2011). Strees ikan yang disebabkan oleh sekitarnya (Reddy dan Leatherland, lggg datam Grace ektoparasit. Hal tersebut pula yang kualitas air yang buruk menyebabkan ikan rentan terserang polikultur di Desa Beji menyerang ikan mas yang dibudidayakan secara bio.unsoed.ac.id menyebabkan ektoparasit dapat Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas' KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil dan pembahasan adalah sebagai berikut: 1. Tingkat keragaman ektoparasit pada ikan mas termasuk dalam keragaman yang rendah. 2. Prevalensi ikan mas yang terinfeksi ektoparasit termasuk kategori "tJsually" atau selalu ada dan Trichodina sp. memiliki nilai prevalensi tertinggi yang termasuk kategori "commonlf' atau umum. 3. lntensitas ektoparasit tertinggi yang ditemukan pada ikan mas yang dibudidayakan polikultur diperoleh oleh Episfylis sp. dan intensitas ektoparasit yang terendah adalah Oodinium sp. Saran penelitian perlu dilakukan penelitian lanjutan pada ikan yang berbeda dan kepada petani ikan/masyarakat perikanan untuk selalu waspada atas kejadan penyakit. DAFTAR REFERENSI Afrianto, E dan E. Liviawaty. 1992, Pengendalian Hama dan Penyakit lkan. Kanisius, Yogyakarta. Badan pusat Statistik Kabupaten Banyumas. 2010. Banyumas dalam Angka Penerbit BPS Kabupaten Banyunnas Pu:mokerto. Dinas petemakan tan perikanan Kabupaten Banyumas. 2010. Produksi lkan Mas (benih dan konsumsi). Ghufran, Nl. ca- F Ko:;r. ZAA4. Penanggulangan Hama dan Penyakit lkan. Bina Adi Aksara dan Rineka Cipta -i..3-*3 ., S S;;e61, dan B, Aksono. 2011. Prevalensi Cacing Ektoparasit Monogenea pada lkan Lele n --- n--iasgariepinus) di Desa Laban Kecamatarr Menganti Kabupaten Gresik. Fakultas Grace, lJg J6! ds; :*;a"en F-re'wan Universitas Airlangga. Ha-rarEi R . Y. T. Adiputra, dan Wardiyanto. 2014. ldentifil<asi dan Keragaman Parasit pada lkan Mas K:ri r,Carraslus auratus) dan lkan Mas (Cyprinus carpio) yang Berasal dari Lampung dan Luar Larnpung. l{asata, Z. 1985. Parasites and Disease of Fish Cultured in The Tropics.l'aylor and Francis, London. 318p. Kanisius. 1992. Membudidayakan Gurame Secara lntensif. lKAPl, Yogyakarta. Kordi, G. 2007. Budi Daya Perairan. Citra Aditya Bakti, Bandung. Krebs. C. J. 1985. Ecology: The Experimentat Analysis of Distributions and Abundance. Ed. New York: Harper and Row Publishers. 654 P. bio.unsoed.ac.id Magurran, A. E. 1988. Ecological Diversity and lts Measurement. Princeton University Press. Princeton, New Jersey. Moller, H. and K. Anders. 1986. Drsease and Parasites of Marine Fishes. Verlag Moller, Germany. Odum, E. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University press, Yogyakarta. Purbomartono, C., M. lsnaetin, dan Suwarsito. 2010. Ektoparasit pada Benih lkan Gurami (Osphronel??us gouramy, Lac) di Unit Penelitian Rakyat (UPRr tse;i dan Sidabowa, Kabupaten Banyumas. ' pusat Karantina lkan. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Pennantauan Hama Dan Penyakit lkan Karantina (HPIK). Pusat Karantina lkan, Jakarta. purwaningsih, l. 2013. ldentifikasi Ektoparasit Protozoa Pada Benih lkan Mas (Cyprinus carpio Linnaeus, 1Z5g) di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) Cangkringan Sleman DlY, Yogyakarta (lD): UIN Sunan Kalijaga. Respati, H. dan B. Santoso. 1g93. Petunjuk Praktis Budidaya lkan Guranni. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. sains Akuatik' Rokhmani, zooz. Beberapa parasit pada Budidaya lkan Gurami di Kabupaten Banyumas' Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan UMP: 16-21 ha' Balai Rukyani, A. 1gg0. ldentifikasi parasit Protozoa pada lkan serta cara Penanggulangannya. (BPLP)' pendidikan dan Latihan penyuluhan Pertanian. Balai Penataran dan Latihan Pertanian Ciawi, Bogor. Ektoparasit pada Rustikawati, [., Rostika, R., lriana, D. dan Herlina, E. 2004. lntensitas dan Prevalensi di Desa Benih lkan Mas (Cyprinus carpio L.) yang Berasal dari Kolam Tradisional dan Longyam Pertanian Fakultas Sukamulya Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Jurusan Perikanan Universitas Padjadjaran. Bandung, Jawa Barat Graw. Hill Higher Schmidt, G.D. and Roberts, L.S. 2000. Foundations of Parasitogy. 7th Edition Mc Education. SingaPore' Air pada Budidaya lkan di Tatangindatu, F., o. lGlesaran, dan R. Rompas.2013. studi Parameter Fisika (2): 8-19' Danau Toncjanc Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. BudidayaPerairan' 1 [-. B, Williams. 1gg6. Parasitesof offshore Big Game Flshes of Puerto Rico and San Juan, trhe r$,,esem Abianffc. Puerto Rico Departement of Natural and Environmental Resources, FF' a:c Lum"ersltY of Puerto Rico, Mayaguez, PR' williams. E, ri., Jr. ar: bio.unsoed.ac.id