BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bidang Kimia dibagi dalam dua kelompok besar yang disebut Kimia Organik dan Anorganik, karena senyawa organik mengandung karbon, Kimia Organik dapat didefinisikan sebagai Kimia Karbon. Unsur senyawa karbon sangat unik karena dapat berikatan dengan sesamanya membentuk senyawa rantai dan cincin yang mantap, n-heksana, C6H12 dan Sikloheksana, C6H12 adalah contoh molekul rantai cincin dengan karbon. Isomer adalah molekul-molekul yang mempunyai rumus molekul yang sama tetapi strukturnya yang berbeda (atau susunan atomnya dalam molekul berbeda) Dalam ilmu kimia, isomer ialah molekul-molekul dengan rumus kimia yang sama (dan sering dengan jenis ikatan yang sama), namun memiliki susunan atom yang berbeda (dapat diibaratkan sebagai sebuah anagram). Kebanyakan isomer memiliki sifat kimia yang mirip satu sama lain. Juga terdapat istilah isomer nuklir, yaitu inti-inti atom yang memiliki tingkat eksitasi yang berbeda 1 B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan isomer? 2. Apa saja jenis-jenis isomer? 3. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya senyawa kompleks ? 4. Mengetahui pentingnya isomer kimia C. TUJUAN 1. Menjelaskan pengertian isomerisme dalam senyawa kompleks 2. Menyebutkan jenis-jenis isomerisme senyawa kompleks. 3. Menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya isomerisme pada senyawa kompleks 4. Menjelaskan pentingnya isomer kimia 2 BAB II PEMBAHASAN A. ISOMERI DALAM SENYAWA KOMPLEKS Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus kimia yang sama, akan tetapi memiliki penataan struktur yang berbeda. Tidak hanya dalam senyawa-senyawa organik, senyawa kompleks juga mengalami isomerisasi. Banyak senyawa koordinasi dengan struktur/rumus kimia yang cukup rumit. Selain itu bervariasinya jenis ikatan dan struktur geometris yang mungkin terbentuk memungkinkan banyaknya jenis isomer yang berbeda dalam senyawaan kompleks. Alfred Werner telah berusaha mengklasifikasikan jenisjenis isomeri yang terjadi dalam senyawa kompleks. Werner menggolongkan isomeri senyawa kompleks menjadi beberapa macam, yaitu isomer polimerisasi, ionisasi; ikatan terhidrat; koordinasi, posisi koordinasi, isomer geometris dan isomer optis. Sampai saat ini, penggolongan isomer yang telah dilakukan oleh Werner tersebut masih dipakai secara luas di bidang kimia. B. JENIS-JENIS SENYAWA KOMPLEKS Jenis isomeri yang paling penting dan paling sering teramati dalam senyawa kompleks adalah isomer geometris dan isomer optis. 1. Isomer Geometris Isomer geometri adalah isomer yang disebabkan oleh perbedaan letak atau gugus ruangan. Isomer geometri sering juga disebut denganisomer cistrans. Isomer ini tidak terdapat pada kompleks dengan struktur linier, trigonal planar atau tetrahedral, tetapi umumnya terdapat padakompleks planar segiempat dan octahedral. Isomer geometris, yang kadang-kadang juga disebut sebagai isomer cistrans, disebabkan oleh perbedaan letak atom atau gugus atom dalam ruang. Pada senyawa kompleks, isomeri semacam ini terjadi pada kompleks dengan 3 struktur dua substituen atau dua macam ligan. Substituen dapat berada pada posisi yang bersebelahan atau berseberangan satu sama lain. Jika gugus substituen letaknya bersebelahan, maka isomer tersebut merupakan isomer cis. Sebaliknya jika substituen berseberangan satu sama lain, isomer yang terjadi merupakan isomer trans. Contoh isomeri geometris pada segiempat planar seperti yang terjadi pada kompleks [Pt(NH3)2Cl2]. Isomer cis dan trans dari kompleks ini masingmasing ditunjukkan dalam Gambar (1) dan (2) Cl (NH3) NH3 Pt Cl Cl Pt (NH3) Cl (NH3) Gambar 2. Isomer trans kompleks [Pt(NH3)2Cl2] Gambar 1. Isomer cis kompleks [Pt(NH3)2Cl2] I somer cis dari kompleks [Pt(NH3)2Cl2] diperoleh dengan menambahkan NH4OH kedalam suatu larutan ion [PtCl4]2-. Sedangkan isomer trans dari kompleks yang sama dapat disintesis dengan mereaksikan [Pt(NH3)4]2+ dan HCl, Selain pada kompleks segi empat planar, isomer geometris juga dapat terjadi pada suatu kompleks oktahedral disubstitusi, seperti pada kompleks [Cr(NH3)4Cl2]+ . Isomer cis dari kompleks ini berwarna violet, sehingga dapat dibedakan dari isomer trans-nya yang berwarna hijau. Isomer cis dan trans dari kompleks ini ditunjukkan dalam Gambar (3) dan (4). 4 NH3 Cl Cl NH3 NH3 Cr NH3 Cr NH3 NH3 NH3 NH3 Cl Cl Gambar 3. Isomer cis kompleks [Cr(NH3)4Cl2]+ Gambar 4. Isomer trans kompleks [Cr(NH3)4Cl2]+ Suatu kompleks dengan ligan bidentat yang asimetris (misalnya glisinato) juga dapat menghasilkan isomer geometris. Contoh isomer semacam ini ditunjukkan pada gambar 5 dan 6, yang masing-masing menunjukkan isomer cis dan trans dari kompleks diglisinaplation(II) H2C H2N NH2 CH2 Pt C O O O C O Gambar 5. Isomer cis kompleks diglisinaplation(II) O C O NH2 CH2 Pt H2C NH2 O C O Gambar 6. Isomer trans kompleks diglisinaplation(II) 5 2. Isomer Optis Isomer optis adalah isomer yang dicirikan dari perbedaan arah pemutaran bidang polarisasi cahaya. Senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya dikatakan sebagai senyawa optis aktif. Isomer yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya ke arah kanan (searah jarum jam) disebut dextro (d atau +). Sebaliknya isomer dari senyawa yang sama dan memutar bidang polarisasi ke arah kiri (berlawanan arah jarum jam) disebut levo (l atau -). Pada senyawa-senyawa organik, isomeri optis terjadi pada senyawa yang memiliki atom C asimetris. Meskipun demikian, tidak berarti senyawa-senyawa kompleks yang merupakan senyawaan anorganik tidak memiliki isomer optis. Hasil pengamatan terhadap berbagai senyawa kompleks menunjukkan bahwa pada senyawa kompleks juga dapat terjadi isomeri optis. Suatu molekul senyawa komplek yang asimetris (tidak memiliki bidang simetri) sehingga tidak dapat diimpitkan dengan bayangan cerminnya, akan bersifat optis aktif dan memiliki isomer optis. Pada senyawa kompleks, isomer optik umum dijumpai dalam kompleks oktahedral yang melibatkan gugus bidentat dan memiliki isomer cis dan trans. Isomer cis dari kompleks semacam ini tidak memiliki bidang simetri, sehingga akan memiliki isomer optis. Misalnya pada kompleks [Co(en)2Cl2]+, yang memiliki bentuk isomer geometris cis dan trans. Bentuk isomer cis sendiri dari kompleks tersebut aktif secara optis, dan memiliki isomer d dan l. Dengan demikian, jumlah total dari seluruh isomer yang dimiliki oleh kompleks [Co(en)2Cl2]+ adalah tiga isomer. Salah satu isomer yang tidak aktif secara optis (dalam hal ini isomer trans dari kompleks [Co(en)2Cl2]+ disebut sebagai bentuk meso dari kompleks tersebut. Isomer-isomer dari kompleks ini ditunjukkan pada Gambar 7 – 9. 6 en en N N N N Cl Cl Co3+ Co3+ Cl Cl N N N N en en Gambar 7. Isomer cis –d kompleks [Co(en)2Cl2]+ Gambar 8. Isomer cis –l kompleks [Co(en)2Cl2]+ Cl N N en en Co3+ N N Cl Gambar 9. Isomer trans-meso kompleks [Co(en)2Cl2]+ C. ISOMER-ISOMER LAIN Selain isomer optis dan isomer geometris seperti yang telah disebutkan di atas, pada senyawa kompleks ada beberapa macam isomeri lain yang mungkin terjadi. 1. Isomer Ionisasi Isomerisasi jenis ini menunjukkan isomer-isomer dari suatu kompleks yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion yang berbeda. Misalnya kompleks [Co(NH3)5Br]SO4 yang berwarna merah-violet. Suatu larutan berair 7 dari kompleks ini akan menghasilkan endapan putih BaSO4 dengan larutan BaCl2, yang memastikan adanya ion SO42- bebas. Sebaliknya [Co(NH3)5SO4]Br berwarna merah. Larutan dari kompleks ini tidak memberikan hasil positif terhadap uji sulfat dengan BaCl2. Larutan akan memberikan endapan AgBr berwarna krem dengan AgNO3, yang memastikan adanya ion [Co(NH3)5Br]SO4 dilepaskan Br- bebas. Berarti ion SO42-, pada kompleks sedangkan kompleks [Co(NH3)5SO4]Br melepaskan Br-. Karena memiliki rumus komposisi kimia yang sama tetapi jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion yang berbeda, kedua kompleks tersebut dikatakan merupakan isomer ionisasi. Contoh lain dari isomer ionisasi adalah [Pt(NH3)4Cl2]Br2 dan [Pt(NH3)4Br2]Cl2dan [Co(en)2NO2.Cl]SCN, [Co(en)2NO2.SCN]Cl; dan [Co(en)2Cl.SCN]NO2. Salah satu bentuk isomer lain, yaitu isomer hidrasi, seringkali digolongkan sebagai bagian dari isomer ionisasi. Pada isomer hidrasi, salah satu atau lebih ligan digantikan oleh air kristal. Adanya isomer hidrasi dapat dicirikan antara lain dari perubahan warna, pengukuran konduktivitas, ataupun pengukuran kuantitas ion yang terendapkan. Contoh dari isomer hidrasi misalnya : [Cr(H2O)6]Cl3 (ungu, tiga mol ion Cl terendapkan) [Cr(H2O)5Cl]Cl2.H2O (hijau, dua mol ion Cl terendapkan) [Cr(H2O)4Cl2]Cl.2H2O (hijau tua, satu mol ion Cl terendapkan) Jika diperhatikan, contoh-contoh tadi menunjukkan bahwa pembentukan isomer koordinasi mengikuti suatu pola yang dapat dituliskan sebagai berikut: [M(A)x]+a[M’(B)y]-b membentuk isomer [M(B)y]+b[M’(A)x]-a 8 2. Isomer Koordinasi Suatu senyawa kompleks dapat memiliki isomer koordinasi jika senyawa kompleks tersebut terbentuk dari ion positif dan negatif yang keduanya merupakan ion kompleks. Dengan kata lain senyawa kompleks yang terbentuk dari kation dan anion yang merupakan ion kompleks dapat membentuk isomer koordinasi. Isomerisasi dapat terjadi melalui pertukaran sebagian atau seluruh ligannya. Beberapa contoh senyawa kompleks yang memiliki isomer koordinasi adalah sebagai berikut : - [Co(NH3)6]3+[Cr(CN)6]3-, membentuk isomer [Cr(NH3)6]3+[Co(CN)6]3- [Co(NH3)6]3+[Cr(C2O4)3]3-, membentuk isomer [Co(C2O4)3]3+[Cr(NH3)6]3- [Pt(NH3)4]2+[PdCI4]2- , membentuk isomer [Pt(NH3)3I]+[Pd(NH3)CI3]- ;dan isomer [Pd(NH3)3I]+[Pt(NH3)CI3]- ; dan isomer [Pd(NH3)4]2+[PtCI4]2Jika diperhatikan, contoh-contoh tadi menunjukkan bahwa pembentukan isomer koordinasi mengikuti suatu pola yang dapat dituliskan sebagai berikut : [M(A)x]+a[M’(B)y]-b membentuk isomer [M(B)y]+b[M’(A)x]-a 3. Isomer Ikatan Sejumlah senyawa kompleks memiliki ligan yang merupakan ligan ambidentat. Karena ligan semacam ini memiliki lebih dari satu atom yang dapat menyumbangkan pasangan elektron bebas dalam pembentukan ikatan, maka logam pusat dapat terikat dengan atom yang berbeda pada ligan tersebut. Dengan demikian terbentuklah isomer ikatan. Beberapa contoh ligan ambidentat yang dapat membentuk isomer ikatan adalah sebagai berikut : Ligan NO2 (nitro) dan nitrito (ONO) Contoh isomer dalam senyawa [(NH3)5Co-NO2]Cl2 dan [(NH3)5Co-ONO]Cl2 [(NH3)5Ir-NO2]Cl2 dan [(NH3)5Ir-ONO]Cl2 -SCN (tiosianato) dan –NCS [{(C6H5)P}2Pd(-SCN)2] dan [{(C6H5)3P}2Pd(-NCS)2}] (isotiosianato) [(OC)5Mn-SCN] dan [(OC)5Mn-NCS] 9 D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN SENYAWA-SENYAWA ATAUPUN ION-ION KOMPLEKS MEMILIKI ISOMER Senyawa atau ion kompleks dapat memiliki isomer terutama disebabkan oleh : 1. Perbedaan distribusi ligan di dalam dan di luar bola-koordinasi. 2. Perbedaan distribusi ligan pada dua atau lebih atom pusat. E. PENTINGNYA ISOMER KIMIA Seperti disebutkan sebelumnya, isomer dari molekul yang sama memiliki potensi untuk memiliki sifat fisik atau kimia yang berbeda. Perbedaan ini dapat memiliki beberapa implikasi penting. Mari kita lihat terutama pada kasus isomer optik. Kedua isomer yang mungkin juga bisa disebut sebagai 'enansiomer' satu sama lain. Misalnya enansiomer dengan sifat yang berbeda adalah bahwa senyawa 'carvone'. Dalam bentuk R, ditemukan dalam daun mint, dan merupakan penyumbang bau/aroma. Namun, dalam bentuk S, ia ditemukan dalam biji jintan, dan memiliki bau yang sangat berbeda. Hanya karena beda isomer. Ada juga yang tak begitu mencolok. Contoh yang paling terkenal adalah thalidomide. Obat ini diresepkan pada 1950-an dan 60-an untuk mengobati morning sickness pada ibu hamil; Namun, tidak diketahui kemudian adalah bahwa (S) enansiomer bisa diubah dalam tubuh menjadi senyawa yang menyebabkan deformitas pada embrio. Dua enansiomer juga tidak bisa diterima dalam tubuh, yang berarti bahwa bahkan jika hanya (R) enansiomer dapat 10 diisolasi, masih akan menghasilkan efek yang sama. Ini menekankan pentingnya menguji semua efek obat yang dibuat dari isomer optik, dan merupakan bagian dari alasan mengapa penelitian farmasi harus melalui tes sangat ketat, supaya memastikan bahwa mereka aman. 11 BAB III KESIMPULAN A. KESIMPULAN Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus molekul sama tetapi rumus strukturnya berbeda. Isomer terbagi empat yaitu Isomer Geometris , Isomer Optis, Isomer Ionisasi dan Isomer Koordinasi. Di samping empat kategori isomerisme tersebut, dikenal juga isomerisme polimerisasi. Isomerisme polimerisasi dapat dianggap bukan sebagai isomerisme sebenarnya karena antara satu isomer dengan isomer yang lain hanya sama rumus empirisnya tetapi berbeda massa molekulnya. 12 DAFTAR PUSTAKA Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga. http://aseppranata94.blogspot.com/2013/12/makalah-kimia-organik-isomer.html http://mbem-zone.blogspot.com/2013/04/isomerisasi-senyawa-kompleks.html https://guide-prof.blogspot.com/2015/10/jenis-jenis-isomer.html 13