Uploaded by User7716

Kemampuan Bicara

advertisement
Nerve
Unilateral
Bilateral
Beberapa
Beberapa
Total
Terisolasi
Terisolasi
Unilateral
Bilateral
persentase
V
-
-
2
4
3
VII
-
3
5
22
14
cabang
-
2
-
2
2
cabang
52
7
4
-
29
Semua cabang
10
11
5
35
28
XII
3
6
10
33
24
Pernapasan
-
1
-
4
2
29
14
10
47
100
X-hanya
faring
Hanya
laring
Total persentase
Kemampuan Bicara
Karakteristik cara berbicara/ucapan yang menyimpang yang terkait dengan beberapa lesi syaraf
kranial serupa dengan yang terkait dengan kerusakan syaraf kranial yang terisolasi, namun
efeknya terdengar dalam kombinasi. Sebagai konsekwensinya, mereka mungkin lebih sulit
untuk terisolasi. Umumnya, dysarthria dirasa lebih parah daripada lesi syaraf kranial, namun
hal ini tidak selalu terjadi, terutama jika ukuran keparahan tersebut bisa dimengerti. Misalnya
lesi bilateral dari lesi wajah bisa memiliki pengaruh yang sangat besar pada kejelasan daripada
gabungan sepihak dari saraf kranial V,VII, X. Umumnya, strategi pengganti yang efektif untuk
mempertahankan kejelasan lebih sulit bila banyak syaraf kranial terlibat dibandingkan saat
terjadi kerusakan pada saraf kranial tunggal.
Distribusi Keterlibatan Saraf Kranial untuk Bicara pada Flaccid Dysarthria
Distribusi keterlibatan saraf kranial dalam populasi masyarakat dengan Flaccid
Dysarthria tidak diketahui. Pada peninjauan kasus secara retrospektif yang terlihat dalam
setting medis yang besar memberikan petunjuk tentang distribusi yang ditemui dalam beberapa
praktik.
Tabel 5 merangkum distribusi keterlibatan saraf kranial V, VII, X, dan XII dalam 151
dari 154 dari kasus dimana etiologi dirangkum.
4.1. interpretasi hati-hati harus dilakukan mengenai keterwakilan dari data ini untuk
populasi yang umum atau untuk semua praktik patologi ucapan. Selain itu, data ini mewakili
penilaian patologi ucapan mengenai kontribusi kelemahan syaraf kranial pada dysarthria dan
belum tentu membiarkan syaraf kranial yang mungkin dilibatkan (kelemahan syaraf kranial
unilateral V tidak dimasukkan jika hal itu tidak tampak relevan pada kekurangan ucapan).
Beberapa karakteristik distribusi adalah berasal dari minat. Pertama, syaraf kranial V
dan kontribusi pernapasan pada flaccid dysarthria tidak jarang terjadi. Ini berarti mungkin
mereka bisanya tidak terpengaruh pada flaccid dysarthria atau tidak sering dinilai pada
kontribusi karakteristik ucapan yang menyimpang. Syaraf kranial VII dan XII terlibat lebih
sering, dan syaraf kranial X lebih sering daripada syaraf kranial ucapan lainnya. Diantara
cabang-cabang syaraf kranial X, cabang faring jarang sekali terlibat tanpa keterlibatan yang
diduga dari cabang laring superior atau berulang. Sebaliknya, cabang laring seringkali terlibat
tanpa keterlibatan cabang faring; hal ini menggambarkan frekuensi tingginya keterkaitan
operasi atau kelumpuhan lipatan vokal idiopatik di bawah cabang saraf faring kranial X.
Akhirnya, lebih dari 40% sampel memiliki keterlibatan unilateral dan bilateral dari syaraf
kranial tunggal ( lebih sering terjadi pada syaraf kranial X). Kebanyakan sampel memiliki
keterlibatan unilateral atau bilateral lebih dari satu syaraf kranial.
Gugus dari Dimensi Ucapan yang Menyimpang
DAB menemukan tiga gugus dari dimensi ucapan yang menyimpang diantara 30 pasien
dengan bulbar palsy. Gugus-gugus ini berguna dalam memahami kekurangan neuromuskular
yang diduga, bagian sistem ucapan yang banyak terlibat dan fitur dari flaccid dysarthria yang
membedakannya dari jenis flaccid dysarthria lainnya (tabel 4-6).
Gugus pertama adalah phonatory incompetence. Hal ini mencakup suara nafas,
inspirasi yang terdengar, dan ungkapan pendek. Gugus itu mewakili inkompetensi di batang
laring, termasuk adduksi lipatan vokal yang tidak cukup ( sesal nafas karena adduksi lipatan
vokal yang tidak cukup, dan ungkapan pendek karena pemborosan udara melalui glotis) dan
abduksi (inspirasi yang terdengar karena abduksi lipatan vokal yang tidak cukup selama
inspirasi).
Gugus kedua adalah resonatory incompetence. Hal ini meliputi hipernasalitas,
pengeluaran bunyi sengau, konsonan yang tidak tepat, dan ungkapan-ungkapan pendek.
Hubungan diantara fitur-fitur ini mencerminkan kelemahan katup velofaringeal yang
menyebabkan resonansi nasal yang berlebihan (hipernasalitas) dan aliran udara nasal selama
percobaan untuk menghasilkan konsonan yang memerlukan tekanan intraoral (pengeluaran
bunyi sengau). Konsonan yang tidak tepat di dalam gugus ini mencerminkan efek tambahan
dari pengeluaran bunyi sengau pada ketepatan tekanan konsonan. Ungkapan-ungkapan pendek
mencerminkan pengaruh pemborosan udara melalui velofaringeal port selama berbicara.
Gugus akhir adalah phonatory-prosodic insufficiency. Hal ini terdiri dari suara yang
parau, monopitch, dan monoloudness. DAB merasakan karakteristik ini mencerminkan
hipotonia di otot-otot laring. Hipotesis ini menerima dukungan dari penelitian akustik dan
fisiologi dan dari pengamatan langsung lipatan vokal yang lemah atau lumpuh.
Ketidakmampuan gugus-gugus phonatory dan resonatory terutama penting untuk
diagnosis yang berbeda, karena mereka tidak ditemukan dalam jenis dysarthria lainnya. Jadi,
adanya ketidakmampuan phonatory dan resonatory adalah sugestif dari flaccid dysarthria dan
melibatkan kelemahan LMN di katup laring dan velofaringeal (syaraf kranial X). Gugus ketiga
phonatory-prosodic insufficiency, adalah nilai yang kurang terhadap diagnosis yang berbeda,
karena juga ditemukan pada jenis dysarthria lainnya.
Tabel 4-6 Gugus Karakteristik Cara Bicara yang tidak Normal pada Flaccid Dysarthria
Nama Gugus
Karakteristik Bicara
phonatory incompetence
suara nafas, inspirasi yang terdengar, dan
ungkapan pendek.
resonatory incompetence.
hipernasalitas, pengeluaran bunyi sengau,
konsonan yang tidak tepat, dan ungkapanungkapan pendek.
phonatory-prosodic insufficiency
suara
yang
parau,
monopitch,
dan
monoloudness
Pembaca kemungkinan bingung dengan pembatasan gugus-gugus ini pada kelainan
syaraf kranial X. Ini tidak berarti kelainan bicara diakibatkan oleh kelemahan dari syaraf
kranial lainnya tidak terjadi pada flaccid dysarthria juga tidak berarti bahwa pengakuan
kelainan lain tidak membantu diagnosis. Ketiadaan pengaruh yang jelas dari syaraf kranial
lainnya dalam analisis gugus DAB kemungkinan mencerminkan beberapa pengaruh. Pertama,
distribusi keterlibatan syaraf kranial dalam sampel mereka ( dan itu semua yang dengan flaccid
dysarthria secara umum, seperti yang dinyatakan oleh penemuan yang dirangkum di table 4-5)
mungkin bias terhadap lesi syaraf kranial X. Kedua, pengelompokan semua defisit artikulatori
di bawah penunjukan global ketidaktepatan konsonan dan penyimpangan vokal mungkin telah
menutupi efek tertentu lesi syaraf kranial V, VII, dan XII pada cara bicara. Ketiga,
ketidaktepatan konsonan dapat terjadi pada semua jenis dysarthria, sehingga kehadiran mereka
tidak mungkin berbeda dalam kelompok yang membedakan antara jenis dysarthria. Akhirnya,
tujuan utama dari penelitian oleh DAB fokus pada perbedaan diantara jenis dysarthria daripada
efek perbedaan pada kerusakan cara bicara pada syaraf kranial tertentu dalam sebuah jenis
dysarthria tertentu (misalnya, flaccid dysarthria)
Tabel 4-7. Karakteristik ucapan paling menyimpang yang ditemui di flaccid dysarthria
oleh Darley, Aronson, dan Brown. Diurutkan dalam daftar dari paling sampai kurang
parah. Juga daftar adalah kelompok syaraf dan otot kranial kebanyakan kemungkinan
dihubungkan dengan karakteristik ucapan yang menyimpang
Dimensi
Syaraf kranial utama
Tingkat
Hipernasalitas
X
Velofaringeal
Artikulatory
Konsonan tidak tepat
V
Rahang
VII
Wajah
X
Velofaringeal
XII
Lidah
X
Laring
Monopitch
X
Laring
Pengeluaran bunyi sengau
X
Velofaringeal
Inspirasi terdengar
X
Laring
Kualitas vokal yang keras
X
Laring
Frasa-frasa pendek
X
Laring atau
Spinal
Pernafasan
Suara nafas
(berlanjut)
pernafasan
Monoloudness
X
Laring atau
Spinal
pernafasan
pernafasan
Poin penting disini adalah bahwa menyelidiki fungsi tiap-tiap syaraf kranial dan lokus
karakteristik bicara tertentu adalah penting untuk pemeriksaan, gambaran, dan diagnosis. Juga
karena flaccid dysarthria bisa ditunjukkan dengan kerusakan untuk hanya syaraf kranial
tunggal dan karena dysarthria lainnya jarang menunjukkan melalui syaraf kranial tunggal, dari
kelompok otot-otot yang menyerang adalah penting untuk membedakan diagnosis dan
keputusan pengobatan.
Tabel 4-7 merangkum karakteristik cara bicara paling menyimpang yang ditemukan oleh DAB
pada pasien mereka dengan flaccid dysarthria. Syaraf kranial atau spinal dan komponen
mekanisme bicara yaitu kemungkinan besar terlibat dalam menghasilkan tiap-tiap karakteristik
juga diberikan. Tabel 4-8 merangkum hubungan akustik dan fisiologis flaccid dysarthria yang
ditinjau dalam diskusi defisit yang berhubungan dengan dengan tiap-tiap syaraf kranial bicara.
Tabel 4-8. Rangkuman pengamatan langsung dan penemuan akustik dan fisiologiss
flaccid dysarthria (berdasarkan literatur yang dirangkum dalam teks). Beberapa
penemuan mungkin mencerminkan usaha untuk mengimbangi kelemahan dan tidak
hanya efek utama dari kelemahan.
Tingkat
Pengamatan Langsung, Akustik, dan
Fisiologi
Pernafasan
Mengurangi kemampuan vital
Penghentian kemampuan berbicara pada
volume paru-paru lebih besar daripada
normal
Lebih besar daripada inspirator normal dan
volume tulang rusuk
Pergerakan dinding dada yang tidak normal
Pernapasan glosofaringeal dan leher
Laringeal atau pernafasan
Imobilitas atau kelesuan lipatan vokal
(unilateral atau bilateral)
Penutupan
glotal
yang
tidak
lengkap
(unilateral atau bilateral)
Frekuensi lipatan vokal yang tidak normal
dan gangguan amplitudo
Meningkatkan
mukosa
lipatan
amplitudo
vokal
gelombang
(unilateral
bilateral)
Meningkatkan tingkat aliran udara
Meningkatkan volume inspirator
Meningkatkan nafas per menit
Mengurangi frekuensi dan durasi jeda
dan
Mengurangi durasi bicara dan suku kata per
kelompok pernafasan
Mengurangi rentang dan variabilitas fo
Amplitudo tinggi fo dengan mengurangi
energi harmoni
Mengurangi intensitas dan definisi formant
Meningkatkan energi spektral frekuensi
tinggi
Velofaringeal
Mengurangi
atau
meniadakan
gerakan
palatal (unilateral atau bilateral)
Mengurangi
atau
meniadakan
gerakan
dinding faringeal (unilateral atau bilateral)
Meningkatkan aliran udara nasal
Mengurangi frekuensi Fo
Meningkatkan frekuensi Fo
Mengurangi rentang nada
Meningkatkan bandwidth formant
Mengurangi intensitas keseluruhan dan
jangkauan intensitas
Ekstra resonansi
Antiresonansi
Lingual
Mengurangi
kekuatan
lingual
yang
berkelanjutan
Kasus
Kasus berikut ini meninjau sejarah, pemeriksaan temuan, dan diagnosis beberapa pasien
dengan flaccid dysarthria. Sebagai sebuah kelompok, mereka menggambarkan beberapa
persamaan dan perbedaan yang ada diantara masyarakat dengan jenis dysarthria ini. Beberapa
kasus menggambarkan munculnya defisit bicara dalam penyakit neurologi dan pentingnya
diagnosis bicara untuk diagnosis medis atau neurologi.
Kasus 4-1
Seorang wanita berusia 44 tahun digambarkan dengan riwayat kesulitan berbicara selama
delapan bulan yang dia pikir diakibakan oleh stress yang berkelanjutan. Pemeriksaan neurologi
normal. Ahli syaraf tidak yakin namun heran jika keluhannya terkait dengan stress. Konsultasi
patologi kemampuan bicara diminta.
Selama evaluasi bicara pasien itu mengatakan jika bicaranya memburuk saat dia lelah atau
berada di bawah tekanan, dan hal itu seringkali berubah saat dia melatih tim bola voli. Dia
menggambarkan hal itu “seperti menyatu, seperti mulutnya membeku... suaranya seperti
menjadi parau.” Dia secara samar-samar menggambarkan sebuah perubahan mengunyah atau
menelan seperti waktu tertentu tapi menolak dikatakan muntah atau mengeluarkan air liur.
Masalah bicara itu terus terjadi sampai dia beristirahat. Sumber utama tekanannya adalah
jadwal sibuk merawat tiga anaknya yang memasuki usia sekolah dan melatih tim voli sekolah
menengah atas. Dia menggambarkan kehidupan keluarga dan kerjanya stabil dan bahagia
namun sibuk.
Cara bicaranya awalnya normal. Setelah enam menit membaca dengan keras, gangguan bunyi
desis ringan mulai terlihat, bersamaan dengan suara serak yang tidak jelas dan suara vokal
gugup perlahan-lahan. Ucapan AMR normal dan dia tidak menjadi hipernasal, namun
ketidakkonsistenan aliran udara terdeteksi pada cermin diikat selama pengulangan suara dan
frase non nasal. Setelah 4.5 menit tambahan waktu baca, dia mulai menginterdentalkan /s/ dan
/z/. Perubahan affricates dan perubahan ringan /r/. AMR tetap normal dan hipernasalitas tidak
dirasakan. Pemeriksanaan mekanisme oral segera setelah pengujian tekanan hanya
menunjukkan kelemahan lingual yang samar. Pasien kecewa dan menangis ketika cara
bicaranya berubah, membuatnya sulit untuk memisahkan pengaruh respons emosionalnya
terhadap kelemahannya. Bicaranya kembali normal setelah 30 detik beristirahat.
Dia diminta untuk kembali keesokan harinya pada jam 5 sore setelah latihan bola voli.
Meskipun cara bicaranya cukup normal, itu kemudian memburuk dengan cepat dan signifikan,
tapi karakternya tetap sama seperti yang dicatat sehari sebelumnya. Selain itu jeda nada dan
beberapa kegugupan pada pipi saat bicara terlihat.
Diagnosis bicara adalah “flaccid dysarthria dicirikan dengan kelemahan dari, setidaknya syaraf
kranial VII, X, dan XII, secara bilateral, dengan memburuk secara cepat dengan pengujian
stress, konsisten dengan pola gangguan terlihat dalam myasthenia gravis”. EMG yang
berikutnya dan peningkatan gejalanya dengan pengobatan Mestinon menetapkan diagnosis
MG. Dia sesudah itu melakukan dengan baik dengan pengobatan Mestinon.
Penjelasan . (1) kesulitan bicara adalah tanda-tanda pertama dari penyakit syaraf (2) adanya
tekanan psikologis di awal kesulitan berbicara adalah bukti yang tidak cukup dari etiologi
psikogenik. Pasien sering menghubungkan masalah fisik mereka dengan stress saat penyakit
syaraf hadir secara berbahaya. Dalam kasus tersebut, faktor neurologis dan psikologis patut
mendapat perhatian yang sama sampai muncul penyebab yang jelas. (3) diagnosis bicara dapat
melokalisasi penyakit pada sistem motor. Dalam beberapa kasus, diagnosis bicara memberikan
bukti kuat untuk diagnosis syaraf tertentu.
Download