ANALISIS KESESUAIAN ANTARA HARAPAN DAN

advertisement
1
ANALISIS KESESUAIAN ANTARA HARAPAN DAN
KENYATAAN MUTU PELAYANAN YANG DITERIMA DI UNIT
RAWAT INAP RSUD Dr. RADEN SOEDJATI SOEMODIARDJO
KABUPATEN GROBOGAN
TESIS
Untuk memenuhi persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S2
PROGRAM STUDI
MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
KONSENTRASI
ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
Oleh :
SUHARDI
NIM. E4A007059
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
2
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa proposal tesis yang berjudul
ANALISIS KESESUAIAN ANTARA HARAPAN DAN
KENYATAAN MUTU PELAYANAN YANG DITERIMA DI UNIT
RAWAT INAP RSUD Dr. RADEN SOEDJATI SOEMODIARDJO
KABUPATEN GROBOGAN
Telah Disetujui Sebagai Usulan Penelitian Tesis
Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Pasca Sarjana
Program Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Menyetujui,
Pembimbing I
Dr. Sudiro, MPH.Dr. PH.
NIP. 131 252 965
Pembimbing II
Dra. Atik Mawarni, M.Kes.
NIP. 131 918 670
Mengetahui,
A.n. Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sekretaris Bidang Akademik
Dra. Atik mawarni, M.Kes.
NIP.131 918 670
3
USULAN PENELITIAN
Bukti Pengesahan Hasil Refisi Proposal Penelitian Tesis
Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Pascasarjana
Telah Diseminarkan Pada Hari Rabu, 21 Januari 2009
Setelah Diadakan Perbaikan, Selanjutnya Disetujui Untuk Dilakukan Penelitian
Penguji,
dr. Murti W. Wirawan,M.Kes.
Pembimbing II,
Dra. Atik Mawarni, M.Kes
Penguji,
Septo Pawelas Arso, SKM.M.kes.
Pembimbing I,
dr.Sudiro, MPH.Dr.PH.
4
PENGESAHAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
ANALISIS KESESUAIAN ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN MUTU
PELAYANAN YANG DITERIMA DI UNIT RAWAT INAP RSUD Dr. RADEN
SOEDJATI SOEMODIARDJO KABUPATEN GROBOGAN.
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama
: Suhardi
NIM
: E4A 007 059
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 2 Juni 2009 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
dr. Sudiro, MPH.,Dr.PH
NIP. 131 252 965
Dra. Atik Mawarni, M.Kes
NIP. 131 918 670
Penguji,
Penguji,
dr. Mutri W Wirawan, M.Kes
Septo Pawelas Arso, SKM.,MARS
Semarang, 2 Juni 2009
Universitas Diponegoro
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Ketua Program,
dr. Martha Irene Kartasurya, MSc., PhD
NIP. 131 694 515
PERNYATAAN
5
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Suhardi
NIM
: E4A 007 059
Menyatakan bahwa tesis judul “ANALISIS KESESUAIAN ANTARA HARAPAN DAN
KENYATAAN MUTU PELAYANAN YANG DITERIMA DI UNIT RAWAT INAP RSUD
Dr. RADEN SOEDJATI SOEMODIARDJO KABUPATEN GROBOGAN“ merupakan:
1. Hasil karya yang disusun, dipersiapkan dan ditulis sendiri.
2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada program Magister ini
ataupun pada program lainnya.
Oleh karena itu pertanggungjawaban tesis ini sepenuhnya berada pada diri saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 20 Mei 2009
Penulis,
Suhardi
NIM : E4A 007 059
6
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Suhardi
Tempat & Tanggal Lahir
: Kebumen, 6 September 1970
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jl. Purwodadi Kudus Km.13 Ds. Taruman
Rt.03/II Kec. Klambu Kab. Grobogan
Pendidikan
:
1. Lulus SD Ambal Resmi tahun 1983
2. Lulus SMPN Ambal tahun 1987
3. Lulus SPK Depkes Seramang tahun
1990
4. Lulus Sarjana Keperawatan Universitas
Said Surakarta 2007
Pekerjaan
: Perawat
RSUD
Dr.
Raden
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
Soedjati
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Kesesuaian Antara Harapan Dan
Kenyataan Mutu Pelayanan Yang Diterima Di Unit Rawat Inap RSUD Dr. Raden
Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan”. Tesis ini disusun dalam rangka
memenuhi persyaratan pendidikan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang.
Penyusunan tesis ini terselenggara berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Martha Irene Kartasurya, MSc., PhD selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
2. dr. Sudiro, MPH., Dr.PH selaku pembimbing utama yang telah membimbing
penulis sampai terselesainya tesis ini.
3. Dra. Atik Mawarni, M.Kes selaku pembimbing kedua yang telah membimbing
penulis dan memberikan arahan dengan sabar dalam penyusunan tesis ini.
4. dr. Murti W. Wirawan, M.Kes selaku penguji pertama yang telah memberi
masukan berarti untuk kesempurnaan tesis ini.
5. Septo Pawelas Arso, SKM., MARS selaku penguji kedua yang juga telah
memberi masukan berarti untuk kesempurnaan tesis ini.
6. dr. Iman Santoso, M.Kes., selaku Direktur RSUD Dr. Raden Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan yang telah memberi ijin kepada penulis
dalam pengambilan data penelitian.
7. Para pasien rawat inap di RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo
Kabupaten Grobogan yang telah bersedia membantu penulis dalam
pengambilan data.
8
8. Seluruh dosen Program Pascasarjana Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
beserta staf yang telah membantu dan memberi dukungan dalam
penyelesaian tesis ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
berkenan membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan melimpahkan rahmat
serta hidayahNya kepada semua pihak yang membantu dan terlibat hingga
terselesainya tesis ini.
Untuk kesempurnaan tesis, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Akhirnya semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua dan
khususnya
bagi
optimalisasi
mutu
pelayanan
RSUD
Dr.
Raden
Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
Semarang, 20 Mei 2009
Penulis
9
Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Administrasi Rumah Sakit
Universitas Diponegoro
Semarang
Tahun 2009
ABSTRAK
Suhardi
Analisis Kesesuaian Antara Harapan Dan Kenyataan Mutu Pelayanan Yang
Diterima Di Unit Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan
Halaman : 107, Tabel : 29, Gambar : 13, Lampiran : 8
Mutu pelayanan rawat inap dapat diukur dengan model SERVQUAL yang
memperhatikan 5 dimensi yaitu: 1) bukti langsung, 2) keandalan, 3) daya tanggap, 4)
jaminan dan 5) empati. Menurunnya jumlah kunjungan pasien baru membayar
langsung di unit rawat inap merupakan permasalahan kualitas pelayanan yang
diterima pasien dan harus segera ditanggulangi oleh pihak manajemen RSUD Dr.
Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui kesesuaian antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang
diterima di unit rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional panel, dengan pendekatan
longitudinal prospektif. Populasi penelitian adalah seluruh pasien rawat inap baru
yang bayar langsung berjumlah 556 orang. Sedangkan sampel penelitian berjumlah
149 dengan metode simple random sampling. Analisis kesesuaian antara harapan
dan kenyataan menggunakan model diagram kartesius.
Hasil analisis diskriptif, bukti langsung pelayanan (85,61%), keandalan
pelayanan (84,67%), daya tanggap pelayanan (94,00%), jaminan pelayanan
(87,25%) dan empati pelayanan (86,92%) dalam kategori tinggi. Analisis diagram
Kartesius per item variabel prioritas utama diperbaiki 1) bukti langsung: sarana dan
prasarana (kuadran A); kebersihan dan kenyamanan ruang (kuadran A), 2)
keandalan: penjelasan dokter tentang penyakit (kuadran A); penjelasan gizi/ diet
makanan (kuadran A), 3) daya tanggap: responsivitas perawat (kuadran A); hasil
laborat diterima pada hari yang sama (kuadran A), 4) jaminan: penjelasan prosedur
tindakan (kuadran A); alasan tindakan dan prediksi kesembuhan (kuadran A), 5)
empati: kontrol diet setiap hari (kuadran A). Analisis diagram Kartesius variabel mutu
bersama-sama, bukti langsung pelayanan kuadran C, keandalan pelayanan kuadran
B, daya tanggap pelayanan kuadran C, jaminan pelayanan kuadran C dan empati
pelayanan kuadran B. Keandalan dan empati pelayanan dapat dipertahankan
sedangkan bukti langsung, daya tanggap dan jaminan pelayanan prioritas rendah.
Saran adalah mengkondisikan kebersihan dan kenyamanan ruang perawatan
serta melengkapi/ memperbaharui fasilitas ruang perawatan, melakukan audit medik
pelaksanaan visite dokter, melakukan evaluasi program pelayanan penunjang terkait
kecepatan pelayanan.
Kata kunci
: Mutu Pelayanan Rawat Inap, Diagram Kartesius, Kesesuaian
Harapan dan Kenyataan.
Kepustakaan : 28 (1988 – 2007)
10
Master Program in Public Health
Majoring in Hospital Administration
Diponegoro University
2009
ABSTRACT
Suhardi
Appropriateness Analysis between Expectation and Realism about Accepted
Services Quality at the Inpatient Unit of Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo
Hospital in District of Grobogan
107 pages + 29 tables + 13 figures + 8 enclosures
A quality of inpatient services could be measured by a model of SERVQUAL that
consists of the following five dimensions: 1) Tangible,
2) Reliable, 3)
Responsiveness, 4) Assurance, and 5) Empathy. Decreasing the visit number of new
patients who directly pay at the inpatient unit is a main problem of accepted services
quality and must be overcome by the management of Dr. Raden Soedjati
Soemodiardjo Hospital in District of Grobogan. The objective of this research was to
analyze appropriateness between expectation and realism about accepted services
quality at
the inpatient unit of Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Hospital
in District of Grobogan.
This was a panel observational research with prospective longitudinal approach.
Population was all new patients who directly paid (556 persons). Number of sample
was 149 persons carried out by the technique of simple random sampling.
Appropriateness analysis between expectation and realism used a model of
Cartesius diagram.
The result of this descriptive analysis showed that most of
the
respondents were tangible (85.61%), reliable (84.67%), responsive (94.00%), high
assurance (87.25%), and high empathy (86.92%). Based on the analysis of Cartesius
diagram, a main priority that must be improved per variable as follows: 1) Tangible:
means and infrastructure (quadrant A); cleanliness and convenience of a room
(quadrant A), 2) Reliability: a doctor’s explanation about a disease (quadrant A),
explanation about nutrition and food diet (quadrant A), 3) Responsiveness: A nurse’s
responsiveness (quadrant A), accepted laboratory result in a same day (quadrant A),
4) Assurance: explanation about proceedings procedure (quadrant A), reason of
proceedings and cure estimation (quadrant A), 5) Empathy: control of diet everyday
(quadrant A). The result of Cartesius diagram analysis together showed that the
variable of tangible was in quadrant C, the variable of reliable was in quadrant B, the
variable of responsiveness was in quadrant C, the variable of assurance was in
quadrant C, and the variable of empathy was in quadrant B. The variables of
reliability and empathy could be kept. Otherwise,
the variables of
tangible, responsiveness, and assurance had low priorities.
As a suggestion, the hospital management should keep cleanliness and convenience
of a room followed by providing facilities in a treatment room. Beside that, the
management should conduct a medical audit regarding
an implementation
of a doctor visit and evaluate the support programs related to quickness of services.
Key Words
: Quality of Inpatient Services, Cartesius Diagram,
Appropriateness between Expectation and Realism
Bibliography : 28 (1988 – 2007)
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….....
ii
PERNYATAAN ………………………………………………………………..
iii
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….
v
ABSTRAK (Teks Indonesia) ……………………........……………………...
vii
ABSTRAK (Teks English) ………….....……………………………………... viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………
xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………. 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………
11
C. Pertanyaan Penelitian .......................................................... 12
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 12
E. Ruang Lingkup …………………………………………………. 14
F. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 14
G. Keaslian Penelitian …………………………………………….. 15
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit ……………………………………………………. 17
B. Pelayanan Rawat Inap ………………………………………… 18
C. Perilaku Konsumen ........……………………………………… 18
D. Penilaian Mutu Jasa .......……………………………………… 25
E. Harapan Pelanggan ....................…………………………….. 26
F. Persepsi Pelanggan .............………………………………….. 28
12
G. Kepuasan .......................................…………………………… 30
H. Diagram Kartesius .............……………………………………. 35
I.
Kerangka Teori ..........………………………………………….. 37
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian ……………………………………………… 38
B.
Hipotesis Penelitian ................………………………………… 38
C. Kerangka Konsep .....…………………………………………… 39
D. Rancangan Penelitian ………………………………............... 39
1. Jenis Penelitian ......................................................... 39
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data .................... 39
3. Metode Pengumpulan Data ....................................... 40
4. Populasi Penelitian .................................................... 40
5. Prosedur Sampel dan Sampel Peneltian ................... 40
6. Definisi Operasional Variabel Peneltian Dan Alat
Pengukuran ................................................................ 42
7. Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian .................. 44
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......…………………….. 54
B. Karakterisik Responden ......................................................... 56
C. Mutu Pelayanan Bukti Langsung ........................................... 57
D. Mutu Pelayanan Keandalan .................................................. 65
E. Mutu Pelayanan Daya Tanggap ............................................ 74
F. Mutu Pelayanan Daya Jaminan ............................................. 82
G. Mutu Pelayanan Empati ........................................................ 90
H. Analisis Diagram Kartesius Kesesuaian Harapan dan
Kenyataan Variabel Mutu Secara Bersama .......................… 93
13
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………....... 102
B. Saran …………………………………………………………...... 105
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 106
LAMPIRAN ................................................................................................. 108
14
DAFTAR TABEL
No.
Judul Tabel
Halaman
Tabel
1.1
Jumlah Dan Jenis Tenaga Di RSUD Dr. Raden Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan .................................
1.2
Gambaran Pelayanan Rawat Inap RSUD Dr. Raden
Soedjati Soemodiardjo Grobogan th 2004-2008 ................
1.3
3
6
Gambaran Jumlah Kunjungan Pasien Baru Lama Di Unit
Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo
Kabupaten Grobogan Tahun 2004 – 2008 ........................
1.4
7
Gambaran Jumlah Pasien Baru Bayar Langsung Dan
Tidak Bayar Langsung Di Unit Rawat Inap RSUD Dr.
Raden Soedjati Sumodiardjo Kabupaten Grobogan Tahun
2004 – 2008 .......................................................................
1.5
Gambaran Tarif Rawat Inap Rumah Sakit di Kabupaten
Grobogan Tahun 2008 .......................................................
1.6
9
Gambaran Perbedaan Judul Dan Metodologi Penelitian
Terdahulu ..........................................................................
3.1
8
Gambaran Hasil Studi Pendahuluan Pada Pasien Rawat
Inap tentang mutu pelayanan ............................................
1.7
8
16
Besar Sampel Tiap Kelas Perawatan Di Unit Rawat Inap
RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan N= 556, n= 149 .................................................
3.2
Distribusi Item Valid dan Item Tidak Valid Kuesioner
Harapan dan Kenyataan ....................................................
3.3
32
Rangkuman Perhitungan Reliabilitas Variabel Harapan
47
15
Mutu Pelayanan .................................................................
3.4
Rangkuman Perhitungan Reliabilitas Variabel Kenyataan
Mutu Pelayanan .................................................................
3.5
48
Rangkuman Perhitungan Reliabilitas Variabel Harapan
dan Kenyataan Mutu Pelayanan .......................................
4.1
48
49
Distribusi Karakteristik Pasien Rawat Inap RSUD Dr.
Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan …….
56
4.2
Distribusi Jawaban Harapan Bukti Langsung ....................
57
4.3
Distribusi Jawaban Kenyataan Bukti Langsung .................
58
4.4
Rerata Harapan dan Kenyataan Bukti Langsung ..............
59
4.5
Distribusi Jawaban Harapan Keandalan ............................
65
4.6
Distribusi Jawaban Kenyataan Keandalan ........................
66
4.7
Rerata Harapan dan Kenyataan Keandalan ......................
67
4.8
Distribusi Jawaban Harapan Daya Tanggap .....................
74
4.9
Distribusi Jawaban Kenyataan Daya Tanggap ..................
75
4.10
Rerata Harapan dan Kenyataan Daya Tanggap ................
76
4.11
Distribusi Jawaban Harapan Jaminan ...............................
82
4.12
Distribusi Jawaban Kenyataan Jaminan ...........................
83
4.13
Rerata Harapan dan Kenyataan Jaminan ..........................
84
4.14
Distribusi Jawaban Harapan Empati ..................................
90
4.15
Distribusi Jawaban Kenyataan Empati .............................
91
4.16
Rerata Harapan dan Kenyataan Empati ............................
92
4.17
Rangkuman Diagram Kartesius Per Item Variabel ............
98
4.18
Rerata Harapan dan Kenyataan Mutu Pelayanan Rawat
Inap ....................................................................................
99
16
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul Gambar
Gambar
2.1
Proses pembelian Model lima tahap ..............................
2.2
Halaman
20
Faktor-faktor yang membentuk harapan pasien dengan
pelayanan yang diterima ................................................
26
2.3
Proses Perseptual ..........................................................
29
2.4
Faktor – faktor yang mempengaruhi perepsi .................
30
2.5
Bangun Persegi Empat Diagram Kartesius ...................
35
2.6
Kerangka Teori ..............................................................
37
3.1
Kerangka Konsep ..........................................................
39
4.1
Diagram Kartesius Variabel Bukti Langsung .................
60
4.2
Diagram Kartesius Variabel Keandalan .........................
68
4.3
Diagram Kartesius Variabel Daya Tanggap ...................
77
4.4
Diagram Kartesius Variabel Jaminan .............................
85
4.5
Diagram Kartesius Variabel Empati ...............................
93
4.6
Diagram Kartesius Variabel Mutu Pelayanan ................
100
17
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Lampiran
1.
Surat Pengantar Pengisian Kuesioner Kepada Responden Try
Out Penelitian.
2.
Surat Pengantar Pengisian Kuesioner Kepada Responden
Penelitian.
3.
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian.
4.
Kuesioner Penelitian Analisis Kesesuaian Antara Harapan Dan
Kenyataan Mutu Pelayanan Yang Diterima Di Unti Rawat Inap
RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan
5.
Surat keterangan telah melaksanakan uji validitas dan
reliabilitas
di
RSUD
Dr.
Raden
Soedjati
Soemodiardjo
Kabupaten Grobogan.
6.
Surat ijin melakukan penelitian di RSUD Dr. Raden Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
7.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian .
8.
Hasil Analisis Data Processing Data Dengan SPSS 13.
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan
”Indonesia Sehat 2010” adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai
kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku yang
sehat.
Sebagai
acuan
pembangunan
kesehatan
mengacu
kepada
konsep
”Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberi prioritas utama
pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit
(preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/ pengobatan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan.
i
Pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan oleh suatu institusi pelayanan
kesehatan yang salah satunya adalah rumah sakit, dimana rumah sakit mempunyai
fungsi menyelenggarakan pelayanan medis, pelayanan keperawatan, pelayanan
rujukan, pendidikan, pelatihan, penelitihan, pengembangan administrasi dan
keuangan.ii
Semua fungsi rumah sakit tersebut dipersiapkan dalam menghadapi dampak
globalisasi, yang dirasakan adanya kompetisi yang semakin ketat dan harus selalu
tanggap dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka rumah sakit
pemerintah maupun swasta di Indonesia harus segera mempersiapkan diri dalam
meningkatkan mutu pelayanan, bila tidak ingin rumah sakit negara tetangga
menguasai pasar rumah sakit di Indonesia.iii
Hal ini mendapat dukungan dan dorongan pemerintah melalui surat Keputusan
Menpan No 18 Tahun 1993 tentang tata laksana pelayanan prima, surat Keputusan
Menpan No 145 tahun 1999 tentang 1peluncuran pelayanan prima serta instruksi
19
Menkes No. 828 tahun 1999 tentang pelayanan prima bidang kesehatan, rumah sakit
mau tidak mau harus mengupayakan tersedianya pelayanan yang bermutu dan
memberikan kepuasan kepada pasien.2
Dasar dari pelayanan prima adalah dengan membaiknya tingkat pendidikan,
sosial ekonomi dan teknologi informasi, masyarakat menuntut pelayanan disegala
bidang lebih baik dan bermutu termasuk pelayanan kesehatan.1 Salah satunya
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh rumah sakit. Respon
yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan
rawat inap yang konkrit. Langkah peningkatan tersebut adalah mulai dari ketenagaan
dan penerapan model pelayanan profesional. Dengan langkah tersebut diharapkan
meningkatnya kepuasan bagi masyarakat atau keluarga yang membutuhkan
pelayanan rawat inap, dimana unit rawat inap merupakan salah satu revenue center
rumah sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan atau pasien bisa dijadikan
sebagai salah satu indikator mutu pelayanan.iv
Permasalahan utama yang dihadapi pelayanan kesehatan ialah bagaimana pihak
manajemen membangun mutu pelayanan yang ditawarkan pada pelanggan (pasien)
yang bermula dari adanya perhatian, timbul minat, muncul keinginan, dan berakhir
dengan adanya keputusan.v
RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan merupakan
rumah sakit Tipe B Non Pendidikan, sebagaimana tertuang dalam SK Bupati
Grobogan No. 445/ 062/ 2003. Status kepemilikan rumah sakit ini adalah milik
Pemerintah Daerah Tingkat II Grobogan.
Ditinjau mengenai jumlah tenaga yang bekerja di RSUD Dr. Raden Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.vi
Tabel 1.1. Jumlah Dan Jenis Tenaga Di RSUD Dr. Raden Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan
No.
1.
2.
Jenis Tenaga
Medis
Paramedis
PNS/
CPNS
34
129
Non
PNS
1
4
Kontrak
Jumlah
Status %
41
35
174
7,70
38,24
20
Perawatan
Paramedis
3. Non
64
1
7
72
15,82
Perawatan
4. Non Medis
122
30
22
174
38,24
Jumlah
349
36
70
455
Status % 76,70
7,9
15,38
100
100
Sumber: Kepegawaian RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan, tahun 2008.
Dari tabel 1.1. di atas menunjukkan bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil atau
Calon Pegawai Negeri Sipil lebih banyak dari pada tenaga kontrak, ini merupakan
kekuatan bagi rumah sakit, akan tetapi dengan status Pegawai Negeri Sipil atau
Calon Pegawai Negeri Sipil, kadang beberapa pegawai berasumsi bahwa dengan
bekerja baik maupun buruk pegawai akan mendapatkan gaji yang sama. Hal ini akan
berpengaruh terhadap mutu pelayanan yang diberikan pegawai kepada pasien/
pelanggan. Data juga menunjukkan bahwa sebanyak 38,24 pegawai adalah tenaga
perawat, yang senantiasa kontak dengan pasien yang berada di unit rawat inap
selama 24 jam sehingga diperlukan pengelolaan tenaga perawat yang lebih
profesional.
Pengelolaan tenaga keperawatan yang profesional ini diharapkan perawat dapat
memberikan pelayanan yang bermutu karena mutu pelayanan asuhan keperawatan
akan menggambarkan kinerja dari perawat, dimana indikator kinerja adalah ukuran
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan.vii
Adanya perawat yang kompeten diharapkan pula dapat menghasilkan mutu
pelayanan yang baik, sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap institusi pelayanan keperawatan. Dampak terhadap institusi adalah
peningkatan pendapatan rumah sakit, meningkatkan keuntungan rumah sakit dan
pada
akhirnya
akan
meningkatkan
kesejahteraan
pelaksana
perawatan.
Kesejahteraan yang meningkat akan memotivasi pelaksanaan perawatan untuk
meningkatkan kinerja perawat pelaksana.viii
21
Untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang efektif dan efesien,
dibutuhkan kesesuaian tenaga keperawatan yang mencakup jumlah, jenis dan
kualifikasi dengan kebutuhan pelayanan yang diperlukan di unit rawat inap misalnya
rasio jumlah pasien dengan jumlah perawat adalah 1:1 yang artinya bahwa seorang
perawat berkewajiban melayani seorang pasien.2 Salah satu upaya penting untuk
mengatasi masalah tersebut adalah kemampuan pimpinan rumah sakit untuk
merencanakan kebutuhan sumber daya manusia secara tepat sesuai dengan fungsi
pelayanan setiap unit, bagian dan instalasi rumah sakit.8
RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan memiliki fasilitas
pelayanan yang salah satunya adalah rawat inap, yang terdiri dari pelayanan medis,
pelayanan keperawatan dan pelayanan penunjang.
Jumlah tempat tidur di RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan tahun 2008 sebanyak 200 TT, terdiri dari 4 klasifikasi kelas yaitu Kelas
VIP (22 tempat tidur), Kelas I (76 tempat tidur), Kelas II (64 tempat tidur), dan Kelas
III (38 tempat tidur). Fasilitas pelayanan di Instalasi Rawat Inap untuk tiap kelas
adalah sebagai berikut: Kelas VIP (memiliki fasilitas antara lain satu kamar untuk
satu pasien, kamar mandi dalam, almari es dan almari pakaian, AC, Sofa pasien, TV
berwarna, Air panas, dapat memilih dokter yang dikehendaki, jam berkunjung
sewaktu-waktu, dan jumlah penunggu dua orang saja), Kelas I (memiliki fasilitas
antara lain satu kamar untuk dua penderita, satu kamar mandi untuk dua penderita,
satu TV untuk dua penderita, almari biasa, kipas angin, jam besuk terbatas sesuai
jadwal, penunggu satu orang saja), Kelas II (memiliki fasilitas antara lain satu kamar
untuk dua penderita, kamar mandi di dalam, almari kecil, kipas angin, jam besuk
sesuai jadwal, penunggu satu orang), dan Kelas III (memiliki fasilitas antara lain satu
kamar untuk 6 – 8 penderita, kamar mandi di dalam, almari pasien kecil, jam besuk
sesuai jadwal, penunggu satu orang).
Salah satu jenis pelayanan yang sangat kompleks dan dapat memberikan
kontribusi yang besar bagi RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
22
Grobogan adalah pelayanan rawat inap. Pelayanan ini tidak lepas dari potensi
sumber daya keperawatan yang sangat menentukan mutu pelayanan yang
dihasilkan di samping sumber daya yang lain. Peran perawat sangat penting karena
sebagai ujung tombak di pelayanan rawat inap dan merupakan tenaga yang paling
lama kontak atau berhubungan dengan pasien selama 24 jam.2
Data Pencapaian indikator pelayanan rumah sakit berdasarkan berdasarkan
BOR, LOS, TOI dan BTO pada tahun 2004 sampai dengan 2008 adalah sebagai
berikut.6
Tabel 1.2.
Gambaran Pelayanan Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati
Soemodiardjo Grobogan th 2004-2008
Standard
Depkes
1.
BOR
54.90% 53.70 52.80% 67.7% 71,9%
60-80%
2.
LOS
3.2
3.3
3.9
4
5,2
6-9
3.
TOI/hari
2.5
2.7
2.9
3.3
3,8
1-3
4.
BTO/kali
65,4
62,4
57,5
62
59,2
40-60
Sumber: Rekam Medik RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Grobogan,
Tahun 2008.
No.
Indikator
2004
2005
2006
2007
2008
Dari data di atas tampak bahwa BOR rumah sakit dari tahun 2004 sampai
2006 mengalami penurunan jauh di bawah standar Depkes sedangkan BOR tahun
2006 sampai 2008 mengalami peningkatan. Penurunan BOR tahun 2004 sampai
2006 disebabkan faktor internal seperti sumber daya manusia yang ada belum dapat
memenuhi kebutuhan pasien di rumah sakit sebagai contoh seluruh dokter spesialis
23
yang ada di Rumah RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Grobogan mendirikan
pelayanan kesehatan sendiri atau praktek di tempat lain di luar rumah sakit dan
tarifnya relatif lebih mahal (jasa pemeriksaan dokter spesialis 50.000/ pasien),
diantaranya dokter spesialis Bedah, Dalam, Obsgin, Anak, Syaraf, THT, Anestesi,
Kulit dan kelamin, Jiwa dan lain-lain, sehingga jam kerja prakteknya lebih banyak di
luar dari pada di RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan, dan
faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap penurunan BOR di atas adalah
berdirinya balai pengobatan, praktek dokter, klinik 24 jam, serta apotik dimana
masyarakat akan lebih mudah menjangkau dalam mencari pengobatan penyakitnya.
Upaya yang telah dilakukan oleh manajemen rumah sakit sehubungan dengan
keadaan tersebut di atas adalah meningkatkan profesionalisme staf rumah sakit
dengan mengikutsertakan dalam berbagai kegiatan yang bersifat ilmiah pada tahun
2007 untuk struktural (20 kegiatan), tenaga medik (20 kegiatan), paramedis
keperawatan (18 kegiatan), paramedis non keperawatan (17 kegiatan), dan non
medik (5 kegiatan). Adanya upaya yang dilakukan oleh manajemen rumah sakit ini
berpengaruh dalam peningkatan BOR di tahun 2007 dan 2008 akan tetapi
meningkatnya BOR tersebut bukan sebagai salah satu indikator mutu pelayanan
yang baik.
Data kunjungan pasien di RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan (Rawat inap dan inap) menggambarkan sejauh mana pemanfaatan rumah
sakit, seperti tersaji pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1.3. Gambaran Jumlah Kunjungan Pasien Baru Lama Di Unit Rawat
Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan
Tahun 2004 – 2008
No.
Kunjungan
2004
2005
2006
2007
2008
11908
11347
10985
12985
14446
615
789
970
769
772
Jumlah 12523
12136
11955
13754
15218
1.
Pasien Baru
2.
Pasien Lama
Sumber:
Tahun
Rekam Medik RSUD Dr. Raden Soedjati Sumodiardjo Kabupaten
24
Grobogan, Tahun 2008.
Tabel 1.3. di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2004 sampai tahun 2006
mengalami peningkatan jumlah kunjungan pasien lama namun dari tahun 2006
sampai 2008 mengalami fluktuatif kunjungan pasien lama, sedangkan jumlah
kunjungan pasien baru dari tahun 2004 sampai tahun 2008 mengalami fluktuatif
dengan mengalami penurunan kunjungan terlebih dahulu dari tahun 2004 sampai
2006 (tren menurun) namun meningkat kembali dari tahun 2006 sampai 2008 (tren
naik).
Data kunjungan pasien rawat inap baru yang melakukan pembayaran langsung
dan tidak langsung terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit dari tahun
2004 sampai 2008 sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1.4. Gambaran Jumlah Pasien Baru Bayar Langsung Dan Tidak Bayar
Langsung Di Unit Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Sumodiardjo
Kabupaten Grobogan Tahun 2004 – 2008.
No.
Jenis Pembiayaan
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
1.
Bayar langsung
9267
8380
6238
6730
6670
2.
Tidak bayar langsung
3294
3809
5797
7041
8578
12561
12189
12035
13771
15248
Jumlah
Sumber:
Rekam Medik RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Grobogan,
Tahun 2008.
Dari tabel di atas terlihat tren meningkat untuk pasien rawat inap yang tidak
membayar langsung pelayanan yang diberikan, sedangkan yang membayar
langsung kecenderungan menurun dari tahun 2004 sampai 2006 dan kemudian
terjadi fluktuatif dari tahun 2006 sampai 2008.
Gambaran tarif rawat inap lima rumah sakit (terdiri dari 1 rumah sakit milik
pemerintah daerah dan 4 rumah sakit swasta) yang ada di Kabupaten Grobogan
tahun 2008 adalah sebagai berikut:
25
Tabel 1.5. Gambaran Tarif Rawat Inap Rumah Sakit di Kabupaten Grobogan Tahun
2008.
RS
RS Yakkum
RS Permata
RS
Daerah Panti Rahayu
Bunda
Habibullah
VIP 125.000
200.000
170.000
180.000
I
55.000
150.000
90.000
80.000
II
35.000
85.000
55.000
60.000
III
15.000
50.000
40.000
45.000
Sumber: Litbang RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo Grobogan,
Tahun 2008.
Kelas
RS PKU
Gubug
0
108.000
88.000
75.000
Bila dilihat dari daftar tarif di atas jelas terlihat bahwa RSUD Dr. Raden Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan masih relatif murah dibandingkan dengan tarif
rawat inap di rumah sakit se-Kabupaten Grobogan. Hal ini menunjukkan bahwa tarif
di RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Grobogan masih bisa dijangkau dari
lapisan bawah sampai lapisan menengah ke atas.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo
Kabupaten Grobogan terus dilakukan upaya perbaikan secara terus menerus guna
meningkatkan mutu pelayanan, upaya tersebut berupa peningkatan kuantitas dan
kualitas tenaga, penambahan sarana prasarana dan perbaikan manajemen.
Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 10 pasien rawat inap yang diambil
secara acak (1 pasien kelas VIP, 4 pasien kelas I, 3 pasien kelas II, dan 2 pasien
kelas III) di Rumah Sakit pada Bulan Agustus 2008 seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 1.6.
No.
1.
Gambaran Hasil Studi Pendahuluan Pada Pasien Rawat Inap tentang
mutu pelayanan
Mutu pelayanan Rawat Inap
Penampilan
Pelayanan
(kebersihan
rumah sakit, kerapihan dan penampilan
petugas).
Kesesuaian Harapan
Dan Kenyataan (%)
Ya
Tidak
Jumlah
50
50
100
2.
Prosedur Pelayanan (waktu tunggu visite
dokter cepat)
60
40
100
3.
Kecepatan
Pelayanan
(pelayanan
perawat dalam memenuhi panggilan)
80
20
100
90
10
100
4.
Profesionalisme Pelayanan (dokter dalam
memberikan pelayanan disertai dengan
memberi penjelasan pada pasien)
26
5.
Perhatian Pelayanan (pelayanan kepada
pasien tidak memandang status sosial)
70
30
100
Sumber: Data Primer Hasil Olahan
Dari tabel 1.6. menunjukkan sebanyak 50% pasien menyatakan bahwa
penampilan pelayanan belum sesuai antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan
yang diterima; terhadap prosedur pelayanan sejumlah 40% pasien menyatakan
belum sesuai antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang diterima;
terhadap kecepatan pelayanan 20% pasien menyatakan belum sesuai antara
harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang diterima; terhadap profesionalisme
pelayanan 10% pasien menyatakan belum sesuai antara harapan dan kenyataan
yang diterima; serta terhadap perhatian pelayanan 30% pasien menyatakan belum
sesuai antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang diterima.
Hasil evaluasi kepuasan pelanggan/ pasien rumah sakit yang dilakukan
Pengelola RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan (dalam
Profil RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan, Tahun 2007)
menyebutkan:
a. Survey
Survey dilakukan dengan memakai kuesioner dan ditemukan sebagian besar
pasien belum merasa puas dengan pelayanan rumah sakit. Hal-hal yang kurang
memuaskan meliputi waktu tunggu pelayanan relatif terlalu lama, pelayanan
pendaftaran kurang cepat dan dokter dalam memberi pelayanan terlalu cepat
dan kurang memberi penjelasan, kebersihan ruang perawatan belum terjaga,
perawat belum semua memperkenalkan diri dan menjelaskan fasilitas yang ada
di ruangan, dokter spesialis belum tepat waktu dalam memberi pelayanan,
perawat dan bidan masih ada yang kurang ramah.
b. Kotak Saran
Dalam tahun 2007 diterima lebih dari 25 buah surat pengaduan, dan keluhan
yang ditulis di surat khabar meliputi :
27
1. Pelayanan rawat Inap dokter spesialis terlalu lama menunggu
2. Sikap perawat di unit rawat inap yang membedakan pelayanan terhadap
pasien Gakin dan masih ditemukan adanya petugas rumah sakit yang tidak
ramah
3. Pemeliharaan dan pengecatan bangunan yang kurang
4. Kebersihan rumah sakit yang kurang
Dalam memenuhi harapan pasien sebagai pelanggan/ konsumen, maka rumah
sakit diharapkan dapat mengembangkan strategi perbaikan kualitas secara
berkesinambungan.
Pelayanan
kesehatan
yang
bermutu
adalah
pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk. Untuk mengembangkan pelayanan
rawat inap dan meningkatkan BOR secara optimal, maka perlu dilakukan penelitian
untuk menganalisis kesesuaian antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang
diterima di unit rawat inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan sehingga kesenjangan antara pihak pasien sebagai konsumen dan pihak
rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan dapat diminimalkan. Pada akhirnya
rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang berkualitas sekaligus memenuhi
harapan pasien.
B. PERUMUSAN MASALAH
Adanya tren meningkat untuk pasien rawat inap yang tidak membayar langsung
pelayanan yang diberikan, sedangkan pasien yang membayar langsung menurun
dari tahun 2004 sampai 2006 dan kemudian terjadi fluktuatif dari tahun 2006 sampai
2008.
Berdasarkan studi pendahuluan dengan 10 pasien di Rumah Sakit pada Bulan
Agustus 2008 menunjukkan sebanyak 50% pasien menyatakan bahwa penampilan
pelayanan belum sesuai antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang
diterima; terhadap prosedur pelayanan sejumlah 40% pasien menyatakan belum
28
sesuai antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang diterima; terhadap
kecepatan pelayanan 20% pasien menyatakan belum sesuai antara harapan dan
kenyataan mutu pelayanan yang diterima; terhadap profesionalisme pelayanan 10%
pasien menyatakan belum sesuai antara harapan dan kenyataan yang diterima;
serta terhadap perhatian pelayanan 30% pasien menyatakan belum sesuai antara
harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang diterima.
Hasil evaluasi kepuasan pelanggan/ pasien rumah sakit dengan mengacu pada
survey dan kotak saran masih ditemukan sebagian besar pasien belum merasa puas
dengan pelayanan rumah sakit.
Berdasarkan rumusan di atas perlu dilakukan penelitian tentang kesesuaian
antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang diterima di Unit rawat inap
RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
C. PERTANYAAN PENELITIAN
Apakah ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang
diterima di Unit Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo
Kabupaten
Grobogan?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kesesuaian antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan
yang diterima di Unit Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo
Kabupaten Grobogan.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan harapan pelayanan di Unit rawat inap ditinjau dari dimensi
mutu (bukti langsung/ tangibles, keandalan/ realibility, daya tanggap/
responsiveness, jaminan/ assurance, empati/ emphaty) di RSUD Dr. Raden
Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
29
b. Mendiskripsikan kenyataan pelayanan yang diterima pasien di Unit rawat
inap ditinjau dari dimensi mutu (bukti langsung/ tangibles, keandalan/
realibility, daya tanggap/ responsiveness, jaminan/ assurance, empati/
emphaty) RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
c. Menganalisis kesesuaian harapan dan kenyataan pelayanan ditinjau dari
dimensi mutu pelayanan di Unit rawat inap di RSUD Dr. Raden. Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan, meliputi:
1. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
pelayanan yang diterima
ditinjau dari dimensi mutu bukti langsung/ tangibles pelayanan di Unit
rawat inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan.
2. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
pelayanan yang diterima
ditinjau dari dimensi mutu keandalan/ realibility di Unit rawat inap RSUD
Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
3. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
pelayanan yang diterima
ditinjau dari dimensi mutu daya tanggap/ responsiveness pelayanan di
Unit rawat inap di RSUD Dr. Raden. Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan.
4. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
pelayanan yang diterima
ditinjau dari dimensi mutu jaminan/ assurance pelayanan di Unit rawat
inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
5. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
pelayanan yang diterima
ditinjau dari dimensi mutu empati/ emphaty pelayanan di Unit rawat inap
RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
E. RUANG LINGKUP
30
Untuk menghindari terjadinya perbedaan pemahaman terhadap hasil penelitian
yang diakibatkan oleh perbedaan sudut pandang, maka perlu ditetapkan lingkup
penelitian.
1. Lingkup Materi.
Berdasarkan materinya, penelitian yang dilaksanakan berkaitan dengan Ilmu
Kesehatan Masyarakat khususnya bidang ilmu Manajemen Pelayanan
Kesehatan.
2. Lingkup Tempat
Lokasi dan tempat penelitian adalah semua di Unit Rawat Inap RSUD Dr.
Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
3. Lingkup Waktu.
Penelitian dilakukan pada Bulan Pebruari – Maret 2009
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Rumah Sakit.
Sebagai bahan masukan dalam upaya pengembangan tentang kenyataan
mutu pelayanan di Unit rawat inap RSUD Dr. Raden. Soedjati Soemodiardjo
Kabupaten Grobogan untuk mencapai tujuan organisasi
2. Bagi MIKM UNDIP Semarang.
Memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan hasil
penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya.
3. Bagi Penulis.
Mendapatkan tambahan pengetahuan dan praktek dalam proses penelitian
tentang kesesuaian antara harapan dan kenyataan pelayanan yang diterima
di Unit rawat inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan.
31
G. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian mengenai kesesuaian antara harapan dan kenyataan mutu
pelayanan yang diterima di Unit Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo
Kabupaten Grobogan, penelitian di bawah ini adalah penelitian yang berhubungan
dengan pelayanan rumah sakit, diantaranya adalah sebagaimana terlihat pada tabel
berikut:
Tabel 1.7. Gambaran Perbedaan Judul Dan Metodologi Penelitian Terdahulu
Nama
Sidhojoyo
Edi
Mulyanto
Judul
Analisis
tentang
produk
pelayanan rawat inap yang
diharapkan pasien di Rumah
Sakit Bhakti Wira Tamtama
Semarang 2001
Analisis hubungan factor
persepsi
terhadap
mutu
pelayanan rawat inap dengan
kesediaan
pemanfaatan
ulang
di Rumah Sakit
Daerah
Raden
Soedjati
Soemodiardjo
Grobogan
2006
Variabel Yang
Diteliti
Produk pelayanan
rawat inap
Desain
Penelitian
Diskriptif
kualitataif
Lokasi
Penelitian
RS
Bhakti
Wira
Tamtama
Semarang
Variabel bebas :
factor
persepsi
mutu
pelayanan
rawat inap.
Variabel terikat :
Kesediaan
pemanfaatan ulang
Kuantitatif
(cross
sectional)
RS
Daerah
Raden
Soedjati
Soemodiardjo
Grobogan
32
Adi
Khuntoro
Rencana
penelitian
sekarang
Analisis Mutu Pelayanan
Persalinan Ditinjau Dari Sisi
Persepsi
dan
Harapan
Pasien Post Partum Di
Rumah
Bersalin
Insan
Medika Semarang
Analisis kesesuaianan antara
harapan
dan
kenyataan
pelayanan yang diterima di
Unit Rawat Inap RSUD Dr.
Raden
Soedjati
Soemodiardjo
Kabupaten
grobogan
Variabel bebas :
persepsi
mutu
pelayanan
persalinan
pada
pasien
post
partum.
Variabel terikat :
persepsi harapan
mutu
pelayanan
persalinan
pada
pasien
post
partum.
Harapan
dan
kenyataan
pelayanan
yang
diterima di Unit
rawat inap
observasional
dengan
pendekatan
crosecsional
Rumah
Bersalin
Insan Medika
Semarang.
Obsevasional
panel dengan
pendekatan
longitudinal
prospektif
RSUD
Dr.
Raden
Soedjati
Soemodiardjo
Kabupaten
Grobogan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. RUMAH SAKIT
1. Pengertian
Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
33
kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang menjadi cermin keberhasilan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Upaya
peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit tidak bisa lepas dari upaya peningkatan
mutu pelayanan keperawatan.
2. Fungsi Rumah Sakit dalam pelayanan kesehatan:
a. Sebagai pelayanan medik.
b. Tingkat pelayanan medik dasar atau primer.
c. Tingkat pelayanan spesialistik atau medik tersier.
d. Sebagai pelayanan kesehatan masyarakat.
e. Pencegahan penyakit menular.
f.
Pengumpulan dan analisa data epidemiologi
g. Perencanaan sektor kesehatan wilayah.
h. Penyuluhan dan promosi kesehatan.
i.
Sistem informasi kesehatan.
j.
Pengaturan dan perijinan.
k. Kesehatan lingkungan.
l.
Keselamatan dan kesehatan kerja.
17
m. Kesehatan ibu anak,immunisasi.
n. Keluarga berencana dan gizi
B. PELAYANAN RAWAT INAP
Pelayanan rawat inap merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan secara komprehensif untuk membantu menyelesaikan
masalah yang dialami oleh pasien, dimana unit rawat inap merupakan salah satu
34
revienew center rumah sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan atau pasien bisa
dipakai sebagai salah satu indikator mutu pelayanan.ix
Asuhan keperawatan yang dilakukan di unit rawat inap merupakan suatu proses
atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada
klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dengan menggunakan metodologi proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Proses keperawatan
merupakan aktivitas ilmiah dan rasional yang dilakukan secara sistematis, terdiri dari
5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.x
C. PERILAKU KONSUMEN
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh empat faktor:xi
1. Budaya: budaya, sub budaya, dan kelas sosial.
2. Sosial: kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.
3. Pribadi: usia, tahapan dalam siklus hidup,pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
hidup, kepribadian, dan konsep diri.
4. Psikologis: motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan, dan sikap.
Riset dengan semua faktor-faktor ini dapat memberikan petunjuk seperti
bagaimana cara merangkul dan melayani konsumen dengan lebih efektif.
Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan
pembelian (pembelian yang rumit dan mahal mungkin melibatkan lebih banyak
pertimbangan pembelian dan lebih banyak peserta). Jenis perilaku pembelian
konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek
adalah sebagai berikut:
1. Perilaku pembelian yang rumit
Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari tiga langkah, yaitu:
a. Pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut
35
b. Ia membangun sikap dengan produk tersebut
c. Ia membuat pilihan pembelian yang cermat
Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila mereka terlibat
dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan-perbedaan besar di
antara merek. Perilaku pembelian yang rumit itu lazim terjadi bila produknya
mahal, jarang dibeli, beresiko dan sangat mengekspresikan diri umumnya
konsumen tidak tahu banyak tentang kategori produk.
2. Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan
Dalam kasus ini pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa yang
tersedia
dan
akan
membeli dengan cukup cepat, barang kali pembeli
sangat peka dengan harga yang baik dan kenyamanan.
3. Perilaku pembelian karena kebiasaan
Banyak produk dibeli dengan kondisi rendahnya keterlibatan kosumen dan
tidak adanya perbedaan merek yang signifikan. Konsumen memiliki sedikit
keterlibatan dalam jenis produk itu. Konsumen memiliki keterlibatan yang
rendah dalam sebagian besar produk yang murah dan sering dibeli. Perilaku
konsumen dalam kasus produk dengan keterlibatan rendah tidak melalui
urutan umum keyakinan, sikap dan perilaku.
4. Perilaku pembelian yang mencari variasi
Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang
rendah namun perbedaan merek yang signifikan dalam situasi itu, konsumen
sering melakukan peralihan merek. Konsumen
mungkin akan mengambil
merek lain karena bosan atau ingin mencari rasa yang berbeda. Perpindahan
merek terjadi karena mencari variasi dan bukannya ketidakpuasan.
Pengenalan Masalah
36
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca Pembelian
Gambar 2.1. Proses pembelian Model lima tahap11
Proses pembelian model ada lima tahap, meliputi:11
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
atau eksternal. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu
kebutuhan
tertentu.
Dengan
mengumpulkan
informasi
dari
sejumlah
konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering
membangkitkan minat akan suatu kategori produk. Pemasar kemudian dapat
mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya dalam dua tingkat. Ada
dua tingkat pencarian informasi, yaitu :
a.
Perhatian yang menguat adalah seseorang hanya menjadi lebih peka
dengan informasi tentang produk.
b.
Pencarian aktif informasi adalah mencari bahan bacaan, menelepon
teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk.
Sumber informasi konsumen digolongkan dalam empat kelompok, yaitu :
37
a. Sumber pribadi: Keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di
toko.
c.
Sumber publik: Media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.
d. Sumber pengalaman: Penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.
Secara umum konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang
suatu produk dari sumber komersial, yaitu sumber yang didominasi oleh
pemasar. Informasi komersial biasanya menjalankan fungsi pemberi
informasi, dan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi dan atau
evaluasi. Contohnya dokter sering mengenal obat baru dari sumber
komersial namun berpaling ke dokter lain juga untuk informasi evaluasi.
Melalui pengumpulan informasi, konsumen mengetahui tentang merekmerek yang bersaing dan keistimewaan merek tersebut.
3. Evaluasi alternatif
Proses evaluasi konsumen meliputi:
a. Konsumen berusaha untuk memenuhi kebutuhan.
b. Konsumen mencari manfaat tertentu dari suatu produk.
c. Konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan
atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan
manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.
4. Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merekmerek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat
untuk
membeli produk yang paling disukai. Namun ada dua faktor yang
berada diantara niat pembelian dan keputusan pembeli, yaitu:
a. Sikap orang lain
38
b. Faktor
situasi
yang tidak
terantisipasi
yang
dapat muncul dan
mengubah niat pembelian.
Jadi, preferensi
ataupun niat pembelian bukanlah peramal perilaku
pembelian yang benar-benar handal.
Konsumen dapat membuat lima sub keputusan pembelian, yaitu :
a.
Keputusan merek (merek A)
b.
Keputusan pemasok (penyalur 2)
c.
Keputusan kuantitas (satu komputer)
d.
Keputusan waktu (akhir pekan)
e.
Keputusan metode pembayaran (kartu kredit)
Pembelian barang kebutuhan sehari-hari melibatkan lebih sedikit
keputusan dan lebih sedikit pertimbangan.
5. Perilaku pasca pembelian
Setelah membeli produk konsumen akan mengalami level kepuasan atau
ketidakpuasan tertentu, meliputi:
a. Kepuasan pasca pembelian
Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan
pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas
produk tersebut.
b. Tindakan pasca pembelian
c. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian
Pengaruh
yang
mendasari
keputusan
konsumen
pelayanan kesehatan, meliputi:xii
a. Faktor Lingkungan, sosial budaya dan ekonomi.
memanfaatkan
39
Sedangkan intervensi dengan faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi
dalam bentuk program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi
masyarakat penstabilan politik, keamanan dan sebagainya.
b. Faktor Predisposisi (predisposing factor)
Faktor predisposisi disebut juga faktor pendorong, antara lain:
1)
Karakteristik
Konsumen,
yaitu:
umur,
pendidikan,
pekerjaan,
pendapatan, penanggung dana.
2)
Kepercayaan konsumen dengan hal-hal yang berkaitan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3)
Sistem nilai yang dianut konsumen.
c. Faktor Pemungkin (enabling factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana prasarana, dan jarak fasilitas
kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung
atau memungkinkan terwujudnya perilaku pemanfaatan kesehatan, maka
factor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
d. Faktor Penguat (reinforcing factor)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan.
e. Faktor Pelayanan Kesehatan
Intervensi dengan faktor pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk
penyediaan atau perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan perbaikan
sistem dan manajemen pelayanan kesehatan.
D. PENILAIAN MUTU JASA/ SERVQUAL
Mutu pelayanan rumah sakit dapat diukur dengan model SERVQUAL yang
menyatakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan harus memperhatikan 5 dimensi
mutu pelayanan jasa yaitu.xiii
40
1. Bukti langsung/ tangibles merupakan bagian dari penampilan pelayanan,
(Unit/ ruangan), perlengkapan (kelengkapan dan kebersihan alat),
pegawai (kerapian, kebersihan petugas dan sarana komunikasi).
2. Keandalan/ reliability yakni kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat, memuaskan. Hal ini dapat dibuktikan
dengan prosedur pelayanan, menjadi : bagaimana cara penerimaan
pasien, pemeriksaan dan jadwal pelayanan.
3. Daya
tanggap/
responsiveness
yaitu
kemauan
untuk
membantu
pelanggan, misalnya waktu yang diperlukan petugas kesehatan untuk
memberikan informasi yang jelas, menyelesaikan keluhan pasien dan
tindakan yang cepat pada saat pasien membutuhkan.
4. Jaminan/ assurance mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari segala
bahaya, resiko atau keragu-raguan dan merupakan bagian dari
profesionalisme
pelayanan,
misalnya
kemampuan
dokter
dalam
melakukan pertolongan persalinan sehingga memberikan rasa aman dan
nyaman.
5. Empati/
emphaty
kemudahan
dalam
merupakan
melakukan
bentuk
perhatian
hubungan,
pelayanan
komunikasi
yang
yaitu
baik,
perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan. Hal ini
menunjukkan adanya perhatian petugas kesehatan dengan setiap
keluhan pasien dan keluarganya.
Dari mulut
Ke mulut
Dimensi Kualitas
Pelayanan:
1. Tangibles.
2. Reliability
3. Responsiveness.
4. Assurance.
5. Empaty.
Kebutuhan
Individu
Pengalaman
Masal lalu
Iklan /
Brosur
Harapan
Pelanggan
Kepuasan pelanggan
Pelayanan
yang
Diterima
41
Gambar 2.2. Faktor-faktor yang membentuk harapan pasien dengan
pelayanan yang diterima13
E. HARAPAN PELANGGAN
1. Enduring Service Intensifier. Factor ini meliputi harapan yang disebabkan
oleh orang lain dan filsofi pribadi seseorang mengenai jasa. Seorang
pelanggan akan mengharapkan bahwa ia seharusnya juga dilayani
dengan baik apabila pelanggan yang lainnya dilayani dengan baik oleh
penyedia jasa. Cara yang dapat dilakukan pemasar jasa, yaitu
menggunakan riset pasar untuk menentukan sumber dari derived service
expectations dan kebutuhan mereka.
2. Transitory Service Intensifier. Factor ini merupakan factor individual yang
bersifat sementara (jangka pendek) yang meningkatkan sensitivitas
pelanggan dengan jasa, yaitu situasi darurat pada saat pelanggan sangat
membutuhkan jasa dan jasa terakhir yang dikonsumsi pelanggan dapat
pula menjadi acuannya untuk menentukan baik buruknya jasa berikutnya.
Cara
yang
dapat
dilakukan
pemasar
jasa,
yaitu
meningkatkan
penyampaian jasa selama periode puncak atau dalam situasi darurat.
3. Personal Need. Pengharapan konsumen dipengaruhi oleh kebutuhan
pribadi yang biasanya tergantung pada karakteristik dan keadaan pribadi,
sehingga memiliki pengaruh yang kuat. Cara yang dilakukan pemasar
jasa, yaitu mendidik para pelanggan sebagaimana jasa mengarah pada
kebutuhan mereka.
4. Past Experience. Pengalaman masa lampau meliputi hal-hal yang telah
dipelajari atau diketahui pelanggan, yang juga berpengaruh dengan
konsumen. Harapan pelanggan dari waktu ke waktu berkembang, seiring
dengan semakin banyaknya informasi yang diterima pelanggan serta
42
semakin bertambahnya pengalaman pelanggan. Cara yang dilakukan
pemasar jasa, yaitu memanfaatkan riset pemasaran untuk mengetahui
pengalaman sebelumnya yang dialami pelanggan dengan jasa serupa.
5. Word-of-Mouth. Pengaruh yang timbul karena apa yang didengar oleh
konsumen dari konsumen lain, dan mereka cenderung mempercayainya
sehingga pengaruh ini bersifatr potensial. Word-ofmouth ini biasanya
cepat diterima oleh pelanggan karena yang menyampaikan adalah
mereka yang dapat dipercayainya, seperti pakar, teman, keluarga, dan
publikasi media masa. Disamping itu Word-of-mouth juga cepat diterima
sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya sulit mengevaluasi
jasa yang belum dirasakannya sendiri.
Pada dasarnya ada dua tingkatan harapan pelanggan, yaitu:
1. Desired expectation
Harapan ini mencerminkan apa yang harus dilakukan oleh suatu
lembaga kepada pelanggannya. Yaitu suatu kombinasi dari apa yang
“dapat”
dilakukan
dan
apa
yang
“harus”
dilakukan
kepada
pelanggannya.
2. Adequate Expactation
Kepuasan terpenuhi walau tidak maksimal.
Dengan demikian harapan pelanggan sebenarnya mempunyai zona
yang terbentuk antara desired dan adequate expectation, pelanggan
akan sangat puas atau delighted apabila desired expectation-nya
terpenuhi.
F. PERSEPSI PELANGGAN
Persepsi adalah suatu proses seorang individu memilih, mengorganisasi, dan
menafsirkan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang bermakna. Persepsi
seorang dapat berbeda satu sama lainnya, meskipun dihadapkan pada suatu situasi
43
dan kondisi yang sama. Hal ini dipandang dari suatu gagasan bahwa kita semua
menerima suatu objek rangsangan melalui penginderaan, penglihatan, pendengaran,
pembauan, dan perasaan.11
1. Proses pembentukan persepsi
Persepsi dibentuk oleh tiga pengaruh, yaitu:
a) Karakteristik dari stimulus (rangsangan) dimana stimulus merupakan hal
diluar individu yang dapat berbentuk fisik, visual atau komunikasi verbal
yang dapat mempengaruhi tanggapan.
b) Hubungan stimuli dengan sekelilingnya. Persepsi yang dibentuk oelh
seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya, oleh
karena itu persepsi memilki sifat subyektif. Hali tersebut berarti bahwa
setiap orang dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap satu obyek
yang sama.
c) Kondisi yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.
Stimuli :
- Penglihatan
- Suara
- Bau
- Rasa
- Tekstur
Sensasi
Indera
Pemberian
Perhatian
Interprestasi
Persepsi
Tanggapan
Gambar 2.3. Proses Perseptualxiv
2. Faktor yang mempengaruhi persepsi
Dengan melihat satu obyek yang sama, orang dapat mempunyai persepsi
yang berbeda, karena persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Faktor perilaku persepsi
44
Bila seseorang memandang suatu obyek dan mencoba maka penafsiran
itu sangat dipengaruhi oleh karakterisitik pribadi dari orang yang
dipersepsikan yang mencakup sikap, motif, kepentingan, pengalaman
dan penghargaan.
b) Faktor obyek
Karakteristik–karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi
apa yang dipersepsikan karena target tidak dipandang dalam keadaan
terisolasi. Namun obyek yang berdekatan akan cenderung dipersepsikan
bersama – sama. Factor target mencakup hal yang baru yaitu gerakan,
bunyi, latar belakang dan kedekatan.
c) Faktor situasi
Faktor situasi ini mencakup waktu, keadaan / tempat kerja dan keadaan
sosial.
Faktor
dalam
situasi :
- waktu
- keadaan
/ tempat
kerja
- keadaan
sosial
Faktor perilaku
persepsi :
- motif
- sikap
- kepentingan
- pengalaman
- penghargaan
Persepsi
Faktor pada
obyek :
- hal baru
- gerakan
- bunyi
- ukuran
- latar
belakang
- kedekatan
Gambar 2.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi perepsixv
Sedangkan faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi
seseorang adalah:
45
a) Faktor internal yang meliputi pengalaman, kebutuhan saat ini, nilai–nilai
yang dianut dan ekspresi/ pengharapan.
b) Faktor eksternal yang meliputi penampilan produk, sifat – sifat stimulus
dan situasi lingkungan.
G. KEPUASAN
1. Pengertian Kepuasan
Kepuasan terhadap mutu asuhan adalah persepsi pelanggan tentang mutu
asuhan (performance) yang diberikan merupakan perbandingan antara
harapan (expectasi) sebelum dan sesudah mereka menerima asuhan yang
sebenarnya: Berry, dkk (1990) Kepuasaan dapat terjadi apabila :
a. Apabila harapan terpenuhi maka mutu asuhan dirasakan memuaskan
b. Apabila harapan tidak terpenuhi maka asuhan dinilai tidak memuaskan.
c. Apabila asuhan yang diberikan melebihi harapan maka mutu asuhan
yang dirasakan sangat memuaskan.
2. Beberapa Upaya Menjaga Kepuasan Pelanggan.
Upaya untuk menjaga kepuasan pelanggan memuat unsur-unsur, antara
lain:1
a. Visi Organisasi
Manajemen/ organisasi hendaknya memiliki visi yang jelas yang
memberikan kerangka kerja, identitas organisasi, arah bisnis yang ingin
dituju dan menuntun sesuatu nilai dan kepercayaan organisasi. Visi
tersebut harus disebarluaskan kepada semua karyawan dari berbagai
tingkatan untuk dipahami dan dihayati serta secara konsisten bekerja
bersatu padu dan berusaha mencapainya. Filosofi pelayanan adalah
memuaskan pelanggan.
b. Kualitas Pelayanan
46
1) Kepuasan pelanggan sangat erat kaitannya dengan mutu/ kualitas
pelayanan. Dalam hal ini manajemen industri jasa yang berorientasi
pada kepuasan pelanggan membutuhkan komitmen dan tindakan
nyata dalam memberikan pelayanan prima pada pelanggan.
2) Kualitas pelayanan
a) Kualitas pelayanan harus dimulai dari tingkat manajemen atas.
b) Seluruh karyawan harus dilibatkan dalam upaya meningkatkan
kualitas pelayanan.
c) Perbaikan kualitas pelayanan secara terus menerus kualitas
merupakan proses tiada akhir.
d) Kualitas pelayanan diterapkan pada semua fungsi, termasuk
administrasi
e) Lini bawah adalah kepuasan pelanggan.
3) Standar Operasional
Upaya peningkatan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan tidak
dapat dipisahkan dengan keberadaan standar, karena menetapkan
masalah, menetapkan penyebab masalah, menetapkan
cara
penyelesaian masalah, menilai hasil kerja harus selalu mengacu pada
standar yang telah ditetapkan. Setiap pelayanan harus distandarisasi
sesuai dengan visi, filosofi dan tujuan organisasi.
4) Pengukuran Kualitas Pelayanan
a) Pengukuran kualitas merupakan inti dari proses perbaikan kualitas
pelayanan yang pada akhirnya kepuasan pelanggan
47
b) Penampilan kualitas pelayanan akan meningkat bila ada complain,
tetapi perlu diingat bahwa tidak semua pelanggan yang tidak puas
menyampaikan complain.
c) Menciptakan budaya/ kebiasaan pelayanan berkualitas.
d) Kebiasaan adalah paduan dari pengetahuan, ketrampilan dan
keinginan.
5)
Pelayanan Berfokus Pelanggan
a) Pengkajian kebutuhan pelanggan
Ada beberapa dimensi pelayanan yang menjadi harapan dan
kebutuhan pelanggan yang perlu diperhatikan antara lain:
Kecepatan waktu pelayanan, akurasi pelayanan, kesopanan dan
keramahan dalam memberikan pelayanan khususnya yang
berinteraksi langsung dengan pelanggan, tanggung jawab,
kelengkapan, kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan
dengan autlet dan kenyamanan dalam memperoleh pelayanan,
berkaitan dengan lokasi.
b) Complain/ keluhan pelanggan
Pelayanan/
kualitas
pelayanan
dapat
meningkat
bila
ada
komplain, umpan balik dari petugas sangat penting ditingkatkan
dan perlu ada petugas khususnya yang menangani komplain.
6) Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
a). Pelatihan Sumber Daya Manusia.
Sekitar 85% dari masalah kualitas dalam organisasi merupakan
masalah umum karena kegagalan sistem, sedangkan sekitar 15%
adalah
disebabkan
faktor
manusia.
Oleh
karena
itu
perlu
membangun sistem kualitas standar dengan prosedur yang jelas.
Seluruh karyawan perlu diberikan pelatihan untuk meningkatkan
48
pengetahuan dan ketrampilan kerjanya secara profesional, serta
pemahaman siapa pelanggannya.1
b) Perbaikan Perilaku
Perilaku dasar yang harus selalu ditingkatkan dalam memberikan
pelayanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan diantaranya:
(1) Tersenyum, ramah, sopan.
(2) Perhatian/ atensi terhadap pelanggan, 70% dari pelanggan
yang pindah/ tidak setia bukan karena masalah harga atau
mutu dari produk, tetapi karena tidak menyukai cara
pelayanan dari karyawan, pelanggan sangat peka apakah
kita peduli dengan mereka.
(3) Responsif.
(4) Komitmen yang tinggi.
(5) Ucapan salam.
(6) Memanggil dengan nama.
(7) Antusiasme
dalam
bekerja
dan
menghadapi
berbagai
permasalahan.
(8) Proaktif dan tidak reaktif.
(9) Tindak lanjut.
c) Pengukuran Kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan adalah
penting lagi. Dalam pemberian kualitas pelayanan yang baik
adalah manusianya.
H. DIAGRAM KARTESIUS
49
Dengan diagram Kartesius yang merupakan suatu bangun persegi empat bagian
yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( x , y )
di mana x merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan/ kinerja
seluruh faktor atau atribut dan
y
adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat
kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi harapan sebagaimana gambar
berikut ini:
Y Harapan
Prioritas utama
Pertahankan Prestasi
A
B
Prioritas Rendah
Berlebihan
C
D
_
X Kepuasan
Gambar 2.5. Bangun Persegi Empat Diagram Kartesius
Keterangan :
1. Kuadran A menunjukkan faktor-faktor yang dianggap sangat penting,
namun pihak Manajemen belum melaksanakan sesuai keinginan /
harapan.
2. Kuadran B menunjukkan faktor-faktor yang dianggap penting, telah
berhasil dilaksanakan manajemen sesuai keinginan/ harapan dan
sangat memuaskan sehingga wajib dipertahankan.
3. Kuadran C menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang penting,
pelaksanaannya dijalankan oleh manajemen secara cukup atau biasabiasa saja.
4. Kuadran D menunjukkan faktor
yang
kurang
pelaksanaannya berlebihan/ sangat memuaskan.
penting, tetapi
50
Fasilitas pelayanan menjadi bermanfaat apabila sesuai dengan
kepentingan/ harapan pasien dan pelaksanaannya dirasakan sangat
sesuai terletak pada kuadran B.
I.
KERANGKA TEORI KESESUAIAN ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN
PELAYANAN YANG DITERIMA.
Dari mulut
Ke mulut
DIMENSI MUTU PELAYANAN :
1. Tangibles/bukti langsung
2. Reliability/keandalan
3. Responsiveness/daya tanggap
4. Assurance/jaminan
51
Kebutuhan
Individu
Pengalaman
Masal lalu
Iklan /
Brosur
Harapan
pelayanan
Kenyataan
pelayanan yang
diterima
Kesesuaian Harapan
dan
Kenyataan
A.
B.
C.
D.
Kondisi Pelayanan
Prioritas utama
Pertahankan prestasi
Prioritas rendah
Berlebihan
Kepuasan Pasien
Gambar 2.6. Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi 5, 8, 11, 13,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
52
A. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini adalah harapan dan kenyataan mutu pelayanan
yang diterima dari dimensi (bukti langsung/ tangibles, keandalan/ realibility, daya
tanggap/ responsiveness, jaminan/ assurance, empati/ emphaty) di unit rawat inap
RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
B. HIPOTESIS PENELITIAN
1. Ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang
diterima ditinjau dari dimensi bukti langsung/ tangibles pelayanan di Unit
Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
2. Ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang
diterima ditinjau dimensi keandalan/ realibility pelayanan di Unit Rawat Inap
RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
3. Ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang
diterima ditinjau dari dimensi, daya tanggap/ responsiveness pelayanan di
Unit Rawat Inap di RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan.
4. Ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang
diterima ditinjau dari dimensi jaminan/ assurance pelayanan di Unit Rawat
Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
5. Ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang
diterima ditinjau dari dimensi empati/ emphaty pelayanan di Unit Rawat Inap
38
RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
C. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Harapan Pelayanan
Kenyataan Pelayanan yang
diterima
53
1.
2.
3.
4.
5.
Bukti langsung/ Tangibles
Keandalan/ Reliability
Daya tanggap/ Responsiveness
Jaminan/ Assurance
Empati/ Empaty
Kesesuaian Harapan
dan
Kenyataan
1. Bukti langsung/ Tangibles
2. Keandalan/ Reliability
3. Daya tanggap/ Responsiveness
4. Jaminan/ Assurance
5. Empati/ Emphaty
A.
B.
C.
D.
Kondisi Pelayanan
Prioritas utama
Pertahankan prestasi
Prioritas rendah
Berlebihan
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
D. RANCANGAN PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional panel, dengan pendekatan
deskriptif analitik.xvi
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan adalah longitudinal prospektif.xvii
3. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Pengumpulan data ini dilakukan dengan wawancara pada responden
dengan menggunakan kuesioner terstruktur mengenai pertanyaan
dimensi mutu pelayanan rawat inap.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan adalah data pendukung yang berkaitan
dengan tujuan penelitian. Data ini digunakan untuk memperoleh
54
gambaran
umum
dari
RSUD Dr.
Raden
Soedjati Soemodiardjo
Kabupaten Grobogan dengan cara mengutip data yang ada di Rumah
Sakit tersebut.
4. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua pasien/ palanggan yang dirawat inap pada
Bulan Maret 2009 di RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan. Penentuan jumlah populasi didasarkan pada jumlah populasi
pasien umum rawat inap pada tahun 2008 sebanyak 556 responden (ratarata populasi tahun 2008)
5. Prosedur Sample dan Sample Penelitian
Sampel penelitian ini adalah pasien bayar langsung di rawat inap yang terpilih
sebagai sampel berdasarkan kriteria dalam penelitian. Teknik pengambilan
sampel ditentukan dengan teknik Simple Random Sampling, merupakan
teknik pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak atau semua
anggota populasi berkesempatan sama untuk dipilih sebagai anggota
sampel.xviii
Pengambilan sampel pada pasien yang bayar langsung didasari alasan
bahwa mereka dapat memberikan informasi yang objektif untuk mengetahui
mutu pelayanan rawat inap berdasarkan harapan dan kenyataan yang
diterima secara langsung tidak terkait dengan urusan tanggungan lain
(asuransi kesehatan, dll) seperti halnya pasien tidak bayar langsung.
Rumus:
n=
N
1 + N .( d ) 2
Dimana:
n
: Jumlah Sampel
N
: Jumlah Populasi
55
(d ) 2
: Tingkat peyimpangan terhadap populasi yang diinginkan
( d = 0,07 )
n
556
= _____________= 149,28 = 149
1+ 556 (0,07)2
Dari 149 responden tersebut akan diambil secara proporsional tiap kelas
perawatan dari empat kelas perawatan yang ada dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.19
ni =
Ni
n
N
Keterangan :
ni
: Jumlah sampel tiap kelas
n
: jumlah sampel seluruhnya
Ni
: jumlah populasi tiap kelas
N
: jumlah populasi seluruhnya
Sehingga besar sampel tiap kelas perawatan dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 3.1. Besar Sampel Tiap Kelas Perawatan Di Unit Rawat Inap RSUD Dr.
Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan N= 556, n= 149
Jumlah populasi tiap
Jumlah sampel tiap
No.
Kelas
kelas
kelas
1
VIP
61
16
2
I
211
57
3
II
178
48
4
III
106
28
Total
556
149
Cara pengambilan sampel tersebut dilakukan dengan Sampel Random
sampling dan memenuhi kreteria inklusi. Adapun kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah:
56
1)
Bersedia menjadi responden peneltian.
2)
Mampu berkomunikasi dengan baik.
3)
Pasien bayar langsung yang di rawat inap.
4)
Pada pasien anak-anak wawancara dilakukan terhadap penanggung
jawab.
5)
Wawancara dilakukan pada pasien/ pelanggan yang akan mendapat
pelayanan dan sesudah menerima pelayanan.
6. Definisi Operasional Variabel Penelitian Dan Skala Pengukuran
Harapan adalah keinginan dari responden tentang pelayanan rawat inap
yang diketahui dengan kuesioner terstruktur. Sementara kenyataan adalah
keadaan sebenarnya pelayanan rawat inap yang diterima responden
diketahui dengan kuesioner terstruktur, dimana diukur meliputi:
a. Harapan dan kenyataan bukti langsung/ tangible adalah kesesuaian
antara harapan pelayanan dan kenyataan pelayanan yang diterima
yang meliputi penampilan dari dokter, perawat, penunjang pelayanan
(kerapian, kebersihan petugas), dan perlengkapan (kelengkapan dan
kebersihan alat).
b. Harapan dan kenyataan keandalan/ reliability adalah kesesuaian
antara harapan pelayanan dan kenyataan pelayanan yang diterima
tentang kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
segera, akurat, dan memuaskan oleh dokter, perawat, penunjang
pelayanan yang ditetapkan Rumah Sakit kepada pasien/ pelanggan
rawat inap.
c. Harapan dan kenyataan daya tanggap/ responsiveness adalah
kesesuaian antara harapan pelayanan dan kenyataan pelayanan yang
diterima tentang kemauan untuk membantu pelanggan, misalnya
waktu yang diperlukan petugas kesehatan untuk memberikan
informasi yang jelas, menyelesaikan keluhan pasien dan tindakan
57
yang cepat oleh dokter, perawat, penunjang pelayanan pada saat
pasien rawat inap membutuhkan.
d. Harapan dan kenyataan jaminan/ assurance adalah kesesuaian
antara harapan pelayanan dan kenyataan pelayanan yang diterima
yang mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki oleh dokter, perawat, dan penunjang
pelayanan yang bebas dari segala bahaya, resiko atau keragu-raguan
dalam memberikan tindakan kepada pasien/ pelanggan rawat inap.
e. Harapan dan kenyataan empati/ emphaty adalah kesesuaian antara
harapan pelayanan dan kenyataan pelayanan yang diterima tentang
perhatian pelayanan yang meliputi tindakan dokter, perawat, dan
penunjang pelayanan dengan berinteraksi, komunikasi yang baik,
perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pasien rawat inap.
Dalam penelitian ini menggunakan pernyataan jawaban soal favorable dan unfavorable
dengan skala 4 tingkat (skala Likert) dari sangat penting, penting, tidak
penting dan sangat tidak penting, yang diberi bobot sebagai berikut:
Kriteria skor jawaban soal Favourable:
1.
Sangat Penting/ sesuai
=
Skor 4
2.
Penting/ sesuai
=
Skor 3
3.
Tidak Penting/ sesuai
=
Skor 2
4.
Sangat Tidak Penting/ sesuai
=
Skor 1
Kriteria skor jawaban soal Unfavourable:
1.
Sangat Penting/ sesuai
=
Skor 1
2.
Penting/ sesuai
=
Skor 2
3.
Tidak Penting/ sesuai
=
Skor 3
4.
Sangat tidak penting/ sesuai
=
Skor 4
Skal pengukuran: Interval
7. Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian
58
a. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini adalah berupa kuesioner terstruktur
yang digunakan untuk mendapatkan data tentang harapan sebelum
pasien/ pelanggan mendapatkan pelayanan dan kenyataan pelayanan
yang diterima di Unit Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo
Kabupaten Grobogan. Sebelum melaksanakan penelitian dilakukan uji
validitas dan reliabililas kuesioner melalui uji coba kuesioner. Uji validitas
dan reliabililas instrumen dilaksanakan pada 30 orang sampel pasien di
Unit Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan pada bulan Januari 2009. Hal ini dilakukan karena populasi
penelitian mencukupi untuk dilakukannya uji coba ini dengan harapan
distribusi skornya akan mendekati kurva normal. Tujuan uji coba ini
adalah untuk menghindari adanya pertanyaan–pertanyaan yang sulit
dimengerti ataupun kekurangan/ kelebihan dari materi kuesioner itu
sendiri agar dapat digunakan sebagai alat penelitian.xix
1) Uji validitas
Uji validitas dipergunakan untuk mengetahui sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaannya pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi validitas
adalah untuk mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang
sudah peneliti susun betul –betul dapat mengukur apa yang hendak
diukur.
Pengukuran tingkat validitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor
kontruk atau variabel. Dalam hal ini melakukan korelasi masing–
masing skor pertanyaan dengan skor total, dengan hipotesis:
Ho
: skor pertanyaan berkorelasi positif dengan skor total
59
konstruk.
Ha
: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan
total skor konstruk.
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung
dengan nilai r tabel untuk degree of freedom (df) = n-k dalam hal ini n
adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah kontruk. Jika r hitung
(untuk r tiap butir dapat dilihat dalam kolom Coorrected item – total
correlation lebih besar dari r tabel dalam nilai r positif, maka butir atau
pertanyaan tersebut dikatakan valid.4
Pada
penelitian
ini
terdapat
2
buah
kuesioner
untuk
mengungkap variabel harapan dan kenyataan mutu pelayanan. Kedua
kuesioner tersebut memiliki konstruk variabel yang sama sehingga
item-itemnyapun juga sama.
Uji validitas dilakukan pada item dalam kuesioner harapan mutu
pelayanan. Item-item yang valid pada kuesioner harapan mutu
pelayanan digunakan sebagai item dalam kuesioner kenyataan mutu
pelayanan.
Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan komputer program operasi Windows Xp dengan
program analisis validitas butir seri program SPSS (Statistics Program
for Social Science) Versi 13.0.xx,xxi
Hasil
analisis
validitas
pada
kuesioner
harapan
mutu
pelayanan memperlihatkan bahwa dari total 60 item, 41 item yang
dinyatakan valid sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
60
Tabel 3.2. Distribusi Item Valid dan Item Tidak Valid
Kuesioner Harapan dan Kenyataan
Variabel
Item Valid
Index
Validitas
Item Tidak
Valid
2, 3, 4, 5, 6,
0,466-0,846
1, 7, 11
8, 9, 10
1, 2, 3, 5, 7,
Keandalan
0,366-0,733
4, 6
8, 9,10,11
1,3,10,12,13,
2, 4, 5, 6, 7,
Daya Tanggap
0,367-0,751
14
8, 9,11,15
2, 3, 4, 5, 6,
Jaminan
0,358-0,760
1,8, 10
7, 9, 11
1, 2, 4, 5, 6,
Empati
0,408-0,571
3, 12
7, 8, 9, 10, 11
Jumlah
41
19
Sumber : Hasil processing data dengan SPSS yang diolah
Bukti Langsung
Dengan demikian 41 item valid pada variabel harapan mutu
pelayanan tersebut juga dipakai sebagai item valid pada variabel
kenyataan mutu pelayanan.
2) Uji reliabiltas
Uji realiabilatas dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh
responden memberikan jawaban yang konsisten terhadap kuesioner
yang diberikan.
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kuesioner yang reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Jawaban responden terhadap pernyataan dikatakan reliabel jika
masing – masing pertanyaan dijawab secara konsisten atau jawaban
tidak boleh acak oleh karena masing –masing pertanyaan hendak
mengukur hal yang sama.
Pengukuran reliabelitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara one shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya
hanya
sekali
atau
kemudian
hasilnya
dibandingkan
dengan
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
61
Program pengolahan data yang ada dikomputer memberikan fasilitas
untuk mengukur reliabiltas dengan uji statistik Cronbach Alfa dengan
metode Split-Half. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 serta mempunyai nilai
Coorrected item – total correlation faktor lebih dari r tabel (r= 0,361;
df= 28).
Berdasarkan
hasil
uji
reliabilitas
variabel
harapan
mutu
pelayanan maka dapat diketahui nilai Coorrected item – total
correlation masing-masing variabel pada tabel berikut.
Tabel 3.3.
Rangkuman Perhitungan Reliabilitas
Variabel Harapan Mutu Pelayanan
Keterangan
Variabel
r
Bukti Langsung
0,607
bermakna
Keandalan
0,371
bermakna
Daya Tanggap
0,450
bermakna
Jaminan
0,411
bermakna
Empati
0,706
bermakna
Sumber : Hasil processing data dengan SPSS yang diolah
Sedangkan uji reliabilitas variabel kenyataan mutu pelayanan maka
diketahui nilai Coorrected item – total correlation masing-masing
variabel pada tabel berikut.
Tabel 3.4.
Rangkuman Perhitungan Reliabilitas
Variabel Kenyataan Mutu Pelayanan
Keterangan
Variabel
r
Bukti Langsung
0,476
bermakna
Keandalan
0,641
bermakna
Daya Tanggap
0,663
bermakna
Jaminan
0,790
bermakna
Empati
0,669
bermakna
Sumber : Hasil processing data dengan SPSS yang diolah
Rangkuman hasil perhitungan reliabilitas Cronbach Alfa dengan
metode Split-Half variabel harapan dan kenyataan dapat diamati pada
tabel berikut.
Tabel 3.5.
Rangkuman Perhitungan Reliabilitas Variabel
Harapan dan Kenyataan Mutu Pelayanan
62
α
Keterangan
Variabel
Harapan Mutu Pelayanan
0,790
Reliabel
Kenyataan Mutu Pelayanan
0,895
Reliabel
Sumber : Hasil processing data dengan SPSS yang diolah
b. Cara Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Tahap persiapan
a) Peneliti mengajukan ijin penelitian kepada Direktur RSUD Dr.
Raden
Soedjati
Soemodiardjo
Kabupaten
Grobogan
untuk
mengadakan penelitian.
b) Memberikan
penjelasan
singkat
tentang
rencana
kegiatan
penelitian.
2) Tahap pelaksanaan
a) Pengumpulan
data
dan
pengisian
kuesioner
terstruktur
dilaksanakan oleh peneliti.
b) Responden diarahkan supaya menjawab semua pertanyaan.
c) Peneliti memberikan scoring atas jawaban responden
3) Tahap akhir
Pengolahan data dengan menggunakan program Excel.
8. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
a. Pengolahan Data
Hasil pengumpulan data dari tiap tahapan dirangkum dan diperpadukan selanjutnya
dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk selanjutnya diharapkan hasil
penelitian akan dapat mengetahui kesesuaian antara harapan dan
63
kenyataan yang diterima di Unit Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan.
Teknik pengolahan data meliputi:
1) Editing
Meneliti
kembali
kelengkapan
pengisian,
keterbacaan
tulisan,
kejelasan makna jawaban, keajegan dan kesesuaian jawaban satu
sama lainnya, relevansi jawaban dan keseragaman data.
2) Koding
Mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya dengan
cara menandai masing-masing jawaban dengan tanda kode tertentu.
3) Tabulating
Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian
dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan
4) Entry
Penilaian
data
dengan
memberikan
skor
untuk
pertanyaan-
pertanyaan. Selanjutnya data dianalisis secara diskriptif maupun
analitik.
b. Analisa Data
Dalam menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
Importance – Performance Analysis atau analisis tingkat kepentingan dan
kinerja / kepuasan pelanggan.xxii
Berdasarkan penelitian tingkat kesesuaian dan hasil penilaian
kinerja maka dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian
antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan yang diterima di unit
64
rawat inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan.
Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor harapan dengan
skor kinerja/ pelaksanaan, maka dengan rumus yang digunakan:
Tki =
xi
× 100%
yi
Dimana : Tki : Tingkat kesesuaian pasien rawat inap
xi : Skor penilaian kinerja pelayanan yang diterima
yi : Skor penilaian kepentingan pelayanan rawat inap
Kategori peresentase rara-rata kesesuaian di bagi dalam tiga klaster
yaitu kesesuaian tinggi (80% s/d 100%), kesesuaian sedang (60% s/d
79%) dan kesesuaian rendah (< 60%).
Selanjutnya sumbu mendatar ( x ) akan diisi oleh skor tingkat
pelaksanaan, sedangkan sumbu tegak ( y ) diisi oleh tingkat kepentingan,
maka rumus untuk setiap faktor yang mempengaruhi harapan pelanggan :
x
=
∑ xi
n
y
=
∑ yi
n
Dimana:
x : Skor rata-rata tingkat pelaksanaan/ kepentingan
y : Skor rata-rata tingkat kepentingan
n : Jumlah responden
Dengan diagram Kartesius yang merupakan suatu bangun persegi
empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak
lurus pada titik-titik ( x , y ) di mana x merupakan rata-rata dari rata-rata
skor tingkat pelaksanaan/ kinerja seluruh faktor atau atrribut dan
y
65
adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor
yang
mempengaruhi
harapan
pasien/
pelanggan,
maka
rumus
selanjutnya :
N
_
=
∑ i = 1 Xi
X =
K
K=
Banyaknya
N
_
=
∑ i= 1 Yi
Y=
K
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
harapan
pelanggan. Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut dijabarkan
dan dibagi menjadi empat bagian kedalam diagram Kartesius.
Kepentingan
Mean x
Y
Pertahankan Prestasi
B
Prioritas Utama
A
Mean y
Y
Berlebihan
D
Prioritas Rendah
C
X
Pelaksanaan
(Kinerja/ Kepuasan)
X
Keterangan:
1. Kuadran A menunjukkan faktor-faktor yang dianggap sangat penting,
namun pihak Rumah Sakit belum melaksanakan sesuai keinginan /
harapan pasien/ pelanggan rawat inap.
66
2. Kuadran B menunjukkan faktor-faktor yang dianggap penting telah
berhasil dilaksanakan sesuai keinginan / harapan pasien/ pelanggan
rawat inap dan sangat memuaskan sehingga wajib dipertahankan.
3. Kuadran C menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang penting
oleh pasien/ pelanggan rawat inap, pelaksanaannya dijalankan secara
cukup atau biasa-biasa saja.
4. Kuadran
D
menunjukkan
faktor
yang
kurang
penting,
tetapi
pelaksanaannya berlebihan/ sangat memuaskan.
Fasilitas pelayanan rawat inap menjadi bermanfaat apabila sesuai
dengan
kepentingan/
harapan
pasien/
pelanggan
dan
pelaksanaannya dirasakan sangat sesuai terletak pada kuadran B.
Di dalam penelitian ini notasi ( y ) yang berarti kepentingan disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian yang berarti harapan ( y = harapan) dan
notasi ( x ) yang berarti kepuasan disesuaikan menjadi kenyataan ( x =
kenyataan).
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan berdiri di atas
tanah seluas 35.500 m2 di Jln. D.I. Panjaitan No. 36 Purwodadi yang semula berasal
dari rumah sakit Zending yang didirikan sekitar tahun 1924. Setelah tahun 1945,
rumah sakit menjadi milik Pemerintah Daerah Tingkat II kabupaten Grobogan dan
berganti nama menjadi “RSU Purwodadi”
Tahun 1988 melalui Kepmenkes RI, No 105 ditetapkan menjadi rumah sakit
kelas tipe “C”. Selanjutnya Tahun 1996 mendapat status baru sebagai rumah sakit
swadana Daerah Tingkat II dan berganti nama menjadi “RSU Swadana Purwodadi”.
Berdasarkan Kepmenkes RI tanggal 25 Juni 2002 No. 782/ MenKes/ SK/ VI/
2002, RSU Swadana Purwodadi berubah dari kelas C menjadi rumah sakit tipe B
non pendidikan dengan nama ”RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo” kabupaten
Grobogan, visi “menjadi rumah sakit rujukan yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan” dan misi:
68
1. Memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau dan menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.
2. Mengembangkan RSUD rujukan dan pusat pendidikan kesehatan.
Jumlah tenaga saat ini 455 orang dengan jenis layanan: 1) rawat jalan
(umum; spesialistik; gigi), 2) rawat darurat dan 3) penunjang medik (farmasi;
laboratorium; radiologi; psikologi; hemodialisa). Sedangkan kinerja pelayanan tahun
2008 BOR= (71,9%), LOS= (5,2hari), TOI= (3,8/ hari) dan BTO= (59,2/ kali).
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah pasien rawat inap RSUD
Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo 55
Kabupaten Grobogan berjumlah 149 orang
dengan gambaran karakteristik sebagai berikut.
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Pasien Rawat Inap RSUD
Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan
No
1.
2.
3.
Karakteristik
Umur
Tua >40th
Muda ≤40th
Pendidikan
SD/ SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Pekerjaan
Tani
Wiraswasta
Tidak Bekerja
f
%
72
77
48,3%
51,7%
77
52
20
51,7%
34,9%
13,4%
60
54
35
40,3%
36,2%
23,5%
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa pasien rawat inap yang menjadi
responden dalam penelitian ini mayoritas (51,7%) berusia kurang dari 40 tahun,
(51,7%) berpendidikan SD/ SMP dan (40,3%) berprofesi pekerjaan tani.
Menurut pendapat Jacobalis (2000), umur dan jenis kelamin merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap mutu pelayanan
kesehatan.xxiii Kemudian tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir rasional
dan irrasional seseorang mengambil keputusan (self monitoring) menggunakan/
memanfaatkan suatu pelayanan kesehatan.
xxiv
Responden yang didominasi latar
69
belakang pendidikan rendah (51,7%) berpendidikan SD/ SMP memiliki kecenderungan
inkonsistensi persepsi yang tinggi (tidak tetap pendirian/ mudah dipengaruhi) dibanding
dengan latar belakang pendidikan tinggi.31
C. MUTU PELAYANAN BUKTI LANGSUNG
1. Diskripsi harapan bukti langsung
Tabel 4.2. Distribusi Jawaban Harapan Bukti Langsung.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Harapan Bukti Langsung
Perawat memakai seragam lengkap
dengan identitas.
Dokter memakai seragam lengkap
dengan identitas.
Seragam petugas laboratorium rapi dan
serasi.
Sarana dan peralatan tersedia lengkap
di ruangan keperawatan (sandaran
infus, pispot, tempat sampah, air).
Sarana tempat menunggu pasien
bebas asap rokok.
Ruangan pasien selalu tampak bersih,
nyaman dan beraroma wangi.
Kamar pasien selalu dibersihkan 2 kali
sehari.
Seprei, selimut dan sarung bantal tidak
bersih.
STP
1
0,7%
1
0,7%
1
0,7%
1
TP
1
0,7%
1
0,7%
2
1,3%
2
P
95
63,8%
80
53,7%
102
68,5%
38
SP
52
34,9%
67
45,0%
44
29,5%
108
Total
149
100%
149
100%
149
100%
149
0,7%
1,3%
25,5%
72,5%
100%
13
8,7%
2
1,3%
1
0,7%
39
26,2%
26
17,4%
2
1,3%
3
2,0%
63
42,3%
47
31,5%
84
56,4%
87
58,4%
20
13,4%
63
42,3%
61
40,9%
58
38,9%
27
18,1%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
Berdasarkan kompilasi jawaban pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui
bahwa sebagian besar pasien rawat inap sangat berharap yaitu: (63,8%) perawat
memakai seragam lengkap dengan identitas, (53,7%) dokter memakai seragam
lengkap dengan identitas, (68,5%) seragam petugas laboratorium rapi dan
serasi, (72,5%) sangat mengharapakan sarana dan peralatan (sandaran infus,
pispot, tempat sampah, air) tersedia lengkap di ruangan keperawatan, (42,3%)
sangat mengharapkan tempat menunggu pasien bebas merokok, (56,4%)
ruangan pasien selalu bersih, nyaman dan wangi, (58,4%) kamar pasien selalu
dibersihkan 2 kali sehari, (42,3%) seprei, selimut dan sarung bantal perlu diganti
yang bersih.
Bukti langsung merupakan bagian dari penampilan pelayanan yang dilihat
secara langsung oleh pasien seperti ruangan, kebersihan, kelengkapan sarana
dan penampilan staff. Harapan-harapan pasien tersebut merupakan keyakinan
70
pasien sebelum menerima pelayanan yang nantinya akan dijadikan standar atau
acuan dalam menilai pelayanan.xxv
2. Diskripsi kenyataan bukti langsung
Tabel 4.3. Distribusi Jawaban Kenyataan Bukti Langsung.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kenyataan Bukti Langsung
Perawat memakai seragam lengkap
dengan identitas.
Dokter memakai seragam lengkap
dengan identitas.
Seragam petugas laboratorium rapi dan
serasi.
Sarana dan peralatan tersedia lengkap
di ruangan keperawatan (sandaran
infus, pispot, tempat sampah, air).
Sarana tempat menunggu pasien
bebas asap rokok.
Ruangan pasien selalu tampak bersih,
nyaman dan beraroma wangi.
Kamar pasien selalu dibersihkan 2 kali
sehari.
Seprei, selimut dan sarung bantal tidak
bersih.
STS
1
0,7%
3
2,0%
1
0,7%
3
TS
18
12,1%
19
12,8%
13
8,7%
75
S
112
75,2%
103
69,1%
119
79,9%
43
SS
18
12,1%
24
16,1%
16
10,7%
28
Total
149
100%
149
100%
149
100%
149
2,0%
50,3%
28,9%
18,8%
100%
24
16,1%
8
5,4%
4
2,7%
39
26,2%
84
56,4%
63
42,3%
22
14,8%
77
51,7%
32
21,5%
62
41,6%
98
65,8%
28
18,8%
9
6,0%
16
10,7%
25
16,8%
5
3,5%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
Berdasarkan jawaban pada tabel 4.3 di atas diketahui persentase
kenyataan pelayanan yaitu: (75,2%) perawat memakai seragam lengkap dengan
identitas, (69,1%) dokter memakai seragam lengkap dengan identitas, (79,9%)
seragam petugas laboratorium rapi dan serasi, (41,6%) ruangan pasien selalu
bersih, nyaman dan wangi, (65,8%) kamar pasien dibersihkan 2 kali sehari,
(51,7%) seprei, selimut dan sarung bantal diganti yang bersih.
Namun ada beberapa persentase kenyataan yang perlu diperhatikan
seperti (50,3%) ketersediaan sarana dan peralatan (sandaran infus, pispot,
tempat sampah, air) belum lengkap di ruangan keperawatan, (56,4%) tempat
menunggu pasien tidak bebas asap merokok, (12,1%) perawat berseragam tidak
lengkap, (12,8%) dokter berseragam tidak lengkap, (28,9%) mengeluhkan sarana
dan prasarana, (42,3%) ruang tampak kotor/ berbau.
71
3. Analisis kesesuaian harapan dan kenyataan bukti langsung
Variabel bukti langsung meliputi penampilan dari dokter, perawat, penunjang
pelayanan (kerapian, kebersihan petugas) dan perlengkapan (kelengkapan dan
kebersihan alat). Hasil skor jawaban masing-masing item pertanyaan digunakan
untuk mencari rata-rata nilai harapan dan kenyataan sebagaimana tertera pada
tabel berikut:
Tabel 4.4.
Rerata Harapan dan Kenyataan Bukti Langsung
Item
Harapan
Kenyataan
x
y
bl_1
bl_2
bl_3
bl_4
bl_5
bl_6
bl_7
bl_8
496
511
487
551
458
502
500
412
445
446
448
394
324
384
442
448
2.99
2.99
3.01
2.64
2.17
2.58
2.97
3.01
3.33
3.43
3.27
3.70
3.07
3.37
3.36
2.77
(%)
Kesesuaian
89.72
87.28
91.99
71.51
70.74
76.49
88.40
108.74
Item
y
x
(x)
2.79
(y)
(x)
3.29
85.61
Persentase kesesuaian item pada variabel bukti langsung terendah (70,74%)
dan tertinggi (108,74%) dengan rata-rata kesesuaian variabel (85,61%) dalam
kategori kesesuaian tinggi. Pada kenyataanya saat ini perawat, dokter dan
penunjang dalam memberikan pelayanan rawat inap sudah memakai seragam
lengkap dengan identitas masing-masing. Ini dikuatkan dengan dikeluarkanya
kebijakan direktur perihal penggunaan seragam harian dan identitas lengkap.
Kemudian kebersihan ruang rawat inap setiap hari juga diupayakan dengan
maksimal dimana saat ini sudah menggunakan jasa pihak ketiga tenaga cleaning
service. Untuk menjaga kebersihan linen penggantianya diprogramkan seminggu
2 kali dan bila linen tampak kotor, sementara untuk logistik linen saat ini sudah
terpenuhi rasio (1:2).
Rata-rata dari nilai harapan y dan nilai kenyataan x yang telah diketahui,
digunakan untuk menentukan posisi penempatan variabel bukti langsung
72
pelayanan pada kuadran diagram Kartesius. Berikut adalah penempatan masingmasing item dalam diagram Kartesius variabel bukti langsung.
Gambar 4.1. Diagram Kartesius Variabel Bukti Langsung
Diagram Kartesius Bukti Langsung
mean x
4 .5
KUADRAN A
KUADRAN B
4
bl4
bl7
3 .5
bl2
bl1
bl3
Harapan
bl6
mean y
bl5
3
bl8
2 .5
KUADRAN C
KUADRAN D
2
2
2 .5
3
3 .5
Kenyataan
Dalam gambar 4.1. dari diagram Kartesius di atas terlihat bahwa letak dari
item-item bukti langsung pelayanan rawat inap berdasar persepsi harapan dan
kenyataan terbagi menjadi empat kuadran. Adapun interpretasi dari diagram
Kartesius tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Kuadran A
Dalam kuadran ini ditunjukkan perihal yang perlu diprioritaskan untuk
ditangani segera oleh manajemen pelayanan RSUD Dr. Raden Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan, sebab perihal ini dinilai sangat penting
oleh pasien sementara dalam kenyataannya masih belum sesuai harapan.
Adapun item-item termasuk adalah:
1) Sarana dan peralatan
Sarana dan peralatan yang tersedia di ruang perawatan seperti
(sandaran infus, pispot, tempat sampah, air) dinilai sangat penting
oleh pasien rawat inap dan terbukti (72,5%) pasien berharap atribut
73
tersebut tersedia dengan lengkap. Namun pada kenyataannya hanya
(28,9%) pasien rawat inap yang merasa sudah sesuai harapan.
2) Kebersihan ruang
Kebersihan dan kenyamanan ruang (tenang dan wangi) dinilai sangat
penting oleh pasien rawat inap. Hal ini dibuktikan dengan (56,4%)
pasien berharap terwujud. Namun realisasi hanya (41,6%) pasien
yang merasa sesuai harapan.
b. Kuadran B
Dalam kuadran ini ditunjukkan perihal yang perlu dipertahankan, karena
pada umumnya tingkat pelaksanaan dari faktor pelayanan telah sesuai
antara harapan dan kenyataan yang dialami pasien.
Kemudian item-item yang termasuk kuadran ini adalah:
1) Kelengkapan seragam dan atribut perawat
Kelengkapan perawat dalam memakai seragam dan indentitas
memang patut dipertahankan sebab bentuk pelayanan ini pada
kenyataannya dapat dikategorikan sesuai dengan harapan pasien
rawat inap. Berdasarkan persentase (63,8%) pasien yang berharap
sementara pada kenyataannya (75,2%) pasien menilai sudah sesuai.
2) Kelengkapan seragam dan artibut dokter
Kelengkapan
dan
seragam
atribut
dokter
merupakan
bentuk
pelayanan yang saat ini juga masuk dalam kategori dipertahankan
karena pada kenyataannya sudah sesuai dengan harapan pasien
rawat inap. Berdasarkan persentase (53,7%) pasien berharap dokter
berseragam rapi sedangkan kenyatannya (69,1%) hal tersebut sudah
terpenuhi.
3) Kamar pasien dibersihkan 2 kali sehari.
74
Bentuk pelayanan membersihkan kamar pasien 2 kali sehari termasuk
dalam kategori sesuai harapan pasien, sehingga pelayanan ini perlu
dipertahankan. Harapan pasien (58,4%) sementara kenyataannya
sudah mampu melebihi sebesar (65,8%) sesuai.
c. Kuadran C
Dalam kuadran ini ditunjukkan perihal pelayanan yang masih dianggap
kurang
penting
bagi
pasien,
karena
pada
umumnya
kuantitas
pelaksanaannya biasa-biasa saja. Adapun item-item yang termasuk dalam
kuadran ini adalah:
1) Ruang tunggu bebas asap rokok
Ruang tunggu bebas asap rokok masih dianggap kurang penting oleh
pasien rawat inap sebab saat ini kuantitas pelaksanaannya relatif
sesuai, terbukti berdasarkan distribusi jawaban responden diketahui
harapan sebesar (31,5%) sedangkan pada kenyataannya sebesar
(21,5%) yang merasa sesuai.
d. Kuadran D
Dalam kuadran ini ditunjukkan perihal yang dinilai berlebihan oleh pasien
rawat inap. Hal ini disebabkan karena pasien menganggap pelayanan
tersebut tidak terlalu penting, akan tetapi pelaksanaannya telah dilakukan
dengan baik. Item-item yang termasuk dalam kuadran ini adalah:
1) Kelengkapan seragam dan atribut petugas laboratorium
Seragam petugas laboratorium rapi dan serasi saat ini dinilai
berlebihan oleh pasien, dibuktikan dengan persentase harapan
sebesar (68,5%). Tetapi jika dilihat dari kenyataannya, pasien merasa
melebihi harapan (79,9%).
2) Penggantian linen
75
Penggantian seprei, selimut dan sarung bantal bersih saat ini juga
dianggap berlebihan. Terbukti dengan persentase harapan sebesar
(42,3%). Namun jika dilihat dari kenyataan yang diperoleh maka
pasien sudah merasa melebihi harapan (51,7%).
4. Pembahasan prioritas utama bukti langsung
Temuan rata-rata tingkat kesesuaian yang tinggi (85,61%) menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien sudah merasa sesuai dengan bukti langsung.
Mereka tidak mempermasalahkan hal-hal yang berkaitan dengan orang (tenaga
medis/ paramedis/ non medis) bahkan mereka sudah puas dengan penampilan
pelayanan. Sedangkan temuan pada kuadran A (bl4 dan bl6) merupakan
prioritas utama yang perlu diperbaiki sebab saat ini mereka tidak puas dengan
penampilan ruang (kebersihan) dan sarana serta peralatan yang masih kurang.
Artinya pasien tidak hanya menginginkan penampilan para tenaga pelayanan
(barang hidup) tetapi juga menginginkan perihal berkaitan dengan kelengkapan
(barang mati).
Berdasarkan hasil diagram Kartesius bukti langsung, item yang masuk
dalam prioritas utama diperbaiki (kuadran A) adalah: 1) sarana dan peralatan, 2)
kebersihan ruang. Untuk sarana dan peralatan pada kenyataannya memang
tidak lengkap bahkan kurang di setiap ruang perawatan. Seperti pispot hanya
terdapat 1 disetiap ruang padahal rata-rata jumlah bed lebih dari 1 (1 s/d 8 bed).
Kemudian 1 sandaran infus dipakai untuk 2 pasien dan distribusi air bersih
keruang perawatan yang tidak lancar. Kemudian untuk kebersihan ruang yang
tidak tampak sebagian besar disebabkan karena persediaan tempat sampah
yang kurang dan banyak barang yang tidak berkaitan dengan kesembuhan
pasien di bawa oleh pengunjung/ keluarga dan ditempatkan di ruang perawatan.
Menurut Perwani, hal penting dalam housekeeping dan berkaitan erat
dengan mutu produk/ jasa adalah bagaimana institusi penyedia pelayanan
76
mampu menghadirkan keindahan, kerapian, kebersihan, kelengkapan dan
kesehatan terhadap produk jasa yang ditawarkan kepada pelanggan.xxvi
D. MUTU PELAYANAN KEANDALAN
1. Diskripsi harapan keandalan
Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Harapan Keandalan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Harapan Keandalan
Petugas
pendaftaran
memberikan
informasi pendaftaran dengan benar.
Petugas
pendaftaran
memberi
informasi biaya kelas perawatan
dengan benar.
Petugas
pendaftaran
menjelaskan
tentang fasilitas pelayanan yang ada di
ruang rawat inap dengan benar.
Dokter memberi penjelasan akibat
penyakit yang diderita pasien dengan
jelas.
Perawat menjelaskan tentang tata tertib
di ruang rawat inap dan mudah
dipahami.
Perawat melakukan pemeriksaan tensi
darah sesuai jadwal yang sudah ditulis
di buku catatan pasien.
Bagian gizi menjelaskan tentang
makanan yang harus dihindari pasien
dan mudah dipahami.
Petugas laboratorium meminta tangan
pasien menggenggam dan diluruskan
saat diambil darah.
Petugas
bagian
radiologi
tidak
menjelaskan pada saya saat akan
melakukan rontgen.
STP
1
0,7%
1
TP
2
1,3%
5
P
78
52,3%
92
SP
68
45,6%
51
Total
149
100%
149
0,7%
3,4%
61,7%
34,2%
100%
2
11
80
56
149
1,3%
7,4%
53,7%
37,6%
100%
1
4
39
105
149
0,7%
2,7%
26,2%
70,5%
100%
1
3
106
39
149
0,7%
2,0%
71,1%
26,2%
100%
0
2
99
48
149
0%
1,3%
66,4%
32,2%
100%
0
3
85
61
149
0%
2,0%
57,0%
40,9%
100%
0
5
99
45
149
0%
3,4%
66,4%
30,2%
100%
29
83
20
17
149
19,5
55,7
13,4
11,4
100%
Hasil penelitian seperti terlihat pada tabel 4.5. di atas menunjukkan bahwa
mayoritas pasien rawat inap sangat berharap yaitu: (52,3%) petugas pendaftaran
memberikan informasi, (61,7%) petugas pendaftaran memberi informasi biaya
kelas perawatan, (53,7%) petugas pendaftaran menjelaskan fasilitas pelayanan
77
yang ada di rawat inap, (70,5%) dokter memberi penjelasan penyakit yang
diderita pasien, (71,1%) perawat menjelaskan tata tertib di rawat inap, (66,4%)
perawat melakukan tensi darah sesuai jadwal di buku catatan pasien, (57,0%)
bagian gizi menjelaskan makanan yang harus dihindari pasien, (66,4%) petugas
laboratorium meminta tangan pasien menggenggam saat diambil darah dan
(55,7%) petugas radiologi menjelaskan persiapan rontgen.
Besarnya persetanse harapan pasien di atas mencerminkan keinginan
optimalisasi pelayanan rawat inap segera, akurat dan memuaskan dalam
beberapa hal seperti perlakukan penerimaan pasien, ketepatan pemeriksaan dan
jadwal pelayanan. Dalam hal ini kebutuhan pasien adalah kebutuhan untuk
sembuh dari sakit yang dapat dicapai melalui diagnosis yang tepat dan
pengobatan yang tepat pula.
2. Diskripsi kenyataan keandalan
Tabel 4.6. Distribusi Jawaban Kenyataan Keandalan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kenyataan Keandalan
Petugas
pendaftaran
memberikan
informasi pendaftaran dengan benar.
Petugas
pendaftaran
memberi
informasi biaya kelas perawatan
dengan benar.
Petugas
pendaftaran
menjelaskan
tentang fasilitas pelayanan yang ada di
ruang rawat inap dengan benar.
Dokter memberi penjelasan akibat
penyakit yang diderita pasien dengan
jelas.
Perawat menjelaskan tentang tata tertib
di ruang rawat inap dan mudah
dipahami.
Perawat melakukan pemeriksaan tensi
darah sesuai jadwal yang sudah ditulis
di buku catatan pasien.
Bagian gizi menjelaskan tentang
makanan yang harus dihindari pasien
dan mudah dipahami.
Petugas laboratorium meminta tangan
pasien menggenggam dan diluruskan
saat diambil darah.
Petugas
bagian
radiologi
tidak
menjelaskan pada saya saat akan
melakukan rontgen.
STS
2
2,7%
7
TS
12
8,1%
17
S
111
74,5%
107
SS
22
14,8%
18
Total
149
100%
149
4,7%
11,4%
71,8%
12,1%
100%
10
79
44
16
149
6,7%
53,0%
29,5%
10,7%
100%
8
49
74
18
149
5,4%
32,9%
49,7%
12,1%
100%
4
52
10
149
149
2,7%
34,9%
55,7%
6,7%
100%
3
21
105
20
149
2,0%
14,1%
70,5%
13,4%
100%
10
52
74
13
149
6,7%
34,9%
49,7%
8,7%
100%
4
12
114
19
149
2,7%
8,1%
76,5%
12,8%
100%
24
90
29
6
149
16,1%
60,4%
19,5%
4,0%
100%
Hasil penelitian seperti terlihat pada tabel 4.6. di atas menunjukkan
persentase
kenyataan
pelayanan
yaitu:
(74,5%)
petugas
pendaftaran
memberikan informasi, (71,8%) petugas pendaftaran memberi informasi biaya
78
kelas perawatan, (49,7%) dokter memberi penjelasan penyakit yang diderita
pasien, (55,7%) perawat menjelaskan tata tertib di rawat inap, (70,1%) perawat
melakukan tensi darah sesuai jadwal di buku catatan pasien, (49,7%) bagian gizi
menjelaskan makanan yang harus dihindari, (76,5%) petugas laboratorium meminta
tangan pasien menggenggam saat diambil darah dan (60,4%) petugas radiologi
menjelaskan persiapan rontgen.
Akan tetapi ada beberapa persentase menunjukan ketidaksesuaian seperti
(53,0%) petugas pendaftaran tidak menginformasikan fasilitas dan biaya rawat
inap, (32,9%) dokter tidak memberi penjelasan penyakit pasien, (14,1%) perawat
tidak melakukan tensi sesuai jadwal, (34,9%) bagian gizi tidak menjelaskan diet
pada pasien, (19,5%) petugas radiologi tidak menjelaskan persiapan rontgen.
3. Analisis kesesuaian harapan dan kenyataan keandalan
Variabel keandalan merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan oleh dokter, perawat,
penunjang pelayanan yang ditetapkan rumah sakit kepada pasien/ pelanggan
rawat inap. Hasil skor jawaban masing-masing item pertanyaan keandalan
digunakan untuk mencari rata-rata nilai harapan dan kenyataan sebagaimana
tertera pada tabel berkut:
Tabel 4.7.
Rerata Harapan dan Kenyataan Keandalan
Item
Harapan
Kenyataan
x
y
k_1
k_2
k_3
k_4
k_5
k_6
k_7
k_8
k_9
511
491
488
543
481
493
505
487
442
449
434
364
400
397
440
388
446
430
3.01
2.91
2.44
2.68
2.66
2.95
2.60
2.99
2.89
3.43
3.30
3.28
3.64
3.23
3.31
3.39
3.27
2.97
(%)
Kesesuaian
87.87
88.39
74.59
73.66
82.54
89.25
76.83
91.58
97.29
Item
y
x
(x)
2.79
(y)
(x)
3.31
84.67
79
Persentase kesesuaian item pada variabel keandalan terendah (73,66%) dan
tertinggi (97,29%) dengan rata-rata kesesuaian variabel (84,67%) dalam kategori
kesesuaian tinggi. Pada kenyataanya saat ini petugas pendaftaran sudah lulus
pelatihan administrasi pendaftaran pasien dan rekam medik. Kemudian untuk
tenaga seperti perawat, analis dan radiografer sudah sesuai dengan kualifikasi
pendidikan dan profesinya sehingga fungsi tugas dan pekerjaannya relatif
memenuhi kompetensi dasar teknis keilmuan masing-masing.
Rata-rata dari nilai harapan y dan nilai kenyataan x yang telah diketahui,
digunakan untuk menentukan posisi penempatan variabel keandalan pelayanan
pada kuadran Diagram Kartesius. Berikut adalah penempatan masing-masing
item dalam Diagram Kartesius variabel keandalan.
Gambar 4.2. Diagram Kartesius Variabel Keandalan
Diagram Kartesius Keandalan
mean x
4 .5
KUADRAN A
KUADRAN B
4
k4
3 .5
Harapan
k7
k3
k5
k1
k2
k9 k6 k8
mean y
3
2 .5
KUADRAN C
KUADRAN D
2
2
2 .5
3
3 .5
Kenyataan
Dalam gambar 4.2. dari diagram Kartesius di atas terlihat bahwa letak dari
item-item keandalan pelayanan rawat inap berdasar persepsi harapan dan
80
kenyataan terbagi menjadi empat kuadran. Interpretasi diagram Kartesius
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kuadran A
Ditunjukkan perihal yang perlu diprioritaskan untuk segera ditangani
manajemen pelayanan RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan, yaitu:
1) Penjelasan dokter
Penjelasan dokter tentang penyakit saat ini dinilai sangat penting oleh
pasien rawat inap dan terbukti (70,5%) pasien berharap mereka
mendapat
penjelasan
yang
lengkap
tentang
penyakit
yang
dideritanya. Namun demikian pada kenyataannya hanya (49,7%)
pasien rawat inap yang merasa sudah mendapat penjelasan yang
cukup tentang kondisinya atau merasa sesuai dengan pelayanan
dokter.
2) Penjelasan gizi
Penjelasan tentang gizi/ diet makanan yang tepat dinilai sangat
penting oleh pasien rawat inap. Hal ini dibuktikan dengan (57,0%)
pasien berharap mendapatkan penjelasan diet sesuai penyakitnya.
Namun
realisasinya
hanya
(49,7%)
pasien
rawat
inap
yang
mendapatkan penjelasan dari bagian gizi atau merasa sesuai
terhadap kinerja bagian gizi.
b. Kuadran B
Kuadran ini ditunjukkan perihal yang perlu dipertahankan, karena tingkat
pelaksanaan dari faktor pelayanan telah sesuai antara harapan dan
kenyataan serta mampu menarik pasien untuk memanfaatkannya, yaitu:
1) Informasi petugas pendaftaran
81
Pelayanan
petugas
pendaftaran
yang
memberikan
informasi
pendaftaran dengan benar patut dipertahankan sebab bentuk
pelayanan ini dalam kenyataannya dikategorikan sesuai harapan
pasien rawat inap. Berdasarkan persentase (52,3%) pasien berharap
sementara kenyataannya (74,5%) pasien merasa sesuai.
c. Kuadran C
Dalam kuadran ini ditunjukkan perihal pelayanan yang masih dianggap
kurang penting bagi pasien, tetapi jika dilihat dari tingkat kepuasan
konsumen cukup baik. Item yang termasuk dalam kuadran ini adalah:
1) Penjelasan fasilitas
Pelayanan petugas pendaftaran yang menjelaskan tentang fasilitas
pelayanan rawat inap saat ini dianggap kurang penting oleh pasien
rawat
inap
dan
cenderung
diabaikan,
meskipun
kuantitas
pelaksanaannya relatif terpenuhi. hal ini terbukti berdasarkan
distribusi
jawaban
responden
harapannya
(53,7%)
sedangkan
kenyataannya yang dirasakan (29,5%) sudah terpenuhi.
2) Penjelasan tata tertib
Pelayanan perawat yang menjelaskan tata tertib rawat inap saat ini
cenderung diabaikan (kurang penting) oleh pasien rawat inap
meskipun
kuantitas
pelaksanaannya
cukup
terpenuhi,
terbukti
berdasarkan distribusi jawaban responden harapannya (71,1%)
sedangkan kenyataannya (55,7%) sudah sesuai harapan.
d. Kuadran D
Ditunjukkan perihal yang dinilai berlebihan oleh pasien rawat inap,
disebabkan pasien menganggap pelayanan tersebut tidak terlalu penting.
82
Tetapi pelaksanaannya telah dilakukan dengan baik. Item-item yang
termasuk dalam kuadran ini adalah:
1) Informasi biaya kelas perawatan
Pemberian informasi biaya kelas perawatan oleh petugas pendaftaran
saat ini dinilai berlebihan, dibuktikan dengan persentase harapan
pasien sebesar (61,7%). Tetapi jika dilihat dari kenyataannya, pasien
merasa sangat sesui sebesar (71,8%).
2) Pemeriksaan tensi sesuai jadwal
Pemeriksaan tensi darah sesuai jadwal buku catatan pasien oleh
perawat saat ini juga dianggap biasa-biasa saja, persentase
harapannya (66,4%). Namun demikian jika dilihat dari kenyataan yang
diperoleh maka pasien merasa sangat terpenuhi sebesar (70,5%).
3) Pengambilan sampel darah
Pelayanan petugas laboratorium yang meminta tangan pasien
menggenggam saat diambil darah juga dianggap biasa saja.
Persentase harapan pasien sebesar (66,4%), Tetapi kenyataannya
pasien merasa sangat sesuai (76,5%) dengan pelayanan tersebut.
4) Penjelasan petugas radiologi
Penjelasan petugas radiologi saat mempersiapkan rontgen dianggap
berlebihan oleh pasien. Hal ini terbukti dengan persentase harapan
sebesar (55,7%). Namun jika dilihat dari kenyataan yang diperoleh
maka pasien merasa sangat terpenuhi (60,4%) pada pelayanan
tersebut.
4. Pembahasan prioritas utama keandalan
Temuan rata-rata tingkat kesesuaian yang tinggi (84,67%) menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien sudah merasa sesuai dengan keandalan. Mereka
tidak mempermasalahkan hal-hal yang berkaitan dengan urusan informasi
administrasi tetapi mengharapkan kejelasan informasi layanan medis dan gizi
83
(problem sosialisasi) sesuai temuan pada kuadran A (k4 dan k7) merupakan
prioritas utama yang perlu diperbaiki. Khusus untuk dokter ternyata pasien
mengharapkan penjelasan rinci tentang kondisi penyakitnya (dirinya). Hal ini
sebagian besar disebabkan jenis penyakit yang berat, tingkat pendidikan rendah
dan minimnya informasi tentang kesehatan (ketidaktahuan).
Berdasarkan hasil diagram Kartesius keandalan, item yang masuk dalam
prioritas utama diperbaiki (kuadran A) adalah: 1) penjelasan dokter, 2)
penjelasan gizi. Untuk penjelasan dokter tentang akibat penyakit yang diderita
pasien pada kenyataannya memang sering tidak dilakukan. Hal ini terjadi karena
sebagian dokter umum dan semua dokter spesialis praktek di tempat lain, selain
itu disebabkan keterbatasan waktu dokter akibat tugas rangkap (jaga UGD juga
jaga rawat inap), ada pula sebagian dokter yang tidak kooperatif menjelaskan
tentang penyakit. Kemudian untuk pelayanan penjelasan gizi/ diet makanan pada
kenyataannya
juga
sering
tidak
dilakukan.
Hal
ini
disebabkan
karena
keterbatasan petugas (hanya 2 orang ahli gizi) melayani rawat inap.
Setiap
pasien
yang
melakukan
konsultasi
masalah
kesehatannya
mempunyai hak untuk memperoleh informasi pelayanan kesehatan yang
diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh dokter. Hubungan
yang berlangsung antara dokter dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/
pengobatan/ perawatan yang terjadi di ruang rawat bertujuan untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan pasien.xxvii
84
E. MUTU PELAYANAN DAYA TANGGAP
1. Diskripsi harapan daya tanggap
Tabel 4.8. Distribusi Jawaban Harapan Daya Tanggap
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Harapan Daya Tanggap
Waktu mendaftar, petugas pendaftaran
segera melayani pasien.
Perawat dengan responsif melakukan
pemeriksaan tensi darah saat pasien
datang.
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat
diketahui oleh pasien pada hari diambil
darah.
Dokter tidak dengan segera melakukan
pemeriksaan secara rutin.
Petugas pendaftaran tampak malasmalasan saat menerima pasien.
Perawat tidak menghiraukan keluhan
pasien.
STP
0
0%
0
TP
3
2,0%
4
P
79
53,0%
93
SP
69
45,0%
52
Total
149
100%
149
0%
2,7%
62,4%
34,9%
100%
0
4
77
68
149
0%
2,7%
51,7%
45,6%
100%
34
22,8%
42
28,2%
36
24,2%
70
47,0%
79
53,0%
74
49,7%
24
16,1%
12
8,1%
18
12,1%
21
14,1%
16
10,7%
21
14,1%
149
100%
149
100%
149
100%
85
Berdasarkan tabel 4.8. di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
pasien rawat inap sangat berharap yaitu: (53,0%) waktu mendaftar, petugas
pendaftaran segera melayani, (62,4%) perawat dengan responsif melakukan
pemeriksaan tensi darah saat pasien datang, (51,7%) hasil pemeriksaan
laboratorium diketahui pasien pada hari diambil darah, (47,0%) dokter segera
melakukan pemeriksaan rutin, (53,0%) petugas pendaftaran tidak malas saat
menerima pasien dan (49,7%) perawat memperhatikan keluhan pasien.
Seorang pelanggan akan mengharapkan bahwa ia seharusnya juga
dilayani dengan baik apabila pelanggan yang lainnya dilayani dengan baik oleh
penyedia
jasa.
Disinilah
diperlukan
responsivitas
penyedia
jasa
untuk
memperlakukan dan memanjakan pelanggan secara nyata, pelanggan butuh
dilayani dan dihargai tanpa membedakan status sosial ekonomi.xxviii
2. Diskripsi kenyataan daya tanggap
Tabel 4.9. Distribusi Jawaban Kenyataan Daya Tanggap
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kenyataan Daya Tanggap
Waktu mendaftar, petugas pendaftaran
segera melayani pasien.
Perawat dengan responsif melakukan
pemeriksaan tensi darah saat pasien
datang.
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat
diketahui oleh pasien pada hari diambil
darah.
Dokter tidak dengan segera melakukan
pemeriksaan secara rutin.
Petugas pendaftaran tampak malasmalasan saat menerima pasien.
Perawat tidak menghiraukan keluhan
pasien.
STS
2
1,3%
1
TS
12
8,1%
43
S
115
77,2%
82
SS
20
13,4%
23
Total
149
100%
149
0,7%
28,9%
55,0%
15,4%
100%
9
58
71
11
149
6,0%
38,9%
47,7%
7,4%
100%
31
20,8%
36
24,2%
33
22,1%
84
56,4%
90
60,4%
91
61,1%
29
19,5%
20
13,4%
21
14,1%
5
3,4%
3
2,0%
4
2,7%
149
100%
149
100%
149
100%
Berdasarkan tabel 4.9. di atas dapat diketahui persentase kenyataan
pelayanan yaitu: (77,2%) waktu mendaftar, petugas pendaftaran segera melayani
pasien, (55,0%) perawat dengan responsif melakukan pemeriksaan tensi darah
86
saat pasien datang, (47,7%) hasil pemeriksaan laboratorium diketahui pasien
pada hari yang sama, (56,4%) dokter segera melakukan pemeriksaan rutin,
(60,4%) petugas pendaftaran tidak malas menerima pasien dan (61,1%) perawat
memperhatikan keluhan pasien.
Namun ada beberapa persentase menceminkan ketidaksesuaian yaitu:
(38,9%) hasil laboraturiom lambat, (19,5%) dokter tidak segera melakukan
pemeriksaan rutin, (13,4%) petugas pendaftaran malas-malasan dan (14,1%)
perawat tidak perduli pada pasien.
3. Analisis kesesuaian harapan dan kenyataan daya tanggap
Variabel daya tanggap merupakan kemauan untuk membantu pelanggan,
misalnya waktu yang diperlukan petugas untuk memberikan informasi yang jelas,
menyelesaikan keluhan pasien dan tindakan yang cepat oleh dokter, perawat,
penunjang pelayanan pada saat pasien rawat inap membutuhkan. Hasil skor
jawaban masing-masing item pertanyaan digunakan untuk mencari rata-rata nilai
harapan dan kenyataan sebagaimana tertera pada tabel berkut:
Tabel 4.10. Rerata Harapan dan Kenyataan Daya Tanggap
Item
Harapan
Kenyataan
x
y
dt_1
dt_2
dt_3
dt_4
dt_5
dt_6
511
495
511
415
445
423
451
425
382
439
457
451
3.03
2.85
2.56
2.95
3.07
3.03
3.43
3.32
3.43
2.79
2.99
2.84
(%)
Kesesuaian
88.26
85.86
74.76
105.78
102.70
106.62
Item
y
x
(x)
2.91
(y)
(x)
3.13
94.00
Persentase kesesuaian item pada variabel daya tanggap terendah (74,76%)
dan tertinggi (106,62%) dengan rata-rata kesesuaian variabel (94,00%) dalam
kategori kesesuaian tinggi. Pada kenyataanya saat ini pelayanan dokter terhadap
pasien rawat inap sudah menerapakan SOP 5 menit datang, sudah ada jadwal
yang disepakati untuk pemeriksaan rutin dokter (visite setiap hari jam 8 pagi).
Kecepatan dan ketanggapan perawat yang saat ini sudah baik didukung dengan
87
dilaksanakannya program keperawatan Refleksi Diskusi Kasus (RDK) terjadwal
setiap bulan. Selain itu adanya peningkatan jenjang pendidikan perawat dan
diikutsertakannya sebagian besar perawat pada pelatihan tertentu seperti: PPGD
(Pelatihan Penanganan Gawat Darurat) dan pelayanan prima.
Rata-rata dari nilai harapan y dan nilai kenyataan x yang telah diketahui,
digunakan untuk menentukan posisi penempatan variabel daya tanggap
pelayanan pada kuadran diagram Kartesius. Berikut adalah penempatan masingmasing item dalam diagram Kartesius variabel daya tanggap.
Gambar 4.3. Diagram Kartesius Variabel Daya Tanggap
Diagram Kartesius Daya Tanggap
mean x
4 .5
KUADRAN A
KUADRAN B
4
3 .5
Harapan
dt3
dt1
dt2
mean y
dt5
3
dt4
dt6
2 .5
KUADRAN C
KUADRAN D
2
2.0 0
2 .5 0
3 .00
3.5 0
Kenyataan
Dalam gambar 4.3. dari diagram Kartesius di atas terlihat bahwa letak dari
item-item daya tanggap pelayanan rawat inap berdasar persepsi harapan dan
kenyataan terbagi menjadi empat kuadran. Adapun interpretasi dari diagram
Kartesius tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kuadran A
88
Pada posisi ini, jika dilihat dari kepentingan pasien, pelayanan berada pada
tingkat tinggi, tetapi jika dilihat dari kenyataannya, pasien merasakan
tingkat yang rendah, sehingga pasien menuntut adanya perbaikan
pelayanan oleh manajemen RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo
Kabupaten Grobogan tersebut. Adapun item-item termasuk dalam kuadran
ini adalah:
1) Pemeriksaan pasien datang.
Responsivitas perawat untuk melakukan pemeriksaan tensi darah
saat pasien datang saat ini dinilai sangat penting oleh pasien rawat
inap. Hal ini dibuktikan dengan (62,4%) pasien berharap bisa
terwujud. Namun realisasi yang dialami hanya (55,0%) pasien rawat
inap yang merasakan sesuai atau mendapatkan tensi saat pertama
datang.
2) Hasil laboraturium
Hasil pemeriksaan laboraturium dinilai sangat penting oleh pasien
rawat
inap
dan
terbukti
(51,7%)
pasien
berkeinginan
dapat
mengetahui hasil laborat tersebut pada hari diambil darah. Namun
demikian pada kenyataannya hanya (47,7%) pasien rawat inap yang
merasa sudah sesuai atau dapat memperoleh hasil laborat pada hari
yang sama.
b. Kuadran B
Dalam kuadran ini ditunjukkan perihal yang perlu dipertahankan, karena
pada umumnya tingkat pelaksanaan dari faktor pelayanan telah sesuai
antara harapan dan kenyataan yang dialami pasien.
Item yang termasuk kuadran ini adalah:
1) Responsivitas petugas pendaftaran
89
Kecakapan petugas pendaftaran yang dengan segera melayani
pasien waktu mendaftar patut dipertahankan sebab bentuk pelayanan
ini pada kenyataannya dapat dikategorikan sesuai dengan harapan
pasien rawat inap. Berdasarkan persentase (53,0%) pasien yang
berharap sementara pada kenyataannya mampu melebihi sebesar
(77,2%) sudah sesuai harapan.
c. Kuadran D
Dalam kuadran ini ditunjukkan perihal yang dinilai berlebihan oleh pasien
rawat inap. Hal ini disebabkan karena pasien menganggap pelayanan
tersebut tidak terlalu penting, akan tetapi pelaksanaannya telah dilakukan
dengan baik. Item-item yang termasuk dalam kuadran ini adalah:
1) Pemeriksaan rutin dokter
Kesigapan dokter dalam melakukan pemeriksaan rutin saat ini
dianggap biasa (kurang penting) oleh pasien, dibuktikan dengan
persentase harapan sebesar (47,0%). Tetapi jika dilihat dari
kenyataannya, pasien merasa sangat terpenuhi sebesar (56,4%).
2) Sikap petugas pendaftaran
Petugas pendaftaran yang tampak malas-malasan saat menerima
pasien juga dianggap hal biasa (tidak penting) oleh pasien. Ini terbukti
dengan persentase harapan sebesar (53,0%). Namun demikian jika
dilihat dari kenyataan yang diperoleh maka pasien merasa sangat
sesuai harapannya sebesar (60,4%).
3) Sikap Perawat
Sikap perawat yang menghiraukan keluhan pasien saat ini dianggap
biasa (kurang penting) oleh pasien, dibuktikan dengan persentase
harapan sebesar (49,7%). Tetapi jika dilihat dari kenyataannya,
pasien merasa sangat sesuai harapannya sebesar (61,1%).
90
4. Pembahasan prioritas utama daya tanggap
Temuan rata-rata tingkat kesesuaian yang tinggi (94,00%) menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien sudah merasa sesuai dengan daya tanggap.
Mereka tidak mempermasalahkan hal-hal yang berkaitan dengan responsivitas
petugas bahkan mereka memaklumi jika petugas terlambat datang untuk
memeriksa secara rutin. Namun berbeda pada urusan yang berkaitan dengan
penyakitnya, mereka ingin mendapatkan hasil yang cepat seperti hasil
laboraturium dan tensi darah pada saat datang sesuai temuan pada kuadran A
(dt2 dan dt3) merupakan prioritas utama yang perlu diperbaiki. Artinya pasien
ingin ada kepastian terhadap kondisi dirinya.
Berdasarkan hasil diagram Kartesius daya tanggap, item yang masuk
dalam prioritas utama diperbaiki (kuadran A) adalah: 1) pemeriksaan pasien
datang, 2) hasil laboraturium. Responsivitas perawat untuk melakukan
pemeriksaan tensi darah saat pasien datang pada kenyataannya memang sering
tidak dilakukan. Beberapa hal penyebabnya adalah karena pasien sudah
dilakukan pemeriksaan di UGD sebelum pasien di kirim ke ruang rawat inap, hal
lain karena tidak berjalannya SOP “vital sighn” pada saat pasien datang di ruang
rawat inap. Kemudian hasil laboraturium yang tidak bisa diterima pasien dengan
cepat (hari yang sama dengan pengambilan darah) disebabkan karena batasan
pekerjaan yang tidak jelas antar perawat dan petugas laborat (perihal informasi
hasil), kekurangan logistik reagen oleh sebab prosedur pengadaan dan ada
sebagian alat pemeriksaan yang rusak.
Kepastian
pelayanan
merupakan
bentuk
layanan
langsung
dalam
membantu pasien yang didukung oleh pengetahuan dan keterampilan.
Profesionalisme perawat menduduki peranan penting dalam penyembuhan
pasien
termasuk
penggunaan
keterampilan
teknikal
dan
interpersonal.
91
Begitupula ketepatan diagnosis dan interpretasi kondisi pasien berdasarkan datadata yang akurat memiliki makna penting untuk menentukan tingkat kesembuhan
pasien dalam perawatan medik.xxix
F. MUTU PELAYANAN JAMINAN
1. Diskripsi harapan jaminan
92
Tabel 4.11. Distribusi Jawaban Harapan Jaminan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Harapan Jaminan
Perawat
sangat
terampil
saat
melakukan tindakan.
Perawat memberikan pertolongan atas
keluhan pasien dan cepat dirasakan
hasilnya.
Perawat selalu menjelaskan kepada
pasien tentang prosedur tindakan yang
diberikan kepada pasien.
Dokter cukup jelas menerangkan
alasan
pemberian
tindakan
dan
memperkirakan hasilnya/ kesembuhan.
Dokter tidak pernah menjelaskan
perubahan yang terjadi pada pasien.
Saat pengambilan darah pasien merasa
kesakitan.
Petugas gizi menjelaskan diet yang
diberikan kepada pasien.
Petugas pendaftaran tidak menanyakan
semua identitas pasien.
STP
3
2,0%
0
TP
1
0,7%
3
P
92
61,7%
51
SP
53
35,6%
95
Total
149
100%
149
0%
2,0%
34,2%
63,8%
100%
1
5
47
96
149
0,7%
3,4%
31,5%
64,4%
100%
1
2
49
97
149
0,7%
1,3%
32,9%
65,1%
100%
41
27,5%
19
12,8%
4
2,7%
29
19,5%
73
49,0%
90
60,4%
9
6,0%
83
55,7%
21
14,1%
27
18,1%
92
61,7%
24
16,1%
14
9,4%
13
8,7%
44
29,5%
13
8,7%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
Berdasarkan tabel 4.11. di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
pasien rawat inap sangat mengharapkan yaitu: (61,7%) perawat terampil
melakukan tindakan, (63,8%) perawat memberikan pertolongan keluhan dan
cepat dirasakan hasilnya, (64,4%) perawat menjelaskan prosedur tindakan,
(65,1%) dokter cukup jelas menerangkan alasan pemberian tindakan dan
hasilnya, (49,0%) dokter menjelaskan perubahan yang terjadi pada pasien,
(60,4%) saat pengambilan darah pasien tidak kesakitan, (61,7%) petugas gizi
menjelaskan diet dan (55,7%) petugas pendaftaran menanyakan identitas
pasien.
Jaminan merupakan tolok ukur kemampuan serta pengetahuan petugas
agar sepenuhnya dapat dipercaya tanpa ragu sebagai profesionalisme yang
handal. Kegagalan dalam memberikan jaminan kepada pasien akan berakibat
kekhawatiran pasien untuk menerima pertolongan.
2. Diskripsi kenyataan jaminan
Tabel 4.12. Distribusi Jawaban Kenyataan Jaminan
No.
1.
2.
Kenyataan Jaminan
Perawat
sangat
terampil
saat
melakukan tindakan.
Perawat memberikan pertolongan atas
keluhan pasien dan cepat dirasakan
hasilnya.
STS
1
0,7%
2
TS
5
3,4%
41
S
119
79,9%
91
SS
24
16,1%
15
Total
149
100%
149
1,3%
27,5%
61,1%
10,1%
100%
93
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Perawat selalu menjelaskan kepada
pasien tentang prosedur tindakan yang
diberikan kepada pasien.
Dokter cukup jelas menerangkan
alasan
pemberian
tindakan
dan
memperkirakan hasilnya/ kesembuhan.
Dokter tidak pernah menjelaskan
perubahan yang terjadi pada pasien.
Saat pengambilan darah pasien merasa
kesakitan.
Petugas gizi menjelaskan diet yang
diberikan kepada pasien.
Petugas pendaftaran tidak menanyakan
semua identitas pasien.
4
84
50
11
149
2,7%
56,4%
33,6%
7,4%
100%
0
75
59
15
149
0%
50,3%
39,6%
10,1%
100%
26
17,4%
13
8,7%
10
6,7%
28
18,8%
97
65,1%
96
64,4%
46
30,9%
93
62,4%
21
14,1%
34
22,8%
87
58,4%
24
16,1%
5
3,4%
6
4,0%
6
4,0%
4
2,7%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
Berdasarkan tabel 4.12. di atas dapat diketahui persentase kenyataan
pelayanan yaitu: (79,9%) perawat terampil melakukan tindakan, (61,1%) perawat
memberikan pertolongan keluhan dan cepat dirasakan hasilnya, (33,6%) perawat
menjelaskan prosedur tindakan yang diberikan, (39,6%) dokter cukup jelas
menerangkan alasan pemberian tindakan dan hasilnya, (65,1%) dokter
menjelaskan perubahan pasien, (64,4%) saat pengambilan darah pasien tidak
kesakitan, (58,4%) petugas gizi menjelaskan diet dan (62,4%) petugas
pendaftaran menanyakan identitas.
Masih ada beberapa persentase yang menggambarkan ketidak sesuaian
yaitu (27,5%) perawat lambat dalam memberi pertolongan, (56,4%) perawat tidak
menjelaskan prosedur tindakan, (50,3%) sulit memahami penjelasan dokter,
(22,8%) saat pengambilan darah, pasien kesakitan, (16,1%) petugas pendaftaran
tidak menanyakan semua identitas pasien.
3. Analisis kesesuaian harapan dan kenyataan jaminan
Variabel jaminan mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki oleh dokter, perawat, dan penunjang pelayanan
yang bebas dari segala bahaya, resiko atau keragu-raguan dalam memberikan
tindakan kepada pasien/ pelanggan rawat inap. Hasil skor jawaban masingmasing item pertanyaan digunakan pada variabel jaminan dicari nilai rata-rata
harapan dan kenyataan sebagaimana tertera pada tabel berkut:
94
Tabel 4.13. Rerata Harapan dan Kenyataan Jaminan
Item
Harapan
Kenyataan
x
y
J_1
J_2
J_3
J_4
J_5
J_6
J_7
J_8
493
539
536
540
439
413
474
426
464
417
366
387
442
414
387
443
3.11
2.80
2.46
2.60
2.97
2.78
2.60
2.97
3.31
3.62
3.60
3.62
2.95
2.77
3.18
2.86
(%)
Kesesuaian
94.12
77.37
68.28
71.67
100.68
100.24
81.65
103.99
Item
y
x
(x)
2.79
(y)
(x)
3.24
87.25
Persentase kesesuaian item pada variabel jaminan terendah (71,67%) dan
tertinggi (103,99%) dengan rata-rata kesesuaian variabel (87,25%) dalam
kategori kesesuaian tinggi. Pada kenyataanya saat ini pelayanan dokter, perawat
dan penunjang didukung dengan standard operasional prosedur sesuai
persyaratan akreditasi rumah sakit tipe B sehingga tugas pokok dan fungsinya
sedapat mungkin sesuai dengan kompetensi profesional masing-masing.
Disamping itu dukungan pihak manajemen terhadap tenaga fungsional dalam
peningkatan kompetensi khusus dilakukan secara terprogram baik dalam bentuk
pendelegasian eksternal maupun internal.
Rata-rata dari nilai harapan y dan nilai kenyataan x yang telah diketahui,
digunakan untuk menentukan posisi penempatan variabel jaminan pelayanan
pada kuadran Diagram Kartesius. Berikut adalah penempatan masing-masing
item dalam Diagram Kartesius variabel jaminan.
Gambar 4.4. Diagram Kartesius Variabel Jaminan
Diagram Kartesius Jaminan
mean x
4 .5
KUADRAN A
KUADRAN B
4
j3
Harapan
3 .5
j2
j4
j1
j7
3
j6
j5
j8
2 .5
2
1.5
KUADRAN C
KUADRAN D
95
Dalam gambar 4.4. dari diagram Kartesius di atas terlihat bahwa letak dari
item-item jaminan pelayanan rawat inap sesuai persepsi harapan dan kenyataan
terbagi menjadi empat kuadran. Adapun interpretasi dari diagram Kartesius
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kuadran A
Pelayanan berada pada tingkat tinggi, tetapi jika dilihat dari kenyataan/
kepuasan pasien merasakan tingkat yang rendah
sehingga pasien
menuntut adanya perbaikan pelayanan tersebut. Adapun item-item
termasuk dalam kuadran ini adalah:
1) Penjelasan prosedur
Penjelasan perawat tentang prosedur tindakan dinilai sangat penting
oleh pasien rawat inap dan terbukti (64,4%) pasien mengharapkan
mereka mendapat penjelasan yang lengkap tentang prosedur
tindakan. Namun pada kenyataannya hanya (33,6%) pasien rawat
inap yang merasa sudah mendapat penjelasan prosedur tindakan
yang cukup atau sesuai harapan mereka.
2) Alasan tindakan dan prediksi kesembuhan
Penjelasan dokter tentang alasan pemberian tindakan dan prediksi
kesembuhan dinilai sangat penting oleh pasien rawat inap. Hal ini
dibuktikan dengan (65,1%) pasien berharap mereka diberikan
penjelasan penyakitnya. Namun realisasi yang dialami hanya (39,6%)
pasien rawat inap yang mendapatkan penjelasan pemberian tindakan
dan prediksi kesembuhan.
96
b. Kuadran B
Dalam kuadran ini menuntut manajemen pelayanan rumah sakit untuk
dapat mempertahankan posisi pelayanannya karena telah menarik pasien
untuk memanfaatkannya. Item pelayanan yang perlu dipertahankan yaitu:
1) Keterampilan perawat
Keterampilan perawat melakukan tindakan patut dipertahankan sebab
bentuk pelayanan ini dalam kenyataannya dikategorikan sesuai
harapan pasien rawat inap. Berdasarkan persentase (61,7%) pasien
berharap sementara kenyataannya (79,9%) pasien menilai sudah
merasa sesuai.
2) Pertolongan cepat
Kesigapan perawat dengan cepat memberikan pertolongan juga patut
dipertahankan sebab bentuk pelayanan ini dalam kenyataannya
dikategorikan sesuai harapan pasien rawat inap. Berdasarkan
persentase (63,8%) pasien berharap sementara kenyataannya
(71,2%) pasien menilai sudah merasa sesuai.
c. Kuadran C
Pada posisi ini ditunjukkan perihal pelayanan yang masih dianggap kurang
penting bagi pasien, tetapi jika dilihat dari tingkat kepuasan konsumen
cukup baik. Item-item yang termasuk dalam kuadran ini adalah:
1) Pengambilan darah
Rasa sakit waktu pengambilan sampel darah saat ini dianggap hal
biasa oleh pasien rawat inap sehingga cenderung diabaikan meskipun
kuantitas pelaksanaannya relatif sudah sesui, hal ini terbukti
berdasarkan distribusi jawaban responden tentang harapannya
sebesar (60,4%) sedangkan pada kenyataannya sebesar (64,4%)
yang merasa sesuai.
2) Penjelasan diet petugas gizi
97
Pelayanan petugas gizi yang menjelaskan diet saat ini cenderung
diabaikan (dianggap kurang penting) oleh pasien rawat inap meskipun
kuantitas pelaksanaannya cukup memuaskan, terbukti berdasarkan
distribusi jawaban responden tentang harapannya sebesar (61,7%)
sedangkan pada kenyataannya sebesar (58,4%) yang merasa sesuai
harapan.
d. Kuadran D
Pada posisi kuadran ini ditunjukkan perihal yang dinilai berlebihan oleh
pasien rawat inap. Hal ini disebabkan karena pasien menganggap
pelayanan tersebut tidak terlalu penting, akan tetapi pelaksanaannya telah
dilakukan dengan baik. Item-item yang termasuk dalam kuadran ini adalah:
1) Penjelasan perubahan kondisi pasien
Penjelasan perubahan kondisi pasien saat ini dianggap berlebihan
oleh pasien, dibuktikan dengan persentase harapan sebesar (49,0%).
Tetapi jika dilihat dari kenyataannya, pasien merasa sangat terpenuhi
(65,1%).
2) Menanyakan identitas lengkap
Identifikasi identitas lengkap oleh petugas saat pendaftaran saat ini
juga dianggap kurang penting oleh pasien. Hal ini terbukti dengan
persentase harapan sebesar (55,7%). Namun demikian jika dilihat dari
kenyataan yang diperoleh maka pasien merasa sangat terpenuhi
(62,4%).
4. Pembahasan prioritas utama jaminan
Temuan rata-rata tingkat kesesuaian yang tinggi (87,25%) menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien sudah merasa sesuai dengan jaminan. Mereka
tidak mempermasalahkan hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi teknis
profesi dokter/ perawat bahkan sebagian besar sudah merasa terpenuhi. Namun
98
mereka membutuhkan kepastian (apa yang berkaitan dengan dirinya) tanpa
keragu-raguan. Mereka ingin tahu tindakan apa yang akan diberikan dan
sejauhmana hal itu bisa menyembuhkan kondisi sakitnya. Hal ini sesuai temuan
pada kuadran A (j3 dan j4) merupakan prioritas utama yang perlu diperbaiki.
Berdasarkan hasil diagram Kartesius jaminan, item yang masuk dalam
prioritas utama diperbaiki (kuadran A) adalah: 1) penjelasan prosedur, 2) alasan
tindakan dan prediksi kesembuhan. Penjelasan dokter/ perawat tentang prosedur
tindakan serta prediksi kesembuhan pada kenyataannya sering tidak dilakukan
karena sebagian besar dokter/ perawat enggan menjelaskan sebab waktu yang
terbatas dan beban kerja yang banyak.
Salah satu elemen penting clinical governance adalah jaminan pasien atas
pelayanan yang diberikan. Kekhawatiran pasien akan muncul jika dokter/
perawat gagal memberikan jaminan atas pertolongannya. Hal ini terkait dengan
kompetensi keahlian dan keilmuan. Pasien butuh kepastian, diagnosis dan
prediksi kesembuhan yang tepat dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan
penyakitnya (rasa aman).28
99
G. MUTU PELAYANAN EMPATI
1. Diskripsi harapan empati
Tabel 4.14. Distribusi Jawaban Harapan Empati
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Harapan Empati
Saat pasien mau mendaftar, petugas
pendaftaran sudah ada di tempat.
Dokter mau datang ke pasien sesuai
dengan jam yang telah disepakati.
Perawat tidak pernah memberi
penjelasan cara minum obat.
Perawat selalu mendampingi pasien
saat pasien membutuhkannya.
Perawat selalu menanyakan keluhan
yang dirasakan pasien.
Perawat mengajarkan cara minum obat.
Bagian gizi selalu mengontrol diet
pasien setiap hari.
Dokter menjelaskan arti pemeriksaan
laboratorium, rontgen.
Dokter menyerahkan pada perawat
untuk menjelaskan tentang keluhan
pasien.
Saat pasien mau mendaftar selalu
harus menunggu petugasnya.
STP
0
0%
1
0,7%
24
16,1%
1
0,7%
0
0%
1
0,7%
2
1,3%
0
0%
24
TP
0
0%
7
4,7%
90
60,4%
0
0%
1
0,7%
4
2,7%
10
6,7%
4
2,7%
29
P
95
63,8%
39
26,2%
16
10,7%
84
56,4%
51
34,2%
102
68,5%
80
53,7%
65
43,6%
69
SP
54
36,2%
102
68,5%
19
12,8%
64
43,0%
97
65,1%
42
28,2%
57
38,3%
80
53,5%
27
Total
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
149
16,1%
19,5%
46,3%
18,1%
100%
31
20,8%
77
51,7%
26
17,4%
15
10,1%
149
100%
Berdasarkan hasil pada tabel 4.14. di atas menunjukkan bahwa mayoritas
pasien rawat inap sangat berharap yaitu: (63,8%) saat mendaftar petugas
pendaftaran ada di tempat, (68,5%) dokter mau datang ke pasien sesuai jam
yang disepakati, (60,4) perawat memberi penjelasan cara minum obat, (56,4%)
perawat mendampingi pasien saat dibutuhkan, (65,1%) perawat menanyakan
keluhan yang dirasakan, (68,5%) perawat mengajarkan cara minum obat,
(53,7%) bagian gizi mengontrol diet pasien setiap hari, (53,5%) dokter
menjelaskan
arti
pemeriksaan
laboratorium/
rontgen,
(46,3%)
dokter
menyerahkan pada perawat untuk menjelaskan keluhan pasien dan (51,7%) saat
pasien mendaftar petugas selalu ada.
Besarnya persetanse harapan pasien di atas mencerminkan pada saat ini
terdapat keinginan yang besar pula untuk diperhatikan, dilayani, dan dimanusiakan
dari para profesional pemberi pelayanan.
100
2. Diskripsi kenyataan empati
Tabel 4.15. Distribusi Jawaban Kenyataan Empati
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kenyataan Empati
Saat pasien mau mendaftar, petugas
pendaftaran sudah ada di tempat.
Dokter mau datang ke pasien sesuai
dengan jam yang telah disepakati.
Perawat tidak pernah memberi
penjelasan cara minum obat.
Perawat selalu mendampingi pasien
saat pasien membutuhkannya.
Perawat selalu menanyakan keluhan
yang dirasakan pasien.
Perawat mengajarkan cara minum obat.
Bagian gizi selalu mengontrol diet
pasien setiap hari.
Dokter menjelaskan arti pemeriksaan
laboratorium, rontgen.
Dokter menyerahkan pada perawat
untuk menjelaskan tentang keluhan
pasien.
Saat pasien mau mendaftar selalu
harus menunggu petugasnya.
STS
1
0,7%
5
3,4%
21
14,1%
5
3,4%
1
0,7%
4
2,7%
9
6,0%
6
4,0%
10
TS
10
6,7%
80
53,7%
96
64,4%
17
11,4%
75
50,3%
25
16,8%
88
59,1%
22
14,8%
26
S
120
80,5%
45
30,2%
29
19,5%
111
74,5%
63
42,3%
107
71,8%
38
25,5%
107
71,8%
97
SS
18
12,1%
19
12,8%
3
2,0%
16
10,7%
10
6,7%
13
8,7%
14
9,4%
14
9,4%
16
Total
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
149
100%
149
6,7%
17,4%
65,1%
10,7%
100%
20
13,4%
98
65,8%
26
17,4%
5
3,4%
149
100%
Berdasarkan hasil pada tabel 4.15. di atas menunjukkan persentase
kenyataan pelayanan yaitu: (80,5%) saat mendaftar petugas pendaftaran ada di
tempat, (30,2%) dokter mau datang sesuai jam yang disepakati, (74,5%) perawat
mendampingi pasien saat dibutuhkan, (42,3%) perawat menanyakan keluhan
pasien, (71,8%) perawat mengajarkan cara minum obat, (25,5%) bagian gizi
mengontrol diet setiap hari, (71,8%) dokter menjelaskan arti pemeriksaan
laboratorium/ rontgen dan (65,1%) dokter menyerahkan pada perawat untuk
menjelaskan keluhan pasien.
Kemudian ada beberapa persentase mencerminkan ketidaksesuaian yaitu
(53,7%) kunjungan dokter tidak sesuai jadwal, (19,5%) perawat
tidak
menjelaskan cara minum obat, (11,4%) perawat tidak ada saat dibutuhkan
pasien, (50,3%) perawat tidak menanyakan keluhan pasien, (59,1%) bagian gizi
tidak mengkontrol diet dan (14,8%) dokter tidak menjelaskan pemeriksaan
laboratorium/ rontgen.
101
3. Analisis kesesuaian harapan dan kenyataan empati
Variabel empati merupakan perhatian pelayanan yang meliputi tindakan
dokter, perawat, dan penunjang pelayanan dengan berinteraksi, komunikasi yang
baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pasien rawat inap. Hasil skor
jawaban masing-masing item pertanyaan digunakan untuk mencari rerata nilai
harapan dan kenyataan sebagaimana pada tabel berkut:
Tabel 4.16. Rerata Harapan dan Kenyataan Empati
Item
Harapan
Kenyataan
x
y
e_1
e_2
e_3
e_4
e_5
e_6
e_7
e_8
e_9
e_10
501
540
417
509
543
483
490
523
397
422
453
376
433
436
380
427
355
427
417
431
3.04
2.52
2.91
2.93
2.55
2.87
2.38
2.87
2.80
2.89
3.36
3.62
2.80
3.42
3.64
3.24
3.29
3.51
2.66
2.83
(%)
Kesesuaian
90.42
69.63
103.84
85.66
69.98
88.41
72.45
81.64
105.04
102.13
Item
y
x
(x)
2.49
(y)
(x)
2.96
86.92
Persentase kesesuaian item pada variabel daya tanggap terendah (69,63%)
dan tertinggi (105,04%) dengan rata-rata kesesuaian variabel (86,92%) dalam
kategori kesesuaian tinggi. Pada kenyataanya petugas pendaftaran selalu ada
ditempat dan siap saat dibutuhkan, kemudian perawat selalu memberi
penjelasan cara minum obat agar meminimalisasi kesalahan pasien. Kemudian
pada kasus-kasus tertentu sehubungan dengan penyakit pasien dokter
memberikan pendelegasian pada perawat untuk menjelaskan lebih lanjut
keadaan pasien.
Rata-rata dari nilai harapan y dan nilai kenyataan x yang telah diketahui,
digunakan untuk menentukan posisi penempatan variabel empati pelayanan
pada kuadran diagram Kartesius. Berikut adalah penempatan masing-masing
item dalam diagram Kartesius variabel empati.
102
Gambar 4.5. Diagram Kartesius Variabel Empati
Diagram Kartesius Empati
mean x
4 .5
KUADRAN A
KUADRAN B
4
e2e5
e8
3 .5
Harapan
e7
e4
e6
e1
3
mean y
e10
e3
e9
2 .5
2
1.5
KUADRAN C
KUADRAN D
1
2 .0 0
2 .5 0
3 .0 0
3 .5 0
Kenyataan
Dalam gambar 4.5. dari diagram Kartesius di atas terlihat bahwa letak dari
item-item empati pelayanan rawat inap berdasar persepsi harapan dan
kenyataan terbagi menjadi empat kuadran. Adapun interpretasi dari Diagram
Kartesius tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kuadran A
Pada posisi ini ditunjukkan perihal yang perlu diprioritaskan untuk ditangani
segera
oleh
manajemen
pelayanan
RSUD
Dr.
Raden
Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan, sebab perihal ini dinilai sangat penting
oleh pasien sementara dalam pelaksanaannya masih belum sesuai
harapan dan memuaskan. Item-item termasuk dalam kuadran ini adalah:
1) Mengontrol diet pasien
Kontrol diet makanan setiap hari dinilai sangat penting oleh pasien
rawat inap dan terbukti (53,7%) pasien berharap mereka mendapat
pengawasan diet makanan. Namun pada kenyataannya hanya
103
(25,5%)
pasien
rawat
inap
yang
merasa
sudah
mendapat
pengawasan diet yang cukup tentang kondisinya oleh bagian gizi.
b. Kuadran B
Dalam kuadran ini ditunjukkan perihal yang perlu dipertahankan, karena
pada umumnya tingkat pelaksanaan dari faktor pelayanan telah sesuai
antara harapan dan kenyataan yang dialami pasien. Item-item yang
termasuk dalam kuadran ini adalah:
1) Petugas pendaftaran berada di tempat
Kesiapan
petugas
pendaftaran
saat
pasien
mendaftar
patut
dipertahankan sebab bentuk pelayanan ini kenyataannya sesuai
harapan pasien rawat inap. Berdasarkan persentase (63,8%) pasien
berharap sementara kenyataannya (80,5%) pasien menilai sudah
merasa sesuai.
2) Kunjungan dokter sesuai jadwal disepakati
Visite dokter sesuai jam disepakati patut dipertahankan sebab bentuk
pelayanan ini kenyataannya juga sesuai harapan pasien rawat inap.
Persentase harapan (26,2%) dan kenyataannya (30,2%). Meskipun
nilai persentase kecil tetapi saat ini pasien merasa cukup terpenuhi.
3) Pendampingan perawat
Keberadaan perawat
untuk mendampingi
pasien
saat pasien
membutuhkan patut dipertahankan sebab bentuk pelayanan ini
kenyataannya sesuai harapan pasien rawat inap. Berdasarkan
persentase (56,4%) pasien berharap sementara kenyataannya
(74,5%) pasien menilai sudah merasa sesuai.
4) Menanyakan keluhan
Menanyakan keluhan yang dirasakan oleh perawat kepada pasien
merupakan bentuk pelayanan yang patut untuk dipertahankan dan
104
kenyataannya sesuai harapan pasien. Persentase harapan (34,2%)
kenyataan (42,3%). Meskipun nilai persentase kecil tetapi saat ini
pasien merasa terpenuhi.
5) Mengajarkan cara minum obat
Pelayanan perawat yang mengajarkan cara minum obat dikategorikan
sesuai harapan pasien rawat inap juga dan patut dipertahankan.
Berdasarkan
persentase
(68,5%)
pasien
berharap
sementara
kenyataannya (71,8%) pasien merasa terpenuhi.
6) Penjelasan hasil laboratorium/ rontgen
Kesediaan dokter untuk menjelaskan hasil pemeriksaan laborat/
rontgen juga dikategorikan sesuai harapan pasien rawat inap dan
patut dipertahankan. Persentase harapan (43,6%) dan kenyataannya
(71,8%) pasien. Hal ini menunjukkan sebagian besar pasien sudah
merasa terpenuhi terhadap pelayanan dokter dalam kesediaannya
memberikan penjelasan.
c. Kuadran D
Ditunjukkan perihal yang dinilai berlebihan oleh pasien rawat inap. Hal ini
disebabkan karena pasien menganggap pelayanan tersebut tidak terlalu
penting, akan tetapi jika dilihat dari tingkat kenyataannya, pasien merasa
lebih terpenuhi. Item-item yang termasuk dalam kuadran ini adalah:
1) Penjelasan minum obat
Pemberian penjelasan cara minum obat oleh perawat pada pasien
dianggap berlebihan, harapan pasien (60,4%). Pada kenyataannya
persentase (64,4%), artinya diberikan atau tidak informasi tersebut
pasien sudah merasa sangat sesuai.
2) Penjelasan dokter diwakilkan perawat
105
Pada
hal
tertentu
dokter
menyerahkan
pada
perawat
untuk
menjelaskan keluhan pasien. Hal ini dianggap kurang begitu penting
oleh
pasien
dengan
persentase
harapan
(46,3%)
sedangkan
kenyataan yang diperoleh (65,1%).
3) Menunggu saat mendaftar
Menunggu petugas saat mau mendaftar juga dianggap biasa saja,
harapan pasien (51,7%). Pada kenyataannya persentase (65,8%),
artinya meskipun pasien harus menunggu untuk mendaftar pasien
sudah merasa sangat sesuai.
4. Pembahasan prioritas utama empati
Temuan rata-rata tingkat kesesuaian yang tinggi (86,92%) menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien sudah merasa sesuai dengan empati. Mereka
tidak mempermasalahkan hal-hal yang berkaitan dengan keramah-tamahan
petugas administrasi, dokter dan perawat bahkan mereka memaklumi jika
sebagian petugas tidak ramah. Tetapi mereka membutuhkan perhatian yang
serius dari pelayanan gizi. Kurangnya perhatian tentang pengontrolan diet
makanan menimbulkan rasa takut bagi mereka sebab pandangannya kontrol
makanan akan membantu kecepatan penyembuhan penyakit yang sebagian
besar penderita sindroma metabolik. Hal ini sesuai temuan pada kuadran A (e7)
merupakan prioritas utama yang perlu diperbaiki.
Berdasarkan hasil diagram Kartesius empati, item yang masuk dalam
prioritas utama diperbaiki (kuadran A) adalah: 1) mengkontrol diet pasien.
Pelayanan kontrol diet makanan pasien setiap hari pada kenyataannya
dilaksanakan tetapi tidak setiap hari. Hal lain yang juga menjadi penyebab tidak
berjalannya program tersebut dikarenakan jumlah tenaga (ahli gizi) yang terbatas
(2 orang) sehingga relatif sulit untuk mengontrol diet masing-masing pasien
setiap hari di rawat inap.
106
Disamping jaminan salah satu elemen penting clinical governance lainnya
adalah empati. Pasien membutuh perhatian dan komunikasi terapeutik yang
harmonis. Perhatian yang diberikan penyedia pelayanan akan dapat memberikan
rasa nyaman dan aman dalam menjalani perawatan.28
107
Tabel 4.17. Rangkuman Diagram Kartesius Per Item Variabel
Variabel Mutu
Kuadran A
Prioritas Utama Diperbaiki
1. Sarana dan prasarana
2. Kebersihan ruangan
1.
2.
Bukti Langsung
3.
Diagram Kartesius
Kuadran B
Kuadran C
Dipertahankan
Prioritas Rendah
1. Ruang tunggu bebas asap
Kelengkapan seragam dan
rokok
atribut perawat
Kelengkapan dan atribut
dokter
Kamar pasien dibersihkan 2
kali sehari
Informasi petugas
1. Penjelasan fasilitas
pendaftaran
2. Penjelasan tata tertib
1. Penjelasan dokter
2. Penjelasan gizi
1.
1. Pemeriksaan pasien
datang
2. Hasil laboratorium
1. Penjelasan prosedur
2. Alasan tindakan dan
prediksi kesembuhan
1. Mengontrol diet pasien
1. Responsivitas petugas
pendaftaran
Keandalan
Daya Tanggap
Jaminan
Empati
1. Ketrampilan perawat
2. Pertolongan cepat
1. Petugas pendaftaran berada
di tempat
2. Kunjungan dokter sesuai
jadwal disepakati
3. Pendampinganperawat
4. Menanyakan keluhan
5. Mengajarkan cara minum
obat
6. Penjelasan hasil laboratorium
1. Pengambilan darah
2. Penjelasan diet petugas gizi
-
Kuadran D
Berlebihan
1. Kelengkapan seragam dan
atribut petugas laboratorium
2. Penggantian linen
1. Informasi biaya kelas perawatan
2. Pemeriksaan tensi sesuai
jadwal
3. Pengambilan sampel darah
4. Penjelasan petugas radiologi
1. Pemeriksaan rutin dokter
2. Sikap petugas pendaftaran
3. Sikap perawat
1. Penjelasan perubahan kondisi
pasien
2. Menanyakan identitas lengkap
1. Penjelasan minum obat
2. Penjelasan dokter diwakilkan
perawat
3. Menunggu saat mendaftar
108
H. ANALISIS
DIAGRAM
KARTESIUS
KESESUAIAN
HARAPAN
DAN
KENYATAAN VARIABEL MUTU SECARA BERSAMA-SAMA
Variabel mutu pelayanan rawat inap dalam penelitian ini terdiri dari: 1) bukti
langsung, 2) keandalan, 3) daya tanggap, 4 jaminan dan 5) empati. Kelima
variabel mutu pelayanan tersebut dilakukan analisis nilai rerata masing-masing
variabel untuk menentukan titik rata-rata dan persentase kesesuaian dalam
diagram kartesius sebagaimana tabel berikut.
Tabel 4.18. Rerata Harapan dan Kenyataan Mutu Pelayanan Rawat Inap
Item
Bukti Lansung
Keandalan
Daya Tanggap
Jaminan
Empati
Item
Harapan
Kenyataan
3917
4424
2800
3860
4825
3331
3748
2605
3320
4135
y
x
x
y
22.36
25.15
17.48
22.28
27.75
26.29
29.69
18.79
25.91
32.38
(x)
23.01
(y)
26.61
(%)
Kesesuaian
85.04
84.72
93.04
86.01
85.70
(x)
86.90
Nilai rata-rata dari harapan y dan kenyataan x sebagaimana di atas
digunakan untuk menentukan posisi penempatan variabel mutu pelayanan pada
kuadran diagram kartesius. Berikut adalah penempatan masing-masing variabel
mutu tersebut.
Gambar 4.6. Diagram Kartesius Variabel Mutu Pelayanan
109
Diagram Kartesius Variabel
mean x
40
KUADRAN A
KUADRAN B
35
Empati
Keandalan
H arap an
30
mean y
Bukti Langsung
Jaminan
25
20
Daya Tanggap
15
KUADRAN C
KUADRAN D
10
15.50
20.50
25.50
Kenyataan
v1
v2
v3
v4
v5
mean x
mean y
Hasil penempatan variabel mutu pada diagram kartesius sebagaimana
gambar 4.6 di atas lebih besar sebaran variabel terletak pada dua kuadran yang
berbeda, yaitu:
a. Kuadran B
Variabel-variabel yang terletak pada kuadran B adalah: 1) variabel
keandalan dan 2) variabel empati. Jika dilihat dari kepentingan pasien
pelaksanaan pelayanan yang menitikberatkan keandalan (kemampuan
dokter, perawat dan penunjang) dan yang menitikberatkan pada empati
(perhatian, keramahan dan kemampuan interaksi petugas) saat ini berada
pada tingkat pelaksanaan yang tinggi. Kemudian jika dilihat dari
kenyataan dan kepuasan pasien berada pada tingkat yang tinggi pula
(pasien merasa puas). Hal ini menuntut manajemen rumah sakit untuk
dapat mempertahankan posisinya, karena bentuk pelayanan tersebutlah
yang telah menarik minat pasien dalam memanfaatkan pelayanan rawat
inap yang tersedia.
b.
Kuadran C
110
Variabel-variabel yang terletak pada kuadran C adalah: 1) bukti langsung,
2) daya tanggap dan 3) jaminan pelayanan. Jika dilihat dari kepentingan/
harapan pasien bentuk pelayanan yang menitikberatkan pada bukti
langsung (kerapian petugas, kebersihan ruangan dan kelengkapan
sarana dan prasarana rawat inap), menitikberatkan pada daya tanggap
(kesediaan petugas membantu, memberikan informasi dan tindakan
cepat),
menitikberatkan
pada
jaminan
pelayanan
(keahlian
dan
keprofesional petugas) merupakan produk layanan yang saat ini kurang
dianggap penting oleh pasien, tetapi jika dilihat dari kenyataan/ tingkat
kepuasannya, pasien merasa biasa-biasa saja.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
111
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut.
1. Karakteristik responden yang memberikan kontribusi pada penelitian ini
sebagian besar (51,7%) berusia kurang dari 40 tahun, (51,7%) petani dan
(40,3%) tamat SD/ SMP.
2. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan mutu pelayanan di unit rawat
inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten Grobogan, bukti
langsung pelayanan (85,61%), keandalan pelayanan (84,67%), daya
tanggap pelayanan (94%), jaminan pelayanan (87,25%) dan empati
pelayanan (86,92%) dalam kategori tinggi.
Khusus untuk pelaksanaan bukti langsung pelayanan rawat inap beberapa
kegiatan yang masih kurang yaitu: (50,3%) ketersediaan sarana dan
peralatan (sandaran infus, pispot, tempat sampah, air) belum lengkap di
ruangan keperawatan, (56,4%) tempat menunggu pasien tidak bebas asap
merokok, (12,1%) perawat berseragam tidak lengkap, (12,8%) dokter
berseragam tidak lengkap, (28,9%) mengeluhkan sarana dan prasarana,
(42,3%) ruang tampak kotor/ berbau.
Khusus untuk pelaksanaan keandalan pelayanan rawat inap beberapa
kegiatan yang masih kurang yaitu: (53,0%) petugas pendaftaran tidak
menginformasikan fasilitas dan biaya rawat inap, (32,9%) dokter tidak
memberi penjelasan penyakit pasien, (14,1%) perawat tidak melakukan
tensi sesuai jadwal, (34,9%)
102bagian gizi tidak menjelaskan diet pada
pasien, (19,5%) petugas radiologi tidak menjelaskan persiapan rontgen.
Khusus untuk pelaksanaan daya tanggap pelayanan rawat inap beberapa
kegiatan yang masih kurang yaitu: (38,9%) hasil laboraturiom lambat,
(19,5%) dokter tidak segera melakukan pemeriksaan rutin, (13,4%) petugas
pendaftaran malas-malasan dan (14,1%) perawat tidak perduli pada pasien.
112
Khusus untuk pelaksanaan jaminan pelayanan rawat inap beberapa
kegiatan yang masih kurang yaitu: (27,5%) perawat lambat dalam memberi
pertolongan, (56,4%) perawat tidak menjelaskan prosedur tindakan,
(50,3%) sulit memahami penjelasan dokter, (22,8%) saat pengambilan
darah, pasien kesakian, (16,1%) petugas pendaftaran tidak menanyakan
semua identitas pasien.
Khusus untuk pelaksanaan empati pelayanan rawat inap beberapa kegiatan
yang masih kurang yaitu: (53,7%) kunjungan dokter tidak sesuai jadwal,
(19,5%) perawat tidak menjelaskan cara minum obat, (11,4%) perawat tidak
ada saat dibutuhkan pasien, (50,3%) perawat tidak menanyakan keluhan
pasien, (59,1%) bagian gizi tidak mengkontrol diet dan (14,8%) dokter tidak
menjelaskan pemeriksaan laboratorium/ rontgen.
3. Berdasarkan diagram kartesius masing-masing variabel mutu yaitu:
Kegiatan bukti langsung pelayanan rawat inap yang menjadi prioritas utama
diperbaiki yaitu: 1) sarana dan prasarana seperti (sandaran infus, pispot,
tempat sampah, air) dengan persentase kenyataan (kuadran A), 2)
Kebersihan dan kenyamanan ruang (tenang dan wangi) dengan persentase
kenyataan (kuadran A).
Kegiatan keandalan pelayanan rawat inap yang menjadi prioritas utama
diperbaiki yaitu: 1) penjelasan dokter tentang penyakit dengan persentase
kenyataan (kuadran A), 2) penjelasan tentang gizi/ diet makanan dengan
persentase kenyataan (kuadran A).
Kegiatan daya tanggap pelayanan rawat inap yang menjadi prioritas utama
diperbaiki yaitu: 1) Responsivitas perawat memeriksa pasien datang
dengan persentase kenyataan (kuadran A), 2) Hasil laboratorium diterima
pada hari yang sama dengan persentase kenyataan (kuadran A).
Kegiatan jaminan pelayanan rawat inap yang menjadi prioritas utama
diperbaiki yaitu: 1) Penjelasan perawat tentang prosedur tindakan dengan
113
persentase kenyataan (kuadran A), 2) Alasan tindakan dan prediksi
kesembuhan dengan persentase kenyataan (kuadran A).
Kegiatan empati pelayanan rawat inap yang menjadi prioritas utama
diperbaiki yaitu: 1) Kontrol diet makanan setiap hari persentase kenyataan
(kuadran A).
4. Berdasarkan diagram Kartesius variabel mutu bersama-sama, bukti
langsung pelayanan kuadran C, keandalan pelayanan kuadran B, daya
tanggap pelayanan kuadran C, jaminan pelayanan kuadran C dan empati
pelayanan kuadran B.
Keandalan dan empati pelayanan dapat dipertahankan sebab menarik
minat pasien untuk memanfaatkan pelayanan rawat inap. Sedangkan kegiatan
bukti langsung, daya tanggap dan jaminan pelayanan dalam prioritas rendah.
B.
SARAN
Berdasarkan temuan pada dimensi mutu pelayanan bukti langsung,
keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati, maka untuk meningkatkan mutu
pelayanan rawat inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Kabupaten
Grobogan secara bersama-sama keandalan dan empati pelayanan dapat
dipertahankan sedangkan bukti langsung, daya tanggap dan jaminan pelayanan
dalam prioritas rendah. Secara khusus meliputi kegiatan:
1. Mengkondisikan kebersihan dan kenyamanan ruang perawatan serta
melengkapi/ memperbaharui fasilitas seperti: sandaran infus, pispot, tempat
sampah, saluran air/ air bersih.
2. Melakukan audit medik terkait
dengan pelaksanaan visite dokter,
melakukan evaluasi program pelayanan gizi terhadap pasien rawat inap
khususnya konsultasi gizi dan monitoring asupan gizi pasien setiap hari dan
melakukan evaluasi program pelayanan penunjang terkait kecepatan
pelayanan.
114
DAFTAR PUSTAKA
i
Kusumapradja, Menjaga kepuasan pelanggan:
Jurnal Manajemen dan
Administrasi Rumah Sakit, MMK Universitas Diponegoro,Semarang,2002.
ii
Depkes RI, Petunjuk Pelaksanaan Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di
Bidang Medik Specialis, Jakarta, 1999.
3
Soejoga, Kebijaksanaan Direktorat Jendral Pelayanan Medik dalam menuju
Paradigma Baru Perumahsakitan di Indonesia, Makalah Konggres PERSI,
Jakarta, 1997.
4
Hizrani Mary,Dkk. Analis Kepuasan Pasien Rawat Inap dengan Mutu Pelayanan
Dan Hubungan Dengan Minat Beli di RS X, Jurnal Manajemen dan Administrasi
Rumah Sakit Indonesia,Jakarta,2002.
5
Azwar, A., Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Lingkaran
Pemecahan Masalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996.
6
Kepegawaian RSUD. Dr. R. Soedjati
Tahun 2007.
7
Swansburg ,C,Russell, Management And Leadership For Nurse Managers,
Second Edition, England, 1996.
8
Illyas. Y. Perencanaan Sumber daya manusia Rumah sakit : Teori, Metode dan
Formula, edisi I, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI, Jakarta, 2000.
ix
Nursalam, Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktek.
Salemba Medika, Jakarta, 2001
x
PPNI, Standar Praktek keperawatan, 2001.
xi
Philip Kotler. Alih bahasa Teguh Hendra,dkk. Manajemen Pemasaran, Penerbit
PT Prenhalindo, Jakarta, 2002.
xii
Notoatmojo, S., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rhenika Cipta, Jakarta,
2003.
xiii
Parasuraman, Zeithmal, VA and A. Berry.LL, A Multiple – Item Scale Measuring
Consumer Perception Of Service Quality, Journal Of Retailing, Vol 64 ( January ),
p 12 – 35, 1998.
xiv
Setiadi DJ. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran, Prenada Medika, Jakarta, 2003.
xv
Robbins, SP, Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. PT Prehalindo,
Jakarta, 2001.
xvi
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, PT Pustaka ELPE 3ES Indonesia,
Jakarta, 1995.
Sumodihardjo Kabupaten Grobogan,
115
xvii
Murti, Bhisma, Prinsip dan Metode Riset epidemiologi, Edisi Pertama, Gajah
Mada Univercity Press, Jogjakarta, 2003.
xviii
Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, cetakan Keempat, CV Alfabeta, Bandung,
2002.
xix
Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Edisi Ketiga,
Semarang, Badan Penerbit UNDIP, 2005.
xx
Supranto, J., Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi, Cetakan Pertama. PT Asdi
Mahasatya, Jakarta. 2004.
xxi
Kariyoso, Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta. 2005.
xxii
Supranto, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, Rhenika Cipta, Jakarta,
2001.
xxiii
Jacobalis, Kumpulan Tulisan Tentang Rumah Sakit di Indonesia dalam Dinamika
Sejarah,Transformasi, Globalisasi dan Krisis Nasional, Yayasan Penerbit IDI.
Jakarta, 2000.
xxiv
Snyder, M & Gangestad, S. 1986. On the nature self monitoring : matters of
assesment, matters of validity. Journal of personality and social psychology,
vol.16.
xxv
Departemen Kesehatan RI, Peraturan Kesehatan RI No. 1596/Menkes/Per/II/
1988, Jakarta, 1988.
xxvi
Perwani, Mencoba Mendefinisikan Housekeeping, PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta 1999.
xxvii
Djauzi, S and Supartondo. 2004. “Komunikasi dan Empati Dalam Hubungan
Dokter-Pasien” Jakarta: Balai Penerbit FK-UI
xxviii
Tjiptono, F., Manajemen Jasa, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2000.
xxix
Buckman, R. 2001. “Communication in Palliative Care: a practical guide”, in
Palliative Care, vol.19, no 4, pp. 989-1003
Download