Uploaded by User6555

interaksi obat - Copy

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, indentifikasi, kombinasi, analisis dan standardisasi/pembakuan
obat serta pengobatan, termaksud pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunanya yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani disebut Farmakon yaitu
medika atau obat (Syamsuni, 2006).
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu farmasi pun
mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi yang lebih khusus tetapi
saling berkaitan, antara farmakologi, farmakognosi, galenika dan kimia farmasi.
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari sejarah, khasiat obat dalam segala
seginya, yaitu sumber/asal-usulnya, sifat kimia dan dan fisikanya,vkegiatan
fisiologisnya/efek terhadap fungsi biokimiawi dan faal, cara kerja, absorbsi, nasib
(distribusi, biotransformasi), ekskresinya dalam tubuh, dan efek toksiknya, serta
penggunaannya dalam pengobatan (Syamsuni, 2006).
Interaksi obat adalah suatu peristiwa dimana kerja obat dipengaruhi oleh
obat lain yang diberikan secara bersamaan atau hamper bersamaan. Interaksi
tersebut dapat menimbulkan potensiasi atau antagonisme satu obat oleh obat
lainnya. Interaksi obat dapat menyebabkan meningkatnya toksisitas obat, efek
samping, atau berkurangnya efek klinik (Arthur, 1986).
Penggunakan interaksi obat untuk mengetahui suatu faktor yang dapat
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan. Obat dapat berinteraksi dengan
makanan atau minuman, zat kimia atau dengan obat lain, dikarenakan terjadi
interaksi apabila makanan, minuman, zat kimia, dan obat lain tersebut mengubah
efek dari suatu obat yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan
(Ganiswara, 2000).
Efek antara obat-obat yang dapat mengakibatkan efektivitas yang berlainan
atau (bertambahnya) efek samping. Berdasarkan mekanismenya interaksi
farmakodinamik dan farmakokinetik. Yang pertama adalah bila dua zat bekerja
terhadap reseptor atau enzim atau saluran ion (ionchannel) yang sama, dan
menyebabkan efektivitas masing-masing diperkuat atau berlawanan (misalnya
Ginkgo biloba dan antitrombotika) (Rahardja, 2007).
Ada beberapa cara berlangsungnya interaksi obat, yang terpenting
diantaranya adalah : (Rahardja, 2007)
a.
Interaksi kimiawi
b.
Kompetisi untuk protein plasma
c.
Induksi enzim
d.
Inhibisi enzim
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum mengenai interaksi
obat untuk mengetahui interaksi yang terjadi antara OBH dengan epherin, asam
buah dengan eritromisin, dan susu dengan tetrasiklin.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui terjadinya interaksi obat secara in vitro
2. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan pada interaksi obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dasar teori
2.1.1 Definisi Interaksi
Obat Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait
obat (drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan
terapi obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi
obat terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh
diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005).
Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat berubah
efeknya secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa bersifat
potensiasi atau antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau adakalanya
beberapa efek lainnya (BNF 58, 2009). Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu
obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen
kimia lainnya dalam lingkungannya. Definisi yang lebih relevan kepada pasien
adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa yang terjadi
ketika obat hadir bersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008).
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan
toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang
rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik
(Setiawati, 2007).
2.1.2 Mekanisme Interaksi Obat
Pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi aksi obat lainnya (B) dengan
satu dari dua mekanisme berikut:
3. Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi konsentrasinya di
cairan jaringan (interaksi farmakodinamik).
4. Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs aksinya (interaksi
farmakokinetik) yaitu :
a. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi obat B
sempit (misalnya, pengurangan sedikit saja efek akan menyebabkan
kehilangan efikasi dan atau peningkatan sedikit saja efek akan
menyebabkan toksisitas).
b. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena kurva dosis-respon
curam (sehingga perubahan sedikit saja konsentrasi plasma akan
menyebabkan perubahan efek secara substansial).
c. Untuk kebanyakan obat, kondisi ini tidak ditemui, peningkatan yang
sedikit besar konsentrasi plasma obat-obat yang relatif tidak toksik
seperti penisilin hampir tidak menyebabkan peningkatan masalah klinis
karena batas keamanannya lebar.
d. Sejumlah obat memiliki hubungan dosis-respon yang curam dan batas
terapi yang sempit, interaksi obat dapat menyebabkan masalah utama,
sebagai contohnya obat antitrombotik, antidisritmik, antiepilepsi, litium,
sejumlah antineoplastik dan obat-obat imunosupresan. (Hashem, 2005).
Secara umum, ada dua mekanisme interaksi obat :
1. Interaksi Farmakokinetik Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat
mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya
sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk
menghasilkan efek farmakologisnya. Interaksi farmakokinetik terdiri dari
beberapa tipe :
a. Interaksi pada absorbsi obat
1. Efek perubahan pH gastrointestinal Obat melintasi membran mukosa
dengan difusi pasif tergantung pada apakah obat terdapat dalam bentuk
terlarut lemak yang tidak terionkan. Absorpsi ditentukan oleh nilai
pKa obat, kelarutannya dalam lemak, pH isi usus dan sejumlah
parameter yang terkait dengan formulasi obat. Sebagai contoh adalah
absorpsi asam salisilat oleh lambung lebih besar terjadi pada pH
rendah daripada pada pH tinggi (Stockley, 2008).
2. Adsorpsi, khelasi, dan mekanisme pembentukan komplek Arang aktif
dimaksudkan bertindak sebagai agen penyerap di dalam usus untuk
pengobatan overdosis obat atau untuk menghilangkan bahan beracun
lainnya, tetapi dapat mempengaruhi penyerapan obat yang diberikan
dalam dosis terapetik. Antasida juga dapat menyerap sejumlah besar
obat-obatan. Sebagai contoh, antibakteri tetrasiklin dapat membentuk
khelat dengan sejumlah ion logam divalen dan trivalen, seperti
kalsium, bismut aluminium, dan besi, membentuk kompleks yang
kurang diserap dan mengurangi efek antibakteri (Stockley, 2008).
3. Perubahan motilitas gastrointestinal Karena kebanyakan obat sebagian
besar diserap di bagian atas usus kecil, obat-obatan yang mengubah
laju pengosongan lambung dapat mempengaruhi absorpsi. Propantelin
misalnya, menghambat pengosongan lambung dan mengurangi
penyerapan parasetamol (asetaminofen), sedangkan metoklopramid
memiliki efek sebaliknya (Stockley, 2008).
4. Induksi atau inhibisi protein transporter obat Ketersediaan hayati
beberapa obat dibatasi oleh aksi protein transporter obat. Saat ini,
transporter obat yang terkarakteristik paling baik adalah Pglikoprotein.
Digoksin adalah substrat P-glikoprotein, dan obat-obatan yang
menginduksi protein ini, seperti rifampisin, dapat mengurangi
ketersediaan hayati digoksin (Stockley, 2008).
5. Malabsorbsi dikarenakan obat Neomisin menyebabkan sindrom
malabsorpsi dan dapat mengganggu penyerapan sejumlah obat-obatan
termasuk digoksin dan metotreksat (Stockley, 2008).
b. Interaksi pada distribusi obat
1. Interaksi
ikatan
protein
Setelah
absorpsi,
obat
dengan
cepat
didistribusikan ke seluruh tubuh oleh sirkulasi. Beberapa obat secara
total terlarut dalam cairan plasma, banyak yang lainnya diangkut oleh
beberapa proporsi molekul dalam larutan dan sisanya terikat dengan
protein plasma, terutama albumin. Ikatan obat dengan protein plasma
bersifat reversibel, kesetimbangan dibentuk antara molekul-molekul
yang terikat dan yang tidak. Hanya molekul tidak terikat yang tetap
bebas dan aktif secara farmakologi (Stockley, 2008).
2. Induksi dan inhibisi protein transport obat Distribusi obat ke otak, dan
beberapa organ lain seperti testis, dibatasi oleh aksi protein transporter
obat seperti P-glikoprotein. Protein ini secara aktif membawa obat
keluar dari sel-sel ketika obat berdifusi secara pasif. Obat yang termasuk
inhibitor transporter dapat meningkatkan penyerapan substrat obat ke
dalam otak, yang dapat meningkatkan efek samping CNS (Stockley,
2008).
c. Interaksi pada metabolisme obat
Perubahan pada metabolisme fase pertama Meskipun beberapa obat
dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk tidak berubah dalam urin, banyak
diantaranya secara kimia diubah menjadi senyawa lipid kurang larut, yang
lebih mudah diekskresikan oleh ginjal. Jika tidak demikian, banyak obat
yang akan bertahan dalam tubuh dan terus memberikan efeknya untuk
waktu
yang
lama.
Perubahan
kimia
ini
disebut
metabolisme,
biotransformasi, degradasi biokimia, atau kadangkadang detoksifikasi.
Beberapa metabolisme obat terjadi di dalam serum, ginjal, kulit dan usus,
tetapi proporsi terbesar dilakukan oleh enzim yang ditemukan di membran
retikulum endoplasma sel-sel hati. Ada dua jenis reaksi utama metabolisme
obat. Yang pertama, reaksi tahap I (melibatkan oksidasi, reduksi atau
hidrolisis) obat-obatan menjadi senyawa yang lebih polar. Sedangkan,
reaksi tahap II melibatkan terikatnya obat dengan zat lain (misalnya asam
glukuronat, yang dikenal sebagai glukuronidasi)
2. Interaksi Farmakodinamik
adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki efek farmakologis,
antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi
karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obatobat yang bekerja
pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi
dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi (BNF
58, 2009).
II.2
Uraian bahan
1. Tetrasiklin (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi
:
Tetracyclinum
Nama lain
:
Tetrasiklin
RM/BM
:
C22H24N2O8/ 444,44 g/mol
Rumus struktur
:
Pemerian
:
serbuk hablur, kuning tidak berbau, atau
sedikit berbau lemah.
Kelarutan
:
sangat sukar larut dalam air, larut dalam 50
bagian etanol (95%), praktis tidak larut
dalam kloroform, dan dalam eter, larut
dalam asam encer larut dalam alkali disertai
peruraian.
Penyimpanan
:
dalam wadah tertutup baik, terlingdungi dari
cahaya.
Khasiat
:
Zat tambahan
Kegunaan
:
sebagai pereaksi untuk dilihat interaksi obat
dengan susu
2. Eritromisin (Dirjwn POM, 1995)
Nama resmi
:
Erythromycinum
Nama lain
:
Eritromisina, eritromisin
RM/BM
:
C37H67NO13/ 733,95 g/mol
Rumus struktur
:
Pemerian
:
serbuk atau hablur, putih atau agak kuning,
tidak berbau atau hampir, tidak berbau, rasa
pahit, agak higroskopik.
Kelarutan
:
larut dalam lebih kurang 1000 bagian air,
larut dalam etanol (95%) dalam kloroform
dan dalam eter.
Penyimpanan
:
dalam wadah tertutup baik.
Khasiat
:
Zat tambahan
Kegunaan
:
sebagai pereaksi untuk dilihat interaksi obat
dengan asam buah
3. Glycerylis Guaiacolas (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi
:
Glycerylis Guaiacolas
Nama Lain
:
Guai Fenesin
RM/BM
:
C10H14O4/198,22
Rumus struktur
:
Pemerian
:
Serbuk hablur, bau khas lemah, rasa pahit.
Kelarutan
:
Larut dalam air, agak sukar larut.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat
:
Zat tambahan
Kegunaan
:
sebagai pereaksi untuk dilihat interaksi obat
dengan OBH
4. OBH (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi
:
Glycyrrhizae Succus
Nama lain
:
Ekstrak akar manis
RM/BM
:
C2H7NOH/151,16
Rumus struktur
:
Pemerian
:
batang berbentuk silinder atau bongkah
besar, licin, agak mengkilap, hitam coklat
tua, atau serbuk berwarna coklat, bau lemah
khas, rasa manis.
Kelarutan
:
zat larut dalam etanol tidak kurang dari 75%
Penyimpanan
:
dalam wadah tertutup baik
Khasiat
:
zat tambahan
Kegunaan
:
sebagai pereaksi untuk dilihat interaksi obat
dengan Glycerylis Guaiacolas
5. Buah Lemon (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi
:
Citrus limon Burm
Nama lain
:
Citrus lemon
Berat molekul
:
0,856 gr
Pemerian
:
cairan warna kuning pucat atau kuning
kehijauan, bau khas aromatik, rasa pedas
dan agak pahit.
Kelarutan
:
larut dalam 12 bagian etanol (90%) P,
larutan agak beropalesensi dengan etanol
mutlak P.
Penyimpanan
:
dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh,
terlindungi dari cahaya, ditempat sejuk
Khasiat
:
zat tambahan
Kegunaan
:
sebagai pereaksi untuk dilihat interaksi obat
dengan eritromisin
BAB III
METODE KERJA
III.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 09 Mei 2017, pukul 13.00
WITA bertempat di laboratoriu farmakologi dan toksikologi.
III.1
Alat dan Bahan
a. Alat
1. Spuit injeksi dan jarumnya
2. Spuit untuk oral
3. Timbangan analitik digital
4. Labu takar 5,10,25,50 mL
5. Gelas beker
6. Erlenmeyer
7. Pengaduk
8. Pipet volume
9. Kain halus
b. Bahan
1. OBH
2. Efedrin
3. Griserilguiakolat
4. Sari asam
5. Eritromisin
6. Susu
7. Tetrasiklin
8. Alkohol
9. Tissu
III.2
Cara kerja
a. Interaksi obat (OBH + GG)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat denagan alkohol 70%
3. Digerus GG
4. Diukur OBH sebanyak 25 mL kedalam 2 gelaskimia
5. Dimasukkan GG kedalam 2 gelaskimia yang telahberisi OBH
6. Dilakukan metode putar dan metode aduk
7. Diamati apabila kedua obat tersebut bercampur, mengendap atau
menggumpal.
b. Interaksi obat (Eritromisin + asam buah)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat denagan alkohol 70%
3. Diperas jeruk
4. Diukur asam buah sebanyak 25 mL kedalam 2 gelaskimia
5. Dimasukkan eritromisin kedalam 3 gelaskimia yang telah berisi asam
buah-buahan
6. Dilakukan metode putar dan metode aduk
7. Diamati apabila kedua obat tersebut bercampur, mengendap atau
menggumpal
c. Interaksi obat (Tetrasiklin + susu)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat denagan alkohol 70%
3. Diukur susu ebanyak 25 mL kedalam 2 gelaskimia
4. Dimasukkan tetrasiklin kedalam gelas kimia yang telah berisi susu
5. Dilakukan metode putar dan metode aduk
6. Diamati apabila kedua obat tesebut bercampur, mengendap atau
menggumpal
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1
Tabel Pengamatan
Interaksi
Diputar
Diaduk
Obat
Bercampur Mengendap Menggum Bercam
pal
pur
Mengen Meng
dap
gumpa
l
Obat Batuk
+
-
-
+
-
-
-
+
-
-
+
-
-
-
+
+
-
-
Hitam dengan
Ephedrine
dan GliserilG
uaiakolat
Asam Buah –
buahan deng
an Eritromisin
Susu dengan
Tetracicline
IV.2
Pembahasan
Interaksi farmasetik adalah interaksi yang terjadi karena adanya
perubahan atau reaksi kimia dan fisika antara dua obat atau lebih yang dapat
dikenal atau dilihat diluar tubuh, dan tubuh mengakibatkan aktifitas
farmakologi, obat tersebut hilang/berubah (Dirjen POM, 1979).
Interaksi farmasetik inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum
obat diberikan) antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel).
Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi secara fisik
atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terliat sebagai pembentukan endapan,
perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini
biasanya berakibat inaktivasi obat (ganiswara, 2007).
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan interaksi obat
secara farmasetik atau in vitro atau yang lebih dikenal dengan interaksi yang
terjadi diluar tubuh. Bahan yang akan kami gunakan dalam percobaan ini
yaitu OBH sebanyak 50 ml yang kemudian dibagi menjadi dua bagian
menjadi 25 ml, susu sebanyak 50 ml dibagi menjadi dua bagian menjadi 25
ml, GG 2 butir, tetrasiklin 2 butir, eritromisin 2 butir, dan jeruk kurang lebih
2. Kami melakukan praktikum interaksi obat secara in vitro dengan
menggunakan dua cara yaitu dengan cara diputar dan diaduk lalu diamati
perubahan yang terjadi dimana parameter pengamatan yang dilihat ada atau
tidaknya interaksi yang terbentuk serta pengamatan yang diamati ialah
terjadinya endapan, bercampurnya obat atau terbentuknya gumpalan saat obat
dicampurkan. Interaksi obat dengan cara diputar dan diaduk ini dilakukan
secara bersamaan selama kurang lebih 2 menit.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu interaksi antara Obat batuk
hitam atau OBH dengan gliserilguaiakolat. Gliserilguaiakolat dimasukkan
kedalam lumpang lalu digerus hingga homogen, gliserilguaiakolat yang sudah
halus ditaruh diatas kertas perkamen dan dibagi menjadi dua bagian
dimaksudkan untuk digunakan dalam dua cara dengan cara diputar dan
diaduk, lalu siapkan gelas ukur dan ukur OBH sebanyak 25 ml kemudian
dipindahkan di gelas kimia, Gliserilguaiakolat yang sudah dibagi menjadi dua
bagian ditaruh ke dalam gelas kimia yang masing-masing berisi OBH 25 ml,
gelas kimia yang sudah berisi OBH 25 ml dan Gliserilguaiakolat diaduk
menggunakan batang pengaduk dan juga diputar dengan cara digoyang
dimana kedua perlakuan ini diamati secara bersamaan selama 2 menit.
Selanjutnya diamati apakah OBH dan Gliserilguaiakolat bercampur,
mengendap atau menggumpal, dari hasil yang diperoleh larutan OBH dan GG
yang diberi perlakuan dengan cara diputar dan diaduk sama-sama
menghasilkan bentuk campuran yang homogen (tercampur). Metode ini
diamati bahwa reaksi antara Obat Batuk Hitam dengan Gliserilguaiakolat
dapat bercampur dan tidak menggendap atau tidak menggumpal. Hal ini
sesuai dengan teori mutschler, 1991 bahwa apabila Gliserilguaiakolat
dikombinasikan dengan Obat Batuk Hitam, devirat obat tersebut akan larut
karena memiliki fungsi yang sama sebagai obat antitusif yang berdahak.
Langkah kedua yaitu interaksi Asam Buah dengan Eritromisin.
Pertama siapkan sebanyak 25 ml asam buah dalam gelas kimia, kemudian
dipindahkan di gelas kimia, dituang eritromisin yang sudah dikeluarkan dari
badan kapsul kemudian eritromisin dimasukkan kedalam gelas kimia yang
berisi asam buah, diputar dan diaduk secara bersama selama dua menit,
kemudian amati apakah eritromisin dan larutan jeruk bercampur, mengendap
ataupun menggumpal, dari hasil percobaan dapat di lihat bahwa perlahanlahan dengan cara diputar dapat menghasilkan reaksi seperti menggumpal dan
dengan cara diaduk dapat menghasilkan pengendapan. Metode ini diamati
bahwa reaksi antara eritromisin dengan asam buah tidak dapat bercampur, dan
tidak menggumpal, tetapi terjadi endapan. Hal ini sesuai atau tidak sesuai
dengan literatur menurut sukandar, 2013 bahwa reaksi antara bahan makanan
yang asam dapat mempengaruhi reabsorbsi, sehingga eritromisin tidak larut
dalam asam buat tersebut, akibatnya obat tersebut tidak dapat diabsorbsi oleh
tubuh sehingga terjadi endapan yang menandakan obat tersebut tidak larut.
Langkah ketiga yaitu interaksi Susu dengan Tetracicline. Pertama
siapkan sebanyak 25 ml susu dalam gelas kimia, dituang tetrasiklin yang
sudah dikeluarkan dari badan kapsul ke dalam gelas kimia yang masingmasing berisi susu sebanyak 25 ml, kemudian kedua gelas kimia diputar dan
diadukn\ secara bersama selama 2 menit, lalu diamati apakah tetrasiklin dan
susu bercampur, mengendap atau menggumpal, hasil dari pengamatan dengan
cara diputar menggumpal dan yang diaduk bercampur. Hal ini menurut
suyono, 2005 bahwa reaksi antara susu dan tetracicline dapat bercampur,
menggumpal tetapi tidak mengendap. Dari hasil tersebut ditemukan devirat
obat yang menggumpal yang diinteraksi bersama susu.
BAB V
PENUTUP
V.I
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diperoleh interaksi obat OBH dengan ephedrine
dan GG , jika diberi perlakuan dengan diputar dan diaduk hasilnya dapat
bercampur. Interaksi obat eritromisin dengan asam buah jeruk jika diberi
perlakuan dengan diputar dan diaduk hasilnya dapat mengendap. Interaksi
obat tetracicline dengan susu jika diberi perlakuan dengan diaduk hasilnya
dapat bercampur dan jika dilakukan dengan diputar hasilnya dapat
menggumpal.
V.II
Saran
V.2.1 Praktikan
Diharapkan kepada praktikan dalam melakukan praktikum lebih berhathati dalam menggunakan alat-alat dan hewan yang digunakan dalam
laboratorium.
V.2.2 Laboratorium
Diharapkan dalam pelaksanaan praktikum, kita dapat membangun suasana
dalam laboratorium yang tenang sehingga meminimalisir kegaduhan dalam
ruangan praktikum.
V.2.3 Asisten
Cara pengarahan dalam praktikum sudah bagus dan efektif sehingga
sebaiknya dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Ganiswara, Sulistia, 2007. Farmakologi dan Terapi edisi V. Jakarta :
Departemen farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran UI
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Bandung: ITB
Sukandar, E.Y, et al. 2013. Informasi Spesialis Obat Iso Farmakoterapi Jilid 1
Cetakan ke 3. Jakarta: PT ISFI
Download