Uploaded by User5523

8. 52385

advertisement
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HEPATIS DENGAN SINDROMA
HEPATORENAL PADA INSTALASI RAWAT INAP PENYAKIT DALAM
RSUD DR SOETOMO
Gharin Anindito
NIM : 011211132096
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Persyaratan Modul Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Penulis
Gharin Anindito
NIM: 011211132096
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ii
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Penelitian ini Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada
Program Studi S1 Pendidikan Dokter Universitas Airlangga
Pada tanggal, 12 Juli 2016
Panitia Penguji,
Ketua
: Ummi Maimunah, dr, Sp.PD, K-GEH, FINASIM
Anggota
: 1. Ulfa Kholili, dr., Sp.PD, FINASIM
2. Leonita Anniwati, dr., Sp.PK(K)
iv
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
berjudul “Gambaran Klinis Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma Hepatorenal
Pada Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo” dengan baik.
Penyelesaian penulisan penelitian ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak
pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas doa dan dukungan
yang selalu diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ulfa
Kholili, dr., Sp.PD, FINASIM selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Terima kasih
pula penulis sampaikan kepada Leonita Anniwati, dr., Sp.PK(K) selaku Dosen
Pembimbing II yang banyak memberikan masukan dan bimbingan serta kesabaran
dalam penyusunan
penelitian ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada Ummi
Maimunah, dr, Sp.PD, K-GEH, FINASIM selaku penguji penelitian ini. Terimakasih
kepada Dr. Pudji Lestari, dr., M.Kes selaku PJM Penelitian.
Terima kasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya, Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U (K) atas kesempatan yang telah diberikan
kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Terima kasih kepada Olivia Awwalin Sunarto atas kesempatan yang telah
diberikan kepada penulis untuk mendampingi selama penelitian ini berlangsung sejak
penentuan judul hingga penelitian ini telah disidangkan serta memberikan dukungan
baik fisik maupun mental.
v
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Terima kasih kepada Staf Bagian Penelitian dan Pengembangan (LitBang)
RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang telah membantu dalam perizinan dan etik untuk
penelitian. Kepada Bapak Totok yang telah membantu pengumpulan data rekam
medik serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat dan
ilmu pengetahuan.
Surabaya, 12 Juli 2016
Gharin Anindito
vi
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RINGKASAN
Sindroma hepatorenal adalah suatu keadaan dimana terjadinya gangguan
fungsi ginjal pada pasien sirosis hepatis tahap lanjut. Sindroma ini mempunyai
gambaran klinis terjadinya penurunan GFR tanpa adanya kelainan yang lain pada
ginjal. Hal yang mendasar penyebab SHR ini adalah terjadinya vasokonstriksi
pembuluh darah ginjal dan vasodilatasi perifer, tidak disertai protein uria dan kelainan
histologi ginjal (Sayoeti, 2012).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinis pasien
sirosis hepatis dengan sindroma hepatorenal yang dirawat di instalasi rawat inap
medik di RSUD dr.Soetomo periode 2012 - 2015.
Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian
deskriptif.
Populasi
menggunakan pasien yang rawat inap di IRNA Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya
pada tahun 2012-2015. Sample menggunakan pasien sirosis hepatis dengan sindroma
hepatorenal yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Medik RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada tahun 2012-2015. Besar sample menggunakan total sampling seluruh
pasien sirosis hepatis dengan sindroma hepatorenal yang rawat inap di Instalasi Rawat
Inap Medik Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Data mengenai pasien sirosis hepatis dengan sindroma hepatorenal didapatkan
dari rekam medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Selama periode 1 Januari 2012 – 31
Desember 2015, didapatkan 23 kasus penderita sirosis hepatis dengan sindroma
hepatorenal. Peneliti membagi 4 tahap dalam teknik pengambilan data, yaitu tahap
perizinan, pelaksanaan, analisis data, dan pembuatan laporan penelitian.
vii
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Variabel penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, keluhan utama, hasil
laboratorium, hasil pemeriksaan serologi, hasil pemeriksaan fungsi ginjal dan angka
mortalitas.Analisa data dengan menghitung jumlah kasus dan distribusinya
berdasarkan jenis kelamin, usia, keluhan utama, hasil laboratorium, hasil pemeriksaan
serologi, hasil pemeriksaan fungsi ginjal dan angka mortalitas dalam periode empat
tahun yaitu dimulai dari 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2015. Data dihimpun
dengan penghitungan frekuensi absolut dan relatif.
Penelitian ini didapatkan lebih banyak pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu
sejumlah 19 pasien (83%). Usia terbanyak pada kelompok usia 46-61 tahun sejumlah
12 pasien (52%). Keluhan utama pada pasien sirosis hepatis dengan penyulit sindroma
hepatorenal terbanyak adalah asites yang dialami oleh 18 pasien (78.26%). Hasil
laboratorium pasien yang mengalami peningkatan yaitu SGOT dengan nilai rata-rata
sebesar 194.4 U/L, SGPT dengan nilai rata-rata 64.6 U/L, bilirubin direct dengan nilai
6 mg/dl, dan bilirubin total sebesar 7.6 mg/dl. Sebagian besar albumin mengalami
penurunan dengan nilai rata-rata sebesar 2.47 g/dl. PPT pasein rata-rata mengalami
pemanjangan dengan nilai 9.73 detik. APTT mengalami pemanjangan dengan nilai
11.03 detik. Pemeriksaan serologi HBsAg dan HCV penderita sirosishepatis dengan
sindroma hepatorenal didapatkan sebanyak 11 data. Sebanyak 10 penderita positif
HBsAg, 1 penderita positif HCV dan HBsAg. Sebagian besar terdapat kenaikan nilai
BUN dengan nilai rata-rata 43.57 mg/dl, serum kreatinin dengan nilai rata-rata 2.5
mg/dl, dan kalium dengan nilai rata-rata 4.97 mmol/l. Sedangkan pada natrium
sebagian besar penderita mengalami penurunan dengan nilai rata-rata 133.67 mmol/l.
Angka kematian didapatkan sebesar 11 penderita dengan rata-rata lama
perawatan selama 3.36 hari dan penyebab kematian terbesar adalah sepsis
viii
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRAK
Gambaran Klinis Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma Hepatorenal yang
Dirawat di Instalasi Rawat Inap Medik di RSUD Dr. Soetomo
Gharin Anindito, 011211132096.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya, Indonesia.
Introduksi : Sindroma hepatorenal adalah suatu keadaan dimana terjadinya gangguan
fungsi ginjal pada pasien sirosis hepatis tahap lanjut. Penyebab SHR ini adalah
terjadinya vasokonstriksi ginjal dan vasodilatasi perifer, tidak disertai proteinuria dan
kelainan histologi ginjal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui distribusi
gambaran klinis pasien seperti angka kejadian, jenis kelamin, usia, dan keluhan
utama, selain itu juga data laboratoris, dan angka mortalitas.
Metode : Studi ini telah dianalisis dengan metode deskriptif dengan menggunakan
data dari rekam medis pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi di Dr. Soetomo
rumah sakit umum selama periode 4 Januari 2012- 31 Desember 2015. Peneliti
menggunakan berbagai variabel seperti gambaran klinis pasien seperti angka kejadian,
jenis kelamin, usia, dan keluhan utama, selain itu juga data laboratoris, dan angka
mortalitas.
Hasil : Penelitian ini didapatkan 23 data pasien sirosis hepatis dengan sindroma
hepatorenal. Jenis kelamin di dominasi oleh laki-laki sebanyak 19 pasien. Usia di
dominasi oleh kelompok usia 46-61 tahun sebanyak 12 pasien (52%). Keluhan utama
terbanyak adalah asites
yang dialami oleh 18 pasien. Hasil laboratorium yang
mengalami peningkatan yaitu SGOT, SGPT, bilirubin direct, dan bilirubin total.
Sebagian besar pasien mengalami penurunan nilai albumin. PPT dan APTT
mengalami pemanjangan. Pemeriksaan fungsi ginjal yang mengalami kenaikan yaitu
ix
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BUN, serum kreatinin, dan kalium. Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu
natrium.Umumnya pasien memiliki tingkat mortalitas yang tinggi dan sebagian besar
penyebab kematiannya adalah sepsis.
Kesimpulan : Pada umumnya pasien sirosis hepatis dengan sindroma hepatorenal di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada periode 1 Januari 2012- 31 Desember 2015
didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, usia didominasi oleh kelompok usia 46-61
tahun, gambaran klinis terbanyak adalah asites. Pemeriksaan laboratorium sebagian
besar mengalami peningkatan kecuali albumin. Nilai PPT dan APPT mengalami
pemanjangan. Pemeriksaan fungsi ginjal mengalami peningkatan kecuali natrium dan
angka mortalitas pasien pada umumnya tinggi.
Kata Kunci : Gambaran klinis – Angka kejadian – Jenis kelamin – Usia –
Keluhan utama – Hemoglobin – Leukosit – Thrombosit –
SGOT/SGPT – Albumin – Bilirubin – Derajat keparahan hepatitis –
HbsAg – Anti HCV – Angka mortalitas
x
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
Sampul Luar...........................................................................................................i
Sampul Dalam..........................................................................................................ii
Lembar Persetujuan................................................................................................iii
Penetapan Panitia Penguji.......................................................................................iv
Ucapan Terimakasih.................................................................................................v
Ringkasan...............................................................................................................vi
Abstract...................................................................................................................ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xviii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN........................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................3
1.3 TUJUAN PENELITIAN............................................................................3
1.3.1 TUJUAN UMUM............................................................................3
1.3.2 TUJUAN KHUSUS.........................................................................4
1.4 MANFAAT PENELITIAN........................................................................4
xi
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II.....................................................................................................................6
2.1
PENGERTIAN SIROSIS HEPATIS.......................................................6
2.2
EPIDEMIOLOGI.....................................................................................7
2.3
ETIOLOGI...............................................................................................8
2.4
PATOFISIOLOGI...................................................................................9
2.5
KLASIFIKASI.......................................................................................10
2.6
GEJALA KLINIS..................................................................................12
2.7
KOMPLIKASI.......................................................................................13
2.8
DIAGNOSIS..........................................................................................14
2.9
PENATALAKSANAAN.......................................................................15
2.10 PENGERTIAN SIROSIS SINDROMA HEPATORENAL..................16
2.11 EPIDEMIOLOGI...................................................................................17
2.12 ETIOLOGI.............................................................................................17
2.13 PATOFISIOLOGI.................................................................................18
2.14 KLASIFIKASI.......................................................................................20
2.15 PENATALAKSANAAN.......................................................................21
2.16 PENCEGAHAN....................................................................................23
2.17
DIAGNOSIS...............................................................................23
BAB III..................................................................................................................27
3.1 KERANGKA TEORI SIROSIS HEPATIS............................................27
xii
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.2 PENJELASAN.......................................................................................28
BAB IV..................................................................................................................30
4.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN.........................................30
4.2
4.3
4.1.1
JENIS PENELITIAN....................................................................30
4.1.2
DESAIN PENELITIAN...............................................................30
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN.........................................30
4.2.1
POPULASI...................................................................................30
4.2.2
SAMPEL.......................................................................................30
PEMILIHAN SAMPEL.........................................................................31
4.3.1
KRITERIA INKLUSI...................................................................31
4.3.2
BESAR SAMPEL.........................................................................31
4.3.3
KRITERIA EKSKLUSI...............................................................31
4.4
INSTRUMEN PENELITIAN................................................................31
4.5
VARIABLE PENELITIAN...................................................................32
4.6
TEKNIK PENGUMPULAN DATA.....................................................38
4.7
BAHAN PENELITIAN.........................................................................38
4.8
INSTRUMEN PENELITIAN................................................................39
4.9
ALUR PENELITIAN............................................................................39
4.10 ETIKA PENELITIAN...........................................................................39
4.10.1 ANONIMITY...............................................................................40
4.10.2 CONFIDENTIALITY..................................................................40
xiii
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.11 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN................................................40
4.11.1 PENGOLAHAN DATA..............................................................40
4.11.1.1
CODING DATA........................................................40
4.11.1.2
ENTRY DATA...........................................................40
4.11.1.3
CLEANING DATA.....................................................40
4.11.2 TEKNIK ANALISIS DATA........................................................40
4.12 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN..............................................40
4.12.1 TEMPAT PENELITIAN..............................................................40
4.12.2 WAKTU DAN JADWAL PENELITIAN....................................40
4.13 RINCIAN BIAYA.................................................................................41
BAB V....................................................................................................................43
5.1
Gambaran Umum Hasil Penelitian............................................................43
5.2
Deskripsi Data Penelitian...........................................................................43
5.2.1 Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal berdasarkan Jenis Kelamin........................................43
5.2.2 Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Usia.......................................................44
5.2.3 Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Gambaran Klinis...................................45
5.2.4
Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Penunjang..............45
xiv
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.2.5
Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Serologi..................47
5.2.6
Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Fungsi ginjal..........47
5.2.7
Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Angka Mortalitas..................................49
BAB VI..................................................................................................................51
6.1
Gambaran Umum Hasil Penelitian.............................................................51
6.2
Deskripsi Data Penelitian...........................................................................51
6.2.1 Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia.........................51
6.2.2 Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Gambaran Klinis...................................52
6.2.3
Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium.........53
6.2.4
Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Serologi..................56
6.2.5
Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Fungsi ginjal..........56
6.2.6
Distribusi Pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Angka Mortalitas..................................58
xv
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB VII.................................................................................................................60
7.1
KESIMPULAN..........................................................................................60
7.2
SARAN......................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68
LAMPIRAN DATA PASIEN........................................………………………..73
LAMPIRAN SURAT ETIK................................................................................79
xvi
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Klasifikasi sirosis hepatis...............................................................11
Tabel 2.2
Pengobatan spesifik Sirosis Hati berdasarkan Etiologi..................15
Tabel 2.3
Faktor-faktor vasoaktif secara potensial berperan dalam
pengaturan perfusi ke ginjal pada penderita sindroma
hepatorenal.....................................................................................19
Tabel 4.1
Jadwal Penelitian............................................................................39
Tabel 5.1
Karakteristik Data Penelitian Berdasarkan Gambaran klinis.........42
Table 5.2
Hasil pemeriksaan laboratorium....................................................44
Tabel 5.3
Karakteristik Data Penelitian Pemeriksaan hepatitis.....................45
Table 5.4
Hasil Pemeriksaan Fungsi Ginjal...................................................46
Tabel 5.5
Karakteristik Data Penelitian Berdasarkan Pemeriksaan
Fungsi Ginjal..................................................................................47
xvii
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Faktor pencetus sindroma hepatorenal...........................................18
Diagram 5.1
Karakteristik Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin.............41
Diagram 5.2
Data Penelitian Berdasarkan Pemeriksaan Serum Kreatinin.........46
xviii
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG PENELITIAN
Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan
fibrosis, disorganisasi dari lobus dan arsitektur vaskular, dan regenerasi nodul
hepatosit sehingga sel-sel akan hati kehilangan fungsinya. Sirosis hepatis
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur
hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak
teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut. Penyakit ini
merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis Istilah Sirosis diberikan
petama kali oleh Laennec tahun 1819, yang berasal dari kata kirrhos yang
berarti kuning oranye (orange yellow), karena terjadinya perubahan warna
pada nodul-nodul hati yang terbentuk (Sherlock, 2011).
Penyebab sirosis hepatis bermacam macam antara lain penggunaan
akohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama, hepatitis B dan C,
obat-obatan tertentu, terlalu sering terkena paparan racun seperti arsenic,
kerusakan saluran empedu (primary biliary cirrhosis), penumpukan lemak
dalam hati (nonalcoholic fatty liver disease), penyakit hati yang disebabkan
sistem kekebalan tubuh (autoimmune hepatitis). Penyebabnya sirosis hepatis
sebagian besar adalah infeksi hepatitis B dan Hepatitis C. Sebanyak 30 %
sirosis hati disebabkan oleh hepatitis B dan 27 % disebabkan oleh hepatitis C.
1
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sekitar 400 juta orang di dunia telah terinfeksi virus hepatitis B, dan 30%
pasien dengan hepatitis B kronik akan berkembang menjadi sirosis hati, dan
jika tanpa perawatan sekitar 15 % pasien sirosis hati akan meninggal dalam
lima tahun (WHO, 2002).
Pasien dengan sirosis hati kompensata memiliki harapan hidup 10 tahun
sekitar 45 sampai 50%. Kompensasi jangka panjang bisa dipertahankan
sekitar 40-45% dari kasus. Pasien terkompensasi akan terjadi komplikasi
berat sekitar 55-60%. (Hadi,2002). Sirosis hati dapat menyebabkan beberapa
komplikasi berat, diantaranya adalah sindroma hepatorenal.
Sindroma hepatorenal adalah suatu keadaan dimana terjadinya
gangguan fungsi ginjal pada pasien sirosis hepatis tahap lanjut. Sindroma ini
mempunyai gambaran klinis terjadinya penurunan GFR tanpa adanya
kelainan yang lain pada ginjal. Hal yang mendasar penyebab SHR ini adalah
terjadinya vasokonstriksi ginjal dan vasodilatasi perifer, tidak disertai protein
uria dan kelainan histologi ginjal. Diagnosis SHR ditegakkan pada pasien
sirosis hepatis dengan gangguan fungsi ginjal dengan menyingkirkan
penyebab
lain
kelainan
ginjal.
Tatalaksana
dengan
menggunakan
vasokonstriktor perifer yang dikombinasi dan albumin intravena dapat
memperbaiki fungsi ginjal, akan tetapi transplantasi hati tetap merupakan
terapi definitif untuk memperpanjang harapan hidup. Prognosis pasien
dengan SHR ini buruk, harapan hidup pada bulan pertama hanya 50% dan 6
bulan kemudian hanya 20% (Sayoeti, 2012).
2
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sirosis hepatis dengan sindroma hepatorenal melibatkan gangguan
fungsi 3 komponen utama yaitu gangguan fungsi hati, gangguan sirkulasi,
dan gangguan fungsi ginjal (Gerbes & Gulberg, 2006). Gangguan fungsi 3
komponen tersebut kemungkinan merupakan penyebab tingginya angka
mortalitas pada pasien sirosis hepatis dengan sindroma hepatorenal.
Rendahnya angka harapan hidup pada pasien sirosis hepatis dengan
penyulit sindroma hepatorenal ini menjadi dasar dilakukan penelitian tentang
gambaran klinis pasien sirosis hepatis dengan penyulit sindroma hepatorenal
yang dirawat di instalasi rawat inap medik di RSUD dr.Soetomo periode
2012 - 2015 untuk mempelajari lebih lanjut tentang penyakit tersebut agar
dapat lebih bisa mempersiapkan tindakan apa yang tepat diberikan untuk
menangani sirosis hepatis dengan penyulit sindroma hepatorenal.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran klinis pasien sirosis hepatis dengan sindroma
hepatorenal yang dirawat di instalasi rawat inap medik di RSUD dr.Soetomo
periode 2012 - 2015.
1.3
TUJUAN PENELITIAN
1.3.1
TUJUAN UMUM
Mengetahui gambaran klinis pasien sirosis hepatis dengan
penyulit sindroma hepatorenal yang dirawat di instalasi rawat inap
medik penyakit dalam di RSUD dr.Soetomo periode 2012 - 2015.
3
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.3.2
1.
TUJUAN KHUSUS
Mengetahui usia dan jenis kelamin pasien sirosis hati
dengan penyulit sindroma hepatorenal pada instalasi rawat
inap RSUD Dr Soetomo pada periode 2012 - 2015.
2.
Mengetahui Gejala Klinis pasien sirosis hati dengan
penyulit sindroma hepatorenal pada instalasi rawat inap
RSUD Dr Soetomo pada periode 2012 - 2015.
3.
Mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium pasien sirosis
hati dengan penyulit sindroma hepatorenal pada instalasi
rawat inap RSUD Dr Soetomo pada periode 2012 - 2015.
4.
Mengetahui hasil pemeriksaan serologi pasien sirosis hati
dengan penyulit sindroma hepatorenal pada instalasi rawat
inap RSUD Dr Soetomo pada periode 2012 - 2015.
5.
Mengetahui hasil pemeriksaan fungsi ginjal pasien sirosis
hati dengan penyulit sindroma hepatorenal pada instalasi
rawat inap RSUD Dr Soetomo pada periode 2012 - 2015..
6.
Mengetahui angka mortalitas penderita sirosis hepatis
dengan penyulit sindroma hepatorenal pada instalasi rawat
inap RSUD Dr Soetomo pada periode 2012 - 2015.
1.4
MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Terhadap Pelayanan Kesehatan:
4
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD dr. Soetomo tentang
gambaran klinis penderita sirosis hati dengan penyulit sindroma
hepatorenal dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.
2. Manfaat Terhadap Pengembangan Ilmu:
Sebagai
informasi
untuk
petugas
kesehatan
mengenai
gambaran klinis pasien sirosis hepatis dengan sindroma
hepatorenal sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang
bagaimana penanggulangan dan pengobatan penderita kearah
yang lebih baik.
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang
sirosis hati dengan penyulit sindroma hepatorenal dan
gambaran klinisnya.
5
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN SIROSIS HEPATIS
Sirosis hati adalah suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari
struktur hati akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan yang
mengalami fibrosis sehingga sel-sel hati akan kehilangan fungsinya. Istilah
Sirosis diberikan petama kali oleh Laennec tahun 1819, yang berasal dari kata
kirrhos yang berarti kuning jingga (orange yellow), karena terjadinya
perubahan warna pada nodul-nodul hati yang terbentuk. Secara lengkap sirosis
hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah
besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak
teratur serta terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) di sekitar parenkim
hati yang mengalami regenerasi. Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai
pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6:1
dengan umur terbanyak antara golongan umur 30 – 59 tahun (Sutadi, 2003).
Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari
penyakit hati kronis. Penyakit ini ditandai dengan adanya pengerasan hati
yang akan menyebabkan penurunan fungsi hati, perubahan bentuk hati, serta
terjadinya penekanan pada pembuluh darah sehingga mengganggu aliran
darah
vena
porta
yang
akhirnya
menyebabkan
hipertensi
portal
(Sherlock,2011).
6
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Secara klinis atau fungsional sirosis hepatis dibagi menjadi sirosis
hepatis kompensata dan sirosis hepatis dekompensata, disertai dengan tanda
tanda kegagalan hepatoseluler dan hipertensi porta (Nurdjana, 2014).
2.2 EPIDEMIOLOGI
Sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada
penderita usia 45 – 46 tahun. Sirosis hepatis menempati urutan ketujuh
penyebab kematian. Umur rata – rata penderita terbanyak golongan umur 30 –
59 tahun dengan puncaknya sekitar umur 40 – 49 tahun (Nurdjana, 2014).
Sirosis Hepatis yang merupakan suatu tahap akhir dari hepatitis kronik
termasuk masalah kesehatan yang sering dijumpai di seluruh dunia termasuk
Indonesia dengan insidens yang cukup tinggi. Saat ini diperkirakan lebih dari
2 milyar penduduk dunia telah terpapar infeksi virus hepatitis B dan
diperkirakan 5 persen penduduk dunia menderita hepatitis B kronik yang
merupakan penyebab terjadinya sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler.
Begitu pula diperkirakan sebanyak 170 juta penduduk dunia terpapar dengan
infeksi virus hepatitis C, dimana sebagian besar penderita yang terinfeksi virus
tersebut akan menjurus menjadi kronik dan 50 persen akan menjadi Sirosis
Hepatis (Djaya, 2004).
Tahun 2004, sirosis hati merupakan urutan ke 12 dari 15 penyebab
kematian terutama di Amerika Serikat dengan Proportionate Mortality Rate
(PMR) 1,1% dan Cause Specific Death Rate (CSDR) 9,2 per 100.000
penduduk (WHO, 2004).
7
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Skotlandia pada tahun 2002 angka kematian akibat sirosis hati
berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki yaitu 45,2 per 100.000 penduduk dan
pada perempuan 19,9 per 100.000 penduduk. Penelitian oleh Jang di Korea
menyatakan bahwa sirosis hati adalah salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas di Korea dan menduduki urutan ke-8 penyebab kematian tahun 2007.
Secara umum diperkirakan angka insiden sirosis hepatis di rumah sakit seluruh
Indonesia berkisar antara 0,6-14,5% dimana lebih banyak ditemukan pada kaum
laki-laki dibandingkan dengan perempuan, yaitu sekitar 1,6 : 1 dengan umur ratarata terbanyak antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 –
49 tahun (Maryani,2003).
2.3 ETIOLOGI
Etiologi sirosis hepatis bermacam-macam, kadang lebih dari satu sebab
ada pada satu penderita. Negara barat alkoholisme kronik bersama hepatitis C
merupakan penyebab yang paling sering dijumpai (Nurdjana, 2014). Penyebab
lain sirosis hepatis diantaranya virus hepatitis (B,C,dan D), alkohol, kelainan
metabolik, hemakhomatosis, penyakit Wilson, defisiensi Alphalantitripsin,
galaktosemia, tirosinemia, kolestasis, sumbatan saluran vena hepatika,
sindroma Budd-Chiari, payah jantung, gangguan imunitas, toksin dan obatobatan, operasi pintas usus pada obesitas, kriptogenik dan malnutrisi
(Sherlock, 2011).
8
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.4 PATOFISIOLOGI
Sirosis hepatis terjadi akibat adanya cedera kronik-reversibel pada
parenkim hati disertai adanya jaringan ikat timbul difus, pembentukan nodul
degeneratif ukuran mikronodul sampe makronodul. Hal ini sebagai akibat
adanya nekrosis hepatosit, kolapsnya jaringan penunjang retikulin, disertai
dengan deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vascular berakibat pembentukan
vascular intrahepatik antar pembuluh darah hati aferen dan eferen dan
regenerasi nodular parenkim hati dan sisanya (Nurdjana,2014).
Terjadinya fibrosis hati disebabkan adanya aktifitas dari sel stellate hati.
Aktifitas ini dipicu dengan adanya faktor-faktor inflamasi yang dihasilkan
oleh hepatosit dan sel kupffer. Sel stellate merupakan sel penghasil utama
matrix ekstraseluler setelah terjadi cedera pada hepar. Pembentukan ECM
disebabkan oleh adanya pembentukan jaringan mirip fibroblast yang
dihasilkan sel stellate dan dipengaruhi oleh
beberapa sitokin (Sherlock,
2011).
Deposit ECM di space of disease akan menyebabkan perubahan bentuk
dan merangsang kapilarisasi pembuluh darah. Kapilarisasi sinusoid kemudian
mengubah pertukaran normal aliran vena porta dengan hepatosit, sehingga
material yang seharusnya di metabolisme oleh hepatosit akan langsung masuk
kealiran darah sistemik dan menghambat material yang diproduksi hati masuk
ke darah. Proses ini akan menimbulkan hipertensi porta dan penurunan fungsi
hepatoseluler (Sherlock, 2011).
9
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.5 KLASIFIKASI
Menurut laporan GALAMBOS (1975) pada pertemuan internasional
bulan Oktober 1074 di Akapulko, Meksiko (International Association for the
Study of the Liver), telah disepakati klasifikasi dari sirosis hepatis dalam dua
golongan, yaitu (Melia, 2009):
1. Klasifikasi menurut morfologi :
a. Sirosis mikronoduler
Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah : ireguler, septal,
uniform
monolobuler,
nutrisional
dan
laennec.
Gambaran
mikroskopis terlihat septa yang tipis.
b. Sirosis makronoduler
Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah : postnekrotik, ireguler,
postkolaps. Biasanya septa lebar dan tebal.
c. Kombinasi antara mikro dan makronoduler
Sirosis hepatis jenis ini sering ditemukan.
d. Sirosis septal (multilobuler) yang tak lengkap (in komplit).
Fibrous septa sering prominent dan parenkim mungkin mempunyai
gambaran asini yang normal.
2. Klasifikasi menurut etiologinya:
a. Cirrhosis of genetic disorders
b. Chemical cirrhosis
c. Sirosis alkoholik
d. Sirosis infeksius
10
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
e. Sirosis biliaris
f. Sirosis kardiak
g. Sirosis metabolik
h. Sirosis kriptogenik
Sirosis diklasifikasikan dengan berbagai cara berdasarkan atas
morfologi, makroskopik, mikroskopik, etiologi serta kondisi klinisnya.
Beberapa klasifikasi dapat di lihat pada tabel.
Tabel 2.1. Klasifikasi sirosis hepatis
Klasifikasi
Penyebab tersering
Klasifikasi morfologi makroskopik
-
Mikronoduler
-
Makronoduler
ALD (Alcoholic Liver
Disease) , HHC (Hereditary
Hemo Chromatosis)
-
Campuran
VH (Viral Hepatitis), ALH (
Semua etiologi yang lain
Klasifikasi histologik
-
Sirosis bilier (periporta)
PBC, EHBA (Extrahepatic
Biliary Atresia), SBC, PSC
(Primary Sclerosing
Cholangitis)
-
Sirosis paska nekrotik
VH (Viral Hepatitis), AIH
11
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Auto Immune Hepatitis)
-
Sirosis kardiak
VO (Vaso-Occlusive), BC
(Budd Chiary)
-
Sirosis porta
ALD (Alcoholic Liver
Disease), MLD (Metabolic
Liver Disease)
Klasifikasi berdasarkan kondisi klinik
-
Terkompensasi
-
Dekompensasi
-
Aktif
-
Tak aktif
sumber : (Jurnalis, 2014)
ALD (alcoholic liver disease), HHC (hereditary hemo chromatosis), VH (viral
hepatitis), AIH (auto immune hepatitis), PBC (primary sclerosing cholangitis),
EHBA (extra hepatic biliary atresia), VO (vaso-occlusive), BC (budd chiary),
MLD (metabolic liver disease), CC (cryptogenic cirrhosis), DIH (drug-induced
hepatitis).
2.6 GEJALA KLINIS
Perjalanan pernyakit sirosis hati lamban, asimtomatis dan sering kali
tidak dicurigai sampai adanya komplikasi hati. Banyak penderita ini yang
tidak terdiagnosis sebagai sirosis hepatis sebelumnya dan sering ditemukan
12
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
waktu autopsi. Diagnosis sirosis hepatis asimptomatis biasanya dibuat secara
insidental ketika tes pemeriksaan fungsi hati atau penemuan radiologi,
sehingga kemudian penderita melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan biopsi
hati (Nurdjana, 2014).
Gambaran klinik dan gambaran laboratorium biasanya cukup untuk
mengetahui adanya kerusakan hepar. Walaupun biopsi jarum perkutan pada
hati tidak biasa dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis sirosis hepatis,
tetapi dapat membantu membedakan pasien sirosis hepatis dengan pasien
penyakit hati lain dan menyingkirkan diagnosis bentuk lain dari kerusakan hati
seperti hepatitis virus. Biopsi juga dapat menjadi alat untuk mengevaluasi
pasien sirosis dengan gambaran klinik sirosis alkoholik, namun menyangkal
telah mengkonsumsi alkohol. Pasien sirosis dengan kolestasis, USG dapat
menyingkirkan diagnosa adanya obstruksi biliaris (Doubatty,2009).
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi sirosis hepatis yang utama adalah hipertensi portal, asites,
peritonitis bakterial spontan, pendarahan varises esofagus, sindroma
hepatorenal dan kanker hati (Nurdjana, 2014).
Komplikasi sirosis dapat terjadi secara fungsional, anatomi ataupun
neoplastik. Kelainan fungsi hepato-selular disebabkan gangguan kemampuan
sintesis, detoksifikasi ataupun kelaian sistemik yang sering melibatkan organ
ginjal dan endokrin. Kelainan anatomis terjadi karena pada sirosis terjadi
perubahan bentuk parenkim hati, sehingga terjadi penurunan perfusi dan
menyebabkan terjadinya hipertensi portal, dengan perubahan alur pembuluh
13
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
darah balik yang menuju viseral baik intra maupun ekstra hepatal. Sirosis yang
dibiarkan dapat berlanjut dengan proses degeneratif yang neoplastik dan dapat
menjadi karsinoma hepato-selular. Komplikasi dari sirosis dapat berupa
kelainan ginjal berupa sindroma hepatorenal, nekrosis tubular akut. Juga dapat
terjadi ensefalopati porto-sistemik, perdarahan varises, peritonitis bakterialis
spontan (Jurnalis, 2014).
2.8 DIAGNOSIS
Diagnosis sirosis hati ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Stadium kompensasi sempurna kadang-kadang sulit
menegakkan diagnosis sirosis hati. Stadium dekompensasi kadang tidak sulit
menegakkan diagnosis dengan adanya asites, edema pretibial, splenomegali,
vena kolateral, dan eritema palmaris. Pemeriksaan laboratorium darah tepi
sering
didapatkan
anemia
normositik
normokrom,
leukepenia
dan
trombositopenia. Waktu protrombin sering memanjang. Tes fungsi hati dapat
normal terutama pada penderita yang masih tergolong kompensata-inaktif.
Stadium dekompensata ditemui kelainan fungsi hati. Kadar alkali fosfatase
sering meningkat terutama pada sirosis billier. Pemeriksaan elektroforesis
protein pada sirosis didapatkan kadar albumin rendah dengan peningkatan
kadar gama globulin (Behrman,2004).
Ultrasonografi
merupakan
pemeriksaan
noninvasif,
aman
dan
mempunyai ketepatan yang tinggi. Gambaran USG pada sirosis hepatis
tergantung pada berat ringannya penyakit. Keterbatasan USG adalah sangat
tergantung pada subjektifitas pemeriksa dan pada sirosis pada tahap awal sulit
14
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
didiagnosis. Pemeriksaan serial USG dapat menilai perkembangan penyakit
dan mendeteksi dini karsinoma hepato-selular. Pemeriksaan scanning sering
pula dipakai untuk melihat situasi pembesaran hepar dan kondisi
parenkimnya. Diagnosis pasti sirosis ditegakkan dengan pemeriksaan
histopatologik jaringan hati yang di dapat dari biopsi (Jurnalis, 2014).
2.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa (Sherlock,2011):
1) Simptomatis
2) Supportif, yaitu :
(1)
Istirahat yang cukup , kurangi aktifitas fisik.
(2)
Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang.
misalnya diet kalori kaya protein, miskin garam
(300-500mg/hari).
(3)
Pembatasan cairan (1liter/hari) terutama bila ada
hipernatremia, bila dengan usaha tersebut tidak
berhasil, gunakan obat diuretik.
3) Pengobatan yang spesifik disesuaikan dengan penyebab yang
menimbulkan sirosis.
Pengobatan sirosis hati juga dapat dilakukan dengan cara
pengobatan yang spesifik. Hal ini disesuaikan dengan etiologi atau
penyebab Sirosis Hati. Salah satunya pada penderita Sirosis Hati akibat
15
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Hepatitis B kronik dapat dilakukan pemberian antivirus Hepatitis B. Untuk
pengobatan spesifik dari Sirosis Hati dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2.2 Pengobatan spesifik Sirosis Hati berdasarkan Etiologi
Etiologi
Terapi
Virus Hepatitis (B dan C)
Antivirus
Alkohol
Penghentian atau pengurangan konsumsi
alkohol
Non Alcoholic Steatohepatitis
Penurunan Berat Badan
(NASH)
Sindroma Metabolik:
Hemachromatosis
Phlebotomy
Wilson’s disease
Copper Chelator (pengurangan Tembaga)
Defisiensi alpha-1-
Transplantasi
antitrypsin
Mengurangi konsumsi produk susu
Galaktosemia
Mengurangi konsumsi tyrosin
Tyrosinemia
Autoimun Hepatitis
Immunosupresi
Toksin, Obat-obatan
Identifikasi jenis toksin atau obat penyebab
sirosis hati kemudian dilanjutkan dengan
pemberhentian konsumsi dari toksin atau
obat tersebut
Sumber: (Sherlock, 2011)
16
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.10 PENGERTIAN SINDROMA HEPATORENAL
Definisi Sindroma Hepato Renal yang diusulkan oleh International
Ascites Club adalah sindroma klinis yang terjadi pada pasien penyakit hati
kronik dan kegagalan hati lanjut serta hipertensi portal yang ditandai oleh
penurunan fungsi ginjal dan abnormalitas yang nyata dari sirkulasi arteri dan
aktifitas system vasoactive endogen. Ginjal terdapat vasokonstriksi yang
menyebabkan laju filtrasi glomerulus rendah, dimana sirkulasi diluar ginjal
terdapat vasodilatasi arteriol yang luas menyebabkan penurunan resistensi
vaskuler sistemik total dan hipotensi. Meskipun sindroma hepatorenal lebih
umum terdapat pada penderita dengan sirosis lanjut, hal ini dapat juga timbul
pada penderita penyakit hati kronik atau penyakit hati akut lain seperti
hepatitis alkoholik atau kegagalan hati akut (Sutadi, 2003).
2.11 EPIDEMIOLOGI
Sirosis hepatis merupakan penyabab utama SHR yang terjadi pada
stadium dekompensata, tetapi juga pernah dilaporkan pada gagal hati akut.
Insiden SHR pada penyakit gagal hati akut 20%-30%. Angka kematian
sekitar 70% tanpa transplantasi hati. Hanya sedikit penelitian yang
dipublikasi mengenai prevalensi SHR pada anak, meskipun hal ini masih
merupakan kematian yang signifikan pada periode paska transplantasi hati
(Pratama, 2009).
17
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.12 ETIOLOGI
Banyak faktor pencetus SHR, 70% sampai 100% pasien SHR
mempunyai lebih dari 1 faktor. Faktor tersebut antara lain adalah: infeksi
bakteri, large-volume paracentesis, dan perdarahan gastrointestinal. Pasien
sirosis dengan perdarahan gastrointestinal lebih sering terjadi. Faktorfaktor pencetus pada SHR ini diperlihatkan pada (gambar 2.1).
Gambar 2.1 Faktor pencetus sindroma hepatorenal
2.13 PATOFISIOLOGI
Hal yang sama ditemukan pada SHR adalah vasokonstriksi ginjal
yang reversibel dan hipotensi sistemik. Keberadaan vasokonstriksi ginjal
yang nyata pada penderita SHR telah ditunjukkan dengan beberapa metode
eksplorasi termasuk arteriografi ginjal, klirens paraaminohipuric acid dan
yang terbaru ultrasonografi Doppler. Penyebab utama dari vasokonstriksi
18
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ginjal ini belum diketahui secara pasti, tapi kemungkinan melibatkan banyak
faktor antara lain perubahan sistem hemodinamik, meningginya tekanan
vena porta, peningkatan vasokonstriktor dan penurunan vasodilator yang
berperan dalam sirkulasi di ginjal. Teori hipoperfusi ginjal menggambarkan
manifestasi dari kekurangan pengisian sirkulasi arteri terhadap adanya
vasodilatasi pembuluh darah splanik. Pengurangan pengisian arteri ini akan
menstimulasi baroreseptor mengaktifkan vasokonstriktor seperti renin
angiotensin dan sistem saraf simpatis (Sutadi, 2003).
Tabel 2.3 Faktor-faktor vasoaktif secara potensial berperan dalam pengaturan
perfusi ke ginjal pada penderita sindroma hepatorenal.
Vasokonstriktor :
Angiotensin II
Norepinephrine
Neuropeptide Y
Endotheline
Adenosine
Cysteinyl leukotrines
F2-isoprostanes
Vasodilators :
Prostaglandins
Nitric oxide
Natriuretic peptides
Kallikrein – kinin system
19
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sumber : (Sutadi, 2003)
2.14 KLASIFIKASI
Gagal hati atau gangguan hati berat dapat berkembang menjadi dua
bentuk SHR, dikenal dengan SHR tipe 1 dan tipe 2. Pembagian ini
berdasarkan perjalanan penyakit dan faktor pencetusnya. Tipe 3 dan tipe 4
pernah disebutkan, tetapi belum cukup studi yang mendukung pembagian ini
(Rajekar, 2011):
1. Tipe 1
Pada SHR tipe 1 serum kreatinin naik dua kali lipat atau
lebih dari 2,5 mg/ dL dalam 2 minggu. Tanda khas tipe ini adalah
perkembangan penyakit yang cepat dan risiko kematian tinggi,
rata-rata kelangsungan hidup hanya 1-2 minggu. SHR tipe ini dapat
dicetuskan oleh infeksi bakteri, seperti spontaneous bacterial
peritonitis (SBP), variceal hemorrhage, infeksi besar, acute
alcoholic hepatitis, atau acute hepatic injury yang berhubungan
dengan sirosis. Acute hepatic decompensation dapat terjadi karena
hepatitis virus akut, drug-induced liver injury (acetaminophen,
idiopathic drug-induced hepatitis).
2. Tipe 2
Pada SHR tipe 2, gagal ginjal ditunjukkan dengan
peningkatan kadar serum kreatinin selama beberapa minggu atau
bulan bersamaan dengan penurunan glomerular filtration rate
(GFR) tanpa faktor pencetus. Rerata ketahanan hidup pada SHR
20
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tipe 2 ini kurang lebih 6 bulan, secara bermakna lebih lama
dibandingkan dengan SHR tipe 1. SHR tipe 2 dapat berkembang
menjadi SHR tipe 1 karena faktor pencetus atau tanpa faktor
pencetus yang jelas. Mekanisme perkembangan ini sampai
sekarang masih belum jelas.
2.15 PENATALAKSANAAN
Walaupun tidak ada studi prospektif, terapi SHR sebelum dilakukan
transplantasi hati, misalnya pemberian vasokonstriktor, dapat memperbaiki
hasil sebelum dilakukan transplantasi. Penurunan serum kreatinin setelah
terapi seharusnya tidak mengubah keputusan untuk melakukan transplantasi
hati, karena prognosis SHR tipe 1 masih buruk (Pratama,2011).
Pemberian kombinasi Terlipressin (1 mg/4-6 jam secara bolus
intravena) dengan albumin harus dipertimbangkan sebagai lini pertama pada
terapi SHR tipe 1. Tujuan terapi ini adalah memperbaiki fungsi ginjal untuk
menurunkan kadar kreatinin serum kurang dari 113μmol/L (1,5 mg/dL), hal
ini disebut dengan respons penuh. Jika kadar kreatinin serum tidak turun
minimal 25% dalam 3 hari, dosis terlipressin dinaikkan bertahap sampai
maksimal 2 mg/4 jam. Untuk pasien dengan respons sebagian (kadar
kreatinin serum tidak turun < 113μmol/L) atau pada pasien tanpa penurunan
kadar kreatinin serum, terapi harus dihentikan dalam waktu 14 hari (level
A1). Alternatif potensial terlipressin antara lain norepinephrine atau
midodrine ditambah octreotide, keduanya berhubungan dengan albumin,
21
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tetapi data terbatas pada pasien SHR tipe 1 (level B1). Untuk terapi
nonfarmakologis SHR tipe 1 seperti TIPS (transjugular intrahepatic
portosystemic shunt atau transjugular intrahepatic portosystemic stent
shunting) dapat memperbaiki fungsi renal, namun data penggunaan TIPS
pada SHR tipe 1 tidak cukup untuk mendukung penggunaannya sebagai
terapi pasien SHR tipe 1. Terapi pengganti ginjal (misalnya: hemodialisis
atau transplantasi ginjal) berguna pada pasien yang tidak merespons
pemberian vasokonstriktor dan memenuhi kriteria untuk support renal (Lata,
2012).
Pemberian terlipressin ditambah albumin efektif pada 60-70% pasien
SHR tipe 2, tetapi data mengenai dampak dan hasil klinis dari terapi ini
masih belum cukup (level B1). Transplantasi hati adalah terapi terbaik, baik
untuk SHR tipe 1 maupun SHR tipe 2. SHR seharusnya diberi terapi sejak
sebelum dilakukan transplantasi hati, karena dapat memperbaiki hasil
setelah dilakukan transplantasi hati (level A1). Pasien SHR yang telah
merespons terapi vasopressor sebaiknya diterapi dengan transplantasi hati,
sedangkan pasien SHR yang tidak merespons terapi vasopressor dan
membutuhkan renal support secara umum juga harus diterapi dengan
transplantasi hati saja, karena sebagian besar pasien akan mengalami
pemulihan fungsi renal setelah transplantasi hati. Beberapa subgrup pasien
membutuhkan renal support jangka panjang (>12 minggu), misalnya
hemodialisis, dan pada kelompok ini harus dipertimbangkan dilakukan
transplantasi hati-ginjal (level B2). Pasien spontaneous bacterial peritonitis
22
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(SBP) sebaiknya diberi terapi albumin intravena karena menurunkan insiden
SHR dan memperbaiki ketahanan hidup (level A1). Ada beberapa data
bahwa pentoxifylline menurunkan insiden SHR pada pasien hepatitis
alkoholik berat dan norfl oxacin menurunkan insiden SHR pada sirosis tahap
lanjut (level B2) (Rajekar, 2011).
2.16 PENCEGAHAN
Pemberian infus albumin telah ditunjukkan dalam studi acak untuk
mencegah SHR dan memperbaiki ketahanan hidup dalam keadaan SBP.
Pentoxifylline dalam studi acak lebih superior dibandingkan plasebo sebagai
pencegahan sindroma hepatorenal pada pasien sirosis, ascites, dan klirens
kreatinin antara 41 dan 80 mL/menit. Banyak pasien tersebut yang
mengalami ascites refrakter. Pengobatan ini juga mencegah sindroma
hepatorenal dan memperbaiki ketahanan hidup pasien hepatitis alkoholik
berat (Pratama, 2009).
2.17
DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk diagnostik SHR
tidak ada. Menurut Internasional ascites Club (1996) SHR merupakan
sindrom gagal ginjal akibat penyakit hati lanjut serta tidak ada
penyebablain yang menyebabkan kerusakan ginjal seperti penggunaan
diuretik yang berlebihan, obat - obatan yang nefrotoksik, dehidrasi,
infeksi, atau kelainan struktur ginjal ( glomerulonefritis, nekrosis tubular).
23
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Update mengenai kriteria diagnostik hanya sedikit mengalami perubahan
yaitu peran infeksi dan ekspansi plasma untuk diagnostik SHR. Perbedaan
keduanya hanya mengenai progresifitas SHR ( tipe 1 dan II). Penting
untuk membedakan antara pasien SHR dengan pasien gagal ginjal akibat
penyebab lain. Hal ini sangat penting dalam pengelolaan pasien SHR
(Gerbes & Gulberg, 2006).
Langkah pertama dalam menegakkan diagnosis SHR
ditandai
dengan menurunnya GFR, akan tetapi hal ini tidaklah mudah pada sirosis
lanjut karena urea yang dihasilkan di dalam sel hati berkurang akibat
adanya insuffisiensi sel hati sehingga sering terjadi false negative. Kriteria
diagnosis SHR pada anak sama seperti pada dewasa berdasarkan kriteria
internasional asites club. Konsensus Internasional ascites Club membuat
diagnosis SHR pada peningkatan kreatinin sekitar 1,5 mg/dl serta kreatinin
kliren kurang dari 40 ml/menit. Kriteria untuk diagnostik SHR yang dibuat
oleh Internasional ascites Club 1996 dibagi menjadi beberapa kriteria.
Kriteria mayor yaitu penyakit hati akut atau kronik dengan gagal hati
lanjut dan hipertensi portal. GFR rendah, keratin serum >1,5 mg/dl atau
kreatinin klirens 24 jam < 40 ml/mnt, tidak ada syok, infeksi bakteri
sedang berlangsung, kehilangan cairan dan mendapat obat nefrotoksik,
tidak ada perbaikan fungsi ginjal dengan pemberian plasma ekspander 1,5
l dan diuretic (penurunan kreatinin serum menjadi < 1,5 mg/dl atau
peningkatan kreatinin klirens menjadi > 40 ml/mnt), proteinuria < 0,5
g/hari dan tidak dijumpai obstruktif uropati atau penyakit parenkim ginjal
24
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
secara ultrasonografi normal. Kriteria tambahan untuk diagnosis sindroma
hepatorenal yaitu volume urin < 500 ml / hari, natrium urin < 10 mEq/liter,
osmolalitas urin > osmolalitas plasma, eritrosit urin < 50 /lpb, dan natrium
serum <130 mEq / liter (Schepke, 2007).
Kriteria SHR yang
menggunakan kliren kreatinin dengan
mengingat adanya false positive, serta untuk membedakan gagal ginjal
akibat SHR dengan penyebab yang lain berdasarkan ( volume urin,
konsentrasi natrium dan asmalolitas urin plasma) ini juga tidak khas untuk
membedakan dengan gagal ginjal akibat yang lainnya, maka dari itu
berdasarkan data tadi telah berubah kriteria diagnostik yang baru
(Schepke, 2007).
Kriteria diagnostik terbaru SHR yaitu sirosis dengan asites,
kreatinin serum > 133 µmol/L (1.5 mg/dL), tidak ada perbaikan serum
kreatinin ( penurunan ≤ 133 µmol/L)
paling sedikit 2 hari setelah
pemberian diuretik atau albumin; dosis albumin direkomendasikan
1
gr/kg bb maksimum 100 gr/hari, tidak ada syok, tidak menggunakan obatobatan yang
nefrotoksik, tidak ada penyakit parenkim ginjal
yang
diindikasikan dengan proteinuria > 500 mg/hari, mikrohematuria (> 50
sel darah merah / lapang pandang ) dan atau tidak ada kelainan pada USG
ginjal (Schepke, 2007).
Sehubungan dengan tidak adanya pemeriksaan yang spesifik untuk
mendiagnosis SHR, maka diagnosis SHR harus selalu menyingkirkan
penyebab kelainan ginjal yang lain seperti; kehilangan cairan melalai
25
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
gastrointestinal (muntah,diare) atau kehilangan cairan melalui ginjal
(overdiuresis karena overtreatment diuretik) yang dapat dinilai melalui
pemeriksaan fisik.
Penyebab lain yang harus disingkirkan adalah
terjadinya syok sebelum gagal ginjal yang dapat menyebabkan renal
tubular acidosis, penggunaan obat-obatan yang nefrotoksik, protein uria
karena kerusakan parenkim ginjal serta adanya abnormalitas ginjal yang
dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG (Arroyo et al., 2007).
26
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
FAKTOR
PENYEBAB
Gejala Klinis
SIROSIS HATI
Komplikasi
Lain lain
Sindroma
Hepatorenal
Tindakan Medis
SEMBUH
Meninggal Dunia
27
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 3.1 Kerangka Teori Sirosis Hati
3.2 PENJELASAN
Penyebab sirosis hati sendiri sampai sekarang belum jelas, tetapi banyak
faktor resiko yang mendukung terjadinya sirosis hati, antara lain faktor
predisposing yaitu faktor yang tidak dapat diubah contohnya adalah jenis kelamin,
dan umur. Faktor enabling yaitu faktor yang dapat diubah atau dicegah antara lain
alkohol, malnutrisi, dan obesitas. Faktor reinforcing adalah faktor yang
mempengaruhi progresifitas penyakit yaitu antara lain adalah hepatitis B dan C,
wilson disease, hemachromatosis, dan diabetes melitus.
Penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis.
penyakit ini ditandai dengan adanya pengerasan hati yang akan menyebabkan
penurunan fungsi hati, perubahan bentuk hati, melena dan hematemesis, adanya
ikterus, terjadi asites dan edema, hipertensi porta dan lain sebagainya.
Sirosis hepatis memiliki beberapa komplikasi yang salah satunya adalah
sindroma hepatorenal. Sindroma hepatorenal adalah menurunnya fungsi ginjal
yang diinduksi oleh penyakit pada hati. Kematian penderita yang wafat dengan
penyakit hati disebabkan oleh peristiwa medis berupa gagal ginjal. Ketika hati
meradang, ginjal akan merespon dengan menurunkan aktivitasnya dengan
menahan ekskresi sodium dan air, menurunkan aliran darah renal dan glomerular
filtration rate hingga terjadi disfungsi.
Pengobatan sirosis hepatis pada prinsipnya berupa terapi umum dan terapi
komplikasi. Setelah dilakukan tindakan medis yang sesuai dengan prosedur
penanganan sirosis hepatis dengan sindroma hepatorenal, akan terlihat hasil akhir
28
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dari tindakan medis tersebut. Pasien bisa sembuh total atau bahkan pasien
meninggal karena komplikasi yang dideritanya.
Peneliti ingin mengetahui dan memeriksa gambaran klinis dari pasien
sirosis hepatis dengan pada instalasi rawat inap penyakit dalam di Rumah Sakit
Dr. Soetomo.
29
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
4.1.1
JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
4.1.2
DESAIN PENELITIAN
Penelitian
ini
bersifat
deskriptif
kuantitatif.
Penelitian
deskriptif digunakan untuk mengumpulkan, merangkum, serta
menginterpretasikan data-data yang diperoleh. Selanjutnya diolah
kembali sehingga dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan
gambaran yang jelas, terarah, dan menyeluruh dari masalah yang
menjadi objek penelitian.
4.2 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
4.2.1
POPULASI
Populasi menggunakan pasien yang di rawat di instalasi rawat inap
medik di RSUD dr.Soetomo untuk periode 2012 - 2015.
4.2.2
SAMPEL
Sampel menggunakan total sampel pasien Sirosis hati dengan penyulit
sindroma hepatorenal yang di rawat di instalasi rawat inap penyakit
dalam di RSUD dr.Soetomo untuk periode 2012 - 2015.
30
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.3 PEMILIHAN SAMPEL
4.3.1
KRITERIA INKLUSI
Pasien Sirosis hati dengan penyulit sindroma hepatorenal yang dirawat
di instalasi rawat inap penyakit dalam di RSUD dr.Soetomo Surabaya
untuk periode 2012 - 2015.
4.3.2 BESAR SAMPEL
Besar sampel menggunakan total sampling seluruh pasien Sirosis hati
dengan penyulit sindroma hepatorenal yang dirawat di instalasi rawat
inap penyakit dalam di RSUD dr.Soetomo Surabaya untuk periode
2012 - 2015.
4.3.3 KRITERIA EKSKLUSI
Pasien yang memiliki data medis tidak lengkap dan tidak sesuai
dengan judul penelitian.
4.4 INSTRUMEN PENELITIAN
1) Rekam medik pasien Sirosis hati dengan penyulit sindroma
hepatorenal yang dirawat di instalasi rawat inap medik di RSUD
dr.Soetomo Surabaya untuk periode 2012 - 2015.
2) Blangko penelitian yang digunakan untuk mencatat identitas dan profil
klinik penderita.
3) Alat tulis.
4) Surat izin melakukan penelitian.
31
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.4 VARIABLE PENELITIAN
jenis kelamin, usia, dan keluhan utama, hasil laboratorium, hasil pemeriksaan
serologi, hasil pemeriksaan fungsi ginjal dan angka mortalitas.
Jenis Kelamin
Usia
Gejala Klinis
Hasil laboratorium
Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Ia
memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan
oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah.
Melalui fungsi ini maka oksigen di bawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan.
Nama Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan
globin. Heme adalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi,
sedang globin adalah protein yang dipecah menjadi asam amino.
Hemoglobin terdapat dalam sel-sel darah merah dan merupakan
pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari
paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Setiap orang harus memiliki
sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah
sekitar lima juta sel darah merah per millimeter darah.
32
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kekurangan hemoglobin menyebabkan terjadinya anemia
kelebihan hemoglobin akan menyebabkan terjadinya kekentalan
darah jika kadarnya sekitar 18-19 gr/ml yang dapat mengakibatkan
stroke. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
adalah kadar besi dalam tubuh. Besi berperan dalam sintesis
hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot.
Kandungan ± 0,004% berat tubuh (60-70%) terdapat dalam
hemoglobin yang disimpan sebagai feritin di dalam hati.
Leukosit
Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peran utama
Leukosit atau sel darah putih. Batas normal jumlah Leukosit
berkisar 4000 – 10000/m3. Leukosit meningkat sebagai respon
fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme.
Terhadap respon infeksi pada lefer yang diakibatkan oleh virus
hepatitis b, neutrofil meninggalkan kelompok marginal dan
memasuki daerah infeksi. Sumsum tulang akan melepaskan sumber
cadangannya dan menimbulkan peningkatan granulopoiesis.
Karena permintaan yang meningkat ini, bentuk neutrofil imatur,
yaitu neutrofil batang yang memasuki sirkulasi meningkat.
Bila infeksi liver akibat virus hepatitis B mereda, maka
neutrofil berkurang dan monosit meningkat. Resolusi yang
progresif, monosit berkurang dan terjadi limfositosis ringan serta
eosinofilia. Reaksi leukomoid menyatakan keadaan jumlah
33
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Leukosit yang meningkat disertai peningkatan bentuk imatur yang
mencapai 100.000/mm3. Ini akibat respons terhadap infeksi, toksik
dan peradangan liver yang disebabkan virus hepatitis B.
Trombosit
Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari
sitoplasma megakariosit. Jumlah normal pada tubuh manusia
adalah 200.000-400.000/Mel darah. Sel ini memegang peranan
penting pada hemostasis karena trombosit membentuk sumbat
hemostatik untuk menutup luka.
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat
mekanik selama respons hemostasis normal terhadap cedera
vaskular. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan
melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa adhesi,
sekresi, agregasi, dan fusi.
SGOT/SGPT
SGOT (serum glutamic-oxaloacetic transaminase) atau
disebut juga AST (aspartate transferase) dapat ditemukan di
jantung, hati, otot rangka, otak, ginjal, dan sel darah merah.
Peningkatan SGOT dapat meningkat pada penyakit hati, infark
miokard, pankreatitis akut, anemia hemolitik, penyakit ginjal akut,
penyakit otot, dan cedera.
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri
atau spektrofotometri, semiotomatis menggunakan fotometer atau
34
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry
analyzer. Nilai rujukan untuk SGO T/AST adalah Laki - laki : 0 50 U/L Perempuan : 0 - 35 U/L.
SGPT (serum glutamic-pyruvic transaminase) atau disebut
juga dengan ALT (alanine transferase) terutama ditemukan di hati,
dan sedikit di ginjal, jantung, dan otot rangka. SGPT efektif untuk
mendiagnois destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang
kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Nilai
rujukan untuk SGPT/ALT adalah laki - laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L.
Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak
dalam tubuh manusia, yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein
serum normal adalah 3,8 - 5,0 g/dl. Molekul albumin terdapat 17
ikatan disulfida
yang menghubungkan asam
amino
yang
mengandung sulfur. Molekul albumin berbentuk elips sehingga
dengan bentuk molekul seperti itu tidak akan meningkatkan
viskositas plasma dan larut sempurna. Berdasarkan fungsi dan
fisiologis, secara umum albumin di dalam tubuh mempertahankan
tekanan onkotik plasma, peranan albumin terhadap tekanan onkotik
plasma rnencapai 80% yaitu 25 mmHg. Sintesis albumin hanya
terjadi di hepar. Pada orang sehat kecepatan sintesis albumin
35
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
adalah 194 mg/kg/hari (12-25 gram/hari). Keadaan normal hanya
20-30% hepatosit yang memproduksi albumin.
Billirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk
ikterus yang
merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui
proses reaksi oksidasi-reduksi. Pembentukan bilirubin yang terjadi
di sistem retikuloendotelial, selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi
yang akan berikatan dengan albumin.
Bilirubin yang terikat dengan albumin serum ini tidak larut
dalam air dan kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar.
Bilirubin yang terikat pada albumin bersifat nontoksik. Saat
kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit,
albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel. Bilirubin
ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin
(protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan sitotoksik lainnya.
Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak
terkonjugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus
fisiologis.
Saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran
plasma
hepatosit, albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel.
Kemudian bilirubin, ditransfer melalui sel membran yang berikatan
dengan ligandin (protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan
36
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sitotoksik lainnya. Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik
bilirubin yang tak terkonjugasi akan berpengaruh terhadap
pembentukan ikterus fisiologis.
Nilai normal billirubin adalah pada laki – laki bilirubin total
: 0.2 – 1 (mg %) dengan perincian bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
dan bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %). Sedangkan pada wanita
bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %) dengan perincian bilirubin direk : 0
– 0.2 (mg %) dan bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %).
Hasil Pemeriksaan Serologi
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti
kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis
yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari
kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa
terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis
infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab
hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
Child-pugh score digunakan untuk menilai prognosis dari penyakit
hati kronis, terutama sirosis. Awalnya
digunakan untuk
memprediksi kematian selama operasi, sekarang digunakan untuk
menentukan
prognosis,
serta
keadaan
yang
membutuhkan
pengobatan dan perlunya transplantasi hati.
37
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
HBsAg
Diagnosis hepatitis B dilakukan melalui pemeriksaan darah.
Yang perlu diperhatikan adalah pendeteksian HBsAg (hepatitis B
surface antigen). HBsAg adalah lapisan luar virus hepatitis B yang
memicu reaksi dari sistem kekebalan tubuh. HBsAg positif
menandakan bahwa infeksi virus hepatitis telah aktif, akut atau
kronik. Adanya HBsAg dalam darah diikuti dengan penurunan titer
HBsAg.
Anti HCV
Hepatitis C adalah penyakit menular yang mempengaruhi
hati yang disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Infeksi ini
sering tanpa gejala, tetapi infeksi kronis dapat menyebabkan parut
pada hati dan akhirnya ke sirosis, yang umumnya terlihat setelah.
bertahun-tahun. Pemeriksaan Anti-HCV merupakan pemeriksaan
darah untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap virus
Hepatitis C (HCV). Bila hasil Anti-HCV positif (reaktif), hal
tersebut menunjukan tidak terbentuknya sistem imunitas.
Hasil pemeriksaan fungsi ginjal
BUN
Serum kreatinin
Kalium
Natrium
38
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Angka mortalitas
Angka mortalitas penderita sirosis hepatis dengan penyulit
sindroma hepatorenal seperti cara keluar rumah sakit, jumlah kematian,
lama perawatan, penyebab kematian.
4.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data diambil oleh peneliti dari rekam medik pasien sirosis hati dengan
penyulit sindroma hepatorenal yang dirawat di instalasi rawat inap medik di
RSUD dr.Soetomo Surabaya untuk periode 2012 - 2015 menggunakan
formulir isian pada waktu jam kerja.
4.7 BAHAN PENELITIAN
Bahan penelitian adalah data rekam medis dari pasien yang pernah
dirawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Soetomo.
4.8 INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yang tercantum pada
rekam medik unit rawat jalan pada pasien Sirosis Hepatis dengan Sindroma
Hepatorenal tahun 2012 - 2015.
39
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.9 ALUR PENELITIAN
Pengajuan proposal
Persiapan administrasi dan perijinan
Pengumpulan DMK pasien
Seleksi Rekam Medik yang memenuhi kriteria inklusi
Analisis data
Hasil
40
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.10 ETIKA PENELITIAN
Sesuai syarat untuk melakukan penelitian di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, maka penelitian ini membutuhkan uji etik dari Komite Etik
Penelitian Kesehatan RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pengambilan data
setelah mendapat ijin dan dinyatakan layak etik dari RS, dengan tetap
memperhatikan :
4.11.1
ANONIMITY (TANPA NAMA)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak
akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data,
tetapi hanya mencantumkan kode yang terdapat dalam Dokumen
Medik Kesehatan (DMK).
4.10.2
CONFIDENTIALITY (KERAHASIAAN)
Informasi yang telah terkumpul dari data yang telah diteliti
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Yang tergolong identitas
pribadi pasien tidak untuk dipublikasikan.
4.11 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN
4.12.1 PENGOLAHAN DATA
4.12.1.1 CODING DATA
Pemberian
kode
terhadap
masing-masing
pasien
untuk
mempermudah entry dan menganalisis data.
41
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.12.1.2 ENTRY DATA
Tahapan memasukkan data secara komputerisasi setelah dibuat
struktur data entry yang terdiri dari nomor, nama variabel, tipe variabel,
width decimal, variable labels, value labels, dan missing values.
4.12.1.3 CLEANING DATA
Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke program
komputer dengan tujuan mengetahui kemungkinan adanya kesalahan
selama analisis sehingga dapat segera dilakukan perbaikan.
4.12.2 TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini, Analisis data secara deskriptif menggunakan
nilai jumlah proporsi angka kejadian Sirosis hati dengan penyulit sindroma
hepatorenal dalam 4 tahun mulai dari 2012 - 2015 dengan nilai absolut.
Sedangkan untuk Usia penderita Sirosis hati dengan penyulit sindroma
hepatorenal menggunakan Mean, Modus, dan Standar Deviasi. Komplikasi
sirosis hati dapat diketahui dengan nilai sirosis hati (+/-).
4.12 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
4.13.1
TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam
RSUD dr. Soetomo Surabaya dan bagian Rekam Medik RSUD dr.
Soetomo Surabaya.
42
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.13.2 WAKTU DAN JADWAL PENELITIAN
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah antara bulan Juli 2015
sampai Mei 2016 dengan rincian jadwal sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian
Jadwal
Bulan
Juli-Agustus 2015
Persiapan dan Pembuatan Proposal
Penelitian
September 2015-Oktober 2015
Perizinan Penelitian
November 2015-Maret 2016
Pelaksanaan Penelitian
April 2016-Mei 2016
Analisis Data
Mei 2016
Pembuatan Laporan Penelitian
4.13 RINCIAN BIAYA
Perizinan Rumah Sakit
:
Rp
500.000,-
Biaya Cetak dan jilid Proposal :
Rp
170.000,-
Biaya Tak Terduga
:
Rp
250.000,-
:
Rp.
920.000,-
TOTAL
+
43
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1
Gambaran Umum Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada periode
Juli 2015 – Juni 2016.
Dimulai dengan mengurus perijinan hingga pengumpulan data. Data
mengenai pasien sirosis hepatis dengan penyulit sindroma hepatorenal
didapatkan dari rekam medik pasien Instalasi Rawat Inap Penyakit dalam
Rumah Sakit Dr. Soetomo pada periode Januari 2012 – Desember 2015
didapatkan 23 pasien. Data yang berhasil dihimpun melalui penelitian ini
meliputi data tentang distribusi angka kejadian, usia, jenis kelamin,
gambaran klinis, hasil pemeriksaan penunjang dan angka mortalitas.
5.2
Deskripsi Data Penelitian
5.2.1 Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
dengan
Sindroma
Hepatorenal berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil dari penelitian ini didapatkan jumlah pasien sirosis
hepatis dengan penyulit sindroma hepatorenal di Instalasi Rawat
Inap Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo sebanyak 23 orang.
Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan lebih banyak pasien
berjenis kelamin laki-laki yaitu sejumlah 19 pasien dan wanita
sejumlah 4 pasien.
44
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jenis Kelamin (n = 23)
17%
Laki laki
83%
Diagram 5.1
Perempuan
Karakteristik Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
5.2.2 Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
dengan
Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan usia yang
bervariasi dengan rentang usia paling muda adalah 31 tahun dan
usia paling tua adalah 72 tahun dengan rata-rata total usia pasien
51.63 tahun.
5.2.3 Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
dengan
Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Gejala Klinis
Berdasarkan data penelitian yang ada didapatkan beberapa
gambaran klinis yang ada pada pasien sirosis hepatis dengan
penyulit sindroma hepatorenal.
Tabel 5.1 Karakteristik Data Penelitian Berdasarkan Gejala Klinis
No
1
2
3
4
Gambaran Klinis
BAB Hitam
Mual
Muntah Darah
Sesak
Jumlah (n=23)
11
10
9
6
Presentase (%)
47.82
43.47
39.13
26.08
45
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Nyeri Perut
Ikterus
Asites
Varises Esovagus
Anemia
Degenerasi Maligna
Hiponatremia
Koma Hipoglikemi
Gagal Hati Akut
Sepsis
Enselopati Hepatik
18
Syok Hipovolemik
5.2.4
Spontanius Bakteria Peritonitis
Hiperkalemi
Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
3
2
18
1
8
2
1
1
1
10
13
8
6
13.04
8.69
78.26
4.34
34.78
8.69
4.34
4.34
4.34
43.47
56.52
34.78
26.08
1
4.34
dengan
Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan hemoglobin, trombosit, leukosit, SGOT,
SGPT, Albumin, Billirubin Direct, Billirubin total, PPT dan APTT
pada
penderita
sirosis
hepatis
dengan
penyulit
sindroma
hepatorenal mengalami beberapa perubahan dari nilai normal.
Hasil pemeriksaan hemoglobin rata-rata nilai pasien sebesar
9,3 menandakan penurunan hemoglobin. Hasil pemeriksaan SGOT
memiliki rata-rata nilai sebesar 194.4 U/L menandakan kenaikan
SGOT dan pada pemeriksaan SGPT didapatkan nilai rata-rata
sebesar 64.6 U/L menandakan kenaikan SGPT. Hasil rata-rata
pemeriksaan albumin sebesar 2.47 g/dl menandakan penderita
mengalami penuruan nilai. Hasil rata-rata pemeriksaan billirubin
46
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
direct sebesar 6 mg/dl menandakan penderita mengalami kenaikan
nilai dan hasil rata-rata pemeriksaan billirubin total sebesar 7.6
mg/dl menandakan pasien mengalami kenaikan nilai. Pada
pemeriksaan PPT rata-rata nilai pasien sebesar 21.58 detik dengan
kontrol PPT sebesar 11.79 detik menandakan pemanjangan nilai
sedangkan hasil rata-rata pemeriksaan APTT sebesar 37.12 detik
dengan rata-rata kontrol sebesar 11.03 detik menandakan pasien
mengalami pemanjangan nilai.
Table 5.2
Hasil pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Laboraturium
5.2.5
Rata-rata
Hemoglobin
SGOT
SGPT
Albumin
Billirubin Direct
Billirubin Total
Trombosit
Leukosit
9.305
194.4
64.6
2.47
6
7.6
197
17.5
PPT
APTT
21.58
37.12
Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
Nilai Rujukan
11,0 - 18,0 g/dl
<38 U/L
<41 U/L
3,4 - 5 g/dl
<0,2 mg/dl
0,3 - 1,0 mg/dl
150-450 x10*3/uL
4.5-10.5 x10*3/uL
< 2 detik (c = 11.79)
< 7 detik (c = 26.08)
dengan
Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan HBsAg dan HCV penderita sirosishepatis
dengan sindroma hepatorenal didapatkan sebesar 11 data sebanyak
10 penderita positif HBsAg, 1 penderita positif HCV dan HBsAg.
47
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Karakteristik Data Penelitian Pemeriksaan hepatitis
Tabel 5.3
No
Pemeriksaan Hepatitis
1 HBsAg
2 HCV
3 HBsAg + HCV
5.2.6
Distribusi
Pasien
Positif
11
0
1
Sirosis
Negatif
5
3
0
Hepatis
Jumlah Data
16
4
1
dengan
Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Fungsi ginjal
Hasil pemeriksaan pada penderita sirosis hepatis dengan
penyulit sindroma hepatorenal didapatkan beberapa hasil tes fungsi
ginjal seperti BUN, Serum Kreatinin, Kalium dan Natrium.
Didapatkan hasil yaitu kenaikan nilai BUN, Serum kreatinin dan
Kalium. Sedangkan pada Natrium sebagian besar penderita
mengalami penurunan.
Nilai rata-rata dari hasil pemeriksaan laboratorium yang
menunjukan penurunan fungsi ginjal pada penderita sirosis hepatis
dengan penyulit sindroma hepatorenal adalah 43.57 mg/dl untuk
nilai BUN dengan nilai tertinggi sebesar 142.7 mg/dl dan nilai
terendah sebesar 4.4 mg/dl. Hasil rata-rata 2.5 mg/dl untuk nilai
serum kreatinin dengan nilai tertinggi 5.1mg/dl dan nilai terendah
0.61 mg/dl. Hasil rata-rata 4.97 mmol/l untuk nilai kalium dengan
nilai tertinggi 7.6 mmol/l dan nilai terendah 2.7 mmol/l. Hasil ratarata 133.67 mmol/l untuk nilai natrium dengan nilai tertinggi 154
mmol/l dan nilai terendah 155 mmol/l.
48
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Table 5.4
Hasil Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Nilai
Nilai
Pemeriksaan Lab.Ginjal
Rata rata
Nilai rujukan
Maks
Min
10 - 20 mg/dl
BUN
142.7
4.4
43.57
Serum Kreatinin
5.1
0.61
2.5 0,5 - 1,2 mg/dl
Kalium
7.6
2.7
4.97 3,8 - 5,0 mmol/l
Natrium
154
115
133.67 136 -144 mmol/l
Sebanyak 6 pasien mengalami beberapa kali perubahan
nilai
serum
kreatinin
pada
setiap
hasil
pemeriksaan
laboratoriumnya. Hasil dinamika serum kreatinin pasien tersebut
sebanyak 5 data mengalami kenaikan nilai serum kreatinin dan
sebanyak 1 data mengalami
penurunan nilai
pada
hasil
pemeriksaan serum kreatinin.
Nilai Pemeriksaan
Serum Kreatinin
6
5
4
3
2
1
0
Data 1
Data 2
Data 3
Data 4
Data 5
Data 6
1
Diagram 5.2
5.2.7
2
3
4
5
Data Penelitian Berdasarkan Pemeriksaan Serum Kreatinin
Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
dengan
Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Angka Mortalitas
Dari data penelitian yang didapatkan, untuk angka
mortalitas pada penderita sirosis hepatis dengan penyulit sindroma
49
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
hepatorenal didapatkan beberapa status akhir pasien. Angka
kematian didapatkan sebesar 11 penderita dengan rata-rata lama
perawatan selama 3.36 hari, status akhir pulang paksa sebanyak 9
penderita dengan rata-rata lama perawatan selama 6.4 hari dan
status akhir dipulangkan sebanyak 3 orang dengan rata-rata lama
perawatan selama 6 hari.
Tabel 5.5
Karakteristik Data Berdasarkan Angka Mortalitas
No
Cara Keluar Rumah Sakit
Jumlah
Rata-Rata Lama Perawatan
1
3.36 Hari
Meninggal
11
2
6.4 Hari
Pulang Paksa
9
3
6 hari
Dipulangkan
3
Jumlah
15.76 Hari
23
50
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1
Gambaran Umum Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada periode
Juli 2015 – Juni 2016.
Dimulai dengan mengurus perijinan hingga pengumpulan data. Penelitian
ini merupakan data sekunder yaitu data mengenai pasien sirosis hepatis
dengan penyulit sindroma hepatorenal yang dapatkan dari rekam medik
pasien Instalasi Rawat Inap Penyakit dalam Rumah Sakit Dr. Soetomo
pada periode Januari 2012 – Desember 2015 didapatkan 23 pasien. Data
yang berhasil dihimpun melalui penelitian ini meliputi data tentang
distribusi angka kejadian, usia, jenis kelamin, gambaran klinis, hasil
pemeriksaan penunjang dan angka mortalitas.
6.2
Deskripsi Data Penelitian
6.2.1 Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
dengan
Sindroma
Hepatorenal berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Distribusi pasien pada penelitian ini didapatkan lebih
banyak pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu sejumlah 19 pasien
(83%) dan wanita sejumlah 4 pasien (17%). Hal ini sesuai dengan
penelitian di Konkuk University Hospital pada tahun 2006-2010
yang menyatakan bahwa pasien sirosis hepatis dengan penyulit
sindroma hepatorenal di dominasi oleh kelompok jenis kelamin
51
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
laki-laki yang berjumlah 478 pasien (74,3%), sedangkan pasien
yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 165 pasien (25,7%)
(Choi, 2014).
Hasil penelitian lain didapatkan bahwa pasien sirosis
hepatis dengan hepatorenal sindrom terbanyak berjenis kelamin
laki-laki dengan presentase 76.3% dengan SHR type 1 dan 70%
dengan SHR tipe 2 (Salerno, 2011).
Distribusi pasien berdasarkan usia pada penelitian ini
didapatkan usia yang bervariasi dengan rentang usia paling muda
adalah 31 tahun dan usia paling tua adalah 72 tahun dengan usia
rata-rata 51.63 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian di Konkuk
University Hospital yang mendapatkan pasien usia terbanyak
dengan usia rata-rata 57,4 tahun (Choi, 2014). Pada penelitian di
Glypress-ine; Laboratoire Ferring SAS, Gentilly, France dari 99
pasien ditemukan usia rata-rata terbanyak yaitu usia 56 tahun
(Moreau, 2002).
6.2.2 Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
dengan
Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Gejala Klinis
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan pasien dengan
asites sebanyak 18 pasien. Pasien dengan keluhan berak hitam
sebanyak 11 pasien. Pasien mual sebanyak 10 pasien. Pasien
dengan enselopati hepatik sebanyak 13 pasien. Pasien dengan
52
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sepsis sebanyak 10 pasien. Pasien dengan spontanius bakteria
peritonitis dan anemia sebanyak 8 pasien. Pasien dengan hepatitis
sebanyak 4 pasien. Pasien dengan infeksi saluran kemih sebanyak
3 pasien. Pasien dengan gejala klinis ikterus dan degenerasi
maligna sebanyak 2 pasien. Pasien dengan gejala klinis gagal hati
akut 1 pasian, dengan hiponatremia 1 pasien, dengan koma
hipoglikemi 1 pasien, dengan varises esofagus 1 pasien, dengan
syok hipovolemik 1 pasien. Pasien dengan keluhan muntah darah
sebanyak 9 pasien. Pasien dengan keluhan sesak sebanyak 6 pasien
dan pasien dengan keluhan nyeri perut sebanyak 3 pasien.
Gambaran khas dari hepatorenal sindrom yaitu oliguria,
hiponatremia,
dan
kadar
Na
yang
rendah
dalam
urine
(Kusumobroto, 2015).
Hasil penelitian lain menyatakan bahwa seluruh pasien
sirosis hepatis dengan penyulit hepatorenal sindrom datang dengan
asites, dimana didapatkan 99 pasien (100%) dari 99 data pasien
yang diambil (Moreau, 2002).
6.2.3
Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
dengan
Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium pada penelitian ini menunjukan Hasil
pemeriksaan hemoglobin rata-rata nilai pasien sebesar 9,3 g/dl
menandakan penurunan hemoglobin. Penelitian di Rumah Sakit
53
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sanglah Denpasar didapatkan rata-rata hemoglobin pasien sirosis
sebesar 9.53 g/dL (Budiyasa, 2011).
Hasil pemeriksaan SGOT memiliki rata-rata nilai sebesar
194.4 menandakan kenaikan SGOT. Hasil pemeriksaan SGPT
didapatkan nilai rata-rata sebesar 64.6 menandakan kenaikan
SGPT.
Hasil penelitian di Beth Israel Deaconess Medical Center
Hospital, Boston, Massachusetts melaporkan bahwa rasio rata-rata
AST (SGOT)/ALT (SGPT) pasien sirosis hepatis mengalami
peningkatan yang lebih tinggi dari pada pasien non sirosis hepatis
(Sheth, 1998).
Hasil rata-rata pemeriksaan albumin sebesar 2.47 gram/dL
menandakan penderita mengalami penurunan nilai.
Hasil penelitian di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
mendapatkan nilai albumin rata-rata pada pasien sirosis hepatis
yaitu 2,741 gr/dL (Poluan et al, 2015)
Hasil laporan penelitian di Rumah Sakit Sanglah Denpasar,
dimana didapatkan pasien di dominasi dengan albumin di < 2.8
mg/dL sebanyak 56 pasien (91.8%) dengan rerata 2.21 mg/dL
(Budiyasa, 2011).
Hasil rata-rata pemeriksaan billirubin direct sebesar 6
mg/dL menandakan penderita mengalami kenaikan nilai. Hasil
54
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
rata-rata
pemeriksaan
billirubin
total
sebesar
7.6
mg/dL
menandakan pasien mengalami kenaikan nilai.
Hasil penelitian di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
menemukan adanya kenaikan nilai bilirubin pada pasien sirosis
hepatis, dengan nilai rata-rata 5,01 mg/dL. Nilai bilirubin terendah
yaitu 0,2 mg/dL dan nilai bilirubin tertinggi yaitu 33,9 mg/dL
(Poluan, 2015).
Hasil yang didapat pada penelitian ini pemeriksaan PPT
rata-rata nilai pasien sebesar 9.73 menandakan pemanjangan nilai.
Hal ini sesuai dengan penelitian di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
yang menemukan pasien sirosis hepatis didominasi oleh pasien
dengan PPT yang memanjang, dari 15 pasien, 13 pasien (86,7%)
mengalami pemanjangan waktu protrombin. Pada 2 pasien (13,3%)
normal, pada 7 pasien (46,7%) terdapat pemanjangan waktu
protrombin dalam rentang 1-4 detik, 2 pasien (13,3%) dalam
rentang 5-6 detik, dan 4 pasien (26,7%) dalam rentang > 6 detik
(Saragih, 2016).
Hasil pemeriksaan APTT sebesar 11.03 menandakan pasien
mengalami pemanjangan nilai. Hal ini berbeda dengan penelitian di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou yang di dominasi oleh dengan
pasien sirosis yang tidak mengalami pemanjangan nilai APTT
dengan jumlah pasien 8 orang (53,3%) dan pasien yang mengalami
pemanjangan APTT sebanyak 7 pasien (46,7%) (Saragih, 2016).
55
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6.2.4
Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
dengan
Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Serologi
Hasil pemeriksaan HBsAg dan HCV penderita sirosis
hepatis dengan penyulit sindroma hepatorenal pada penelitian ini
didapatkan sebesar 11 data sebanyak 10 penderita (43.47%) positif
HBsAg, 1 penderita (4.34%) positif HCV dan HBsAg sedangkan
13 pasien (56.52%) tidak melakukan pemeriksaan.
Hasil laporan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang
pasien sirosis di dominasi oleh pasien yang positif Hepatitis B
sebanyak 15 pasien (41,7%). Sedangkan pasien yang positif
Hepatitis B dan Hepatitis C sebanyak 1 pasien (2,8%), pasien
positif Hepatitis C sebanyak 8 pasien (22,2%), dan yang bukan
karena virus hepatitis sebanyak 12 pasien (33,3%) (Suyoso, 2015).
6.2.5
Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
dengan
Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Fungsi ginjal
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada penelitian ini
BUN, Serum kreatinin dan Kalium mengalami kenaikan nilai.
Sedangkan pada Natrium sebagian besar penderita mengalami
penurunan. Nilai rata-rata dari hasil pemeriksaan laboratorium
yang menunjukan penurunan fungsi ginjal pada penderita sirosis
hepatis dengan penyulit sindroma hepatorenal adalah 43.57 mg/dl
untuk nilai BUN.
56
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penelitian di The 3 Major Hospitals Of Padova, Italy yang
mendapatkan pasien sirosis hepatis dengan asites dengan infeksi
sebanyak 104 pasien mempunyai nilai rata-rata BUN sebesar 36.1
± 3.4 mg/dL, sedangkan pasien sirosis hepatis dengan asites tanpa
infeksi sebanyak 129 pasien mempunyai nilai BUN rata-rata
sebesar 18.6 ± 0.9 mg/dL. Pasien sirosis hepatis dengan gagal
ginjal sebanyak 35 pasien mempunyai nilai rata-rata BUN sebesar
66.9 ± 7.6 mg/dL, sedangkan pasien sirosis hepatis tanpa gagal
ginjal sebanyak 69 pasien mempunyai nilai rata-rata BUN sebesar
20.6 ± 1.4 mg/dL (Fasolato, 2006).
Serum kreatinin pada penelitian ini mengalami peningkatan
dengan nilai serum kreatinin rata-rata sebesar 2.5 mg/dL yang
dialami oleh 20 pasien. Sebanyak 6 pasien mengalami beberapa
kali perubahan nilai serum kreatinin pada setiap hasil pemeriksaan
laboratoriumnya. Hasil dinamika serum kreatinin pasien tersebut
sebanyak 5 data mengalami kenaikan nilai serum kreatinin.
Hasil penelitian di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
mendapatkan nilai kreatinin rata-rata pada pasien sirosis hepatis
yaitu 1,237 mg/dL dengan nilai kreatinin terendah sebesar 0,4
mg/dL dan tertinggi sebesar 3,2 mg/dL (Poluan, 2015).
Nilai natrium pada penelitian ini rata-rata 133.67 mmol/l
yang menunjukan adanya penurunan. Hal ini sesuai dengan
penelitian lain yaitu dari 997 pasien sirosis didominasi dengan
57
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pasien yang mempunyai kadar sodium (natrium) <135 mEq/L
sebanyak 486 pasien (49,4%). Pasien dengan kadar sodium
(natrium) ≤ 130 mEq/L sebanyak 211 pasien (21,6%), sebanyak
5,7% pasien dengan kadar sodium ≤ 125 mEq/L dan sebanyak
1,2% pasien dengan kadar sodium
≤
120 mEq/L (Gines &
Guevara, 2008).
6.2.6
Distribusi
Pasien
Sirosis
Hepatis
dengan
Sindroma
Hepatorenal Berdasarkan Angka Mortalitas
Data penelitian yang didapatkan, untuk angka mortalitas
pada
penderita
sirosis
hepatis
dengan
penyulit
sindroma
hepatorenal didapatkan beberapa status akhir pasien. Angka
kematian didapatkan sebesar 11 penderita dengan rata-rata lama
perawatan selama 3.36 hari, status akhir pulang paksa sebanyak 9
penderita dengan rata-rata lama perawatan selama 6.4 hari dan
status akhir dipulangkan sebanyak 3 orang dengan rata-rata lama
perawatan selama 6 hari.
Hal ini berbeda dengan penelitian di University Hospital Of
Ghent yang mendapatkan 15 pasien (83%) meninggal pada hari ke
45 dan median angka kematiannya 24 hari (Colle et al, 2002).
Penelitian ini di dapatkan angka mortalitas pasien tinggi
dimana di dapatkan 11 pasien dari 23 pasien mengalami kematian.
Dengan angka bertahan hidup pasien rata-rata selama 3.36 hari
58
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dan penyebab kematian terbanyak adalah sepsis yang terjadi pada
9 pasien dan sebanyak 2 pasien yang meninggal karena SHR.
59
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB VII
PENUTUP
7.1
KESIMPULAN
Pada tahun 2012 - 2015 didapatkan sebanyak 23 pasien Sirosis Hepatis
dengan penyulit Sindroma Hepatorenal yang dirawat di RSUD dr.Soetomo
Surabaya.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan tentang
Gambaran Klinis Pasien Sirosis Hepatis dengan penyulit Sindroma Hepatorenal di
RSUD dr.Soetomo Surabaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2015
berdasarkan angka kejadian, usia, jenis kelamin, hasil laboraturium, keluhan
utama, dan angka mortalitas yaitu sebagai berikut:
1. Pasien sirosis hepatis dengan penyulit sindroma hepatorenal sebagian
besar berjenis kelamin laki - laki. Usia pasien sirosis hepatis dengan
penyulit sindroma hepatorenal paling muda adalah 31 tahun dan usia
paling tua adalah 72 tahun dengan rata-rata usia total 51.63 tahun.
2. Pada pasien sirosis hepatis dengan penyulit sindroma hepatorenal
tahun 2012 sampai tahun 2015 sebagian besar memiliki gejala klinis
asites. Setiap pasien memiliki lebih dari satu gejala klinis.
3. Hasil laboratorium pasien sirosis hepatis dengan penyulit sindroma
hepatorenal memiliki beberapa mengalami peningkatan seperti SGOT,
60
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SGPT, dan Billirubin. PPT dan APTT mengalami pemanjangan.
Hemoglobin dan Albumin mengalami penurunan.
4. Pada pemeriksaan serologi didapatkan pasien yang menderita hepatitis
B sebanyak 11 pasien dan 1 pasien positif hepatitis C dan hepatitis B.
5. Pada pemeriksaan fungsi ginjal didapatkan meningkatnya nilai BUN,
serum kreatinin dan kalium pada pasien sirosis hepatis dengan
sindroma hepatorenal. Sedangkan nilai natrium pasien menurun.
6. Angka mortalitas pasien sirosis hepatis dengan penyulit sindroma
hepatorenal dari data yang sudah didapatkan sebesar 48 % dengan
penyebab kematian terbesar adalah sepsis.
7. Pada pasien sirosis hepatis dengan penyulit sindroma hepatorenal
memiliki rata-rata usia 51.63 tahun, sebagian besar pasien berjenis
kelamin laki-laki, keluhan utama pada umumnya berupa asites, hasil
laboratorium pasien sebagian besar mengalami peningkatan kecuali
Albumin dan Hemoglobin, PPT dan APTT pada umumnya mengalami
pemanjangan, hasil pemeriksaan serologi sebagian besar positif
hepatitis B, pemeriksaan fungsi ginjal mengalami peningkatan kecuali
pada natrium, dan angka mortalitas pasien pada umumnya tinggi.
7.2
SARAN
1. Perlunya perbaikan sistem penyimpanan rekam medik pasien secara
lengkap agar jumlah sampel yang tersedia dapat semuanya diperiksa
61
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
untuk digunakan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti
untuk mendapatkan data secara lengkap, jelas dan tepat.
2. Sebaiknya
dilakukan
komputerisasi
data
secara
valid
untuk
memudahkan penelitian-penelitian selanjutnya dalam mengakses data
yang dibutuhkan.
3. Pemeriksaan laboratorium seperti tes urin lengkap dan produksi urin
seharusnya dapat ditegakkan lebih lengkap.
4. Pengurusan etik dan perizinan penelitian harap dipersingkat waktunya
agar memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
62
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
Arroyo, V. 2007. Pathogenesis and Treatment of Hepatorenal Syndrome.
Seminars in Liver Disease, 28(1): 81-95.
Bacon, B.R. 2012. Cirrhosis and Its Complications. In: Longo DL, Fauci AS,
Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J, editors. Harrison’s
Principles Of Internal Medicine Vol. 2 (18th ed). New York: McGraw-Hill;
p. 2592-2602.
Behrman RE dan Vaughn VC. 2004. The liver and billiary system. Dalam: Nelson
WE, penyunting. Text book of pediatrics, edisi ke-17
Boursier, J. 2009. Comparison and improvement of MELD and Child-Pugh score
accuracies for prediction of 6-mont mortality in chirrhosis patient. Diakses
dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19197195 [ 30 Juli 2015]
Budiyasa, D. G. A. 2011. Correlation Between Serum Albumin Level and Degree
Of Esophageal Varices In Patients With Liver Cirrhosis. The Indonesian
Journal Of Gastroenterology, Hepatology, and Digestive
Endoscopy.[Online], 12(1): 23-27 Diakses dari : http://inajghe.com/journal/index.php/jghe/article/view/299 [diakses pada 26 Juni
2016].
Carale,Jesus.2014.Portal Hipertension. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/182098-overview [ 30 juli 2015]
Carlisle, R. et al.,1979. The Relationship Between Conventional Liver Tests,
Quantitative Function Tests, and Histopathology In Cirrhosis. Digestive
Diseases and Sciences. [Online], 24(5): 358-362 Diakses dari:
http://link.springer.com/article/10.1007/BF01297121 [diakses pada 26
Juni 2016].
Choi, Y.J. et al. 2014. Prevalence Of Renal Dysfunction In Patients With
Cirrhosis According To ADQI-IAC Working Party Proposal. Clinical and
Molecular Hepatology. Journal. [Online], 20(2): 185-191 Diakses dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4099334/pdf/cmh-20185.pdf [diakses pada 23 Juni 2016].
Colle, I. et al. 2002. Clinical Course, Predictive Factors and Prognosis In Patients
With Cirrhosis and Type 1 Hepatorenal Syndrome Treated With
Terlipressin: A Retrospective Analysis. Journal Of Gastroenterology and
Hepatology.[Online], 17(8): 882-888 Diakses dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12164964 [diakses pada 25 Juni
2016].
63
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Contos MJ, Choudhury J, Mills AS, Sanyal AJ. 2006. The histologic spectrum of
nonalcoholic fatty liver disease. Diakses dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15331059 [18 Juli 2015].
Doubatty, Arissona Christina.2009. Comparison Of Validity between Mayo EndStage Liver Disease Score and Child-Pugh Score in Predict the 12 Weeks
Survival in Cirrhosis Patient.Diakses dari : http://eprints.undip.ac.id/19215/ [27
Juli 2015]
Epstein, M. 1994. Hepatorenal Syndrome: Emerging Perspectives Of
Pathophysiology And Therapy. J Am Soc Nephrol, 4: 1735-1753.
Fasolata, S. et al. 2006. Renal Failure and Bacterial Infections in Patient with
Cirrhosis: Epidemiology and Clinical Features. Hepatology. [Online],
45(1): 223-229 Diakses dari:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/hep.21443/pdf [diakses pada
26 Juni 2016].
Fatmah. 2006. Respon Imunitas Rendah Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.
Makara, Kesehatan: [online], 10(1): 47-53 Diakses dari:
http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/169/165 [diakses
pada 26 Juni 2016].
Gerbes, A., Gulberg, V. 2006. Progress In Treatment Of Massive Ascites And
Hepatorenal Syndrome. World J Gastroentero, 28(12): 516-519.
Gines, A. et al. 1993. Incidence, Predictive Factors, and Prognosis of The
Hepatorenal Syndrome In Cirrhosis With Ascites.Gastroenterology, 105:
229-236.
Gines, P, Guevara, M. 2008. Hyponatremia In Cirrhosis: Pathogenesis, Clinical
Significance, and Management. Hepatology,[Online], 48(3): 1002-1010
Diakses dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18671303 [diakses
pada 26 Juni 2016].
Hadi, S.2002. Hepatologi. Bandung: Penerbit Mandar Maju. p.3-34
Hadi, S.2002. Gastroenterologi. Bandung: Penerbit Alumni. p.86-107
Hecker R, Sherlock S. 1956. Electrolyte and Circulatory Changes In Terminal
Liver Failure. Lancet, 2: 1221-1225.
Islamuddin. 2011. Hubungan Peningkatan Kadar D-Dimer dengan Perdarahan
Varises Esofagus Pada Sirosis Hati Stadium Dekompensata [Thesis].
Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
64
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jurnalis , dkk. 2014. Sirosis Hepatis Dengan Hipertensi Porta dan Pecahnya
Varises Esoefagus. Majalah Kedokteran Andalas, 31 (2). ISSN 0126 –
2092.
Khan, H., Iman, N. 2009. Hypoalbuminemia: A Marker Of Esophageal Varices In
Chronic Liver Disease Due to Hepatitis B and C. Rawal Med J, 34: 98101.
Kusumobroto, H. O. et al., 2015.Sirosis Hati: Pranoto, A. (ed), 2015. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press Halaman 292.
Maryani, Sri. 2003. Sirosis Hepatitis.Diakses dari:
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-srimaryani5.pdf [18 Juli
2015]
Mammen, E. F. 2002. Thrombohemorrhagic Defects In Liver and Renal Disease.
In: Bick, R. L., William, L., editors. Disorder Of Thrombosis and
Hemostasis: Clinical and Laboratory. Philadelphia: Lippincot William &
Willkins; p. 165-170.
Moreau, R. et al. 2002. Terlipressin In Patients With Cirrhosis And Type 1
Hepatorenal Syndrome: A Retrospective Multicenter Study.
Gastroenterology. Journal. [Online], 122(4): 923-930 Diakses dari :
http://www.gastrojournal.org/article/S0016-5085(02)26450-1/pdf [diakses
pada 23 Juni 2016].
Noer, M. S. 2006. Evaluasi Fungsi Ginjal Secara Laboratorik (Laboratoric
Evaluation on Renal Function). Surabaya: Lab-SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK UNAIR.
Nurdjana, Siti.2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Sirosis Hati. Indonesia:
Penerbit: Interna Publishing. Edisi 6. P.1978
Ng C, Chan M, Tai M, Lam C. 2007. Hepatorenal syndrome. USA: Penerbit Clin
Biochem Rev.2007. p.11
Nyblom, H. et al.,2006. The AST/ALT Ratio As An Indicator Of Cirrhosis In
Patients With PBC. Liver International. [Online], 26(7): 840-845 Diakses
dari : http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.14783231.2006.01304.x/abstract?userIsAuthenticated=false&deniedAccessCus
tomisedMessage [diakses pada 26 Juni 2016].
Perz, J. F. 2006. The Contributions Of Hepatitis B Virus and Hepatitis C Virus
Infections to Cirrhosis and Primary Liver Cancer Worldwide. Journal of
Hepatology. [Online], 45(4): 529-538 Diakses dari : http://www.journal-
65
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
of-hepatology.eu/article/S0168-8278(06)00297-2/fulltext [diakses pada 25
Juni 2016].
Poluan, P. M. et al., 2015. Hubungan Derajat Keparahan Sirosis Hati dan Dinilai
Laju Glomerulus Pada Sirosis Hati. Jurnal e-Clinic (eCl).[Online], 3(1):
497-502 Diakses dari :
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=315872&val=1001&t
itle=HUBUNGAN%20DERAJAT%20KEPARAHAN%20SIROSIS%20H
ATI%20DAN%20NILAI%20LAJU%20GLOMERULUS%20PADA%20
SIROSIS%20HATI [diakses pada 26 Juni 2016].
Pratama, H. 2003. Sindroma Hepatorenal. Diakses dari:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_224CMESindroma%20Hepatorenal.pdf [30 Juli 2015]
Rodes, J. et al.1975. Clinical Types and Drug-Therapy Of Renal Impairment In
Cirrhosis. Postgrad Med J, 51: 492-497.
Sacher, R.A., dan R. A. McPherson. 2000. Widmann’s Clinical Interpretation of
Laboratory Tests. 11th Edition. Pennsylvania: F. A. Company.
Diterjemahkan oleh Pendit, B. U dan D. Wulandari. 2004. Tinjauan Klinis
Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. Jakarta: EGC. Diakses dari :
http://analisjurnal.blogspot.co.id/2015/10/pemeriksaan-enzim-sgot-danenzim-sgpt.html [26 juni 2016]
Salerno, F. et al. 2007. Diagnosis, Prevention And Treatment Of Hepatorenal
Syndrome In Cirrhosis.Gut, 56: 1310-1318.
Salerno, F. M. et al., 2011. Diagnosis, Treatment and Survival Of Patient With
Hepatorenal Syndrome: A Survey On Daily Medical Practice. Journal Of
Hepatology, 55(6): 1241-1248.
Saragih, G. G. et al.,2016. Gambaran Gangguan Hemostasis Pada Penderita
Sirosis Hati yang Dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Periode
Agustus 2013 - Agustus 2015.Jurnal e-Clinic (eCl). [Online], 4(1): 128133 Diakses dari:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/10945/10534
[diakses pada 26 Juni 2016].
Schepke M. 2007. Hepatorenal syndrome: current diagnostic and therapeutic
concepts. Nephrol Dial Transplant, 22(8): 82-88.
S, Melia (2009). Perbandingan Validitas Maddreya™S Discriminant function
Dan Skor CHILD-PUGH Dalam Memprediksi Ketahanan Hidup 12
Minggu Pada Pasien Dengan Sirosis Hepatis. Diakses dari:
http://eprints.undip.ac.id/19254/ [1 Agustus 2015]
66
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sherlock, S., 2011. Diseases of the Liver and Biliary System. USA: Penerbit
Willey Blackwell. Edisi 12. P.103-120
Sheth, S. G. et al. 1998. AST/ALT Ratio Predicts Cirrhosis In Patients With
Chronic Hepatitis C Virus Infection. American Journal Of
Gastroenterology. [Online], 93: 44-48 Diakses dari :
http://www.nature.com/ajg/journal/v93/n1/abs/ajg199812a.html [diakses
pada 26 Juni 2016].
SM Sutadi,2003. Sindroma Hepatorenal. Diakses dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3390/1/penydalamsrimaryani6.pdf [8 Agustus 2015]
Suyoso et al.,2015. Hepatic Encephalopathy In Liver Cirrhosis: Precipitating
Factors and Outcomes at Dr. Saiful Anwar Hospital Malang. Jurnal
Kedokteran Brawijaya.[Online], 28(4): 340-344 Diakses dari :
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=346577&val=4387&t
itle=Ensefalopati%20Hepatik%20pada%20Sirosis%20Hati:%20Faktor%2
0Presipitasi%20dan%20Luaran%20Perawatan%20di%20RSUD%20dr.%2
0Saiful%20Anwar%20Malang [diakses pada 26 Juni 2016].
Verbalis, J. G. et al.2007. Hyponatremia Treatment Guidelines 2007: Expert
Panel Recommendations. American Journal Medicine.120: 1-21.
WHO,2011. Age-standardized death rates of liver cirrhosis. Diakses dari:
http://www.who.int/gho/alcohol/harms_consequences/deaths_liver_cirrhosi
s/en/ [18 Juli 2015]
Widyastuti, E. U. 2002. Hubungan Antara Kadar Albumin dan Pada Penderita
Sirosis Hepatis Pertama Kali yang Terdiagnosis di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, Fakultas Kedokteran. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Wolf,D.C. 2014. Cirrhosis. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/185856-overview [18 Juli 2015]
Yano, Y. at all. Hepatitis B virus infection in Indonesia. World J Gastroenterol
2015; 21(38): 10714-10720 Available from: URL:
http://www.wjgnet.com/1007-9327/full/v21/i38/10714.htmDOI:
http://dx.doi.org/10.3748/wjg.v21.i38.10714
YD jurnalis, Y Sayoeti.2012. Jurnal Kesehatan Andalas : Sindroma Hepatorenal
Pada Anak. diakses dari:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/88 [8 agustus 2015]
67
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN ...
GHARIN ANINDITO
Download