Uploaded by User4355

UAS SOSIO-PSIKO KELOMPOK 8- ZAHRA, NIKO, BRIGITA

advertisement
UJIAN AKHIR SEMESTER
SOSIOLOGI DAN PSIKOLOGI SENI
TINJAUAN ASPEK SOSIOLOGI DAN PSIKOLOGI PADA KARYA
SENI YAYOI KUSAMA
AISYIA ZAHRA
2415152517
BRIGITA ROSARI O
2415154517
NIKO YOLANDA
2415150028
Pogram Studi Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
2018
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seni sebagai buah pemikiran seniman yang dituangkan terhadap karya, merupakan sesuatu
yang membebaskan seorang seniman dalam menyampaikan perasaan yang ada di dalam
dirinya. Karya tersebut tidak hanya menjadi pemenuh kebutuhan batiniah seniman, namun juga
dapat dinikmati oleh khalayak ramai dalam bentuk apresiasi seni. Apresiasi seni dapat
diwujudkan dengan pameran seni. Menurut Myers, B., pameran adalah sebagai salah satu
aktivitas yang melibatkan satu ruang, biasanya galeri atau dewan dan memamerkan hasil karya
seni seperti lukisan, catatan, cetakan, arca, ukiran, gambar foto dan karya yang siap (How to
Look at Art, 1985).
Salah satu pameran seni yang cukup besar yaitu adalah pameran Instalasi karya oleh Yayoi
Kusama. Pameran ini bertempat di Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in
Nusantara). Yayoi Kusama sendiri merupakan seorang seniman berkebangsaan Jepang yang
memiliki julukan “Princess of Polka Dots” karena karya-karyanya yang identik dengan
polkadot. Ciri khasnya yang memiliki gaya yang tak beraturan, ketiadaan titik fokus, dan kerap
mengabaikan struktur, menjadi ciri khas lukisan Yayoi menjadi objek yang saling berkaitan
dengan lingkungan sekitarnya (liputan6.com, 2018).
Pameran karya kontemporer Yayoi Kusama yang bertajuk Yayoi Kusama: Life is The Heart
of a Rainbow langsung menarik minat warga Indonesia untuk melihat langsung keindahan
karyanya yang tidak biasa. Tak disangka ide uniknya berasal dari masalah psikologinya yang
mengidap gangguan mental. Kejatuhan bom atom Amerika Serikat pada Perang Dunia II
menjadi tekanan serta penyakit Rijinsho yang membuat beliau penuh halusinasi. Berkesenian
merupakan terapi tersendiri bagi kondisi mentalnya.
Namun di Indonesia sendiri, banyak pengunjung yang salah kaprah dalam makna yang
diterapkan oleh Yayoi Kusama dalam karyanya. Salah satunya adalah menjadikan pameran
tersebut menjadi objek yang Instagram-able, dan seringkali tidak memahami makna dan aturan
dalam pameran seperti tidak boleh menyentuh karya dan memperlakukan karya dengan
sembarangan. Padahal, seperti fungsinya, karya seni tersebut selain sebagai penyampaian pesan
paling dalam dari sang seniman, juga dihadirkan untuk memunculkan apresiasi dari masyarakat
terhadap karya seni.
B. Rumusan Masalah
Dalam melakukan peninjauan, adapun masalah-masalah yang diajukan yaitu sebagai
berikut :
1. Apakah pengaruh pengalaman masa lalu terhadap makna dari karya-karya Yayoi
Kusama?
2. Bagaimanakah penyampaian karya Yayoi kepada media massa?
3. Bagaimanakah karya-karya Yayoi Kusama ditinjau dari aspek sosiologi?
4. Mengapa makna tersebut belum dapat tersampaikan pada pengunjung pameran di
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulilsan artikel jurnal ini adalah untuk meninjau karya Yayoi Kusama dan
pemahaman masyarakat terhadap apresiasi karya seni dari aspek sosiologi dan psikologi.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah menjadi bahan studi dan perbandingan bagi penulis serta
memberikan wawasan bagi pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sosiologi Seni
Sosiologi adalah hubungan antar manusia dalam satu wilayah khusus. Sosiologi seni
merupakan hubungan antar pelaku seni yaitu produsen (pembuat), produk (karya), dan
konsumen (pengguna/penikmat seni). Sosiologi seni membahas atau mengkaji orang-orang
dengan keterlibatan spesifik dalam aktifitas seni, dan masyarakat lain diluar aktifitas seni dalam
fenomena budaya yang kemudian mempengaruhi aktifitas seni. Hubungan pelaku seni
diantaranya adalah :
1. Pembuat/Produsen
Produsen adalah seniman sebagai pencipta seni. Dalam menciptakan karya mungkin
saja memiliki kaitan dengan latar belakang sosialnya, terkait golongan atau kelas
tertentu, terpengaruh pengetahuan dan pengalaman pribadi, atau pun masyarakat
tertentu.
2. Produk/Karya
Karya dipengaruhi adanya dari subjek atau pelaku tertentu yang mendominasi dalam
proses penciptaannya, seperti alat dan bahan, produsen material, termasuk juga analisa
kecenderungan pasar dan pengaruhnya karya-karya seni yang kemudian tercipta atau
hadir.
3. Pengguna/Konsumen
Konsumen ini meliputi kaitan-kaitan antar seluruh pelaku seni seperti: seniman,
pemerhati (kritikus, peneliti, pengajar), lembaga seni (galeri, sanggar, pendidikan seni,
perusahaan seni, maecenas), pekerja seni dan pelaku seni lainnya.
Sosiologi Seni terbagi menjadi :
1. Sosiologi Tentang Seni; yaitu menunjukkan seni kepada sosial
2. Sosiologi Melalui Seni; seni menjadi sarana dalam sosiologi.
3. Sosiolofi Di Dalam Seni; adanya unsur-unsur sosiologi di dalam karya.
Menurut Howard Becker, masalah-masalah sosiologi seni terdapat dalam dua hal, yaitu
integrated professional artist dan maverick artist.
1. Intergrated professional artist merupakan seniman yang berhasil. Artinya, aspek-aspek
sosial seniman (kurator, kolektor, penonton, galeri, penjual cat, dll) dapat terintegrasi
dengan baik.
2. Maverick artist merupakan seniman yang tidak berhasil, karya tidak banyak diterima
ke publik.
Sosiologi seni membahas produk seni melalui keberlangsungannya, pengaruh atau
kaitannya, dan aktifitas seni yang ada. Secara sederhana kajian sebuah benda seni secara
sosiologis. Sosiologi seni menjelaskan teori-teori mengenai proses kreatif seni dalam
masyarakat sekaligus dalam hubungannya struktur sosial, politik, ekonomi, hukum, agama,
sosial budaya.
Saat ini seni kontemporer merupakan bahasan utama sosiologi seni, termasuk di Indonesia.
Seni kontemporer sebagai sesuatu yang layak diajukan sebagai diskursus yang akhirnya
mempertimbangkan kepercayaan, perkiraan intelektual, pengalaman-pengalaman, kemampuan
visual, hingga bentuk-bentuk selera. Dengan adanya seni kontemporer, seni tidak lagi
mengenai sesuatu yang melulu berkaitan dengan keindahan. Dalam sebuah karya seni kita bisa
membicarakan perkembangan teknologi, pola hidup, kekuasaan, taraf pendidikan, hingga
dunia seni itu sendiri. Kaiatan seni dan budaya, dengan sendirinya menjadi kaitan seni dengan
hidup keseharian.
B. Psikologi Seni
Psikologi merupakan ilmu yang membahas tentang perilaku individual manusia. Psikologi
seni adalah ilmu perilaku individual antara seniman dan penikmat seni dalam menciptakan dan
menikmati karya seni. segala aktifitas seni adalah sumbangan dari sisi psikologis yang ada di
dalam jiwa seorang seniman.
Ruang lingkup psikologi seni diantaranya adalah :
1. Proses psikis seniman dalam berkarya
2. Proses psikis penikmat dalam menikmati karya.
Psikologi seni ala Gestalt ini telah digunakan secara luas untuk memahami dan
menggambarkan sebuah karya ilusi visual. Karya-karya seperti ini bisa menggambarkan
sebuah obyek yang berdekatan satu dengan lainnya dianggap sebagai sebuah kelompok.
Sebuah psikologi seni sama layaknya seperti persepsi, dalam hal ini termasuk juga ilusi sebab
ia juga merupakan proses penciptaan.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Yayoi Kusama sebagai Seniman Kontemporer
Yayoi Kusama ialah seorang seniman kontemporer asal Jepang, yang masih produktif
berkarya di masa tuanya. Menginjak usia 88 tahun, seniman kelahiran 29 Maret 1929 ini
dikenal dengan karya-karyanya yang sangat berpengaruh pada perkembangan seni di era ini.
Karya-karya ikoniknya yaitu, dots, pumpkins, dan infinity rooms. Melalui pernyataannya
sendiri, Kusama mulai melukis dari kecil, sekitar saat ia mulai mengalami halusinasi yang
sering melibatkan polka dot. Sudah sejak usia 10 tahun Yayoi kerap mengalami halusinasi.
Semakin dewasa, Yayoi semakin menyadari bahwa ia juga mengidap sejumlah gangguan
kesehatan lainnya seperti bipolar disorder, obsessive compulsive disorder, schizophrenia
hingga Basedow’s disease. Saat ini secara suka rela ia tinggal di rumah sakit jiwa di Tokyo,
yang juga telah menjadi rumahnya sejak tahun 1977 .
Bipolar disorder adalah suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana
hati mulai dari posisi terendah depresif/tertekan ke tertinggi/manik, Obsessive Complusive
Disorder adalah Pikiran berlebihan (obsesi) yang menyebabkan perilaku repetitif (kompulsi).
Schizophrenia adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir,
merasakan, dan berperilaku dengan baik dan Basedow's disease. Gangguan sistem kekebalan
tubuh dari kelenjar berbentuk kupu-kupu di tenggorokan (tiroid).
Salah satu karya pertamanya di kota New York adalah lukisan Infinity Net. Karya itu
mengeksplorasi batas-batas lukisan baik secara fisik maupun psikologis, dengan pengulangan
tanda yang tampaknya tak berujung yang menciptakan sensasi yang hampir menghipnotis bagi
pemandangnya. Lukisannya dari periode itu mengikuti pergerakan minimalis yang baru saja
muncul di kala itu, Pada tahun 1993, dia mewakili Jepang di Venesia Biennale dengan karya
Mirror Room (Pumpkin), instalasi di mana dia memenuhi ruangan cermin dengan pola cat titik
(spot) seperti polka dot yang menjadi signaturnya.
2. Karya Yayoi Kusama
Pengulangan yang obsesif terus menjadi tema dalam seni patung dan instalasi Kusama,
yang mulai dipamerkan pada awal 1960an. Tema kecemasan seksual banyak terkait seperti
pada karya Sex Obsession Food Obsession Macaroni Infinity Nets & Kusama.
Dalam karya ini, terlihat Yayoi Kusama berpose tanpa busana dan dipenuhi oleh polka
dot disekujur tubuhnya. Dia juga dikelilingi oleh pasta makaroni yang membentuk pola
pengulangannya yang menjadi ciri khas karyanya sampai sekarang. Dengan memasukkan
dirinya ke dalam potongan karya, secara harfiah Kusama meletakan dirinya sendiri di atas
sebuah benda yang mewakili manifestasi keengganan seksualnya, Kusama mencoba untuk
menumbangkan ketidaknyamanannya sendiri dan pada dasarnya; menaklukkan ketakutannya.
Presentasi berani atas dirinya sendiri dalam dialog fisik dengan ketakutannya, menempatkan
Kusama sebagai salah satu seniman pergerakan seni feminis yang berkembang saat itu.
Narcissus Garden adalah eksperimen performance art sukses pertama Kusama.
Meskipun tidak secara resmi diundang untuk mewakili Jepang pada Biennale Venesia ke 33
atau diberi izin untuk berpartisipasi, namun Kusama menempatkan 1.600 bola berwarna
stainless steel di halaman dekat Paviliun Italia. Permukaan bola tersebut mengasosiasikan
mitos Yunani: Narcissus yang terobsesi oleh wajahnya sendiri dalam refleksi kolam, hingga
menyebabkan dia tenggelam, pemandang seakan dipaksa untuk menghadapi kesia-siaan
mereka sendiri saat melihat bayangan terdistorsi mereka di permukaan bola. Seperti yang
dikatakan sejarawan seni Danielle Shang, karya tersebut telah ditafsirkan oleh banyak orang
baik sebagai promosi diri Kusama dan bentuk protesnya terhadap komersialisasi seni.
Pumpkin (1994), Karya Yayoi Kusama. Akrilik dan keramik. Labu adalah salah satu
formula pertama Kusama untuk karya patung. Dibuat khusus untuk Benesse Art Site di Pulau
Naoshima, Jepang, patung labu kuning raksasa itu dilukis dengan deretan titik-titik hitam
berirama yang melebar dari besar ke kecil di sekitar labu. Kusama juga menggambarkan motif
labu sebagai alter ego, menekankan bagaimana karya dan identitasnya terjalin secara intrinsik.
Ide mengangkat buah labu berasal dari masa kecilnya. Labu adalah buah yang tidak begitu
dihiraukan oleh orang-orang, tapi Kusama terpesona dengan bentuknya yang menawan.
Infinity Mirrored Room- The Souls of Millions of Light Years Away (2016), karya Yayoi
Kusama. Kusama memulai seri Infinity Mirror Room di tahun 1960an. Ruang yang tenang
merupakan refleksi kehidupan dan insting kematian. Dengan mendorong pengunjung untuk
merenungkan keberadaan mereka, karya Kusama menekankan keterkaitan yang kita miliki satu
sama lain dengan alam semesta.
3. Peran Konsumen
Pameran tunggal Yayoi Kusama yang bertajuk Yayoi Kusama: Life is The Heart of a
Rainbow diselenggarakan di Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in
Nusantara). Museum MACAN merupakan institusi pertama di Indonesia yang memberikan
akses publik terhadap koleksi seni modern dan kontemporer yang signifikan dan terus
berkembang dari Indonesia dan seluruh dunia. Museum ini adalah institusi edukatif yang
memberikan pendidikan seni kepada masyarakat, Museum MACAN adalah museum pertama
di Indonesia yang memiliki koleksi seni modern dan kontemporer Indonesia serta internasional.
Museum ini juga menampilkan sekitar 90 karya seni rupa modern Indonesia dan juga
kontemporer dari seluruh dunia. Ke-90 karya seni tersebut adalah sebagian dari 800 karya seni
yang telah dikumpulkan kolektor seni sekaligus pengusaha Indonesia, Haryanto Adikoesoemo,
sang penggagas museum MACAN sendiri. Seni kontemporer dan modern yang ditampilkan
museum MACAN tidak terbatas pada lukisan, tapi juga menampilkan gaya kontemporer
dengan berbagai medium, teknik dan seni instalasi.
Ramainya Museum MACAN untuk dikunjungi ternyata berhasil membuat pihak museum
kewalahan. Banyak pengunjung yang datang untuk sekedar menjadikan karya seni ini sebagai
lokasi berfoto untuk kepentingan feeds Instagram yang ciamik. Ada banyak pengunjung yang
"nakal" dan nekat memegang karya seni sehingga menimbulkan kerusakan ringan pada
beberapa karya. Padahal, menurut salah satu Museum Assistant bernama Amanda, aturan saat
berkunjung di Museum ini sudah jelas, yaitu dilarang menyentuh atau memindahkan karya,
dilarang membawa makanan atau minuman, dan memfoto dengan kamera profesional. Aturan
sederhana ini sangat wajar, mengingat karya dari pameran tersebut adalah pinjaman dan
beberapa konten dewasa yang terinstalasi.
BAB 4
PENUTUP
A. Analisis dan Kesimpulan
Karya seniman kontemporer asal Jepang Yayoi Kusama yang hadir di Indonesia dan
dipamerkan Museum MACAN menarik minat banyak warga Indonesia. Karya-karyanya yang
identik dengan polkadotm gaya yang tak beraturan, ketiadaan titik fokus, dan kerap
mengabaikan struktur, menjadi ciri khas lukisan Yayoi menjadi objek yang saling berkaitan
dengan lingkungan sekitarnya. Pameran yang bertajuk Yayoi Kusama: Life is The Heart of a
Rainbow menampilkan karya Kusama yang unik dan tak biasa. Karya uniknya itu merupakan
salah satu terapi tersendiri dari masalah psikologinya yang mengidap gangguan mental.
Jika ditinjau dari aspek sosiologi seni, pelaku seni yang berperan sebagai produsen
adalah Yayoi Kusama sendiri, sebagai seniman yang menciptakan karya-karya kontemporer.
Karyanya sebagai produk yang berbentuk lukisan maupun instalasi, memiliki ciri khas polka
dots atau bitnik-bintik mencurahkan pengalamannya yang memiliki penyakit kejiwaannya
yaitu halusinasi terhadap bentuk tersebut dan menuangkannya ke dalam karya sebagai bentuk
terapi. Karya-karya Kusama lain yang juga identik dengan bulatan-bulatan, juga mencermikan
protes sosial serta makna yang mendalam berdasarkan pengalaman masa lalunya.
Pengguna atau konsumen dalam karya-karya Yayoi Kusama meliputi penyelenggara
pameran di antaranya yaitu Museum MACAN, kolektor seni Haryanto Adikoesoemo, dan
penonton atau pengunjung. Pengunjung berasal dari berbagai kalangan yang tak jarang bukan
penikmat seni, sehingga hanya menjadikan karya Yayoi Kusama sebagai objek foto semata,
khususnya masyarakat Indonesia. Hal inilah yang menandakan bahwa masyarakat Indonesia
perlu diberikan lebih banyak edukasi tentang kesenian, sehingga tidak merusak karya dan
memenuhi kebutuhan Instagram feeds mereka.
Dengan adanya kesinambungan antara aspek sosial tersebut dengan karya, maka dapat
dikatakan bahwa karya Yayoi Kusama bisa mencakup sosiologi tentang seni, sosiologi melalui
seni, maupun sosiologi di dalam seni. Yayoi Kusama juga dapat dikatakan sebagai Intergrated
professional artist merupakan seniman yang berhasil karena kesuksesan pamerannya
menandakan bahwa aspek-aspek sosial beliau dapat terintegrasi dengan baik.
Ditinjau dari aspek psikologi, sudah jelas bahwa Kusama memiliki gangguan dalam
psikologinya yaitu halusinasi yang melibatkan polkadot, bipolar disorder, obsessive
compulsive disorder, schizophrenia hingga Basedow’s disease. Penyakitnya itu memunculkan
sesuatu dalam dirinya untuk menghasilkan karya. Salah satunya sebagai kecintaannya sejak
kecil hingga sebagai bentuk terapi dari penyakitnya. Pengalaman pribadinya yang memberinya
tekanan juga memunculkan pesan-pesan dalam karyanya yang berkonteks pada protes sosial.
Kemudian, beberapa penikmat seni dapat menikmati karya Yayoi Kusama karena
keindahan dan keunikannya. Persepsi yang ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia yang
terkadang hanya melihat dalam bentuk visual tanpa mengetahui makna di baliknya, memiliki
persepsi positif atas ketidak biasaan yang disuguhkan dalam karya instalasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Munroe, Alexandra. Edited by Bhupendra Karia. Yayoi Kusama a Retrospective, Obsession,
Fantasy and Outrage The Art of Yayoi Kusama. Diakses tanggal 16 januari 2018,
http://www.alexandramunroe.com/wp-content/uploads/2015/05/Kus…
Cole, Rachel 2006. Encyclopedia Britannica. Yayoi Kusama Biography. Diakses tanggal 16
januari 2018, https://www.britannica.com/biography
theartstory.org. Yayoi Kusama Most Important Works. Diakses tanggal 16 januari 2018,
http://www.theartstory.org/artist-ku
https://www.museummacan.org/?locale=id
https://spiceee.net/id/articles/46670
https://sultra.antaranews.com/nasional/berita/708342/jelajahi-dunia-yayoi-kusama-dimuseum-macan
http://anhar.dosen.isi-ska.ac.id/archives/category/artikel/sosiologi-seni
https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/3512991/yayoi-kusama-seniman-sakitjiwa-yang-mengguncang-dunia
https://jawa.be/psikologi-seni-belajar-proses-persepsi.html&hl=en-ID
http://www.hitekno.com/amp/kecewa-pengelola-resah-dengan-tingkah-pengunjung-museummacan
Download