201 UC KESENIAN SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI Hadipurnomo 1. Kesenian melayani kebutuhan-kebutuhan sosial. Karya seni adalah perwujudan nilai-nilai dari kebudayaan yang bersangkutan; Kesenian berfungsi untuk melestarikan dan memantapkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat; Kesenian dan karyanrya seni juga melayani fungsi-fungsi kejiwaan individual dari seniman, karena itu juga maka karya-karya seni dikomunikasikan pada anggotaanggota lainnya dalam masyarakat 2. Kalau kita melihat kesenian sebagai gejala sosial-budaya, maka kita melihat kesenian sebagai sarana komunikasi; seperti dikatakan oleh Paul Bohannan (Africa and Africans. Natural History Press, 1964, hal. 141) : "Semua kesenian dapat dikatakan mempunyai dua ciri, yaitu berisikan sebuah pesan melalui idiom komunikasi dan bersifat merangsang bangkitnya perasaan yang misterius - sebuah perasaan bahwa karya seni itu lebih daripada apa yang nampak"• 3. Dengan demikian, bila kesenian itu dilihat sebagai suatu masalah komunikasi, maka yang harus diperhatikan bukan hanya senimannya saja, tetapi juga manusia pengamat, yaitu: siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang dikomunikasikan, dalam keadaan bagaimana, karya seni yang bagaimana yang mampu membawa sesuatu pesan dari seseorang kepada orang lainnya. Secara lebih khusus, dengan cara bagaimana seni visual (dalam hal ini bentukbentuk grafis) dapat menyampaikan makna dari seseorang kepada yang lainnya. 4, Seni adalah unsur estetik dari setiap kegiatan manusia; mempunyai suatu kelebihan dalam hal kwalitasnya dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya karena memberikan kesenangan dan kepuasan. Karya-karya seni terwujud dalam berbagai ungkapan yang terkandung dan menjadi pendorong bagi setiap kegiatan, sehingga menciptakan saluran tambahan komunikasi yang ada dalam kegiatan-kegiatan sosial yang terjadi dan memperkuat fungsi dari kegiatan sosial tersebut. 5. Pemahaman dalam hampir setiap diskusi mengenai seni dan karya seni adalah suatu pemikiran bahwa bentuk mengikat fungsi – bahwa gaya (style) itu sendiri mernpunyai makna - dan bahwa seni itu sendiri tidak dapat memenuhi fungsinya hanya karena kegiatan-kegiatannya dan kepuasan estetika secara umum. Seperti dikatakan oleh Lorenz Eitner (Introduction to Art: An Illustrated Topical Manual, Burgess Publishing, 1961. Hal. 38): 6. "Pada waktu kita berbicara mengenai bentuk-bentuk yang ada dalam seni-visual, yang ada dalam pikiran kita adalah benda fisiknya (yaitu yang dapat dilihat dan diraba) dari tanda yang melalui tanda-tanda tersebut seniman mewujudkan pemikiran dan idenya dan mengekspresikan perasaan-perasaannya. Apakah sesungguhnya yang namanya bentuk-bentuk tersebut? 1 Tidak lain daripada garis-garis, titik-titik dan permukaan-permukaan yang mempunyai corak atau bentuk, massa dan volume yang padat dari ruang udara, teksture, kerlangan dan warna yang kita temui dalam arsitektur, dalam seni patung dan lukisan. Sama halnya dengan bahasa ucapan yang terdiri atas suara-suara yang kita interpretasikan sebagai kata-kata (yaitu makna), seni-visual terdiri atas bentuk-bentuk material yang dapat mempunyai makna yang pasti. Bentuk ini adalah vokabulari dari seni. Tanpa adanya bentuk-bentuk tersebut - yaitu tanda-tanda yang dapat dilihat maupun diraba - maka tidak akan ada komunikasi diantara sesama manusia". 7. Penataan dari bentuk-bentuk dalam ruang: layout; Pengulangan, Keseimbangan, dan Simetri; Garis-garis dan kesinambungannya; Warna; Perspektif; Komposisi: Pengorganisasian dari semua bentuk-bentuk; Karya seni yang bercorak keagamaan maupun yang bercorak sekular. SEMIOTIKA 8. Akhir-akhir ini, semiotik banyak mendapat perhatian sebagai suatu istilah umum yang mencakup ruang lingkup minat yang luas, yang telah berkembang dari urusanurusan kebahasaan. Salah satu minat itu berkenaan dengan sejauh mana suatu karya visual dalam arti yang luas dapat menyerupai bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan karya visual menggunakan simbolsimbol untuk berkomunikasi. Tetapi pertanyaan semiotik yang terpenting adalah memusatkan perhatiannya pada "sistem", yaitu : "Apakah karya visual yang dimaksud itu memperlihatkan sistem yang teratur yang dalam arti tertentu dapat dibandingkan dengan sintaksis (rangkaian tata bahasa) dan leksikon (glossary, kamus) bahasa ? " Atau dengan kata lain ; "Apakah konsep-konsep sintaksis dan leksikon bahasa dapat menolong dalam usaha memahami suatu karya visual ?" Pada saat ini perbedaan antara karya visual dan bahasa menjadi lebih penting daripada persamaannya. Perbedaannya adalah bahwa bahasa itu merupakan media komunikasi yang bersifat instrumental dan tepat, sedangkan karya visual berkomunikasi dalam cara yang lebih kabur dan tidak bersifat instrumental. Suatu karya visual bisa dianalogikan dengan novel atau drama. Walaupun begitu, novel dan drama adalah konstruksi bahasa percakapan sehari-hari, sedangkan bahanbahan baku visual tidak ada dalam bahasa yang digunakan sehari-hari. Kecuali bahasa simbol yang sudah diterima secara “universal (umum)” dan telah 2 disepakati oleh semua negara dan bangsa, seperti tanda-tanda gambar untuk lalulintas. Setiap bentuk, titik, garis, warna sudah dikenali dan dapat dibaca dengan berbagai bahasa kelompok masyarakat yang berkepentingan tanpa teks. Semua ini karena hasil kesepakatan oleh kelompok masyarakat luas tertentu tetapi tidak berarti juga berlaku bagi masyarakat yang bermukim jauh dari lalu-lintas perkotaan. Artinya, tidak semua orang mampu membaca visualisasi dari tandatanda gambar lalu-lintas. Demikian pula tidak semua orang mampu membaca dan menterjemahkan bahasa yang terkandung pada sebuah karya visual, entah itu berupa patung, lukisan atau karya kesenian lain. Kemampuan baca pesan-pesan non-verbal adalah seperti seorang intelligence yang harus mampu baca bahasa visual sekecil apapun. Orang yang tidak mempelajari dan terlatih dalam bidang ini tentu sulit membaca visual. Karena hanya orang yang memiliki kemampuan lebih serta punya sekian banyak referensi (acuan) dalam otaknya. Di museum sebagian besar pengunjung tidak bisa mambaca benda visual yang ada tanpa membaca keterangan teks (caption). Kemampuan melihat-membaca visual bukan tergantung pemberian Tuhan semata, melainkan dapat dipelajari dan dilatih. Benda visual adalah man-made dan itu merupakan hasil desain seseorang. Seniman kreatif mengenal berbagai bahasa a.l. Visi pencahayaan – bentuk – warna – texture – garis – pola – persamaan – kontras – gerak. HD. July 12-09 3