Tugas Makalah GREEN ARCHITECTURE “ECOLOGY” ARSITEKTUR EKOLOGI Pengertian Arsitektur ekologi merupakan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin (sumber: Wikipedia Indonesia). Ekologi biasanya dimengerti sebagai hal-hal yang saling mempengaruhi segala jenis makhluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia) dan lingkungannya (cahaya, suhu, curah hujan, kelembapan, topografi, dsb). Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Haeckel, seorang ahli biologi, pada pertengahan dasawarsa 1860-an. Ekologi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah, dan logos yang berarti ilmu, sehingga secara harafiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup (KRISTANTO, Ir.Philip. 2002. Ekologi Industri, Ed.I. ANDI; Yogyakarta.11). Pola perencanaan arsitektur ekologi suatu bangunan selalu memanfaatkan peredaran alam sebagai berikut : Menciptakan kawasan penghijauan diantara kawasan pembangunan sebagai paru-paru hijau Menggunakan bahan bangunan alamiah, dan intensitas energy yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin Bangunan sebaiknya diarahkan menurut orientasi timur-barat dengan bagian utara/selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan Kulit (dinding dan atap) sebuah bangunan sesuai dengan tugasnya, harus melindungi dirinya dari panas, angina dan hujan. Dinding bangunan harus memberi perlindungan terhadap panas, daya serap panas dan tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim ruang dalamnya. Menghindari kelembaban tanah naik kedalam konstruksi bangunan dan memajukan system konstruksi bangunan kering Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan Memperhatikan bentuk/ proporsi ruang berdasarkan aturan harmonikal Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah lingkungan dan membutuhkan energy sedikit mungkin Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat dimanfaatkan oleh semua penghuni (termasuk anak-anak, orang tua maupun orang cacat tubuh) Contoh Kasus Green School – Bali Green School Bali ini berada di Desa Sibang Kaja yang berlokasi 30 Km dari Kota Denpasar. Secara tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah ini melakukan inovasi dengan melepaskan fisik mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah yang banyak dipakai. Image yang biasa kita temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kita temukan pada bangunan sekolah unik yang satu ini. Green school ini memiliki material hanya ada bambu, alang-alang, rumput gajah, dan tanah liat di atasnya. Bisa dipastikan, semua material konstruksi nya merupakan material alam dengan nilai lokal dan dapat didaurulang. CONNECTED WITH NATURE, itulah konsep utama dalam perancangan arsitektur dari Green School Bali ini. Konsep utama yang ingin “lebih dekat”ke alam ini juga menjadi tolak utama pemilihan lokasi / lahan yang berada di dekat sungai Ayung, Bali. Adapun implementasi arsitektural yang ada demi mengusung ekologi dan green architecture pada Green School Bali ini adalah : Pembentukan ruang kelas tanpa dinding pembatas. Dengan cara ini, diharapkan secara sosial dan interaksi, para murid dan guru dapat lebih peka dan intim dalam menjalin hubungan edukasi dan sosial yang konduktif dan berkualitas baik. Banyaknya elemen distraksi / pengalih perhatian pada lingkungan kelas dan sekolah. Distraksi yang diperoleh dari keelokan alam dan detail arsitektural ini diharapkan menjadikan murid-murid terbiasa dengan distraksi tersebut dan mampu tetap berkonsentrasi dalam pembelajaran. Bangunan tidak diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC) melainkan dengan kincir angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini memungkinkan karena kondisi fisik lahan yang berkontur dan dekat dengan sungai dan hutan. Tenaga listrik berasal dari biogas yang memanfaatkan kotoran hewan untuk nyala kompor dan sebagainya. Tenaga listrik lainnya juga dengan menggunakan panel surya, sehingga tidak banyak boros dalam membutuhkan sumber energi elektrikal. Adanya tambak udang dan peternakan sapi, mendukung adanya sumber energy alami dan bahan bakar (biogas) yang bisa digunakan tanpa polusi terlalu besar. Secara umum, selain sebagai inovasi dalam ecology architecture, Green School Bali ini juga merupakan bangunan yang mengadopsi bentuk dan material kebudayaan lokal Bali sebagai inspirasi desain arsitekturalnya. Green school ini berdiri disebuah lahan yang masih mempertahankan kondisi lingkungannya tanpa merubah wajah lingkungan tersebut. Lokasi lahan memiliki pemandangan dan suasana alam yang sangat indah dimana terdapat sungai berbatu-batu dengan gemericik air bersih yang terus mengalir dan juga perbukitan yang berada disekitar site. Dengan adanya potensi dan kondisi tapak tersebut ditambah dengan kondisi tanah yang berkontur menjadi pertimbangan terhadap tatanan massa green school ini, selain itu dengan kekayaan material pada tapak dapat dimanfaatkan sebagai material bangunan yang dapat mengurangi penggunaan material-material dari luar tapak sehingga dapat menggurangi pengunaan energi bumi, seperti bahan bakar kendaraan. Karena kurangnya penggunaan material pabrikasi maka berpengaruh terhadap bentuk bangunan di Green school ini. Oleh karena itu, dari potensi tapak dan penggunaan material setempat berpengaruh pada karakteristik tatanan massa dan bentuk bangunan green school ini. Adapun konsep dasar yang tercermin dalam bangunan Green school ini yaitu : o Bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi dengan baik dengan memperhatikan kekhasan aktivitas manusia pemakaiannya serta potensi lingkungan sekitarnya dalam membentuk citra bangunan o Memanfaatkan sumber daya alam terbaru yang terdapat di sekitar kawasan perencanaan untuk sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas bangunan (sumber energi, penyediaan air). o Sistem bentuk bangunan yang mudah sehingga dapat dikerjakan dan dipelihara oleh tenaga kerja setempat. o Bangunan yang sehat, artinya yang tidak memberi dampak negatif bagi kesehatan manusia dalam proses, pengoperasian/purna huni, maupun saat pembongkaran. Didalamnya juga termasuk lokasi yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat dan suasana yang sehat.