pemetaan tanah dan persiapan survei tanah

advertisement
SURVEY TANAH DAN PETA
TANAH
Oleh : Dyla Midya Octavia
Survey Tanah
Survei tanah adalah usaha mempelajari
tanah dalam lingkungannya yang langsung
diselenggarakan di lapangan (on the
track of earth field land area).
Suatu kegiatan survey tanah
menghasilkan rangkaian data dan peta
tanah menyangkut peta tanah pada
lahan-lahan yang dipetakan pada suatu
areal tertentu di suatu wilayah
Tujuan Survey Tanah
Tujuan Survey Tanah :
a. Diperoleh pengetahuan berdasarkan data-data yang
diperoleh mengenai sifat-sifat tanah.
b. Tersedianya landasan bagi penerapan data dan
informasi atas tanah dan lahan bagi manfaat
penggunaannya.
Data, informasi dan pengalaman dalam survey tanah
bermanfaat menjadi dasar membangun daerah/ Negara.
Peta, data, informasi atas tanah berpotensi untuk
berperanan menjadi jembatan untuk menerapkan
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman pada tanah
yang sama (membuat satuan tanah homogen dan tataguna
tanah/lahan yang berasaskan kelestarian).Ada data
keragaman hayati dan kekayaan sumberdaya alam.
Tingkatan Survey Tanah (1)
1.
Survey detail
◦ Survey dilakukan dengan 1-2 pengamatan tiap hektar
tanah/lahan. Dilakukan survei sistem titik potong
dengan pengamatan setiap 100 m padajalur-jalur
berjarak 100 m. Perubahan ketelitian titik potong
harus < 100 m agar lebih detil.
◦ Dilakukan sendiri oleh surveyor atas dasar
perubahan keadaan setempat (perubahan sifat faktor
pembentukan tanah).
◦ Survei detil memungkinkan pengamatan dengan
mengikuti tiap perkembangan perubahan sifat-sifat
tanah, kemudian dalam jarak gabungan potongan
yang lebih luas dapat ditentukan batas-batas sama
proses pembentukan tanah
Tingkatan Survey Tanah (2)
2. Survei semi detil:
◦ Merupakan bentuk antara di antara survei detil dan
survei tinjau. Alasan: survei detil mahal, lama, makan
banyak tenaga dan dana. Oleh karena itu diperlukan
survei yang sedikit lebih kasar (kurang detil) namun
batas-batas homogen tanah masih dapat dipertanggungjawabkan untuk penggunaan lebih luas wilayahnya dengan
biaya survei yang tidak terlalu besar.
◦ Tetap menghasilkan data seri perubahan sifat-sifat tanah
dan pembentukan tanah.
◦ Dilakukan 1-2 pengamatan tiap 100 ha tanah/lahan.
Pengamatan sistem titik potongan (grid) satu pengamatan
tiap jarak 500 m pada jalur-jalur berjarak 1-2 km. Satuan
peta tanah asosiasi seri atau keluarga tanah (famili).
Tingkatan Survey Tanah (3)
3. Survei tinjau:
◦ Tujuannya untuk mendapatkan penilaian mengenai
sumberdaya tanah di suatu daerah yang selanjutnya digunakan
sebagai dasar perencanaan tataguna tanah daerah tersebut.
Jadi skalanya sudah daerah/wilayah misalnya dalam satu
kabupaten atau beberapa kecamatan.
◦ Dilakukan 1-10 pengamatan tiap 10.000 ha (2-3 kecamatan di
Jawa). Pengamatan tiap 500 m pada jalur-jalur berjarak 20 –
200 km. Pemetaan dilakukan dengan mengandalkan
pengetahuan mengenai hubungan perubahan sifat faktor-faktor
pembentuk tanah dengan perubahan sifat tanah. Pengamatan
tetap sistem titik potong luas, atau dipencar dalam wilayah
grid.
◦ Agar tidak terlalu kasar, maka survei tinjau di dalamnya dapat
dilakukan survei detil atau semi detil pada tempay-tempat
yang dipandang mewakili variasi di suatu wilayah survei. Hal itu
disebut survei tanah tinjau mendalam (detailed
reconnaissance). 1-3 pengamatan tiap 1000 ha.
Tingkatan Survey Tanah (4)
4. Survei eksplorasi:
◦ Dasarnya adalah interpretasi mengenai hubungan
perubahan sifat faktor-faktor pembentuk tanah
dengan perubahan sifat tanah.
◦ Dilakukan dengan 2 – 5 pengamatan tiap 100.000
ha (satu kabupaten). Satuan tanah yang diperoleh
sangat kasar yaitu asosiaso atau kompleks marga
tanah atau rumpun tanah.
◦ Penggunaan survei untuk mempersiapkan
perencanaan pembangunan wilayah setingkat
kabupaten di luar jawa atau perkebunan sangat
besar.
Peta tanah
Peta tanah adalah suatu peta dibuat untuk
menunjukkan penyebaran tipe-tipe tanah atau
satuan-satuan tanah yang menggambarkan
dengan jelas dalam hubungannya dengan sifatsifat fisik tanah/lahan dan social cultural (bisa
juga ekonomi) pada suatu permukaan bumi.
Jenis-jenis Peta tanah (1)
Terdapat beberapa jenis peta tanah yang berkaitan dengan tingkat
survey tanah, yakni :
1. Peta tanah detil (detailed soil map)
Peta ini berskala 1 : 1.000 sampai 3 : 25.000, dihasilkan dari 1 sampai
2 pengamatan tiap hektar, dengan seri tanah, asosiasi tanah, atau tipe
tanah sebagai satuan peta. Peta ini digunakan untuk perencanaan
irigasi dan perencanaan usahatani intensif.
2. Peta tanah semi detil (semi-detailed soil map)
Peta ini berskala 1 : 50.000 sampai 1 : 200.000, dihasilkan dari 1
sampai 5 pengamatan tiap 100 ha lahan, dengan asosiasi seri atau
keluarga tanah sebagai satuan peta. Peta ini digunakan untuk
perencanaan irigasi dan usahatani pada tingkat yang lebih kasar. Peta
ini juga dipergunakan untuk keperluan konservasi sumberdaya lahan,
perencanaan kota, dan pengembangan regional.
Jenis-jenis Peta tanah (2)
Terdapat beberapa jenis peta tanah yang berkaitan
dengan tingkat survey tanah, yakni :
3. Peta tanah tinjau (reconnaissance soil map
Peta ini berskala 1 : 200.000 sampai 1 : 500.000, dihasilkan dari 1 sampai 10
pengamatan tiap 10.000 ha lahan, dengan asosiasi atau kompleks kelompok atau
marga tanah sebagai satuan peta. Peta ini digunakan untuk penilaian sumberdaya
tanah dan perencanaan tataguna tanah pada tingkat regional atau propinsi. Peta
ini juga digunakan untuk pendekatan pertama pada orientasi dan aplikasi
penelitian pertanian
4. Peta tanah eksplorasi (exploratory soil map)
Peta ini berskala 1 : 500.000 sampai 1 : 2.500.000, dihasilkan dari 2 sampai 5
pengamatan tiap 100.000 ha lahan, dengan asosiasi atau kompleks marga atau
rumpun tanah sebagai satuan peta tanah. Batas-batas satuan peta tanah
didasarkan pada interpretasi hubungan penyebaran tanah dengan factor-faktor
lingkungan. Peta ini digunakan untuk menunjukkan penyebaran sumberdaya tanah
pada tingkat Negara, yaitu dalam perencanaan yang bersifat umum tataguna tanah
pada tingkat Negara. Peta ini juga digunakan untuk tujuan pendidikan dan studi
geografi.
Jenis-jenis Peta tanah (3)
Terdapat beberapa jenis peta tanah yang
berkaitan dengan tingkat survey tanah, yakni :
5. Peta tanah bagan (schematic soil map)
Peta ini berskala 1 : 500.000 atau lebih kecil. Peta ini tidak
dibuat berdasarkan pengamatan langsung di lapangan,
tetapi merupakan hasil kompilasi literature dan
pengetahuan mengenai hubungan penyebaran tanah
dengan factor-faktor pembentuk tanah. Peta ini digunakan
untuk menunjukkan penyebaran tanah pada skala dunia,
digunakan terutama untuk pendidikan dan studi geografi
Pengamatan Lapangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Keadaan Tanah dan Lahan
Geomorfologi dan Fisiografi
Geologi dan bahan induk
Iklim
Air
Vegetasi
Satwa dan Ternak
Penggunaan Lahan
Kerusakan tanah dan lahan
Sosio agro ekonomi
Pengamatan Lapangan (1)
1.
Keadaan tanah dan lahan
Jenis dan sebaran tanah yang dijumpai di daerah survei dapat
dipelajari dari berbagai jenis peta tanah yang sudah ada.
Informasi ini hanya sebagai pembanding yang kasar, karena peta
yang ada hanya bisa bersumber dari berbagai peta tanah yang
skalanya kecil (peta skala bagan, eksplorasi, tinjau).
 Keadaan tanah yang perlu diketahui yaitu faktor pembentuk
tanah, genesa tanah (pembentukan tanah), luas dan sebaran jenis
tanah, dengan semuanya lengkap informasi sifat fisika, kimia,
biologis, ditunjang dengan informasi keadaan lahannya.
 Data dan informasi tanah yang penting untuk diperoleh yaitu:
kesuburan tanah (minipit dan profil), tekstural, struktural,
nitrogen dan bahan organik, sifat fisik tanah (BJP, BJI), sifat
biologis tanah (biota tanah dan keenergian tanah).

Pengamatan Lapangan (2)
2. Geomorfologi dan fisiografi
◦ Bentuk lahan perlu diidentifikasi, karena bentuk lahan adalah hasil
dari proses-proses geomorfologi yang bekerja terhadap batuan dan
bahan induk yang dipenagruhi iklim selama waktu tertentu. Bentuk
lahan merupakan bagian penting dari profil tanah. Alasannya adalah,
bentuk lahan dicirikan oleh adanya asosiasi profil-profil tanah pada
bentuk-bentuk lahan tertentu.
3. Geologi dan bahan induk
◦ Berdasarkan studi pustaka, pengamatan lapang, dan analisis
laboratorium maka dapat ditentukan kondisi geologis dan batuan
induk suatu lahan wilayah yang sedang kita amati atau deskripsikan.
◦ Data-data geologis dan batuan induk dapat digunakan untuk
pembuatan peta geologi dan bahan induk yang akhirnya sangat
bermanfaat untuk penentuan peta jenis tanah suatu wilayah yang
kita survei.
◦ Mineral dan batuan dapat diidentifikasi di lapangan berdasarkan
sifat-sifat fisiknya (warna, kilap, streak, bentuk, belahan, pecahan, dsb).
Sedangkan hasil analisis laboratorium diperoleh data susunan
mineral primer dan mineral sekunder.
Pengamatan Lapangan (3)
4. Iklim
◦ Data iklim dikumpulkan dari stasiun-stasiun di wilayah survei dan
sekitarnya, prinsipnya stasiun iklim terdekat. Data yang perlu
dikumpulkan meliputi: curah hujan, jumlah hari hujan, kelembaban
udara, kelembaban nisbi udara, intensitas penyunaran, kecepatan dan
arah angin, dll.
◦ Data iklim dikumpulkan minimal dari 10 tahun pengukuran terbaru.
Data-data tersebut akan berguna untuk mengetahui besarnya curah
hujan bulanan, satu musim, tahunan, mengetahui penyimpangan
unsur-unsir iklim,. Disamping itu dapat diketahui pula tipe hujan, tipe
iklim, pendungaan besarnya evapotranspirasi, neraca air, kebutuhan
air irigasi, dsb.
◦ Peta iklim yang ada diperlukan atau perlu dibuat guna penentuan
zonasi atau pewilayahan daerah iklim sesuai komoditas (adaptasi)
atau pelaksanaan budidaya menurut musim bulan rata-rata curah
hujan, sehingga dapat dilaksanakannya suatu kebijakan modifikasi
atau substitusi melalui teknologi.
Pengamatan Lapangan (4)
5. Air
◦ Perlu diketahui data dan gambaran hidrologi (tata air) dari
berbagai sumber air yang terdapat di wilayah survei (sungai,
danau, rawa, dan air tanah).
◦ Standart mutu air dapat digolongkan untuk keperluan irigasi
tanaman, kebutuhan air manusia, kebutuhan air ternak.
◦ Yang perlu dilaksanakan:
 inventarisasi jumlah dan sebaran sumber-sumber air,
 pengukuran profil (lebar dan kedalaman) sungai pada tempat tertentu
yang dianggap sangat perlu,
 pengukuran kecepatan aliran sungai,
 untuk wilayah pasang surut perlu pengamatan gerakan pasang surut sungai
pada tesmpat tertentu (muara, tengah, hulu sungai),
 pengukuran kualitas air untuk manusia, ternak, tanaman (pH, salinitas,
BOD, TDS, kandungan sulfat, klor, logam berat, senyawa organik
pencemaar, dsb),
 penentuan jarak masuk intrusi air laut di daratan, dan
 mengambil sampel air guna pengamatan dan pengukuran di laboratorium.
Pengamatan Lapangan (5)
6. Vegetasi
◦ Kondisi vegetasi dan tanaman (crop) suatu wilayah survei dapat
ditemukan/didapatkan melalui buku laporan kepertanian, perkebunan,
kehutanan dari kedinasan/kelembagaan lokal atau perpustakaan atau
kelembagaan tingkat nasional.
◦ Namun demikian, keterangan tentang vegetasi/ tanaman dapat diperoleh
melalui peta tata guna lahan, peta tutupan lahan, peta kehutanan dan
perkebunan, pet a rupa bumi, peta landsat, peta foto udara, dsb.
7. Satwa dan ternak
◦ Evaluasi lahan juga sangat bermanfaat untuk pengembangan pewilayahan
konservasi satwa liar dan pengembangan ternak baik tingkat lokal maupun
tingkat nasional bahkan tingkat dunia.
◦ Diperlukan data kekayaan keragaman satwa dan ternak guna penyusunan
RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah), peta perburuan, peta turisme,
dan peta sentra peternakan.
◦ Data keanekaragaman hayati satwa, ternak, perikanan, dan dipadu dengan
tanaman/vegetasi sangat menunjang pengembangan wilayah pertanian.
Pengamatan Lapangan (6)
8. Penggunaan lahan
◦ Data penggunaan lahan tingkat lokal dan nasional diperlukan untuk
penataan lahan.
◦ Data dan peta tata guna lahan dapat diperoleh di kantor BPN (Badan
Pertanahan Nasional), Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah),
Badan Statistik, Dinas-dinas terkait, semuanya baik tingkat kabupaten,
propinsi, dan pusat.
◦ Saat ini web tingkat kabupaten, propinsi, dan nasional, bahkan internasional
dituntut penyediaan peta dan data tata guna lahan.
9. Kerusakan tanah dan lahan
◦ Sejak diber-lakukannya UU No. 150 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah/
Lahan, maka telah ada dipetakannya sebaran kerusakan termasuk
intensitasnya di seluruh propinsi di NKRI ini. Stake-holder baik
Kementerian, Litbang Nasional, Pemprov dan Pemkab dengan Dinas-dinas
terkaitnya telah banyak menghasilkan peta dan data kerusakan tanah, lahan,
dan hidrologi (DAS dan Sub DAS).
◦ Selanjutnya data informasi dan peta tersebut akan sangat bermanfaat untuk
pengendalian kerusakan tanah, lahan, dan hidrologi, selain itu untuk
penataan lahan kembali.
Pengamatan Lapangan (7)
10. Sosio agro ekonomi
◦ Survei data primer maupun sekunder sosio agro ekonomi
dimaksudkan untuk mengetahui potensi dan keadaan daerah/wilayah
survei atas kondisi sosial, budaya, ekonomi suatu lokasi tersebut.
◦ Pentingnya data sosio agro ekonomi terutama adalah untuk
menunjang data fisik lingkungan. Hal ini erat hubungannya dengan
perencanaan penggunaan tanah dan lahan suatu wilayah survei.
◦ Data yang perlu dikumpulkan adalah:








jenis dan sebaran tata guna lahan dan vegetasi,
vegetasi dan hasil interpretasi udara,
jenis dan produksi hasil pertanian dan perkebunan,
transportasi dan pemasaran hasil-hasil tersebut di atas,
status kepemilikan lahan,
kependudukan,
keadaan perekonomian,
pelayanan sosial, dsb.
Download