7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN TEORITIS 2.1.1 Definisi Akuntansi Menurut AAA (American Accounting Association) dalam Soemarso (2004:3) mendefinisikan akuntansi sebagai “Proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”. Menurut Suwardjono (2003:6), memberikan definisi akuntansi, akuntansi adalah seperangkat pengetahuan dan fungsi yang berkepentingan dengan masalah pengandaan, pengabsahan, pencatatan , pengklasifikasian, pemrosesan, peringkasan, penganalisisan, penginterprestasian, dan penyajian secara sistematik informasi yang dapat dipercaya dan berdaya guna transaksi dan kejadiaan yang bersifat keuangan yang perlukan dalam pemperoleh dan pengoperasian suatu unit usaha dan yang diperlukan untuk penyusunan laporan yang harus disampaikan untuk memenuhi pertanggung jawaban pengurusan keuangan dan lainnya. Menurut Martani (2012:4) menyatakan akuntansi sebagai suatu sistem dengan input data informasi dan output berupa informasi akuntansi dan laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna internal maupun eksternal entitas. Menurut Stice, dkk (2009:9), Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang berkuantitatif, terutama informasi keuangan tentang entitas-entitas ekonomi, yang dimaksudkan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan dalam pembuatan pilihan-pilihan yang beralasan diantara berbagai alternatif tindakan yang tersedia. Definisi diatas beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan adalah: 1. Akuntansi menyediakan jasa yang sangat penting bagi lingkungan usaha saat ini. 2. Akuntansi terutama menekankan pada informasi keuangan kuantitatif yang digunakan bersama dengan evaluasi kualitatif dalam pengambilan keputusan. 3. Informasi akuntansi digunakan dalam mengambil keputusan tentang bagaimana mengalokasikan sumber daya yang terbatas. 8 4. Meskipun para akuntansi lebih menekankan pada pelaporan kejadian yang telah terjadi, informasi masa lalu ini dimasudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi tentang masa depan Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), dalam mendifinisikan, Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih alternative-alternatif dari suatu keadaan. (Zaki Baridwan, 2008:1) Menurut Romeny (2014:11) mendefinisikan akuntansi sebagai “ Akuntansi adalah proses identifikasi pengumpulan dan penyimpanan data serta proses pengembangan, pengukuran, dan komunikasi. American institute of certified publik accounting (AICPA) dalam Sofyan Syafri Harahap (2005:4) mendefinisikan akuntansi dengan pengertian sebagai berikut: “Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan pengiktisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya”. Abdul Halim (2002:6) memberikan definisi akuntansi yang diterjemahkan, Akuntansi adalah suatu aktifitas jasa. Fungsinya adalah penyediaan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang satuansatuan ekonomi yang dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomis dalam menetapkan pilihanpilihan yang logis diantara berbagai tindakan alternatif. Menurut Langenderfer dalam Mardiasmo (2002 : 160) mendefinisikan akuntansi dengan pengertian sebagai berikut : “Akuntansi merupakan suatu sistem pengukuran dan sistem komunikasi untuk memberikan informasi ekonomi dan sosial atas suatu entitas yang dapat didefinisikan sehingga memungkinkan pemakai untuk membuat pertimbangan dan keputusan mengenai alokasi sumber daya yang optimal dan tingkat pencapaian tujuan organisasi”. 2.1.1.1 Tujuan Akuntansi Menurut Soemarso dalam buku akuntansi suatu pengantar (2017:3-4) menyatakan bahwa “ Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi (economic 9 information) dari suatu kesatuan ekonomi (economic entity) kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut A Statement Of Basic Accounting Theory (ASOBAT) oleh Sofyan Syafri Harahap dalam buku Teori Akuntansi (2013:122) merumuskan 4 Tujuan akuntansi, sebagai berikut: 1. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk menetapkan tujuan. 2. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif Sumber Daya Manusia dan factor produksi lainnya. 3. Memelihara dan melaporkan pengumuman terhadap kekayaan. 4. Membantu fungsi dan pengawasan social. Tujuan akuntansi secara kualitatif meliputi beberapa hal berikut ini: a. Memberikan informasi yang relevan. b. Menyampaikan informasi yang telah diuji kebenaran dan validitasnya. c. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. d. Menyampaikan laporan keuangan untuk kepentingan semua pihak yang terkait dengan aktivitas perusahaan. e. Memberikan informasi transaksi yang real time, atau sesegera mungkin. f. Informasi yang disampaikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) dan dapat dibandingkan. g. Penyampaian laporan keuangan harus lengkap dan memenuhi standar pengungkapan laporan keuangan. Menurut Soemarso (2009:3-4) menyatakan, Tujuan akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi (economic information) dari suatu kesatuan ekonomi (economic entity) kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis, dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan akuntansi meliputi: 1. Pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk suatu pengambilan keputusan. 10 2. Pemrosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporan informasi yang dihasilkan. 3. Pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan. 2.1.1.2 Prinsip-prinsip Akuntansi Prinsip-prinsip Akuntansi menurut Zaki Baridwan (2008:10-12) meliputi: 1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle) Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang, modal, dan biaya. Yang dimaksud dengan harga perolehan harga pertukaran yang disetujui oleh kedua belah pihak yang tersangkut dalam transaksi. Harga perolehan ini harus terjadi dalam transaksi diantara dua belah pihak yng bebas (arm’s length transaction). Harga pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh transaksi dengan pihak ekstern, baik yang menyangkut aktiva, utang, modal atau transaksi lainnya. 2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle) Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivakennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak yang bebas. Istilah pendapatan dalam prinsip ini merupakan istilah yang luas, di mana didalam pendapatan termasuk juga pendapatan bunga, sewa, laba penjualan aktiva dan lain-lain. Batasan umum yang biasanya digunakan adalah semua perubahan dalam jumlah bersih aktiva selain yang berasal dari pemilik perusahaan. 3. Prinsip Mempetemukan (Matching Principle) Yang dimaksud dengan prinsip mempertemukan adalah mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya pendapatan bersih setiap periode. Karena biaya ini harus dipertemukan dengan pendapatan maka pembebanan biaya sangat tergantung pada saat pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan suatu pendapatan ditunda, maka pembebanan biayanya juga akan ditunda sampai saat diakuinya pendapatan. 4. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle) 11 Pimpinan perusahaan bertanggung jawab terhadap laporan keuangan yang disusunnya. Tujuan penyusunan laporan keuangan ini adalah untuk menunjukkan keadaan keuangan dan hasil kegiatan perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Agar tujuan tersebut dapat dicapai, haruslah dipilih metodemetode dan prosedur-prosedur akuntansi yang paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan. Selain dari itu laporan keuangan suatu perusahaan seringkali dibandingkan dengan laporan tahun sebelumnya, dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai. Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka metode dan prosedur-prosedu yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun, sehingga bila terdapat perbedaan antara suatu pos dalam dua periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan selisih akibat penggunaan metode yang berbeda. 5. Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclousure Principle) Yang dimaksud dengan prinsip pengungkapan lengkap (full disclousure) adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan. Karena informasi yang disajikan itu merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi dalam satu periode dan juga saldo-saldo dari rekening-rekening tertentu, tidaklah mungkin untuk memasukkan semua informasi-informasi yang ada ke dalam laporan keuangan. Prinsip akuntansi menurut La midjan dan ahar susanto (2001:90) bahwa dalam akuntansi terdapat peinsip-prinsip sebagaia berikut ini: 1. Menganalisis struktur organisasi. 2. Menganalisis semua transaksi pada perusahaan secara harian maupun secara bulanan. 3. Kumpulan catatan sebagai akuntansi. 4. Menganalisis kegiatan internal vek (uji cob) struktur kegiatan perusahaan. 5. Menganalisis sebagai laporan akuntansi keuangan untuk pihak ekternal yang harus disiapkan dari catatan transaksi. Menurut waluyo (2016:41-42) menyatakan, prinsip-prinsip dasar akuntansi komersial telah banyak dikemukakan para ahli, tetapi umumnya mengacu pada standar akuntansi keuangan, yaitu dasar akural (accrual basis) dan kelangsungan usaha (going 12 concern). APB Statement No. 4 menyatakan terdapat Sembilan prinsip dasar akuntansi. 1. Cost Principle Prinsip biaya (cost principle) atau biaya (historical cost), yaitu dasar penilaian untuk mencatat perolehan barang, jasa harga pokok, biaya, maupun ekuitas, sehingga yang paling pokok adalah penilaian yang didasarkan harga pertukaran pada tanggal perolehan. 2. Revenue Principle Prinsip pendapatan (revenue principle) ini lebih menjelaskan tentang sifat dan komponen, pengukuran, maupun pengakuan pendapatan sebagai salah satu komponen penyusunan laporan laba rugi. 3. Matching Principle Prinsip dasar pemadanan atau penandingan (matching) menjelaskan masalah pengaturan pembebanan biaya pada periode yang sama dengan periode pengakuan hasil, sehingga hasil akan diakui pada periode menurut prinsip dasar pengakuan hasil, sedangkan biayanya dibebankan sesuai periode tersebut. 4. Objectivity Principle Masalah objektivitas (objectivity) mempunyai penafsiran yang berbeda. Sebagai contoh objektivitas sebagai realitas yang disampingkan pihak ketiga yang independen (misalnya laporan rekening Koran dari bank), objektivitas dianggap sebagai hasil konsensus kelompok yang mengukur ataupun objektivitas diukur dengan penentuan batas atau limit tertentu. 5. Consistency Principle Pada prinsip konsistensi ini, prosedur dan prinsip akuntansi yang sama harus diterapkan dalam periode yang bersangkutan, sehingga peristiwa ekonomis yang sejenis akan dicatat dan dilaporkan secara konsisten. Oleh karena itu laporan keuangan akan diperbandingkan. 6. Disclosure Principle Prinsip pengungkapan penuh (full disclousure) mengharapkan laporan keuangan dibentuk dan disajikan dari peristiwa ekonomi yang memengaruhi perusahaan dalam suatu periode. Laporan keuangan diharapkan cukup informatif sehingga para pengguna laporan keuangan dapat memperoleh 13 manfaat dari informasi keuangan tersebut. Penyajian laporan keuangan tersebut haruslah lengkap (full), jujur (fair), dan memadai (adequate, mencakup informasi minimal yang memang harus disajikan). 7. Conservatism Principle Prinsip ini merupakan prinsip pengecualian. Prinsip konservatisme (conservatism principle) umumnya digunakan untuk hal yang sifatnya tidak menentu atau ditengah kondisi ketidak pastian. Tetapi dengan semakin banyaknya pihak yang mengutamakan penyajian jujur (fair) dan dapat diandalkan (reliable), prinsip kinservatisme semakin berkurang penekanannya. 8. Materiality Principle Seperti prinsip konservatisme, prinsip materialitas juga termasuk dalam pengecualian. Accountants International Study Group memberikan pengertian materialitas sebagai “Persoalan pertimbangan profesional penting. Pos-pos tertentu harus dianggap material bila pengetahuan tertentu dianggap secara wajar menimbulkan pengaruh bagi pengguna laporan keuangan.” Menurut APB Statement No. 4, prinsip materialitas mengandung arti bahwa laporan keuangan harus menyangkut informasi yang dianggap penting (material) dalam memengaruhi penilaian. 9. Uniformity and Comparability Principle Prinsip ini menekankan pada keseragaman dan dapat diperbandingkan, yang merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan prinsip akuntansi. 2.1.1.3 Fungsi Akuntansi Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) menyatakan, akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi dalam memiliki alternatif-alternatif dari suatu keadaan. Menurut Zaki Bardiwan (2008:4) menyatakan, Fungsi Akuntansi adalah menyajikan data kuantitatif yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan, perlu dijaga agar data yang disajikan mempunyai kualitas tertentu. Fungsi akuntansi menurut Mulyadi (2001:20) menyatakan, fungsi akuntansi sebagai berikut ini: 14 1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru. 2. Untuk meningkatkan informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketetapan penyajian, maupun struktur informasinya. 3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan internal yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggung jawaban dan pelindungan kekayaan perusahaan. 4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi. Fungsi akuntansi menurut prinsip akuntansi Indonesia (PAI) adalah untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2.1.1.4 Pengertian Siklus Akuntansi Soemarso (2009:110) menjelaskan bahwa Siklus akuntansi (accounting cycle) adalah tahap-tahap kegiatan dalam proses pencatatan dan pelporan akuntansi, mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan dibuatnya laporan keuangan. Menurut Indra Bastian (2007:76) menyatakan, bahwa siklus akuntansi adalah suatu sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya dan pelaporan keuangan. Menurut Abdul Halim (2007:43) menyatakan, Siklus akuntansi adalah suatu tahapan yang ada dalam suatu sistem akuntansi. Siklus akuntansi merupakan proses akuntansi yang dimulai dengan menganalisis dan mencatat transaksi-transaksi ke dalam jurnal, dilanjutkan dengan posting ayat jurnal ke akun buku besar, meringkas saldo-saldo buku besar ke dalam neraca saldo, menganalisis data yang perlu disesuaikan, menyiapkan laporan keuangan, membuat jurnal penutup, dan diakhiri dengan posting ayat jurnal penutup (Carl, 2015). Menurut Dina fitrina (2014:28) pengertian siklus akuntansi adalah gambaran tahapan kegiatan akuntansi yang meliputi pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran dan pelaporan yang dimulai saat terjadi sebuah transaksi dalam sebuah perusahaan. Sedangkan menurut Rahman Pura (2013:18) menyatakan, siklus akuntansi merupakan serangkaian kegiatan akuntansi yang dilakukan secara sistematika dimulai dari pencatatan akuntansi sampai dengan penutupan pembukuan. 15 2.1.1.5 Tahap-tahap Siklus Akuntansi Menurut Soemarso (2009:90), Tahap-tahap Akuntansi sebagai berikut: 1. Tahap Pencatatan meliputi: a. Pembuatan atau menerima bukti transaksi. b. Pencatatan dalam jurnal (buku harian). c. Pemindah bukuan (posting) ke buku besar. 2. Tahap Pengikhtisaran a. Pembuatan neraca saldo (trial balance). b. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyusunan (adjustment). c. Penyusunan laporan keuangan. d. Pembuatan jurnal penutup (closing entries). e. Pembuatan neraca saldo penutup (post closing trial balance). f. Pembuatan jurnal balik (reversing enteries). Menurut Hery (2014: 66-67) tahap-tahap dalam siklus akuntansi dapat diurutkan sebagai berikut ini: a. Mula-mula dokumen pendukung transaksi dianalisis dan informasi yang terkandung dalam dokumen tersebut dicatat dalam jurnal. b. Lalu data akuntansi yang ada dalam jurnal diposting ke buku besar. c. Seluruh saldo akhir yang terdapat pada masing-masing buku besar akun “didaftar” (dipindakan) ke neraca saldo untuk membuktikan kecocokan antara keseluruhan nilai akun yang bersaldo normal debet dengan keseluruhan nilai akun yang bersaldo normal kredit. d. Menganalisis data penyesuaian dan membuat ayat jurnal penyesuaian. e. Memposting data jurnal penyesuaian ke masing-masing buku besar akun yang terkait. f. Dengan menggunakan pilihan (optional) bantuan neraca lajur sebagai kertas kerja (work sheet), neraca saldo setelah penyesuaian (adjusted trial balance) dan laporan keuangan disiapkan. g. Membuat ayat jurnal penutup (closing entries). h. Memposting data jurnal penutup ke masing-masing buku besar akun yang terkait. i. Menyiapkan neraca saldo setelah penutup (post closing trial balance). j. Membuat ayat jurnal pembalik (reversing entries). 16 Menurut Ani Rahmaniar dan Soegijianto (2016:21), siklus akuntansi disetiap perusahaan memiliki beberapa tahapan, yaitu: 1. Tahap Pencatatan Tahap ini dimulai dengan menyiapkan bukti transaksi, pencatatan transaksi dalam jurnal sampai dengan pencatatan ke dalam buku besar (posting). 2. Tahap Pengikhtisaran Tahap ini dimulai dengan pembuatan neraca saldo, lalu ayat jurnal penyesuaian dengan atau tanpa neraca lajur disusun sebagai laporan keuangan. 2.1.1.6 Bagan Siklus Akuntansi Soemarso (2004:90) menggambarkan siklus akuntansi sebagai berikut: Gambar 2.1 Siklus Akuntansi Sumber: Soemarso (2004:90) Proses tersebut berjalan terus-menerus dan berulang kembali sehingga merupakan suatu arus berputar (siklus). Tahap-tahap kegiatan mulai dari terjadinya 17 transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan sehingga siap untuk pencatatan transaksi periode berikutnya disebut siklus akuntansi (accounting cycle). 2.1.1.7 Macam-macam Siklus Akuntansi Menurut Marshall dan Paul (2015:7-9) macam-macam siklus akuntansi antara lain adalah: 1. Siklus Pendapatan (revenue cycle) adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan informasi terkait yang terus-menerus dengan menyediakan barang dan jasa kepada pelanggan dan menerima kas sebagai pembayaran atas penjualan tersebut. Dimana barang dan jasa dijual untuk mendapatkan uang tunai atau janji untuk menerima uang tunai dimasa depan. 2. Siklus Pengeluaran (expenditure cycle) adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan informasi terkait yang terus-menerus berhubungan dengan pembelian serta pembayaran barang dan jasa. Dimana perusahaan membeli persediaan untuk dijual kembali atau bahan baku untuk digunakan dalam memproduksi barang sebagai pertukaran uang tunai atau janji untuk membayar uang tunai di masa depan. 3. Siklus Produksi (production cycle) adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasipemrosesan informasi terkait yang terus-menerus berhubungan dengan pembuatan produksi. 4. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)/Penggajian (human resources management (HRM)/payroll cycle adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pengolahan data terkait yang terus-menerus berhubungan dengan mengelola kemampuan pegawai secara efektif. Dimana karyawan dipekerjakan, dilatih, dibeli kompensasi, dievaluasi, dipromosikan, dan diberhentikan. Tugas-tugas yang lebih penting meliputi sebagai berikut: 1. Merekrut dan mempekerjakan para pegawai baru. 2. Pelatihan. 3. Penugasan pekerjaan. 4. Kompensasi (penggajian). 5. Evaluasi kinerja. 6. Mengeluarkan pegawai karena penghentian yang sukarela maupun tidak. 5. Siklus Pembiayaan (financing cycle) 18 Dimana perusahaan menjual sahamnya kepada investor dan meminjam uang, kemudian investor akan dibayar dengan deviden dan bunga yang akan dibayar atas pinjaman tersebut. Menurut Tata Subrata (2004:65) macam-macam siklus akuntansi dikelompokan menjadi 4 siklus aktivitas bisnis yang umum, yaitu: a. Siklus pendapatan adalah kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pendistribusian barang dan jasa kepada pihak lain dan penagihan pembayaran yang berkaitan. b. Siklus pengeluaran adalah kejadian-kejadian yang berkaitan dengan perolehan barang dan jasa dari pihak lain dan penetapan kewajiban yang berkaitan. c. Siklus produksi adalah kejadian-kejadian yang berkaitan dengan transformasi sumber daya menjadi barang dan jasa. d. Siklus keuangan adalah kejadian-kejadian yang berkaitan dengan perolehan dan manajemen dana modal, termasuk kas. 2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Zaki Baridwan (2008:17), Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Menurut Belkaoui (2002:10), laporan keuangan merupakan suatu ikhtisar keuangan yang menyediakan informasi yang mendasari kepuusan ekonomi. Maksudnya adalah adanya hubungan langsung suatu relevansi informasi akuntansi dan alokasi sumber daya secara efisien. Sedangkan menurut Munawir (2002:5) menyatakan laporan keuangan sebagai berikut ini: “ Laporan Keuangan adalah dua faktor yang disusun akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar ini adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan). Menurut Sutrisno (2008:9), ”Laporan Keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang meliputi dari dua laporan utama yaitu: 19 1. Neraca 2. Laporan laba rugi Menurut Baridwan (2004:17) menyatakan, laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan sesuai PSAK No. 1 (Revisi 2009) paragraph 9 adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.(Waluyo, 2016:9) Menurut Mamduh M.Hanif dan Abdul Halim, dalam buku analisis laporan keuangan (2002:63) menyatakan, laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberikan informasi mengenai perusahaan dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan resiko dari perusahaan. Menurut Faid dan Siswanto (2011:2), yang dimaksud dengan lapaoran keuangan adalah informasi yang diharapkan yang mampu memberikan bantuan kepada pengguna untuk memberi keputusan ekonomi yang bersifat financial. Sedangkan menurut Soemarso (2009:34), laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan dari hasil perusahaan. Menurut Munawar (2004:2), mengemukakan laporan keuangan sebagai berikut “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktifitas dari perusahaan tersebut. 2.1.2.1 Tujuan Laporan Keuangan Di dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Nomor 1 dinyatakan bahwa pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang : (Zaki Baridwan, 2008:2-3) a. Berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan yang potensial dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya. Informasi yang dihasilkan itu harus memadai bagi mereka yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kegiatan dan usaha 20 perusahaan dan peristiwa-peristiwa ekonomi, serta bermaksud untuk menelaah informasi-informasi itu secara sungguh-sungguh. b. Dapat membantu investor dan kreditur yang ada dan yang potensial dan pemakai lainnya untuk menaksir jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan uang di masa yang akan dating yang berasal dari deviden atau bunga dan dari penerimaan uang yang berasal dari penjualan, pelunasan, atau jatuh temponya surat-surat berharga atau pinjaman-pinjaman. Oleh karena rencana penerimaan dan pengeluaran uang seorang kreditur atau investor itu berkaitan dengan cash flow dari perusahaan, pelaporan keuangan harus menyajikan informasi untuk membantu investor, kreditur dan pihak-pihak lainnya untuk memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari aliran kas masuk (sesudah dikurangi kas keluar) dimasa dating perusahaan tersebut. c. Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas sumber-sumber tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumbersumber ke perusahaan lain dan kepemilik perusahaan), dan pengaruh dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber-sumber tersebut. Menurut Harahap (2001:133) menjelaskan tujuan laporan keuangan dengan membagi menjadi dua yaitu: 1. Tujuan Umum Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima. 2. Tujuan Khusus Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajibab, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan, serta informasi lainnya yang relevan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan menurut Fahmi (2011:28) menyatakan, tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan keuangan yang ditunjukan kepada pihak-pihak lain yang 21 berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di samping pihak manajemen perusahaan. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2009) paragraf 9, tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.(Waluyo, 2016:9) 2.1.2.2 Karakteristik Laporan Keuangan Menurut IAI (2002:7-12) dalam buku Zaki Bardiwan (2008: 5-7), Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu: 1. Dapat Dipahami Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah dan segera dapat dipahami oleh pemakainya. Pemakaian informasi diasumsikan mempunyai pengetahuan yang memadai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2. Relevan Informasi mempunyai kualitas relevan bila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemaikai, yaitu dengan cara dapat berguna untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Relevansi informasi bermanfaat dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory), yang keduanya berkaitan satu sama lain. 3. Keandalan Agar bermanfataan, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaianya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajukan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat Dibandingkan Pemakaian harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antara periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja 22 keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara reletif. Oleh karenanya, pengukuran dan penyajian, transaksi yang sama harus dilakukan secara konsisten. 2.1.2.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan Sedangkan laporan keuangan menurut Harahap (2008:52) merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, hutang dan modal pada taggal tertentu. 2. Perhitungan rugi laba yang menggunakan jumlah hasil, biaya, laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut berserta labanya. 3. Laporan dan sumber pengguna dana. Disini dimuat sumber dana dan pengeluarkan perusahaan selama satu periode dan bisa diartikan kas bisa juga diartikan model kerja. 4. Laporan arus kas. Laporan ini merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi dan kegiatan pembiayaan. 5. Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Ani Rahmaniar dan Soegijanto (2016:108-109) jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari: a. Laporan laba rugi (income statement) Laporan laba rugi adalah jenis keuangan yang dibuat setiap akhir periode akuntansi dan berisi mengenai semua pendapatan (revenues) dan semua beban (expenses) yang terjadi selama periode akuntansi. b. Pendapatan Pendapatan adalah merupakan aliran kas masuk dari hasil penjulan barang atau jasa kepada konsumen. 23 c. Biaya Biaya merupakan aliran kekayaan yang dikeluarkan atau kekayaan yang melekat pada produk atau jasa yang diserahkan oleh perusahaan kepada konsumen dalam rangka memperoleh pendapatan pada transaksi penjualan. d. Laba Laba adalah selisih bersih antara pendapatan dan biaya. Laba akan terjadi apabila pendapatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada umumnya laba laba merupakan tujuan didirikannya suatu perusahaan. e. Rugi Rugi merupakan kebalikan dari laba, rugi timbul apabila dalam suatu periode pendapatan yang diperoleh perusahaan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. 2.1.3 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Singleton (2007:28), mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut ini : 1. Keandalan pelaporan keuangan. 2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Efektifitas dan efisiensi anggaran. Menurut Mulyadi (2008:216) dalam bukunya Auditing, mendefinisikan pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Ardiyos (2010) dalam Kamus Besar Akuntansi, pengendalian internal adalah suatu sistem yang direncanakan guna membantu pimpinan perusahaan dalam pengendalian kelancaran operasional perusahaan dengan mencegah kemungkinan terjadinya penyelewengan, mengurangi tingkat kesalahan dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Menurut Hery (2009), pengendalian internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi aktiva atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalah gunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan 24 yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum atau undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan. Rahayu dan Suhayati (2009:221), menyatakan pengendalian internal adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinkan memadai guna mencapai tujuan-tujuhan sebagai berikut: 1. Keandalan pelaporan keuangan 2. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan 4. Efektifitas dan efisien operasi Menurut Krismiaji (2015:9), pengendalian internal adalah sebuah rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi, dan untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen. Menurut Hery (2016) menyatakan, pengendalian Internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalagunaan, menjamin tersediaanya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hokum/undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan. Menurut Marshall dan Paul (2016:226) menyatakan, pengendalian internal adalah sebuah proses karena ia menyebar ke seluruh aktivitas pengoperasian perusahaan dan merupakan bagian integral dari aktivitas manajemen. 2.1.3.1 Tujuan Pengendalian Internal Pengendalian internal mempunyai tujuan untuk mendapatkan data tepat dan dapat dipercaya, melindungi harta atau aktiva perusahaan, dan meningkatkan efektivitas dari seluruh anggota perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Secara lengkap Arens dan Loebbecke (2003:272) mengemukakan tujuan pengendalian intern sebagai berikut: 25 “ Management typically has the following three concern, or board objectives, in designing on control system: a. Reliability of financial reporting b. Effeciency and effectiveness of operations c. Compliance with applicable laws and regulations.” Tujuan pengendalian internal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Keandalan Laporan Keuangan Agar dapat menyelenggarakan operasi usahanya, manajemen memerlukan informasi yang akurat. Oleh karena itu, dengan adanya pengendalian internal diharapkan dapat menyediakan data yang dapat dipercaya, sebab dengan adanya data atau catatan yang handal memungkinkan akan tersusunnya laporan keuangan yang dapat diandalkan. b. Efektivitas dan Efesiensi Operasi Pengendalian internal dimaksudkan untuk menghindari pengulangan kerjasama yang tidak perlu dan pemborosan dalam seluruh aspek usaha serta mencegah penggunaan sumber daya yang tidak efisien. c. Kepatuhan terhadap Hukum dan Kepatuhan Pengendalian internal dimaksudkan untuk memastikan bahwa segala peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan dapat ditaati oleh karyawan perusahaan. Menurut Hery (2008:159), menyatakan bahwa tujuan dari pengendalian internal adalah: 1. Penetapan tanggung jawab 2. Pemisahan tugas 3. Dokumentasi 4. Pengendalian fisik, mekanik dan elektronik 5. Pengecekan independen atau verifikasi internal Pengendalian internal disusun berdasarkan tujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Manajemen merancang sistem pengendalian internal yang efektif dengan empat tujuan pokok berikut ini: (Mulyadi, 2001) a. Menjaga harta kekayaan perusahaan 26 Bila sistem pengendalian intern berjalan dengan baik maka akan dapat mengantisipasi terjadinya kecurangan, pemborosan, ketidakefisienan, dan penyalahgunaan terhadap aktiva perusahaan. b. Mengecek keakuratan data akuntansi Keandalan data/informasi akuntansi digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayanya data akuntansi. c. Mendorong efisiensi Kebijakan perusahaan mampu memberikan manfaat tertentu dengan memantau setiap pengorbanan yang telah dikeluarkan guna mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Untuk mencapai tujuan perusahaan maka kebijakan, prosedur, sistem pengendalian intern yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa kebijakan, prosedur yang ditetapkan perusahaan akan dipatuhi oleh seluruh karyawan. Menurut Singleton (2007:32), menyatakan bahwa tujuan utama dari pengendalian internal adalah untuk: 1. Menjaga aktivitas perusahaan 2. Memastikan akurasi dan dapat diandalkan catatan dan informasi akuntansi 3. Mempromosikan efesiensi operasi perusahaan 4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapakanoleh manajemen. Sedangkan merurut Hery (2016) dengan adanya atau penerapan sistem pengendalian internal secara ketat makan diharapkan bahwa seluruh kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik menuju tercapainya maksimalisasi profit. Bahkan tidak hanya dari segi operasional saja yang akan berjalan dengan tertib dan baik sesuai prosedur, akan tetapi dari segi finansial perusahan juga dapat lebih termonitor dengan baik. Pada dasarnya, faktor efesiensi dan efektifitas unit/perusahaan merupakan dua hal yang juga merupakan sasaran dari diterapkannya pengendalian internal, karena kalau pengendalian internal tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka kemungkinan besar (hamper dapat dipastikan) akan timbul yang 27 namanya inefisiensi (pemborosan sumber daya), yang pada akhirnya tentu saja hal ini hanya akan membebani tingkat profitabilitas (keuntungan) perusahaan. Seperti yang telah disampaikan dalam paragaf diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengendalian internal tidak lain adalah untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa: 1. Ases yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana mestinya dan hanya digunakan untuk perusahaan semata, bukan untuk kepentingan individu (perorangan) oknum karyawan tertentu. Dengan demikian, pengendalian internal diterapkan agar supaya seluruh aset perusahaan dapat terlindung dengan baik dari tindakan penyelewengan, pencurian, dan penyalahgunaan yang tidak sesuai dengan wewenangnya dan kepentingan perusahaan. 2. Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat diandalkan. Ini dilakukan dengan cara memperkecil resiko baik atas salah saji laporan keuangan yang disengaja (kecurangan) maupun yang tidak disengaja (kelalaian). 3. Karyawan telah mentaati hukum dan peraturan. Menurut Marshall dan Paul (2016:226) menyatakan, tujuan pengendalian internal diantara lain: a. Mengamankan aset mencegah atau mendeteksi perolehan, penggunaan, atau penempatan yang tidak sah. b. Mengelola catatan dengan detail yang baik untuk melaporkan aset perusahaan secara akurat dan wajar. c. Memberikan informasi yang akurat dan reliabel. d. Menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kreteria yang ditetapkan. e. Mendorong atau memperbaiki efesiensi operasional. f. Mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditentukan. g. Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku. 2.1.3.2 Komponen Pengendalian Internal Menurut Ardana, dkk (2016:76) menyatakan komponen pengendalian internal untuk memahami pengertian pengendalian internal yang lebih komprehensif, COSO (dalam 28 concidine, et al, 2010) mengambarkan hubungan antara berbagai komponen pengendalian berupa kontak bujur sangkar sebagaimana terlihat pada dimensi, yaitu: Dimensi kesatu, tujuan dari pengendalian internal yaitu: a. Pelaporan keuangan (financial reporting). b. Operasi (operations). c. Ketaatan (compliance). Dimensi kedua, komponen-komponen pengendalian internal kontrol terdiri dari lima komponen yaitu: 1. Lingkungan pengendalian (control environment). 2. Penaksiran resiko (risk asseement). 3. Aktivitas pengendalian (control activities). 4. Informasi dan komunikasi (information and communication). 5. Pemantauan (monitoring). Dimensi ketiga dari pengendalian internal dilihat dari komponen entitas (entity) yang terdiri dari: 1. Entitas berdasarkan fungsi, atau aktivita. 2. Entitas berdasarkan unit-unit dalam suatu organisasi. Menurut Bodnar dan Hopwood (2006:219) menyatakan bahwa sistem pengendalian internal mempunyai lima komponen yang tidak jauh beda dengan uraian di atas, yaitu: 1. Lingkungan Pengendalian. 2. Proses penentuan Resiko. 3. Sistem informasi perusahaan dan proses bisnis terkaitan yang relevan terhadap pelaporan keuangan dan komunikasi. 4. Prosedur pengendalian. 5. Pemantauan pengendalian. Menurut Diana dan Setiawati (2011: 83-92) Lima komponen dalam model pengendalian COSO adalah: 1. Lingkungan Pengendalian. Lingkungan pengendalian suatu perusahaan mencakup seluruh sikap manajemen dan karyawan mengenai pentinggnya pengendalian. Manajemen harus menekankan pentingnya pengendalian dan mendorong dipatuhinya kebijakan pengendalian akan menciptakan lingkungan 29 pengendalian yang efektif. Lingkungan pengendalian yang lemah kemungkinan besar diikuti dengan kelemahan dalam komponen pengendalian internal yang lain. 2. Aktivitas Pengendalian. Aktivitas pengendalian yang terkait dengan pelaporan keuangan antara lain meliputi: a. Desain Dokumen yang Baik dan Bernomor Urut Cetak Desain dokumen yang baik adalah desain dokummen yang sederhana sehingga meminimalkan kemungkinan kesalahan mengisi. Dokumen juga harus memuat tempat untuk tanda tangan bagi mereka yang berwenang untuk mengotorisasi transaksi. Dokumen juga perlu bernomor urut tercetak sebagai wujud pertanggungjawaban penggunaan dokumen. b. Pemisahan Tugas Terdapat tiga pekerjaan yang harus dipisahkan agar karyawan tidak memiliiki peluang memalsukan diantaranya catatan fungsi untuk mencuri akuntansi. penyimpanan harta Ketiga harta perusahaan pekerjaan contoh dan tersebut pemegang persediaan yang berwenang utuk mengisi buku cek, fungsi pencatat dan fungsi otorisasi transaksi bisnis. c. Otorisasi yang Memadai atas setiap Transaksi Bisnis Otorisasi adalah pemberian wewenang dari manajer kepada bawahanya untuk melakukan aktivitas atau untuk mengambil keputusan tertentu. d. Mengamankan Harta dan Catatan Perusahaan Harta perusahaan meliputi kas, persediaan, peralatan dan bahkan data dan informasi perusahaan. Bentuk pengamanan tersebut seperti menciptakan pengawasan yang memadai. e. Menciptakan adanya Pengecekan Independen atas Pekerjaan Karyawan lain. Pengecekan independen ini meliput membandingkan catatan dengan aktual fisik. 3. Penaksiran Risiko 30 Organisasi harus menyadari dan waspada terhadap berbagai resiko yang dihadapinya. Organisasi harus pula menetapkan mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola resiko-resiko terkait. 4. Informasi dan Komunikasi Informasi harus diidentifikasi, diproses dan dikomunikasikan ke personil yang tepat sehingga setiap orang dalam perusahaan dapat melaksanakan tanggung jawab mereka dengan baik. 5. Pengawasan Kinerja Kegiatan dalam pegawasan kinerja diantaraya, supervisi yang efektif, akuntansi pertanggungjawaban dan pengauditan internal. Menurut (Mulyadi, 2002) unsur-usur pengendalian terdiri dari lima unsur berikut : 1. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengndalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian internal, yang membentuk disiplin dan struktur. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian internal suatu entitas antara lain: a. Nilai integritas dan etika Nilai integritas dan etika bisnis dikomunikasikan oleh manajer melalui personal behavior dan operational behavior. Melalui personal behavior manajer mengkomunikasikan nilai integritas dan etika melalui tindakan individual mereka, sehingga nilai-nilai tersebut dapat di amati oleh karyawan entitas. Melalui opersional behavior, manajer mendisain sistem yang digunakan untuk memnbentuk perilaku yang di inginkan, yang berdasarkan nilai integritas dan etika. b. Komitmen terhadap kompetensi Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dari paduan antara kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi. c. Dewan komisaris dan komite audit 31 Hal-hal yang harus di komunikasikan kepada dewan komisaris atau komite audit meliputi : 1. Kebijakan akuntansi yang di pilih manajemen 2. Proses yang digunaka manajemen dalam melakukan estimasi 3. Akibat adjustment yang di lakukan oleh auditor 4. Ketidak sepakatan antara auditor dan manajemen tentang penerapan prinsip akuntansi 5. Kesulitan yang ditemukan oleh auditor dalam pelaksanaan audit. d. Filosofi dan gaya operasi manajemen Filosofi adalah seperangkat keyakian dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawan, filosofi merupakan apa yang seharusnya di kerjakan dan apa yang seharusnya tidak di kerjakan oleh perusahaan. Sedangkan gaya operasi merupakan cerminan dari ide manajer tetang bagaimana operasi suatu entitas harus dilaksanakan e. Struktur organisasi Struktur organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktifitas entitas. Pengembangan struktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. f. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab. Dengan pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang di milikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggung jawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia Karyawan merupakan unsur penting dalam setiap pengendalian internal. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat di kurangi sampai batas minimum dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggung jawaban keuangan yang di andalkan. 2. Penaksiran risiko 32 Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di indonesia. Sedangkan penaksiran risiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah penaksiran risiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan desain serta implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi risiko tersebut pada tingkat minimum, dengan memperhitungkan biaya dan manfaat. 1. Informasi dan komunikasi Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, menarik, mengelola, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi suatu entitas, serta menyelenggarakan pertanggung jawaban kekayaan dan utang entitas tersebut. Sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah: a. Sah b. Telah diotorisasi c. Telah dicatat d. Telah dinilai secara wajar e. Telah digolongkan secara wajar f. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya. g. Telah di masukkan kedalam buku pembantu dan telah di ringkas dengan benar. Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktifitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi. 2. Aktivitas pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen di laksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dan pencapaian tujuan entitas. 33 Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas lapora keuangan dapat di golongkan dalam berbagai kelompok. Salah satu cara penggolongan adalah sebagai berikut: 1. Pengendalian pengelolaan informasi 2. Pemisahan fungsi yang memadai 3. Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan 4. Review atas kinerja 5. Pemantauan Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pngendalia internal sepanjang waktu. Pemantauan dilakukan oleh personel yang seharusnya melakukan pekerjaan tersebut, baik tahap desain maupun pengoperasian pengendalian, pada waktu yang tepat, untuk menentukan apakah pengendalian internal beroperasi sebgaimana yang diharapkan, dan untuk menentukan apakah pengendalian internal tersebut telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan. Mulyadi (2008:164), menyatakan ada empat unsur pokok yang harus dipenuhi untuk menciptakan pengendalian yang baik, yaitu: a. Struktur Organisasi yang memisahkan tanggung jawab fugsional secara tegas b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. 2.1.3.3 Lingkungan Pengendalian Internal Lingkungan pengendalian (control environment) adalah hal yang mendasar dalam komponen pengendalian intern. Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. (Mulyadi, 2008:183), Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang membentuk disiplin dan struktur dalam organisasi. 34 Menurut Mulyadi (2008:183), faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain, yaitu : a. Nilai integritas dan etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Dewan komisaris dan komite audit d. Filosofi dan gaya operasi manajemen e. Struktur organisasi f. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggungjawab g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. Menurut Marshall dan Paul (2016:231-232), lingkungan pengendalian (internal environment), atau budaya perusahaan, memengaruhi cara organisasi menetapkan strategi dan tujuannya: membuat struktur aktivitas bisnis, dan mengidentifikasi, menilai, serta merespons risiko. Ini adalah fondasi dari seluruh komponen ERM lainnya. Lingkungan internal yang lemah atau tidak efisien sering kali menghasilkankerusakan didalam manajemen dan pengendalian resiko. Hal tersebut secara esensial merupakan hal yang sama dengan lingkungan pengendalian pada kerangka IC. Sebuah pengendalian internal mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Filosofi manajemen, gaya pengoperasian, dan selera resiko. b. Komitmen terhadap integritas, nilai-nilai etis, dan kompetensi. c. Pengawasan pengendalian internal oleh dewan direksi. d. Struktur organisasi. e. Metode penetapan wewenang dan tanggung jawab. f. Standar-standar sumber daya manusia yang menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten. g. Pengaruh eksternal. Menurut Elder, Beasley dan Arens (2011:322), Lingkungan pengendalian memiliki beberapa elemen penting diantaranya: 1. Integritas dan nilai–nilai etika. 2. Komitmen terhadap kompetensi. 3. Partisipasi dewan direksi dan komisaris atau komite audit. 4. Filosofi manajemen dan gaya operasi. 5. Struktur organisasi. 35 6. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. 2.1.3.4 Penaksiran Resiko (risk assessment) Menurut Hall Singleton (2007:29) dalam Nurmailiza (2010), Perusahaan harus melakukan penilaian resiko (risk assessment) untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola berbagai resiko yang berkaitan dengan laporan keuangan. Menurut Mulyadi (2008:188), penaksiran risiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan dan desain serta implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi risiko tersebut pada tingkat minimum dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat. Penaksiran risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti : a. Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal. b. Perubahan standar akuntansi. c. Hukum dan peraturan baru. d. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi. e. Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat didalam fungsi tersebut. Penilaian risiko merupakan proses identifikasi dan analisis risiko–risiko yang berdampak terhadap pencapaian tujuan organisasi serta menentukan tindakan yang tepat untuk mengahadapi resiko–resiko tersebut (Kurniawan, 2012:112). 2.1.3.5 Kegiatan Pengendalian Menurut Mulyadi (2008:189), Aktivitas pengendalian (control activities) adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Menurut Mulyadi (2008:189-195), aktivitas pengendalian dapat dikategorikan dalam berbagai aktivitas diantaranya : a. Otorisasi transaksi 36 b. Pemisahan tugas c. Catatan akuntansi d. Pengendalian akses e. Verifikasi independen Sedangkan menurut Marshall dan Paul (2016:241-242) menyatakan, pengendalian internal (control activities) adalah kebijakan, prosedur, dan aturan yang memberikan jaminan memadai bahwa tujuan pengendalian telah dicapai dan direspon resiko dilakukan. Prosedur pengendalian dilakukan dalam katagori-katagori berikut: 2. Otorisasi transaksi dan aktivitas yang layak. 3. Pemisahan tugas. 4. Pengembangan proyek dan pengendalian akuisis (perolehan). 5. Mengubah pengendalian manajemen. 6. Mendesain dan menggunakan dokumen secara catatan. 7. Pengamanan aset, catatan dan data. 8. Pengecekan kinerja yang independen. 2.1.3.6 Monitoring (pemantauan) Pemantauan (monitoring) adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian pada waktu yang tepat, untuk menentukan apakah pengendalian intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan, dan untuk menentukan apakah pengendalian intern tersebut telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan. (Mulyadi, 2008:195) Pengawasan atau monitoring merupakan komponen pengendalian internal yang kelima, melibatkan proses yang berkelanjutan untuk menaksir kualitas pengendalian internal dari waktu ke waktu serta untuk mengambil tindakan koreksi yang diperlukan (Bodnar dan Hopwood, 2006:145). 2.1.3.7 Keterbatasan Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2002:181) pengendalian internal setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan yaitu sebagai berikut: a. Kesalahan dalam pertimbangan. 37 Manajemen dan personel lain dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu atau tekanan lain. b. Gangguan. Ganguan dapat terjadi karena personel keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan. c. Kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian internal yang dibangun untuk melindungi entitas dan tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian internal yang telah dirancang. d. Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijaka atau prosedur yang telah di tetapka untuk tujuan yang tidak sah. e. Biaya lawan manfaat. Biaya yang di perlukan untuk mengoperasikan pengendalia internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal tersebut, karena biasanya tidak dilakukan pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat oleh karena itu manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian internal. Berdasarkan uraian diatas, bahwa keefektifan pengendalian internal tergantung dari orang-orang yang melaksanakannya dan juga perlu dipertahankan manfaat yang dihasilkan. Menurut Hery (2016:170) menyatakan, sistem pengendalian internal perusahaan pada umumnya dirancang untuk memberikan jaminan untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa aset perusahaan telah diamankan secara tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat diandalkan. Pada dasarnya konsep jaminan yang memadai ini sangat terkait langsung dengan sebuah asumsi yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membentuk/menerapkan prosedur pengendalian seharusnya juga sampai melebihi manfaat yang diperkirakan akan timbul/dihasilkan dari pelaksanaan prosedur pengendalian tersebut. Faktor manusia adalah faktor yang sangat penting sekali dalam setiap pelaksanaan sistem pengendalian internal. Sebuah sistem pengendalian yang baik akan 38 dapat menjadi tidak efektif oleh karena adanya karyawan yang kelelahan, ceroboh atau bersikap acuh tak acuh. Demikian juga halnya dengan kolusi, dimana kolusi ini akan dapat secara signifikan mengurangi keefektifan sebuah sistem dan mengeliminasi poteksi yang ditawarkan dari pemisahan tugas. 2.1.4 Pengertian Persediaan Menurut Stice dkk (2009:571), menyatakan persediaan adalah istilah yang diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan atau aktiva yang dimasukkan secara langsung atau tidak langsung ke dalam barang yang akan diproduksi dan kemudian dijual. Persediaan Menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam Ikantan Akuntansi Indonesia, (2002:141-143) didefinisikan sebagai berikut: a. Dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. b. Dalam proses produksi untuk dijual. c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dagang maksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal, termasuk barang yang dalam pengerjaan / proses produksi menunggu masa penggunaannya pada proses produksi (Prasetyo, 2006:65). Menurut Rudianto (2008:236), Persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan baku, bahan dalam proses yang dimiliki perusahaan dagang dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut”. Kesimpulannya adalah bahwa persediaan merupakan suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu dari sumber daya yang ada dalam suatu proses yang bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala kemungkinan yang terjadi lebih baik karena adanya permintaan maupun ada masalah lain. Pontoh (2013:312), menyatakan dalam pengukurannya sebuah persediaan harus diukur berdasarkan biaya maupun nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. Dimana, biaya perolehan sebuah persediaan (biaya persediaan), akan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Persediaan adalah barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali dan diukur berdasarkan biaya maupun nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. 39 Wibowo dan Abubakar (2003:166) persediaan pada perusahaan dagang adalah barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Persediaan pada perusahaan manufaktur terbagi atas barang jadi (Fineshed goods) barang dalam proses (goods in proces) dan bahan baku (Raw material). Jusup (2001:99) Persediaan barang dagang adalah elemen yang sangat penting dalam penentuan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang eceran walaupun perusahaan dagang partai besar. Berdasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, definisi dari persediaan adalah proses pencatatan, pengidentivikasian buktibukti transaksi masuk dan keluar barang yang dimiliki oleh perusahaan. Zaki Bardiwan (2004:4), persediaan barang dagang adalah untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual. Sedangkan menurut Rangkuti (2004:2) persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. 2.1.4.1 Fungsi Persediaan Persediaan yang dimiliki perusahaan bertujuan untuk menjaga kelancaran usaha. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan pembeli. Sedangkan bagi perusahaan industri, persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi, sedangkan persediaan barang jadi ditujukan untuk memenuhi kebutuan pasar. Menurut Siagian (2006) fungsi persediaan terbagi atas empat jenis yaitu: Fungsi Pemisah Wilayah, Fungsi Decoupling, Fungsi Penyeimbang dengan Permintaan, dan Fugsi Penyangga. Persediaan meliputi beberapa fungsi penting bagi perusahaan, yaitu (Rangkuti, 2004:15) : 1. Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi 2. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi 3. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah yang banyak ada diskon 40 4. Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga 5. Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidak tepatan pengiriman 6. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses. Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang langsung maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian, persiapan dan penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan baku atau barang yang diperoleh untuk dijual kembali, biaya termasuk harga pembelian, pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang terjadi sampai barang siap untuk dijual. 2.1.4.2 Jenis-Jenis Persediaan Santoso ( 2010:240), menyatakan bahwa pengelompokkan persediaan juga didasarkan pada jenis persediaannya yaitu: a. Bagi perusahaan dagang (merchandise enterprise) dimana persediaan merupakan barang yang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan. b. Sedangkan pada perusahaan industri dimana persediaan bahan baku memerlukan proses lebih lanjut agar siap dijual dalam bentuk barang jadi (finished goods), maka persediaan dikelompokkan sebagai berikut: 1. Bahan baku (raw materials) yaitu bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam proses produksi. 2. Barang dalam proses (work in process/goods in process) yaitu bahan baku yang sedang diproses dimana nilainya merupakan akumulasi biaya overhead (factory overhead cost). 3. Barang jadi (finished goods) yaitu barang jadi yang berasal dari barang yang telah selesai diproses dan telah siap untuk dijual sesuai dengan tujuannya. 4. Bahan pembantu (factory/manufacturing supplies) yaitu bahan pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi namun tidak secara langsung dapat dilihat secara fisik pada produksi yang dihasilkan. Indrajit dan Djokopranoto (2007:8) mengklasifikasikan persediaan sebagai berikut: 41 1. Persediaan barang dagang 2. Persediaan manufaktur 3. Persediaan rupa-rupa Menurut Stice, dkk (2009:572), menyatakan persediaan dalam manufaktur dikatagorikan menjadi tiga katagori yaitu: 1. Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi. 2. Persediaan barang dalam proses adalah barang yang terdiri dari bahan-bahan yang telah diproses namun masih membutuhkan pengerjaan lebih lanjut sebelum dijual. Persediaan ini terdiri dari tiga komponen biaya yaitu: a. Bahan baku langsung, yaitu bahan baku yang secara langsung dapat diidentifikasi dalam barang yang diproduksi. b. Tenaga kerja langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang secara langsung dapat diidentifikasi dengan barang yang diproduksi. c. Oberhead pabrik, yaitu bagian dari overhead pabrik yang dibebankan atas barang yang diproduksi. 3. Persediaan barang jadi adalah barang yang sudah selesai diproduksi selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. 2.1.4.3 Metode Pencatatan Persediaan Jumlah pembelian dalam suatu periode selalu diakumulasikan dalam sistem akuntansi. Angka harga pokok penjualan dan persediaan akhir dapat ditentukan dalam menggunakan salah satu dari sistem persediaan perpetual dan periodik. Menurut Libby dan Short (2008:334) sebagai berikut: a. Dalam sistem persediaan perpetual perusahaan memiliki detail catatan untuk setiap persediaan yang dimiliki. Catatan tersebut memuat: 1. Unit dan biaya persediaan awal. 2. Unit dan biaya setiap pembelian. 3. Unit dan harga pokok penjualan untuk setiap penjualan. 4. Unit dan biaya persediaan yang ada di tangan pada setiap waktu. 42 b. Dalam sistem persediaan periodik, tidak ada catatan persediaan. Pada setiap akhir periode perusahaan mesti melakukan perhitungan fisik persediaan untuk menentukan jumlah persediaan yang masih dimiliki. Menurut Zaki Baridwan (2004:4), menyatakan metode akuntansi persediaan dapat dipisahkan menjadi 2 yaitu: a. Metode Fisik adalah metode pencatatan persediaan yang tidak mengikuti mutasi persediaan sehingga untuk mengetahui jumlah persediaan pada suatu saat tertentu harus diadakan perhitungan fisik atas persediaan barang (Stock Opname) b. Metode buku (Perpetual) adalah metode pencatatan persediaan yang mengikuti mutasi persediaan, baik kuantitasnya maupun harga pokoknya. Oleh karena itu jumlah persediaan barang setiap saat dapat diketahui dari rekening persediaan. 2.1.4.4 Kegunaan Persediaan Menurut Suyadi (2009:74), persediaan yang diadakan mulai dari yang berbentuk bahan mentah, barang setengah jadi sampai dengan barang jadi bertujuan untuk sebagai berikut: a. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya atau bahan yang dibutuhkan. b. Mengurangi risiko penerimaan bahan baku yang dipesan tetapi tidak sesuai dengan pesanan sehingga harus dikembalikan. c. Menyimpan barang/bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan seandainyapun barang/bahan itu tidak tersedia di pasaran d. Mempertahankan stabilitas proses produksi perusahaan atau menjamin kelancaran proses produksi. e. Upaya penggunaan mesin yang optimal, karena terhindar dari terhentinya operasi produksi karena ketidakadaan persediaan. f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan secara lebih baik. Barang cukup tersedia di pasaran, agar ada setiap waktu diperlukan. Khusus untuk barang yang dipesan, barang dapat selesai pada waktunya sesuai dengan yang dijanjikan. Dengan demikian, persediaan dimiliki oleh perusahaan mempunyai arti penting bagi kelangsungan kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan perolehan laba 43 usaha. Dengan jumlah persediaan yang memadai, maka kelancaran operasional untuk menghasilkan produk jadi akan lebih terjamin dan perusahaan dapat mengopotimalkan perolehan laba usaha seperti yang ditargetkan. 2.1.5 Pengendalian Internal atas Persediaan Barang Dagang Pengendalian internal atas persediaan barang dagang mutlak diperlukan mengingat aset ini tergolong cukup lancar. Kalau tidak berbicara mengenai pengendalian internal atas persediaan, sesungguhnya ada dua tujuan utama diterapkannya pengendalian internal tersebut, yaitu untuk mengamankan atau mencegah aset perusahaan (persediaan) dari tindakan pencurian, penyelewengan, penyalah gunaan, dan kerusakan, serta menjamin keakuratan (ketepatan) penyajian persediaan dalam laporan keuangan. Di dalamnya, termasuk pengendalian internal atas keabsahan transaksi pembelian dan penjualan barang dagang. Pengendalian internal atas persediaan seharusnya dimulai pada saat barang diterima (yang dibeli dari pemasok). Laporan penerimaan barang yang bernomor urut tercetak seharusnya disiapkan oleh bagian penerimaan untuk penetapan tanggung jawab awal oleh persediaan. Untuk memastikan bahwa barang yang diterima sesuai apa yang telah dipesan, maka setiap laporan penerimaan barang harus dicocokkan dengan formulir pesanan pembelian yang asli. Harga barang yang dipesan, seperti yang tertera dalam formulir pesanan pembelian, seharusnya dicocokkan dengan harga yang tercantum dalam faktur tagihan (invoice). Hery (2016) Menurut Midjan dan Susanto (2001:155) pengendalian internal persediaan barang dagang adalah semua metode dan tindakan yang digunakan untuk mengamankan persediaan sejak dari kedatangan, menerima, menyimpan, dan mengeluarkannya, baik fisik maupun kualitas dan pencapaiannya terutama penentuan dan peraturan jumah persediaan. Menurut Henry Simamora (2000:288), tujuan pengendalian internal atas persediaan adalah untuk memastikan bahwa persediaan diamankan dan dilaporkan secara benar dalam laporan keuangan.Pengendalian internal ini dapat bersifat preventif maupun detektif, Pengendalian preventif dirancang untuk mencegah terjadi kesalahan sedang pengendalian detektif dirancang untuk mendeteksi setiap kesalahan setelah terjadi. 44 Pengendalian atas persediaan haruslah bermula segera setelah persediaan diterima. Laporan penerimaan yang bernomer urut harus diisi oleh bagian penerimaan barang perusahaan dalam upaya menegakkan akuntabilitas pertama terhadap persediaan, untuk memastikan bahwa persediaan yang diterima adalah yang dipesan setiap laporan penerimaan barang harus direkonsiliasikan dengan pesanan pembelian, disamping itu harga persediaan yang dipesan haruslah dibandingkan dengan harga yang ditagih oleh penjual kepada perusahaan. Pengendalian internal untuk mengamankan persediaan meliputi pengembangan dan penerapan langkah-langkah keamanan untuk mencegah kerusakan persediaan atau pencurian oleh karyawan, pemisahan karyawan yang menjaga persediaan dengan yang membuat catatan-catatan akuntansimerupakan pemisahan tugas. 2.1.6 Tujuan Pengendalian Internal atas Persediaan Barang Dagang Secara umum telah disebutkan bahwa tujuan pengendalian internal dalam suatu perusahaan adalah untuk memberikan kepastian yang layak kepada manajemen bahwa tujuan tertentu dari perusahaan akan tercapai. Menurut Arens, dkk (2003:272) terdapat enam rincian yang harus dipenuhi oleh pengendalian internal untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam junal dan catatan perusahaan: 1. Recorded transaction are exist (existence). 2. Existing transaction are recorded (completeness). 3. Recorded transaction are stated at the correct amount (accuracy). 4. Transaction are property classified (classification). 5. Transaction are recorded on the correct dates (timing). 6. Recorded transaction are properly included in the master file and correctly summarized (posting and summarization). Tujuan pengendalian internal persediaan barang dagang adalah: 1. Transaksi benar-benar terjadi dan dilaksanakan (eksistensi). Menyatakan bahwa transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dalam perusahaan. 2. Transaksi yang terjadi diidentifikasikan dan dicatat secara lengkap (kelengkapan) menyatakan, bahwa transaksi telah dicatat dengan lengkap sehingga dapat mencegah terjadinya kehilangan transaksi dari catatan. 3. Transaksi yang terjadi telah dicatat dengan benar (akurasi) 45 Menyatakan bahwa transaksi telah dicatat dengan benar yang tujuannya menyangkut keakuratan informasi untuk transaksi akuntansi. 4. Transaksi yang terjadi diklarifikasikan dengan benar ( klasifikasi) Menyatakan bahwa transaksi yang terjadi diklarifikasikan pada perkiraan yang benar. 5. Transaksi yang terjadi dicatat pada waktu yang tepat (ketepatan waktu) Menyatakan bahwa transaksi dicatat pada waktu yang tepat, sehingga laporan keuangan yang dihasilakan benar-benar bermanfaat. 6. Transaksi dimasukkan ke dalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran) Menyatakan bahwa setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan dicatat dengan tepat ke dalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar. Menurut Krismiaji (2015:09) fungsi dari SIA yang dirancang dengan baik adalah untuk memberikan pengawasan dan pengendalian yang memadai untuk menjamin bahwa tujuan berikut ini tercapai: 1. Semua transaksi telah diotorisasi secara tepat. 2. Semua transaksi yang dicatat adalah valid (benar-benar terjadi). 3. Semau transaksi yang vaild dan telah diotorisasi telah dicatat. 4. Semau transaksi telah dicatat secara akurat. 5. Semua aktiva (kas, persediaan, data) dilindungi dari kemungkinan hilang atau dicuri. 6. Aktivitas bisnis dilaksanakan secara efisien dan efektif. 2.1.7 Syarat-syarat keefektifan pengendalian internal pengelolaan Persediaan Barang. Pengelolaan persediaan barang adalah hal yang sangat penting karena persediaan adalah aset utama dalam sebuah bisnis retail, semakin baik pengelolaan barang pada sebuah bisnis akan meminimalkan resiko kerugian yang sebagian besar disebabkan oleh persediaan barangnya. Adapun syarat-syarat pengelolaan persediaan barang yang efektif adalah sebagai berikut (Willson dan Campbell, 1997): a. Penetapan tanggung jawab dan kewenangan yang jelas terhadap persediaan. 46 Tanggung jawab merupakan pekerjaan dan kewajiban yang harus dijalankan oleh seseorang dengan maksimal, dan disertai wewenang atau hak untuk membuat keputusan. b. Sasaran dan kebijakan yang dirumuskan dengan baik Karyawan yang bertugas melaksanakan keinginan pemimpinan harus memahami dengan jelas aturan-aturan yang akan menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dari pemimpin agar sesuai dengan apa yang di harapkan oleh pemimpin c. Fasilitas pergudangan dan penanganan yang memadai Fasilitas dan pengamanan pergudangan yang memadai sangatlah penting, agar persediaan terlepas dari risiko-resiko yang akan menimbulkan kerugian seperti pencurian barang rusak d. Klasifikasi dan identifikasi persediaan secara layak Dalam penetapan anggaran dan pengendalian serta keyakinan bahwa persediaan telah dicatat sebagaimana mestinya harus dilakukan klasifikasi dan identifikasi sediaan barang. e. Standarisasi dan simplikasi persediaan. Tujuan dari standarisasi adalah untuk mengurangi banyaknya unsur atau jenis barang. Dengan adanya pengurangan dalam jenis atau unsur persediaan akan mempermudah pengendalian internal persediaan barangnya. f. Catatan dan laporan yang cukup Catatan-catatan persediaan harus berisi informasi serta dokumen-dokumen yang memadai untuk memenuhi kebutuhan para staf yang berhubungan dengan persediaan barang dagang. g. Tenaga kerja yang memuaskan Tenaga kerja yang berkualitas atau memuaskan akan menimbulkan tercapainya pengelolaan sediaan barang yang baik, karena pengolaan sediaan tidak hanya dicapai melalui penetapan prosedur dan catatan pembukuan melainkan diperoleh juga melalui tindakan sumber daya manusianya. Selain ketujuh syarat keefektifan di atas pengendalian internal persediaan barang juga harus sesuai dengan unsur-unsur pengendalian internal. 2.1.8 Pengelolaan Persediaan Barang Dagang yang Efektif 47 Pengelolaan persediaan barang dagang merupakan aktivitas yaaang selalu melekat pada persediaan barang dagang, karena melalui pengelolaan persediaan barang dagang yang efektif, akan mendapatkan pendapatan yang maksimal bagi perusahaan. Menurut Willson dan Campbell yang di alihbahasakan oleh Tjintjin Fenix Tjendera (1997, 428) pengelolaan persediaan secara luas adalah: “Secara luas fungsi pengelolaaan persediaan meliputi pengarahan arus dan penanganan barang wajar mulai dari penerimaan sampai pergudangan dan penyimpanan, menjadi barang dalam pengolahan dan barang jadi, sampai berada ditangan pelanggan.” Dalam perusahaan dagang secara luas fungsi pengelolaan persediaan meliputi pengarahan arus dan penanganan barang secara wajar mulai dari penerimaan sampai pergudangan dan penyimpanan, sampai berada ditangan pelanggan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pengelolaan barang dagang terdiri dari: 1. Prosedur pesanan pembelian persediaan barang dagang. 2. Prosedur penerimaan persediaan barang dagang. 3. Prosedur penyimpanan persediaan barang dagang. 4. Prosedur pengeluaran persediaan barang dagang. 5. Prosedur pencatatan persediaan barang dagang. 6. Prosedur penilaian persediaan barang dagang. 7. Prosedur pengendalian persediaan barang dagang. Berikut ini akan dijelaskan: 1. Prosedur Pesanan Pembelian Persediaan Barang Dagang Biasanya dilakukan oleh departemen pembelian yang dipimpin oleh kepala pembelian umum. Dalam keadaan apapun, prosedur sistematis harus inyatakan dalam bentuk tertulis untuk menetapkan tanggung jawab dan untuk memberi informasi yang lengkap mengenai penggunaan seluruh barang yang dipesan dan diterima. Menurut Willson dan Campbell yang dialih bahasakan oleh Tjintjin Fenix Tjendera (1997, 428) mengungkapkan bahwa: “Perencanaan persediaan berhubungan dengan penentuan komposisi persediaan, penentuan waktu dan penjadwalan, serta lokasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan perusahaan yang diproyeksikan.” 48 Persediaan pengertian di atas, perencanaan persediaan barang dagang meliputi: a. Penentuan komposisi persediaan barang dagang. b. Penentuan waktu dan penjadwalan suatu pembelian persediaaan barang. c. Lokasi atau pihak yang dapat memenuhi kebutuhan persediaan barang dagang. 2. Prosedur Penerimaan Persediaan Barang Dagang Kegiatan dalam prosedur penerimaan persediaan barang dagang adalah penanganan fisik atas persediaan barang dagang yang terima dan mengirimkannya kepada bagian gudang. Jenis dan kuantitas barang yang diterima harus diverifikasi secara hati-hati. Verifikasi ini dalam perusahaan besar dilakukan dua kali, pertama pada waktu barang diterima oleh bagian penerimaaan, dan kedua pada waktu barang diterima oleh bagian gudang untuk disimpan. Menurut Usry dan Hammer yang dialihbahasakan oleh Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo (1997:213) aktivitas yang dilakukan oleh departemen penerimaan meliputi: 1. Menurunkan muatan dan membuka kemasan barang yang masuk 2. Mengecek jumlah yang diterima dan membandingkan terhadap jumlah yang tertera dalam formulir yang disampaikan pihak pengirim. 3. Mengamati kesesuaian antara barang yang diterima dengan uraian tertulis dalam pesanan pembelian. 4. Menyiapkan laporan penerimaan 5. Memberitahu perbedaan-perbedaan yang ditemukan terhadap departemen pembelian. 6. Menyiapkan pemeriksaan bila diperlukan. 7. Memberitahu departemen pengangkutan dan pembelian mengenai segala kerusakan yang ada dalam perkerjaan. 8. Mengirim barang yang telah diterima ke lokasi pabrik yang tepat. Secara naratif prosedur penerimaan persediaan barang dagang adalah sebagai berikut: 49 Apabila barang telah tiba dari pemasok bersama surat pengantar barang, maka oleh bagian penerimaan diperiksa mengenai: a. Asli dikirim ke bagian pembelian b. Tembusan pertama dikirim kepada bagian yang membutuhkan persediaan barang dagang tersebut. c. Tembusan kedua dikirim ke bagian akuntansi untuk dicatat pada kartu persediaan (stock card). Kolom diterima mengenai kuantum. d. Tembusan ketiga dikirim kebagian gudang bersama barangnya. e. Tembusan keempat sebagai arsip pada bagian penerimaan. Surat penerimaan (receiving report) berisi: 1. Nama, jenis, banyak, kualitas barang yang diterima 2. Nama order pembelian yang dibuka. 3. Tanggal penerimaan 4. Sebutkan sesuai tindakanya dengan order pembelian 3. Prosedur Penyimpanan Persediaan Barang Daganag Prosedur penyimpanan barang dimulai dari penerimaan barang dari departemen penerimaan yang dilampiri dengan selembar laporan penerimaan yang diteruskan kegudang. Tujuan penyimpanan barang di gudang adalah untuk mencegah dan mengurangi kerugian yang timbul akibat pencurangan dan kerusakan barang. Yang bertanggung jawab disini adalah kepala gudang, artinya barang harus disimpan dalam gudang agar tetap terjaga baik kualitasnya maupun kuantitasnya. 4. Prosedur Pengeluaran Persediaan Barang Dagang Kepala gudang sebagai pejabat bagian penyimpanan biasanya menerima instruksi tertulis yang didalamnya tercantum ketentuan mengenai pengeluaran barang yaitu bahwa barang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan instruksi dari pejabat yang berwenang atau berdasarkan bon permintaan barang dari bagian yang memerlukan barang dagang tersebut. Kepala gudang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengeluaran barang maupun kelengkapan dokumen yang menyertainya. Surat permintaan barang merupakan dokumen permintaan barang yang ditunjukan kepada bagian gudang agar mengeluarkan dan mengangkat barang ketempat yang telah ditentukan dan menyerahkan kepada personel yang 50 mengajukan dengan prosedur yang sesuai. Bagian gudang kemudian mengeluarkan bukti pengeluaran barang yang didistribusikan kepada bagian akuntansi, bagian yang meminta pengeluaran barang, serta arsip untuk bagian gudang sendiri. 5. Prosedur Pencatatan Persediaan Barang Dagang Menurut Horngren, dkk (2002:359) persediaan dapat dicatat dengan dua cara yaitu: 1. Perpertual Inventory System Pada sistem ini pembelian barang dagang untuk dijual kembali atau bahan baku untuk diproduksi didebet pada perkiraan persediaan. Biaya pengangkutan, pengembalian barang, dan potongan pembelian dicatat pada perkiraan persediaan, harga pokok barang diperoleh untuk setiap penjualan dengan mendebit perkiraan harga pokok barang dan mengkredit persediaan. Perkiraan harga pokok barang diperlukan untuk mengakumulasikan cost dari barang yang dijual. Saldo dari perkiraan persediaan pada akhir tahun akan menunjukan nilai persediaan akhir yang dimiliki. Perpetual inventory system menyediakan catatan yang kontinyu dari saldo perkiraan persediaan dan harga pokok barang. Adapun ayat jurnal untuk metode perpetual adalah: a. Aktivitas pembelian Dr. Persediaan barang dagang Cr. Rp. XXX Kas hutang dagang Rp.XXX b. Aktivitas Penjualan Dr. Harga pokok barang yang dijual Cr. Rp. XXX Persediaan barang dagang Dr. Kas/Piutang dagang Cr. Penjualan Rp.XXX Rp. XXX Rp. XXX 2. Periode Inventory System Pada sistem ini, pembelian yang terjadi didebit leperkiraan pembelian. Jadi, dengan menggunakan sistem ini perkiraan persediaan tidak akan terpengaruh atau tetap sampai akhir periode akuntansi karena tidak akan terjual yang berhubungan dengan perkiraan persediaan saat terjadi pembelian dan penjualan. Pada akhir periode akuntansi seluruh persediaan yang ada dihitung dan nilainya 51 ditetapkan sebesar cost dimana nilai ini akan dimaksukkan sebagai jumlah persediaan akhir yang ada. Harga pokok barang yang dijual pada akhir periode ditentukan dengan cara, persediaan awal ditambah pembeliaan dikurangi persediaan akhir. Adapun ayat jurnak untuk metode periodic adalah: 1. Aktivitas pembelian Dr. Pembelian barang dagang Cr. Rp. XXX Kas/Hutang dagang Rp. XXX 2. Aktivitas penjualan Dr. Kas/Piutang dagang Cr. Rp.XXX Penjualan Rp. XXX 6. Prosedur penelian persediaan barang dagang Metode penilaian persediaan barang dagang yang biasa dipergunakan perusahaan adalah: a. FIFO (First In First Out) Berdasarkan asumsi ini harga pokok yang harus dibebankan sebagai harga pokok barang yang dijual adalah himpunan harga pokok yang berasal dari pembelian pembelian yang paling awal, dengan demikian nilai persediaan akan berasal dari himpunan harga pokok yang yang berasal dari pembelianpembelian terakhir. Menurut metode FIFO dalam (Hermawan, 2008), ketika terjadi penjualan maka harga perolehan barang yang lebih dahulu dibeli akan perhitungkan lebih awal. b. LIFO (Last In First Out) Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa himpunan harga pokok yang terakhir akan dibebankan sebagai harga barang yang dijual, dengan demikian nilai persediaan yang akan disajikan pada neraca merupakan himpunan cost yang berasal dari pembelian-pembelian yang pertama. c. Average cost Metode ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa nilai persediaan akhir perupakan himpunan harga pokok rata-rata dari persediaan itu sendiri, sehingga baik nilai persediaan maupun harga pokok barang yang dijual selalu akan mempunyai bagian yang sama terhadap harga pokok yang terhimpun dari persediaan tersebut. 52 Dalam sistem persediaan terus-menerus, asumsi ini dikenal dengan istilah metode rata-rata bergerak (moving averge method) karena harga pokok perunit akan selalu berubah setiap terjadi mutasi dalam persediaan. Sedangkan berdasarkan sistem rata-rata tertimbang (weighted average cost method) karena untuk mendapatkan harga pokok perunit, maka persediaan awal serta pembelian-pembelian haruslah dijumlahkan dan jumlah himpunan harga pokok secara keseluruhan dibagi dengan jumlah himpunan unit persediaan secara keseluruhan. Nilai persediaan diperoleh dengan mengalihkan jumlah unit terhadap harga pokok rata-rata tertimbang perunit. Kadang-kadang dalam physical system metode ini juga dikenal dengan istilah meode rata-rata sederhana (simple average method). Metode rata-rata tertimbang berbeda dengan metode rata-rata sederhana, karena pada metode ini harga pokok perunit yang merupakan himpunan harga pokok dari persediaan awal ditambahkan terhadap pembelian-pembelian dan dibagi jumlah unit pesediaan yang merupakan himpunan harga pokok tanpa memperhatikan jumlah unit secara keseluruhan. d. Identifikasi Khusus Dalam metode ini penilaian persediaan dilakukan berdasarkan identifikasi barang masing-masing, karena itu dalam praktik penerapan metode ini tidak mudah dilakukan dan apabila ditinjau dari segi pengelolaannyapun biasanya manfaat yang didapat lebih kecil daripada pengorbanan yang harus dilakukan untuk melakukan penilaian itu sendiri, karena itu menurut biaya yang relatif lebih besar dibandingkan metode lainnya, juga metode ini menuntut waktu yang lebih banyak. 7. Prosedur pengendalian persediaan barang dagang Jadi pengendalian persediaan barang dagang meliputi: a. Penentuan kuantitas persediaan barang dagang yang mencukupi kebutuhan untuk proses penjualan. b. Perlindungan fisik terhadap persediaan barang dagang. 2.2 KAJIAN-KAJIAN TERDAHULU (LITERATURE REVIEW) Menurut Srijantri Seredei dan Treesje Runtu (2015), melakukan penelitia dengan judul evaluasi penerapan pengendalian intern atas persediaan barang dagangan pada pt. 53 Suramando (distributor farmasi dan general supplier) di manado menyimpulkan bahwa, pengendalian intern terhadap persediaan barang dagangan pada PT Suramando berjalan cukup efektif. Pembagian tugas diterapkan kesetiap bagian sehingga tidak ada penggandaan tugas. Pemeriksaan yang dilakukan setiap hari, pengawasan secara fisik atas persediaan dan catatan/dokumen, serta adanya petugas keamanan dan kamera CCTV menjaga barang dari adanya kerusakan maupun penyelewengan. Pemantauan terhadap persediaan bukan hanya dilakukan oleh pihak internal saja tetapi dilakukan oleh pihak eksternal yakni oleh BPOM. Sehingga kualitas dari persediaan barang dagangan selalu dalam keadaan baik. Sedangkan Aprilia Makisurat,dkk mengambil judul penelitian penerapan sistem pengendalian intern untuk persediaan barang dagangan pada CV. Multi media persada manado, mengambil kesimpulan bahwa: 1. Sistem informasi akuntansi atas prosedur penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang dagangan sudah efektif karena dijalankan sesuai dengan komponen sistem informasi akuntansi yang ada. Lingkungan pengendalian pada CV. Multi Media Persada Manado dapat disimpulkan sudah baik, karena struktur organisasi yang ada berjalan secara fungsional. Penilaian resiko yang dilakukan oleh perusahaan sudah baik, sebab pengantisipasian yang dilakukan oleh perusahaan dalam menangani setiap resiko yang mungkin. Aktivitas pengendalian akan prosedur penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang dagangan yang dilakukan sudah cukup memadai, sebab dokumen-dokumen yang ada diarsipkan secara sistematis dan terkomputerisasi dengan baik serta pemeriksaan yang independen terhadap perusahaan dilakukan hanya setiap 4 bulan sekali. 2. CV. Multi Media Persada Manado memiliki sistem informasi yang baik, karena setiap pencatatan transaksi akuntansi pada perusahaan dilakukan secara terkomputerisasi sehingga proses pengolahan datanya lebih cepat dan tingkat akurasinya tinggi. Namun kelemahannya, tidak adanya catatan manual yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam mengantisipasi apabila terjadi kegagalan dalam sistem komputerisasi yang selalu digunakan oleh perusahaan. Kegiatan pengawasan setiap prosedur yang ada sudah cukup baik, karena diawasi oleh kepala gudang yang melakukan pemeriksaan dan penghitungan kembali barang dagangan serta memiliki tim audit yang ditugaskan untuk melakukan 54 penghitungan fisik dan penelusuran dari dokumen dan laporan yang terkait, tanpa melibatkan bagian Gudang dan bagian Finance. Widya Tamodia (2013), mengambil judul evaluasi penerapan sistem pengendalian intern untuk persediaan barang dagangan pada PT Laris Manis Utama cabang manado. Berdasarkan pada hasil pembahasan sebelumnya maka dapat penulis simpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Penerapan sistem pengendalian persediaan barang daganggan pada PT Laris Manis Utama‚ belum ada keseragaman dalam penulisan nama barang, kesalahan menulis nama/merk/size pada barang yang keluar dan kesalahan mengeluarkan barang dari gudang. 2. Sistem pengendalian persediaan barang daganggan telah efektif, karena penerimaan dan penyimpanan barang, pencatatan, dan otorisasi dilakukan oleh fungsi yang berbeda. 2.3 LATAR BELAKANG INSTITUSI 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Multi Welindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang plate penyambungan tiang pancang serta importasi mesin-mesin produksi beton pracetak. PT Multi Welindo berkedudukan di Jl. Raya prancis pergudangan 8 Blok FC Jatimulya Kosambi, Tangerang. Didirikan berdasarkan Akta Notaris Darmawan Tjoa, S.H..S.E, Nomor 31 bertanggal 21 Agustus 2007, Notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Haka Asasi Manusia Repubik Indonesia dengan surat keputusan Nomor: W7-10237 HT.01.01. Tahun 2007 tanggal 17 September 2007. Bergerak sejak tahun 2007 dalam produksi Plate Penyambungan tiang pancang serta importasi mesin-mesin produksi beton pracetak. PT Multi Welindo saat ini merupakan pemain terbesar dalam bidang produksi plate penyambungan tiang pancang di Indonesia. Selama lebih dari tiga dekade, kami telah membangun pengetahuan dan pengalaman yang sulit tertandingi, hingga mampu menghantarkan kami menjadi pemasok plate penyambungan tiang pancang yang terpercaya karena hasil produksi plate penyambungan yang memiliki kualitas terbaik dengan harga yang kompetitif. Begitu pula untuk produk mesin-mesin beton pracetak. Dengan berkembang kegiatan usaha semakin meningkat dari tahun 55 ketahun, menunjukkan bahwa permintaan atas plate penyambungan tiang pancang dan importasi mesin-mesin produksi beton pracetak semakin berkembang dan maju. Untuk itu, manajemen melakukan tambaha investasi baik dari segi modal usaha maupun dari penambahan aset seperti mesin produksi, kapasitas produksi, memperluas wilayah pemasaran dan menambah jumlah produksi sesuai dengan tingkat permintaan pasar. Guna menunjang kelancaran kegiatan usaha, manajemen melakukan kerja sama dengan relasi seperti perbankan, pemerintah, maupun lembaga lainnya yang dapat menunjang kegiatan perusahaan. Wilayah pemasaran yang dilakukan perusahaan tidak hanya di wilayah Tangerang, akan tetapi juga di luar kota sesuai dengan kebutuhan dan permintaan dari relasi seperti Palembang, Padang, Medan, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan lain sebagainya. Sementara itu, manajemen secara berkesinambungan terus melakukan inovasi dan mengembangkan varian produk-produk untuk kebutuhan plate penyambungan tiang pancang dan mesin-mesin beton pracetak yang dibutuhkan baik untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan pribadi. Di sisi lain, manajemen terus mengikuti perkembangan pasar dan kebutuhan konsumen yang terus berkembang dari waktu ke waktu, untuk itu manajemen melakukan evaluasi dan kajian secara periodik yaitu enam bulan sekali sehingga kondisi dapat membuat perusahaan melakukan penyesuaian bila diperlukan sehingga mampu bertahan dan bersaing dengan para kompetitornya. 2.3.1 Visi Dan Misi pada PT Multi Welindo 1. Visi Perusahaan Mempertahankan posisi sebagai pimpinan pasar sebagai produsen plat penyambungan tiang pancang serta pemasok mesin-mesin produksi beton pracetak terbesar, sembari berusaha mengembangkan potensi pasar ekspor. 2. Misi Perusahaan Membantu membangun Indonesia melalui penyediaan tiang pancang yang berkualitas berserta layanan pendukungnya guna mendukung kontruksi bangunan tinggi serta proyek infrastruktur yang berkualitas. 2.3.2 Struktur Organisasi Perusahaan 56 Struktur organisasi perusahaan adalah posisi jabatan yang ada yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda, di bawah ini adalah struktur organisasi PT Multi Welindo yang berada di Tangerang adalah sebagai berikut: 57 Direktur Utama Sekertaris Manager Manager Manager Manager Marketing Fin.Acc & Tax HRD & Affair Pembelian Supervisor Marketing ADM Marketing Staff Staff Bagian Spv Acc Legal Purchace Staff Bagian Finance Affair Kasir Boy/Girl Staff sales A/R ADM Sales Staff Staff Purchasing Office Marketing Supervisor Adm Staff Purchasing Bagian Adm Gaji Security A/P ADM Sales Staff Tax Sumber : PT Multi Welindo, 2018 Gambar IV.1 Struktur organisasi PT Multi Welindo. 58 Berikut ini diuraikan secara garis besar uraian tugas dari struktur organisasi di atas sebagai berikut: 1. Direktur Utama, tugasnya adalah: a. Melakukan pengawasan terhadap kelancaran kegiatan operasional berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan dalam RUPS. b. Membina hubungan kerja sama dengan customer dan supplier perusahaan untuk kepentingan perusahaan. c. Melakukan koordinasi kerja dengan para manager agar kegiatan operasional berjalan lancar. d. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada komisaris. 2. Sekretaris, tugasnya adalah: a. Mengatur jadwal pertemuan antara dirut dengan relasi bisnis sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. b. Membuat surat atau dokumen resmi terkait dengan kegiatan dirut atas nama perusahaan dengan relasi bisnis. c. Mengarsip semua dokumen resmi dan membuat notulen rapat yang telah dilakukan baik internal maupun untuk urusan eksternal perusahaan. 3. Manager marketing, tugasnya adalah: a. Membuat rencana pemasaran atas produk perusahaan baik untuk jangka pendek dan jangka panjang yang harus dicapai. b. Melakukan kerja sama dengan relasi bisnis dalam kegiatan pemasaran produk perusahaan. c. buat laporan penjualan atas kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh bawahan dan disampaikan kepada direktur utama. d. Order dari pelanggan 4. Supervisor marketing, tugasnya adalah: a. Memantau kegiatan pemasaran produk agar dapat dikenal dan diterima oleh relasi. b. Melakukan kunjungan kepada relasi atau mitra kerja untuk kegiatan marketing produk perusahaan. c. Membuat laporan bulanan atas kegiatan marketing kepada manager marketing. 59 5. Supervisor penjualan (sales), tugasnya adalah: a. Memasarkan produk kepada tempat-tempat yang telah ditetapkan agar produk cepat dijual. b. Membuat laporan penjualan produk mingguan dan bulanan kepada manager marketing. 6. Manager finance, accounting dan tax, tugasnya adalah: a. Melakukan pengawasan secara menyeluruh atas transaksi keuangan, pembukuan dan perpajakan perusahan. b. Membuat kebijakan terkait dengan prosedur akuntansi, perpajakan dan keuangan perusahaan agar dapat berjalan dengan lancar. c. Membuat laporan pertanggungjawaban atas departemen terkait kepada dirut. 7. Staf accounting dan finance, tugasnya adalah: a. Melakukan pencatatan atas transaksi keuangan perusahaan pada program akuntansi setiap bulan sesuai dengan prosedur yang berlaku. b. Membuat laporan mingguan dan bulanan atas transaksi keuangan dalam laporan laba rugi dan neraca. c. Bagian finance, melakukan pembayaran dan penerimaan kas atas transaksi keuangan yang terjadi selama satu bulan. d. Membuat laporan atas mutasi kas mingguan dan pengeluran serta penerimaan giro. 8. Kasir, tugasnya adalah: a. Mencatat transaksi pengeluaran dan penerimaan uang setiap hari pada buku kas harian. b. Meneliti terlebih dahulu atas transaksi pembayaran dan penerimaan kas yang terjadi sesuai dengan prosedur yang berlaku. c. Membuat laporan harian atas mutasi kas dalam buku kas harian. 9. Staf Account receivable dan staff account payable , tugasnya adalah sebagai beikut: a. Melakukan pencatatan atas transaksi penjualan secara kredit yang menimbulkan piutang usaha di buku pembantu piutang dan buku besar piutang. 60 b. Membuat laporan atas mutasi piutang secara mingguan dan bulanan kepada manajer terkait. c. Melakukan pencatatan hutang yang timbul dari transaksi pembelian secara kredit dan dokumen pendukung sebagai keabsahan transaksi tersebut. d. Melakukan pengawasan atas mutasi hutang mingguan dan bulanan yang terjadi. e. Membuat laporan mutasi hutang atas transaksi pembelian kredit dan pelunasan hutang yang telah dilakukan baik mingguan maupun bulanan. 10. Staff perpajakan, tugasnya adalah: a. Melakukan perhitungan PPh pasal 21 atas penghasilan karyawan dan buruh setiap bulan. b. Membayar pajak ke kantor kas atau bank persepsi sesuai dengan kewajiban perpajakan yang berlaku. c. Melaporkan pajak yang telah dibayar ke KPP setempat sesuai dengan kewajiban perpajakan perusahaan. 11. Manager HRD dan affair, tugasnya adalah: a. Melakukan pengawasan atas kegiatan berkaitan dengan karyawan dalam melaksanakan tugasnya. b. Membuat peraturan terkait dengan karyawan baik dari disiplin waktu berkaitan dengan kepentingan karyawan dan perusahaan. c. Memberikan penilaian dan hukuman pada karyawan yang melanggar peraturan. d. Membina hubungan kerja sama dengan lembaga swasta atau pemerintah terkait dengan karyawan. e. Membuat laporan pertanggung jawaban kepada dirut. 12. Staf legal dan affair, tugasnya adalah: a. Mengurusi segala urusan perusahaan dengan karyawan terkait dengan masalah peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan. b. Melakukan pencegahan atas kejadian-kejadian yang dilarang sesuai dengan peraturan perusahaan. 61 c. Melakukan kerja sama dengan pihak luar sehubungan dengan kepentingan perusahaan seperti perusahaan penyediaan tenaga kerja. 13. Staf administrasi penggajian, tugasnya adalah: a. Melakukan perhitungan ulang atas absensi karyawan dan buruh selama satu bulan. b. Melakukan sosialisasi peraturan perusahaan kepada karyawan agar diketahui perubahan terbaru. c. Membuat laporan atas absensi karyawan selama satu bulan kepada manajer HRD. 14. Security dan office girl & boy, tugasnya adalah: a. Melakukan pengamanan atas setiap tamu yang berkunjung keperusahaan guna kelancaran kegiatan usaha. b. Memantau lingkungan kerja perusahaan agar tetap aman dan kondusif dalam kegiatan usahanya. c. Mencatat setiap tamu yang datang dan kepentingan apa dalam buku tamu. d. Melakukan pembersihan atas inventaris kantor perusahaan agar tetap dapat digunakan. 15. Manager pembelian, tugasnya adalah: a. Melakukan kerja sama dengan supplier untuk membeli kebutuhan perusahaan baik terkait dengan kebutuhan pabrik dan keperluan kantor. b. Membina kerja sama dengan supplier atas pemasokan barang yang dibutuhkan perusahaan. c. Membuat laporan pembelian sebagai pertanggung jawaban kepada dirut. 16. Supervisor pembelian, tugasnya adalah: a. Memeriksa barang yang dibeli dari supplier apakah sesuai dengan order pembelian dan spesifikasi yang ditetapkan. b. Melakukan koordinasi dengan bawahan dalam kegiatan pembelian kepentingan pabrikasi dan kepentingan kantor agar dapat berjalan lancar. 62 c. Membuat laporan atas kegiatan yang dilakukan disampaikan kepada manager pembelian. 17. Staf pembelian, tugasnya adalah: a. Melakukan order pembelian barang sesuai dengan surat pesanan barang dari departemen terkait. b. Melakukan negosiasi kepada supplier tentang syarat pembayaran, harga beli dan kondisi barang yang diinginkan. c. Membuat laporan kegiatan pembelian mingguan dan bulanan kepada manager pembelian. 2.4 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pikir merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 63 Gambar 2.1 Kerangka Pikir PT MULTI WELINDO PT. MULTI WELINDO Pengendalian Internal Sesuai Teori Pengendalian Internal PT Multi Welindo Evaluasi dan Analisis Perbandingan Hasil Evaluasi dan Analisis Efektifitas Pengendalian Internal Saran dan Rekomendasi untuk PT Multi Welindo Sumber : Penulis (2014)