WIRAUSAHA DALAM KAJIAN TEORITIS DAN EMPIRIS Tantri

advertisement
WIRAUSAHA DALAM KAJIAN TEORITIS DAN EMPIRIS
Tantri Widiastuti)*
STIE Widya Manggala Semarang
ABSTRAK
Walaupun imbalan dalam berwirausaha cukup menggiurkan tetapi ada biaya yang
berhubungan dengan kepemilikan bisnis tersebut. Mereka mengalami tekanan pribadi yang
tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan lebih banyak waktu dan
tenaga (Longenecker, Moore dan Petty, 2001).
Pendahuluan
Di
Indonesia
dimana
jumlah
masyarakatnya lebih dari 200 juta jiwa,
antara lowongan pekerjaan yang ada
dengan jumlah pelamar sangatlah tidak
sebanding. Oleh karena itu menjadi
wirausaha merupakan alternatif bahkan
menjadi suatu tuntutan dalam menghadapi
era serba cepat ini. Dengan munculnya
wirausaha-wirausaha baru yang kreatif dan
inovatif dalam menghadapi perkembangan
jaman maka membuat wirausahawanwirausahawan berlomba menciptakan
peluang bisnis baru dimana ujung-ujungnya
adalah untuk mendapatkan keuntungan.
Bahkan beberapa wirausaha meninggalkan
organisasi bisnis yang dimiliki orang lain
untuk memulai membuka usaha sendiri
karena
banyak
orang
memandang
kewirausahaaan sebagai suatu pilihan yang
menarik. Hal ini dapat terlihat pada
pendapat Longenecker, Moore dan Petty
(2001) yaitu bahwa tiap orang tertarik
menjadi wirausaha karena adanya berbagai
imbalan dimana imbalan ini dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori dasar
yaitu laba, kebebasan dan kepuasan dalam
menjalankan hidup.
Walaupun
imbalan
dalam
berwirausaha cukup menggiurkan tetapi
ada biaya yang berhubungan dengan
kepemilikan bisnis tersebut. Mereka
mengalami tekanan pribadi yang tidak
menyenangkan seperti kebutuhan untuk
menginvestasikan lebih banyak waktu dan
tenaga (Longenecker, Moore dan Petty,
2001).
Dengan
kata
lain selama
wirausahawan mencapai suatu keuntungan
tertentu maka banyak konsekuensi yang
harus dihadapi. Orang yang memiliki
pilihan untuk membuka usaha sendiri
memiliki banyak konsekuensi dimana
diantaranya adalah resiko keuangan,
bekerja dalam waktu yang lebih lama
dibandingkan rata-rata karyawan yang
bekerja pada perusahaan milik orang lain
dan ketika bisnis yang dijalaninya tumbuh
menjadi besar maka wirausahawan
membutuhkan
orang
lain
untuk
membantu. Apabila dalam menjalankannya
wirausahawan sedikit lengah maka sedikit
demi sedikit posisinya tergeserkan oleh
orang lain yang dipekerjakan bahkan
pekerja ini tidak mustahil akan menjadi
lawan bisnisnya. Menurut
pendapat
Thomas W.Zimmerer, 2002 bahwa ada
konsekuensi atau kendala yang muncul
pada
sebuah
wirausaha
yaitu
ketidakpastian
pendapatan,
resiko
kehilangan seluruh investasi, bekerja lebih
lama dan bekerja lebih keras, kualitas
hidup rendah sampai bisnis mapan, tingkat
stress yang tinggi, tanggung jawab penuh
dan rasa putus asa saat menghadapi masamasa yang sulit saat permulaan bisnisnya.
Pertimbangan imbalan dan konsekuensi
yang muncul selama proses permulaan
bisnis mempengaruhi motivasi seseorang
dalam mengambil keputusan untuk
menjadi seorang wirausahawan.
Kewirausahaan
Menurut Hisrich, M.Peter dan
A.Shepherd
(2008)
kewirausahaan
(entrepreneurship)
adalah
proses
penciptaan sesuatu yang baru pada nilai
menggunakan waktu dan upaya yang
diperlukan, menanggung resiko keuangan,
fisik serta resiko social yang mengiringi,
menerima
imbalan
moneter
yang
dihasilkan serta kepuasan dan kebebasan
pribadi. Dari definisi ini menekankan empat
aspek dasar yaitu pertama, kewirausahaan
melibatkan proses penciptaan dimana
penciptaan disini adalah menciptakan
suatu nilai baru. Kedua, kewirausahaan
menuntut sejumlah waktu dan upaya yang
dibutuhkan.
Ketiga,
kewirausahaan
melibatkan penghargaan menjadi seorang
pengusaha dimana penghargaan ini adalah
kebebasan dan kepuasan pribadi. Aspek
terakhir adalah kewirausahaan merupakan
tindakan yang mengandung resiko,
dikatakan demikian karena tindakan ini
membutuhkan waktu namun hasil di masa
yang akan datang tidak dapat diprediksi.
Stevenson (1983) dalam penelitian
Justin B.L Craig, Debra Johnson (2006)
melihat
kewirausahaan
sebagai
fenomena perilaku dan mendefinisikan
sebuah range perilaku pada rangkaian
kesatuan yang menempatkan promoter
(penyelenggara) pada satu ujung dan
trustee (perwalian) pada ujung yang lain.
Inti dari argumen ini terlihat pada
pembagian fungsi entrepreneurial antara
domain entrepreneurial dan domain
administratif dengan mengkaji enam
dimensi penting praktek bisnis yaitu
orientasi strategis, komitmen terhadap
kesempatan,
proses
komitmen
sumberdaya, konsep kontrol terhadap
sumberdaya, konsep manajemen, dan
kebijakan kompensasi.
Konsep kewirausahaan dan bisnis
kecil sangat berkaitan erat namun ada
beberapa karakteristik perbedaan dari
keduanya walaupun perbedaan itu sangat
kecil. Seperti yang kita ketahui bahwa Dell
Computer diawali sebagai usaha satu orang
yang tumbuh menjadi perusahaan raksasa,
pertumbuhan Dell dipacu imajinasi dan
ketrampilan Michael Dell sebagai orang
yang mendirikan perusahaan tersebut.
Perbedaan antara kewirausahaan dan
bisnis kecil menurut Griffin dan Ebert
(2007), yang disebut wirausahawan adalah
mereka
yang
menanggung
resiko
kepemilikan bisnis dengan pertumbuhan
dan ekspansi sebagai tujuan utama.
Seringkali pemilik bisnis kecil mencirikan
dirinya sebagai usahawan namun banyak
dari mereka tidak memiliki cita-cita
memperluas bisnisnya seperti yang
dilakukan wirausahawan sejati. Jadi yang
membedakan kepemilikan bisnis kecil
dengan kewirausahaan adalah adanya visi,
aspirasi dan strategi. Pemilik bisnis kecil
tidak punya rencana untuk mencapai
pertumbuhan yang hebat dalam usahanya
dan hanya mencari pendapatan yang aman
dan nyaman sedangkan wirausahawan
termotivasi untuk tumbuh berekspansi dan
membangun dengan menyiapkan diri
menanggung resiko.
Wirausaha
Menjadi seorang wirausahawan
tidaklah semudah yang dibayangkan,
Menurut Meredith (1995) “menjadi
wirausaha berarti memiliki kemampuan
menemukan dan mengevaluasi peluangpeluang dan mengumpulkan sumbersumber daya yang diperlukan dan
bertindak untuk memperoleh keuntungan
dari peluang-peluang itu”. Keberhasilan
wirausahawan tidak ditentukan hanya oleh
satu faktor, seperti menempati lokasi yang
strategis atau sumber modal yang
memadai melainkan ditentukan oleh
kemampuan menunjukkan kemampuan
manajemen yang baik untuk mengelola
perusahaan. Seorang wirausahawan harus
senantiasa
mengembangkan
kesempurnaan dalam berbagai hal demi
keberhasilan yang diinginkan. Para
wirausahawan harus berani mengambil
resiko yang telah diperhitungkan dan
menyukai tantangan dengan resiko
moderat, percaya teguh pada diri dan
kemampuannya mengambil keputusan
yang tepat dan kemampuan mengambil
keputusan inilah yang merupakan ciri
wirausaha. Selain itu wirausahawan
meluangkan sebagian besar waktunya
untuk merencanakan kegiatan-kegiatan
bisnis dan siap menghadapi berbagai
tantangan dalam dunia kerja, termasuk
tantangan dari pesaingnya sehingga dia
harus memiliki keunggulan bersaing.
Hawkins
dan
Turla
(1986)
mengartikan wirausaha (entrepreneur)
adalah seorang yang mampu mengatur,
menjalankan, menanggung resiko bagi
pekerjaan yang ditempuhnya dalam dunia
usaha. Dalam pandangan mereka para
wirausaha dengan sifat alaminya tidak
dibedakan atas dasar jenis kelamin dan
mereka ada yang bergerak dalam bidang
produksi namun juga ada yang menggeluti
bidang jasa. Pada dasarnya wirausaha
adalah orang-orang yang bekerja secara
mandiri untuk dapat meraih penghidupan
yang lebih baik. Motivasi merekapun
bermacam-macam
yaitu
untuk
mendapatkan
uang,
memperoleh
pengaruh, kebebasan berusaha, menjadi
majikan, melarikan diri dari aturan yang
resmi dan memberi peluang yang berharga
bagi orang lain. Seorang dapat dikatakan
sebagai seorang wirausaha yang berhasil
jika mereka dapat mempersatukan antara
impian dengan realitas yang ada.
Wirausaha menurut Mussleman dan
Jackson (1984), adalah seseorang yang
menginvestasikan dan mempertaruhkan
waktu, uang dan usaha untuk memulai
suatu perusahaan dan menjadikannya
berhasil. Dari pemahaman diatas berarti
menjadi wirausaha memiliki tanggung
jawab menjadikan usaha tersebut berhasil
berkembang dan mengalami kemajuan.
Untuk mencapai hal itu diperlukan kualitas
pribadi yang mendukung untuk dapat
merencanakan,
menjalankan,
mengembangkan dan mengatasi berbagai
permasalahan usaha maupun pribadi dan
mereka yang disebut wirausaha sejati
dalam mendapatkan kepuasan dan imbalan
adalah dengan cara melayani kebutuhan
orang lain secara maksimal.
Tingkat
keberhasilan
seorang
wirausaha tergantung pada keseriusannya
dalam
bertanggung
jawab
atas
pekerjaannya sendiri karena kekuatan
seseorang
datang
dari
tindakantindakannya sendiri dan bukan dari
tindakan orang lain. Sekalipun resiko
kegagalan itu ada namun para wirausaha
mengambil resiko dengan jalan menerima
tanggung jawab atas tindakan mereka
sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai
pengalaman belajar (Meredith et al., 1995).
Dengan tidak berputus asa saat mengalami
kegagalan
maka
dapat
membantu
wirausaha mencapai kesuksesan. Mencapai
suatu kesempurnaan merupakan suatu
yang ideal dalam mengejar tujuan tetapi
bukan sasaran yang realistis bagi
kebanyakan wirausaha, hal ini karena
mencapai hasil yang sempurna demi suatu
tujuan dalam jangka waktu yang terlalu
lama
hanya
akan
menghambat
perkembangan pribadi wirausaha.
Peran dari Wirausaha
Dari hasil studi menunjukkan bahwa
tak seorangpun yang dilahirkan untuk
menjadi wirausahawan, namun semua
orang mempunyai potensial untuk menjadi
wirausahawan. Seseorang menjadi ataupun
tidak menjadi sebagai wirausahawan
tergantung dari lingkungan, pengalaman
hidup, dan aneka pilihan pribadi. Oleh
sebab itu seorang wirausaha lebih daripada
sebuah pekerjaan ataupun karier. Dalam
berwirausaha orang harus bersifat fleksibel
dan imajimatif, mampu merencanakan,
berani mengambil resiko dan membuat
keputusan serta tindakan untuk mencapai
tujuannya. Wirausaha juga harus dapat
bekerja dalam keadaan konflik dan keraguraguan, oleh sebab itu menjadi seorang
wirausaha adalah menawarkan sesuatu
yang berguna bagi orang lain. Apabila
seseorang bekerja untuk meningkatkan
tingkat kehidupan orang lain dan
memperbaiki kehidupan mereka maka
berarti orang tersebut telah melayani
kebutuhan masyarakat sehingga dapat
dikatakan bahwa menjadi wirausaha yaitu
mengabdikan diri bagi kepentingan orang
lain tanpa mengabaikan kepentingan bagi
diri dan keluarganya. Menurut Bygrave dan
Hofer, 1991 Wirausahawan adalah
seseorang yang menerima kesempatan dan
menciptakan organisasi melalui apa yang
dikejarnya.
Selain
itu
wirausaha
turut
mendorong kemajuan perekonomian suatu
bangsa. Peran wirausaha ini dalam
perkembangan ekonomi meliputi lebih dari
sekedar
peningkatan
output
dan
pendapatan per kapita yang didalamnya
mencakup prakarsa dan penetapan
perubahan didalam struktur bisnis dan
masyarakat. Di bidang industri wirausaha
membantu
perekonomian
dengan
menyediakan lapangan pekerjaan dan
dapat memproduksi barang ataupun jasa
bagi konsumen baik untuk konsumen
dalam
negeri
ataupun
konsumen
mancanegara.
Walaupun
perusahaan
raksasa menarik lebih banyak perhatian
publik dan seringkali menghiasi berita
media massa, bisnis kecil dan kegiatan
kewirausahaannya setidaknya memberikan
andil nyata bagi kehidupan sosial dan
perekonomian dunia (Longenecker, Moore
dan Petty, 2001).
Karakteristik Seorang Wirausaha dalam
Mengelola Bisnisnya
Kunci keberhasilan bagi suatu
bisnis adalah adanya keterkaitan gaya
manajemen
dengan
kepribadian
wirausahawan. Seorang wirausahawan
merupakan orang yang berkeinginan
untuk menjadi majikan yang bisa hidup
bebas dan mandiri karena dia tidak suka
diperintah. Oleh karena itu keinginan
wirausaha harus didukung dengan sifatsifat
unggul
untuk
melengkapi
kemampuannya dalam menjalankan
usahanya. Menurut Suryana (2006)
kepribadian wirausaha terletak pada :
1. Kepercayaan diri
2. Kemampuan mengorganisir
3. Kreativitas
4. Suka tantangan
Sedangkan menurut Littunen (2000)
mengemukakan berdasarkan pendapat
Chell, Haworth dan Bearley (1991)
bahwa sifat-sifat yang lazim dimiliki
seorang wirausaha yang dinamakan
interpersonal
competence
yaitu
kemampuan untuk :
1. Mengendalikan diri (self control)
2. Kemauan untuk terus belajar (learning
process)
3. Bekerja keras (hardwork)
4. Kemampuan berkomunikasi (master of
communication)
5. Kemampuan untuk bergaul (good
relation)
Seorang wirausaha seharusnya dapat
mampu mengendalikan temperamen,
emosi, waktu dan kebiasaan demi karir di
bidang bisnis yang dikelolanya. Kemauan
untuk terus belajar adalah munculnya
kesadaran bahwa lingkungan yang dihadapi
yang berkaitan dengan usahanya bersifat
dinamis sehingga untuk proses belajar
sebaiknya selalu dikembangkan agar
usahanya tetap survive dan berkembang
seiring dengan perubahan-perubahan yang
terjadi. Bekerja keras adalah mencintai dan
menghayati pekerjaanya dengan disertai
rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan
yang dihadapi. Kemampuan berkomunikasi
berarti memiliki teknik menyampaikan ide
yang dapat diterima orang lain secara baik
dan mengesankan sehingga tercipta
hubungan pribadi yang akrab dan
dimungkinkan sampai pada kerjasama
dalam bisnis. Selain seorang wirausaha
memiliki kemampuan berkomunikasi maka
dia juga sebaiknya memiliki kemampuan
bergaul dimana seorang wirausaha
diharapkan pandai membina persahabatan
dengan orang lain sehingga hal ini sangat
menentukan bagi terciptanya relasi dan
akses usaha.
Menurut Shaver (1995) yang dalam
studinya membandingkan wirausaha dan
yang bukan wirausaha.bahwa seorang
wirausaha memiliki motivasi, pengendalian
diri, kreatif dan pengambil resiko. Seorang
wirausaha memang tidak hanya dilahirkan
tetapi mereka bisa dibentuk. Suatu
penelitian
dalam
bidang
psikologi
menghasilkan temuan yang memiliki dua
implikasi menarik yaitu bahwa keyakinan
seseorang tentang potensi wirausaha dapat
diubah dan pendidikan, pelatihan dan
konsultasi bisnis mempunyai peran penting
untuk mendukung sukses seseorang dalam
berwirausaha. Apa yang dikemukakan
Shaver tersebut memberikan pandangan
yang berbeda dimana potensi seseorang
dapat diubah dari seseorang yang kurang
memiliki kemampuan berwirausaha untuk
menjadi seorang wirausaha. Pembentukan
karakteristik wirausaha tersebut dilakukan
melalui proses pendidikan, pelatihan dan
konsultasi.
Hisrich
dan
Peters
(2008)
mengemukakan latar belakang dan
karakteristik seorang wirausaha yaitu (1)
Pendidikan dimana tingkat pendidikan
seorang wirausaha mendapatkan perhatian
riset
yang
signifikan.
Pendidikan
memainkan peranan penting dalam
membantu
para
wirausaha
dalam
mengatasi
masalah-masalah
mereka.
Meskipun pendidikan formal tidak begitu
penting untuk memulai bisnis baru namun
pendidikan mempunyai pengaruh positif
terhadap
kesempatan
bahwa
para
wirausaha akan menemukan peluangpeluang baru dan mengeksploitasi peluang
yang telah ditemukan. (2) Nilai-nilai Pribadi,
meskipun
telah
banyak
studi
mengindikasikan bahwa nilai-nilai pribadi
sangat penting bagi para wirausaha , studistudi ini seringkali gagal mengindikasikan
bahwa para wirausaha dapat dibedakan
dari manajer, wirausaha yang tidak berhasil
sehubungan dengan nilai-nilai ini namun
ada aspek lain dari nilai-nilai pribadi yang
sangat penting dari para wirausaha yaitu
etika dan perilaku etis karena wirausaha
memang berbeda dari para manajer dalam
beberapa aspek etika. (3) Usia; sangat
penting untuk membedakan antara usia
wirausaha
yang
tercermin
dalam
pengalamannya dan usia kronologis. Dalam
usia kronologis sebagian besar pengusaha
memulai karier wirausaha antara usia 22
dan 45 tahun namun karier dapat dimulai
sebelum atau sesudah rentang usia ini
selama
wirausahawan
memiliki
pengalaman
yang
dibutuhkan
dan
dukungan finansial serta tingkat energi
tinggi yang dibutuhkan memulai dan
mengelola usaha barunya dengan berhasil.
(4) Sejarah Kerja; para wirausaha
menyatakan bahwa usaha mereka yang
paling signifikan bukanlah usaha mereka
yang pertama karena sepanjang karier
mereka
bersifat
terbuka
terhadap
banyaknya peluang usaha baru dan
mengumpulkan lebih banyak ide untuk
membuat usaha baru. Pengalaman
pembentukan usaha baru yang sebelumnya
merupakan sarana untuk memprediksi
dalam memulai bisnis-bisnis selanjutnya.
Hasil penelitian dari Shane et al.
(1993) menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh orang tua sebagai wirausaha
terhadap anak-anak mereka. Hal ini dapat
dilihat dari para mahasiswa yang kuliah di
jurusan bisnis kebanyakan berasal dari
anak-anak pengusaha. Sejak kecil mereka
sudah diarahkan untuk menjadi wirausaha
dan mereka dikondisikan pada lingkungan
yang
membentuk
mereka
menjadi
wirausaha. Mereka berminat menjadi
wirausaha
karena
didorong
oleh
pergaulannya dengan orang-orang yang
biasa berbicara dan membahas masalahmasalah seputar kewirausahaan. Dari
penelitian ini menunjukkan bahwa untuk
melahirkan seorang wirausaha diperlikan
upaya yang terarah dimana watak,
perilaku, pola pikir dan cara kerja yang
dikatakan sebagai personal competence
sudah harus diprogram dari anakanaksebelum memasuki bangku kuliah
sehingga jiwa wirausaha dapat tumbuh
subur ketika mereka memasuki bangku
kuliah.
Cak Man Sebagai Seorang Wirausaha
Melihat pengalaman pribadi dalam
berwirausaha
dapat
memberikan
gambaran mengenai perilaku yang
dibutuhkan oleh seorang wirausaha dimana
didalamnya terdapat sejumlah pengalaman
hidup, hambatan dan kesulitan yang
dihadapi dan bagaimana cara mengatasi
kesulitan-kesulitan tersebut. Selain itu juga
dapat diketahui konsep dan prinsip dalam
mengelola usaha, pandangan hidupnya
dalam memberikan pelayanan kepada
konsumennya. Pengalaman pribadi yang
didapat dari hasil deep interview dari
penulis dengan Cak Man dapat digunakan
sebagai
gambaran
bagaimana
wirausahawan ini dalam mengelola
usahanya dan apa saja yang dilakukannya
untuk menjadikan usahanya menjadi
sukses.
Apabila orang mengenal gudeg dari
Jogja, pempek dari Palembang maka untuk
bakso masyarakat akan mengatakan ada
dua jenis yaitu bakso-Malang dan baksoSolo. Berbicara mengenai bakso Malang,
ada beberapa nama usaha bakso yang
pernah dikenal masyarakat namun untuk
sepuluh tahun terakhir orang akan
mengatakan “ Bakso Kota Cak Man” karena
bakso ini telah memiliki brand name yang
kuat. Perusahaan penjual bakso yang
memiliki motto “ Selalu Segar, Masak Hari
Ini , Jual Hari Ini” telah memiliki 11 outlet di
kota Malang dimana kota ini relatif tidak
terlalu besar dan 77 outlet yang tersebar di
seluruh nusantara seperti di Jakarta,
Surabaya, Semarang, Makasaar, Batam,
Kediri, Samarinda, Manado, Ternate dan
sampai saat ini ada permohonan dari
beberapa tempat di Jawa maupun diluar
Jawa yang sedang dalam proses seleksi dan
penyelesaian perjanjiannya. Sesuatu yang
fenomenal juga telah dilakukan oleh Bakso
Kota Cak Man adalah ketika menerima
Piagam Penghargaan dari Museum Rekor
Indonesia (MURI) sebagai pembuat bakso
terbesar di dunia dengan diameter 165
centimeter pada tanggal 8 Juli 2007
bertempat di ITC Super Mega Grosir,
Surabaya.
Kesuksesan yang diraih oleh Cak Man
yang memiliki nama asli H. Abdul Rachman
Tukiman adalah karena dia mampu
mengembangkan potensi dirinya dengan
baik. Dengan berbekal pada potensi diri
yang dikembangkan inilah maka pintu
kesuksesan akan dapat dibuka. Kesuksesan
dalam berwirausaha tidak datang begitu
saja tetapi memerlukan proses yang berliku
dan
penuh
tantangan.
Dengan
mengembangkan potensi diri yang baik
maka akan menghasilkan pribadi yang
mampu menghadapi berbagai tantangan
dan kesulitan dalam mencapai kesuksesan.
Sebelum
Cak
Man
memiliki
perusahaan penjual baksonya, tahun 1980
beliau ikut orang lain untuk menjajakan
bakso dan hal ini berlangsung selama
empat tahun. Pantang menyerah dan tidak
adanya rasa putus asa melekat pada diri
Cak Man. Walaupun tidak dapat dikatakan
bahwa ikut kerja dengan orang lain adalah
buruk tetapi tidak dipungkiri bahwa bekerja
dengan orang lain dapat memperkaya
wawasan dan yang terpenting menemukan
potensi diri yang selama ini tersembunyi
yaitu bakat wirausaha. Di tahun 1984
keputusan berani mencoba dan dengan
berbekal modal Rp 70.000,00 termasuk
peralatan mengilhami Cak Man untuk
membikin bakso sendiri dan menjajakannya
dengan menggunakan gerobak. Seseorang
yang telah memiliki keyakinan terhadap
kesuksesan, ia akan mampu menemukan
jalan keluar
yang
terbaik
dalam
menghadapi berbagai persoalan yang
dihadapi. Begitu juga dengan Cak Man,
pada tahun 1985 dia menikah lalu bisa
membeli gerobak 12 buah sehingga pada
tahun itu dia mencoba membuat bakso
sendiri bahkan orang lain ikut membantu
menjajakannya. Sambil membuat bakso,
Cak Man melihat peluang bahwa apabila
dia dapat menjual bakso di kaki lima maka
dia juga akan mendapatkan keuntungan
dari penjualan minum, oleh sebab itu di
tahun 1986 Cak Man mewujudkan
impiannya dengan berjualan bakso di kaki
lima dan di tahun 1987 bakso Cak Man
telah dikenal di masyarakat.
Kesuksesan akan tumbuh dari sikap
mental dan keyakinan awal bahwa
kesuksesan itu akan dapat diraih. Dengan
sikap
mental
seperti
ini
akan
menumbuhkan semangat kerja, motivasi
dan kesungguhan dalam menekuni usaha
yang sedang dijalankan. Semangat kerja,
motivasi dan kesungguhan merupakan
variabel
yang
banyak
mendorong
seseorang
mencapai
kesuksesan.
Seseorang yang memiliki prasangka baik
bahwa usaha yang dijalankan akan
mencapai kesuksesan tentu ia tidak akan
mudah menyerah dan putus asa dalam
menghadapai persoalan karena persoalan
yang muncul justru memicu semangat
bagaimana cara memecahkan persoalan
tersebut karena ia yakin kalau ia mampu
mengatasi persoalan itu, kesuksesan akan
diperolehnya. Demikian juga dengan Cak
Man, dengan segala rintangan yang ada
dan semangat kerja kerasnya yang luar
biasa maka di tahun 1990 dia sudah
memiliki dua cabang warung bakso. Seiring
dengan berkembangya usaha maka pada
tahun 2002-2003 banyak investor yang
ingin membeli usaha bakso tesebut dan
ada orang Jakarta yaitu Bapak Nur Kholis
yang berupaya untuk memanajemeni
usaha Cak Man ini. Kerjasama dengan
orang Jakarta inilah yang membuat bakso
kota ada di Jakarta.
Cak Man yang berasal dari
Trenggalek-Jawa Timur, memberikan nama
“Bakso Kota” dengan alasan karena dia
memimpikan untuk hidup di kota. Dengan
masa kanak-kanak yang kurang begitu
beruntung menjadikan Cak Man menjadi
pribadi antusias dan berjuang dengan
penuh totalitas. Dorongan untuk mencapai
kesuksesan membuat Cak Man tergerak
energi kreativitasnya sehingga setiap waktu
Cak Man selalu melakukan eksperimeneksperimen untuk membuat varian baru
dalam memproduksi baksonya. Bakso Kota
ini memiliki keistimewaan dimana selain
tidak menggunakan bahan pengawet,
daging yang dibuat sebagai bahan baku
merupakan daging pilihan dari supplier
yang dapat dihandalkan dan daging yang
digunakan merupakan daging yang tidak
lebih dari 3-4 jam dari pemotongan jadi
ketika daging ini akan diolah masih terasa
hangat. Apabila supplier memberikan
daging diluar syarat dari Cak Man maka
daging tersebut tidak diterima. Dengan
falsafah hidupnya “Gak Iso Maca Sing
Penting Mulyo (Tidak Bisa Baca yang
Penting Hidup Sejahtera) maka dia
berusaha
untuk
memelihara
nilai
kepercayaan
konsumennya
dengan
memberikan kualitas produk yang terbaik
karena dia yakin bahwa kepercayaan bagi
seorang wirausaha adalah modal utama
yang harus terus dipelihara disamping
aspek lain seperti kreativitas. Seorang
wirausaha
yang
sudah
kehilangan
kepercayaan dari pelanggan, relasi bisnis,
supplier dan lainnya maka dia akan
kehilangan harta yang paling berharga.
Dan sebagai insan yang agamis maka
apabila dalam satu hari ada bakso yang sisa
maka bakso tersebut diamalkan sehingga
bakso-bakso yang dijajakan di setiap outlet
dimungkinkan selalu baru.
Dalam membuat keputusan untuk
berani mencoba, bagi sebagian wirausaha
bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan
karena diketahui bahwa aktivitas mencoba
selalu dihadapkan pada resiko. Namun
seorang
wirausahawan
tidak
akan
mengetahui letak kekurangannya apabila
tidak mau mencoba terlebih dahulu karena
dengan mencoba akan diketahui hal-hal
yang menjadi kendala dan kekurangan dari
usaha yang dijalankannya. Keberanian
mencoba akan melahirkan semangat untuk
berani menghadapi segala resiko yang akan
terjadi. Keputusan untuk mencoba harus
dilandasi dengan suatu perhitungan yang
matang
dimana
perhitungan
ini
menyangkut kejelian dalam melihat kondisi
lingkungan, arah perkembangan dan
pertimbangan-pertimbangan lain yang
barangkali diluar pemikiran kebanyakan
orang. Seringkali kebanyakan orang melihat
keputusan yang diambil seorang wirausaha
tidak logis dan bersifat kontroversial tetapi
kenyataannya di kemudian hari justru
wirausaha tersebut dapat menikmati
kesuksesan berkat keberaniannya dalam
mencoba yang semula dianggap tidak logis.
Demikian yang dilakukan Cak Man, dengan
semangatnya maka di tahun 2006 dia
membuat Franchise Bakso Kota-Cak Man
dimana para investor apabila tertarik dapat
melihat
di
website
www.baksocakman.com atau dapat menghubungi
langsung di PT KOTA JAYA dengan alamat
Ruko Depan SMPN 5, Jl. WR Supratman
Kavling 13-14 Malang dengan telepon dan
Fax (0341) 336017. Membuka franchise
dikatakan keputusan kontroversial karena
Cak Man ini awam tentang hal itu bahkan
Cak Man mengalami kesulitan dalam
membaca dan menulis sehingga selama
usahanya berkembang dia dibantu oleh
rekannya yaitu Bapak Gatot.
Ketika investor tertarik dengan
franchise ini maka dari pihak Cak Man akan
melakukan survei untuk melihat pangsa
pasar dan bahan baku yang tersedia. Harga
bakso Cak Man ini di setiap kota berbeda.
Produk bakso tidak disupport dari Malang
tetapi disetiap cabang dikirim tenagatenaga ahli yang berasal dari pusat dan
bumbu bakso inilah yang disupport dari
Malang. Ketika investor telah disetujui
franchisenya sehingga terjadi kerjasama
antara Cak Man dan investor namun pada
kenyataannya pihak investor tidak sesuai
dengan
ketentuan
yang
telah
dipersyaratkan Cak Man maka hak
franchise bisa dicabut.
Cak Man dalam Menghadapi Tantangan
dalam Berwirausaha
Problema umum yang seringkali
terdengar
ketika
seseorang
ingin
berwirausaha adalah keterbatasan modal.
Modal dianggap sebagai handicap utama
yang membatasi gerak seseorang. Modal
dapat dipandang sebagai ukuran kuantitatif
dari kemampuan menanamkan suatu nilai
pada waktu sekarang dengan harapan
keuntungan masa mendatang. Orang yang
mempunyai modal yang cukup besar berani
mempertaruhkan modal untuk keuntungan
jangka panjang karena mereka mempunyai
modal yang cukup untuk ditanam sampai
batas jangka panjang itu tiba. Namun tidak
setiap orang menganggap modal sebagai
faktor
penghalang
utama
dalam
berwirausaha, terdapat faktor lain yang
lebih penting daripada modal dalam
memulai suatu usaha yaitu gagasan/ide
awal untuk memulai usaha, strategi bisnis
yang akan dijalankan dan pengelolaan
modal. Hal inilah yang membuat Cak Man
berani memutuskan untuk membuat bakso
sendiri dan tidak ikut orang. Dengan
berbekal modal yang tidak terlalu besar
dan tingkat resiko yang ada maka dia
berusaha mengelola usahanya secara hatihati. Ada beberapa tips yang dilakukan Cak
Man berkenaan dengan adanya hal ini yaitu
:
 Berusaha tidak meminjam modal dari
bank
Membuka usaha baru penuh resiko
dan sifatnya spekulatif namun tidak
berarti orang harus menyurutkan
keinginan yang sudah dipersiapkan.
Melalui pemikiran yang seksama,
kehati-hatian
yang
tinggi
dan
keputusan rasional tingkat resiko yang
dialami setidaknya dapat dikendalikan.
Oleh sebab itu pemenuhan modal
kerja seharusnya tidak menggunakan
dana pinjaman dari bank karena
disamping
membayar
angsuran
pokoknya juga terkena beban bunga
yang harus dibayar setiap bulan.
Menurut Cak Man modal sebaiknya
diperoleh dari hasil penjualan harta
pribadi sehingga tidak ada resiko
bunga yang harus dibayar dan dapat
lebih
berkonsentrasi
untuk
mengembangkan usahanya. Jadi ketika
Cak Man membuka bisnis baru
maupun
saat
mengembangkan
usahanya tidak pernah meminjam
modal dari bank.
 Penting menyusun anggaran yang akan
dikeluarkan
Bagi seorang wirausaha yang akan
memulai usaha baru seharusnya
membuat perencanaan yang jelas,
fleksibel dan realistis. Pembelian

peralatan atau apapun yang memang
tidak terlalu penting sebaiknya
dihindari dan apapun yang akan dibeli
seharusnya didasarkan pada relevansi
dengan usaha yang akan dijalankan.
Sebaiknya
dibuat
prioritas
pembelanjaan,
kemudian
secara
bertahap kebutuhan yang lain baru
akan dibeli ketika usahanya mulai
dikenal pasar sehingga dengan
demikian modal usaha dapat dihemat
dan resiko dapat ditekan.
Membuat produk yang tidak mudah
ditiru
Cak Man menyadari bahwa inovasi
sangat diperlukan ketika seseorang
ingin menjadi wirausaha. Inovasi ini
dapat
digali
dari
pengalamanpengalaman unik dan pengetahuan di
dalam diri para wirausaha. Bagi Cak
Man inovasi dia gali dari eksperimeneksperimennya dalam meramu bumbu
bakso sekaligus variasi bakso sehingga
dia
berupaya
untuk
membuat
differensiasi dari perusahaan bakso
lainnya.
Promosi
memainkan
peranan
penting terhadap ketertarikan konsumen
pada produk yang ditawarkan ke pasar.
Banyak promosi yang secara cepat
menimbulkan minat pembeli seperti pada
produk
anak-anak
atau
barang
kenyamanan (convinience goods) tetapi
juga ditemukan promosi yang cenderung
berpengaruh lamban terhadap respon
konsumen seperti pada promosi barangbarang mewah (luxurious goods). Kesemua
ini menunjukkan bahwa pada dasarnya
promosi terbukti mampu menarik minat
konsumen untuk membeli produk yang
ditawarkan. Cak Man melihat promosi
untuk membuat usahanya semakin
terkenal. Salah satu bentuk promosinya
adalah dengan membangun reputasi yang
baik, reputasi yang baik ini dapat
diwujudkan seperti sikap ramah, jujur dan
suka berderma. Menurutnya dengan
reputasi yang baik maka memudahkan
dalam mencari konsumen, hal ini karena
orang banyak suka pada kepribadiannya.
Selain itu Bakso Kota-Cak Man ini memiliki
bentuk tanggung jawab sosial (Social
Responsibility) terhadap lingkungan sekitar
dengan cara memberikan magang pada
mahasiswa yang berkeinginan magang
ditempatnya. Hal inilah yang memberikan
kesan sehingga nama besar usahanya
semakin berkembang.
Pemasaran dipandang sebagai fungsi
yang penting yang didasarkan pada
pandangan bahwa betapapun baiknya
suatu produk yang dihasilkan perusahaan
apabila tidak dapat dipasarkan maka
produk tersebut tidak bermanfaat. Hukum
pemasaran yang berlaku adalah bahwa
produk
harus
menyesuaikan
pada
permintaan pasar sehingga produsen
sebaiknya menciptakan produk yang
didasarkan
pada
informasi
pasar
sasarannya.
Kemampuan
produsen
mengidentifikasikan apa yang dibutuhkan
dan diinginkan pasar sasaran dengan
memperhatikan
gerakan
pesaing
merupakan titik tolak potensi keberhasilan
usahanya. Strategi bisnis yang dilakukan
Cak Man terlihat cukup efektif untuk
menjadikan usahanya sukses. Yang penting
diperhatikan dari keberhasilan Cak Man
adalah membuat strategi bisnis yang
sederhana tetapi implementatif yang
diiringi semangat untuk selalu berinovasi
memuaskan konsumennya.
Kesimpulan
Dalam berwirausaha orang harus
bersifat fleksibel dan imajimatif, mampu
merencanakan, berani mengambil resiko
dan membuat keputusan serta tindakan
untuk mencapai tujuannya. Menjadi
wirausaha maka seseorang harus dapat
bekerja dalam keadaan konflik dan keraguraguan, namun dengan berwirausaha orang
dapat menawarkan sesuatu yang berguna
bagi orang lain. Untuk menjadi wirausaha
diperlukan berbagai persyaratan yang tidak
mudah bagi seseorang dalam membuka
dan menjalankan usahanya sehingga
usahanya
menjadi
berhasil.
Ada
karakteristik-karakteristik tertentu dimana
karakteristik itu sebagai pemacu seseorang
untuk memulai usaha. Secara umum
karakteristik itu meliputi percaya diri,
kreatif, suka tantangan, bekerja keras dan
tidak mudah putus asa.
Cak Man sebagai pemilik perusahaan
penjual bakso diawal kariernya berani
mengambil resiko memutuskan untuk tidak
ikut kerja dengan orang kemudian memulai
bisnisnya dengan membuat bakso sendiri.
Semangat pantang menyerah dan tidak
mudah putus asa membuat bisnis Bakso
Kota-Cak Man berkembang pesat sampai
memiliki 88 outlet diseluruh nusantara
bahkan
impiannya
yang
akan
diwujudkannya adalah membuka outlet
bakso di luar negeri. Menjadi wirausaha
memiliki beberapa persyaratan yang
meliputi berorientasi jangka panjang,
motivasi yang kuat, cukup pengtahuan dan
pengalaman dan pantang menyerah.
Potensi seseorang dapat diubah dari
yang
kurang
memiliki
kemampuan
berwirausaha menjadi berkemampuan
berwirausaha. Semuanya itu dapat
dilakukan melalui proses pendidikan,
pelatihan dan konsultasi. Tetapi yang dapat
diubah dari proses pendidikan, pelatihan
dan konsultasi ini adalah pembentukan
sikap dan karakteristik wirausaha. Hal itu
dilakukan
untuk
menghasilkan
wirausahawan yang tangguh.
Referensi
Scarborough, M.Norman & Zimmerer, W.Thomas. 2002.
Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil.
Prenhallindo; Edisi Bahasa Indonesia.
Scarborough, M.Norman & Zimmerer, W.Thomas. 2002.
Essensials of Entrepreneurship ans Small Bussiness
Management. Prentice Hall : Third Edition.
Longenecker, Justin.G, Moore, Carlos. W and Petty,
J.William. 2001. Kewirausahaan : Manajemen Usaha
Kecil. Penerbit Salemba Empat. Edisi Pertama.
Hisrich, Robert D., and Peters, Maichael P., 1998.
Entrepreneurship. The International Edition, McGrawHill, North America.
Hisrich, Robert D., and Peters, Maichael P., 2008.
Kewirausahaan. Penerbit Salemba Empat. Edisi Tujuh.
Craig, Justin B.L., Johnson, Debra, 2006. Journal of
Management Development Vol 25 No.1, pp 28-39.
Establising Individual Differences Related to
Opportunity Alertness and Inovation Dependent on
Academic-Career Training.
Meredith, Geoffrey G.et al, 1995. Kewirausahaan Teori dan
Praktek, Penerbit PT Pustaka Binaman Pressindo.
Jakarta.
Littunen, Hannu. 2000. Entrepreneurship and the
Characteristics of the Entrepreneurial Personality,
International Journal Entrepreneurial Behavior &
Research Vol 6 No 6, 2000.
Chell, E., Haworth, J. And Bearley, S. 1991. The
Entreprenurial Personality Routledge. London.
Hawkins, Kathleen L, and Turla, Peter A. 1986. Test Yours
Entrepreneurial IQ, Barkley Book. USA.
Mussleman, Vernon A. And Jackson, John H., 1984.
Introduction to Modern Bussiness, Prentice Hall, Inc.
USA.
Shane, Scott, Kolvereid, Lars, and Westhead, Paul. 1993. Do
International and Domestic Entrepreneurs Differ at
Star-up? In entrepreneurship Reseach: Global
Download