II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Perkembangan Anak Usia Dini

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan anak usia dini adalah peletak dasar pada masa keemasan inilah
anak usia dini akan mudah menerima stimulus yang diberikan pendidik. Anak
akan siap menerima pembelajaran dari lingkunganya untuk mengembangkan
kemampuan dirinya karena anak usia dini akan membangun sendiri
pengetahuanya.
Menurut Jumaris (dalam Sujiono, 2013:54) yang menyatakan bahwa
perkembangan terdahulu akan menjadi contoh untuk perkembangan
selanjutnya oleh sebab itu apabila terjadi hambatan maka perkembangan
selanjutnya akan mendapat hambatan.
Anak usia dini sosok individu yang sedang mengalami masa yang sangat
cepat dalam rentang perkembangannya, karena anak usia dini adalah peniru
yang ulung apa yang mereka lihat pasti mereka tiru untuk itu dalam
mempersiapkan untuk kehidupan selanjutnya dibutuhkan proses pembelajaran
yang dapat menstimulus perkembangan anak.
9
Menurut Sujiono (2007:4) yang menjelaskan bahwa anak usia dini adalah
sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan
pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Dari penjelasan di atas maka dibutuhkan proses pembelajaran anak usia dini
harus memperhatikan karakteristik anak usia dini itu sendiri sesuai tahapan
perkembangannya. Pada hakikatnya pembelajaran anak usia dini itu tidak
terlepas dengan bermain, karena dengan bermain anak akan menstimulasi
semua perkembangannya dengan baik dan anak akan dapat mempersiapkan
anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya, oleh karena itu perkembangan
anak harus diberikan secara optimal agar tidak menghambat perkembangan
selanjutnya.
B. Hakikat Perkembangan Motorik Anak
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola
gerakan yang dapat dilakukan anak, keterampilan motorik diperlukan untuk
mengendalikan tubuh. Anak yang berusia 5 tahun pertama pertumbuhan dan
perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada usia
itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak yang sedang berkembang
cepat. Pada masa usia taman kanak-kanak perkembangan kemampuan anak
sangat terlihat juga, salah satunya perkembangan motoriknya.
Hildebrand (dalam Kamtini, 2005:124) mengemukakan ada dua macam
keterampilan motorik yaitu keterampilan koordinasi otot kasar dan
keterampilan otot halus.
10
Proses tumbuh kemampuan motorik anak berhubungan dengan proses
kemampuan gerak anak. Perkembangan motorik anak akan dapat terlihat
secara jelas melalui permainan yang dapat mereka lakukan. Oleh Karena itu,
peningkatan keterampilan motoriknya terutama motorik halus anak
berhubungan erat dengan bermain yang merupakan aktivitas utama anak usia
dini.
Pada prinsipnya perkembangan anak memilki berbagai perkembangan yang
dimilikinya salah satunya koordinasi motorik. Perkembangan ini merupakan
koordinasi antara mata dan tangan yang harus berkembang dengan baik,
seiring dengan kematangan syaraf dan pengalaman yang dimiliki oleh anak
maka perkembangan motorik anak dapat berkembang atau terkoordinasi
dengan baik.
Menurut Hurlock (2002:151) berdasarkan berbagai pandangan para ahli
tentang hakikat dan prinsip perkembangan motorik menyatakan bahwa
prinsip perkembangan motorik sebagai berikut:
a. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf
perkembangan. Bentuk kegiatan motorik yang berbeda sejalan dengan
perkembangan daerah (area) sistem syaraf yang berbeda. Karena
perkembangan pusat syaraf yang lebih rendah, yang bertempat dalam urat
syaraf tulang belakang, pada waktu lahir berkembangnya lebih baik
ketimbang pusat syaraf yang lebih tinggi yang berada dalam otak, maka
11
gerak reflek pada waktu lahir lebih baik dikembangkan dengan sengaja
ketimbangkan dibiarkan berkembang dengan sendiri.
b. Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang sebelum
sistem syaraf dan otot berkembang dengan baik, upaya untuk
mengajarkan gerakan terampil bagi anak-anak akan sia-sia.
c. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan
Pola perkembangan yang dapat diramalkan terbukti dari adanya
perubahan kegiatan khusus. Dengan matangnya mekanisme urat syaraf,
kegiatan masa digantikan dengan kegiatan spesifik, dan secara acak
gerakan kasar membuka jalan untuk memperhalus gerakan yang hanya
melibatkan otot dan anggota badan yang tepat.
Beberapa prinsip yang telah dijelaskan oleh Hurlock di dalam buku
perkembangan anak bahwa salah satu prinsip perkembangan motorik yaitu
perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf, dimana
perekembangan tersebut harus diberikan stimulus atau rangsangan sesuai
dengan tahap perkembangan, salah satunya perkembangan motorik halus
anak, perkembangan ini merupakan salah satu perkembangan yang
hendaknya dikembangkan dengan baik dan memberikan kebutuhan anak
tersebut harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak masing-masing
atau dengan kebutuhan anak, salah satu kebutuhan anak itu sendiri adalah
bermain dengan bermain anak akan menjadi lebih matang yang sebelumnya
tidak berkembang dengan baik.
12
C. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus adalah proses tumbuh kembang kemampuan
gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan
dengan kematangan saraf dan otot-otot halus anak, sehingga setiap gerakan
sederhana merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian
dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan kemampuan
motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmani yang
terkoordinasi antar pusat syaraf, urat syaraf dan otot.
Motorik halus menurut Arthur S. Rober (dalam Dewi Rosmala, 2005)
diartikan sebagai gerakan yang dilakukan dengan menggunakan otot otot
halus seperti menggambar, menggunting, dan membentuk. Keterampilan
motorik halus yang menggunakan jari jemari, tangan dan pergelangan
yang tepat, penguasaan motorik halus anak sama pentingnya dengan
motorik kasar.
Dari penjelasan di atas, setiap anak memiliki keterampilan yang berbeda,
anak akan mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal
hendaknya mendapatkan stimulasi tepat, di setiap fase anak membutuhkan
rangsangan untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya. Semakin
banyak stimulus atau kegiatan yang diberikan semakin banyak pula anak akan
mengeksplor perkembangannya.
Menurut Magil (dalam Sumantri, 2005:143) yang menyatakan bahwa
keterampilan ini melibatkan koordinasi (syaraf otak) yang memerlukan
ketepatan untuk berhasilnya keterampilan ini.
Motorik halus merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan
kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil atau halus untuk mencapai
13
pelaksanaan keterampialan yang berhasil. Melalui gerakan motorik halus
yang dapat dilakukan sendiri dengan berbagai kegiatan seperti menggambar,
menggunting, mengayam, meronce dan menggunting. Motorik halus anak
akan berkembang dengan baik, sangat berpengaruh pada stimulus yang
diberikan, seperti yang kita ketahui motorik halus ini untuk mempersiapkan
anak untuk menulis dengan tepat dan benar.
1. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus
Karakteristik perkembangan motorik halus anak dapat dijelaskan dalam
Sumantri (2005:149) sebagai berikut:
a. Pada saat anak berusia tiga tahun
Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus pada
masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput
benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya tetapi
gerakan itu sendiri masih kikuk.
b. Pada usia empat tahun
Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara
substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih
cepat bahkan cenderung ingin sempurna.
c. Pada usia lima tahun
Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih
sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah
koordinasi mata. Anak juga telah mampu membuat dan
melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti kegiatan proyek.
d. Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun
Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun ia telah belajar
bagaimana menggunakan jari jemarinya dan pergelangan tangannya
untuk menggerakkan ujung pensilnya
Dari penjelasan diatas karakteristik anak itu beragam, oleh karena itu
kegiatan dalam pembelajaran akan beragam pula sesuai tingkat
perkembangan anak, seperti perkembangan motorik halus anak dengan
14
memberikan pembelajaran yang tidak sesuai tingkat usianya maka anak
tersebut tidak akan berkembang dengan baik.
2. Tujuan dan Fungsi Mengembangkan Motorik Halus
Tujuan motorik halus di usia 4-5 tahun adalah:
a) Anak mampu mengembangkan kemapuan motorik halus yang
berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
b) Anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan
dengan jari jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan
memanipulasi benda-benda.
c) Anak mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan.
d) Anak mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik
halus. Secara khusus tujuan mengembangkan motorik halus untuk
anak usia 4-5 tahun adalah anak dapat menunjukkan kemampuan
menggerakkan
anggota
tubuhnya
dan
terutama
terjadinya
koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk menulis.
Sumantri (2005) Sedangkan fungsi mengembangkan ketrampilan
motorik halus adalah untuk mendukung aspek perkembangan
lainya seperti kognitif, bahasa, sosial karena pada hakikatnya setiap
tahap perkembagan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
15
3. Keterampilan Motorik Halus Anak
Keterampilan motorik atau otot-otot halus menyangkut dengan
koordinasi gerakan jari-jari tangan dalam melakukan berbagai kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh anak.
Menurut Hurlock (2002:157) Keterampilan yang dipelajari dengan
baik akan berkembang menjadi kebiasaan yang dapat di
identifikasikan melalui kebiasaan sebagai setiap bentuk yang
berulang dengan cepat dan lancar tersusun dari pola gerakan yang
dapat dikenal.
Hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik :
a. Kesiapan belajar
Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka
keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama
oleh orang yang sudah siap, akan lebih unggul ketimbang oleh orang
yang belum siap belajar.
b. Kesempatan belajar
Banyak anak yang tidak berkesempatan belajar untuk tidak
mempelajari keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan
yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua
takut hal yang demikian akan melukai anaknya.
c. Kesempatan berpraktek
Anak harus diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan
untuk menguasai suatu keterampilan.
16
d. Model yang baik
Dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru suatu model
memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu
keterampilan dengan baik anak harus dapat mencontoh model yang
baik
.
e. Bimbingan
Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan
bimbingan. Bimbingan juga membantu anak membetulkan sesuatu
kesalahan, sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan
baik sehingga sulit dibetulkan kembali.
f. Motivasi
Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari
ketertinggalan. Untuk mempelajari keterampilan, sumber motivasi
umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan
tersebut, kemandirian, dan gengsi yang diperoleh dari kelompok
sebayanya, serta kompensasi terhadap perasaan kurang mampu
dalam bidang lain khususnya dalam tugas sekolah.
g. Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu
Tidak ada hal-hal yang sifatnya umum perihal keterampilan tangan
dan keterampilan kaki, melainkan setiap jenis keterampilan
mempunyai perbedaan tertentu, sehingga setiap keterampilan harus
dipelajari secara individu. Sebagai contoh memegang sendok untuk
makan akan berbeda dengan memegang krayon untuk mewarnai.
17
h. Keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu
Mencoba mempelajari berbagai macam keterampilan motorik secara
serempak, khususnya apabila menggunakan kumpulan otot yang
sama
akan
membingungkan
anak
dan
akan
menghasilkan
keterampilan yang tidak sesuai serta merupakan pemborosan waktu
dan tenaga. Apabila sesuatu keterampilan sudah dikuasai, maka
keterampilan lain dapat dipelajari tanpa menimbulkan kebingungan.
Dari penjelasan di atas, keterampilan motorik anak yang meliputi
berbagai hal dalam keteampilan motorik anak yang hendaknya dipelajari
oleh guru agar dapat mengembangkan keterampilan motorik anak. Anak
hendaknya diberi berbagai kesempatan belajar, kesempatan untuk
berkarya dan kesempatan untuk mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki anak sejak dini dan memberikan pengalaman langsung kepada
anak.
Pendidik harus memberikan model pembelajaran yang baik contohnya
dengan bermain karena dengan bermain anak akan mempraktekkan
langsung dengan begitu anak akan menstimulus perkembangannya
terutama perkembangan motorik halusnya. Pendidik harus memberikan
membimbing kepada anak didiknya sebaik mungkin dari mereka yang
tidak bisa menjadi bisa dari yang tidak tau apa-apa berubah menjadi
mempunyai pengetahuan yang luas karena anak belajar dari yang dia
dapat dari pendidiknya agar mereka lebih percaya diri dan merasa
dihargai segala hasil kegiatan yang dilakukan oleh anak tersebut.
18
4. Pendekatan Mengembangkan Motorik Halus
Pendidik hendaknya perlu menekankan pentingnya bermain atau
mengembangkan
motorik
dan
mengembangkan
seluruh
aspek
perkembangan lainya, terdapat dua hal yang tidak dapat dilupakan
pertama adalah pemahaman akan pentignya hubungan kegiatan tersebut
dengan mengembangkan daya pikir dan daya cipta anak, kedua adalah
bila anak tidak dapat bergerak bebas dan kesempatan bermainya
terabaikan maka anak tersebut tumbuh kembangnya akan tidak optimal
dengan baik. Selanjutnya pendekatan yang dapat mengambangkan
motorik halus anak hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a) Berorientasi pada kebutuhan anak
Anak usia dini adalah masa yang sedang membutuhkan stimulasi
secara tepat untuk mencapai seluruh aspek perkembangan anak,
baik fisik maupun psikis dengan demikian ragam jenis main dalam
pembelajaran hendaknya menyesuaikan kebutuhan anak dengan
berbagai aspek perkembangan pada masing masing anak.
b) Belajar sambil bermain
Upaya menstimulasi yang diberikan pendidik terhadap anak usia
dini hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan bagi
anak dengan menggunakan pendekatan bermain.
19
c) Kreatif dan inovatif
Aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik
melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa
ingin tahu anak, dan menemukan hal hal baru.
d) Lingkungan kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik sehingga anak
akan betah. Pendidik hendaknya memperhatikan keamanan dan
kenyamanan
anak
untuk
bermain.
Penataan
ruang
harus
menyesuaikan dengan kondisi ruang gerak anak untuk bermain
adanya interaksi anatara teman sebaya.
Sebagai guru harus mengerti bagaimana cara mengembangkan motorik
halus anak dan melatih berbagai kemampuan anak dengan menciptakan
pembelajaran yang menarik sesuai dengan tahapan usia anak dan
berdasarkan kebutuhan anak. Memberikan kesempatan bagi anak untuk
melatih motorik halus dengan berkreatifitas membuat berbagai bentuk.
Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak untuk itu
sebagai guru harus tau bagaimana mengembangkan motorik halus anak
dengan cara memberikan pembelajaran yang menarik dan memberikan
kesempatan bagi anak untuk bermain sesukanya. Memberikan APE yang
mendukung perkembangan motorik halus anak seperti bermain
playdough, dengan bermain playdough anak akan membuat playdoug
dari awal pencampuran adonan, hingga anak dapat membuat berbagai
bentuk sesuai keinginan anak dengan pencampuran bahan-bahan
20
playdough, anak bisa melatih kemampuan motorik halusnya untuk
kesiapan belajar anak, dari bermain playdough kemampuan anak
tercapai dengan baik terutama kemapuan motorik halusnya, bukan hanya
playdough banyak kegiatan seperti menggunting, meronce, melipat,
menggambar dan masih banyak lagi kegiatan yang dapat menstimulus
perkembangan motorik halus anak.
D. Media Pembelajaran Anak Usia Dini
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah
perantara atau pengantar. Media pembelajaran adalah sumber sumber belajar
selain guru inilah disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang
diadakan atau diciptakan secara terencana oleh pendidik.
Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2011:3) Mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahunan,
keterampilan, atau sikap.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar
memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indra anak. Penggunaan
media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman dan yang lebih baik
terhadap isi pelajaran. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan
membawa pembelajaran ke dalam suasana rasa senang dan gembira di mana
ada keterlibatan emosianal dan mental.
21
1. Jenis Jenis Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar ada 2 unsur yang amat penting adalah metode
mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan
pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis
media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek
lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan
pembalajaran, jenis, tugas dan respon yang diharapkan siswa dikuasai
setelah pembelajaran berlangsung. Meskipun demikian, dapat dikatakan
bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagi alat
bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan
belajar yang tata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik (dalam Arsyad, 2011:15) Mengemukkan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh pengaruh psikologis terhadap sisiwa.
Penggunaan media pembalajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
sangat membantu keefektipan proses pembalajaran dan penyampaian
pesan dan isi pembelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan
motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu
mengembangkan seluruh aspek perkembangannya.
Kegiatan bermain sangatlah mutlak bagi anak belajar sambil bermain
merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat membantu
perkembangan motorik halus anak. Konsep pembelajaran yang konkrit
sehingga tidak hanya bermain tetapi juga untuk melatih motorik halus
22
anak, tidak hanya itu dalam bermain anak dapat diajarkan cara bekerja
sama dengan temanya adanya interaksi yang didalamnya ada proses
sosialisasi dengan teman sebaya.
Munadi (2013:55-56) menyatakan bahwa ada tiga jenis media
pembelajaran yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran oleh guru disekolah yaitu :
a. Media Visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan
menggunakan indra penglihatan terdiri atas media yang dapat
diproyeksikan (projected visual) dan media tang tidak dapat
diproyeksikan (nonprojekted visual).
b. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk
auditif yang dapat meransang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar dan jenisnya.
c. Media audo visual merupakan kombinasi dari media audio dan
media audio visual atau media pandang dengar.
Untuk itu pembelajaran harus berpusat pada perkembangan anak dan
kebutuhan anak sehingga pembelajaran dapat menjadi menyenangkan
bagi anak, sehingga anak dapat menjadi aktif, kreatif, dan dapat
mengembangkan motorik halusnya dengan baik. Guru hendaknya dapat
membuat anak tidak bosan dengan media yang membuat anak jenuh.
Guru tidak hanya mendikte atau memberikan pembelajaran dengan
menggunakan media yang hanya itu-itu saja. Guru hendaknya
23
memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangan seluruh aspek
perkembanganya dan menyediakan alat permaianan yang menarik antara
lain:
a. Media Playdough
Playdough adalah alat bantu pembelajaran berupa adonan mainan
yang terbuat dari tepung yang mudah di bentuk oleh anak yang
berguna untuk melatih kegiatan koordinasikan jari jemari tangan
dengan mata pada motorik halus anak usia dini. Bermain playdough
anak bisa membuat berbagai bentuk geometri, membuat buahbuahan, membuat kue, membuat hewan-hewanan
dari bahan
tersebut, anak bisa memilih warna yang mereka sukai, untuk melatih
motorik halus anak.
Dipaparkan Rahayu, (2010:55–56), bahan dan cara membuat Playdough
yaitu :
1. Bahan yang harus dipersiapkan: (1) tiga gelas tepung, (2) satu
setengah gelas garam, (3) tiga sendok makan minyak goring, (4)
satu gelas air, dan (5) satu sendok makan pewarna makanan.
2. Cara membuat: (1) campurkan seluruh bahan dalam mangkuk
atau wadah berukuran besar, tambahkan pewarna makanan
hingga warnanya sesuai dengan yang diinginkan, dan (2) simpan
dalam wadah kedap udara.
24
3. Membuat berbagai model mainan dari Playdough
1. Bahan dan Peralatan: (1) bahan :Playdough yang sudah dibuat,
(2) peralatan: mesis mainan dari origami, dan alat bantu lainnya,
dan (3) kelengkapan lain: karton, mika, atau piring-piringan dari
kertas untuk alas meletakkan hasil membentuk
Langkah bermain : (1) Playdough dibentuk model mainan secara
langsung dengan tangan. Misalnya : bentuk buah apel, belimbing,
jambu, pisang, manggis, anggur, dan lainnya, (2) hasil yang telah
dibentuk selanjutnya dirapikan, dihaluskan, dan dihias dengan
menggunakan alat bantu yang disediakan, dan (3) setelah selesai
hasil yang telah dibuat anak diletakkan di atas dasaran karton
atau alas lainya.
1) Manfaat Bermain Playdough
Pada dasarnya dengan bermainlah anak bisa belajar, bermain
playdough adalah salah satu aktivitas yang bermanfaat untuk
perkembangan otak anak, bermain playdough tidak hanya
memberikan kesenangan. Disamping dapat mengembangkan
motorik halus anak, adapun manfaat dengan bermain playdough
yaitu :
1. Kemampuan sensorik
Salah satu cara untuk mengenalkan sesuatu adalah melalui
sentuhan dengan bermain playdough anak belajar tentang
tekstur dan bagaimana menciptakan sesuatu bentuk dan
keterampilan lain.
25
2. Kemampuan berpikir
Bermain playdough bisa mengasah kemampuan berpikir anak.
Dengan memberikan latihan kepada anak
dan memberikan
contoh bagaimana bermain dan menciptakan sesuatu dengan
playdough.
3. Kemampuan emosi
Bermain playdough dengan bermain anak dapat meningkatkan
kontor emosinya, dalam segala hal. Sabar dalam membuat,
membentuk dari bermain playdough.
4. Kemampuan sosial
Bermain playdough dengan teman-temanya anak mempunyai
kesempatan untuk berinteraksi. Karena seorang anak pada
dasarnya berpikir self center (terpusat pada diri sendiri), namun
dengan melakukan aktivitas dengan bermain bersama maka
akan belajar bahwa dengan bermain bersama juga sangat
menyenangkan.
b. Menggambar
Gerakan motorik halus anak seperti menggambar akan diperlukan anak
saat ia bersekolah nanti. Namun demikian, kemampuan seseorang anak
untuk melakukan gerakan motorik tertentu tak akan sama dengan anak
lain walaupun meraka usianya sama. Sebagian besar anak usia 4-5
tahun sangat senang menggambar, kegiatan tersebut anak akan dapat
mengekspresikan apapun yang dilihatnya dalam bentuk gambar,
26
walaupun gambar yang dihasilkan masih berupa coret-coretan
sederhana, akan tetapi coretan tersebut memilki arti. Cara menggambar
masing masing anak beragam, tetapi pada umumnya saat menggambar
salah satu tangannya akan memegang kertas, sedangkan tangan
satunya memegang alat gambar seperti pensil atau krayon. Semakin
anak menguasai gerakan tangannya pada saat menggambar, maka ia
menjadi semakin bisa “mengerimakan” tangannya artinya memahami
batas gerakan yang dapat dilakukan oleh tangannya.
c. Meronce
Meronce adalah merangkai pada seutas benang atau tali sehingga
menghasilkan
suatu
karya
yang
indah
salah
satu
kegiatan
menyenangkan ini dapat menggunakan bahan bekas dan yang ada
dilingkungan sekitar.
Barmin (2009:53) mengatakan bahwa meronce merupakan
kegiatan yang mencerminkan wujud penghargaan terhadap
keindahan benda-benda yang ada di alam dan dapat
mengembangkan perkembangan motorik halus. Selain itu juga
merupakan penghargaan anak terhadap benda yang dipakainya.
Bahan roncean yang digunakan bisa seperti benda roncean dengan
bahan bekas, dengan manik-manik dan biji-bijian.
Kegiatan
meronce
ini
salah
satunya
untuk
mengembangkan
kemampuan motorik halus anak serta merangsang kemampuan
kreatifitas anak. Kegiatan meronce ini juga memiliki beberapa tahap
untuk mengaplikasikannya seperti meronce berdasarkan warna ini
adalah tahapan pertama atau tahapan yang paling rendah dalam
27
kegiatan meronce, meronce berdasarkan bentuk ini satu langkah maju
untuk anak mengenal berbagai macam bentuk roncean.
2. Fungsi Media Pembelajaran
Hamalik (1997), fungsi media pembelajaran yaitu :
a. Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif
b. Penggunaan media merupakan bagian internal dalam sistem
pembelajaran.
c. Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
d. Penggunaan dalam pembelajaran adalah untuk mempercepat proses
pembelajaran dalam membantu siswa dalam upaya memahami
materi yang disajikan oleh guru dalam kelas.
e. Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
mempertinggi mutu pendidikan.
Dari penjelasan di atas fungsi media itu beragam selain bisa
memudahkan pendidik untuk menyediakan media apa saja yang harus
pendidik lakukan, ada banyak kegiatan yang dapat guru pelajari dalam
mengembangkan motorik halus anak antaranya bermain playdough,
menggambar, dan meronce yang telah dijelaskan di atas.
28
Penyediaan media pendidik atau guru hendaknya menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih menarik untuk anak dan pendidik hendaknya
menyesuaikan tingkat perkembangan anak didiknya agar pembelajaran
yang dilakukan oleh pendidik lebih efektif dan seluruh aspek
perkembangan anak terutama perkembangan motorik halus anak usia
dini.
E. Penelitian yang Relavan
1. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Niluh Sri Murdiani, 2011
dengan
judul
“Pengaruh
Kegiatan
Mewarnai
Gambar
Dalam
Meningkatkan Motorik Halus Anak Di Kelompok B TK Jaya Kumara
Desa
Balinggi Jati Kecamatan balinggi Kabupaten Parigi Moutong”
(Program Studi PG PAUD Universitas Taduloko). Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk menggambarkan keadaan
sesungguhnya, kemudian ditarik kesimpulan. Adapun subjek penelitian ini
adalah seluruh anak kelompok B TK Jaya Kumara Desa Balinggi Jati
Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong yang berjumlah 25 anak.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan
pemberian tugas. Pengolahan data dilakukan dengan teknik persentase.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh kegiatan mewarnai
gambar dalam meningkatkan motorik halus anak dimana terdapat 80%
anak yang memiliki kemampuan motorik halus yang baik, ada 16% anak
yang memiliki kemampuan motorik halus cukup, dan ada 4% anak yang
memiliki kemampuan morik halus kurang. Dengan demikian dapat
29
disimpulkan bahwa motorik halus anak meningkat melalui kegiatan
mewarnai gambar sebagai kegiatan pembelajaran dengan cara memberikan
gambar dan menugaskan anak untuk mewarnai gambar tersebut.
2. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Siti Nurhajiyah, 2012
dengan judul “Peningkatan Motorik Halus Melalui Aktivitas Menggambar
Pada Kelompok B2 di TK Aba Bogoran Trirenggo Bantul” (Program Studi
PG PAUD Universitas Negeri Yogyakarta). Jenis penelitian ini adalah
pengembangan deskriftif kualitatif, teknik pengumpulan datanya yang
digunakan
berupa
portofolio.
Instrument
penelitian
menggunakan
instrument panduan observasi dan praktik langsung. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan motorik halus anak yang
signifikan pada anak melalui aktivitas menggambar. Hal ini dibuktikan
dari ketiga teknik pengumpulan data hasil rata-rata pre test yang diperoleh
sebagian besar adalah nilai rerata 3 sebanyak 15 anak dari total 30 siswa.
Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
menggambarkan
dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B2 TK
ABA Bogoran Trirenggo Bantul
dan
disarankan agar aktivitas
menggambar lebih banyak dikembangkan di TK umum lainnya agar dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Partiyem, 2014 dengan
judul “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dengan Kegiatan
Bermain Plastisin Kelompok B PAUD Istiqomah Sumber Bening
Kecamatan Selupu Rejang”
(Program Studi Pendidikan Guru Dalam
30
Jabatan Universitas Bengkulu). Jenis Penelitian ini penelitian tindakan
kelas dengan metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi
yang terdiri dari lembar observasi guru dan lembar observasi anak,
dokumentasi, serta penugasan. Data yang diperoleh menggunakan rumus
statistik. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh informasi bahwa pada
sebesar 77,5%. Hal ini membuktikan bahwa dengan kegiatan bermain
plastisin dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
4. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Nurul Khotimah, 2011
dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
Melalui menggunting Dan Menempel Di Kelompok B Tk Muslimat 2
Jombang” (Program Studi Pendidikan Guru PAUD Universitas Negeri
Surabaya). Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, metode
pengumpulan data yang menggunakan observasi penelitian ini katakan
berhasil bila aktivitas anak mencapai 80%. Disimpulkan dari penelitian ini
adalah bahwa melelui menggunting dan menempel dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak dikelompok B TK Muslimat 2 Jombang.
F. Kerangka Pikir
Lima aspek perkembangan yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional dalam UU No 58 tahun 2009 Tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini yaitu nilai-nilai moral agama, fisik motorik yang
didalamnya ada motorik kasar dan halus, kognitif, bahasa, dan sosial
emosional lima aspek perkembangan tersebut hendaknya di stimulus dengan
31
baik. Karakteristik anak usia dini itu beragam salah satunya memiliki rasa
ingin tahu yang sangat kuat dan bersifat eksploratif, untuk memenuhi itu
semua dibutuhkan pembelajaran dengan bermain yang menyenangkan bagi
anak karena pada hakikatnya pembelajaran anak usia dini itu adalah dengan
bermain. Salah satunya perkembangan motorik halus anak harus distimulasi
sejak dini agar anak mendapat kesempatan dalam mempersiapkan anak untuk
menulis dengan tepat dan benar.
Perkembangan motorik halus adalah keterampilan tangan yang menggunakan
jari jemari, tangan dan mata, keterampilan ini sangat dibutuhkan anak usia dini
untuk mempersiapkan anak untuk menulis dengan benar, stimulus hendaknya
sesuai tahapan perkembangan anak, dalam hal ini perkembangan motorik
halus anak peran pendidik dalam memberikan stimulus dalam kesiapan
menulis anak sangat penting dalam gaya mengajar, media pembelajaran yang
digunakan harus bervariasi dan menarik untuk anak agar anak bisa
berekplorasi dengan media yang telah diberikan.
Pembelajaran kepada anak hendaknya berprinsip belajar sambil bermain
dengan bermain pembelajaran yang menjadi lebih menarik dan akan
menstimulasi semua perkembanganya. Salah satunya dalam menggunakan
media, media sesuatu yang memudahkan bagi guru untuk mengoptimalkan
perkembangan anak terutama motorik halusnya.
32
Ada banyak kegiatan atau media yang dapat digunakan oleh guru antara lain
dengan bermain playdough dengan bermain playdough anak akan diberi
kesempatan dalam pembuatan playdough dari awal hingga membentuk
playdough. Bermain playdough adalah salah alat bantu pembelajaran berupa
adonan mainan yang terbuat dari tepung yang mudah di bentuk oleh anak yang
berguna untuk melatih kegiatan koordinasikan jari jemari tangan dengan mata
pada motorik halus.
Bermain playdough, dapat juga dengan menggambar didalam menggambar
anak akan dilatih cara memegang pensil atau krayon untuk membuat coretcoretan tetapi bermakna untuk anak, mencap dengan pelepah pisang, berlatih
cara mengunting dengan tepat dengan kegiatan seperti ini beragam cara untuk
melatih kesiapan anak untuk menulis dan anak akan lebih menyukai
pembalajarannya secara tidak langsung anak sudah melatih jari jemari anak,
ketika anak sudah merasa menyukai pembalajaranya maka kemampuan anak
akan lebih berkembangan secara optimal.
Berdasarkan paparan di atas maka dengan bermain anak akan belajar dan
penyediaan media pembelajaran memiliki pengaruh yang besar terhadap salah
satu perkembangan anak yaitu perkembangan motorik halus anak
Kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut :
33
Perkembangan
motorik halus anak
meningkat
Perkembangan
motorik halus rendah
Memanfaatkan berbagai media
pembelajaran seperti media
playdough, menggambar dan
meronce
Gambar 1
Kerangka berpikir studi deskriptif tentang penggunaan media
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak
usia dini
Berdasarkan bagan kerangka berpikir di atas dalam penelitian deskriptif
kuantitatif
ini
peneliti
berasumsi
bahwa
kegiatan
bermain
dengan
menggunakan media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus pada anak usia dini.
G. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka pertanyaan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak usia 4-5 tahun dengan
menggunakan media pembelajaran di PAUD Serasi Mawar Bandar
Lampung?
Download