modul praktik klinik ilmu kesehatan mata fakultas kedokteran

advertisement
MAKALAH DISKUSI TOPIK
KATARAK
Disusun oleh:
Yohanes Edwin Budiman 0906508541
Samuel Raymond R W 0906639915
Narasumber :
Dr. dr. Tjahjono D. G. PhD
MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
MARET 2013
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
ANATOMI3
Lensa bersifat transparen, bikonveks, dan berstruktur kristalin. Lensa terletak di antara iris
dan vitreus humor. Diameter lensa berkisar 9-10 mm dan ketebalan bervariasi dari 3,5 mm
saat lahir sampai 5 mm saat dewasa.
Kelengkungan lensa berbeda antara segmen anterior dan posteriornya. Segmen posterior
lensa lebih konveks/melengkung dari segmen anteriornya. Kedua segmen bertemu di ekuator.
Struktur-struktur lensa adalah sebagai berikut :
1. Lens capsule. Meruakan membran hialin tipis dan transparan yang melindungi
lensa. Kapsul lebih tebal di daerah anterior dibanding di posterior, paling tebal di
daerah pre ekuator anterior, paling tipis di daah kutub posterior.
2. Epitel anterior. Merupakan selapis sel kuboid di bawah lapisan kapsul anterior. Di
bagian ekuator sel ini menjadi kolumnar, dan aktif membelah untuk membentuk
serat lensa yang baru selama kehidupan. Tidak ada yang namanya epitel posterior.
3. Lens fibers. Sel epitel memanjang untuk membentuk serat serat lensa yang
mempunyai bentuk yang complicated. Serat lensa yang sudah matur merupakan
sel yang sudah tidak mempunyai inti. Serat-serat lensa yang terbentuk selam
kehidupan membentuk nukleus dan korteks.
a. Nukleus. Merupakan bagian tengah yang mengandung serat yang tertua.
Nukleus sendiri mempunyai bagian-bagian, dengan yang tertua ada di
bagian paling tengah.
b. Korteks. Mrupakan serat lensaa di sekitar nukleus yang berusia muda.
4. Ligamentum suspensorium (zonulla zinii). Strukturnya terdiri dari kumpulan serat
yang menghubungkan lensa ke badan silier. Ligamentum ini memungkinkan lensa
berada di posisi yang tetap dan bergerak sesuai dengan kontraksi otot siliar.
Untuk menjalankan fungsinya sebagai media refraksi, lensa harus mempunyai 3 fisiologi
untuk mempertahankan strukturnya :
1. Transparan. Lensa dapat menjadi trasnparan karena faktor-faktor sebagai berikut:
 Avaskular.
 Sel-sel yang rapat dan sesuai pengaturannya
 Kapsul lensa yang semipermeabel.
 Mekanisme pompa oleh membran serat lensa yang mengatur keseimbangan
elektrolit dan air dan menjaga agar dehidrasi
 Auto oksidasi dan konsentrasi glutation yang tinggi menjaga agar protein lensa
berada tereduksi dan menjaga pompa integrits dari pompa membran.
1
2. Metabolisme. Lensa memerlukan ATP untuk transpor aktif ion dan asam amino,
maintenance dehidrasi lensa, dan sintesis protein. Eergi yang dihasilkan sebagian
besar dialihkan ke epitel yang merupakan tempat transpor aktif, hanya 10-20
persen untuk sintesis protein. Sumber energinya didapatkan dari aqueous humour.
Glukosa merupakan sumber energi yang utama. Aktivitas metabolik paling
banyak terdapat di epitel dan korteks, sedangkan untuk nukleus biasanya tidak
begitu banyak. Metabolisme dapat terjadi melalui glikolisis anaerob, HMP shunt,
dan sikous Krebs. Pada pasien dengan DM dapat terjadi jalur sorbitol.
KATARAK
Definisi
Katarak merupakan kelainan mata tenang dengan gejala penurunan visus penglihatan
perlahan. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies yang berarti air terjun. Pandangan
pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun. Kesan tersebut terjadi akibat
keruhnya lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya. Penuaan/aging
merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan faktor lain seperti trauma,
toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan faktor keturunan. Tanpa faktor
pajanan, katarak dapat muncul pada usia 70 tahun.1
Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama (51%) kebutaan di dunia. Hampir 20 juta jiwa
mengalami kebutaan karena katarak, dan jumlah ini diproyeksikan akan menjadi 40 juta jiwa
pada tahun 2020.2 Di negara berkembang, katarak terkait usia dapat muncul lebih cepat.
Penelitian di India menunjukkan katarak dapat muncul 14 tahun lebih awal dibandingkan di
Amerika Serikat. Sebagai perbandingan, prevalensi katarak yang sudah mengganggu visus
(<=6/9) pada populasi berusia 75-83 tahun di India adalah sebesar 82% dibandingkan 46% di
Amerika Serikat. Katarak dapat ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria dengan
rasio 1:8.3
Di Indonesia, katarak adalah penyebab kebutaan terbanyak (1,02%) dari total angka kebutaan
1,47%. Peningkatan penduduk usia lanjut yang diproyeksikan pada tahun 2025 meningkat
sebesar 400% akan menjadi ancaman peningkatan prevalensi katarak. Meningkatknya angka
kejadian penyakit kronis seperti DM dan hipertensi juga memiliki faktor terhadap
peningkatan angka kejadian tersebut.4
2
Dampak katarak dalam aspek kehidupan 8
Indra penglihat mempunyai berbagai fungsi seperti binocular vision, peripheral vision,
kemampuan visuospasial, dan penglihatan dari berbagai jarak. Kehilangan daya penglihatan
sebelah mata dapat menurunkan fungsi yang membutuhkan kemampuan dua bola mata
seperti visuospasial dan binocular. Fungsi visual mempunyai peran penting untuk kesehatan
fisik dan mental, salah satunya adalah mobilitas. Pada pasien usia lanjut, kehilangan daya
penglihatan dapat meningkatkan risiko jatuh dan fraktur pinggul. Penurunan persepsi jarak
dan kontras secara independen meningkatkan risiko jatuh dan fraktur pinggul. Selain itu,
kecelakaan lalu lintas menurun setengahnya pada pasien yang sudahdioperasi katarak.
Etiologi
Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi, yang mengakibatkan
lensa
mata
menjadi
keras
dan
keruh.
Etiopatogenesisdarikataraksaatinimasihbelumdapatdijelaskan, namunterdapatbeberapafaktor
yang dapatmempengaruhi/mempercepatterjadinyakatarak, yaitu:5,6
a. Faktor keturunan
b. Cacat bawaan sejak lahir
c. Masalah esehatan, misalnya diabetes
d. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid
e. Gangguan pertumbuhan
f. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
g. Asap rokok
h. Operasi mata sebelumnya
i. Trauma (kecelakaan) pada mata
j. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui
Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya dapatdipahami.
Patogenesis dari katarak didugamelibatkaninteraksi kompleks antara berbagai proses
fisiologis. Dengan bertambahnya umur,lensa akan mengalami perubahan menjadi lebih berat
dan tebal sedangkankemampuan akomodasinya berkurang. Lapisan kortikal baru akan terus
bertambahdalam pola konsentris lensa, sedangkan nukelus sentral mengalami kompresi
danmengeras dalam proses yang disebut sklerosis nuklear.Beberapa mekanisme berkontribusi
terhadap hilangnya secara progresif transparansi dari lensa. Epitel lensa diduga mengalami
3
perubahan yang berkaitandengan usia, terutama penurunan densitas sel epitel lensa dan
diferensiasimenyimpang dari sel serat lensa. Walaupun epitel dari lensa katarak
mengalamikematian apoptosis dalam tingkat yang rendah yang tidak menyebabkan
penurunanyang signifikan dalam kepadatan sel, akumulasi kehilangan epitel dalam skala
kecildapat
menyebabkan
yangselanjutnya
dapat
perubahan
pembentukan
menyebabkan
hilangnya
serat
lensa
transparansi
dan
homeostasis
lensa.Selanjutnya
denganbertambahnya usia, penurunan tingkat di mana air dan metabolit dengan beratmolekul
rendah yang larut dalam air dapat masuk ke dalam sel inti lensa melaluiepitelium dan korteks
terjadi
dengan
penurunan
berikutnya
di
tingkat
transportasi
air,nutrisi,
dan
antioksidan.Akibatnya kerusakan oksidatif progresif lensa yang berhubungan denganpenuaan
terjadi yang selanjutnya mengarah berkembang menjadi katarak senilis.Berbagai studi
menunjukkan peningkatan produk oksidasi misalnya glutathioneteroksidasi serta penurunan
vitamin antioksidan dan enzim superoxida dismutasemempunyai peran penting dalam proses
oksidatif dalam proses kataraktogenesis.3,5
Klasifikasi
 Berdasarkan cara didapat katarak dibagi menjadi

Kongenital, acquired
 Berdasarkan morfologi, katarak diklasifikasikan menjadi

Subkapsular, inti, kortikal
 Berdasarkan stadium kematangan yakni

Insipien, imatur, matur, hipermatur
KatarakKongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir. Katarak kongenital
bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa
disebabkan oleh infeksi kongenital, seperti campak, berhubungan dengan penyakit anabolik,
seperti galaktosemia.Faktor risiko terjadinya katarak kongenital adalah penyakit metabolik
yang diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih
dalam kandungan.3
Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya tidak
meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa.
Letak kekeruhan
tergantung pada saat mana terjadi gangguan pada kehidupan janin.3
4
Katarak kongenital tersebut dapat terjadidalam bentuk katarak lamelar atau zonular, katrak
polaris posterior, polaris anterior, katrak inti (katarak nuklearis), dan katrak sutural.3
Gambar 1.MorfologiBentukKatarak. 3
1. Katarak Lamelar atau Zonular
Di dalam perkembangan embriologik permulaan terdapat perkembangan serat lensa maka
akan terlihat bagian lensa sentral yang lebih jernih. Kemudian terdapat serat lensa keruh
dalam kapsul lensa. Kekeruhan berbatas tegas dengan bagian perifer tetap bening. Katarak
lamelar ini mempunyai sifat herediter dan ditransmisi secara dominan, katarak biasanya
bilateral.Katarak zonular terlihat segera sesudah bayi lahir. Kekeruhan dapat menutupi
seluruh celah pupil, bila tidak dilakukan dilatasi pupil sering dapat mengganggu
penglihatan.Gangguan penglihatan pada katarak zonular tergantung pada derajat kekeruhan
lensa.3
2. Katarak Polaris Posterior
Katarak polaris posterior disebabkan menetapnya selubung vaskular lensa. Kadang-kadang
terdapat arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan pada lensa bagian
belakang.3
3. Katarak Polaris Anterior
Gangguan terjadi pada saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa dalam perkembangan
embrional. Hal ini juga mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik mata depan pada
perkembangan embrional. Pada kelainan yang terdapat di dalam bilik mata depan yang
5
menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti piramid. Katarak polaris
anterior berjalan tidak progresif.Katarak Polaris anterior inidapatmenimbulkan gangguan
penglihatan tergantung pada derajat kekeruhan lensa.3
4. Katarak Nuklear
Katarak semacam ini jarang ditemukan dan tampak sebagai bunga karang. Kekeruhan terletak
di daerah nukleus lensa. Sering hanya merupakan kekeruhan berbentuk titik-titik.Gangguan
terjadi pada waktu kehamilan 3 bulan pertama. Biasanya bilateral dan berjalan tidak
progresif, biasanya herediter dan bersifat dominan. Katarakiniumumnya tidak mengganggu
tajam penglihatan.3
5. Katarak Sutural
Katarak sutural merupakan kekeruhan lensa pada daerah sutura fetal, bersifat statis, terjadi
bilateral dan familial.Karena letak kekeruhan ini tidak tepat mengenai media penglihatan
maka ia tidak akan mengganggu penglihatan.3
Gambar 2. Katarak Kongenital 6
Katarak Didapat
6
Berbeda dengan katarak kongenital dimana kekeruhan lensa terjadi karena terganggunya
pembentukan lensa, kekeruhan lensa pada acquired cataract terjadi akibat degenerasi lensa
yang sudah terbentuk sebelumnya. Mekanisme pasti mengapa terjadi degenerasi tersebut
masih belum jelas. Namun, faktor-faktor seperti fisikia, kimia, dan biologis yang
mengganggu keseimbangan air dan elektrolit diduga berujung kepada kekeruhan lensa.
1. Katarak Senilis
Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering dijumpai. Katarak ini biasanya
bilateral, namun onset nya berbeda antara mata satu dengan yang lainnya. Berdasarkan
letaknya, katarak senilis dapat terjadi di kortikal (katarak halus : gambar atas kanan, atas kiri,
dan tengah kiri)), nukleus (katarak kasar : gambar tengah kanan), dan subkapsular (gambar
bawah kiri).
Gambar 3. Lokasi-lokasi katarak. 5
7
Faktor-faktor yang berperan dalam katarak senilis antara lain faktor keturunan, radiasi UV,
diet, riwayat dehidrasi, dan merokok. Sedangkan faktor-faktor yang dapat membuat onset
menjadi lebih cepat adalah faktor keturunan, DM (katarak nuklear), distrofi miotonik (katarak
subkapsular) dan dermatitis atopik.
Mekanisme Kekeruhan.
1. Katarak senilis kortikal. Peningkatan usia/aging dapat menyebabkan penurunan protein,
asam amino, kalium yang diikuti peningkatan konsentrasi natrium dan hidrasi lensa,
menyebabkan koagulasi protein yang ada di korteks.
2. Katarak senilis nuklear. Proses degeneratif yang terjadi adalah sklerosis nuklear yang
berkaitan dengan dehidrasi dan penebalan nukleus. Dapat terjadi peningkatan protein tidak
terlarut air.
Stadium Maturasi katarak3
1. Katarak insipien
Kekeruhan dimulai dari tepi ekuator berbentuk jaruji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal).
2. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa karena lensa degeneratif menyerap air.
Lensa yang membengkak dan membesar akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal, hal ini dapat menimbulkan penyulit berupa glaukoma.
3. Katarak imatur
Lensa sebagian keruh, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa
bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
4. Katarak matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh lapisan lensa. Bila katarak imatur atau intumesen
tidak dikeluarkan maka cairan akan keluar sehingga ukuran lensa kembali normal dan
terjadi kalsifikasi lensa. Bilik mata depan kembali normal, tidak terdapat bayangan
iris pada lensa yang keruh sehingga shadow test menjadi negatif.
5. Katarak hipermatur
Massa lensa yang berdegenerasi mencair dan keluar dari kapsul lensa sehingga ukuran
lensa mengecil.
8
6. Katarak Morgagni
Jika katarak hipermatur tidak dikeluarkan , akan terjadi pengerutan dan korteks telah
mencair sehingga nukleus lensa akan turun dari tempatnya dalam kapsul lensa.
Gambar 4. Stadium Maturasi Katarak6
2. Katarak Metabolik6
a. Diabetes Mellitus
Hiperglikemia dapat meningkatkan kadar glukosa di humour aqueous, sehingga glukosa
dapat berdifusi ke lensa. Glukosa kemudian dimetabolisme menjadi sorbitol oleh aldose
reductase. Sorbitol kemudian terakumulasi di lensa, sehingga terjadi overhidrasi osmotik
sekunder. Pada derajat ringan, pengaruhnya hanya sebatas ke indeks refraktif lensa yang
berkaitan dengan kadar glukosa plasma pasien. Pada fase lanjut, timbul vakuol cairan
korteks.
9
Gambar 5.KatarakMetabolik6
b. Dermatitis atopi
10% pasien dengan dermatitis atopi mendapatkan katarak pada dekade-2 dan -4 kehidupan.
Katarak biasanya bilateral dan berkembang pesat. Gambarannya adalah plak subkapsular
anterior yang padat dan berbentuk seperti tameng, dengan kapsula anterior yang kerut.
3. Katarak Sekunder6
Katarak sekunder terbentuk akibat penyakit mata lainnya. Penyebab paling sering adalah
uveitis anterior kronik. Penyakit ini akan menyebabkan inflamasi di intraokuler, sehingga
terjadi katabolisme pada batas darah-aqueous atau darah-vitreous. Penyakit lain yang dapat
memicu katarak adalah miopia tinggi. Pada kekeruhan miopia patologis, dapat terjadi
kekeruhan lensa subkapsular anterior dan sklerosis nukleus.
10
4. Katarak Trauma
Katarak dapat terjadi akibat trauma tajam, tumpul, sengatan listrik, radiasi infra merah, dan
radiasi ion.
Gambar 6.Katarak Trauma 6
Gejala KlinisKatarak
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan
penglihatan yang muncul secara bertahap.
a) Penglihatan kabur dan berkabut
b) Fotofobia
c) Penglihatan ganda
11
d) Kesulitan melihat di waktu malam
e) Sering berganti kacamata
f) Perlu penerangan lebih terang untuk membaca
g) Seperti ada titik gelap didepan mata
Gejala Klinis katarak menurut tempat terjadinya sesuai anatomi lensa :
a. Katarak Inti/Nuclear

Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat ,dan untuk melihat
dekat melepas kaca mata nya

Penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning , lensa akan lebih
coklat

Menyetir malam silau dan sukar
b. Katarak Kortikal

Kekeruhan putih dimulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu penglihatan

Penglihatan jauh dan dekat terganggu

Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra
c. Katarak Subscapular

Kekeruhan kecil mulai dibawah kapsul lensa, tepat jalan sinar masuk

Dapat terlihat pada kedua mata

Mengganggu saat membaca

Memberikan keluhan silau dan ”halo” atau warna sekitar sumber cahaya

Mengganggu penglihatan
Pemeriksaan Katarak3,6
1. Pemeriksaan tajam penglihatan (visual acuity). Visus pasien bergantung dari 6/9
sampai PL (perception of light) +. Visus ini merupakan salah satu penanda fase
perkembangan katarak.
2. Pemeriksaan iluminasi oblik/oblique illumination examination. Menunjukkan warna
lensa pada area pupil.
3. Pemeriksaan bayangan iris/test for iris shadow. Pemeriksaan ini mengindikasikan
adanya katarak imatur. Saat cahaya menyinari pupil secara oblik, terbentuk bayangan
12
bulan sabit pada batas pupil di iris. Saat lensa sepenuhnya buram atau transparan,
maka tidak ada bayangan bulan sabit yang terbentuk.
Gambar 7. Bayangan iris pada katarak imatur (A) dan matur (B)3
4. Pemeriksaan oftalmoskopi. Pada mata normal terlihat cahaya fundus kuning. Pada
lensa katarak parsial akan terlihat bayangan hitam pada area merah pada daerah
katarak. Pada lensa katarak yang komplit tidak terlihat apa-apa. Pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk menilai status ada tidaknya kelainan di makula, papil nervus optikus
dan retina, yang bertujuan untuk menilai prognosis katarak.
Apabila funduskopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan proyeksi penglihatan dan
refleks cahaya tidak langsung untuk menilai apakah ada kelainan pada bagian mata
selain lensa. Dapat pula dilakukan penilaian pupil (inspeksi, refleks cahaya langsung,
refleks cahaya tidak langsung).
5. Slit-lamp examination. Dilakukan pada pupil yang sepenuhnya berdilatasi.
Pemeriksaan ini menunjukkan morfologi bagian lensa yang keruh (lokasi, ukuran,
ketebalan, dan kekerasan nukleus).
13
Diagnosis banding3
1. Katarakkongenitaldengantandaleukokoriaperludibedakandenganbeberapapenyakitlain
yang dapatjugamenyebabkanleukokoria, seperti retinoblastoma, retinopathy of
prematurity, persistent hyperplastic primary vitreus (PHPV), dansebagainya.
2. Katarak imatur atau Immature senile cataract (ISC) dapat didiagnosis banding dengan
sklerosis nukleus, dengan:
Katarak imatur
Penurunan visus progresif tanpa nyeri
Lensa berwarna abu
Bayangan iris ada
Titik hitam pada cahaya merah yang
Sklerosis nukleus
Penurunan visus progresif tanpa nyeri
Lensa berwarna abu
Bayangan iris tidak ada
Tidak ada titik hitam pada cahaya merah
diamati pada olftalmoskopi langsung dari
kejauhan
Pemeriksaan slit-lamp menunjukkan area
Pemeriksaan slit-lamp bersih
korteks katarak
Tajam penglihatan tidak membaik dengan Tajam penglihatan membaik dengan pinpin-hole
hole
3. Katarak matur dapat didiagnosis banding dengan penyebab lain refleks pupil putih
(leukokoria), dengan:
Katarak matur
Leukokoria
Refleks putih pada area pupil
Refleks putih pada area pupil
Ukuran pupil normal
Ukuran pupil semidilatasi
Gambaran purkinje keempat tidak ada
Gambaran purkinje keempat ada
Pemeriksaan slit-lamp menunjukkan lensa Pemeriksaan
katarak
slit-lamp
menunjukkan
lensa dengan refleks putih di belakang
lensa
USG normal
USG peningkatan opasitas pada kavitas
vitreus
14
TalaksanaKatarak3
a) Katarak Kongenital
Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sejak bayi dalam kandungan dan segera
dapat terlihat sesudah bayi lahir. Korteks dan nukleus lensa mata bayi mempunyai konsistensi
yang cair. Bila kekeruhan lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak dapat
dilihat pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan secepatnya.
Katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia 2 bulan pada satu mata.
Paling lambat dilakukan pembedahanpadamata lainnya sebelumbayi berusia 2 tahun.
Sekarang dilakukan pembedahan lensa pada katarak kongenital dengan melakukan anterior
capsulotomydenganirigasidanaspirasimasalensaataudenganlensectomy.
Prosedurinidilakukandengan menyayat kapsul anterior lensa dan mengharapkan masa lensa
yang cair keluar bersama akuos humor atau difagositosis oleh makrofag. Biasanya sesudah
beberapa waktu terjadi penyerapan sempurna masa lensa sehingga tidak terdapat lensa lagi,
keadaan ini disebut afakia.
b) Pembedahan Katarak Senil
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan waktu kapan katarak dapat
dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan.
Digunakan nama insipien, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya
penyulit yang dapat terjadi. Bila pada stadium imatur terjadi glaukoma maka secepatnya
dilakukan pengeluaran lensa walaupun kekruhan lensa belum total. Demikian pula pada
katarak matur dimana bila masuk ke dalam stadium lanjut hipermtur maka penyulit mungkin
akan tambah berat dan sebaiknya pada stadium matur sudah dilakukan tindakan pembedahan.
Pembedahan yang dilakukanadalahekstraksilensa.Ekstraksi lensa sebenarnya suatu tindakan
yang sederhana, namun resikonya berat. Kesalahan pada tindakan pembedahan atau
terjadinya infeksi akan mengakibatkan hilangnya penglihatan tanpa dapat diperbaiki lagi.
Pembedahan dapatdilakukan dengan anestesi lokalmaupunanestesi umum.
Pembedahan katarak senil dikenal 2 bentuk yaitu intrakapsular atau ekstrakapsular.
1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE) merupakan tindakan umum pada katarak senil
karena bersamaan dengan proses degenerasi lensa juga terjadi degenerasi zonula Zinn
sehingga dengan memutuskan zonula ini dengan menarik lensa, maka lensa dapat
keluar bersama-sama dengan kapsul lensa.Melaluiprosedurini seluruh lensa katarak
dengan kapsul intak dinagkat. Saatini ICCE sudahjarangdilakukansejakadanyaECCE,
namun ICCE masihdilakukandenganindikasiadanya lensa sublukasi dan dislokasi.
15
Gambar 8. ICCE 3
2. Ekstraksikatarak ekstrakapsular (ECCE) dilakukan dengan merobek kapsul anterior
lensa dan mengeluarkan epitel, nukleus, dan korteks, tetapi kapsul posterior
dipertahankan intak.Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan miopia
tinggi untuk mencegah mengalirnya badan kaca yang cair keluar, dengan
meninggalkan kapsul posterior untuk menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular
sangatdianjurkan pada katarak senil untuk mencegah degenerasi makula pasca bedah.
Cara lain mengeluarkan lensa yang keruh adalah yang keruh adalah dengan terlebih
dahulu menghancurkan masa lensa dengan gelombang suara frekuensi tinggi (40.000
MHz), dan masa lensa yang sudah seperti bubur dihisap melalui sayatan yang
lebarnya cukup 3.2 mm. Untuk memasukkan lensa intraokular yang dapat dilipat
(foldable IOL) lubang sayatan tidak selebar sayatan pada ekstraksi katarak
ekstrakapsulat. Keuntungan bedah dengan sayatan kecil ini adalah penyembuhan yang
lebih cepat dan induksi terjadinya astigmatismat akan lebih kecil.Teknik pembedahan
pada ECCE antara lain:
16

Conventional extracapsular cataract extraction (ECCE),

Manual small incision cataract surgery (SICS),

Phacoemulsification
Gambar 9. ECCE 3
Persiapan bedah katarak
Dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan, Uji Anel, Tonometri dari ada atau tidak
adanya infeksi di sekitar mata.
Pemeriksaan keadaan umum penderita sebaiknya sudah terkontrol gula darah, tekanan
darah selain penderita sudah diperiksa paru untuk mencegah kemungkinan batuk pada
saat pembedahan atau pasca bedah.
KomplikasiOperasi5
Setelahdilakukanproseduroperasi, dapatterjadibeberapakomplikasiantara lain:
•
Rupture of the posterior lens capsule
•
Posterior loss of lens fragments
17
•
Posterior dislocation of IOL
•
Suprachoroidal haemorrhage
•
Acute postoperative endophthalmitis
•
Delayed-onset postoperative endophthalmitis
•
Posterior capsular opacification
•
Anterior capsular fibrosis and contraction
•
Malposition of IOL
•
Cystoid macular oedema
•
Retinal detachment
Jikaterjadikomplikasimakaharusdilakukantatalakasana yang sesuaidengankomplikasi yang
terjadi.
Tatalaksana Non-Bedah
Selaindenganpembedahan, dapatdilakukantatalaksana non bedahpadakatarak, antara lain:3
1. Tatalaksana kausa katarak.
Terutama pada katarak didapat, harus dicari penyebab katarak. Tatalaksana kausatif dapat
menghentikan perkembangan dan terkadang dapat meregresi perubahan katarak pada stadium
awal sehingga pembedahan dapat ditunda. Beberapa tindakan kausa antara lain:

Kontrol diabetes melitus.

Penghentian obat katarogenik seperti kortikosteroid, fenotiazin, dan miotik kuat, dapat
menunda atau mencegah katarogenesis.

Penghentian iradiasi (infra merah atau sinar X) dapat menunda atau mencegah
pembentukan katarak.

Tatalaksana awal dan adekuat pada penyakit mata seperti uveitis dapat mencegah
komplikasi katarak.
2. Langkah-langkah untuk menunda progresi.
Penggunaan garam iodin dengan kalsium dan potasium pada stadium awal dengan tujuan
menunda progresi atau vitamin E dan aspirin dengan tujuan menunda katarogenesis. Namun,
hingga saat ini masih belum ada data pastiyang mendukung peran obat-obat tersebut.
18
3. Langkah-langkah untuk meningkatkan penglihatan
Hal
inidapatdilakukanpadapasiendengan
katarak
yang
baru
atau
imatur,
denganmeningkatkanketajamanpenglihatanakan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Hal ini dapatdilakukandengan:

Perbaiki refraksi, yang biasanya berubah dengan cepat, harus dikoreksi dengan
interval yang cukupsering.

Penataan cahaya. Pasien dengan penglihatan yang buram pada bagian perifer
(peripheral opacities) di mana area pupil masih bebas, dapat diedukasi mengenai
penerangan yang terang. Sebaliknya, pada pasien dengan buram bagian sentral,
cahaya redup pada daerah samping dan sedikit belakang pasien akan memberikan
penerangan terbaik baginya.

Penggunaan kacamata
hitam
pada pasien
dengan
central
opacities
akan
menyamankan pasien ketika berada di luar ruangan.

Midriatikum. Pasien dengan katarak aksial kecil seringkali lebih baik bila pupilnya
berdilatasi. Hal ini membuat lensa paraxial yang jernih dalam transmisi cahaya,
sehingga gambar terbentuk dan fokus. Midiratikum yang digunakan adalah fenilefrin
5% atau tropicamide 1%, 1 tetes pada mata yang mengalami katarak dapat
menjernihkan penglihatan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. PERDAMI. Katarak. Available from:
http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2. [cited on: Monday,
18/03/2013, 20:00].
2. WHO. Cataract. Available from :
http://www.who.int/blindness/causes/priority/en/index1.html (cited on Monday 18
March 2013 : 21:00)
3. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology – 4th ed. New Delhi: New Age
International Publishers; 2007. p.93-103
4. Soehardjo. Kebutaan katarak: faktor risiko, gejala klinis, dan pengendalian.
[Disertasi]. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada; 2008.
5. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology 16th Edition.
New York: McGraw-Hill; 2007. p.105-20
6. Kanski JJ. Clinical ophthalmology: a systematic approach – 7th ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2007. P. 270-93.
7. Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta : Departemen
Ilmu Kesehatan Mata FKUI-RSCM; 2011. Halaman 74-76.
8. Collins N, Mizuiri D, Ravetto J, Lum FC. Cataract in the adult eye. San Fransisco :
American Academy of Ophthalmology; 2011. Page 4-6.
20
Download