EVALUASI KINERJA PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

advertisement
EVALUASI KINERJA PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI KABUPATEN TEMANGGUNG
Herny Juniasri
This study aims to determine, analyze and evaluate: 1) planning; 2)
preparation; 3) method, media and evaluation; and 4) the work performance
results of Islamic Education Supervisor at Temanggung Regency based on Islamic
education teacher’s. This research applies a qualitative descriptive approach
with CIPP evaluation method including Contex, Input, Process and Product. The
collecting data method is done with questionnaires, interviews, observation and
documentation.
It can be concluded in this thesis that the overall work performance of Islamic
education teacher supervisors at Temanggung Regency has not contributed with
maximal to the Islamic education teacher supervision , because supervisors are
still fixated with the task of correcting, and they have not searched for a solution
and dual role of supervisors as academic supervisor and managerial supervisor.
Likewise, the supervisors still need education and training, especially in the field
of research and development.
Keywords: Evaluation; Work Performance of Islamic Supervisor.
A. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan
meningkatkan mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh
dengan tantangan, dan guru merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu
Pengawas atau supervisor diperlukan dalam dunia pendidikan sebagai usaha
memberikan bantuan dan bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan
tugas intruksional guna memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan melakukan
stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinyu untuk meningkatkan
pertumbuhan jabatan guru secara individual ataupun kelompok.
Pengawas
yang ideal (Purwanto)1 bukan hanya mengawasi apakah guru
mampu menjalankan tugasnya dengan baik, tetapi juga berusaha bersama-sama
guru-guru mencari solusi cara memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi, dalam
1
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2012 hal 77
1
kegiatan supervisi guru diperlakukan sebagai patner kerja yang perlu didengar ide,
pendapat, dan pengalaman dalam usaha perbaikan pendidikan. Hal ini selaras
dengan apa yang diungkapkan oleh S M Kilminster & B C Jolly 2(2000 : 828)
bahwa :
Supervision is a complex activity, occurring in a variety of settings, has
various definitions, functions and modesof delivery. Most importantly, it is
an interpersonal exchange.
(Supervisi adalah kegiatan kompleks yang dilakukan dengan setting yang
bervariasi , mempunyai definisi, fungsi dan model penyampaian yang beragam).
Salah satu masalah utama yang melekat pada Pengawas Pendidikan Agama
Islam adalah masalah kinerja pengawas. Kegiatan supervisi masih berorientasi
pada pengawasan (kontrol) dan objek utamanya adalah administrasi, sehingga
suasana kemitraan antara guru dan supervisor kurang tercipta. Bahkan secara
psikologi guru merasa terbebani dengan pikiran untuk dinilai oleh pengawas.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Semiawan pada tahun 1990-an
seperti yang dikutip oleh Imron3 menghasilkan temuan bahwa sistem supervisi
kurang memadai karena dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain :
1) supervisi masih menekankan aspek administratif dan mengabaikan aspek
profesional, 2) tatap muka antara guru dengan supervisor sangat sedikit, 3)
supervisor banyak yang lama tidak mengajar sehingga dibutuhkan bekal tambahan
agar dapat mengikuti perkembangan baru, 4) pada umumnya masih menggunakan
jalur satu arah yaitu dari atas ke bawah dan 5) potensi guru sebagai pembimbing
kurang dimanfaatkan.
Penelitan mutakhir dilakukan oleh Naufal Lubab (2013)4 dalam menilai
kinerja pengawas PAI SMA di Semarang yang berkesimpulan bahwa kinerja
pengawas PAI kurang maksimal dikarenakan beban kerja pengawas yang
2
S.M. Kilminster & B.C. Jolly S.M. , Effective supervision in clinical practice setting : a literature
review , Medical Education , Blackwell Science Ltd ; 2000, 34 : 827-840.
3
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru :
Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Alfabeta, Bandung, 2012, hal.4
4
Nafiul Ulbab, Kinerja Pengawas PAI SMA di Kota Semarang tahun 2012 (Tesis), IAIN Walisongo
Semarang, 2013.
2
overload , merangkap jabatan sebagai pengawas guru dan pengawas madrasah,
serta sistem kerjasama yang bersifat individual.
Penulis memilih kabupaten Temanggung sebagai tempat penelitian karena
beberapa faktor, yaitu : pertama, jumlah pengawas Pendidikan Agama Islam di
Kabupaten Temanggung ada 25 orang jumlah tersebut lebih banyak jika
dibandingkan dengan kabupaten sekitarnya,
kedua, dari 25 pengawas ternyata
hanya 2 orang saja yang murni bertugas sebagi pengawas Pendidikan Agama
Islam ,sedangkan 13 yang lainnya memiliki tugas ganda sebagai pengawas
Pendidikan Agama Islam dan pengawas madrasah.
2.
Identifikasi dan Rumusan Masalah
Adapun permasalahan-permasalahan kinerja pengawas Pendidikan Agama
Islam dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a. Program kerja pengawas PAI yang belum sepenuhnya dijabarkan secara
terperinci.
b.
Pengawas PAI masih melaksanakan tugasnya dengan pola-pola yang lama
sehingga terkesan tidak memberikan bimbingan kepada guru untuk
meningkatkan mutu pembelajaran yang bermakna dan berkualitas.
c.
Pengawas PAI kurang pro aktif sehingga hasil kerjanya kurang optimal
d. Pengawas PAI memiliki tugas ganda sebagai pengawas guru Pendidikan
Agama Islam sekaligus pengawas madrasah sehingga kinerjanya tidak
maksimal.
e. Jumlah pengawas PAI tidak seimbang dengan jumlah guru sehingga tidak
semua guru Pendidikan Agama Islam bisa terpantau dengan baik.
Berdasarkan latar belakang
seperti yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana
perencanaan kepengawasan Pendidikan Agama Islam di
Kabupaten Temanggung ?
b. Bagaimana persiapan sumber daya manusia (SDM)
Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung ?
3
guru pengawas
c. Bagaimana metode, media dan evaluasi
pengawas dalam membina,
memantau dan menilai atau mensupervisi guru Pendidikan Agama Islam
di Kabupaten Temanggung ?
d. Bagaimana hasil
kinerja
Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam
melaksanakan program kepengawasan di Kabupaten Temanggung ?
3.
Metodologi Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian evaluatif (evaluatif research) yang
bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat tentang kinerja pengawas
Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung.
Menurut Suharsimi 5evaluasi adalah sebuah kegiatan pengumpulan data
atau informasi untuk dibandingkan kriterianya kemudian diambil kesimpulan.
Adapun langkah-langkah penelitian evaluatif adalah : a) identifikasi
komponen, b) identifikasi indikator, c) identifikasi bukti-bukti, d)
menentukan sumber data, e) menentukan metode pengumpulan data, f)
menentukan instrumen pengumpulan data.
Adapun pendekatan yang dipergunakan adalah
dengan
deskriptif evaluatif
menggunakan model CIPP ( contex, input, process, products)6,
disesuaikan
karakteristik data yang diteliti dimana sebagian aspek
merupakan
data kuantitatif dan sebagian aspek lainnya merupakan data
kualitatif.
Model CIPP adalah model yang dikembangkan oleh Stufflebeam
dkk (1967) 7di Ohio State University.
b. Tempat dan Waktu Penelitian
Proses penelitian evaluasi kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam
dilakukan
di
kabupaten
Temanggung,
sedangkan
proses
penelitian
dilaksanakan semenjak tanggal 28 Pebruari 2014 hingga tanggal 9 Mei 2014.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.......hal. 36-37
Suharsimi Arikunto dan Cepi, Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis bagi
Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, edisi kedua, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hal. 45
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.......hal. 45-48
6
4
c. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Pengawas Pendidikan Agama Islam
yang berjumlah 25 orang dengan responden guru Pendidikan Agama Islam.
Adapun teknik sampling yang
pada penelitian ini adalah
non
probabilitas sampling, dengan menggunakan cluster-quota sampling. yaitu
memilih sejumlah responden dari wilayah tertentu sampai batas data yang
diinginkan terpenuhi8 .
d. Teknik Pengumpulan Data
Secara garis besar sumber data dari penelitian ini adalah wawancara,
angket, observasi dan dokumentasi.
Menurut Larry Cristensen (2004),9
“ Interviuw is a data collection methods in which an interviewer (the
reseacher or some one working for the researsher) ask question of an
interviewee (the receasrch participant)”
Dengan teknik wawancara peneliti bermaksud mengumpulkan data dengan
mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai (peneliti partisipan).
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dimana
partisipan atau responden mengisi pertanyaan atau pernyataan kemudian
setelah diisi dengan lengkap dikembalikan kepada peneliti. (Creswell, 2012).
Pengertian observasi menurut Creswell (2012) dalam Sugiyono
10
adalah
sebagai berikut :
“ Observation is the process of gathering firshand information by observing
people and places ar research site “
Dalam pengertian tersebut, observasi adalah usaha peneliti untuk
memperoleh data penelitian dengan cara mengamati orang yang diteliti atau
tempat penelitian secara langsung pada saat penelitian.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..... hal. 33
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi ( Mixed Methods) , Cetakan ke-4, Alfabeta, Bandung,
2013, hal. 188
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinas (Mixed Methids)....hal 197
9
5
catatan, transkip, buku, surat kabar, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya11.
e.
Tehnik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian evaluasi ini adalah
analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai
data dari masing-masing variabel yang dievaluasi Sebelum dianalisis,
dilakukan proses kuantifikasi data dari kuesioner yang selanjutnya data
tersebut dianalis dengan menggunakan statistik deskriptif melalui bantuan
komputer program SPSS for Wondows 16,0 dan program excel.
Untuk memeriksa atau memperoleh data kualitatif diperlukan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu selain data di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data yang diperoleh
B. Study Pustaka
1.
Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris) yang artinya evaluasi,
pengukuran atau penilaian. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi
12
, evaluasi
adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil sebuah keputusan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli
dapat diketahui pengetian tentang
evaluasi, antara lain :
1.
Stuffebeam dan Shinkfield (1985 : 159)13 mendefiniskan evaluasi dengan :
“ the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and
judgmental information about the worth and merit of some object,s goals,
design, implementation, and impact in order to guide decision making,
serve needs for accountability, and promote understanding of the involve
phenomena”.
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.......hal. 274
Suharsimi Arikunto dan Cepi , Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis bagi
Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, edisi kedua, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hal. 2
13
D.L. Stufflebeam & A.J. Shinjfield , Systematic Evaluation : A Self Intructional Guide ti Theory
and Practice, Kluwe-Nijhoff Publishing, Boston, 1985, hal 159
12
6
Maksudnya adalah evaluasi sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan
dalam menentukan alternatif berdasarkan informasi yang diperoleh.
2.
Menurut Kaufman & Thomas (1980)14 :
“ Evaluation is a process used to assess the quality of what going on.
Evaluation may determine what is working, what is not working, what to
change, and what to keep”.
Evaluasi di sini diartikan sebagai proses untuk menilai kualitas berdasarkan
apa yang terjadi dengan tujuan untuk menentukan apa saja yang perlu dirubah
dan apa saja yang perlu dipertahankan.
3.
Hal yang senada disampaikan oleh Tyler ( Fernandes , 1984)15 yang
menyatakan :
“ Evaluation as the process of determining to what extent the educational
objectives are being realized “.
Evaluasi dalam pengertian ini lebih merujuk kepada evaluasi pendidikan
dimana evaluasi yang dimaksud dianggap sebagai proses untuk menentukan
seberapa jauh tujuan pendidikan telah tercapai.
Dari beberapa definisi di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
evaluasi merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dalam menilai suatu
program sebagai umpan balik (feedback) untuk perbaikan pelaksanaan program
serta menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2.
Kinerja
Konsep kinerja pada dasarnya merupakan perubahan atau pergeseran
paradigma dari konsep produktivitas. Pada awalnya, istilah produktivitas
digunakan untuk menyatakan kemampuan seseorang atau organisasi dalam
mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Padanan kata kinerja dalam bahasa Inggris
adalah performance yang artinya sesuatu hasil pekerjaan yang telah dicapai.
Beberapa pendapat tentang performance antara lain :
14
R. Kaufman & S. Thomas, Evaluation withouth Fear , Library of Congress Cataloging in
Publication, Ner York, 1980, hal. 4
15
H.J.X. Fernandes, Evaluation of Educational Program, Evaluation and Curriculum Development,
National Educational Planing, Jakarta, 1984, hal. 1
7
a.
Bernardin dan Rusel dalam Achmad S Ruky ( 2006 ) 16menyatakan :
“ Performance is defined as the record of outcomes produced on a
specified job function or activity during a specified time periode”
Maksudnya, kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu dalam kurun waktu tertentu.
b.
Selanjutnya Byars & Rue (1991) 17 menyatakan:
“ Performance refers to degree of accomplishment of the tasks that
make
up on individual’s job. It reflects how well on individual is
fulfilling the requirements of a job”.
Pendapat ini mengindikasikan bahwa hasil kinerja seseorang dapat dilihat
berdasarkan hasil pekerjaan dan peningkatan hasil kerja dalam memenuhi
tuntutan kerja.
c.
Sedangkan Kotter dan Hesket dalam Husaini Usman18(2008) menyatakan:
Kinerja sebagai hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai dalam
satuan waktu tertentu.
Parameter yang paling umum digunakan menurut Drucker (1997 : 23)19
adalah efektivitas, efisiensi dan produktivitas. Oleh karena itu kemampuan kinerja
dilihat berdasarkan efektivitas, efisisensi dan produktivitas yang dihasilkan oleh
seseorang.
3.
Supervisi
Secara Etimologi atau bahasa, istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris “
supervision”
20
yang artinya pengawasan, pemeriksaaan.
Istilah supervisi ini
sudah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi padanan kata dari pengawas.
Secara Morfologi atau bentuk kata , supervisi terdiri dari dua kata yaitu super
dan visi.
Super yang artinya “di atas”
dan visi, yang artinya melihat dan
meninjau , maka secara keseluruhan supervisi diartikan sebagai melihat dari
16
Achmad S Ruky, Sistem Manajemen Kerja, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006, hal 15
L.L Byars & Leslie W. R. Human Resource Managemen (3rd.ed), Irwin, Hanewood, IL 60430,
1991 hal 250
18
Husaini Usman, Manajemen Pendidikan , Prodi Manajemen Pendidikan PPs UNY, 2004, hal 457
19
Peter F. Drucker, Managing in a Time of Great Change, Terjemahan, PT Alex Media
Komputindo, Jakarta, 1997, hal. 23.
20
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia , cetakan XXIV, Gramedia, Jakarta,
2000 , hal. 569
17
8
atas21. Hal ini berarti seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau
mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya untuk melihat
aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan.
Secara Semantik atau istilah, pada hakekatnya isi yang terkandung dalam
definisi
atau
rumusan
tentang
supervisi
tergantung
dari
orang
yang
mendefinisikan, seperti yang diuraikan dalam pembahasan berikut:
a.
Dalam Charter Good’s Dictionary Education,22 dinyatakan bahwa:
Supervisi adalah usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan
tenaga kependidikan lainnya untuk memperbaiki pengajaran. Termasuk
di dalamnya adalah menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan
perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuantujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar
serta mengevaluasi pengajaran.
b.
Menurut Mc. Nerney dalam Sahertian23 :
“Supervision is the procedure of giving direction to and providing
critical evaluations of the instructional process.”
Hal ini menunjukkan bahwa supervisi bertujuan untuk mengetahui hasil
pendidikan yang telah dicapai sekaligus menilai kualitas proses pembelajaran
yang dilakukan oleh pendidik.
c.
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967)24:
“Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching
learning situation.”
Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan
situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student,
an envirovment).
d.
Menurut Ngalim Purwanto (2010 )25:
21
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi , Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal. 4
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hal
239.
23
Piet A. Sahertian & Frans Mahateru, Prinsip & Teknik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional,
Surabaya, 1981, hal. 39.
24
Kimball Wiles, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Terj.
Burhanuddin, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal. 282.
25
M.Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2010, hal. 76
22
9
Supervisi adalah aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif.
Hal ini berarti fungsi supervisi atau pengawasan dalam pendidikan bukan
hanya sekedar alat kontrol, akan tetapi mencakup penentuan kondisi atau
syarat personel maupun material yang diperlukan agar tercipta situasi belajar
mengajar yang efektif.
e.
Menurut Binti Maunah (2009)26, supervisi dapat diartikan sebagai layanan
profesional. Layanan tersebut berbentuk pemberian bantuan kepada personil
sekolah dalam meningkatkan kemampuannya.
f.
Depdiknas (Depdiknas 1994) menjelaskan supervisi adalah Pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan
kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Dari berbagai definisi supervisi di atas kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa supervisi pada prinsipnya adalah bantuan dari seorang supervisor atau
pengawas kepada penyelenggara sekolah dalam hal ini guru dan kepala sekolah
untuk memberikan pengarahan atau petunjuk dan mengadakan penilaian terhadap
proses pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan sekolah.
4.
Supervisi Pendidikan Agama Islam
Supervisi Pendidikan Agama
Islam
adalah usaha pembinaan tenaga
kependidikan di lembaga pendidikan Islam menuju arah perbaikan dengan cara
memberikan bantuan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan Islam
serta profesionalisme tenaga kependidikan, khususnya pendidik Islam. Sedangkan
supervisi guru Pendidikan Agama Islam dapat diartikan usaha pembinaan guru
Pendidikan Agama Islam menuju perbaikan dengan cara memberikan bantuan
untuk meningkatkan kualitas, mutu, dan profesionalismenya.
Untuk melaksanakan supervisi secara efektif, seorang supervisor perlu
memiliki
26
keterampilan
konseptual,
interpersonal,
dan
teknikal.27Menurut
Sri Banun, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Profesionalisme Guru,Alfabeta, Bandung, 2009,
hal 24
10
Sahertian & Mahateru
28
teknik melakukan supervisi ada dua macam yakni : a)
teknik individual, meliputi : kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi,
saling mengunjungi kelas, menilai diri sendiri. b) teknik kelompok, seperti:
pertemuan orientasi bagi guru baru, rapat guru, diskusi kelompok, simposium,
lokakarya, workshop, dll.
Adapun rincian kerja pengawas Pendidikan Agama Islam sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 2 tahun 2012 pasal 4 adalah :
1.
Menyusun Program Pengawas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,
2.
Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian
3.
Menyusun Laporan Pelaksanan Program Kepengawasan
4.
Melaksanakan Pembimbingan dan Pelatihan Professionalitas Guru
Pendidikan Agama Islam
Selain itu, seorang pengawas Pendidikan Agama Islam juga dituntut untuk
melakukan pengembangan profesi. Pengembangan profesi adalah kegiatan yang
dirancang dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sikap dan
ketrampilan
untuk
peningkatan
profesionalisme
maupun
dalam
rangka
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan sekolah.
C. Hasil dan Pembahasan
1.
Contexs : Perencanaan Pengawas Pendidikan Agama Islam
Keberadaan Pengawas Pendidikan Agama Islam sudah diatur oleh Menteri
Agama melalui peraturan yang terbaru yaitu Peraturan Menteri Agama Nomor 2
tahun 2012. Dalam peraturan tersebut telah diatur secara jelas tentang pemisahan
Pengawas Pendidikan Agama Islam dan Pengawas Madrasah beserta aturan
pengangkatan dan rekruitmen pengawas, tugas, fungsi, wewenang pengawas
hingga angka kredit dan sertifikasi.
27
Glickman (2007) dalam Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Gavamedia ,
Yogyakarta, 2011, hlm. 101.
28
Piet A. Sahertian & Frans Mahateru, Prinsip & Teknik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional,
Surabaya, 1981, hal. 42
11
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang pemahaman dan pelaksanaannya
peneliti melakukan wawancara.
Menurut Kementerian Agama , yang diwakili
oleh A. Sugijarto, SH.MM. Kepala Bagian Tata Usaha29 :
“ Sejatinya Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 2012 adalah perubahan
dari PMA No. 373 tahun 2002. Letak perbedaan yang mencolok ada pada
pemisahan Pengawas PAI dengan Pengawas Madrasah. Kalau dulu semua
pengawas boleh merangkap jabatan sebagai pengawas PAI sekaligus
pengawas madrasah dibawah koordinasi Mapenda. Tetapi karena ada
pemisahan tersebut pengawas PAI berada di bawah PAIS dan pengawas
madrasah berada di bawah Mapenda.”
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Kementerian Agama Kabupaten
Temanggung sudah mengetahui secara jelas tentang adanya peraturan pemerintah
dalam hal ini Peraturan Menteri Agama yang menjelaskan tentang pengawas
Pendidikan Agama Islam dan pelaksanaannya.
Akan tetapi ketika peneliti mewawancari lebih mendalam tentang
pelaksanaan Peraturan Menteri Agama tersebut, bapak Sugijarto menjelaskan
bahwa pada prinsipnya Kantor Kementerian Agama menyetujui akan niat baik
dari pemerintah untuk memperbaiki bahkan meningkatkan pendidikan melalui
kepengawasan. Pada tahap pelaksanaannya secara riil Kabupaten Temanggung
merasa belum siap, hal itu disebabkan Kabupaten Temanggung masih kekurangan
guru agama sehingga dikhawatirkan apabila ada pengangkatan pengawas
Pendidikan Agama Islam secara otomatis akan mengurangi jumlah guru Agama.
2.
Input : Sumber Daya Manusia (SDM) Guru dan Pengawas PAI
Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung secara keseluruhan
berjumlah 700 orang. Dari jumlah tersebut hanya 336 yang berstatus pegawai
negeri.30 Hal ini menunjukkan 50 % lebih masih berstatus guru tetap di sekolah
swasta atau sekolah yayasan dan guru tidak tetap di sekolah negeri.
bila dilihat dari pendidikan ternyata berpendidikan
Sedangkan
sarjana strata satu hanya
berjumlah 446 atau berkisar 63,7%.
29
Wawancara tanggal 9 Mei 2014 di kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung
Data emis Guru Pendidikan Agama Islam Kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2013/2014
yang penulis peroleh pada awal bulan Desember 2013.
30
12
Problem yang lain adalah dalam kemampuan kompetensi yang harus dimiliki
guru. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui tidak semua guru
Pendidikan Agama Islam kompetensi ,sebagai contoh kemampuan mengelola
kelas, hampir semua guru masih memfokuskan diri pada model pembelajaran
ceramah sehingga peserta didik kurang diberi kesempatan untuk berperan aktif
dalam proses pembelajarannya. Dalam penguasaan teknologi informasi, banyak
guru yang belum memiliki kemampuan memadai menggunakan laptop/komputer,
LCD,sehingga model inovasi pembelajaran belum dikuasai secara menyeluruh.
Untuk itu diperlukan usaha bagi guru belajar terus menerus melalui inservice
training, extension course, workshop, seminar . Guru Pendidikan Agama Islam
harus selalu berusaha meningkatkan diri sekaligus merupakan hiburan intelektual
(intelectual intertainment) melalui koordinasi yang dilakukan oleh pengawas.
Sementara itu in put yang dimiliki pengawas juga tidak jauh berbeda dengan
guru. Dari 25 pengawas yang belum berpendidikan sarjana ada 20%, 40 % berada
di usia menjelang pensiun, dan hampir semua pengawas belum pernah mengikuti
pendidikan dan pelatihan pengawas.
Akan tetapi, penilaian kompetensi pengawas Pendidikan Agama Islam oleh
guru-guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung melalui angket
terlihat pada gambar 1 berikut:
Gambar 1 :
Grafik Kompetensi Pengawas Pendidikan Agama Islam
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Bagus
Sedang
Rendah
13
Dari gambar 1 tersebut , peneliti bisa melihat bahwa kelima potensi yang
harus dimiliki oleh pengawas Pendidikan Agam Islam secara keseluruhan bila
dilihat dari persepsi guru Pendidikan Agama Islam memiliki kriteria yang sangat
baik, kecuali penelitian dan pengembangan.
Akan tetapi berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti, tidak semua pengawas mempunyai lima
kompetensi tersebut. Hal itu tidak terlepas dari proses rekruitmen.
Proses rekruitmen Pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten
Temanggung masih mengacu pada peraturan yang lama, sehingga banyak
pengawas yang belum memiliki kompetensi kepengawasan karena belum pernah
mengikuti pendidikan dan pelatihan kepengawasan. Maka sangatlah wajar bila
pengawas Pendidikan Agama Islam sangat tertinggal dengan pengawas yang
berasal dari Dinas Pendidikan atau bahkan mungkin tertinggal dari guru-guru
Pendidikan Agama Islam sendiri.
3.
Process : Metode, Media dan Evaluasi Kinerja Pengawas
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, pengawas Pendidikan Agama
Islam melakukan supervisi kepada guru Pendidikan Agama Islam melalui dua
pendekatan atau metode , yaitu : 1) pendekatan individu : melalui kunjungan ke
sekolah,
2) pendekatan kelompok atau kolaborasi :
melalui pertemuan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Kelompok Kerja Guru (KKG).
Adapun media yang digunakan oleh pengawas untuk mensupervisi guru
Pendidikan Agama Islam berdasarkan observasi peneliti bersumber utama pada
instrumen. Intrumen itu meliputi : 1) instrumen supervisi perangkat pembelajaran,
2) instrumen lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran , 3) instrumen penilaian
rencana pelaksanaan pembelajaran, 4) instrumen lembar penilaian guru dalam
mengajar, 5) data rekap profesional guru Pendidikan Agaman Islam.
Kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam berkaitan erat dengan tugas
kepengawasan dan ruang lingkup kepengawasan. Adapun penelitian yang
dilakukan berkaitan tugas-tugas pengawas, meliputi :
a.
Penyusunan Program Kepengawasan
Secara kasar peneliti melihat dari 25 pengawas hanya 40 % saja yang
membuat program kepengawasan, hal ini menunjukkan bahwa ada 8 orang
14
pengawas yang tidak membuat program kepengawasan. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara disimpulkan bahwa rata-rata yang tidak membuat
program atau membuat program seadanya adalah pengawas yang tidak
berlatar belakang pendidik , pengawas yang akan memasuki masa pensiun,
dan beban tugas pengawas yang terasa sangat berat dan berlebihan yaitu
sebagai pengawas PAI sekaligus sebagai pengawas Madrasah.
b. Pembinaan, Pembimbingan, Pemantauan, dan Penilaian
Untuk melihat seberapa jauh kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam,
peneliti mengajukan beberapa pertanyaan (angket) kepada guru-guru
Pendidikan Agama Islam dengan hasil dalam gambar 2 berikut :
7
6
5
4
3
2
1
0
Baik
Sedang
Rendah
Berdasarkan gambar 2, maka dapat disimpulkan bahwa pengawas PAI
sudah melakukan pembinaan , pembimbingan dan penilaian dengan baik.
Akan tetapi pada pengembangan , seperti membina dan membimbing
kemampuan guru dalam menyusun karya ilmiah dan mengembangkan
teknologi belum bisa dilaksanakan dengan baik oleh pengawas.
c.
Penyusunan Laporan Pelaksanaan Program Kepengawasan
Akhir dari proses supervisi yang dilakukan oleh pengawas adalah
membuat laporan program pengawas satu tahun sekali. Laporan ini
ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap kegiatan yang dilakukan
oleh pengawas pada setiap guru Pendidikan Agama Islam binaannya
Akan tetapi sangat disayangkan, tidak semua pengawas membuat laporan
kepengawasan sebagaimana yang disampaikan oleh pokjawas31 :
31
Wawancara tanggal 9 Mei 2014 di Kantor Pokjawas pukul 12.00
15
“ Dari 25 pengawas yang ada, laporan kepengawasan yang saya
terima hanya sekitar 12 pengawas, itupun karena hampir semua
pengawas yang membuat akan mengajukan kenaikan pangkat.. “
Menurut analisis peneliti, hal itu dimungkinkan karena pelaporan
tersebut hanya sebatas disampaikan kepada ketua pokjawas saja, tidak
sampai kepada Mapenda atau PAIS sebagai atasan langsung pengawas
Pendidikan Agama Islam.
d. Melaksanakan Pembimbingan dan Pelatihan Profesionalisme Guru PAI
Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru Pendidikan
Agam Islam di Kabupaten Temanggung dilaksanakan secara berkelompok
melalui MGMP/KKG Pendidikan Agama Islam. Kegiatan ini dilakukan
melalui workshop, seminar, observasi, group conference atau kunjungan
kepada guru Pendidikan Agama Islam melalui supervisi akademik.
Dari pemaparan proses pelaksanaan tugas di atas, dapat disimpulkan bahwa
secara nyata belum semua tugas pengawas bisa dilaksanakan dengan baik.
Dilihat dari metode, hampir semua pengawas sudah melaksanakan supervisi baik
secara individual maupun kelompok meski belum sempurna. Dari segi mediapun
hampir semua pengawas sudah menggunakan instrumen meski dari segi IT belum
semua pengawas menguasai. Sedangkan dilihat dari segi evaluasi kinerja
diketahui belum semua pengawas memiliki kinerja yang memuaskan hal ini
disebabkan beban kerja yang berlebihan sebagai pengawas Pendidikan Agama
Islam dan pengawas madrasah selain itu kompetensi penguasaan teknologi yang
belum memadai juga mempengaruhi kinerja pengawas.
4.
Product : Hasil Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam
Dalam pembuatan perangkat pembelajaran, peneliti melakukan penelitian
dengan menggunakan sumber data dokumentasi, yaitu dengan melakukan telaah
terhadap perangkat yang dibuat oleh guru, baik guru TK, SD, SMP, SMA maupun
SMK yang terlihat pada gambar 3.
16
100
50
Baik
0
Cukup
Rendah
Secara kuantitatif hampir semua guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten
Temanggung sudah membuat Perangkat Pembelajaran terbukti dengan hasil
penelaahan dokumentasi bahwa 82,5 % guru sudah mampu menyusun silabus.
Begitu pula dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hanya
7.5 % yang belum membuat sehingga sisanya yaitu 92,5 sudah dinilai cukup
baik. Hanya saja dalam menganalisis hasil belajar siswa masih ada 20 % yang
belum melaksanakannya. Sedangkan dalam kegiatan proses pembelajaran 60%
sudah melaksanakan dengan baik.
Dilihat dari produk, peneliti bisa berkesimpulan bahwa proiritas tugas
pengawasan akademik kepada guru Pendidikan Agama Islam memang pada
tataran administratif. Meski demikian masih dibutuhkan pelatihan bagi pengawas
untuk memantau evaluasi hasil belajar sehingga diharapkan guru memiliki
kompetensi yang memadai melalui kegiatan supervisi.
D.Kesimpulan dan Saran
Dari hasil penelitian evaluasi kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam
menunjukkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dilihat dari segi Contexs, Kementerian Agama Kabupaten Temanggung
belum melaksanakan PMA No 2 tahun 2014 karena
ada kekhawatiran
dengan pengangkatan pengawas maka akan mengurangi jumlah guru
Pendidikan Agama Islam .
17
2.
Dilihat dari Input, Sumber Daya manusia yang dibutuhkan Guru dan
Pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung belum
sepenuhnya memenuhi kriteria yang memadai. Hal itu bisa dilihat dari masih
adanya guru dan pengawas yang belum berpendidikan sarjana , serta masih
banyak guru yang belum memiliki kompetensi memadai serta pengawas yang
belum mengikuti pendidikan calon pengawas terutama aspek kompetensi
penelitian dan pengembangan .
3. Dilihat dari Process,dalam melakukan supervisi pengawas PAI menggunakan
metode individu dan kolaboratif dengan media instrumen yang dilakukan
dengan baik. Akan tetapi peran supervisi Pendidikan Agama Islam baik di
tingakat TK, SD, SMP, SMP maupun SMK di Kabupaten Temanggung
belaum dilaksakan dengan baik dikarenakan : a) belum adanya sosialisasi
program kepengawasan , b) proses kepengawasan individu belum ideal.
4.
Dilihat dari Product, dari belum semua pengawas membuat rencana program
hingga laporan program kepengawasan. Ini menunjukkan belum adanya
komitmen yang kuat dari pengawas untuk melaksanakan tugas dengan baik
meskipun demikian dari segi administratif guru Pendidikan Agama Islam,
hampir semua guru sudah mampu menyusun perangkat pembelajaran yang
terdiri atas penyusunan silabus, pembuatan RPP hingga analisis penilaian.
Untuk memperbaiki kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam, peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1.
Kepada Guru Pendidikan Agama Islam
Tugas Pengawas PAI yang sebenarnya menekankan kepada pembinaan
dan pembimbingan agar proses belajar menjadi lebih baik. Oleh karena itu
kami menyarankan kepada guru agar lebih terbuka untuk menerima saran serta
menyampaikan permasalahan yang dihadapi sehingga dapat mewujudkan
pendidikan yang lebih efektif, efisien dan berdaya guna .
2.
Kepada Pengawas Pendidikan Agama Islam
Fungsi kepengawasan Pendidikan Agama Islam bukan hanya memberi
penilaian kepada guru tetapi lebih kepada pembinaan dan pembimbingan
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran menuju profesionalisme
18
guru. Oleh karena itu kepada pengawas Pendidikan Agama Islam kami
memberikan saran agar senantiasa meningkatkan peran dan kemampuan
dalam melakukan supervisi dengan meningkatkan kompetensi diri termasuk
di dalamnya kompetensi penelitian dan pengembangan.
2.
Kepada Pemerintah Daerah dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Temanggung.
Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 2012 hendaknya segera
dilaksanakan secara selektif dan ketat sehingga standarisasi pengawas yang
ideal bisa terpenuhi.
3.
Kepada Pemerintah terutama Kementerian Agama ,
Seorang pengawas Pendidikan Agama Islam memiliki kegiatan yang
sangat kompleks terutama dalam membina, membimbing, memantau, dan
menilai guru. Oleh karena itu, untuk waktu yang akan datang diharapkan : a)
pengawas diberikan fasilitas yang memadai; b) pengawas diberi kesempatan
untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan agar kemampuan kompetensi
tercapai sesuai dengan harapan.
E. Daftar Pustaka
Astin Lukum , Evaluation of Science Learning Supervision on Secundary
Schools , International Journal of Education , Vol 5 No. 4, 2013.
Arikunto , Suharsimi. Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2004 .
________________ . Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi, Jakarta : Rineka Cipta , 2010.
Arikunto , Suharsimi. dan Cepi , Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendididkan, Edisi kedua, Jakarta :
Bumi Aksara, 2009.
Banun , Sri. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Profesionalisme Guru ,
Bandung : Alfabeta, 2009 .
Fernandes, H.J.X., Evaluation of educational program, Jakarta : Nasional
Education Planing, evaluation and curriculum development, 1984.
Jerry H, Makawimbang . Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung: CV. Alfabet, 2011 .
Kaufman, R & Thomas , S. Data , Evaluation withouth fear. New York :
Library of Congress Cataloging in Publication, 1980.
Krrathwohl, David R. Method of Educational and Social Science, Research,
Longman ; New York , 1993 (www,surgamakalah.com )
19
Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta:
Gavamedia, , 2011.
Masaong., Abd. Kadim . Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan
Kapasitas Guru : Memberdayakan Pengawas sebagai Gurunya Guru, Bandung :
Alfabeta, 2012
Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam : Teori dan Praktek, Yogyakarta :
Teras, 2009.
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi baru Supervisi Pendidikan, Jakarta : Gaung
Persada Press, 2009.
Mulyasa, E . Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi
Aksara, 2011.
Mulyasana, Dedy., Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung :
Rosda, 2011
Nukhan , Peningkatan Kinerja Guru Melalui Sistem Pembinaan, Pengawasan
dan Penilaian (supervisi) , dalam Jurnal Kependidikan MDC Jatim Vol 1 Pusat
Pengembangan Madrasah, Kanwil Depag RI Propinsi Jawa Timur, Surabaya,
2004.
Peter F, Drucker . Managing in a Time of Great Change, Terjemahan,
Jakarta : PT Alex Media Komputindo, 1997.
Pidarta . Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 1992
Purwanto . M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010.
Quinn Patton, Michael. Metode Evaluasi Kualitatif, Judul asli : How to Use
Qualitative Methods in Evaluation, tej. Budi Puspo Priyadi, cet. 2, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2009.
Sahertian . Piet A. dan Ida Aleida , 1992, Supervisi Pendidikan dalam
rangka Program In Servis Education, Jakarta : Rineka Cipta.
Stufflebeam ,D.L, & Shinkfield, A.J. (1985), Systematic Evaluation : A Self
Instructional Guide to Theory and Practice, Boston : Kluwer-Nijhoff Publishing.
Sugiyono , 2013, Metode Penelitian Kombinasi ( Mixed Methods), Cetakan
ke-4, Bandung : Alfabeta.
Surachmad . Winarno , 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode,
Teknis, Bandung : Tarsito
S.M. Kilminster & B.C. Jolly , 2000 , Effective supervision in clinical
practice setting : a literature review , Medical Education , Blackwell Science Ltd
; 34 : 827-840.
Soebagio Atmodiwiryo , 2011, Manajemen Pengawasan dan Supervisi
Sekolah. Jakarta: Ardadizya Jaya
Ulbab. Nafiul, 2013, Kinerja Pengawas PAI SMA di kota Semarang tahun
2012 (Tesis), IAIN Walisongo, Semarang
Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/madrasah (MMBS/M), CEQM.
2004.
Wiles, Kimball., 1994, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan, Terj. Burhanuddin, Jakarta : Bumi Aksara.
20
21
Download