EVALUASI KINERJA PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KABUPATEN TEMANGGUNG Herny Juniasri This study aims to determine, analyze and evaluate: 1) planning; 2) preparation; 3) method, media and evaluation; and 4) the work performance results of Islamic Education Supervisor at Temanggung Regency based on Islamic education teacher’s. This research applies a qualitative descriptive approach with CIPP evaluation method including Contex, Input, Process and Product. The collecting data method is done with questionnaires, interviews, observation and documentation. It can be concluded in this thesis that the overall work performance of Islamic education teacher supervisors at Temanggung Regency has not contributed with maximal to the Islamic education teacher supervision , because supervisors are still fixated with the task of correcting, and they have not searched for a solution and dual role of supervisors as academic supervisor and managerial supervisor. Likewise, the supervisors still need education and training, especially in the field of research and development. Keywords: Evaluation; Work Performance of Islamic Supervisor. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan, dan guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu Pengawas atau supervisor diperlukan dalam dunia pendidikan sebagai usaha memberikan bantuan dan bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas intruksional guna memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan melakukan stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinyu untuk meningkatkan pertumbuhan jabatan guru secara individual ataupun kelompok. Pengawas yang ideal (Purwanto)1 bukan hanya mengawasi apakah guru mampu menjalankan tugasnya dengan baik, tetapi juga berusaha bersama-sama guru-guru mencari solusi cara memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi, dalam 1 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012 hal 77 1 kegiatan supervisi guru diperlakukan sebagai patner kerja yang perlu didengar ide, pendapat, dan pengalaman dalam usaha perbaikan pendidikan. Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh S M Kilminster & B C Jolly 2(2000 : 828) bahwa : Supervision is a complex activity, occurring in a variety of settings, has various definitions, functions and modesof delivery. Most importantly, it is an interpersonal exchange. (Supervisi adalah kegiatan kompleks yang dilakukan dengan setting yang bervariasi , mempunyai definisi, fungsi dan model penyampaian yang beragam). Salah satu masalah utama yang melekat pada Pengawas Pendidikan Agama Islam adalah masalah kinerja pengawas. Kegiatan supervisi masih berorientasi pada pengawasan (kontrol) dan objek utamanya adalah administrasi, sehingga suasana kemitraan antara guru dan supervisor kurang tercipta. Bahkan secara psikologi guru merasa terbebani dengan pikiran untuk dinilai oleh pengawas. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Semiawan pada tahun 1990-an seperti yang dikutip oleh Imron3 menghasilkan temuan bahwa sistem supervisi kurang memadai karena dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain : 1) supervisi masih menekankan aspek administratif dan mengabaikan aspek profesional, 2) tatap muka antara guru dengan supervisor sangat sedikit, 3) supervisor banyak yang lama tidak mengajar sehingga dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti perkembangan baru, 4) pada umumnya masih menggunakan jalur satu arah yaitu dari atas ke bawah dan 5) potensi guru sebagai pembimbing kurang dimanfaatkan. Penelitan mutakhir dilakukan oleh Naufal Lubab (2013)4 dalam menilai kinerja pengawas PAI SMA di Semarang yang berkesimpulan bahwa kinerja pengawas PAI kurang maksimal dikarenakan beban kerja pengawas yang 2 S.M. Kilminster & B.C. Jolly S.M. , Effective supervision in clinical practice setting : a literature review , Medical Education , Blackwell Science Ltd ; 2000, 34 : 827-840. 3 Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru : Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Alfabeta, Bandung, 2012, hal.4 4 Nafiul Ulbab, Kinerja Pengawas PAI SMA di Kota Semarang tahun 2012 (Tesis), IAIN Walisongo Semarang, 2013. 2 overload , merangkap jabatan sebagai pengawas guru dan pengawas madrasah, serta sistem kerjasama yang bersifat individual. Penulis memilih kabupaten Temanggung sebagai tempat penelitian karena beberapa faktor, yaitu : pertama, jumlah pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung ada 25 orang jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan kabupaten sekitarnya, kedua, dari 25 pengawas ternyata hanya 2 orang saja yang murni bertugas sebagi pengawas Pendidikan Agama Islam ,sedangkan 13 yang lainnya memiliki tugas ganda sebagai pengawas Pendidikan Agama Islam dan pengawas madrasah. 2. Identifikasi dan Rumusan Masalah Adapun permasalahan-permasalahan kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Program kerja pengawas PAI yang belum sepenuhnya dijabarkan secara terperinci. b. Pengawas PAI masih melaksanakan tugasnya dengan pola-pola yang lama sehingga terkesan tidak memberikan bimbingan kepada guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang bermakna dan berkualitas. c. Pengawas PAI kurang pro aktif sehingga hasil kerjanya kurang optimal d. Pengawas PAI memiliki tugas ganda sebagai pengawas guru Pendidikan Agama Islam sekaligus pengawas madrasah sehingga kinerjanya tidak maksimal. e. Jumlah pengawas PAI tidak seimbang dengan jumlah guru sehingga tidak semua guru Pendidikan Agama Islam bisa terpantau dengan baik. Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana perencanaan kepengawasan Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung ? b. Bagaimana persiapan sumber daya manusia (SDM) Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung ? 3 guru pengawas c. Bagaimana metode, media dan evaluasi pengawas dalam membina, memantau dan menilai atau mensupervisi guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung ? d. Bagaimana hasil kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan program kepengawasan di Kabupaten Temanggung ? 3. Metodologi Penelitian a. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian evaluatif (evaluatif research) yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat tentang kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung. Menurut Suharsimi 5evaluasi adalah sebuah kegiatan pengumpulan data atau informasi untuk dibandingkan kriterianya kemudian diambil kesimpulan. Adapun langkah-langkah penelitian evaluatif adalah : a) identifikasi komponen, b) identifikasi indikator, c) identifikasi bukti-bukti, d) menentukan sumber data, e) menentukan metode pengumpulan data, f) menentukan instrumen pengumpulan data. Adapun pendekatan yang dipergunakan adalah dengan deskriptif evaluatif menggunakan model CIPP ( contex, input, process, products)6, disesuaikan karakteristik data yang diteliti dimana sebagian aspek merupakan data kuantitatif dan sebagian aspek lainnya merupakan data kualitatif. Model CIPP adalah model yang dikembangkan oleh Stufflebeam dkk (1967) 7di Ohio State University. b. Tempat dan Waktu Penelitian Proses penelitian evaluasi kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam dilakukan di kabupaten Temanggung, sedangkan proses penelitian dilaksanakan semenjak tanggal 28 Pebruari 2014 hingga tanggal 9 Mei 2014. 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.......hal. 36-37 Suharsimi Arikunto dan Cepi, Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, edisi kedua, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hal. 45 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.......hal. 45-48 6 4 c. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah Pengawas Pendidikan Agama Islam yang berjumlah 25 orang dengan responden guru Pendidikan Agama Islam. Adapun teknik sampling yang pada penelitian ini adalah non probabilitas sampling, dengan menggunakan cluster-quota sampling. yaitu memilih sejumlah responden dari wilayah tertentu sampai batas data yang diinginkan terpenuhi8 . d. Teknik Pengumpulan Data Secara garis besar sumber data dari penelitian ini adalah wawancara, angket, observasi dan dokumentasi. Menurut Larry Cristensen (2004),9 “ Interviuw is a data collection methods in which an interviewer (the reseacher or some one working for the researsher) ask question of an interviewee (the receasrch participant)” Dengan teknik wawancara peneliti bermaksud mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai (peneliti partisipan). Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dimana partisipan atau responden mengisi pertanyaan atau pernyataan kemudian setelah diisi dengan lengkap dikembalikan kepada peneliti. (Creswell, 2012). Pengertian observasi menurut Creswell (2012) dalam Sugiyono 10 adalah sebagai berikut : “ Observation is the process of gathering firshand information by observing people and places ar research site “ Dalam pengertian tersebut, observasi adalah usaha peneliti untuk memperoleh data penelitian dengan cara mengamati orang yang diteliti atau tempat penelitian secara langsung pada saat penelitian. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..... hal. 33 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi ( Mixed Methods) , Cetakan ke-4, Alfabeta, Bandung, 2013, hal. 188 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinas (Mixed Methids)....hal 197 9 5 catatan, transkip, buku, surat kabar, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya11. e. Tehnik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian evaluasi ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai data dari masing-masing variabel yang dievaluasi Sebelum dianalisis, dilakukan proses kuantifikasi data dari kuesioner yang selanjutnya data tersebut dianalis dengan menggunakan statistik deskriptif melalui bantuan komputer program SPSS for Wondows 16,0 dan program excel. Untuk memeriksa atau memperoleh data kualitatif diperlukan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu selain data di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh B. Study Pustaka 1. Evaluasi Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris) yang artinya evaluasi, pengukuran atau penilaian. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi 12 , evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat diketahui pengetian tentang evaluasi, antara lain : 1. Stuffebeam dan Shinkfield (1985 : 159)13 mendefiniskan evaluasi dengan : “ the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth and merit of some object,s goals, design, implementation, and impact in order to guide decision making, serve needs for accountability, and promote understanding of the involve phenomena”. 11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.......hal. 274 Suharsimi Arikunto dan Cepi , Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, edisi kedua, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hal. 2 13 D.L. Stufflebeam & A.J. Shinjfield , Systematic Evaluation : A Self Intructional Guide ti Theory and Practice, Kluwe-Nijhoff Publishing, Boston, 1985, hal 159 12 6 Maksudnya adalah evaluasi sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif berdasarkan informasi yang diperoleh. 2. Menurut Kaufman & Thomas (1980)14 : “ Evaluation is a process used to assess the quality of what going on. Evaluation may determine what is working, what is not working, what to change, and what to keep”. Evaluasi di sini diartikan sebagai proses untuk menilai kualitas berdasarkan apa yang terjadi dengan tujuan untuk menentukan apa saja yang perlu dirubah dan apa saja yang perlu dipertahankan. 3. Hal yang senada disampaikan oleh Tyler ( Fernandes , 1984)15 yang menyatakan : “ Evaluation as the process of determining to what extent the educational objectives are being realized “. Evaluasi dalam pengertian ini lebih merujuk kepada evaluasi pendidikan dimana evaluasi yang dimaksud dianggap sebagai proses untuk menentukan seberapa jauh tujuan pendidikan telah tercapai. Dari beberapa definisi di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dalam menilai suatu program sebagai umpan balik (feedback) untuk perbaikan pelaksanaan program serta menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2. Kinerja Konsep kinerja pada dasarnya merupakan perubahan atau pergeseran paradigma dari konsep produktivitas. Pada awalnya, istilah produktivitas digunakan untuk menyatakan kemampuan seseorang atau organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Padanan kata kinerja dalam bahasa Inggris adalah performance yang artinya sesuatu hasil pekerjaan yang telah dicapai. Beberapa pendapat tentang performance antara lain : 14 R. Kaufman & S. Thomas, Evaluation withouth Fear , Library of Congress Cataloging in Publication, Ner York, 1980, hal. 4 15 H.J.X. Fernandes, Evaluation of Educational Program, Evaluation and Curriculum Development, National Educational Planing, Jakarta, 1984, hal. 1 7 a. Bernardin dan Rusel dalam Achmad S Ruky ( 2006 ) 16menyatakan : “ Performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time periode” Maksudnya, kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu dalam kurun waktu tertentu. b. Selanjutnya Byars & Rue (1991) 17 menyatakan: “ Performance refers to degree of accomplishment of the tasks that make up on individual’s job. It reflects how well on individual is fulfilling the requirements of a job”. Pendapat ini mengindikasikan bahwa hasil kinerja seseorang dapat dilihat berdasarkan hasil pekerjaan dan peningkatan hasil kerja dalam memenuhi tuntutan kerja. c. Sedangkan Kotter dan Hesket dalam Husaini Usman18(2008) menyatakan: Kinerja sebagai hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai dalam satuan waktu tertentu. Parameter yang paling umum digunakan menurut Drucker (1997 : 23)19 adalah efektivitas, efisiensi dan produktivitas. Oleh karena itu kemampuan kinerja dilihat berdasarkan efektivitas, efisisensi dan produktivitas yang dihasilkan oleh seseorang. 3. Supervisi Secara Etimologi atau bahasa, istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris “ supervision” 20 yang artinya pengawasan, pemeriksaaan. Istilah supervisi ini sudah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi padanan kata dari pengawas. Secara Morfologi atau bentuk kata , supervisi terdiri dari dua kata yaitu super dan visi. Super yang artinya “di atas” dan visi, yang artinya melihat dan meninjau , maka secara keseluruhan supervisi diartikan sebagai melihat dari 16 Achmad S Ruky, Sistem Manajemen Kerja, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006, hal 15 L.L Byars & Leslie W. R. Human Resource Managemen (3rd.ed), Irwin, Hanewood, IL 60430, 1991 hal 250 18 Husaini Usman, Manajemen Pendidikan , Prodi Manajemen Pendidikan PPs UNY, 2004, hal 457 19 Peter F. Drucker, Managing in a Time of Great Change, Terjemahan, PT Alex Media Komputindo, Jakarta, 1997, hal. 23. 20 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia , cetakan XXIV, Gramedia, Jakarta, 2000 , hal. 569 17 8 atas21. Hal ini berarti seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya untuk melihat aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. Secara Semantik atau istilah, pada hakekatnya isi yang terkandung dalam definisi atau rumusan tentang supervisi tergantung dari orang yang mendefinisikan, seperti yang diuraikan dalam pembahasan berikut: a. Dalam Charter Good’s Dictionary Education,22 dinyatakan bahwa: Supervisi adalah usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk memperbaiki pengajaran. Termasuk di dalamnya adalah menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuantujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar serta mengevaluasi pengajaran. b. Menurut Mc. Nerney dalam Sahertian23 : “Supervision is the procedure of giving direction to and providing critical evaluations of the instructional process.” Hal ini menunjukkan bahwa supervisi bertujuan untuk mengetahui hasil pendidikan yang telah dicapai sekaligus menilai kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik. c. Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967)24: “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation.” Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment). d. Menurut Ngalim Purwanto (2010 )25: 21 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi , Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal. 4 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hal 239. 23 Piet A. Sahertian & Frans Mahateru, Prinsip & Teknik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1981, hal. 39. 24 Kimball Wiles, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Terj. Burhanuddin, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal. 282. 25 M.Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hal. 76 22 9 Supervisi adalah aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Hal ini berarti fungsi supervisi atau pengawasan dalam pendidikan bukan hanya sekedar alat kontrol, akan tetapi mencakup penentuan kondisi atau syarat personel maupun material yang diperlukan agar tercipta situasi belajar mengajar yang efektif. e. Menurut Binti Maunah (2009)26, supervisi dapat diartikan sebagai layanan profesional. Layanan tersebut berbentuk pemberian bantuan kepada personil sekolah dalam meningkatkan kemampuannya. f. Depdiknas (Depdiknas 1994) menjelaskan supervisi adalah Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Dari berbagai definisi supervisi di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa supervisi pada prinsipnya adalah bantuan dari seorang supervisor atau pengawas kepada penyelenggara sekolah dalam hal ini guru dan kepala sekolah untuk memberikan pengarahan atau petunjuk dan mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan sekolah. 4. Supervisi Pendidikan Agama Islam Supervisi Pendidikan Agama Islam adalah usaha pembinaan tenaga kependidikan di lembaga pendidikan Islam menuju arah perbaikan dengan cara memberikan bantuan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan Islam serta profesionalisme tenaga kependidikan, khususnya pendidik Islam. Sedangkan supervisi guru Pendidikan Agama Islam dapat diartikan usaha pembinaan guru Pendidikan Agama Islam menuju perbaikan dengan cara memberikan bantuan untuk meningkatkan kualitas, mutu, dan profesionalismenya. Untuk melaksanakan supervisi secara efektif, seorang supervisor perlu memiliki 26 keterampilan konseptual, interpersonal, dan teknikal.27Menurut Sri Banun, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Profesionalisme Guru,Alfabeta, Bandung, 2009, hal 24 10 Sahertian & Mahateru 28 teknik melakukan supervisi ada dua macam yakni : a) teknik individual, meliputi : kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, menilai diri sendiri. b) teknik kelompok, seperti: pertemuan orientasi bagi guru baru, rapat guru, diskusi kelompok, simposium, lokakarya, workshop, dll. Adapun rincian kerja pengawas Pendidikan Agama Islam sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 2 tahun 2012 pasal 4 adalah : 1. Menyusun Program Pengawas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, 2. Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian 3. Menyusun Laporan Pelaksanan Program Kepengawasan 4. Melaksanakan Pembimbingan dan Pelatihan Professionalitas Guru Pendidikan Agama Islam Selain itu, seorang pengawas Pendidikan Agama Islam juga dituntut untuk melakukan pengembangan profesi. Pengembangan profesi adalah kegiatan yang dirancang dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sikap dan ketrampilan untuk peningkatan profesionalisme maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan sekolah. C. Hasil dan Pembahasan 1. Contexs : Perencanaan Pengawas Pendidikan Agama Islam Keberadaan Pengawas Pendidikan Agama Islam sudah diatur oleh Menteri Agama melalui peraturan yang terbaru yaitu Peraturan Menteri Agama Nomor 2 tahun 2012. Dalam peraturan tersebut telah diatur secara jelas tentang pemisahan Pengawas Pendidikan Agama Islam dan Pengawas Madrasah beserta aturan pengangkatan dan rekruitmen pengawas, tugas, fungsi, wewenang pengawas hingga angka kredit dan sertifikasi. 27 Glickman (2007) dalam Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Gavamedia , Yogyakarta, 2011, hlm. 101. 28 Piet A. Sahertian & Frans Mahateru, Prinsip & Teknik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1981, hal. 42 11 Untuk mengetahui lebih mendalam tentang pemahaman dan pelaksanaannya peneliti melakukan wawancara. Menurut Kementerian Agama , yang diwakili oleh A. Sugijarto, SH.MM. Kepala Bagian Tata Usaha29 : “ Sejatinya Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 2012 adalah perubahan dari PMA No. 373 tahun 2002. Letak perbedaan yang mencolok ada pada pemisahan Pengawas PAI dengan Pengawas Madrasah. Kalau dulu semua pengawas boleh merangkap jabatan sebagai pengawas PAI sekaligus pengawas madrasah dibawah koordinasi Mapenda. Tetapi karena ada pemisahan tersebut pengawas PAI berada di bawah PAIS dan pengawas madrasah berada di bawah Mapenda.” Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Kementerian Agama Kabupaten Temanggung sudah mengetahui secara jelas tentang adanya peraturan pemerintah dalam hal ini Peraturan Menteri Agama yang menjelaskan tentang pengawas Pendidikan Agama Islam dan pelaksanaannya. Akan tetapi ketika peneliti mewawancari lebih mendalam tentang pelaksanaan Peraturan Menteri Agama tersebut, bapak Sugijarto menjelaskan bahwa pada prinsipnya Kantor Kementerian Agama menyetujui akan niat baik dari pemerintah untuk memperbaiki bahkan meningkatkan pendidikan melalui kepengawasan. Pada tahap pelaksanaannya secara riil Kabupaten Temanggung merasa belum siap, hal itu disebabkan Kabupaten Temanggung masih kekurangan guru agama sehingga dikhawatirkan apabila ada pengangkatan pengawas Pendidikan Agama Islam secara otomatis akan mengurangi jumlah guru Agama. 2. Input : Sumber Daya Manusia (SDM) Guru dan Pengawas PAI Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung secara keseluruhan berjumlah 700 orang. Dari jumlah tersebut hanya 336 yang berstatus pegawai negeri.30 Hal ini menunjukkan 50 % lebih masih berstatus guru tetap di sekolah swasta atau sekolah yayasan dan guru tidak tetap di sekolah negeri. bila dilihat dari pendidikan ternyata berpendidikan Sedangkan sarjana strata satu hanya berjumlah 446 atau berkisar 63,7%. 29 Wawancara tanggal 9 Mei 2014 di kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung Data emis Guru Pendidikan Agama Islam Kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2013/2014 yang penulis peroleh pada awal bulan Desember 2013. 30 12 Problem yang lain adalah dalam kemampuan kompetensi yang harus dimiliki guru. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui tidak semua guru Pendidikan Agama Islam kompetensi ,sebagai contoh kemampuan mengelola kelas, hampir semua guru masih memfokuskan diri pada model pembelajaran ceramah sehingga peserta didik kurang diberi kesempatan untuk berperan aktif dalam proses pembelajarannya. Dalam penguasaan teknologi informasi, banyak guru yang belum memiliki kemampuan memadai menggunakan laptop/komputer, LCD,sehingga model inovasi pembelajaran belum dikuasai secara menyeluruh. Untuk itu diperlukan usaha bagi guru belajar terus menerus melalui inservice training, extension course, workshop, seminar . Guru Pendidikan Agama Islam harus selalu berusaha meningkatkan diri sekaligus merupakan hiburan intelektual (intelectual intertainment) melalui koordinasi yang dilakukan oleh pengawas. Sementara itu in put yang dimiliki pengawas juga tidak jauh berbeda dengan guru. Dari 25 pengawas yang belum berpendidikan sarjana ada 20%, 40 % berada di usia menjelang pensiun, dan hampir semua pengawas belum pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan pengawas. Akan tetapi, penilaian kompetensi pengawas Pendidikan Agama Islam oleh guru-guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung melalui angket terlihat pada gambar 1 berikut: Gambar 1 : Grafik Kompetensi Pengawas Pendidikan Agama Islam 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Bagus Sedang Rendah 13 Dari gambar 1 tersebut , peneliti bisa melihat bahwa kelima potensi yang harus dimiliki oleh pengawas Pendidikan Agam Islam secara keseluruhan bila dilihat dari persepsi guru Pendidikan Agama Islam memiliki kriteria yang sangat baik, kecuali penelitian dan pengembangan. Akan tetapi berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, tidak semua pengawas mempunyai lima kompetensi tersebut. Hal itu tidak terlepas dari proses rekruitmen. Proses rekruitmen Pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung masih mengacu pada peraturan yang lama, sehingga banyak pengawas yang belum memiliki kompetensi kepengawasan karena belum pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan kepengawasan. Maka sangatlah wajar bila pengawas Pendidikan Agama Islam sangat tertinggal dengan pengawas yang berasal dari Dinas Pendidikan atau bahkan mungkin tertinggal dari guru-guru Pendidikan Agama Islam sendiri. 3. Process : Metode, Media dan Evaluasi Kinerja Pengawas Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, pengawas Pendidikan Agama Islam melakukan supervisi kepada guru Pendidikan Agama Islam melalui dua pendekatan atau metode , yaitu : 1) pendekatan individu : melalui kunjungan ke sekolah, 2) pendekatan kelompok atau kolaborasi : melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Kelompok Kerja Guru (KKG). Adapun media yang digunakan oleh pengawas untuk mensupervisi guru Pendidikan Agama Islam berdasarkan observasi peneliti bersumber utama pada instrumen. Intrumen itu meliputi : 1) instrumen supervisi perangkat pembelajaran, 2) instrumen lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran , 3) instrumen penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran, 4) instrumen lembar penilaian guru dalam mengajar, 5) data rekap profesional guru Pendidikan Agaman Islam. Kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam berkaitan erat dengan tugas kepengawasan dan ruang lingkup kepengawasan. Adapun penelitian yang dilakukan berkaitan tugas-tugas pengawas, meliputi : a. Penyusunan Program Kepengawasan Secara kasar peneliti melihat dari 25 pengawas hanya 40 % saja yang membuat program kepengawasan, hal ini menunjukkan bahwa ada 8 orang 14 pengawas yang tidak membuat program kepengawasan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara disimpulkan bahwa rata-rata yang tidak membuat program atau membuat program seadanya adalah pengawas yang tidak berlatar belakang pendidik , pengawas yang akan memasuki masa pensiun, dan beban tugas pengawas yang terasa sangat berat dan berlebihan yaitu sebagai pengawas PAI sekaligus sebagai pengawas Madrasah. b. Pembinaan, Pembimbingan, Pemantauan, dan Penilaian Untuk melihat seberapa jauh kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan (angket) kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam dengan hasil dalam gambar 2 berikut : 7 6 5 4 3 2 1 0 Baik Sedang Rendah Berdasarkan gambar 2, maka dapat disimpulkan bahwa pengawas PAI sudah melakukan pembinaan , pembimbingan dan penilaian dengan baik. Akan tetapi pada pengembangan , seperti membina dan membimbing kemampuan guru dalam menyusun karya ilmiah dan mengembangkan teknologi belum bisa dilaksanakan dengan baik oleh pengawas. c. Penyusunan Laporan Pelaksanaan Program Kepengawasan Akhir dari proses supervisi yang dilakukan oleh pengawas adalah membuat laporan program pengawas satu tahun sekali. Laporan ini ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh pengawas pada setiap guru Pendidikan Agama Islam binaannya Akan tetapi sangat disayangkan, tidak semua pengawas membuat laporan kepengawasan sebagaimana yang disampaikan oleh pokjawas31 : 31 Wawancara tanggal 9 Mei 2014 di Kantor Pokjawas pukul 12.00 15 “ Dari 25 pengawas yang ada, laporan kepengawasan yang saya terima hanya sekitar 12 pengawas, itupun karena hampir semua pengawas yang membuat akan mengajukan kenaikan pangkat.. “ Menurut analisis peneliti, hal itu dimungkinkan karena pelaporan tersebut hanya sebatas disampaikan kepada ketua pokjawas saja, tidak sampai kepada Mapenda atau PAIS sebagai atasan langsung pengawas Pendidikan Agama Islam. d. Melaksanakan Pembimbingan dan Pelatihan Profesionalisme Guru PAI Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru Pendidikan Agam Islam di Kabupaten Temanggung dilaksanakan secara berkelompok melalui MGMP/KKG Pendidikan Agama Islam. Kegiatan ini dilakukan melalui workshop, seminar, observasi, group conference atau kunjungan kepada guru Pendidikan Agama Islam melalui supervisi akademik. Dari pemaparan proses pelaksanaan tugas di atas, dapat disimpulkan bahwa secara nyata belum semua tugas pengawas bisa dilaksanakan dengan baik. Dilihat dari metode, hampir semua pengawas sudah melaksanakan supervisi baik secara individual maupun kelompok meski belum sempurna. Dari segi mediapun hampir semua pengawas sudah menggunakan instrumen meski dari segi IT belum semua pengawas menguasai. Sedangkan dilihat dari segi evaluasi kinerja diketahui belum semua pengawas memiliki kinerja yang memuaskan hal ini disebabkan beban kerja yang berlebihan sebagai pengawas Pendidikan Agama Islam dan pengawas madrasah selain itu kompetensi penguasaan teknologi yang belum memadai juga mempengaruhi kinerja pengawas. 4. Product : Hasil Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam pembuatan perangkat pembelajaran, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan sumber data dokumentasi, yaitu dengan melakukan telaah terhadap perangkat yang dibuat oleh guru, baik guru TK, SD, SMP, SMA maupun SMK yang terlihat pada gambar 3. 16 100 50 Baik 0 Cukup Rendah Secara kuantitatif hampir semua guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung sudah membuat Perangkat Pembelajaran terbukti dengan hasil penelaahan dokumentasi bahwa 82,5 % guru sudah mampu menyusun silabus. Begitu pula dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hanya 7.5 % yang belum membuat sehingga sisanya yaitu 92,5 sudah dinilai cukup baik. Hanya saja dalam menganalisis hasil belajar siswa masih ada 20 % yang belum melaksanakannya. Sedangkan dalam kegiatan proses pembelajaran 60% sudah melaksanakan dengan baik. Dilihat dari produk, peneliti bisa berkesimpulan bahwa proiritas tugas pengawasan akademik kepada guru Pendidikan Agama Islam memang pada tataran administratif. Meski demikian masih dibutuhkan pelatihan bagi pengawas untuk memantau evaluasi hasil belajar sehingga diharapkan guru memiliki kompetensi yang memadai melalui kegiatan supervisi. D.Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian evaluasi kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam menunjukkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dilihat dari segi Contexs, Kementerian Agama Kabupaten Temanggung belum melaksanakan PMA No 2 tahun 2014 karena ada kekhawatiran dengan pengangkatan pengawas maka akan mengurangi jumlah guru Pendidikan Agama Islam . 17 2. Dilihat dari Input, Sumber Daya manusia yang dibutuhkan Guru dan Pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Temanggung belum sepenuhnya memenuhi kriteria yang memadai. Hal itu bisa dilihat dari masih adanya guru dan pengawas yang belum berpendidikan sarjana , serta masih banyak guru yang belum memiliki kompetensi memadai serta pengawas yang belum mengikuti pendidikan calon pengawas terutama aspek kompetensi penelitian dan pengembangan . 3. Dilihat dari Process,dalam melakukan supervisi pengawas PAI menggunakan metode individu dan kolaboratif dengan media instrumen yang dilakukan dengan baik. Akan tetapi peran supervisi Pendidikan Agama Islam baik di tingakat TK, SD, SMP, SMP maupun SMK di Kabupaten Temanggung belaum dilaksakan dengan baik dikarenakan : a) belum adanya sosialisasi program kepengawasan , b) proses kepengawasan individu belum ideal. 4. Dilihat dari Product, dari belum semua pengawas membuat rencana program hingga laporan program kepengawasan. Ini menunjukkan belum adanya komitmen yang kuat dari pengawas untuk melaksanakan tugas dengan baik meskipun demikian dari segi administratif guru Pendidikan Agama Islam, hampir semua guru sudah mampu menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri atas penyusunan silabus, pembuatan RPP hingga analisis penilaian. Untuk memperbaiki kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Kepada Guru Pendidikan Agama Islam Tugas Pengawas PAI yang sebenarnya menekankan kepada pembinaan dan pembimbingan agar proses belajar menjadi lebih baik. Oleh karena itu kami menyarankan kepada guru agar lebih terbuka untuk menerima saran serta menyampaikan permasalahan yang dihadapi sehingga dapat mewujudkan pendidikan yang lebih efektif, efisien dan berdaya guna . 2. Kepada Pengawas Pendidikan Agama Islam Fungsi kepengawasan Pendidikan Agama Islam bukan hanya memberi penilaian kepada guru tetapi lebih kepada pembinaan dan pembimbingan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran menuju profesionalisme 18 guru. Oleh karena itu kepada pengawas Pendidikan Agama Islam kami memberikan saran agar senantiasa meningkatkan peran dan kemampuan dalam melakukan supervisi dengan meningkatkan kompetensi diri termasuk di dalamnya kompetensi penelitian dan pengembangan. 2. Kepada Pemerintah Daerah dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung. Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 2012 hendaknya segera dilaksanakan secara selektif dan ketat sehingga standarisasi pengawas yang ideal bisa terpenuhi. 3. Kepada Pemerintah terutama Kementerian Agama , Seorang pengawas Pendidikan Agama Islam memiliki kegiatan yang sangat kompleks terutama dalam membina, membimbing, memantau, dan menilai guru. Oleh karena itu, untuk waktu yang akan datang diharapkan : a) pengawas diberikan fasilitas yang memadai; b) pengawas diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan agar kemampuan kompetensi tercapai sesuai dengan harapan. E. Daftar Pustaka Astin Lukum , Evaluation of Science Learning Supervision on Secundary Schools , International Journal of Education , Vol 5 No. 4, 2013. Arikunto , Suharsimi. Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004 . ________________ . Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta , 2010. Arikunto , Suharsimi. dan Cepi , Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendididkan, Edisi kedua, Jakarta : Bumi Aksara, 2009. Banun , Sri. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Profesionalisme Guru , Bandung : Alfabeta, 2009 . Fernandes, H.J.X., Evaluation of educational program, Jakarta : Nasional Education Planing, evaluation and curriculum development, 1984. Jerry H, Makawimbang . Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: CV. Alfabet, 2011 . Kaufman, R & Thomas , S. Data , Evaluation withouth fear. New York : Library of Congress Cataloging in Publication, 1980. Krrathwohl, David R. Method of Educational and Social Science, Research, Longman ; New York , 1993 (www,surgamakalah.com ) 19 Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gavamedia, , 2011. Masaong., Abd. Kadim . Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru : Memberdayakan Pengawas sebagai Gurunya Guru, Bandung : Alfabeta, 2012 Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam : Teori dan Praktek, Yogyakarta : Teras, 2009. Mukhtar dan Iskandar, Orientasi baru Supervisi Pendidikan, Jakarta : Gaung Persada Press, 2009. Mulyasa, E . Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara, 2011. Mulyasana, Dedy., Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung : Rosda, 2011 Nukhan , Peningkatan Kinerja Guru Melalui Sistem Pembinaan, Pengawasan dan Penilaian (supervisi) , dalam Jurnal Kependidikan MDC Jatim Vol 1 Pusat Pengembangan Madrasah, Kanwil Depag RI Propinsi Jawa Timur, Surabaya, 2004. Peter F, Drucker . Managing in a Time of Great Change, Terjemahan, Jakarta : PT Alex Media Komputindo, 1997. Pidarta . Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1992 Purwanto . M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Quinn Patton, Michael. Metode Evaluasi Kualitatif, Judul asli : How to Use Qualitative Methods in Evaluation, tej. Budi Puspo Priyadi, cet. 2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009. Sahertian . Piet A. dan Ida Aleida , 1992, Supervisi Pendidikan dalam rangka Program In Servis Education, Jakarta : Rineka Cipta. Stufflebeam ,D.L, & Shinkfield, A.J. (1985), Systematic Evaluation : A Self Instructional Guide to Theory and Practice, Boston : Kluwer-Nijhoff Publishing. Sugiyono , 2013, Metode Penelitian Kombinasi ( Mixed Methods), Cetakan ke-4, Bandung : Alfabeta. Surachmad . Winarno , 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknis, Bandung : Tarsito S.M. Kilminster & B.C. Jolly , 2000 , Effective supervision in clinical practice setting : a literature review , Medical Education , Blackwell Science Ltd ; 34 : 827-840. Soebagio Atmodiwiryo , 2011, Manajemen Pengawasan dan Supervisi Sekolah. Jakarta: Ardadizya Jaya Ulbab. Nafiul, 2013, Kinerja Pengawas PAI SMA di kota Semarang tahun 2012 (Tesis), IAIN Walisongo, Semarang Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/madrasah (MMBS/M), CEQM. 2004. Wiles, Kimball., 1994, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Terj. Burhanuddin, Jakarta : Bumi Aksara. 20 21