INTISARI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAPINANG KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR KALIMANTAN TENGAH Agusliani¹; Noor Aisyah¹; Anang Junaidi² Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan stroke. Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga pada tahun 2001 prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8,3% dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004, dan pada tahun 2007 menjadi 32,2%. Kepatuhan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan terapi penggunaan obat antihipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Bapinang Kabupaten Kotawaringin Timur pada bulan November – Desember 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan mengambil data pasien lebih kurang 2 bulan. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 92 pasien, terdiri dari 39 pasien laki-laki dan 53 pasien perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian lembar penilaian kesehatan dan kuesioner kepatuhan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Data tekanan darah diambil dari catatan medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi yaitu tingkat kepatuhan rendah (48,9%), tingkat kepatuhan sedang (31,5%), dan tingkat kepatuhan tinggi (19,6%). Hasil uji korelasi spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi bermakna antara variabel, kekuatan korelasi sangat lemah antara kepatuhan dengan tekanan darah sistolik (p=0,125, r= -0,161) dan tekanan darah diastolik (p=0,010, r= -0,268), arah korelasi menunjukkan korelasi negatif atau tidak searah. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi yang berobat di Puskesmas Bapinang Kabupaten Kotawaringin Timur didominasi oleh tingkat kepatuhan rendah dan tidak terdapat hubungan bermakna antara kepatuhan minum obat dengan tekanan darah, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu usia yang lebih dari 50 tahun, tingkat pendidikan yang rendah, dan pekerjaan yang didominasi oleh ibu rumah tangga atau tidak bekerja. Hubungan kepatuhan dengan tekanan darah memiliki interpretasi yang sesuai harapan yaitu semakin tinggi kepatuhan maka tekanan darah semakin rendah. Kata Kunci : Hipertensi, Tingkat Kepatuhan, MMAS, Tekanan Darah. ¹ Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin ² Puskesmas Bapinang ABSTRACT DRUG RELATED COMPLIANCE WITH DRINKING BLOOD PRESSURE IN HYPERTENSION PATIENTSAT THE HEALT CENTER BAPINANG KOTAWARINGIN TIMUR CENTRAL KALIMANTAN Agusliani¹, Noor Aisyah¹, Anang Junaidi² Hypertension is a major risk factor for coronary heart disease, kidney failure, and stroke. Based on data from the Household Health Survey in 2001, the prevalence of hypertension in Indonesia is 8.3% and increased to 27.5% in 2004, and in 2007 to 32.2%. Compliance is one of the factors that can affect the success of the use of antihypertensive drug therapy. The purpose of this study was to determine the relationship and level of medication adherence in hypertensive patients at the health center BapinangKotawaringinTimur the period November-December2015. This research was conducted using descriptive analytic methods to retrieve patient data more or less two months. Samples that meet the inclusion criteria were 92 patients, consisting of 39 male patients and 53 female patients. The data collection is done by charging sheet and the health assessment questionnaire Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Blood pressure data were taken from the medical records. The results showed that the rate of medication adherence in hypertensive patients is low compliance rate (48.9%), the compliance rate was (31.5%), and high levels of adherence (19.6%). Spearman correlation test results showed that there was no significant correlation between the variables, the strength is very weak correlation between compliance with systolic blood pressure (p = 0.125, r = -0.161) and diastolic blood pressure (p = 0.010, r = -0.268), to the correlation showed a negative correlation or not unidirectional. Based on the result of this study concluded that the rate of medication adherence in hypertensive patients seeking treatment in healt centers Bapinang Kabupaten Kotawaringin Timur district is dominated by the low level of adherence and there is no significant relationship between adherence to blood pressure, caused by several factors that is age over 50 years, low level of education, and jobs dominated by the housewife or not working. Compliance relationship with blood pressure have the appropriate interpretation of copliance expectations are higher then the lower the blood pressure. Keywords: Hypertension, Level Of Compliance, MMAS, Blood Pressure. ¹ Academy of Pharmaceutical ISFI Banjarmasin ²Health center Bapinang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi.Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Junaidi, 2010). Hipertensi adalah salah satu faktor resiko utama penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan stroke.Komplikasi pada organ tubuh menyebabkan angka kematian yang tinggi (Depkes, 2007).Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 melaporkan bahwa jumlah penderita penyakit hipertensi di dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 terdapat 972 juta jiwa penderita hipertensi dari seluruh dunia dan diperkirakan akan meningkat menjadi1,56 milyar pada tahun 2025. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8,3% dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Pada tahun 2007 prevalensi hipertensi meningkat lagi menjadi 32,2% (Depkes, 2008). Jumlah kematian akibat hipertensi di Indonesia meningkat selama tahun 2004-2008 dari 18,9% menjadi 43,8%. Menurut data di Puskesmas Bapinang tahun 2014, hipertensi adalah penyakit terbanyak nomor 3 dengan jumlah kasus sebesar 1.125 orang yang terbagi sebanyak 516 orang laki-laki dan sebanyak 609 orang perempuan. Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya akan berakibat fatal (Pratiwi, 2011). Pada kondisi sekarang ini, masih belum ada standar yang baku untuk menilai kepatuhan dalam penggunaan obat antihipertensi. Salah satu metode yang bisa digunakan dalam menilai kepatuhan penggunaan obat diantaranya adalah melalui pemberian kuesioner kepatuhan. Skala self-reportuntuk menilai kepatuhan terapi obat antihipertensi telah dikembangkan oleh Morisky et al., (2008).Penelitian untuk menguji psikometri dan prediksi validitas dari struktur self report medication adherence diujikan pada 1367 pasien hipertensi.Self reportkepatuhan penggunaan obat diukur dengan new 8 item self report Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Meskipun banyak tersedia berbagai macam obat antihipertensi yang efektif untuk menurunkan tekanan darah, tetapi pengontrolan tekanan darah masih sulit untuk dicapai. Hal ini bisa terjadi akibat dari ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat antihipertensi yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasien tentang hipertensi dan pengobatannya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Bapinang Kabupaten Kotawaringin Timur.