INTISARI PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KINTAP KABUPATEN TANAH LAUT Paridah1 ; Riza Alfian., S.Farm., M.Sc., Apt2 ; dr.Hj.Nelly Meiliana3 Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Ketidakpatuhan merupakan faktor kunci yang menghalangi pengontrolan tekanan darah sehingga membutuhkan intervensi untuk mencapai keberhasilan terapi. Pemberian informasi obat pada pasien hipertensi diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan terhadap terapi obat demi mencapai tekanan darah yang diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi obat oleh farmasis terhadap kepatuhan minum obat dan tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Kintap Kabupaten Tanah Laut. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan kuasi eksperimental dengan mengambil data pasien secara prospektif pasien rawat jalan selama periode Desember 2014 – Januari 2015. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 54 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioener kepatuhan Morisky Modification Adherence Scale (MMAS). Data tekanan darah diambil dari catatan medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian informasi obat dapat meningkatkan kepatuhan minum obat pasien hipertensi, dimana pada pre nilai mean berkisar antara 3,6 ± 1,43 dan setelah mendapat intervensi pemberian informasi obat meningkat menjadi 6,1 ± 1,32. Kepatuhan minum obat dapat menurunkan tekanan darah, dimana rata-rata tekanan darah sistolik post pengukuran adalah 139,62 ± 14,13 lebih rendah dibandingkan dengan pre pengukuran 152,22 ± 10,03 sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik post pengukuran adalah 85,74 ± 7,42 juga lebih rendah dibandingkan diastolik pre pengukuran 89,44 ± 6,84. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pemberian informasi obat dengan kepatuhan konsumsi obat dan ada hubungan antara kepatuhan dengan tekanan darah sistolik (p=0,003, r=0,398) dan distolik (p=0,045, r=0,274) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian informasi obat oleh farmasis terhadap kepatuhan minum obat dan tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Kintap Kabupaten Tanah Laut. Kata Kunci: Hipertensi, Pemberian Informasi Obat, Kepatuhan, Tekanan Darah 1,2 3 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Puskesmas Kintap Tanah Laut ABSTRACT INFLUENCE OF DRUG NFORMATION ON MEDICATION ADHERENCE AND BLOOD PRESSURE IN HYPERTENSIVE PATIENTS AT THE HEALTH CENTER KINTAP TANAH LAUT Paridah1 ; Riza Alfian., S.Farm., M.Sc., Apt2 ; dr.Hj.Nelly Meiliana3 Hypertension is one of the most deadly diseases in the world. Noncompliance is a key factor that hinders blood pressure control that requires intervention to achieve therapeutic success. Provision of drug information in hypertensive patients is expected to improve adherence to drug therapy in order to achieve the desired blood pressure. The purpose of this study was the effect of the drug information pharmacists to medication adherence and blood pressure in hypertensive patients at the health center Kintap Tanah Laut. This research was conducted with quasi experimental design to retrieve patient data prospectively outpatients during the period December 2014 - January 2015. Subjects who met the inclusion criteria a number of 54 people. Data collected by charging kuesioener compliance adherence Modification Morisky Scale (MMAS). Blood pressure data were taken from the medical records. The results showed that administration of drug information can improve medication adherence, which in the pre mean values ranged from 3.6 ± 1.43, and after receiving the intervention of drug information increased to 6.1 ± 1.32. Medication adherence can lower blood pressure, where the average systolic blood pressure was 139,62 ± 14,13 post measurement is lower than the measurement of 152,22 ± 10,03 pre, while the average diastolic blood pressure was 85,74 ± 7,42 post measurements is also lower than the diastolic pre measurement of 89,44 ± 6,84. Statistical analysis showed no relationship between the provision of drug information with adherence drug consumption and there is a relationship between compliance with systolic blood pressure (p = 0.003, r = 0.398) and diastolic (p = 0.045, r = 0.274) Based on the results of this study concluded that there was an effect of drug information by pharmacists for medication adherence and blood pressure in hypertensive patients at the health center Kintap Tanah Laut. Key words: Hypertension, Drug Information Provision, Compliance, Blood Pressure 1,2 Academy of Pharmaceutical ISFI Banjarmasin 3 Health centers Kintap Tanah Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM (Kemenkes RI, 2012). Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini yaitu tekanan darah tinggi/ hipertensi. Tekanan darah tinggi/ hipertensi adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah didalam arteri (Junaidi, 2010). Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025 (Herlambang, 2013). Dua per tiga penderita hipertensi berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah dan sedang. Indonesia berada dalam deretan 10 negara dengan prevalensi hipertensi tertinggi di dunia, bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan, Thailand, Nepal, Maldives. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 melaporkan bahwa hipertensi adalah suatu kondisi berisiko tinggi yang menyebabkan sekitar 51% dari kematian akibat stroke, dan 45% dari jantung koroner (Suara Pembaruan, 2013). Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013 prevalensi hipertensi sebesar 30,4%, ini berarti sekitar 1.145.536 orang mengalami hipertensi, sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut kasus baru pasien hipertensi tahun 2011 sebanyak 17.594 orang, tahun 2012 sebanyak 15.842 orang dan tahun 2013 sebanyak 15.181 orang. Menurut data di Puskesmas Kintap tahun 2013, hipertensi adalah penyakit terbanyak nomor 3 dengan jumlah kasus sebesar 1.087 orang yang terbagi sebanyak 512 orang laki-laki dan sebanyak 575 orang perempuan. Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya akan berakibat fatal (Pratiwi, 2011). Diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat demi mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Paling sedikit 50% pasien yang diresepkan obat antihipertensi tidak meminum obat sesuai yang direkomendasikan. Strategi yang paling efektif adalah dengan kombinasi strategi seperti edukasi, modifikasi sikap dan sistem yang mendukung (Depkes RI, 2006). Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari orientasi obat (drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient oriented) yang mengacu pada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker/Asisten Apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien sehingga pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien lebih efektif. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik (Kepmenkes, 2004). Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban tenaga kefarmasian yang diatur dalam No.1197/MENKES/SK/X/2004. Keputusan Pelayanan Menteri informasi Kesehatan obat RI merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada Dokter, Apoteker, Perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Afifah, hasil uji yang diperoleh nilai significancy 0,000 (p<0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara skor MMAS pada pre intervensi layanan pesan singkat pengingat dengan post intervensi layanan pesan singkat pengingat. Hasil uji yang diperoleh pada tekanan darah sistolik dengan nilai significancy 0,000 (p<0,005) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah sistolik pada pre pengukuran dengan post pengukuran. Hasil uji pada tekanan darah diastolik juga memiliki nilai significancy 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah diastolik pada pre pengukuran dengan post pengukuran setelah mendapat layanan pesan singkat pengingat minum obat yang diberikan oleh farmasis. Farmasis hendaknya selalu memberikan pelayanan informasi kepada setiap pasien bagaimana cara mereka mempergunakan atau meminum obat serta informasi mengenai aturan pakai obat dan efek samping yang dapat ditimbulkan akibat pemakaian obat tersebut. Dengan pemberian informasi kepada pasien diharapkan dapat terjalin hubungan yang baik sehingga dapat mengurangi atau menghindari kemungkinan terjadi kesalahan penyerahan atau pemakaian obat. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti perlu melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi obat oleh farmasis terhadap kepatuhan minum obat dan tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Kintap Kabupaten Tanah Laut.