BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG KONSER MUSIK INTERNASIONAL Pada bab 2, pemahaman mengenai Gedung Konser Musik Internasional akan dibahas melalui tinjauan teori, spesifikasi umum gedung konser, dan studi objek pada proyek sejenis. 2.1 Tinjauan Teori Hal yang penting dalam mendesain dan mengembangkan bangunan seni adalah jenis seni yang ingin di tampilkan dalam gedung tersebut. Jenis seni yang ditampilkan akan menentukan ukuran dan tipe dari auditorium dan fasilitas pendukungnya. Tiap seni akan memiliki sejarah, tradisi, dan pertunjukannya sendiri (Appleton, 2008:7) 2.1.1 Pemahaman terhadap Musik : Berikut merupakan beberapa definisi mengenai musik menurut beberapa ahli (http://carapedia.com/pengertian_definisi_musik_info2091.html) : 1. David Ewen : Musik adalah ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nadanada, baik vokal maupun instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional 2. Suhastjarja : Musik ialah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan Maka secara umum, musik adalah sebuah seni yang mengadopsi berbagai macam kombinasi nada – nada secara harmoni dan didalamnya terdapat sebuah pemikiran – pemikiran dan ungkapan manusia secara emosional, 2.1.2 Klasifikasi Jenis Musik Berdasarkan nada yang digunakan, musik dibagi atas (Suptandar, 2004:23) : 1. Musik Pentatonis (musik tradisional), adalah jenis musik yang mempunyai lima nada dasar atau nada-nada yang memiliki jarak hampir sama. Ada beberapa musik nusantara Indonesia yang diketahui sampai saat ini, seperti: a. Gamelan, merupakan kesatuan alat musik tradisional yang dimainkan secara bersamaan oleh beberapa orang dengan alat musik yang berbeda. 6 b. Gambang kromong, merupakan jenis orkes yang tersusun dari perpaduan musik pribumi melayu dengban unsur-unsur tionghoa. c. Tarling, adalah seni musik dari sekitar Cirebon, dengan memadukan alat gitar dan seruling. d. Kolintang, adalah musik tradisional dari Minahasa dengan instrumen yang terbuat dari kayu dimainkan oleh lebih kurang 7 orang pemain/ pemusik. e. Angklung, adalah musik tradisional dari Jawa Barat yang seluruh bahannya terbuat dari bambu. f. Musik arumba, adalah musik angklung versi baru dalam bentuk orkes ditambah vibraphone dari bahan bambu dan dimainkan oleh 7 orang pemusik. g. Keroncong, terdiri dari dua tingkatan yaitu: Keroncong asli, dengan susunan 6 atau 7 musik yaitu ukulele, banyo, cello, bas, gitar, biola dan flute dengan beberapa biduan yang menyanyikan lagu-lagu khas. 2. Musik Diatonis (Musik Modern), adalah musik yang menggunakan tujuh buah nada dasar dan lima buah nada tambahan. Jenis-jenis musik modern antara lain : a. Musik Blues, adalah jenis lagu ratapan dari bangsa negro di Amerika. Musik ini berkembang mulai tahun 1911, sebagai perintis musik Jazz. Dalam sajian vokal, umumnya bersuara tunggal yang lambat, meskipun diikuti suara bersama, namun pada sajian instrumentalnya tampak leluasa. b. Musik Rock, adalah musik yang banyak mengutamakan vokal dan alat musik elektronik, lebih mengutamakan sound, dan kurang mengutamakan struktur harmoni, melodi, serta ritme. c. Musik Pop, yaitu musik dengan frase melodi yang sederhana dan cepat dipahami, dan memiliki ciri khas bahasa (teks) dengan gambaran yang kuat secara emosional. d. Musik Country, adalah suatu corak musik dengan permainan vokal, yang berkembang mula-mula oleh para musafir, pengembala, dan pekerja keras. e. Musik Jazz, adalah musik yang banyak menggunakan instrumen, teknik pengolahan variatif, prinsip tema dengan pengolahan improvisasi panjang. f. Musik Rhythm & Blues (R&B), yaitu musik berlandaskan musik Blues namun memiliki unsur ritmis yang lebih tajam. 7 g. Musik Reggae, berasal dari kelas rendah di Jamaika, berlandaskan musik R&B, disajikan melalui garis bas pada suatu hentakan dari pukulan drum. h. Musik Kontemporer, adalah musik kreasi baru yang menggabungkan berbagai macam bunyi, dari sumber alam maupun alat-alat mekanik. Musik ini merupakan upaya penggabungan musik tradisional dengan musik non tradisional (pentatonis dan diatonis). i. Musik Funk, adalah musik yang monoton, keras, dan bersifat anti keterampilan alat musik. Falsafahnya adalah semakin keras dan kasar musik tersebut, semakin bagus untuk didengar. j. Musik Klasik, adalah musik yang mengutamakan untuk dinikmati dalam segi komposisi, gubahan lagu, dan keterampilan musisi memainkan alat musik. Berdasarkan alat musiknya, musik dibagi menjadi : 1. Akustik (Ilmiah), adalah musik yang suaranya dihasilkan oleh alat musik itu sendiri tanpa adanya penguat bunyi yang dihasilkan oleh listrik. 2. Non akustik (Elektrik), merupakan musik yang suaranya dihasilkan oleh adanya penguat suara yang ditimbulkan oleh aliran listrik seperti equalizer, mixer, dan amplifier. Berdasarkan sumber bunyinya, dapat dibagi menjadi : (http://jihanshoniap.blogspot.com/2014/10/klasifikasi-alat-musik-berdasarka n.html) 1. Idiophone, pada jenis ini biasanya cara memainkan alat musik dengan digoyang, dipukul,ditepukkan, dan lain-lain karena idiophone mendapatkan sumber bunyi dari getaran pada badan alat musik tersebut. Beberapa contoh alat musik idiophone adalah marakas, gong, simbal, kulintang, dan bel. 2. Membranophone, merupakan alat musik yang sumber bunyinya berupa membran.Pada alat musik jenis ini umumnya cara memainkannya dengan cara dipukul seperti kendang, drum dan rebana. Alat musik jenis ini menggunakan lapisan tipis yang dibentangkan secara kuat di salah satu sisinya. Membran ini kemudian digetarkan untuk menghasilkan bunyi. 3. Chordophone memiliki sumber bunyi berupa dawai seperti biola, harpa, gitar, dan lain-lain. Dawai-dawai tersebut dibentangkan dari titik tertentu dengan memiliki rongga resonansi kemudian cara memainkannya dengan dipetik sehingga menghasilkan getaran bunyi.Aerophone memiliki sumber bunyi berupa udara dan getaran udara di dalam alat 8 musik inilah yang menimbulkan bunyi. Cara memainkannya dengan ditiup,contoh alat musik aerophone adalah terompet, harmonika, dan akordion. 4. Electrophone seperti namanya jenis alat musik ini menggunakan komponen listrik/elektrik pada sumber bunyinya. Contoh alat musik electrophone adalah gitar elektrik dan keyboard. Musik tradisional Bali dapat disebut juga gamelan bali disebut dengan rincikan dan berikut adalah nama-nama gamelan Bali: 1. Jiyèng, 8. Kenong, 2. Réyong, 9. Kethuk, 3. Kanthil, 10. Cèng-cèng(Kecrak), 4. Gangsé, 11. Kendhang, 5. Jigog, 12. Gendèr 6. Jublak, 13. Suling 7. Gong, 2.1.3 Pemahaman Gedung Konser Musik Gedung Konser atau Concert Hall secara umum berfungsi untuk mewadahi aktifitas dari seniman baik perseorangan maupun kelompok dan menyampaikannya kepada penonton dalam bentuk media seni musik. Sebuah gedung pertunjukan seni harus memiliki syarat kunci yakni sebagai berikut : (Appleton, 2008:520) 1. Setiap perseorangan penonton harus mampu melihat dengan jelas penampilan artis, latar/layar, sebagaimana juga dengan jelas mendengar pidato, musik, dan suara. 2. Desain auditorium harus memikirkan kenyamanan penonton, keamanan terhadap api, kualitas dari akustik, sistem suara, dan juga pencahayaan 3. Teknologi pada panggung dan fasilitasnya akan terus berkembang seiring dengan jaman Sebuah gedung pertunjukan seni akan memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda sesuai pertunjukan yang ditampilkan (Strong, 2010: 7). Salah satunya gedung konser musik yang harus mampu mewadahi dan melengkapi standar dari genre musik yang ada tentunya yang cocok membutuhkan sebuah gedung konser untuk menampilkan seni tersebut. Menurut Judith Strong dalam bukunya Theatre Building a Design Build maka genre musik yang cocok adalah sebagai berikut : 9 a) Symphony Concert b) Orchestra c) Blues and Country d) Jazz e) Pop/Rock 2.1.4 Standar Internasional pada Gedung Konser Musik Gedung konser musik memiliki standar – standar yang harus diperhatikan agar suatu suatu gedung konser memiliki identitas dan fasilitas yang juga terdapat di gedung – gedung yang sudah ada di dunia. Oleh karena itu, beberapa langkah yang dilakukan dalam menentukan standar internasional tersebut adalah sebagai berikut : 1. Studi literatur yang berwawasan internasional Literatur dengan wawasan internasional berarti di dalamnya telah terdapat standar – standar ruang dan juga fasilitas yang harus ada pada sebuah gedung konser. Selain itu, didalamnya juga terdapat studi – studi kasus mengenai beragamm gedung konser yang ada di Eropa dan Amerika yang notabene merupakan acuan utama dalam merumuskan standar internasional yang di maksud. Berikut merupakan beberapa judul buku dalam merumuskan standar pada gedung konser musik : a) Ian Appleton, Buildings for the Performing Arts, 2nd ed. b) Judith Strong, Theatre Building A Design Guide c) Barron, Michael, Auditorium Acoustics and Architectural Design, 2nd ed Gambar 2.1 Buku Referensi yang digunakan dalam merancang gedung konser 2. Studi terhadap proyek sejenis Studi pada proyek sejenis berarti melakukan kunjungan pada gedung konser musik yang dikenal memiliki kualitas akustik yang baik dan telah dikenal di Indonesia sebagai salah satu gedung terbaik dalam menyelenggarakan konser musik. diantaranya sebagai berikut : 10 a) Aula Simfonia, Jakarta – Indonesia b) The Sage Gateshead, Newcastle – Inggris c) The Opera, Copenhagen – California 3. Skala Penyelenggaraan Konser : Dalam sebuah konser musik, terdapat beberapa standar yang harus dipenuhi yang merupakan fasilitas yang harus ada dalam sebuah konser dengan skala international. Yakni sebagai berikut : a) Pengisi Acara Dalam sebuah konser musik dengan skala internasional, paling tidak terdapat minimal 3 artis atau kelompok yang dijadikan sebagai bintang tamu, dan juga terdapat 3 artis nasional yang berlaku sebagai pengiring, atau bisa juga sebagai band kolaborasi dengan band internasional. (Natsyora, 2015) b) Penonton Sebuah konser musik yang berstandar internasional, memiliki target penonton yang ditentukan pada tabel berikut : Tabel 2.1 Target Penonton Gedung Konser Sumber : Appleton 2008:138 No Jenis pertunjukan Pusat ibu kota 1 Opera house 2 Dance Theater 3 Concert Hall 4 Recital Room 5 Drama Arena 7 Drama theatre 8 Small and medium-scale drama Pusat Daerah 1 Concert hall 2 Touring theatre 3 Drama theatre 4 Arena 5 Small and medium-scale drama Pusat kota 1 Community theatre 2 Arts workshop 3 Amateur theatre Pusat kawasan 1 Community school Kapasitas tempat duduk 1600-2000 1200-1500 1500-2000 600-800 750-900 2000 750-900 150-350, 350-500 1200-1700 900-1400 750-900 2000 + 150-350, 350-500 150–350 150–350 150–350 150–350 11 2.2 Desain dalam Gedung Konser Musik Internasional Menurut Quentin Pickard dalam bukunya The Architect Handbook, Dalam sebuah gedung pementasan seni, terdapat 3 kelompok ruang yakni : 1. Resepsionis /Front of The house : entrance hall, foyers, ticket box, toilets, koridor dan tangga 2. Auditorium : Studio/ Main Seating Area 3. Panggung/Back Stage : Panggung utama, ruang ganti, area belakang panggung. Detail ruang dapat dilihat pada gambar 2.2 : Penyimpanan Alat Musik dan Ruang Kerja Ruang Conference dan Pendidikan Seni Rupa : Ruang Pameran pada Foyer, atau galeri yang terpisah Service Tambahan : Bar/Café Restaurant Tourist Information Shop Museum Fasilitas Lain : Ruang Pendidikan Studio Seni Rupa dan Gudang Penyimpanannya Studio Photografy Studio Rekaman Ruang Pemanasan/Latihan Kedap Suara Fasilitas Multimedia (Sound/Lighting) Kantin Staff Lounge Toilet dan Fasilitas Kebersihan Loading Dock dan Ruang kerja bagian scenery, costume, dan gudang Pengisi acara : Ruang Kerja dan Studio Latihan/Eksperimental Box Theatre Kantor Administrasi Auditorium Utama (Panggung) Box Office Akses Utama pada Fasilitas Tangga Utama, Lift, Korridor, dan akses untuk kaum disable Front of House Bagian Entrance dan Akses Menujuer Jalan Gambar 2.2 Diagram Kelompok Ruang Sumber : Pickard, 2002:370 Gedung Konser Musik merupakan salah satu sarana rekreasi sehingga diperlukan sebuah fasilitas hiburan sebagai faktor utama. Namun, faktor lain sebagai pendukung juga harus dipenuhi untuk memuaskan segala aspek yakni marketing, lokasi, aksesibilitas, dan standar dari bangunan. Pengalaman yang didapat pengunjung tidak dibatasi oleh waktu yang dihabiskan dalam auditorium. Menurut Ian Appleton dalam bukunya Building of The Performing Art Second 12 Edition, titik dari bangunan Gedung Pementasan Seni dapat menentukan pengalaman yang didapat pengunjung dapat dilihat dari : a) Urutan aktifitas dari dan menuju panggung pementasan : Kualitas entrance, foyer, toilet, lobby, dan auditorium b) Kualitas dari pementasan acara : Kemampuan untuk melihat dan mendengar, isi dari acara entah konser atau theater, dan kemampuan dari seniman, directors/ choreographer /conductor. c) Aktifitas Pendukung : Makan dan minum untuk pengunjung, galeri seni dan toko souvenir d) Pelayanan staff kepada publik : Keramah tamahan, akses menuju tempat duduk, penunjuk arah yang jelas. 2.2.1 Ruang Front Of House (FOH) pada Gedung Konser Musik Internasional Bagian Front of House merupakan sebuah kelompok ruang pada gedung pementasan seni yang memiliki peran untuk memberikan kesan awal kepada pengunjung, karena bagaimana kualitas dari front of House akan memberikan kesan dan pengalaman keseluruhan dari bangunan. Oleh karena itu, desain pada kelompok ruang front of house harus dibuat nyaman, artistik, dan mengandung unsur hiburan maupun pendidikan. Fungsi dari kelompok ruang front of house adalah sebuah ruang yang dimiliki oleh public, dalam hal ini adalah pengunjung dari gedung pementasan seni dan juga terdapat fasilitas – fasilitas pendukung untuk menambah kenyamanan pengunjung. Sehingga ruang front of house dibagi 2 yakni : 1. Ruang Publik / Public Area : (a) Entrance lobby dan drop-off, (b) foyer dan sirkulasi pengunjung, (c) Box office dan Loket tiket (Gambar 2.1), (d) Reception dan konter informasi, (e) Exhibition Area (Gambar 2.2), (f) Toko souvenir, (g) Tempat Penitipan barang/Cloakroom, (h)Toilet, (Gambar 2.3), (j) Ruang Konferensi (Hospitality Suites), (k) Bar (lGambar 2.4), (l) Area Pameran. 13 2. Ruang Pendukung / Support Area (a) Kantor manajer dan kantor keamanan, (b) Toko peralatan, (c) Ruang Pertolongan Pertama/ First Aid Room, (c) Ruang ganti, (d) Ruang pengarahan (e) Kantor telepon , internet dan surat, (f) Box office manajer dan kantor kas, (g) Ruang Merchandise , (h) Dapur, (i) Ruang Cleaning Service Konter Informasi di Royal & Derngate Theatres, Northampton, UK Sumber : Strong , 2010 : 49 Exhibition Area di Royal & Derngate Theatres, Northampton, UK Sumber : Strong , 2010 : 57 Foyer di Bridgewater Hall, Manchester Sumber : Strong , 2010 : 47 Bar di Northern Stage, Newcastle, UK Sumber : Strong , 2010 : 52 Gambar 2.3 Ruang Front of House pada gedung 2.2.2 Desain Auditorium pada Gedung Konser Musik Auditorium merupakan bagian utama dari sebuah gedung konser musik. Dimana di dalamnya terdapat interaksi yang intens antara pemain seni dan penontonnya. Pada desain auditorium, akan dijelaskan standar – standar yang baik dan nyaman dalam mendesain auditorium. 14 A. Tata Panggung/Stage Panggung adalah tempat pemain musik mengekspresikan musiknya kepada penonton. Panggung musik akan memiliki karakter yang berbeda dengan jenis seni lain yang ada pada sebuah gedung pertunjukkan seni seperti panggung seni musik dan panggung theater. Dalam mendesain panggung, langkah awal yang dilakukan adalah memilih karakteristik yang spesifik dari musik seperti ; musik klasikal. Pop/Rock, Jazz, Opera, tarian, musical – dan kemudian menentukan skala dari pementasan, yakni dalam skala besar, sedang, ataupun kecil. Semua keputusan ini akan berdampak pada jumlah penonton, jumlah seniman, staff teknikal dan juga manajemen dari produksi (Appleton, 2008:106) Berdasarkan dari karakteristik jenis musik yang ada, maka tiap – tiap jenis panggung yang cocok untuk digunakan pada gedung konser adalah sebagai berikut : 1. Orchestra dan Choral Classical Music Jenis musik ini menggunakan tata panggung yang diletakkan satu arah dengan arah pandang penonton, artinya mata penonton hanya terkunci pada satu arah pandang saja. Jenis panggung yang biasa digunakan pada pementasan seni musik ini yakni kombinasi dengan variasi bentuk persegi dan auditorium berbentuk kipas. (Appleton,2008:106) Gambar 2.4 a) Panggung dengan hubungan searah, (b) Panggung dengan sebagian penonton mengelilingi panggung pada balkon samping dan belakang (c) Penonton mengelilingi panggung dengan atau tanpa balkon Sumber : Appleton, 2008:107 15 Gambar 2.5 Perletakan instrumentalis pada panggung jazz dan orkestra Sumber : Appleton, 2008:144 Gambar 2.6 a) Desain Platform Panggung pada Gedung konser jenis classical Sumber : Appleton, 2008:143 Gambar 2.7 Garis Pandang Artis/Pengisi Acara Sumber : Appleton, 2008:131 2. Jazz/Blues dan Pop/Rock Pada pementasan jazz formal, suasana panggung memiliki kemiripan dengan jenis panggung musik Orchestra dan Choral Classical Music yakni memiliki satu arah pandang dengan mata terkunci pada satu arah pandang. Namun lebih terdapat sebuah kesan yang teatrikal dalam presentasi musik pop dan rock, sehingga panggung berkembang dengan lighting dan sound effect. Lalu dipadukan peralatan latar/background visual yang dapat berubah – ubah sehingga dibutuhkan side stage atau back stage untuk mempersiapkannya. (Appleton, 2008:107) Panggung jazz yang tergolong besar, dimana didalamnya sudah termasuk jazz band, instrumentalis, dan penyanyi memikih dimensi : lebar 9 m, panjang 6 meter, dan tinggi 900 mm. dengan layout panggung dapat ditata sesuai dengan pemain instrument. 16 Gambar 2.8 Panggung musik Jazz/Blues dan Pop/Rock Sumber : Appleton, 2008:107 3. Lift Panggung Lift panggung digunakan untuk menaikkan dan menurunkan properti konser musik yang memiliki beban sedang dan disediakan di basement panggung. basement panggung memiliki dimensi dengan ; tinggi minimal 2.500 mm, dan lebar ruang sampai dengan 7 – 10 m. Gambar 2.9 Aplikasi dari Lift Panggung untuk mengangkat alat musik Sumber : Appleton, 2008:144 17 Gambar 2.10 Lift Panggung Sumber : http://www.hydromech.in diakses pada 25 Maret 2015 B. Auditorium Seating Penempatan tempat duduk dalam auditorium bergantung pada jenis format pementasan – hubungan antara penonton dan artis – dan kualitas visual dan aural dari pertunjukkan tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang seating dalam auditorium adalah sebagai berikut : 1. Kepadatan Jumlah Tempat Duduk Kepadatan dari jumlah tempat duduk bergantung pada dimensi dari kursi dari penonton. Semakin besar dimensi kursi akan membuat kapasitas menjadi lebih sedikit. Apabila dimensi kursi semakin kecil maka akan menambah jumlah kursi tetapi mengurangi kenyamanan dari penonton. Segi kenyamanan merupakan hal yang harus diperhitungkan, terutama kenyamanan area kaki dari penonton. Dalam penempatan tempat duduk tradisional, jumlah maksimum dalam baris penonton terdapat 22 kursi apabila terdapat 2 buah gangway di tiap ujung baris, dan 11 apabila gangway hanya terdapat pada satu sisi saja. Maka dengan ini, gangways merupakan sebuah ruang pemisah antara baris penonton atau dapat juga menjadi pembatas antara blok – blok baris penonton. 2. Spasi Baris ke Baris Spasi dikondisikan oleh jarak antara dari sandaran kursi terdepan dengan dudukan bagian depan kursi belakang. Dimensi kritis adalah saat orang melintasi yang barisan kursi. Untuk tempat duduk tradisional minimum adalah 300 mm. Untuk Continental Seating jarak tidak kurang dari 400 mm dan tidak lebih dari 500mm. Spasi dalam tiap baris dikondisikan dengan 18 jarak antara ujung depan tempat duduk kursi terdepan dengan ujung belakang dari kursi di belakangnya. Gambar 2.11Spasi antar baris kursi Sumber : Appleton, 2008:120 Jarak untuk penempatan adalah 300 mm dan dimensi ini meningkat seiring dengan jumlah kursi dalam baris. Dengan meningkatnya jumlah tersebut dimensi dapat mencapai 400 mm dan tidak lebih dari 500 mm. 3. Seating Geometry Penempatan tempat duduk biasanya menghasilkan tata kursi yang linear atau melingkar dan terfokuskan pada artis. bentuk yang lebih kompleks adalah baris dengan sudut kemiringan tertentu. Gambar 2.12 Jenis geometri penempatan tempat duduk Sumber : Appleton, 2008:121 Baris tempat duduk melengkung sedikit lebih efisiesn dalam jumlah kursi penonton namun akan meningkatkan biaya konstruksi dan sebaliknya pada baris penonton linear. Maka 19 kombinasi antara kedua jenis inin mungkin dilakukan demi mendapatkan jumlah penonton dan kenyamanan terbaik. 4. Gangways Dimensi lebar dari gang di dalam layout temat duduk dalam tiap tingkat auditorium detentukan oleh fungsi mereka sebagai jalur evakuasi dan jumlah tempat duduk yang disediakan. Lebar minimum adalah 1.100 mm dan dalam 1300 apabila ada dikondisikan untuk kursi roda. Gambar 2.13 Penempatan Gangway pada baris kursi Sumber : Appleton, 2008:121 5. Sightline Seluruh penonton harus memliki pandangan yang tidak terganggu dan tidak terhalangi terhadap pementas acara. Oleh karena itu garis pandang harus diperhatikan dalam pengaturan tempat duduk penonton sebagai berikut. a) Sightline Horizontal Gambar 2.14 Pengaturan Garis Pandang Penonton Sumber : Pickard, 2002:382 20 Gambar 2.15Sudut Pandang Penonton Sumber : Pickard, 2002:382 b) Sightline Vertical Gambar 2. 16 Pengaturan Garis pandang vertical Sumber : Pickard, 2002 :382 6. Balcony Dengan jumlah kursi yang banyak maka baris tempat duduk akan sekaligus menjadi panjang sehingga penonton yang duduk dibelakang akan terganggu. Demi menjaga kenyamanan penonton terutama yang duduk di bagian belakang, maka dapat dilakukan dengan menggunakan balkon sebagai berikut : 21 Gambar 2. 17 Petunjuk dimensi untuk Balcony Sumber : Pickard, 2002 :381 Perbandingan maksimal dari jarak D:H adalah 1:1 untuk sebuah gedung konser. Garis pandang dari balkon menuju panggung tidak boleh lebih dari 30 derajat dan baris paling belakang harus punya pandangan yang bebas menuju panggung. 7. Dimensi Tempat Duduk Penonton memiliki dimensi tubuh yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dibuat standar ukuran kursi untuk membantu menyimpulkan dimensi kursi yang dibutuhkan dalam gedung pertunjukkan. Sebagai berikut : Gambar 2.18 Petunjuk dimensi untuk tempat duduk Sumber : David, 2003 : 60 Tabel: 2.2 Dimensi Tempat Duduk Sumber : David, 2003 : 60 22 Tabel 2.2 menjabarkan mengenai dimensi-dimensi standar tempat duduk pada gedung pertunjukan. Standar tersebut menjadi acuan dalam mendesain sehingga memberikan rasa nyaman yang tepat untuk penonton. Gambar 2.19 Petunjuk Handrail pada sisi depan balkon Sumber : Appleton, 2008 : 115 2.2.3 Ruang Back Stage pada Gedung Konser Musik Ruang backstage adalah fasilitas pendukung agar acara dari gedung pementasan berjalan lancar. Ruang Backstage digunakan oleh pengisi acara untuk mempersiapkan acara dan sebagai relaksasi atau penyegaran dan dirancang kepada pengisi acara dengan usia beragam(anak – anak, dewasa, dan kaum disable). Fasilitas dari back stage adalah sebagai berikut : 1. Dress Room/ Ruang Rias Dimensi dari ruang rias disesuaikan dengan tipe pementasan yang akan ditampilkan karena tiap pementasan akan terdapat jumlah pengisi acara yang berbeda. (Appleton, 2008:174) a) Ruang Ganti Pengisi Acara Jazz, Pop/Rock Tabel: 2.3 Jumlah Pengisi acara jazz, pop/rock Sumber : Appleton,2008:175 23 b) Ruang Ganti Pengisi Acara Orchestra, Classical Music, Choir Tabel: 2.4 Jumlah Pengisi acara jazz, pop/rock Sumber : Appleton,2008:175 Pengertian ruang ruang pada table di atas adalah sebagai berikut (Appleton,2008:176) : Single Room : Single room adalah ruang ganti tunggal yang biasanya digunakan oleh artis utama dalam sebuah gedung pertunjukkan. Memiliki kapasitas kecil (1 – 2 orang ) dengan fasilitas relaksasi, TV, kamar mandi dalam, dan make up. Luasan dari ruang ini minimal 15 m2 Shared Room : jumlah maksimal pengguna ruang ini adalah 4 orang. Didalamnya terdapat meja, kursi, lemari pakaian, dan lain – lain. selain itu, juga terdapat kamar mandi untuk tiap orang yang ada didalamnya. Luasan Ruang termasuk Shower mencapai 18 m2 Communal Room : Jumlah pengguna ruang ini tidak lebih dari 20 orang. Didalamnya terdapat meja, kursi, lemari pakaian, dan lain – lain. Dengan kapasitas kamar mandi adalah 1 kamar mandi untuk 4 orang. Ruang gerak 1.5 – 3m2 per orang. Kombinasi antara 2 communal room dapat membuat ruang yang lebih besar untuk ruang pemanasan dan ruang meeting. 2. Green Room : Green Room adalah ruang yang digunakan sebagai ruang umum dari pengisi acara untuk beraktivitas sosial, istirahat, penyegaran, dan hiburan. Besarnya tergantung pada jumlah pengisi acara kecuali terdapat penggunaan tertentu seperti meeting, rehearsal(pemanasan), ruang ganti ekstra. (Appleton,2008:179) Didalamnya juga dibutuhkan gudang untuk membantu perlengkapan dan kebutuhan tertentu. Selain itu, dalam fungsinya sebagai penyegaran, ruang ini dapat ditambahkan dapur yang menyediakan makanan untuk semua staff di dalam gedung. 24 3. Ruang Latihan Ruang ini diperlukan oleh pengisi acara untuk berlatih sebelum acara dimulai. Musisi dan penyanyi akan membutuhkan 15 m2 dengan piano yang kualitas akustiknya diperhatikan. Selain itu, ruang untuk penari dibutuhkan dengan ruang minimal 100 m2 dengan fasilitas cermin, lantai kayu, dan alat pendukung lainnya. Gambar 2.20 Contoh Ruang Pemanasan dan Latihan Sumber : Appleton, 2008:199 4. Ruang Berkumpul Orchestra dan Choir (Assembly Point) Adalah area dalam acara orchestra atau choir untuk berkumpul sebelum memasuki panggung. didalamnya terdapat sebuah lobby karena sebelum pengisi acara masuk, area ini akan disorot oleh musik dan lampu. Area yang dibutuhkan sampai dengan 1 m2 per orang. (Appleton,2008:180) 5. Pintu Panggung atau Entrance Artis Pintu masuk termasuk dalam lobby yang terpisah dan disertakan kanopi. Syarat yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut; Terdapat akses langsung menuju panggung, tanpa melalui ruang lainnya, terdapat akses masuk menuju ruang laltihan dan green room, terdapat stand security yang dipantau oleh control room (Appleton,2008:181) 2.2.4 Utilitas Auditorium pada Gedung Konser Musik Bagian utilitas pada gedung merupakan salah satu bagian yang paling krusial dalam mendesan gedung pertunjukkan seni, hal ini mencakup penataan akustik, pencahayaan, pemadam api, dll dimana akan sangat penting untuk menunjang kualitas acara dan kenyamanan penonton. 25 1. Lighting Didalam Gedung pertunjukkan seni, sistem pencahayaan sangat penting untuk memberikan kesan dramatis dalam sebuah acara musik. Meskipun fungsinya tidak sekrusial dalam pentas theater karena lebih menjadi estetika didalam panggung saja. Pengaturan lighting memiliki karakteristik sesuai jenis musik yang ditampilkan. Untuk tingkat illuminasi pada gedung konser yaitu sebesar 100 lux, sedangkan untuk ruang lain seperti foyer/hall yaitu 200 lux (Mirayani, 2008). Pencahayaan dalam auditorium mencakup : a) Pencahayaan Pengisi acara : Posisi pencahayaan di dalam auditorium terdapat pada langit langit dari ruanganan, dinding samping dan belakang, balkon bagian depan, dan terdapat di bawah tempaat duduk. Arah dari lighting menuju panggung dengan penerangan yang jelas. Tiap posisi lampu memerlukan akses untuk teknisi untuk mengganti atau memodifikasinya dan aksesnya cukup menggunakan tangga pada dinding dan lighting bridge pada langit – langit. Penggunaan spotlight dipasang di belakang auditorium atau pada lighting bridge di langit – langit. Tradisi pada musik orchestra dan choir adalah menggunakan iluminasi pada panggung selama pertunjukkan berlangsung. b) Pencahayaan pada Auditorium Dalam pencahayaan untuk sirkulasi dan area tempat duduk untuk penonton untuk mengitari auditorium, membaca program acara, dan lain – lain, lampu dekoratif kemudian mendukung fitur arsitektural didalam gedung. Pencahayaan auditorium biasanya menggunakan teknollogi dimmed. c) Pencahayaan darurat Adalah pencahayaan untuk menunjukkan bagaimana sirkulasi menuju pintu darurat terdekat. Lampu yang digunakan dapat berupa lampu ber watt kecil yang diletakkan pada lantai ruang. d) Pencahayaan untuk bekerja Adalah pencahayaan yang digunakan dengan tingkat yang sedang, dan digunakan untuk membersihkan dan merawat fasilitas auditorium. Pencahayaan ini merupakan sistem yang terpisah saat auditorium tidak digunakan. 26 e) Blue Lights Area yang diakses oleh teknisi pada saat berlangsungnya acara memerlukan sebuah pencahayaan dengan level rendah dengan warna biru agar tidak terlihat oleh penonton. Berdasarkan deskripsi dari jenis lampu yang ada diatas, maka perletakannya pada sebuah gedung auditorium dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.21 Tipikal Perletakan Lampu pada Auditorium Sumber : Strong, 2010:134 2. Akustik Perlengkapan suara pada penjelasan berikut dibutuhkan pada sebagian besar desain auditorium. Letak dari pengeras suara untuk mendukung performa pengisi acara membutuhkan amplifikasi contohnya pada konser dengan musik rock dan pop. Tujuannya adalah untuk menentukan lokasi loudspeakers utama yang suaranya akan didistribusikan ke seluruh penonton. 27 Pada panggung pop/Jazz, loudspeakers diletakkan di setiap sisi panggung. Berbagai macam posisi speaker di dalam auditorium diletakkan di bagian sisi dan belakang dinding, langit – langit auditoroium, balkon, bahkan mungkin saja diletakkan di bawah lantai dari tempat duduk. Lokasi dari speaker membutuhkan sambungan yang tidak terganggu dari speakers menuju penonton. (Barron,2009:166) Gambar 2.22 Tata letak sound Sumber : Strong , 2010 : 132 Untuk membuat suara yang jernih, frekuensi suara yang mampu ditangkap oleh telinga harus mencapai rata – rata 500, 1000, dan 2000 hz. Dan jangkauan suara untuk gedung dengan fungsi musik adalah antara -2 sampai +2 dB. (Barron,2009:198) Bunyi yang harus dihindari dalam sebuah auditorium adalah hadirnya suara suara yang tidak diinginkan akibat pantulan suara yang tidak sempurna. Menurut Doelle (1990;64) ada delapan jenis bunyi yang harus dihindari, yakni : a) Gema (echoes) Gema adalah suara yang dipantulkan oleh permukaan yang jauh, sehingga suara yang terpantul tertunda cukup lama dan terdengar menjadi bunyi yang berbeda dari sumber suara itu sendiri. b) Pemantulan yang Berkepanjangan ( long delayed reflection ) Pemantulan yang berkepanjangan mirip dengan gema, namun penundaan waktu yang terjadi antara bunyi langsung dan bunyi pantul lebih singkat daripada gema. c) Gaung Gaung adalah cacat akustik yang terdiri atas gema – gema kecil yang berurutan dengan cepat. Sebuah ruang dengan daya pantul yang tinggi akan membuata bunyi 28 memantul secara berlebihan sehingga mengakibatkan bunyi yang sulit dimengerti dengan jelas. d) Pemusatan Bunyi Pemusatan bunyi diakibatkan pada permukaan cekung, sehingga distribusi penyebaran bunyi tidak merata dan hanya terpusat pada satu titik. Pemusatan bunyi ini dapat dihindari dengan membuat permukaan yang berpenyerap bunyi atau difus ( tidak rata/tidak beraturan) e) Ruang Gandeng ( coupled spaces) Adalah cacat akustik yang terjadi akibat ruang yang berhubungan dengan auditorium, seperti foyer dan ruang tangga, maka kedua ruang tersebut akan membentuk ruang gandeng. Selama ada rongga udara antar ruang yang berhubungan tersebut, maka akan terjadi bunyi dengung yang masuk dari ruang lain meski akustik dari auditorium sudah baik. f) Distorsi Merupakan gangguan bunyi yang terjadi akibat ketidak seimbangan permukaan dinding sehingga bunyi yang terserap terjadi perubahan kualitas yang tidak dikehendaki. g) Bayangan Bunyi Merupakan cacat akustik saat bunyi terhalang dari sumbernya menuju ke penonton. Masalah ini terjadi akibat tempat duduk di bawah balkon yang menonjol terlalu jauh dengan kedalaman lebih dari dua kali tingginya. h) Bisikan (whispering gallery) Merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh bunyi yang memiliki frekuensi tinggi lalu kemudian cenderung merangkak di sepanjang permukaan dinding auditorium yang berbentuk cekung (setengah bola). 3. Penggunaan Bahan Penyerap Bunyi Lapisan Penyusun dinding terdiri dari material yang memantulkan suara sehingga kualitas suara yang ada mampu dinikmati oleh seluruh tempat duduk penonton. Maka dari itu, penyampaian bunyi diperkuat pemantulannya dari depan auditorium untuk memantulkan bunyi secara langsung ke tempat duduk bagian belakang dimana bunyi langsung (direct sound) terdengar paling lemah. 29 Penggunaan material penyerap bunyi sangat disarankan untuk mendapatkan akustik yang baik dan penerapan dari bahan tersebut dapat dipasang pada dinding ruang ataupun digantung (Doelle 1990:33). Material yang memiliki penyerapan bunyi yang baik adalah sebagai berikut : a) Bahan Berpori Bahan ini menyerap energy bunyi yang datang dan menyerapnya sebagian besar dari bunyi di dalam pori – pori, kemudian sisa dari bunyi tersebut dipantulkan oleh permukaan bahan. Penyerapan bunyinya lebih cocok pada bunyi berfrekuensi tinggi Contoh bahan ini adalah : papan serat(fiber board), Plasteran lembut (soft plaster), mineral wools, dan selimut isolasi. Berpori-pori Berpori-pori dan permukaannya berperforasi Gambar 2.23 Bahan Berpori (Sumber : Templeton, 2001:83) b) Panel Penyerap Panel Penyerap merupakan sebuah bahan solid yang kedap fan dipasang pada lapisan yang padat namun didalamnya terdapat suatu rongga sebagai pemisah. Panel ini cocok digunakan pada suara yang berfrekuensi sedang dan tinggi dan merupakan penyerap bunyi yang efisien karena mampu membuat dengung yang merata pada seluruh jangkauan frekuensi. Material ini mudah disusun saat pemasangannya sehingga dapat dibentuk sesuai desain yang diinginkan karena tersedia dalam berbagai ukuran. Contoh dari bahan ini adalah : panel kayu, dan hardboard, gypsum board, langitlangit plesteran yang digantung, pleteran berbulu, plastik board tegar,jendela, kaca, pintu, lantai kayu dan panggung. Membran tipis Gambar 2.24 Penyerap Panel (Sumber : Templeton, 2001:84) Berpori-pori dan bercelah udara 30 c) Karpet Karpet memiliki sifat mereduksi suara yang baik saat digunakan sebagai dinding maupun sebagai alas pada auditorium. Semakin tebal lapisan karpet yang digunakan, maka semakin besar pula daya serapnya terhadap bising yang ditimbulkan. 4. Ruang Kontrol Ruang ini biasanya terletak di bagian belakang tengah dari sebuah auditorium dimana operator memiliki pandangan yang tidak terganggu menuju panggung. Pada sebuah gedung konser, ruang control lebih mencakup kepada pengaturan lighting dan latar. Dengan dimensi minimal lebar 3 m, Panjang 2,5 m, dan tinggi 2,4 m. pengisi ruang telah terhitung operator dan juga asistennya dengan berbagai alat control baik dalam segi musical maupun lighting. Gambar 2.25 Contoh Aplikasi Ruang Kontrol Sumber : Appleton, 2008:186 Pada gedung konser musik, ruang control dilengkapi beberapa fasilitas khusus yakni recording dan Amplifier. Selain itu, juga dapat ditambahkan fasilitas proyeksi viseal seperti video proyektor untuk membantu konser pop/rock yang dapat dikombinasikan dengan scenic stage. Gambar 2.26 Ruang kontrol yang Gedung Konser Musik Sumber : Strong , 2010:135 31 5. Sistem Penghawaan Pengunaan sistem penghawaan pada gedung auditorium lebih cocok menggunakan AC central untuk memudahkan sirkulasi udara pada bangunan yang bersifat bentang lebar. AC sentral menggunakan alat pendingin (chiller). Sistem AC sentral menggunakan alat pendingin (chiller) yang terletak pada suatu ruang khusus yang kemudian akan mensuplai udara dingin (air chilled system) atau air dingin (water chilled system) ke seluruh ruangan. (http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/07/penghawaan-buatan.html). Standar kenyamanan sebuah ruang (Termal Comfort) berkisar antara 18o--20oC, selisih suhu pada ketinggian 0,5m – 1,5m diatas lantai kurang dari 2oC. Volume ruang sangat erat hubungangnnya dengan sistemp penghawaaan sehingga menjadi penentu besar dan kecilnya kebutuhan pengahawaan dalam ruang. Sirkulasi udara pada auditorium dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.27Distribusi udara dingin dan udara panas Sumber : Strong , 2010:85 Sedangkan penggunaan sistem penghawaan pada ruang diluar auditorium dapat menggunakan AC dengan sistem lain baik dengan split ataupun tetap menggunakan AC sentral. 6. Sistem Peringatan dan Pemadam Kebakaran Detektor kebakaran merupakan alat yang mendeteksi secara dini adanya kebakaran agar tidak berkembanga menjadi lebih besar. Dengan terdeteksinya sumber kebakarakan menjadi sebuah intervensi untuk mematikan api denga cepat, sehingga dapat meminimalisir kerugian. a) Detektor Asap Merupakan alat pendeteksi asap yang sinyalnya akan diteruskan sehingga fire alarm berbunyi (lihat Gambar 2.35). Luas cakupannya adalah 50 – 100 meter persegi. 32 b) Detektor Panas Berfungsi mendeteksi terjadinya perubahan energi thermal (panas) yang diakibatkan oleh adanya api. Detektor panas memiliki dua type yaitu detektor dengan batasanan suhu yang tetap, dan detektor yang mendeteksi peningkatan suhu secara seketika. Batas suhu yang dideteksi minimal 58 o C dengan jangkakauan hingga 50 msq Gambar 2.28Smoke Detektor dan Heat Detector Sumber : Hill, 2004:70 c) Sprinkle Sprinkle adalah alat pemadam kebakjaran otomatis yang paling sederhana, dengan baham pemadam berupa air, Sprinkle akan menyemburkan air dengan mendeteksi asap di dalam sebuah ruangan. Pemipaan sprinkle harus berbeda dan dipisahkan dengan pemipaan atau plumbing yang lain dan harus tersendiri, karena membutuhkan daya tekan yang tinggi untuk menyuplai air pada semua ruangan. Jarak antar sprinkle maksimal adalah 4,5 meter antar sprinkle. Gambar 2.29 Sprinkle Sumber : Hill, 2004:70 d) Portable Adalah alat pemadam api yang dilengkapi dengan alat pengukur tekanan (pressure gauge) yang setiap saat dapat menunjukan adanya tekanan, sehingga memudahkan pengontrolan efektifitas kinerja tabung. e) Water (gas cartridge type) extinguishers ( merah ) Alat pemadam ini menggunakan air dan karbon dioksida sebagai baham pemadam. Jenis pemadam ini cocok untuk memadamkan api yang membakar kertas 33 dan kayu. Tidak boleh digunakan pada area-area yang terdapat peralatan yang menggunakan listrik atau cairan kimia organic yang tidak larut didalam air f) Carbondioxide extinguisher ( hitam ) Jenis pemadam ini menggunakan CO2 (karbon dioksida) sebagai bahan pemadam. Alat pemadan ini akan mengeluarkan awan karbon dioksida dan partikel COP padat pada saat digunakan. Jenis pemadam ini digunakan untuk area dimana terdapat peralatan elektronik sehingga peralatan tersebut tidak rusak,seperti instrument laboratorium,server,komputer,dsb. Gambar 2.30 Water (gas cartridge type) dan Carbondioxide extinguisher Sumber : Hill, 2004:70 g) Hidrant Hydrant ini juga berfungsi untuk mempermudah proses penanggulangan ketika bencana kebakaran melanda. hydrant merupakan sebuah fasilitas wajib bagi bangunan-banguanan public seperti pasar tradisional maupun modern, pertokoan, bahkan semestinya lingkungan perumahanpun harusnya ada fasilitas hydrant. Terdapat dua jenis hydrant yaitu, hydrant dalam ruangan ( in door ) dan hydran di luar ruangan (lihat Gambar 2.38). Pemasangan hydrant di dalam ruangan tergantung pada luas ruangan dan luas gedung. Hydrant di luar ruangan berfungsi untuk menyalurkan suplay air pada mobil pemadam kebakaran. Jarak antar hydrant maksimal adalah setiap 200 meter. Gambar 2.31Hydrant indoor dan Hydrant outdoor Sumber : Hill, 2004:70 34 7. Sistem Keamanan Gedung Close Circuit Televition merupakan alat perekam yang menggunakan satu atau lebih alat perekam yang menghasilkan data berupa video ataupun audio dengan cara kerja mengirimkan signal dengan cara tertutup melalui wireless atau kabel. i. Jenis pengambilan gambar pada CCTV ada dua jenis yaitu hitam putih dan berwarna ii. Type pengambilan jumlah gambar per detik adalah 1-6 FPS ( Frame Per Second ) sebagai standard untuk mengetahui tindak kejahatan, hingga 30 FPS untuk real-time CCTV. iii. Kamera CCTV ada yang dapat digerakkan ke kana-kiri atas-bawah dari jarak jauh, dan ada juga yang bersifat statis. Moveable Camera ( dapat digerakkan ), Fixed Camera ( statis ) Dome Camera, ( Estetis, simple, rapi ) iv. Cara penyimpanan rekaman adalah dengan menggunakan Tape atau DVR ( Digital Video Recorder ) v. CCTV dihubungkan dengan layar monitor pada ruang monitoring. CCTV Camera DVR Monitor Coax Cable Gambar 2.32 CCTV diagramatic Sumber : Hill,2004:98 8. Emergency Exit dan Tangga darurat Dalam merancang emergency exit atau tangga darurat, hal yang perlu diperhatikan adalah : a) Jarak Perjalanan Pada sebuah umum dengan desain tradisional, jarak pintu dari gangway adalah 18 m, dan 15 m dari tiap tempat duduk yang ada dengan waktu evakuasi yang dibutuhkan pada tiap tingkat auditorium minimal 2,5 menit. 35 b) Jumlah Pintu Keluar Jumlahpintu keluar yang dibutuhkan tiap tingkat dari auditorium adalah minimal 2 pintu yang terpisah. Pada auditorium dengan kapasitas 500, minimal 2 pintu keluar diperlukan dengan asumsi 250 orang membutuhkan 1 pintu keluar. Pada auditorium yang lebih besar, perhitungan 250 orang untuk 1 pintu juga dapat diterapkan dengan arah sirkulasi menjauhi panggung. Gambar 2.33 Aplikasi Emergency Exit Sumber : Appleton, 2008:124 c) Lebar pintu keluar Lebar dari pintu keluar telah diatur oleh regulasi. Perhitungan dasarnya adalah 45 orang per menit dengan jalur berukuran lebar 520 mm – 530 mm. regulasi pengaturan lebar jalan dapat dilihat pada jalur berikut : Tabel: 2.5 Standar Dimensi Pintu Keluar Berbanding Jumlah Penonton Sumber : Appleton, 2008:125 d) Rute Jalan Keluar Jalan Keluar dari auditorium harus mengarah ke area yang aman. Lebar dari rute keluar harus sama dengan pintu keluar agar tidak terjadi efek botol dimana penonton 36 akan tersangkut saat keluar dan menimbulkan kepanikan. Apa bila terdapat tangga, maka dimensi tangga adalah : 2.2.5 Anak tangga minimal 2 sampai dengan 16 Tinggi anak tangga 175 sampai dengan 275 dan dimensi tinggi harus konsisten Penggunaan ram dengan sudut 115 derajat dengan panjang 10 meter Rute harus terdiri dari material yang anti api. Struktur pada Gedung Konser Musik Sebuah gedung pertunjukan harus memiliki standar keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya sehingga diperlukan struktur yang kuat untuk mewujudkan kedua hal tersebut. Karena fungsinya sebagai sebuah gedung pertunjukan, maka penonton harus mendapatkan pandangan yang maksimal dan tidak terhalang apapun, salah satunya kolom struktur. Untuk itu, harus diterapkan sistem struktur bentang lebar. Salah satu sistem yang sering digunakan dan fleksibel membentuk struktur atap dari bangunan bentang lebar adalah Rangka Ruang Struktur rangka ruang atau Space Frame System adalah suatu sistem konstruksi rangka ruang dengan suatu sistem sambungan antara batang / member satu sama lain yang menggunakan bola / ball joint sebagai sendi penyambungan dalam bentuk modul-modul segitiga sehingga Space Frame ini mudah untuk dipasang, dibentuk dan dibongkar kembali dan pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cepat. Gambar 2.34 Arah beban struktur rangka ruang Sumber : Schodek:1999 37 Sistem rangka ruang dikembangkan dari sistem struktur rangka batang dengan penambahan rangka batang ke arah tiga dimensinya. Struktur rangka ruang adalah komposisi dari batang – batang yang masing masing berdiri sendiri, memikul gaya tekan atau gaya tarik yang sentris dan dikaitkan satu sama lain dengan sistem tiga dimensi atau ruang. Gambar 2.35 Detail Struktur Ball Joint Sumber : Schodek:1999 Penerapan Rangka Ruang yang Mudah di bentuk Sumber : Google Image Penggabungan Rangka Ruang dengan Material Kaca Sumber : Google Image Gambar 2.36 Penerapan Struktur Rangka Ruang 2.3 Pemahaman Terhadap Proyek Sejenis Pemahaman terhadap proyek sejenis dilakukan dengan observasi langsung kepada sebuah bangunan yang memiliki fungsi yang mendekati dengan judul skripsi yang dipilih. Studi pada proyek sejenis berarti melakukan kunjungan pada gedung konser yang dikenal memiliki kualitas akustik yang baik dan telah dikenal di Indonesia sebagai salah satu gedung terbaik dalam menyelenggarakan konser musik. diantaranya sebagai berikut : 38 2.3.1 Aula Simfonia Jakarta Gambar 2.37 Eksterior Aula Simfonia Jakarta Sumber : Survey 25 Maret 2015 Nama Gedung : Aula Simfonia Jakarta Owner : Grand Mirage Group Arsitek : Stephen Tong Lokasi : : Kemayoran, Jakarta Pusat, Fungsi : Gedung Konser/Concert Hall Kapasitas : 1227 orang Tahun : 2009 Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia Aula Simfonia Jakarta merupakan concert hall pertama yang pernah dibangun di kota Jakarta dengan kapasitas tempat duduk 1.400 kursi, termasuk kursi paduan suara dan orkestra. Dari eksterior, bangunan ini memiliki gaya bangunan Eropa dengan warna putih dan pilar – pilar corinthians sebagai penghias kolomnya. 1. Klasifikasi Penonton Bronze Silver Gold Platinum Student Gambar 2.38 Denah Tempat Duduk Sumber : Survey 25 Maret 2015 39 Pintu masuk penonton berdasarkan dari klasifikasi penonton terdapat 2 buah yakni : Entrance pada lantai 1 diperuntukan untuk klasifikasi bronze dan silver Entrance pada lantai 2 diperuntukan untuk klasifikasi bronze, silver, gold, dan platinum Area tempat duduk untuk student yang dimaksud adalah peserta paduan suara yang sebagian besar merupakan siswa/siswi dari sekolah Kristen. 2. Jam Operasional Aula Simfonia Jakarta hanya dibuka pada hari pagelaran konser. Selama tidak ada konser, yang dibuka hanyalah box office (tempat penjualan tiket konser). Box office beroperasi setiap hari Senin – Jumat mulai dari jam 10.00 – 17.00 WIB, Sabtu jam 12.00 – 16.00 WIB, dan Minggu 09.30 – 12.00 WIB. Pada hari pagelaran konser, box office tetap buka dari jam 10.00 – 19.30 WIB. Gambar 2.39 Diagram Organisasi Ruang Aula Simfonia Sumber : Survey 25 Maret 2015 40 3. Lobby Lobby pada bangunan ini terletak di lantai 2. Apabila datang melalui basement, maka pengunjung akan melewati gallery musik klasik dimana didalamnya terdapat composer dan alat – alat musik klasik dari jaman ke jaman. Setelah itu, pengunjung akan keluar melewati taman dan corridor sebelum kemudian masuk melewati pintu besar menuju box office. Gambar 2.40 Entrance Corridor Gambar 2.41 box office Sumber : Survey 25 Maret 2015 Sumber : Survey 25 Maret 2015 Apabila melalui jalur drop off, pengunjung akan langsung turun menuju lobby tanpa melalui gallery. Biasanya pengunjung dengan akses ini adalah tamu penting atau penonton yang sudah memiliki tiket dan bisa langsung masuk menuju auditorium. Gambar 2.42 Lobby area dan drop off Sumber : Survey 25 Maret 2015 4. Foyer Jalur menuju auditorium diakses melalui tangga mezanin yang berjumlah 2 buah lalu kemudian bertemu di sebuah porte yang pada ruangan ini terdapat toilet, pintu utama auditorium, dan tangga menuju balkon tempat duduk lantai 2 41 Gambar 2. 43 Akses menuju Foyer menggunakan tangga Mezanin Sumber : Survey 25 Maret 2015 Gambar 2.44 Akses Auditorium dan toilet yang terletak di Foyer Sumber : Survey 25 Maret 2015 5. Auditorium Aula Simfonia Jakarta memiliki layout tempat duduk yang berbentuk setengah lingkaran dan pada bagian side stage menggunakan tempat duduk dengan pola linear langsung menuju panggung pada lantai 2 dengan kapasitas 1.227 orang ( 97% penonton dapat melihat dengan jelas semua seniman di pentas, sisanya dapat melihat secara jelas 70% ). Gambar 2. 45 Denah Tempat Duduk Sumber : Survey 25 Maret 2015 42 Auditorium konser ini tidak pernah menggunakan pengeras suara dalam setiap pertunjukan musik langsung. Bahan penyusun akustik terbuat dari kayu mulai dari dinding, lantai, hiingga kayu pada bangku penonton. Penataan dan desain aula konser sangat diperhatikan sehingga penonton dapat mendengar musik dengan kualitas tertinggi. Gambar 2.46 Akustik auditorium tersusun dari bahan kayu dan marmer yang merupakan material penyusun yang baik untuk menyerap suara. Sumber : Survey 25 Maret 2015 Aula Simfonia Jakarta memiliki organ pipa buatan Cassavant Freres tahun 1962 yang terdiri dari 3.217 pipa dengan bobot total lebih dari 10 ton. Sejumlah organ pipa dipakai sebagai dekorasi utama pada dinding di belakang panggung aula. Panggung ini terbuat dari material kayu dan mengakomodasi seluruh band orchestra dan juga kursi di belakang panggung sebagai tempat peserta paduan suara yang berjumlah hingga 200 kursi. Panggung ini juga dilengkapi fasilitas recording yang akan berlangsung tiap adanya pementasan musik. 43 Gambar 2.47 Tata Panggung pada Aula Simfonia dan perletakkan kursi untuk paduan suara Sumber : Survey 25 Maret 2015 6. Utilitas Auditorium Di dalam auditorium Aula Simfonia Jakarta, terdapat sistem utilitas berupa kamera cctv yang diletakkan di beberapa titik yang mampu mengcover 90 % penonton yang ada dan aktif selama 24 jam. Dapat dilihat pada gambar 2.48 Gambar 2.48 penempatan kamera cctv Sumber : Survey 25 Maret 2015 Gambar 2.49 Penataan lighting pada plafond yang juga terdapat penghawaan dan material akustik Sumber : Survey 25 Maret 2015 Pada gambar 2.49, langit – langit pada auditorium ini menggunakan bahan kayu dan gypsum dan diaplikasikan dengan bentuk drop ceiling. Selain berguna untuk menyerap suara, langit – langit ini juga berfungsi sebagai estetika dan utilitas, yakni tempat dibenamkannya alat pemadam kebakaran dan juga lampu penerangan dan penghawaan. Penerangan pada langit – langit digunakan maksimal saat acara konser berlangsung ataupun optional sesuai permintaan artis. 44 7. Control Room Pada auditorium Aula Simfonia, letak Control room berada di bagian paling belakang tempat duduk dan didalamnya hanya terdapat pengaturan lighting dan juga recording. Ruang ini mengontrol peralatan berupa : - 2 Announcer Speaker - 11 Build-in Speakers - 2 Wireless microphones - 8 Vocal microphones - 6 Choir Microphones Gambar 2.50 Letak Kontrol Room pada Auditorium Sumber : Survey 25 Maret 2015 8. Backstage Ruang pada bagian backstage terdiri dari gudang peralatan, Assembly point, ruang artist soloist, ruang artis communal, green room, storage, dan ruang rehearsal yang menggunakan panggung utama sebagai tempat latihan. Gambar 2.51 Korridor menuju ruang ganti pengisi acara dan kamar ganti khusus artis utama/soloist Sumber : Survey 25 Maret 2015 45 Pintu Masuk dari Storage dan Assembly Point Gambar 2.52 Assembly point yang digabung dengan storage alat – alat musik Sumber : Survey 25 Maret 2015 2.3.2 The Sage Gateshead, Newcastle Gambar 2.53 Eksterior The Sage Gateshead Sumber : Appleton,2008: 244 Nama Gedung : The Sage Gateshead Arsitek : Fosters and Partners Lokasi : Selatan Sungai Tyne, Newcastle, Inggris Fungsi : Gedung Konser/Concert Hall Kapasitas : 1200 - 1650 Tahun : 2004 46 Gambar 2.54 Layout Bangunan Sumber : Appleton, 2008:244 The Sage Adalah gedung konser yang selesai dan dibuka untuk umum pada tahun 2004. Lokasi bangunan ini terletak pada ujung selatan Sungai Tyne menjadikannya sebuah bangunan yang termasuk di bangun pada kawasan waterfront. Tiap panggung didesain sebagai bangunan yang terpisah namun tetap terlihat satu kesatuan dengan atap yang menyerupai cangkang. Struktur cangkang yang membungkus bangunan ini memiliki bentuk yang bergelembung dan terkesan tidak saling bersentuhan, begitu juga dengan panggung yang ada di dalamnya hingga akomodasi backstage. Tiap volume dari bentuk gelembung pada atap mengekspresikan ruang akustik tiap panggung yakni tiap ruang terpisah secara horizontal, menghindari perpindahan suara yang tidak diinginkan dan mengijinkan sirkulasi yang vertical. Gambar 2.55 Entrance Bangunan Sumber : thesagegateshead.com 47 Gambar 2.56 The Concourse yang merupakan area public sekaligus area sekolah Sumber : Appleton, 2008:247 1. Lobby Didalamnya terdapat fasilitas pendukung seperti café, bar, dan juga toko – toko souvenir, box offices dan information centre yang juga berfingsi sebagai area public. Dan pada bangunan ini, terdapat The Concourse sebagai foyer yang menghubungkan 3 buah panggung dan juga berguna sebagai ruang sosial dari sekolah musik yang terletak di level lantai di bawahnya. The Councorse memiliki view menuju sungai Tyne sebagai salah satu sungai utama di kota Newcastle 2. Hall One Panggung Musik utama, dapat disebut Hall One memiliki kapasitas tempat duduk sampai dengan 1650 orang. Dibangun dengan tujuan untuk menghadirkan akustik natural maupun musik amplifikasi dengan sempurna. Dimana melibatkan bentuk, kapasitas, dan material. Bentuk dari auditorium adalah persegi/rectangular dengan sisi dinding yang parallel. Platform di desain dengan bentuk semi circular orchestra dengan lengkung yang tegas menuju tembok belakang, begitu juga dengan penempatan tempat duduk penonton. Terdapat 2 buah balkon sepanjang hall dan pada lantai tiga, balkon didesain mengelilingi panggung yang merupakan public balcony Langit langit pada gedung utama terdapat 6 buah panel yang dapat bergerak sesuai tinggi yang bervariasi dan dibuat untuk menyesuaikan ukuran orchestra ataupun tipe musik yang 48 dimainkan. Selain itu, juga terdapat curtains penyerap suara yang digerakkan dengan motor yang melapisi sebagian besar dari dinding. Gambar 2.57 Desain panggung Hall One Sumber : Appleton, 2008:248 3. Hall Two Panggung musik kedua, yang dapat disebut Hall Two memiliki kapasitas sampai dengan 400 orang dengan 10 sisi dinding yang mengililingi panggung. panggung ini lebih fleksibel dalam jenis musik yang di tampilkan seperti jazz, folk, blues, Chamber music, pop, rock, dan lain – lain dengan kualitas suara yang mengelilingi ruang (surround sound) Gambar 2.58 Desain panggung Hall Two Sumber : Appleton,2008 248 49 4. Nothern Rock Foundattion Hall Dan yang terakhir adalah rehearsal hall. Rehearsal Hall digunakan oleh The Nothern Simfonia sebagai sekolah musik, yang melibatkan siswa dari umur anak – anak hingga umur dewasa. Panggung ini terdiri dari 26 ruang latihan yang masing – masingnya didesain untuk menghadirkan dead acoustic yang cocok bagi siswa untuk mengasah kemampuan bermusik. Gambar 2.59 Rehearsal Hall Sumber : Appleton, 2008:249 2.3.3 The Opera, Copenhagen Gambar 2.60 Exterior bangunan Sumber : Appleton,2008: 252 Nama Gedung : Copenhagen Opera House Arsitek : Henning Larsens Tegnestue Lokasi : Copenhagen Fungsi : Gedung Konser/Concert Hall Kapasitas : 1400 – 1700 Orang Tahun : 2005 50 The Opera terletak di lahan yang terkemuka dekat sungai yang ada di tengah kota Copenhagen. Layout dari bangunan ini berbentuk simetris, dengan auditorium dan panggungnya pusat yang dominan, dan dikelilingi ruang public dan fasilitas Back stage. Sungai yang ada dekat bangunan ini dimanfaatkan sebagai view pada bagian foyer. Bagian depan dari bangunan yang terlihat sebagai kantilever besar berguna sebagai entrance dan sirkulasi umum utama. Gambar 2.61Public Area Sumber : Appleton,2008: 252 Gambar 2.62 Pengaturan Tempat duduk Sumber : Appleton,2008: 254 Auditorium pada The Opera berbentuk tapal kuda(horse – shoe) dimana didalamnya terdapat 3 tingkat balkon yang mengelilingi panggung dan tata panggung menggunakan jenis Proscenium. Auditorium ini mampu menampung hingga 1700 orang dan apabila orchestra pit telah terisi penuh, kapasitasnya berkurang menjadi 1.400 Langit – langit dari auditorium dilapisi dengan daun - daun emas dan permainan lampu yang beriluminasi seperti benang tipis. Pada desainnya, gema yang dipantulkan adalah 1,4 detik dengan kapasitas full, yang bertujuan memaksimalkan suara natural. 51 Gambar 2.63 Sistem Panggung yang dapat Diputar sesuai dengan set dan keperluannya Sumber : Appleton, 2008:256 Panggung utama dikelilingi oleh 5 panggung sisi (side stage) dan panggung belakang (rear stages). Sementara perpindahan set dari panggung ke panggung menggunakan kereta kecil(wagon) dengan penggerak motor. Dinding akustikk yang tebal mampu membuat tiap panggung dapat digunakan dengan terpisah baik sebagai rehearsal dan sebagai konstruksi utama. Di dalamnya juga terdapat ruang latihan orchestra (rehearsal room) yang mampu menampung orchestra, solois, dan paduan suara. Ruang ini terletak dibawah baris penonton dari baris penonton yang ada di auditorium utama. Gambar 2.64 Rehearsall hall yang terletak di basement bangunan Sumber : Appleton, 2008:256 52 Tabel: 2.6 Tabel Perbandingan Objek Studi Banding Objek I Objek II Objek III Kriteria Aula Simfonia, Jakarta The Sage, Newcastle The Opera, Copenhagen lokasi Kemayoran, Jakarta Pusat Newcastle, Inggris Copenhagen, Denmark Jenis Kegiatan Pementasan Orchestra, Choir, Jazz, Soloist, Choir, Pop, Blues, Gamelan Kontemporer Pementasan Orchestra, Choir, Jazz, Soloist, Choir, Pop, Blues, Pementasan Orchestra, Choir, Jazz, Soloist, Choir, Pop, Blues, Opera Sistem Pelayanan Pembelian tiket bisa melalui media online , SMS dan membeli langsung pada loket Pembelian tiket bisa melalui media online , SMS dan membeli langsung pada loket Pembelian tiket bisa melalui media online , SMS dan membeli langsung pada loket Fasilitas Auditorium, Gallery Composer, Lobby Restaurant, Bar, Lounge, Lobby, Sekolah Musik, Studio Musik Bar, Lounge, Open Stage, Studio latihan Kapasitas 1200 orang 1200 orang 1400 – 1700 orang Akustik Drop Ceiling, Dinding Kayu, Kursi Kayu, Lantai Kayu, Panggung Kayu, Curtain Penyerap Suara, Motorized Ceiling Panel, Lantai dan Dinding Kayu, Curtain Penyerap Suara, Surround Sound Lantai dan Dinding Kayu, Balkon yang dilapisi kayu, Langit - Langit dari bahan kayu Seating arrangement Berbentuk setengah lingkaran memiliki tingkat disetiap barisnya Berbentuk setengah lingkaran memiliki tingkat disetiap barisnya Berbentuk setengah lingkaran memiliki tingkat disetiap barisnya Dekorasi Ruang Dekorasi dominan warna coklat dan merah, dengan penambahan ornament klasik eropa dan patung – patung composer terkenal. Dekorasi dominan berwarna coklat kayu dibantu dengan titik lampu sebagai pencerah warna dari kayu tersebut. Dekorasi dominan dengan warna coklat kayu dan lampu LED diselipkan di beberapa titik langit – langit. Objek Studi 2.3.4 Kesimpulan Berdasarkan data dari literatur dan hasil studi banding pada proyek sejenis, dapat ditarik kesimpulan bahwa gedung konser musik merupakan gedung yang berfungsi mewadahi pertunjukan musik sebagai fungsi utama dari bangunan dengan persyaratan akustik yang khusus, serta memiliki fasilitas - fasilitas pendukung dan kapasitas yang mencukupi sesuai dengan standar internasional yang ada. Pemilihan dari jenis musik yang akan ditampilkan akan memiliki peran yang krusial dalam mendesain fasilitas utama dari gedung konser yang berupa panggung, penataan tempat 53 duduk penonton, dan ruang backstage. Selain itu, pemilihan jenis musik juga akan berimbas pada jenis akustik yang digunakan, sistem pencahayaan, dan sistem utilitas lainnya yang perlu diperhatikan untuk mendukung konser musik yang berlangsung. Fasilitas pendukung juga memiliki peran yang tidak kalah penting dalam mendesain gedung konser yang memiliki fungsi sebagai front of house karena akan memberikan identitas dan kesan keseluruhan dari bangunan. Oleh karena itu, desain pada kelompok ruang front of house dan harus dibuat nyaman, artistik, dan mengandung unsur hiburan dan pendidikan. Gedung konser musik juga harus memperhatikan kenyamanan dan privasi pengisi acara dengan menghadirkan fasilitas backstage yang aman dan tertutup dengan tingkat keamanan yang tinggi, agar pengisi baik dari tingkat nasional maupun internasional tidak segan untuk tampil dengan kenyamanan, keamanan dan privasi yang terjaga. 2.4 Spesifikasi Umum Perancangan Gedung Konser Musik Internasional Spesifikasi dari gedung konser musik internasional akan dijelaskan melalui beberapa pokok bahasan sebagai berikut : 2.4.1 Pengertian Gedung konser musik internasional merupakan suatu bangunan yang diperuntukkan khusus untuk mewadahi konser musik yang didalamnya terdapat fasilitas dan sistem yang mendukung jalannya acara konser musik dengan standar internasional sehingga mampu mewadahi acara – acara konser musik dengan kualitas akustik dan visual yang baik. 2.4.2 Fungsi Gedung konser internasional memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Fungsi Utama : Sebagai wadah berlangsungnya konser musik. Sehingga terjadi komunikasi antara pengisi acara dan penonton menggunakan media seni musik. 2. Fungsi Pendukung : Sebagai tempat mengembangkan pengetahuan dan minat bermusik dengan menghadirkan fasilitas hiburan yang mendidik secara musikal kepada pengunjung. Sebagai tempat mengembangkan bakat dan kemampuan musisi lokal agar mampu memiliki kualitas yang lebih baik hingga ke kancah internasional. 54 2.4.3 Tujuan Tujuan dari pengadaan gedung konser musik internasional ini adalah untuk mewadahi konser musik dengan fasilitas yang berstandar internasional sehingga terjadi kegiatan hiburan yang baik antara pengisi acara dan penonton. Pengadaan gedung ini diharapkan mampu memberikan konstribusi dalam berbagai dampak positif terhadap minat dan bakat dari masyarakat khususnya Bali yang mengunjungi gedung konser internasional ini. 2.4.4 Fasilitas Berdasarkan data literatur dan studi pada proyek sejenis, maka fasilitas yang disediakan dalam perancangan gedung konser musik internasional ini adalah sebagai berikut: 1. Fasilitas Rekreasi (front of house) Foyer Pameran dan galeri Plaza/exhibition area Toko souvenir Bar dan cafe Ruang konferensi 2. Fasilitas Pertunjukan Musik (Auditorium) Panggung Seating penonton Ruang Kontrol 3. Fasilitas Pengelola (backstage) Rehearsal room Entrance artis Studio rekaman Green room Ruang artis 2.4.5 Lingkup Pelayanan Lingkup pelayanan dari perancangan gedung konser musik internasional ini mengakomodasi musik modern dan tradisional yang ditentukan dengan pendekatan sebagai berikut : 1. Pertunjukan musik modern yang terdiri dari kelompok musik yaitu solo, band maupun kelompok musik orkestra. 2. Pertunjukan musik tradisional terdiri dari kelompok atau seka tabuh 55 3. Pada musik modern teknologi dari alat musik tersebut sangat diperlukan terlebih lagi instrumen yang digunakan merupakan jenis instrumen elektrik yang membutuhkan tenaga listrik. 4. Pada musik tradisional, alat musik yang digunakan tidak menggunakan listrik sehingga menggunakan bunyi asli dari alat musik tersebut tanpa bantuan pengeras suara. 5. Karakteristik musisi dan penonton dari musik modern dan tradisional adalah menampilkan ekspresi sesuai alunan musik yang dibawakan untuk memberikan kesan intim dan wkspresif dalam pementasan musik. 6. Gedung pertunjukan musik ini mampu mewadahi kegiatan bermusik dari para musisi serta para peminat musik untuk dapat mengembangkan bakat dan potensi mereka. Dari pendekatan diatas, maka lingkup pelayanan dari Perancangan gedung pertunjukan musik adalah penggemar musik Bali serta musisi International yang ingin mengadakan konser musik modern yang dapat disaksikan oleh masyarakat umum serta tempat untuk mengembangkan bakat bagi musisi pemula. 2.4.6 Prinsip Umum Prinsip umum merupakan langkah yang dilakukan dalam menentukan kriteria dalam menentukan hal – hal yang bersifat umum dalam desain. Seperti : 1. Prinsip Umum Besaran Proyek Besaran proyek mengacu pada kapasitas pengguna/civitas dari gedung konser musik internasional yang akan berdampak kepada besaran ruang yang dibutuhkan seperti kapasitas auditorium, front of house,dan backstage. 2. Prinsip Umum Penetapan Lokasi Dalam menentukan lokasi tapak yang akan dirancang pada gedung konser musik internasional, harus berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu : Aksesbilitas transportasi (mudah dicapai, kepadatan jalur ), Prasarana dan utilitas lingkungan yang mendukung (listrik,air,jalan), Kedekatan dengan objek wisata/ kawasan wisata, Luas Site dan Bentuk Site, Polusi udara Kebisingan 56