01 HL - 24 Olahraga.qxd

advertisement
A18
seni
J U M AT, 9 D E S E M B E R 2 0 1 1
FOTO/DOK/GEDUNG KESENIAN JAKARTA
CERIA
BERSAMA
DAGADANA
Kelompok musik Dagadana menghadirkan
suasana keceriaan anak-anak dalam konsernya
di Gedung Kesenian Jakarta.
i atas panggung yang sederhana, Dagadana menyuguhkan musik yang
mengajak kita pada suasana ceria masa kanakkanak. Kelompok musik jazz elektronik itu menghangatkan Gedung
Kesenian Jakarta dengan lagu-lagu
rakyat Polandia-Ukraina dalam
konsernya pada Selasa malam lalu.
Penampilan mereka mengobati kerinduan ratusan penonton, terutama para ekspatriat asal Eropa Timur.
Trio Dagadana, yang berasal dari Polandia-Ukraina, beranggotakan Daga Vynnitska, Dana Gregorowicz, dan Mikolaj Popieszalski.
Daga mahir bernyanyi dan memainkan musik elektronik dari komputernya, menghadirkan suarasuara unik. Adapun Dana sebagai
vokal sambil memainkan piano
atau organ. Mikholaj, satu-satunya
laki-laki, dengan lembut membetot
kontrabas.
Dana membuka konser malam itu
dengan sebuah nyanyian yang diiringi organnya. Jari-jarinya lincah
menari di atas tuts, kemudian disusul suara kontrabas betotan Mikholaj dan musik elektronik Daga. Setelah membawakan lagu pembuka,
Dana menyapa penonton. “Selamat
malam, Jakarta, kami suka di sini,”
ujar Dana dengan bahasa Indonesia
yang agak kaku dan disambut te-
D
puk tangan penonton.
Bagi penonton lokal, lagu-lagu
mereka mungkin belum terlalu dikenal. Apalagi seluruhnya dinyanyikan dalam bahasa Polandia dan
Ukraina. Tapi penonton tetap tak
beranjak dari tempat duduk dan terus menikmati musik-musik yang
disajikan trio gabungan dari dua
negara itu.
Suara suling, harmonika, dan rekaman bunyi mainan menyelinap
di antara lagu-lagu Dagadana.
Yang cukup unik terjadi ketika mereka menampilkan lagu rakyat tentang cinta berjudul Swiniorz. “Tetapi ini cerita tentang lelaki yang
lebih sayang kepada babinya ketimbang pacarnya,” kata Daga
sambil memperlihatkan boneka
plastik babi.
Di sela menyanyikan tembang itu,
Daga memperdengarkan suara dengus babi,“ngrok...ngrok...ngrok...”.
Lalu muncul pula suara peluit dan
mainan palu plastik. Sebuah mainan seperti pipa yang lentur tampak
diputar-putar dan menimbulkan
suara mendesing halus.
Seperti ingin membawa para penonton ke masa kecil, mereka mengajak penonton memainkan beberapa mainan anak-anak, seperti palu
plastik, pipa lentur, tamborin-tamborinan, dan kecrekan. Dengan dikomandoi Daga, enam penonton diajak ke atas panggung memainkan
alat-alat itu di sela nyanyian yang
dilantunkan Dana. Para penonton
lain ikut bertepuk tangan. Boleh dibilang, para penonton sangat menikmati penampilan band yang diundang oleh Kedutaan Besar Polandia dan Adam Mickiewicl Institute
ini. “Berkat mereka, kami bisa datang ke sini, sungguh saya suka negara ini dan masyarakat di sini,”
ucap Dana.
Grup ini terbentuk setelah ketiganya bertemu dalam suatu acara
festival jazz. Itu pula yang membuat
mereka memilih aliran musik jazz.
Lagu-lagu rakyat dipilih karena sederhana dan merangkul semua
orang. “Kami berasal dari tempat
yang berbeda. Jadi kami mencari jawaban sebagai orang Slavick modern. Memadukan hal tradisional
dengan jazz,”kata Dana seusai konser.
Dana menceritakan, musik jazz
sangat penting bagi mereka. Musik
jazz juga sangat menginspirasi ketiganya. Namun mereka memadukannya dengan berbagai instrumen
musik lain untuk menghibur penonton. Mereka juga memadukannya
dengan musik klasik, orkestra, ataupun piano. Agar lebih hidup, mereka
melengkapi musik yang diusungnya
dengan suara-suara unik dari rekaman suara, musik elektronik dari
komputer, dan mainan anak-anak.
Mengapa mainan? Awalnya mere-
ka tak sengaja menggunakan mainan sebagai unsur musiknya. Bermula ketika Daga mendapatkan boneka mainan gajah. “Suaranya unik
dan menyenangkan. Membahagiakan kami,”ujarnya. Sejak itu, mereka pun mencari suara-suara unik
dari mainan. Ratusan mainan sudah
mereka kumpulkan dari setiap tempat yang mereka kunjungi.
Suara mainan bisa menjadi paduan orkestra yang menyenangkan.
Membuat orang rileks setelah aktivitas serius sehari-hari.“Kami ingin
membuat semua orang bahagia setelah menonton konser, lagi pula bisa mengingatkan mereka pada masa
kecil,”Dana menuturkan.
Sebagian mainan mereka bawa
dari Polandia, tapi mereka juga
membelinya di tempat mereka
mengadakan konser. Mainan ini bisa membuat interaksi, keterikatan,
sekaligus kenang-kenangan saat
mereka konser di suatu tempat.
Selama dua jam pertunjukan, mereka menampilkan belasan lagu, di
antaranya lagu berjudul Czasem,
Wszystkie Maja Po Chtopoku, Sargolaj, Chmiel, Przyjaciele, A Na
Ostatek, Wyszla dziewczyna, dan
Swniorz. Grup musik yang cukup
tenar di Polandia ini telah melakukan konser di berbagai tempat. Setelah Indonesia, mereka melanjutkan konser ke Malaysia.
● DIAN YULIASTUTI
IKLAN
Download