PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DENGAN SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN SEKITAR DALAM
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL
BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X MIPA SMAN 02 BATU
Trismiyati, Ibrohim dan Sueb
Jurusan Biologi, FMIPA
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
Email: [email protected], [email protected],
[email protected].
ABSTRAK: Berdasarkan wawancara dan observasi diketahui bahwa guru biologi
kelas X MIPA SMAN 02 Batu sering menggunakan metode ceramah diberi tanya
jawab sehingga motivasi belajar siswa masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut
guru dapat menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber
belajar lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui penerapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar
dalam meningkatkan motivasi belajar dan (2) untuk meningkatkan hasil belajar
biologi. Metode yang digunakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014. Siswa yang menjadi subjek
penelitian siswa kelas X.2 Mipa SMAN 02 Batu yang berjumlah 33 siswa terdiri
dari 9 laki-laki dan 24 perempuan. Hasil penelitian menunjukkan (1) penerapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar
dapat meningkatkan motivasi belajar dan (2) penerapan model pembelajaran dengan
sumber belajar lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar biologi.
Kata kunci: pembelajaran inkuiri terbimbing, lingkungan sekitar, motivasi belajar,
hasil belajar.
ABSTRACT: Based on the interview and observation with a biology teacher of
grade X MIPA students of SMAN 02 Batu was known the teacher utilized discourse
and question-answer method so student motivation was still low. To overcome this,
the teacher could implement an inquiry learning model with surrounding
environtment of learning resources. The aims of research were (1) to know the
implementation of inquiry learning model with surrounding environment learning
resources to increase learning motivation and (2) to increase learning result of
biology. The method used in this research was classroom action research consisting
of two cycles. This research executed in April-Mei 2014. The subjects in this
research were students of grade X.2 MIPA SMAN 02 Batu, sumed 33 students
consisting of nine males and 24 females. The result of this research indicated that the
implementation of inquiry learning with surrounding environment learning resources
can (1) increase learning motivation and (2) increase results of learning biology.
Keywords: guided inquiry, surrounding environment, learning motivation, learning
result.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang No.20, 2003) (dalam
Sanjaya, 2011: 2). Proses pembelajaran di Indonesia masih banyak berpusat pada
1
guru (teacher centered). Guru banyak beraktivitas dan siswa hanya menerima
ilmu yang disampaikan guru. Hal ini tidak sesuai dengan hakikat siswa sebagai
subjek belajar. Pembelajaran yang dilakukan harus berpusat pada siswa (student
centered) sehingga siswa ikut terlibat secara aktif pada proses pembelajaran.
Pembelajaran student centered harus diterapkan pada semua materi pembelajaran,
terutama pada materi pelajaran IPA yang objek pembelajarannya alam.
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang dapat dipelajari
secara nyata di alam. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi kelas X
SMAN 02 Batu jumlah siswa kelas X.2 MIPA sebanyak 33 orang, metode yang
digunakan oleh guru adalah ceramah dengan tanya jawab. Hasil observasi selama
pembelajaran berlangsung, masih ada siswa yang tidak fokus dalam belajar.
Ketika satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain ada
yang bergurau dan berbicara di luar materi pembelajaran selain itu guru juga
mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah yakni lebih dari 50%
siswa memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM=75).
Motivasi belajar siswa yang masih kurang terlihat dari hasil pemberian angket
motivasi awal dan juga pengumpulan tugas yang sering tidak tepat waktu oleh
siswa.
Berdasarkan fakta yang terungkap dari hasil observasi langsung di kelas
dan hasil wawancara dengan guru dan siswa, terdapat permasalahan dalam proses
pembelajaran yaitu kurangnya motivasi dan rendahnya hasil belajar biologi.
Permasalahan tersebut disebabkan strategi dan metode yang digunakan guru
kurang menarik dan proses pembelajaran masih bersifat teacher centered. Proses
pembelajaran yang bersifat teacher centered menyebabkan siswa kurang
termotivasi dan tercermin pada rendahnya hasil belajar biologi siswa. Motivasi
merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh
kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk
belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam
belajar (Sanjaya, 2011: 28-29).
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber
belajar lingkungan sekitar. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
inkuiri terbimbing terbukti dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil
belajar kelas XI IPA materi sistem indera (Hariyono, 2010). Selain itu, inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada siswa SMA kelas
XI pada materi struktur tumbuhan (Yudi, 2010) dan inkuiri terbimbing
berpengaruh terhadap hasil belajar kimia pada materi laju reaksi (Malihah, 2011).
Sedangkan penelitian mengenai pemanfaatan lingkungan sekitar telah dilakukan
oleh Khanifah et al., (2012) yakni pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan penelitian yang sebelumnya penulis ingin melanjutkan
penelitian apakah inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar
dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar biologi kelas X SMA.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing akan dilaksanakan di SMAN
02 Batu. Berdasarkan hasil observasi SMAN 02 Batu yang berada di lingkungan
dekat dengan sawah dan kebun jagung selain itu sekolah juga memiliki halaman
2
dan kolam ikan yang dapat dimanfaatkan untuk membelajarkan materi biologi.
Tujuan penelitian ini (1) untuk mengetahui penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dalam upaya meningkatkan
motivasi belajar dan (2) untuk mengetahui penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dalam upaya meningkatkan
hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 02 Batu.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Kehadiran peneliti di
lapangan sebagai pengelola instrumen dan perancang tindakan. Penelitian ini
dilaksanakan di SMAN 02 Batu. Pengambilan data dilaksanakan di kelas X MIPA
pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas X.2 MIPA di SMAN 02 Batu tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah 33
siswa, yaitu 9 laki-laki dan 24 perempuan. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pedoman wawancara, lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran oleh guru dan siswa, lembar obervasi dan angket motivasi belajar
siswa, lembar catatan lapangan, dan soal tes.
Jenis data dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai tes akhir siklus. Data kualitatif berupa hasil
pengamatan observer selama penelitian berlangsung, yaitu motivasi belajar siswa
dan pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar
lingkungan sekitar. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran, motivasi belajar dan
hasil belajar sebagai berikut.
Tabel 1. Kriteria Keberhasilan Keterlaksanaan Pembelajaran, Motivasi Belajar dan Hasil
Belajar
No
Persentase
Huruf
Kriteria
1
90-100
A
Sangat baik
2
80-89
B
Baik
3
70-79
C
Cukup
4
60-69
D
Kurang
5
< 60
E
Gagal
(Sumber: Dimodifikasi dari Sudjana, 2012: 124).
Nilai keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini mencapai 80%.
HASIL
Data keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber
belajar lingkungan sekitar siklus I dan II diperoleh dari lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa. Persentase pelaksanaan
pembelajaran oleh guru dan siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Siswa pada Siklus I dan II
Keterlaksanaan Pembelajaran (%)
Siklus
Siklus I
Siklus II
Oleh Guru
94,12
98,04
Kriteria
Baik sekali
Baik sekali
Oleh Siswa
92,42
99,63
Kriteria
Baik sekali
Baik sekali
Tabel 2 menjelaskan bahwa dari keseluruhan deskriptor keterlaksanaan
pembelajaran, ada deskriptor yang tidak terlaksana tetapi secara umum dapat
dikatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar
3
lingkungan sekitar telah terlaksana. Keterlaksanaan pembelajaran oleh guru pada
siklus I sebesar 94,12% dengan kriteria baik sekali dan pada siklus II meningkat
menjadi 98,04% dengan kriteria baik sekali sedangkan keterlaksanaan
pembelajaran oleh siswa pada siklus I sebesar 92,42% dengan kriteria baik sekali
dan pada siklus II meningkat menjadi 99,63% dengan kriteria baik sekali.
Data motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi dan angket
motivasi belajar siswa. Data yang diperoleh dari masing-masing instrumen
dijabarkan sebagai berikut.
Lembar observasi motivasi belajar siswa diisi oleh observer ketika
pembelajaran berlangsung. Motivasi belajar siswa berdasarkan hasil observasi
pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Motivasi Belajar Siswa berdasarkan Hasil Observasi pada Siklus I dan Siklus II
Aspek motivasi
Siklus I
Kriteria
Siklus II
Kriteria
Persentase
Persentase
Attention
78,41
Cukup
94,19
Baik Sekali
Relevance
62,12
Kurang
88,55
Baik
Confidence
67,05
Kurang
84,34
Baik
Satisfaction
75,56
Cukup
93,27
Baik Sekali
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa aspek attention meningkat dari
78,41% dengan kriteria cukup menjadi 94,19% dengan kriteria baik sekali,
relevance meningkat dari 62,12% dengan kriteria kurang menjadi 88,55% dengan
kriteria baik, confidence meningkat dari 67,05% dengan kriteria kurang menjadi
84,34% dengan kriteria baik, dan satisfaction meningkat dari 75,56% menjadi
93,27%. Dari data dapat diketahui bahwa ARCS meningkat dari siklus I ke siklus
II.
Angket motivasi belajar siswa dibagikan kepada siswa sebelum dilakukan
tindakan dan setelah dilakukan tindakan. Pernyataan yang terdapat pada angket
dikelompokkan ke dalam aspek attention, relevance, confidence, dan satisfaction.
Motivasi belajar siswa berdasarkan angket sebelum dan sesudah tindakan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Motivasi Belajar Siswa berdasarkan Angket Awal Siklus I, Siklus I dan Siklus II
Aspek
Persentase
Kriteria Persentase Kriteria Persentase
Kriteria
motivasi
motivasi
motivasi
motivasi
awal siklus
siklus I
siklus II
I
Attention
66,74
Kurang
75,15
Cukup
80,60
Baik
Relevance
70,00
Cukup
77,12
Cukup
80,30
Baik
Confidence
66,54
Kurang
77,40
Cukup
84,22
Baik
Satisfaction
74,70
Cukup
78,18
Cukup
83,03
Baik
Total
68,85
Kurang
76,63
Cukup
82,04
Baik
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kriteria
pada setiap aspek dari siklus I ke siklus II yaitu attention dari 66,74% dengan
kriteria kurang meningkat menjadi 75,15% dengan kriteria cukup dan meningkat
menjadi 80,60% dengan kriteria baik. Relevance meningkat dari 70,00% dengan
kriteria cukup menjadi 77,12% dengan kriteria cukup dan menjadi 80,30% dengan
kriteria baik. Confidence meningkat dari 66,54% dengan kriteria kurang menjadi
77,40% dengan kriteria cukup dan menjadi 83,03% dengan kriteria baik.
4
Satisfaction meningkat dari 74,70% dengan kriteria cukup menjadi 78,18%
dengan kriteria cukup dan menjadi 82,40% dengan kriteria baik.
Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari tes akhir siklus, hasil
belajar afektif diperoleh dari lembar observasi sikap dan keaktifan selama
pembelajaran sedangkan hasil belajar psikomotor siswa diperoleh dari observasi
selama siswa melakukan pengamatan dan presentasi. Persentase ketuntasan
belajar klasikal pada observasi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5 Ketuntasan Belajar kognitif Klasikal pada Observasi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Tahap
Ketuntasan (%)
Kriteria
Selisih (%)
Observasi awal
45,00
Kurang sekali
Siklus I
60,60
Kurang
15,60
Siklus II
81,82
Baik
21,22
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa peningkatan ketuntasan belajar
kognitif secara klasikal dari siklus I ke siklus II lebih besar daripada peningkatan
observasi awal ke siklus I. Ketuntasan belajar kognitif klasikal pada observasi
awal 45,00% dengan kriteria kurang sekali pada siklus I meningkat menjadi
60,60% dengan kriteria kurang dan pada siklus II meningkat menjadi 81,82%
dengan kriteria baik. Peningkatan dari observasi awal ke siklus I sebesar 15,60%
sedangkan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 21,22%. Hasil belajar
afektif siswa pada siklus I dan II disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Belajar Afektif pada Siklus I dan Siklus II
Siklus keRerata nilai kelas (%)
kriteria
80,70
Baik
I
84,71
Baik
II
Selisih (%)
4,01
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui rerata nilai afektif siklus I sebesar
80,70% dengan kriteria baik pada siklus II meningkat menjadi 84,71% dengan
kriteria baik. Peningkatan hasil belajar psikomotorik dari siklus I ke siklus II
sebesar 4,01%. Hasil belajar afektif siswa pada siklus I dan II disajikan dalam
Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Belajar Psikomotorik pada Siklus I dan Siklus II
Siklus keRerata nilai kelas (%)
Kriteria
81,57
Baik
I
94,91
Baik sekali
II
Selisih (%)
13,34
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui rerata nilai psikomotor pada siklus I
sebesar 81,57% dengan kriteria baik pada siklus II meningkat menjadi 94,91%
dengan kriteria baik sekali. terjadi peningkatan hasil belajar afektif dari siklus I ke
siklus II sebesar 13,34 %.
PEMBAHASAN
Peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan lembar observasi dapat
dilihat pada Tabel 3 sedangkan berdasarkan angket dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 diketahui bahwa terjadi peningkatan pada setiap
aspek motivasi belajar siswa. Inkuiri terbimbing dengan sumber belajar
lingkungan sekitar mempunyai tahapan untuk mengarahkan siswa dalam
menemukan sendiri konsep yang dipelajari dengan pembelajaran yang
menyenangkan melalui pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitar sekolah.
Menurut Ristanto (2010) lingkungan nyata akan memberikan rangsangan yang
5
amat penting bagi siswa dalam mempelajari dan bereksplorasi untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi dirinya. Menemukan hal baru adalah hal yang
menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan menyebabkan
motivasi belajar siswa meningkat.
Motivasi belajar yang diamati dalam penelitian ini meliputi aspek
attention, relevance, confidence, dan satisfaction. Pembahasan masing-masing
aspek dijelaskan sebagai berikut.
Berdasarkan lembar observasi dan angket aspek attention meningkat. Hasil
analisis data dari lembar observasi motivasi belajar siswa diketahui bahwa aspek
attention mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I aspek
attention sebesar 78,41% dengan kriteria cukup menjadi 94,19% dengan kriteria
baik sekali pada siklus II. Sedangkan berdasarkan angket motivasi aspek attention
meningkat dari 66,74% dengan kriteria kurang pada awal siklus I meningkat
menjadi 75,15% dengan kriteria cukup pada siklus I dan meningkat menjadi
80,60% dengan kriteria baik pada siklus II.
Peningkatan aspek attention disebabkan rasa ingin tahu siswa. Pada
pembelajaran inkuiri terbimbing, guru membimbing siswa merumuskan masalah
dan mengajukan hipotesis. Rasa ingin tahu siswa muncul ketika guru menyuruh
siswa untuk merumuskan masalah dan mengajukan hipotesis. Menurut Yosua
(2013) perhatian siswa muncul karena didorong rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu
perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan mendapat perhatian selama
proses pembelajaran. Selain itu, yang menyebabkan peningkatan aspek attention
dari siklus I ke siklus II karena siswa menemukan sendiri jawaban yang
dipertanyakan. Siswa belajar materi ekosistem menggunakan model inkuiri
terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar. Siswa menemukan sendiri
konsep yang dipelajari karena siswa melakukan pengamatan langsung. Hal ini
sesuai pernyataan Sanjaya (2011:196) bahwa inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pada
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas
dalam pemecahan masalah. Faktor lain perhatian siswa yang meningkat
disebabkan pembelajaran menggunakan objek langsung yakni lingkungan sekitar
hal ini didukung Sanaky (2009: 109) dalam Ristanto (2010) “benda asli
merupakan alat yang paling efektif untuk mengikut sertakan berbagai indera
dalam belajar”. Benda asli memiliki karakter yang masih orisinil, baik dalam segi
ukuran besar dan kecil, berat, warna dan kadang disertai dengan gerak, bunyi, dan
bau.
Berdasarkan lembar observasi dan angket aspek relevance meningkat.
Berdasarkan lembar observasi motivasi belajar, aspek relevance mengalami
peningkatan dari kriteria kurang 62,12% menjadi 88,55% dengan kriteria baik.
Berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa, aspek relevance mengalami
peningkatan paling tinggi. Sedangkan berdasarkan angket motivasi aspek
attention meningkat dari 70,00% dengan kriteria cukup pada awal siklus I
meningkat menjadi 77,12% dengan kriteria cukup pada siklus I dan meningkat
menjadi 80,30% dengan kriteria baik pada siklus II. Yosua (2013) menyatakan
relevansi adalah adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan
kondisi siswa. Peningkatan aspek relevance disebabkan pada setiap pertemuan
siswa melakukan pengamatan secara langsung terhadap lingkungan sekitar. Siswa
6
mengerjakan lembar kerja siswa berdasarkan pengamatan langsung selanjutnya
siswa mengaitkan hasil pengamatan dengan literatur seperti buku dan internet.
Menurut Anderson (1987: 183) dalam Ristanto (2010) “untuk mencapai hasil
yang optimal dari pembelajaran, salah satu yang disarankan adalah kegiatan
dilakukan di lingkungan yang sangat mirip dengan keadaan yang sebenarnya”.
Lingkungan nyata akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa
dalam mempelajari dan bereksplorasi untuk menemukan sesuatu yang baru bagi
dirinya. Inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dilakukan
dengan pengamatan, sehingga siswa terlibat langsung dalam aktivitas
pembelajaran. Bahan amatan langsung ditemui di sekitar lingkungan, sehingga
membantu siswa mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan
nyata.
Berdasarkan lembar observasi dan angket motivasi aspek confidence
belajar siswa meningkat. Berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa,
aspek confidence mengalami peningkatan dari 67,05% dengan kriteria kurang
pada siklus I menjadi 84,34% dengan kriteria baik pada siklus II. Sedangkan
berdasarkan angket motivasi aspek confidence meningkat dari 66,54% dengan
kriteria kurang pada awal siklus I meningkat menjadi 77,40% dengan kriteria
cukup pada siklus I dan meningkat menjadi 84,22% dengan kriteria baik pada
siklus II.
Peningkatan aspek confidence terjadi karena dalam setiap pertemuan guru
model selalu menggunakan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran. Ostland
(2009) dalam Strom (2012) menyatakan bahwa model inkuiri sangat berguna
untuk menggambarkan suatu konsep pengetahuan, mendukung pengetahuan dan
membangun kepercayaan siswa pada proses pemeriksaan. Selain itu percaya diri
meningkat karena siswa mempresentasikan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
siswa sendiri. Hal ini diperkuat pernyataan Yosua (2013) kepercayaan diri
merupakan suatu keyakinan ketika merasa diri kompeten atau mampu untuk dapat
berinteraksi secara positif terhadap lingkungannya. Percaya diri siswa meningkat
karena siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari melalui inkuiri hal ini
diperkuat peryataan Hanafiah & Suhana (2009:76) bahwa kelebihan pembelajaran
inkuiri memperkuat dan menambah kepercayaan diri siswa. Penelitian Brickman
et al. (2009) tentang pengaruh pembelajaran berbasis inkuiri pada ketrampilan
literasi sains dan keyakinan siswa menyatakan bahwa siswa pada kelas inkuiri
memiliki rasa percaya diri lebih tinggi dibanding kelas tradisional untuk
pendekatan saintifik guna memecahkan masalah, meliputi penggunaan
keterampilan analisis untuk merancang eksperimen dan rasa percaya diri secara
umum mengenai keberhasilan belajar.
Berdasarkan lembar observasi dan angket aspek satisfaction meningkat.
Berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa, aspek satisfaction
mengalami peningkatan dari 75,76% dengan kriteria cukup menjadi 93,27%
dengan kriteria baik sekali. Sedangkan berdasarkan angket motivasi aspek
attention meningkat dari 74,70% dengan kriteria cukup pada awal siklus I
meningkat menjadi 78,18% dengan kriteria cukup pada siklus I dan meningkat
menjadi 83,03% dengan kriteria baik pada siklus II. Peningkatan aspek
satisfaction terjadi karena siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari
melalui inkuiri. Siswa melakukan tahapan merumuskan masalah, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan menyimpulkan. Syah
7
(2011) menyatakan bahwa manusia pada umumnya menerima kepuasan ketika
melakukan sesuatu dengan baik.
Faktor lain yang menyebabkan aspek satisfaction meningkat karena
pembelajaran menggunakan sumber belajar lingkungan sekitar. Hal ini ditegaskan
Ristanto (2010) bahwa lingkungan nyata akan memberikan rangsangan yang amat
penting bagi siswa dalam mempelajari dan bereksplorasi untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi dirinya. Menemukan sesuatu yang baru akan menimbulkan
kepuasan dalam diri siswa. Selain itu peningkatan satisfaction disebabkan siswa
melakukan pengamatan sesuai tujuan pembelajaran. Sumber belajar lingkungan
sekitar dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu mempelajari
ekosistem. Hal ini didukung Yosua (2013) yang menyatakan keberhasilan dalam
mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Berdasarkan uraian di atas
dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing
dengan sumber belajar lingkungan sekitar dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa. Peningkatan motivasi belajar setelah diberi tindakan sesuai dengan temuan
Sitopu (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan metode inkuiri dalam belajar
sains akan meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Dengan rasa ingin tahu yang
tinggi akan memberikan motivasi bagi siswa untuk mencari jawaban atas
pertanyaan yang dihadapinya.
Peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor dapat dilihat
pada Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah
laku sebagai hasil proses belajar mengajar. Slameto (2003:4) menjelaskan hasil
belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat kontinyu dan
fungsional setelah mengalami pelatihan dan pengalaman dalam kegiatan
pembelajaran. Sedangkan Sudjana (2012) menyatakan bahwa hasil belajar siswa
pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa dalam
penelitian ini ditinjau dari ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik
sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil belajar kognitif diukur menggunakan tes yang dilakukan sebanyak 2
kali, yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Siswa dianggap tuntas belajar
jika memperoleh nilai 75 (KKM). Sedangkan untuk ketuntasan klasikal siswa
dianggap tuntas belajar bila jumlah siswa yang tuntas belajar mencapai 80% dari
jumlah keseluruhan siswa. Ketuntasan klasikal pada observasi awal sebesar 45%.
Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 60,60%,
sedangkan berdasarkan hasil tes akhir siklus II diperoleh ketuntasan klasikal
81,82% atau terjadi peningkatan sebesar 21,22%.
Pada tes akhir siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 60,60% dengan jumlah
siswa yang tuntas 20 siswa dan siswa yang tidak tuntas 13 siswa. Soal tes pada
siklus I dan siklus II mempunyai tingkatan kognitif C2-C3. Rendahnya ketuntasan
klasikal pada siklus I ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran
model inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar. Siswa masih
terlihat pasif dalam kegiatan diskusi dengan anggota satu kelompok. Selain itu,
rendahnya ketuntasan klasikal pada siklus I disebabkan pada tahap orientasi yakni
menampilkan fenomena atau apersepsi yang guru tampilkan masih kurang
menarik untuk diamati sehingga tahap inkuiri terbimbing kurang terlaksana
dengan baik. Guru diharapkan bisa menampilkan apersepsi atau fenomena yang
menarik sehingga siswa bisa fokus dan antusias mulai dari awal pembelajaran.
8
Pada akhir siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 81,82% dengan jumlah
siswa yang tuntas 27 siswa dan siswa yang tidak tuntas 6 siswa. Peningkatan ini
disebabkan siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari menggunakan
inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar sehingga siswa lebih
memahami materi hal ini sesuai pernyataan Khanifah et al. (2012) bahwa
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar biologi diharapkan siswa
mendapat pengalaman belajar yang konkret karena dapat mengamati obyek secara
langsung, sehingga hasil belajar menjadi optimal. Hal ini juga diperkuat
pernyataan Ersanto (2013) bahwa siswa yang menemukan sendiri konsep yang
dipelajari menyebabkan siswa lebih memahami materi yang dipelajari. Selain itu
peningkatan hasil belajar siswa juga dikarenakan meningkatnya motivasi hasil
belajar siswa. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Sanjaya (2011:54) yang
menyatakan keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar
yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung
memiliki hasil belajar yang tinggi, sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya
rendah, hasil belajarnya juga rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai klasikal hasil belajar
afektif siswa telah mengalami peningkatan dari 80,70% pada siklus I menjadi
84,71% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar afektif sebesar 4,01%.
Peningkatan hasil belajar afektif ini dapat dilihat pada sikap dan keaktifan siswa
selama pembelajaran. Hasil belajar afektif meningkat karena siswa memiliki sikap
positif untuk menerima, merespon dan menghargai sehingga pembelajaran
menjadi mudah dan menyenangkan karena pembelajaran dilakukan dengan
pengamatan langsung dilingkungan sekitar. Hal ini sesuai pernyataan Ristanto
(2010) bahwa pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan riil akan
menambah kemungkinan siswa dapat mengembangkan sikap yang positif
terhadap pekerjaan mereka sejak awal pembelajaran. Sikap tersebut dapat dipupuk
secara positif dengan membuat mereka mengenal bahwa keterampilan mereka
berkembang bersama dengan berlangsungnya pengajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rerata klasikal hasil belajar
psikomotorik siswa telah mengalami peningkatan dari 81,57% pada siklus I
menjadi 94,91% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar psikomotorik sebesar
13,34%. Hasil belajar siswa ditinjau dari ranah psikomotorik dapat diamati pada
saat siswa melakukan kegiatan pengamatan. Hal yang dapat diamati adalah
bagaimana siswa terampil melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan
dan keterampilan siswa dalam mengkomunikasikan. Dari hasil pengamatan, siswa
sangat antusias dalam melakukan pengamatan. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan
Deta et al. (2013) siswa yang belajar menggunakan inkuiri terbimbing maka hasil
belajar psikomotornya meningkat. Selain itu meningkatnya hasil belajar
psikomotorik disebabkan siswa belajar menggunakan lingkungan sekitar sehingga
membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Menurut Rohani (2004:15)
bahwa suasana yang menggembirakan dan kelas yang menyenangkan akan
mendorong partisipasi siswa, sehingga pembelajaran berlangsung baik.
9
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan
bahwa (1) penerapan pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan sumber
belajar lingkungan sekitar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini
disebabkan guru melakukan setiap tahapan dalam inkuiri dengan sangat baik
mulai dari tahap orientasi sampai menyimpulkan dan (2) penerapan pembelajaran
model inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Hal ini
disebabkan guru telah melakukan setiap tahapan dalam inkuiri dengan sangat baik
mulai dari tahap orientasi sampai menyimpulkan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan, saran yang dikemukakan (1) sebaiknya guru
Biologi kelas X menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing karena
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar biologi
siswa dan (2) sebaiknya guru memberikan apersepsi yang baik yang memuat fakta
menarik untuk diamati sehingga anak memiliki rasa ingin tahu dan antusias yang
tinggi sejak awal pembelajaran sehingga semua tahapan inkuiri dari merumuskan
masalah hingga membuat kesimpulan dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
Brickman, P., Gormally C., Armstrong, N & Hallar, B. 2009. Effects of Inquirybased learning on Students’ Science Literacy Skill and Confidence.
International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning.
(Online), 3 (2): 1-22, (http://www. Georgiassouthern.edu/ijsotl), diakses
14 Juni 2014
Deta, U.A., Suparmi, dan S. Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing
dan Proyek, Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains terhadap
Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. (Online), 9
(2013) 28-34,(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/2630),
diakses tanggal 19 Juni 2014.
Ersanto, G.F. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teams Games
Tournament dipadu dengan Inkuiri Terbimbing melalui Lesson Study
untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X.10 SMA
Negeri 1 Batu. Skripsi. Malang: FMIPA UM.
Hanafiah, N & Suhana, C. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama.
Hariyono, Y. 2010. Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses dan Prestasi Belajar Kelas XI IPA SMAN 11
Malang Pada Materi Sistem Indera. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
FMIPA UM.
Khanifah, S., Pukan, K. K., & Sukaesih, S. 2012. Pemanfaatan Lingkungan
Sekolah Sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa, (Online), Unnes Journal of Biology Education, 1 (1),
10
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe/article/view/379/436),
diakses 25 Februari 2014.
Malihah, M. 2011. Pengaruh Model Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)
terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi (Quasy
Experiment Di Kelas XI IPA SMAN 1 Leuwiliang, (Online), Skripsi.
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bistream/123456789/3004/1/memi%
2520malihah-FITK.pdf), diakses pada tanggal 22 februari 2014.
Ristanto,R.H. 2010. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan
Multimedia Dan Lingkungan Rill Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan
Kemampuan Awal, (Online), Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta.
(http://eprints.uns.ac.id/4748&sa), diakses pada tanggal 25 Februari 2014.
Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya,W.2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sitopu, J.W. 2010. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Belajar Sains
terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Habonaron do Bona Edisi 1
Maret: 34-37
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Strom, R. K. 2012. Using Guided Inquiry To Improve Process Skills And Content
Knowledge In Primary Science, (Online)
(http://scholarworks.montana.edu/xmlui/bitstream/handle/1/2364/stromR0
812.pdf), diakses pada tanggal 15 Februari 2014.
Sudjana, N. 2012. Penilaian Proses Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT.Remaja Rosda Karya.
Syah, Luqman. 2011. Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap
Motivasi Belajar Panti Sosial. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yosua, A.W. 2013. Pengaruh Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri, dan
Kepuasan terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen Universitas Riau di Pekanbaru. Jurnal Motivasi
Belajar, (Online), (http://repository.unri.ac.id:80/handle/1234 567 89/
1840.pdf), diakses tanggal 19 Juni 2014.
Yudi, Y.H.C.2010. Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan
Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Struktur
Tumbuhan Siswa Kelas XI IPA SMA Taman Madya. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
11
Download