PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN SEKITAR DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X MIPA SMAN 02 BATU Trismiyati, Ibrohim dan Sueb Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email: [email protected], [email protected], [email protected]. ABSTRAK: Berdasarkan wawancara dan observasi diketahui bahwa guru biologi kelas X MIPA SMAN 02 Batu sering menggunakan metode ceramah diberi tanya jawab sehingga motivasi belajar siswa masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut guru dapat menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dalam meningkatkan motivasi belajar dan (2) untuk meningkatkan hasil belajar biologi. Metode yang digunakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014. Siswa yang menjadi subjek penelitian siswa kelas X.2 Mipa SMAN 02 Batu yang berjumlah 33 siswa terdiri dari 9 laki-laki dan 24 perempuan. Hasil penelitian menunjukkan (1) penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dapat meningkatkan motivasi belajar dan (2) penerapan model pembelajaran dengan sumber belajar lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar biologi. Kata kunci: pembelajaran inkuiri terbimbing, lingkungan sekitar, motivasi belajar, hasil belajar. ABSTRACT: Based on the interview and observation with a biology teacher of grade X MIPA students of SMAN 02 Batu was known the teacher utilized discourse and question-answer method so student motivation was still low. To overcome this, the teacher could implement an inquiry learning model with surrounding environtment of learning resources. The aims of research were (1) to know the implementation of inquiry learning model with surrounding environment learning resources to increase learning motivation and (2) to increase learning result of biology. The method used in this research was classroom action research consisting of two cycles. This research executed in April-Mei 2014. The subjects in this research were students of grade X.2 MIPA SMAN 02 Batu, sumed 33 students consisting of nine males and 24 females. The result of this research indicated that the implementation of inquiry learning with surrounding environment learning resources can (1) increase learning motivation and (2) increase results of learning biology. Keywords: guided inquiry, surrounding environment, learning motivation, learning result. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang No.20, 2003) (dalam Sanjaya, 2011: 2). Proses pembelajaran di Indonesia masih banyak berpusat pada 1 guru (teacher centered). Guru banyak beraktivitas dan siswa hanya menerima ilmu yang disampaikan guru. Hal ini tidak sesuai dengan hakikat siswa sebagai subjek belajar. Pembelajaran yang dilakukan harus berpusat pada siswa (student centered) sehingga siswa ikut terlibat secara aktif pada proses pembelajaran. Pembelajaran student centered harus diterapkan pada semua materi pembelajaran, terutama pada materi pelajaran IPA yang objek pembelajarannya alam. Biologi merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang dapat dipelajari secara nyata di alam. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi kelas X SMAN 02 Batu jumlah siswa kelas X.2 MIPA sebanyak 33 orang, metode yang digunakan oleh guru adalah ceramah dengan tanya jawab. Hasil observasi selama pembelajaran berlangsung, masih ada siswa yang tidak fokus dalam belajar. Ketika satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain ada yang bergurau dan berbicara di luar materi pembelajaran selain itu guru juga mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah yakni lebih dari 50% siswa memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM=75). Motivasi belajar siswa yang masih kurang terlihat dari hasil pemberian angket motivasi awal dan juga pengumpulan tugas yang sering tidak tepat waktu oleh siswa. Berdasarkan fakta yang terungkap dari hasil observasi langsung di kelas dan hasil wawancara dengan guru dan siswa, terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu kurangnya motivasi dan rendahnya hasil belajar biologi. Permasalahan tersebut disebabkan strategi dan metode yang digunakan guru kurang menarik dan proses pembelajaran masih bersifat teacher centered. Proses pembelajaran yang bersifat teacher centered menyebabkan siswa kurang termotivasi dan tercermin pada rendahnya hasil belajar biologi siswa. Motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar (Sanjaya, 2011: 28-29). Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa inkuiri terbimbing terbukti dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar kelas XI IPA materi sistem indera (Hariyono, 2010). Selain itu, inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada siswa SMA kelas XI pada materi struktur tumbuhan (Yudi, 2010) dan inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar kimia pada materi laju reaksi (Malihah, 2011). Sedangkan penelitian mengenai pemanfaatan lingkungan sekitar telah dilakukan oleh Khanifah et al., (2012) yakni pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan penelitian yang sebelumnya penulis ingin melanjutkan penelitian apakah inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar biologi kelas X SMA. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing akan dilaksanakan di SMAN 02 Batu. Berdasarkan hasil observasi SMAN 02 Batu yang berada di lingkungan dekat dengan sawah dan kebun jagung selain itu sekolah juga memiliki halaman 2 dan kolam ikan yang dapat dimanfaatkan untuk membelajarkan materi biologi. Tujuan penelitian ini (1) untuk mengetahui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dalam upaya meningkatkan motivasi belajar dan (2) untuk mengetahui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dalam upaya meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 02 Batu. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Kehadiran peneliti di lapangan sebagai pengelola instrumen dan perancang tindakan. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 02 Batu. Pengambilan data dilaksanakan di kelas X MIPA pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.2 MIPA di SMAN 02 Batu tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah 33 siswa, yaitu 9 laki-laki dan 24 perempuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa, lembar obervasi dan angket motivasi belajar siswa, lembar catatan lapangan, dan soal tes. Jenis data dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai tes akhir siklus. Data kualitatif berupa hasil pengamatan observer selama penelitian berlangsung, yaitu motivasi belajar siswa dan pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran, motivasi belajar dan hasil belajar sebagai berikut. Tabel 1. Kriteria Keberhasilan Keterlaksanaan Pembelajaran, Motivasi Belajar dan Hasil Belajar No Persentase Huruf Kriteria 1 90-100 A Sangat baik 2 80-89 B Baik 3 70-79 C Cukup 4 60-69 D Kurang 5 < 60 E Gagal (Sumber: Dimodifikasi dari Sudjana, 2012: 124). Nilai keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini mencapai 80%. HASIL Data keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar siklus I dan II diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa. Persentase pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Siswa pada Siklus I dan II Keterlaksanaan Pembelajaran (%) Siklus Siklus I Siklus II Oleh Guru 94,12 98,04 Kriteria Baik sekali Baik sekali Oleh Siswa 92,42 99,63 Kriteria Baik sekali Baik sekali Tabel 2 menjelaskan bahwa dari keseluruhan deskriptor keterlaksanaan pembelajaran, ada deskriptor yang tidak terlaksana tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sumber belajar 3 lingkungan sekitar telah terlaksana. Keterlaksanaan pembelajaran oleh guru pada siklus I sebesar 94,12% dengan kriteria baik sekali dan pada siklus II meningkat menjadi 98,04% dengan kriteria baik sekali sedangkan keterlaksanaan pembelajaran oleh siswa pada siklus I sebesar 92,42% dengan kriteria baik sekali dan pada siklus II meningkat menjadi 99,63% dengan kriteria baik sekali. Data motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi dan angket motivasi belajar siswa. Data yang diperoleh dari masing-masing instrumen dijabarkan sebagai berikut. Lembar observasi motivasi belajar siswa diisi oleh observer ketika pembelajaran berlangsung. Motivasi belajar siswa berdasarkan hasil observasi pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Motivasi Belajar Siswa berdasarkan Hasil Observasi pada Siklus I dan Siklus II Aspek motivasi Siklus I Kriteria Siklus II Kriteria Persentase Persentase Attention 78,41 Cukup 94,19 Baik Sekali Relevance 62,12 Kurang 88,55 Baik Confidence 67,05 Kurang 84,34 Baik Satisfaction 75,56 Cukup 93,27 Baik Sekali Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa aspek attention meningkat dari 78,41% dengan kriteria cukup menjadi 94,19% dengan kriteria baik sekali, relevance meningkat dari 62,12% dengan kriteria kurang menjadi 88,55% dengan kriteria baik, confidence meningkat dari 67,05% dengan kriteria kurang menjadi 84,34% dengan kriteria baik, dan satisfaction meningkat dari 75,56% menjadi 93,27%. Dari data dapat diketahui bahwa ARCS meningkat dari siklus I ke siklus II. Angket motivasi belajar siswa dibagikan kepada siswa sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan. Pernyataan yang terdapat pada angket dikelompokkan ke dalam aspek attention, relevance, confidence, dan satisfaction. Motivasi belajar siswa berdasarkan angket sebelum dan sesudah tindakan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Motivasi Belajar Siswa berdasarkan Angket Awal Siklus I, Siklus I dan Siklus II Aspek Persentase Kriteria Persentase Kriteria Persentase Kriteria motivasi motivasi motivasi motivasi awal siklus siklus I siklus II I Attention 66,74 Kurang 75,15 Cukup 80,60 Baik Relevance 70,00 Cukup 77,12 Cukup 80,30 Baik Confidence 66,54 Kurang 77,40 Cukup 84,22 Baik Satisfaction 74,70 Cukup 78,18 Cukup 83,03 Baik Total 68,85 Kurang 76,63 Cukup 82,04 Baik Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kriteria pada setiap aspek dari siklus I ke siklus II yaitu attention dari 66,74% dengan kriteria kurang meningkat menjadi 75,15% dengan kriteria cukup dan meningkat menjadi 80,60% dengan kriteria baik. Relevance meningkat dari 70,00% dengan kriteria cukup menjadi 77,12% dengan kriteria cukup dan menjadi 80,30% dengan kriteria baik. Confidence meningkat dari 66,54% dengan kriteria kurang menjadi 77,40% dengan kriteria cukup dan menjadi 83,03% dengan kriteria baik. 4 Satisfaction meningkat dari 74,70% dengan kriteria cukup menjadi 78,18% dengan kriteria cukup dan menjadi 82,40% dengan kriteria baik. Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari tes akhir siklus, hasil belajar afektif diperoleh dari lembar observasi sikap dan keaktifan selama pembelajaran sedangkan hasil belajar psikomotor siswa diperoleh dari observasi selama siswa melakukan pengamatan dan presentasi. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada observasi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Ketuntasan Belajar kognitif Klasikal pada Observasi Awal, Siklus I, dan Siklus II Tahap Ketuntasan (%) Kriteria Selisih (%) Observasi awal 45,00 Kurang sekali Siklus I 60,60 Kurang 15,60 Siklus II 81,82 Baik 21,22 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa peningkatan ketuntasan belajar kognitif secara klasikal dari siklus I ke siklus II lebih besar daripada peningkatan observasi awal ke siklus I. Ketuntasan belajar kognitif klasikal pada observasi awal 45,00% dengan kriteria kurang sekali pada siklus I meningkat menjadi 60,60% dengan kriteria kurang dan pada siklus II meningkat menjadi 81,82% dengan kriteria baik. Peningkatan dari observasi awal ke siklus I sebesar 15,60% sedangkan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 21,22%. Hasil belajar afektif siswa pada siklus I dan II disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Hasil Belajar Afektif pada Siklus I dan Siklus II Siklus keRerata nilai kelas (%) kriteria 80,70 Baik I 84,71 Baik II Selisih (%) 4,01 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui rerata nilai afektif siklus I sebesar 80,70% dengan kriteria baik pada siklus II meningkat menjadi 84,71% dengan kriteria baik. Peningkatan hasil belajar psikomotorik dari siklus I ke siklus II sebesar 4,01%. Hasil belajar afektif siswa pada siklus I dan II disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Hasil Belajar Psikomotorik pada Siklus I dan Siklus II Siklus keRerata nilai kelas (%) Kriteria 81,57 Baik I 94,91 Baik sekali II Selisih (%) 13,34 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui rerata nilai psikomotor pada siklus I sebesar 81,57% dengan kriteria baik pada siklus II meningkat menjadi 94,91% dengan kriteria baik sekali. terjadi peningkatan hasil belajar afektif dari siklus I ke siklus II sebesar 13,34 %. PEMBAHASAN Peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 3 sedangkan berdasarkan angket dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 diketahui bahwa terjadi peningkatan pada setiap aspek motivasi belajar siswa. Inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar mempunyai tahapan untuk mengarahkan siswa dalam menemukan sendiri konsep yang dipelajari dengan pembelajaran yang menyenangkan melalui pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitar sekolah. Menurut Ristanto (2010) lingkungan nyata akan memberikan rangsangan yang 5 amat penting bagi siswa dalam mempelajari dan bereksplorasi untuk menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya. Menemukan hal baru adalah hal yang menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan menyebabkan motivasi belajar siswa meningkat. Motivasi belajar yang diamati dalam penelitian ini meliputi aspek attention, relevance, confidence, dan satisfaction. Pembahasan masing-masing aspek dijelaskan sebagai berikut. Berdasarkan lembar observasi dan angket aspek attention meningkat. Hasil analisis data dari lembar observasi motivasi belajar siswa diketahui bahwa aspek attention mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I aspek attention sebesar 78,41% dengan kriteria cukup menjadi 94,19% dengan kriteria baik sekali pada siklus II. Sedangkan berdasarkan angket motivasi aspek attention meningkat dari 66,74% dengan kriteria kurang pada awal siklus I meningkat menjadi 75,15% dengan kriteria cukup pada siklus I dan meningkat menjadi 80,60% dengan kriteria baik pada siklus II. Peningkatan aspek attention disebabkan rasa ingin tahu siswa. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing, guru membimbing siswa merumuskan masalah dan mengajukan hipotesis. Rasa ingin tahu siswa muncul ketika guru menyuruh siswa untuk merumuskan masalah dan mengajukan hipotesis. Menurut Yosua (2013) perhatian siswa muncul karena didorong rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan mendapat perhatian selama proses pembelajaran. Selain itu, yang menyebabkan peningkatan aspek attention dari siklus I ke siklus II karena siswa menemukan sendiri jawaban yang dipertanyakan. Siswa belajar materi ekosistem menggunakan model inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar. Siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari karena siswa melakukan pengamatan langsung. Hal ini sesuai pernyataan Sanjaya (2011:196) bahwa inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pada pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah. Faktor lain perhatian siswa yang meningkat disebabkan pembelajaran menggunakan objek langsung yakni lingkungan sekitar hal ini didukung Sanaky (2009: 109) dalam Ristanto (2010) “benda asli merupakan alat yang paling efektif untuk mengikut sertakan berbagai indera dalam belajar”. Benda asli memiliki karakter yang masih orisinil, baik dalam segi ukuran besar dan kecil, berat, warna dan kadang disertai dengan gerak, bunyi, dan bau. Berdasarkan lembar observasi dan angket aspek relevance meningkat. Berdasarkan lembar observasi motivasi belajar, aspek relevance mengalami peningkatan dari kriteria kurang 62,12% menjadi 88,55% dengan kriteria baik. Berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa, aspek relevance mengalami peningkatan paling tinggi. Sedangkan berdasarkan angket motivasi aspek attention meningkat dari 70,00% dengan kriteria cukup pada awal siklus I meningkat menjadi 77,12% dengan kriteria cukup pada siklus I dan meningkat menjadi 80,30% dengan kriteria baik pada siklus II. Yosua (2013) menyatakan relevansi adalah adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Peningkatan aspek relevance disebabkan pada setiap pertemuan siswa melakukan pengamatan secara langsung terhadap lingkungan sekitar. Siswa 6 mengerjakan lembar kerja siswa berdasarkan pengamatan langsung selanjutnya siswa mengaitkan hasil pengamatan dengan literatur seperti buku dan internet. Menurut Anderson (1987: 183) dalam Ristanto (2010) “untuk mencapai hasil yang optimal dari pembelajaran, salah satu yang disarankan adalah kegiatan dilakukan di lingkungan yang sangat mirip dengan keadaan yang sebenarnya”. Lingkungan nyata akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari dan bereksplorasi untuk menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya. Inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dilakukan dengan pengamatan, sehingga siswa terlibat langsung dalam aktivitas pembelajaran. Bahan amatan langsung ditemui di sekitar lingkungan, sehingga membantu siswa mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata. Berdasarkan lembar observasi dan angket motivasi aspek confidence belajar siswa meningkat. Berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa, aspek confidence mengalami peningkatan dari 67,05% dengan kriteria kurang pada siklus I menjadi 84,34% dengan kriteria baik pada siklus II. Sedangkan berdasarkan angket motivasi aspek confidence meningkat dari 66,54% dengan kriteria kurang pada awal siklus I meningkat menjadi 77,40% dengan kriteria cukup pada siklus I dan meningkat menjadi 84,22% dengan kriteria baik pada siklus II. Peningkatan aspek confidence terjadi karena dalam setiap pertemuan guru model selalu menggunakan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran. Ostland (2009) dalam Strom (2012) menyatakan bahwa model inkuiri sangat berguna untuk menggambarkan suatu konsep pengetahuan, mendukung pengetahuan dan membangun kepercayaan siswa pada proses pemeriksaan. Selain itu percaya diri meningkat karena siswa mempresentasikan hasil pengamatan yang dilakukan oleh siswa sendiri. Hal ini diperkuat pernyataan Yosua (2013) kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan ketika merasa diri kompeten atau mampu untuk dapat berinteraksi secara positif terhadap lingkungannya. Percaya diri siswa meningkat karena siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari melalui inkuiri hal ini diperkuat peryataan Hanafiah & Suhana (2009:76) bahwa kelebihan pembelajaran inkuiri memperkuat dan menambah kepercayaan diri siswa. Penelitian Brickman et al. (2009) tentang pengaruh pembelajaran berbasis inkuiri pada ketrampilan literasi sains dan keyakinan siswa menyatakan bahwa siswa pada kelas inkuiri memiliki rasa percaya diri lebih tinggi dibanding kelas tradisional untuk pendekatan saintifik guna memecahkan masalah, meliputi penggunaan keterampilan analisis untuk merancang eksperimen dan rasa percaya diri secara umum mengenai keberhasilan belajar. Berdasarkan lembar observasi dan angket aspek satisfaction meningkat. Berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa, aspek satisfaction mengalami peningkatan dari 75,76% dengan kriteria cukup menjadi 93,27% dengan kriteria baik sekali. Sedangkan berdasarkan angket motivasi aspek attention meningkat dari 74,70% dengan kriteria cukup pada awal siklus I meningkat menjadi 78,18% dengan kriteria cukup pada siklus I dan meningkat menjadi 83,03% dengan kriteria baik pada siklus II. Peningkatan aspek satisfaction terjadi karena siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari melalui inkuiri. Siswa melakukan tahapan merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan menyimpulkan. Syah 7 (2011) menyatakan bahwa manusia pada umumnya menerima kepuasan ketika melakukan sesuatu dengan baik. Faktor lain yang menyebabkan aspek satisfaction meningkat karena pembelajaran menggunakan sumber belajar lingkungan sekitar. Hal ini ditegaskan Ristanto (2010) bahwa lingkungan nyata akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari dan bereksplorasi untuk menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya. Menemukan sesuatu yang baru akan menimbulkan kepuasan dalam diri siswa. Selain itu peningkatan satisfaction disebabkan siswa melakukan pengamatan sesuai tujuan pembelajaran. Sumber belajar lingkungan sekitar dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu mempelajari ekosistem. Hal ini didukung Yosua (2013) yang menyatakan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar setelah diberi tindakan sesuai dengan temuan Sitopu (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan metode inkuiri dalam belajar sains akan meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi akan memberikan motivasi bagi siswa untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang dihadapinya. Peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor dapat dilihat pada Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar mengajar. Slameto (2003:4) menjelaskan hasil belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat kontinyu dan fungsional setelah mengalami pelatihan dan pengalaman dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Sudjana (2012) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini ditinjau dari ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil belajar kognitif diukur menggunakan tes yang dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Siswa dianggap tuntas belajar jika memperoleh nilai 75 (KKM). Sedangkan untuk ketuntasan klasikal siswa dianggap tuntas belajar bila jumlah siswa yang tuntas belajar mencapai 80% dari jumlah keseluruhan siswa. Ketuntasan klasikal pada observasi awal sebesar 45%. Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 60,60%, sedangkan berdasarkan hasil tes akhir siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 81,82% atau terjadi peningkatan sebesar 21,22%. Pada tes akhir siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 60,60% dengan jumlah siswa yang tuntas 20 siswa dan siswa yang tidak tuntas 13 siswa. Soal tes pada siklus I dan siklus II mempunyai tingkatan kognitif C2-C3. Rendahnya ketuntasan klasikal pada siklus I ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar. Siswa masih terlihat pasif dalam kegiatan diskusi dengan anggota satu kelompok. Selain itu, rendahnya ketuntasan klasikal pada siklus I disebabkan pada tahap orientasi yakni menampilkan fenomena atau apersepsi yang guru tampilkan masih kurang menarik untuk diamati sehingga tahap inkuiri terbimbing kurang terlaksana dengan baik. Guru diharapkan bisa menampilkan apersepsi atau fenomena yang menarik sehingga siswa bisa fokus dan antusias mulai dari awal pembelajaran. 8 Pada akhir siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 81,82% dengan jumlah siswa yang tuntas 27 siswa dan siswa yang tidak tuntas 6 siswa. Peningkatan ini disebabkan siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari menggunakan inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar sehingga siswa lebih memahami materi hal ini sesuai pernyataan Khanifah et al. (2012) bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar biologi diharapkan siswa mendapat pengalaman belajar yang konkret karena dapat mengamati obyek secara langsung, sehingga hasil belajar menjadi optimal. Hal ini juga diperkuat pernyataan Ersanto (2013) bahwa siswa yang menemukan sendiri konsep yang dipelajari menyebabkan siswa lebih memahami materi yang dipelajari. Selain itu peningkatan hasil belajar siswa juga dikarenakan meningkatnya motivasi hasil belajar siswa. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Sanjaya (2011:54) yang menyatakan keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung memiliki hasil belajar yang tinggi, sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya rendah, hasil belajarnya juga rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai klasikal hasil belajar afektif siswa telah mengalami peningkatan dari 80,70% pada siklus I menjadi 84,71% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar afektif sebesar 4,01%. Peningkatan hasil belajar afektif ini dapat dilihat pada sikap dan keaktifan siswa selama pembelajaran. Hasil belajar afektif meningkat karena siswa memiliki sikap positif untuk menerima, merespon dan menghargai sehingga pembelajaran menjadi mudah dan menyenangkan karena pembelajaran dilakukan dengan pengamatan langsung dilingkungan sekitar. Hal ini sesuai pernyataan Ristanto (2010) bahwa pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan riil akan menambah kemungkinan siswa dapat mengembangkan sikap yang positif terhadap pekerjaan mereka sejak awal pembelajaran. Sikap tersebut dapat dipupuk secara positif dengan membuat mereka mengenal bahwa keterampilan mereka berkembang bersama dengan berlangsungnya pengajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rerata klasikal hasil belajar psikomotorik siswa telah mengalami peningkatan dari 81,57% pada siklus I menjadi 94,91% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar psikomotorik sebesar 13,34%. Hasil belajar siswa ditinjau dari ranah psikomotorik dapat diamati pada saat siswa melakukan kegiatan pengamatan. Hal yang dapat diamati adalah bagaimana siswa terampil melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan dan keterampilan siswa dalam mengkomunikasikan. Dari hasil pengamatan, siswa sangat antusias dalam melakukan pengamatan. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan Deta et al. (2013) siswa yang belajar menggunakan inkuiri terbimbing maka hasil belajar psikomotornya meningkat. Selain itu meningkatnya hasil belajar psikomotorik disebabkan siswa belajar menggunakan lingkungan sekitar sehingga membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Menurut Rohani (2004:15) bahwa suasana yang menggembirakan dan kelas yang menyenangkan akan mendorong partisipasi siswa, sehingga pembelajaran berlangsung baik. 9 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) penerapan pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini disebabkan guru melakukan setiap tahapan dalam inkuiri dengan sangat baik mulai dari tahap orientasi sampai menyimpulkan dan (2) penerapan pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan sumber belajar lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Hal ini disebabkan guru telah melakukan setiap tahapan dalam inkuiri dengan sangat baik mulai dari tahap orientasi sampai menyimpulkan. Saran Berdasarkan kesimpulan, saran yang dikemukakan (1) sebaiknya guru Biologi kelas X menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing karena inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar biologi siswa dan (2) sebaiknya guru memberikan apersepsi yang baik yang memuat fakta menarik untuk diamati sehingga anak memiliki rasa ingin tahu dan antusias yang tinggi sejak awal pembelajaran sehingga semua tahapan inkuiri dari merumuskan masalah hingga membuat kesimpulan dapat berjalan dengan baik. DAFTAR RUJUKAN Brickman, P., Gormally C., Armstrong, N & Hallar, B. 2009. Effects of Inquirybased learning on Students’ Science Literacy Skill and Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. (Online), 3 (2): 1-22, (http://www. Georgiassouthern.edu/ijsotl), diakses 14 Juni 2014 Deta, U.A., Suparmi, dan S. Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. (Online), 9 (2013) 28-34,(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/2630), diakses tanggal 19 Juni 2014. Ersanto, G.F. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan Inkuiri Terbimbing melalui Lesson Study untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X.10 SMA Negeri 1 Batu. Skripsi. Malang: FMIPA UM. Hanafiah, N & Suhana, C. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Hariyono, Y. 2010. Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Prestasi Belajar Kelas XI IPA SMAN 11 Malang Pada Materi Sistem Indera. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Khanifah, S., Pukan, K. K., & Sukaesih, S. 2012. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, (Online), Unnes Journal of Biology Education, 1 (1), 10 (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe/article/view/379/436), diakses 25 Februari 2014. Malihah, M. 2011. Pengaruh Model Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi (Quasy Experiment Di Kelas XI IPA SMAN 1 Leuwiliang, (Online), Skripsi. (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bistream/123456789/3004/1/memi% 2520malihah-FITK.pdf), diakses pada tanggal 22 februari 2014. Ristanto,R.H. 2010. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Multimedia Dan Lingkungan Rill Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Awal, (Online), Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta. (http://eprints.uns.ac.id/4748&sa), diakses pada tanggal 25 Februari 2014. Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sanjaya,W.2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Sitopu, J.W. 2010. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Belajar Sains terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Habonaron do Bona Edisi 1 Maret: 34-37 Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta. Strom, R. K. 2012. Using Guided Inquiry To Improve Process Skills And Content Knowledge In Primary Science, (Online) (http://scholarworks.montana.edu/xmlui/bitstream/handle/1/2364/stromR0 812.pdf), diakses pada tanggal 15 Februari 2014. Sudjana, N. 2012. Penilaian Proses Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya. Syah, Luqman. 2011. Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi Belajar Panti Sosial. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yosua, A.W. 2013. Pengaruh Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri, dan Kepuasan terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Riau di Pekanbaru. Jurnal Motivasi Belajar, (Online), (http://repository.unri.ac.id:80/handle/1234 567 89/ 1840.pdf), diakses tanggal 19 Juni 2014. Yudi, Y.H.C.2010. Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Struktur Tumbuhan Siswa Kelas XI IPA SMA Taman Madya. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. 11