pengertian partai politik

advertisement
MAKALAH
ILMU POLITIK
Hubungan Partai Politik dengan Komisi Pemilihan Umum dan Kesiapan
Partai Politik Menghadapi Pemilihan Umum.
“Diajukan Untuk Memenuhi Salah SatuTugas Mata Kuliah
Sosiologi”
Dosen Pembimbing
:
DR.SUNATRA RATNADI,M.S.,
Disusun oleh: Rudiansyah
NPM : 145010046
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDA
BANDUNG
2014
1
A. PENGERTIAN PARTAI POLITIK
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi
dalam proses pengelolahan negara . sebagai Lembaga Politik ,partai bukan sesuatu yang
dengan sendirinya ada. Kelahirannya mempunyai sejarah cukup panjang ,meskipun juga
belum cukup tua. Bisa dikatakan partai politik merupakan organisasi yang baru dalam
kehidupan manusia,lebih jauh muda dibandingkan dengan organisasi negara. Dan ia baru ada
di negara modern.
Adapun pandangan menurut pendapat dari para tokoh politik seperti.
Maurice Duverger berpendapat bahwa “ partai politik adalah group yang terorganisir
yang mencari kekuasaan politik baik lewat pemilihan umum yang demokratis maupun lewat
revolusi”.
Sven quenter yang mendefinisikan tentang partai politik ,yaitu organisasi yang
menurunkan kadidatnya merebut kursi parlemen nasional satu negara lewat pemilihan umum.
Dan secara yuridisnya , partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan di
bentuk oleh sekelompok warga negara indonesia secara sukrarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membeli ke pentingan politik anggota,
masyarakat ,bangsa dan negara serta memelihara ke utuhan negara kesatuan Negara Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945, sebagaimana bunyi
dari ayat 1 pasal 1 Undang-Undang No 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.
Pada abad ke-20 studi mengenai masalah ini di mulai. Sarjana –sarjana yang berjasa
memelopori antara lain adalah M.Ostrogorsky (1902), robert michels (1951),Maurice
Duverger(1951),dan
Sigmund
Neumann(1956).setelah
itu
,
beberapa
sarjana
behavioralis,seperti joseph lapalombara dan Myron Wainer, secara khusus meneropong
masalah partai dalam hubungan nya dengan pembangunan politik.kedua sarjana ini kemudian
menuangkan pemikiran dan hasil study nya dalam buku nya yang berjudul Political Parties
and Political Development (1966)1. Disamping itu , Gsartori dengan bukunya Parties and
Party Systems: A Framework for Analysis (1976)2.merupakan ahli lebih kontemporer yang
terkenal.3
1 Joseph Lapalombara dan Myron Welner,Political Parties and Political Developmrnt(Princeton :Princeton
University Press,1966)
2
2 G.Santori,Parties and Party System:A Framework for Analysis (Cambridge:Cambridge University Press
1976).
3
Buku
dasar-dasar
ilmu
politik
karangan
Prof.Mariam
Budiardjo/Edisi
Revisi/Penerbit
PT.GramediaPustakaUtama Jakarta ,2008/Hal.397
B. PENGERTIAN PEMILIHAN UMUM (PEMILU)
Pemilu adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik
tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil
rakyat di
berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.
Menurut Dahl merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi suatu pemerintahan
demokrasi di zaman modern. 1
“Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak
memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby
dan kegiatan lain-lain. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat
dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda
banyak juga dipakai oleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik”. 1
Kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang,sekaligus tolak
ukur,dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana
keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasaan berserikat ,dianggap
mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. sekalipun demikian
,disadari bahwa pemilihan umum tidak merupakan satu-satunya tolak ukur dan perlu
dilengkapi
dengan
pengukuran
beberapa
kegiatan
lain
yang
lebih
bersifat
berkesinambungan,seperti partisipasi dalam kegiatan partai ,lobbying ,dan sebagainya.
Dalam ilmu politik dikenal dengan macam-macam sistem pemilihan umum dengan
berbagai variasinya ,akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok yaitu.
1. Single –member Constitusency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil biasanya
disebut dengan Distrik).
2. Multi-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil ;biasanya
dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem Proporsional).2
3
1
2
http://www.slideshare.net/niarellyanti/hubungan-kepartaian-dan-pemilu
Jean Blondel ,”Electoral System and the influence of electoral system on party Systems”dalam An
Introduction to Comparative Government(London ; Weidenfied and Nicholson, 1969),hlm.177-206.lihat
juga maurice Duverger,Political Parties (london: metheun and Co. Ltd.,1954),hlm.45 dan 59. Dan Mariam
Budiarjo,Dasar-dasar Ilmu politik hal.462.
1. HUBUNGAN PARTAI POLITIK DENGAN PEMILU
Partai politik merupakan satu-satunya organisasi politik yang berkaitan dengan pemilihan
umum. Karena peran partai politik dalam pemilihan umum sangat besar untuk mencapai
tujuan dalam pemilihan dan mempergunakan kekuasaan dalam pemerintahan setelah partai
tersebut memenangkan pemilihan.
A. Pengertian Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik. Untuk
membedakan antara partai politik dan sistem kepartaian maka jelasnya adalah bahwa partai
politik adalah ”organisasi yang bertujuan mempengaruhi dan mendapatkan kekuasaan yang
dilakukan melalui pemilu”. sedangkan sistem kepartaian adalah ” intraksi partai-partai satu
sama lain dan hubungannya dengan sistem politik secara keseluruhan”. Jadi partai politik
adalah organisasi dalam (internal organization) sedangkan sistem kepartaian sebagai
lingkunganya (ekternal environmental).
Sistem kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik. Untuk
membedakan antara partai politik dan sistem kepartaian maka jelasnya adalah bahwa partai
politik adalah ”organisasi yang bertujuan mempengaruhi dan mendapatkan kekuasaan yang
dilakukan melalui pemilu”. sedangkan sistem kepartaian adalah ” intraksi partai-partai satu
sama lain dan hubungannya dengan sistem politik secara keseluruhan”. Jadi partai politik
adalah organisasi dalam (internal organization) sedangkan sistem kepartaian sebagai
lingkunganya (ekternal environmental).
B. Klasifikasi Sistem kepartaian
4
Menurut beberapa sarjana menganggap perlu analisis ini ditambah dengan meneliti
perilaku partai politik berinteraksi satu sama lain dan berinteraksi dengana unsur –unsur lain
dari sistem itu. Analisis semacam ini yang dinamakan “sistem kepartaian”.(party system )
pertama kali di bentang oleh Maurice duverger dalam bukunya political parties . Duverger
mengadakan klafikasi menurut tiga katagori,
Berdasarkan jumlahnya terdapat tiga tipe sistem kepartaian, yaitu
a. dominant party system (Partai Tunggal).
Ada beberapa pengamat yang berpendapat bahwa istilah sistem sistem partai tunggal
merupakan istilah yang menyangkal diri sendiri (contradictio in terminis )sebab suatu sistem
selalu mengandung
lebih dari satu bagian(pars). Dan istilah ini telah tersebar luas di
kalangan masyarakat dan di pakai lebihh baik untuk partai yang benar –benar merupakan satu
–satunya partai dalam suatu negara maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan
dominan suatu negara maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan diantara
beberapa partai lain. Dalam katagori terakhir terdapat banyak variasi.
Suasana kepartaian dinamakan nonkompetitif karena semua partai harus menerima
pimpinan dari partai yang dominan ,dan tidak dibenarkan bersaing dengannya. Terutama di
negara-negara yang baru lepas dari kolonialisme ada kecenderungan –kecenderungan kuat
untuk memakai pola sistem partai tunggal karena pemimpinan (sering seorang pemimpin
yang kharismatik ) dihadapan dengan masalah bagaimana meninstegrasikan berbagai
golongan , daerah ,serta suku bangsa yang berbeda corak sosial serta pandangan hidupnya.
Di indonesia pada tahun 1945 ada usaha mendirikan partai –tunggal sesuai dengan
pemikiran yang ada pada saat itu banyak dianut dari negara-negara yang baru melepaskan diri
dari rezim kolonial. Diharapkan paratai itu akan menjadi “motor perjuangan”. Akan tetapi
sesudah beberapa bulan usaha itu di hentikan sebelum terbentuk secara kongkrit. Penolakan
ini antara lain di sebabkan karena dianggap berbau fasis.
b. Dwi-party system (sistem dua partai)
dalam kepustakaan ilmu politik pengertian sistem dwi-partai biasanya di artikan bahwa
ada dua partai diantara beberapa partai, yang berhasil memenangkan dua tempat teratas
dalam pemilihan umum secara bergiliran ,dan dengan demikian mempunyai kedudukan
dominan.
5
Sistem dwi-partai pernah disebut
a concervenient system for contented people dan
memang kenyataan nya ialah bahawa sistem dwi tunggal dapat berjalan baik apabila
terpenuhi tiga syarat , yaitu komposisi masyarakat mengenai asas dan tujuan sosial dan
politik (political consensus),dan adanya kontinuitas sejarah (historical cantinuity).18
Pada umumnya dianggap bahwa sistem dwi partai lebih kondusif untuk terpeliharanya
stabilitas karena adanya perbedaan yang jelas antara partai pemerintah dan partai oposisi.
Sistem dwi partai umumnya di perkuat dengan di gunakan nya sistem pemilihan singlemember constituency (sistem distrik) dimana dalam setiap daerah pemilihan hanya dapat
dipilih satu wakil saja. Sistem pemilihan ini cenderung menghambat pertumbuhan partai
kecil,sehingga dengan demikian memperkokoh sistem dwi partai.20
Di indonesia pada tahun 1968 ada dua usaha untuk mengganti sistem multi-partai yang
telah berjalan lama dengan sistem dwi-partai, agar sistem ini dapat membatasi pengaruh
partai-partai yang telah lama mendominasi kehidupan politik. Beberapa ekses dirasakan
menghalangi badan eksekutif untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik. Akan tetapi
eksperimen dwi partai ini, sesudah di perkenalkan di beberapa wilayah ternyata mendapat
tantangan dari partai –partaiyang merasa terancam eksistensinya. Akhirnya gerakan ini
dihentikan pada tahun 1969.
18
Peter G.J Pulzer,Political Representation and Election in Britain (London :George Allen and Unwin Ltd.,
1967),hal 41.
20
Duverger,political Parties,hlm.217
c.
multiparty system (sistem partai banyak).
Umumnya dianggap bahwa keanekaragaman budaya politik suatu masyarakat mendorong
pilihan ke arah sistem multi-partai. Perbedaan tajam antara ras ,agama atau suku bangsa
mendorong golongan-golongan masyarakat lebih cenderung menyalurkan ikatan-ikatan
terbatasnya (primodial) dalam satu wadah yang sempit saja. Dianggap bahwa pola multipartai lebih sesuai dengan pluraritas budaya dan politik dari pada pola dwi partai.
Sistem
multi-partai
jika
dihubungkan
dengan
sistem
pemerintahan
parlementer,mempunyai kecenderungan untuk menitikberatkan kekuasaan pada badan
legislatif,sehingga peran badan eksekutifsering lemah dan ragu –ragu. Hal ini disebabkan
6
karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk suatu pemerintahan sendiri
,sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan partai-partai lain. Partai yang berkoalisi harus
selalu mengadakan musyawarah dan kompromi dengan mitranya dan kemungkinan bahwa
sewaktu-waktu dukungan dari partai yang duduk dalam koalisi akan ditarik kembali
,sehingga mayoritas nya dalam parlemen hilang.
Pola multi-partai umumnya diperkuat oleh sistem pemilihan yang berimbang
(Proportional Representation) yang memberi kesempatan luas bagi pertumbuhan partai-partai
dan golongan –golongan baru .21 Melalui sistem perwakilan berimbang partai-partai kecil
dapat menarik keuntungan dari ketentuan bahwa kelebihan suara yang di peroleh nya di suatu
daerah pemilihan dapat ditarik ke daerah pemilihan lain untuk menggenapkan jumlah suara
yang di perlukan guna memenangkan satu kursi.
Di indonesia mempunyai sejarah panjang dengan berbagai jenis sistem multi-partai.
Sistem ini telah melalui beberapa tahap dengan bobot kompetitif yang berbeda-beda. Mulai
1989 indonesia berupaya untuk mendirikan suatu sistem multi-partai yang mengambil unsur
–unsur positif dari pengalaman masa lalu,sambil menghindari unsur negatifnya.
21
Ibid.hlm245. lihat juga PJ.Oud,het Constitutioneel Recht van het Koninkrijk der Nederlanden (Zwolle :Tjeenk
Willink,1947),Mid I,hlm 248.
Buku
dasar-dasar
ilmu
politik
karangan
Prof.Mariam
Budiardjo/Edisi
Revisi/Penerbit
PT.GramediaPustakaUtama Jakarta ,2008/Hal.415.Hal.416.Hal.417.Hal 418
C. Sistem Pemilihan Umum
Menurut G.Y Wolhoff terdapat dua sistem/tipe sistem pemilu yaitu:
1. Sistem pemilihan organis adalah sebuah kelompok yang dalam organ-organ individu,
kelompok ini biasanya berdasarkan genekologis, lapisan masyarakat, organisasi
kelembagaan. Dengan demikian pada sistem organik hak suara terletak pada
kelompok.
2. Sistem pemilihan mekanik adalah melihat rakyat terdiri atas Individu-individu dimana
hak suara berada pada masing-masing individu. Sistem pemilihan mekanis biasanya
dibagi atas dua sistem yaitu sistem distrik dan sistem proporsional.
7
D. Sistem Perwakilan Berimbang
Gagasan pokok sistem Perwakilan Berimbang (Proportional Representation) terletak
pada sesuainya jumlah kursi parlemen yang diperoleh suatu golongan atau partai dengan
jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat. Pada sistem ini negara dibagi dalam beberapa
daerah pemilihan yang besar, dan setiap daerah pemilihan memilih sejumlah wakil sesuai
dengan banyaknya penduduk dalam daerah pemilihan itu. Dengan demikian kekuatan suatu
partai dalam masyarakat tercermin dalam jumlah kursi yang diperolehnya dalam parlemen,
artinya dukungan masyarakat bagi partai itu sesuai atau proporsional dengan jumlah kursi
dalam parlemen.
a) Kelebihan Sistem Perwakilan Berimbang
1. Dianggap demokratis dan representatif, oleh karena semua aliran yang ada dalam
masyarakat terwakili dalam parlemen, sedangkan jumlah wakil dalam badan itu
sesuai dengan jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat dalam masing-masing
daerah pemilihan,
2. Kemudian juga Dianggap lebih adil karena golongan kecil sekalipun mempunyai
kesempatan untuk mendudukkan wakil dalam departemen;
3. Wakil rakyat yang dipilih dengan cara ini diharapkan lebih cenderung untuk
mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan daerah;
b) Kelemahan Sistem Perwakilan Berimbang
1. Mempermudah fragmentasi partai dan menimbulkan kecendrungan kuat di
kalangan anggota untuk memisahkan diri dari partainya dan membentuk partai
baru;
2. Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai daripada kepada
daerah yang mewakilinya disebabkan partai lebih menonjol perannya daripada
kepribadian seseorang;
3. Banyaknya partai yang bersaing menyulitkan suatu partai untuk meraih mayoritas
(50%+1) yang perlu membentuk suatu pemerintahan. Terpaksa partai terbesar
mengusahakan suatu koalisi dengan beberapa partai lain untuk memperoleh
mayoritas dalam parlemen. Koalisi semacam ini sering tidak langgeng sehingga
tidak membina stabilitas politik.
8
4. Biasanya sistem Perwakilan Berimbang ini sering dikombinasikan dengan
beberapa prosedur lain antara lain dengan sistem daftar (List System), yang
kemudian dibagi lagi menjadi sistem daftar tertutup dan sistem daftar terbuka.
5. Dalam sistem daftar tertutup setiap partai mengajukan satu daftar calon dan si
pemilih memilih satu partai dengan semua calon yang dicalonkan oleh partai itu,
untuk berbagai kursi yang diperebutkan.
Kesimpulan.
Kelemahan sistem ini, yakni tidak dikenalnya calon wakil oleh pemilih direvisi oleh
sistem daftar terbuka dengan pemilih mencoblos wakilnya secara langsung dari daftar nama
calon selain memilih tanda gambar.
Kelebihan Proposional Terbuka
1. Representatif, dukungan masyarakat tercermin dalam jumlah wakil DPR;
2. Memberi peluang bagi orang yang disegani di daerah untuk mendapat tempat di DPR;
3. Anggota DPR akan lebih independen dan kedudukannya dalam hubungan dengan
pimpinan partai dan tidak usah terlalu takut akan direcall jika berbeda pendapat
dengan pimpinan partai dan pihak lain; Kedudukan yang lebih kuat dari masingmasing anggota DPR akan dapat meningkatkan kualitas DPR.
c) Sistem Distrik
Sistem distrik, merupakan sistem pemilihan yang paling tua didasarkan atas kesatuan
geografis. Setiap kesatuan geografis mempunyai satu wakil dalam parlemen. Untuk keperluan
pemilihan, negara dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam
parlemen ditentukan oleh jumlah distrik.
Calon dalam satu distrik memperoleh yang menang adalah yang memperoleh suara
terbanyak ,sedangkan suara-suara yang diberikan kepada calon lain dalam distrik itu
dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimana kecil pun selisih kekalahannya.
1. Kelebihan Sistem Distrik
9
1. Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih biasanya dikenal oleh penduduk
distrik, sehingga hubungannya dengan penduduk lebih erat. Dengan demikian dia
akan lebih terdorong untuk memperjuangkan kepentingan distrik. Kedudukan
terhadap partai lebih bebas, karen adalam pemilihan semacam ini faktor kepribadian
seseorang merupakan faktor yang penting;
2. Lebih mendorong integrasi parpol karena kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik
pemilihan hanya satu. Juga mendorong ke arah penyederhanaan partai secara ilmiah;
3. Sederhana dan mudah untuk diselenggarakan;
4. Terbatasnya jumlah partai dan meningkatnya kerjasama antar partai mempermudah
terbentuknya pemerintahan yang stabil dan tercapainya stabilitas nasional.
2. Kekurangan Sistem Distrik :
1. Kurang menguntungkan bagi partai kecil dan golongan minoritas;
2. Kurang representatives, calon yang kalah dalam suatu distrik kehilangan semua suara
yang mendukungnya(banyak suara yang hilang);
3. Bisa terjadi kesenjangan antara jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat dan
jumlah kursi yang diperoleh atas parlemen, menguntungkan partai besar.
E. HUBUNGAN SISTEM PEMILU DENGAN SISTEM KEPARTAIAN
Dilihat dari Sistem pemilihannya dapat mempengaruhi jumlah dan ukuran relatif parpol
di parlemen. Sistem pemilihan di negara yang menganut sistem dua partai berbeda dengan
yang menganut multipartai. Mekanisme regulasi dalam sistem politik otoriter dan sentralistik
berbeda dengan sistem demokrasi yang umumnya pembatasan dilakukan dengan memberikan
prasyarat minimal. Artinya kebebasan mendirikan partai tetap dijamin sepenuhnya (dimensi
substansi) tetapi disertai kondisionalitas agar kebebasan itu dapat dipertanggungjawabkan,
terkontrol dan diterjemahkan dalam mekanisme politik (dimensi prosedural).
Merupakan Sistem pemilihan yang menentukan keterpaduan internal dan disiplin masingmasing partai, sebagian sistem mungkin saja mendorong terjadinya faksionalisme, dimana
beberapa sayap yang berbeda dari satu partai terus menerus bertentangan satu dengan
lainnya, sementara sistem yang lain mungkin dapat memaksa partai-partai untuk bersatu
suara dan menekan pembangkangan.
10
Dan sistem pemilihan umum juga bisa mengarah pada pembentukan koalisi atau
pemerintahan satu partai dengan kendala yang dihadapi partai mayoritas. Dengan kata lain,
sistem pemilihan bisa mendorong atau menghalangi pembentukan alinasi diantara partaipartai, yang pada gilirannya akan mempengaruhi iklim politik yang lebih luas.
F. Hubungan Kepartaian dan Pemilu di Indonesia
a. Massa Sistem Parlementer
Pada masa berlakunya sistem parlementer, kombinasi yang digunakan adalah sistem
pemilu proportional representation dan sistem multipartai. Pada masa ini, tidak hanya
partai saja yang diberikan kesempatan menjadi kontestan pemilu, akan tetapi individu
(Perorangan) juga diberi kesempatan untuk mencalonkan diri. Pemilu pada era ini
dianggap sebagai pemilu yang paling demokratis selama pemerintahan di Indonesia.
Walaupun demikian, partai politik yang dihasilkan melalui pemilu demokratis ini
dianggap telah menyalahgunakan kesempatan berkuasa, karena terlalu mementingkan
kepentingan serta ideologi masing-masing kelompok, sehingga gagal menciptakan
suasana yang stabil yang kondusif untuk pembangunan secara berkesinambungan. Karena
pendeknya usia setiap kabinet sebagai akibat ulahnya partai-partai, tidak mungkin bagi
pemerintah menyusun dan melaksanakan suatu rencana kerja secara mantap.
b. Masa Orde Lama
Dektrit Presiden 4 Juli 1959 menghidupkan kembali UUD 1945, Soekarno dalam
usaha membentuk demokrasi terpimpin menyatakan beberapa tindakan antara lain
menyederhanakan sistem partai dengan mengurangi jumlah partai. Penyederhanaan
dilakukan dengan mencabut Maklumat Pemerintah tertanggal 3 November 1945, melalui
Penetapan Presiden (Penpres) Nomor 7 tahun 1959 ditetapkan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh partai untuk diakui oleh pemerintah. Pada tahun 1960 jumlah partai yang
memenuhi syarat tinggal 10 partai.
c. Masa Orde Baru
Orde Baru dengan sistem pemerintahan Presidensialisme, menerapkan sistem pemilihan
proporsional dengan daftar tertutup kombinasi dengan sistem multipartai yang berangsur-
11
angsur disederhanakan. Selain sistem proporsional tertutup yang digunakan, modifikasi
sistem pemilihan yang digunakan Orde Baru adalah melalui pengangkatan utusan
golongan/daerah.
Pada awalnya, penyederhanaan Sistem Multipartai Orde Baru dilakukan dengan suatu
kompromi (Konsensus nasional) antara pemerintah dan partai-partai pada tanggal 27 Juli
1967 untuk tetap memakai sistem perwakilan berimbang, dengan beberapa modifikasi.
Diantaranya, kabupaten dijamin sekurang-kurangnya 1 kursi, dan 100 anggota DPR dari
jumlah total 460 diangkat dari ABRI (75), Non ABRI (25). Sistem distrik ditolak dan sangat
dikecam parpol, dengan alasan karena tidak hanya dikhawatirkan akan mengurangi
kekuasaan pimpinan partai, tetapi juga mencakup ide baru, seperti duduknya wakil ABRI
sebagai anggota parlemen.
Karena kegagalan usaha penyederhanaan partai ketika pemilihan, Orde Baru melakukan
pengurangan dengan mengelompokkan dari 10 partai menjadi tiga partai pada tahun 1973,
sehingga sejak pemilu 1977 hingga 1992 hanya ada tiga peserta pemilu yakni PPP, Golkar,
dan PDI.
d. Masa Reformasi
Sistem Pemilu yang dianut adalah sistem proporsional (perwakilan berimbang)
dengan daftar calon terbuka untuk memilih DPR dan DPRD, sedangkan untuk memilih
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) menggunakan sistem distrik sistem distrik berwakil
banyak. Sistem Pemilu ini digunakan sebagai evaluasi sistem yang diterapkan pada masa
Orde Baru, dengan harapan rakyat agar pemilihan calon yang diajukan oleh partai politik
(parpol) lebih dikenal oleh pemilihnya.
Pembatasan pada masa ini dilakukan dengan mekanisme kuota (Threshold)[8], yaitu
dengan mencantumkan prasyarat Partai Politik Peserta Pemilu harus memperoleh
sekurang-kurangnya 3% jumlah kursi di DPR, atau memperoleh sekurang-kurangnya 4%
jumlah kursi DPRD Provinsi yang tersebar sekurang-kurangnya (setengah) dari jumlah
provinsi seluruh Indonesia, atau memperoleh sekurang-kurangnya 4% jumlah kursi
DPRD Kabupaten/Kota yang tersebar di kabupaten/kota seluruh Indonesia untuk dapat
mengikuti Pemilu berikutnya.1
1
http://www.slideshare.net/niarellyanti/hubungan-kepartaian-dan-pemilu
12
G.
Kesiapan Parpol Menjelang Pemilu 2014
Partai Politik atau gabungan paratai politik wajib membuka kesempatan yang seluasluasnya bagi bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam
pasal 58 dan selanjutnya. Memproses bakal calon dimaksud melalui mekanisme yang
demokratis dan transparan.1 (Pasal 59 (3) UU No.32 tahun 2004 tentang pemda)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Penetapan daftar pemilih
Pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah/wakil kepala daerah
Kampanye
Pemungutan suara
Penghitungan suara
Penetapan pasangan calon kepala kepala daerah/wakil kepala daerah terpilah,
pengesahan dan pelantikan
Pasal 65 (4) Tata cara pelaksanaan masa persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan tahap pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada pasal (3) diatur KPUD dengan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Kedudukan Partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan yang sangat penting
dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis
antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara. Bahkan banyak yang berpendapat
bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi.
Secara umum ada empat fungsi partai politik, antara lain:
a.
Sebagai sarana komunikasi politik
Dalam hubungannya dengan komunikasi politik, partai politik merupakan perantara yang
besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideology sosial dengan lembaga
pemerintah yang resmi dan yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat
b. Sebagai sarana sosialisasi politik
Terkait dengan sosialisasi politik ini, partai juga berperan sangat penting dalam rangka
pendidikan politik.
c.
Sebagai sarana sekrutmen politik
Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan
internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas.
d. Sebagai sarana pengatur kKonflik (Conflict Management)
Sebagai pengatur atau pengelola konflik (conflict management) partai berperan sebagai
sarana agregasi kepentingan (aggregation of interests) yang menyalurkan ragam kepentingan
yang berbeda-beda itu melalui saluran kelembagaan politik partai.2
1 Pasal
2
59 (3) UU No.32 tahun 2004 tentang pemda
http://azzaiinh.blogspot.co.id/2013/12/geliat-partai-politik-menjelang-pemilu_19.html
13
1.
Persiapan Partai politik Menjelang Pemilu 2014
Menjelang pemilihan umum ,partai politik yang berlomba-lomba untuk mencalonkan
salah satu pasangan dari setiap partai untuk menjadi calon pemimpin bangsa Indonesia ,
dengan adanya perlombaan ini untuk merebut tahta kepemimpinan setiap partai politik
melakukan berbagai cara agar calon pasangan mereka bisa terpilih menjadi calon presiden
dan wakil presiden tahun 2014 .
Bermacam cara yang mereka lakukan untuk dapat menjadi presiden dan wakil presiden
Republik Indonesia tahun 2014, setiap pasangan calon presiden dan wakil presiden dari salah
satu partai politik melakukan suatu hal yang serupa dilakukan oleh pasangan yang
sebelumnya yang melakukan ini yang secara turun-temurun yaitu berkampanye,
berkampanye adalah salah satu aktivitas yang dilakukan oleh calon pasangan presiden dan
wakil presiden menjelang pemilihan umum setiap tahunnya. Ini adalah salah satu cara agar
mereka bisa mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan umum tahun 2014 ini, biasanya
yang dilakukan dalam kampanye-kampanye dalam setiap calon presiden dan wakil presiden
tersebut adalah dengan menjanjikan sesuatu hal, misalnya : Jika saya terpilih dan
mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan umum pada tahun 2014 ini saya dan
wakil saya akan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan dan membuka lapangan
pekrjaan. Ujarnya. Janji yang diungkapan kan calon presiden dan wakilnya itu hanyalah
sekedar janji, tidak sesuai dengan fakta yang terjadi sekarang masih banyak yang miskin dan
masih banyak pengganguran.
Menjelang pemilu 2014 ini banyak kejanggalan yang terjadi, salah satu saja yang saya
ketahui adalah partai politik merajuk minta dana untuk kampanye naik hal ini beralasan agar
partai politik tidak lagi terus-terusan dikuasai kepentingan para penyumbang dana, karena
penyumbang dana ini hanya ingin mengejar kekuasaan. Dana yang disumbangkan oleh
Negara untuk setiap calon pasang presiden dan wakil presiden disetiap partai sebesar 1,3%
dari total seluruh pengeluaran partai, oleh karena itu setiap partai mengajukan agar dinaikan
menjadi 5%.
2.
strategi-strategi Partai Politik Menjelang Pemilu 2014
Saat ini seperti yang kita ketahui, banyak Partai Politik di Indonesia mulai bergeliat
untuk merebut hati rakyat. Strategi yang mereka pakai pun berbeda satu dengan yang lain,
strategi-strategi yang mereka usung memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari kelebihan dan
kekurangan itu kita dapat melihat partai mana yang memiliki prospek cerah dalam Pemilu
mendatang.
Yang pertama, adalah partai pemerintah yaitu partai Demokrat, beberapa bulan
terkahir partai Demokrat dilanda kasus terus menerus. Yang terakhir adalah kasus korupsi BP
migas, tetapi mereka mengambil langkah yang cukup tepat dengan mengadakan konvensi
pemilihan presiden. Konvensi pemilihan presiden membuat rakyat mengalihkan perhatian
kembali ke Demokrat, sekaligus membuat rakyat lupa tentang kasus-kasus yang melanda
Demokrat. Apakah Strategi ini akan membuahkan hasil atau tidak, Demokrat harus cekatan
dalam membangun momentum yang dihasilkan oleh konvensi ini.
Kedua, PDI perjuangan, PDIP bisa dikatakan sebagai Partai yang memiliki kartu truf
dalam pemilu 2014. Mengapa?tidak lain tidak bukan karena faktor adanya Jokowi. Pada saat
ini memang Jokowi belum didaftarkan baik sebagai capres ataupun cawapres, tetapi rakyat
menjadi penasaran dengan keadaan ini. Tidak sedikit yang menggantungkan iman mereka
kepada PDI-P hanya untuk mendorong pencalonan Jokowi. Saat ini PDI-P mendapatkan hati
14
dari banyak orang, terutama para pekerja karena mereka percaya kepada keluguan dan
(mungkin) kejujuran Jokowi.Sekarang kita tinggal menunggu langkah apa yang akan
dilakukan ibu Megawati, jika ia memutuskan untuk menggunakan kartu trufnya, maka bisa
dipastikan PDI-P akan menjadi penantang yang paling berpeluang dalam pemilu ini.
Ketiga, Hanura, partai yang menjadi kuda hitam terbaru dalam perlombaan menuju
tahun politik 2014. Ibaratnya, partai ini seperti ketiban berkat dari langit, mengapa saya
katakan seperti itu?karena masuknya pengusaha besar Indonesia, Hary Tanoesodibjo, yang
biasa disapa HT. HT merupakan berkat bagi Hanura, yang pertama karena kekuatan finansial
HT yang sudah kita ketahui. Kedua, karena HT merupakan pengusaha etnis keturunan yang
berpasangan dengan Wiranto, ini membuat sebagian publik akan berpikir bahwa pasangan ini
adalah versi nasional dari pasangan Jokowi-Ahok di Jakarta.Sekarang Hanura sedang
merangkak naik dengan merebut suara rakyat, dengan kekuatan finansial dan figur
‘kebapaan’ Wiranto, kesempatan yang dimiliki Hanura dalam pemilu mendatang menjadi
tidak terbatas.
Keempat, Golkar, partai yang merupakan salah satu partai favorit di Indonesia. Golkar
memang belum menunjukan taringnya di dunia media maupun di kota-kota ternama di
Indonesia, tetapi saya percaya mereka bergerak dengan baik di kota-kota kecil dan di
kalangan pekerja di Indonesia. Walaupun bisa dibilang Golkar belum mempunyai figur yang
kuat dalam diri Aburizal Bakrie, tapi bayang-bayang kepresidenan pak Soeharto masih
membekas di hati masyarakat Indonesia.
Kelima, Gerindra, partai Gerindra merupakan partai yang mempunyai image paling
dinamis saat ini. Dengan strategi menjajah media online, dan kaum muda, partai ini terus
membangun momentum setiap harinya. Namun, Gerindra tidak bisa terbang hanya dengan
satu sayap saja, sayap yang satu lagi yaitu pergerakan dari figur terkuat Gerindra, Prabowo
Subianto, harus juga berjalan. Saat ini publik sedang bertanya tanya apakah Prabowo
Subianto bisa dijadikan tumpuan bangsa ini?pertanyaan seperti ini muncul karena kurangnya
kegiatan aktif dari Prabowo Subianto untuk mengenalkan diri kepada publik. Kasarnya situasi
yang terjadi saat ini adalah “saya mau pilih, tapi saya tidak mengenal orang ini siapa, dan apa
yang telah dia lakukan untuk bangsa ini”.1
1
http://azzaiinh.blogspot.co.id/2013/12/geliat-partai-politik-menjelang-pemilu_19.html
15
Sumber Refrensi.
Joseph
Lapalombara
dan
Myron
Welner,Political
Parties
and
Political
Developmrnt(Princeton :Princeton University Press,1966)
G.Santori,Parties
and
Party
System:A
Framework
for
Analysis
(Cambridge:Cambridge University Press 1976).
Buku
dasar-dasar
ilmu
politik
karangan
Prof.Mariam
Budiardjo/Edisi
Revisi/Penerbit PT.GramediaPustakaUtama Jakarta ,2008/Hal.397
Peter G.J Pulzer,Political Representation and Election in Britain (London :George
Allen and Unwin Ltd., 1967),hal 41.
Duverger,political Parties,hlm.217
http://www.slideshare.net/niarellyanti/hubungan-kepartaian-dan-pemilu
Pasal 59 (3) UU No.32 tahun 2004 tentang pemda
http://azzaiinh.blogspot.co.id/2013/12/geliat-partai-politik-menjelangpemilu_19.html
Ibid.hlm245. lihat juga PJ.Oud,het Constitutioneel Recht van het Koninkrijk der
Nederlanden (Zwolle :Tjeenk Willink,1947),Mid I,hlm 248.
http://azzaiinh.blogspot.co.id/2013/12/geliat-partai-politik-menjelangpemilu_19.html
Buku
dasar-dasar
ilmu
politik
karangan
Prof.Mariam
Budiardjo/Edisi
Revisi/PenerbitPT.GramediaPustakaUtamaJakarta,2008/Hal.415.Hal.416.Hal.417.
Hal 418.
16
Download