MAKALAH ILMU POLITIK Hubungan Partai Politik dengan Komisi Pemilihan Umum dan Kesiapan Partai Politik Menghadapi Pemilihan Umum. “Diajukan Untuk Memenuhi Salah SatuTugas Mata Kuliah Sosiologi” Dosen Pembimbing : DR.SUNATRA RATNADI,M.S., Disusun oleh: Rudiansyah NPM : 145010046 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PASUNDA BANDUNG 2014 1 A. PENGERTIAN PARTAI POLITIK Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolahan negara . sebagai Lembaga Politik ,partai bukan sesuatu yang dengan sendirinya ada. Kelahirannya mempunyai sejarah cukup panjang ,meskipun juga belum cukup tua. Bisa dikatakan partai politik merupakan organisasi yang baru dalam kehidupan manusia,lebih jauh muda dibandingkan dengan organisasi negara. Dan ia baru ada di negara modern. Adapun pandangan menurut pendapat dari para tokoh politik seperti. Maurice Duverger berpendapat bahwa “ partai politik adalah group yang terorganisir yang mencari kekuasaan politik baik lewat pemilihan umum yang demokratis maupun lewat revolusi”. Sven quenter yang mendefinisikan tentang partai politik ,yaitu organisasi yang menurunkan kadidatnya merebut kursi parlemen nasional satu negara lewat pemilihan umum. Dan secara yuridisnya , partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan di bentuk oleh sekelompok warga negara indonesia secara sukrarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membeli ke pentingan politik anggota, masyarakat ,bangsa dan negara serta memelihara ke utuhan negara kesatuan Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945, sebagaimana bunyi dari ayat 1 pasal 1 Undang-Undang No 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Pada abad ke-20 studi mengenai masalah ini di mulai. Sarjana –sarjana yang berjasa memelopori antara lain adalah M.Ostrogorsky (1902), robert michels (1951),Maurice Duverger(1951),dan Sigmund Neumann(1956).setelah itu , beberapa sarjana behavioralis,seperti joseph lapalombara dan Myron Wainer, secara khusus meneropong masalah partai dalam hubungan nya dengan pembangunan politik.kedua sarjana ini kemudian menuangkan pemikiran dan hasil study nya dalam buku nya yang berjudul Political Parties and Political Development (1966)1. Disamping itu , Gsartori dengan bukunya Parties and Party Systems: A Framework for Analysis (1976)2.merupakan ahli lebih kontemporer yang terkenal.3 1 Joseph Lapalombara dan Myron Welner,Political Parties and Political Developmrnt(Princeton :Princeton University Press,1966) 2 2 G.Santori,Parties and Party System:A Framework for Analysis (Cambridge:Cambridge University Press 1976). 3 Buku dasar-dasar ilmu politik karangan Prof.Mariam Budiardjo/Edisi Revisi/Penerbit PT.GramediaPustakaUtama Jakarta ,2008/Hal.397 B. PENGERTIAN PEMILIHAN UMUM (PEMILU) Pemilu adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Menurut Dahl merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi suatu pemerintahan demokrasi di zaman modern. 1 “Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan kegiatan lain-lain. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik”. 1 Kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang,sekaligus tolak ukur,dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasaan berserikat ,dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. sekalipun demikian ,disadari bahwa pemilihan umum tidak merupakan satu-satunya tolak ukur dan perlu dilengkapi dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat berkesinambungan,seperti partisipasi dalam kegiatan partai ,lobbying ,dan sebagainya. Dalam ilmu politik dikenal dengan macam-macam sistem pemilihan umum dengan berbagai variasinya ,akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok yaitu. 1. Single –member Constitusency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil biasanya disebut dengan Distrik). 2. Multi-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil ;biasanya dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem Proporsional).2 3 1 2 http://www.slideshare.net/niarellyanti/hubungan-kepartaian-dan-pemilu Jean Blondel ,”Electoral System and the influence of electoral system on party Systems”dalam An Introduction to Comparative Government(London ; Weidenfied and Nicholson, 1969),hlm.177-206.lihat juga maurice Duverger,Political Parties (london: metheun and Co. Ltd.,1954),hlm.45 dan 59. Dan Mariam Budiarjo,Dasar-dasar Ilmu politik hal.462. 1. HUBUNGAN PARTAI POLITIK DENGAN PEMILU Partai politik merupakan satu-satunya organisasi politik yang berkaitan dengan pemilihan umum. Karena peran partai politik dalam pemilihan umum sangat besar untuk mencapai tujuan dalam pemilihan dan mempergunakan kekuasaan dalam pemerintahan setelah partai tersebut memenangkan pemilihan. A. Pengertian Sistem Kepartaian Sistem kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik. Untuk membedakan antara partai politik dan sistem kepartaian maka jelasnya adalah bahwa partai politik adalah ”organisasi yang bertujuan mempengaruhi dan mendapatkan kekuasaan yang dilakukan melalui pemilu”. sedangkan sistem kepartaian adalah ” intraksi partai-partai satu sama lain dan hubungannya dengan sistem politik secara keseluruhan”. Jadi partai politik adalah organisasi dalam (internal organization) sedangkan sistem kepartaian sebagai lingkunganya (ekternal environmental). Sistem kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik. Untuk membedakan antara partai politik dan sistem kepartaian maka jelasnya adalah bahwa partai politik adalah ”organisasi yang bertujuan mempengaruhi dan mendapatkan kekuasaan yang dilakukan melalui pemilu”. sedangkan sistem kepartaian adalah ” intraksi partai-partai satu sama lain dan hubungannya dengan sistem politik secara keseluruhan”. Jadi partai politik adalah organisasi dalam (internal organization) sedangkan sistem kepartaian sebagai lingkunganya (ekternal environmental). B. Klasifikasi Sistem kepartaian 4 Menurut beberapa sarjana menganggap perlu analisis ini ditambah dengan meneliti perilaku partai politik berinteraksi satu sama lain dan berinteraksi dengana unsur –unsur lain dari sistem itu. Analisis semacam ini yang dinamakan “sistem kepartaian”.(party system ) pertama kali di bentang oleh Maurice duverger dalam bukunya political parties . Duverger mengadakan klafikasi menurut tiga katagori, Berdasarkan jumlahnya terdapat tiga tipe sistem kepartaian, yaitu a. dominant party system (Partai Tunggal). Ada beberapa pengamat yang berpendapat bahwa istilah sistem sistem partai tunggal merupakan istilah yang menyangkal diri sendiri (contradictio in terminis )sebab suatu sistem selalu mengandung lebih dari satu bagian(pars). Dan istilah ini telah tersebar luas di kalangan masyarakat dan di pakai lebihh baik untuk partai yang benar –benar merupakan satu –satunya partai dalam suatu negara maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan suatu negara maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan diantara beberapa partai lain. Dalam katagori terakhir terdapat banyak variasi. Suasana kepartaian dinamakan nonkompetitif karena semua partai harus menerima pimpinan dari partai yang dominan ,dan tidak dibenarkan bersaing dengannya. Terutama di negara-negara yang baru lepas dari kolonialisme ada kecenderungan –kecenderungan kuat untuk memakai pola sistem partai tunggal karena pemimpinan (sering seorang pemimpin yang kharismatik ) dihadapan dengan masalah bagaimana meninstegrasikan berbagai golongan , daerah ,serta suku bangsa yang berbeda corak sosial serta pandangan hidupnya. Di indonesia pada tahun 1945 ada usaha mendirikan partai –tunggal sesuai dengan pemikiran yang ada pada saat itu banyak dianut dari negara-negara yang baru melepaskan diri dari rezim kolonial. Diharapkan paratai itu akan menjadi “motor perjuangan”. Akan tetapi sesudah beberapa bulan usaha itu di hentikan sebelum terbentuk secara kongkrit. Penolakan ini antara lain di sebabkan karena dianggap berbau fasis. b. Dwi-party system (sistem dua partai) dalam kepustakaan ilmu politik pengertian sistem dwi-partai biasanya di artikan bahwa ada dua partai diantara beberapa partai, yang berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam pemilihan umum secara bergiliran ,dan dengan demikian mempunyai kedudukan dominan. 5 Sistem dwi-partai pernah disebut a concervenient system for contented people dan memang kenyataan nya ialah bahawa sistem dwi tunggal dapat berjalan baik apabila terpenuhi tiga syarat , yaitu komposisi masyarakat mengenai asas dan tujuan sosial dan politik (political consensus),dan adanya kontinuitas sejarah (historical cantinuity).18 Pada umumnya dianggap bahwa sistem dwi partai lebih kondusif untuk terpeliharanya stabilitas karena adanya perbedaan yang jelas antara partai pemerintah dan partai oposisi. Sistem dwi partai umumnya di perkuat dengan di gunakan nya sistem pemilihan singlemember constituency (sistem distrik) dimana dalam setiap daerah pemilihan hanya dapat dipilih satu wakil saja. Sistem pemilihan ini cenderung menghambat pertumbuhan partai kecil,sehingga dengan demikian memperkokoh sistem dwi partai.20 Di indonesia pada tahun 1968 ada dua usaha untuk mengganti sistem multi-partai yang telah berjalan lama dengan sistem dwi-partai, agar sistem ini dapat membatasi pengaruh partai-partai yang telah lama mendominasi kehidupan politik. Beberapa ekses dirasakan menghalangi badan eksekutif untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik. Akan tetapi eksperimen dwi partai ini, sesudah di perkenalkan di beberapa wilayah ternyata mendapat tantangan dari partai –partaiyang merasa terancam eksistensinya. Akhirnya gerakan ini dihentikan pada tahun 1969. 18 Peter G.J Pulzer,Political Representation and Election in Britain (London :George Allen and Unwin Ltd., 1967),hal 41. 20 Duverger,political Parties,hlm.217 c. multiparty system (sistem partai banyak). Umumnya dianggap bahwa keanekaragaman budaya politik suatu masyarakat mendorong pilihan ke arah sistem multi-partai. Perbedaan tajam antara ras ,agama atau suku bangsa mendorong golongan-golongan masyarakat lebih cenderung menyalurkan ikatan-ikatan terbatasnya (primodial) dalam satu wadah yang sempit saja. Dianggap bahwa pola multipartai lebih sesuai dengan pluraritas budaya dan politik dari pada pola dwi partai. Sistem multi-partai jika dihubungkan dengan sistem pemerintahan parlementer,mempunyai kecenderungan untuk menitikberatkan kekuasaan pada badan legislatif,sehingga peran badan eksekutifsering lemah dan ragu –ragu. Hal ini disebabkan 6 karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk suatu pemerintahan sendiri ,sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan partai-partai lain. Partai yang berkoalisi harus selalu mengadakan musyawarah dan kompromi dengan mitranya dan kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan dari partai yang duduk dalam koalisi akan ditarik kembali ,sehingga mayoritas nya dalam parlemen hilang. Pola multi-partai umumnya diperkuat oleh sistem pemilihan yang berimbang (Proportional Representation) yang memberi kesempatan luas bagi pertumbuhan partai-partai dan golongan –golongan baru .21 Melalui sistem perwakilan berimbang partai-partai kecil dapat menarik keuntungan dari ketentuan bahwa kelebihan suara yang di peroleh nya di suatu daerah pemilihan dapat ditarik ke daerah pemilihan lain untuk menggenapkan jumlah suara yang di perlukan guna memenangkan satu kursi. Di indonesia mempunyai sejarah panjang dengan berbagai jenis sistem multi-partai. Sistem ini telah melalui beberapa tahap dengan bobot kompetitif yang berbeda-beda. Mulai 1989 indonesia berupaya untuk mendirikan suatu sistem multi-partai yang mengambil unsur –unsur positif dari pengalaman masa lalu,sambil menghindari unsur negatifnya. 21 Ibid.hlm245. lihat juga PJ.Oud,het Constitutioneel Recht van het Koninkrijk der Nederlanden (Zwolle :Tjeenk Willink,1947),Mid I,hlm 248. Buku dasar-dasar ilmu politik karangan Prof.Mariam Budiardjo/Edisi Revisi/Penerbit PT.GramediaPustakaUtama Jakarta ,2008/Hal.415.Hal.416.Hal.417.Hal 418 C. Sistem Pemilihan Umum Menurut G.Y Wolhoff terdapat dua sistem/tipe sistem pemilu yaitu: 1. Sistem pemilihan organis adalah sebuah kelompok yang dalam organ-organ individu, kelompok ini biasanya berdasarkan genekologis, lapisan masyarakat, organisasi kelembagaan. Dengan demikian pada sistem organik hak suara terletak pada kelompok. 2. Sistem pemilihan mekanik adalah melihat rakyat terdiri atas Individu-individu dimana hak suara berada pada masing-masing individu. Sistem pemilihan mekanis biasanya dibagi atas dua sistem yaitu sistem distrik dan sistem proporsional. 7 D. Sistem Perwakilan Berimbang Gagasan pokok sistem Perwakilan Berimbang (Proportional Representation) terletak pada sesuainya jumlah kursi parlemen yang diperoleh suatu golongan atau partai dengan jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat. Pada sistem ini negara dibagi dalam beberapa daerah pemilihan yang besar, dan setiap daerah pemilihan memilih sejumlah wakil sesuai dengan banyaknya penduduk dalam daerah pemilihan itu. Dengan demikian kekuatan suatu partai dalam masyarakat tercermin dalam jumlah kursi yang diperolehnya dalam parlemen, artinya dukungan masyarakat bagi partai itu sesuai atau proporsional dengan jumlah kursi dalam parlemen. a) Kelebihan Sistem Perwakilan Berimbang 1. Dianggap demokratis dan representatif, oleh karena semua aliran yang ada dalam masyarakat terwakili dalam parlemen, sedangkan jumlah wakil dalam badan itu sesuai dengan jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat dalam masing-masing daerah pemilihan, 2. Kemudian juga Dianggap lebih adil karena golongan kecil sekalipun mempunyai kesempatan untuk mendudukkan wakil dalam departemen; 3. Wakil rakyat yang dipilih dengan cara ini diharapkan lebih cenderung untuk mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan daerah; b) Kelemahan Sistem Perwakilan Berimbang 1. Mempermudah fragmentasi partai dan menimbulkan kecendrungan kuat di kalangan anggota untuk memisahkan diri dari partainya dan membentuk partai baru; 2. Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai daripada kepada daerah yang mewakilinya disebabkan partai lebih menonjol perannya daripada kepribadian seseorang; 3. Banyaknya partai yang bersaing menyulitkan suatu partai untuk meraih mayoritas (50%+1) yang perlu membentuk suatu pemerintahan. Terpaksa partai terbesar mengusahakan suatu koalisi dengan beberapa partai lain untuk memperoleh mayoritas dalam parlemen. Koalisi semacam ini sering tidak langgeng sehingga tidak membina stabilitas politik. 8 4. Biasanya sistem Perwakilan Berimbang ini sering dikombinasikan dengan beberapa prosedur lain antara lain dengan sistem daftar (List System), yang kemudian dibagi lagi menjadi sistem daftar tertutup dan sistem daftar terbuka. 5. Dalam sistem daftar tertutup setiap partai mengajukan satu daftar calon dan si pemilih memilih satu partai dengan semua calon yang dicalonkan oleh partai itu, untuk berbagai kursi yang diperebutkan. Kesimpulan. Kelemahan sistem ini, yakni tidak dikenalnya calon wakil oleh pemilih direvisi oleh sistem daftar terbuka dengan pemilih mencoblos wakilnya secara langsung dari daftar nama calon selain memilih tanda gambar. Kelebihan Proposional Terbuka 1. Representatif, dukungan masyarakat tercermin dalam jumlah wakil DPR; 2. Memberi peluang bagi orang yang disegani di daerah untuk mendapat tempat di DPR; 3. Anggota DPR akan lebih independen dan kedudukannya dalam hubungan dengan pimpinan partai dan tidak usah terlalu takut akan direcall jika berbeda pendapat dengan pimpinan partai dan pihak lain; Kedudukan yang lebih kuat dari masingmasing anggota DPR akan dapat meningkatkan kualitas DPR. c) Sistem Distrik Sistem distrik, merupakan sistem pemilihan yang paling tua didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis mempunyai satu wakil dalam parlemen. Untuk keperluan pemilihan, negara dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam parlemen ditentukan oleh jumlah distrik. Calon dalam satu distrik memperoleh yang menang adalah yang memperoleh suara terbanyak ,sedangkan suara-suara yang diberikan kepada calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimana kecil pun selisih kekalahannya. 1. Kelebihan Sistem Distrik 9 1. Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih biasanya dikenal oleh penduduk distrik, sehingga hubungannya dengan penduduk lebih erat. Dengan demikian dia akan lebih terdorong untuk memperjuangkan kepentingan distrik. Kedudukan terhadap partai lebih bebas, karen adalam pemilihan semacam ini faktor kepribadian seseorang merupakan faktor yang penting; 2. Lebih mendorong integrasi parpol karena kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Juga mendorong ke arah penyederhanaan partai secara ilmiah; 3. Sederhana dan mudah untuk diselenggarakan; 4. Terbatasnya jumlah partai dan meningkatnya kerjasama antar partai mempermudah terbentuknya pemerintahan yang stabil dan tercapainya stabilitas nasional. 2. Kekurangan Sistem Distrik : 1. Kurang menguntungkan bagi partai kecil dan golongan minoritas; 2. Kurang representatives, calon yang kalah dalam suatu distrik kehilangan semua suara yang mendukungnya(banyak suara yang hilang); 3. Bisa terjadi kesenjangan antara jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat dan jumlah kursi yang diperoleh atas parlemen, menguntungkan partai besar. E. HUBUNGAN SISTEM PEMILU DENGAN SISTEM KEPARTAIAN Dilihat dari Sistem pemilihannya dapat mempengaruhi jumlah dan ukuran relatif parpol di parlemen. Sistem pemilihan di negara yang menganut sistem dua partai berbeda dengan yang menganut multipartai. Mekanisme regulasi dalam sistem politik otoriter dan sentralistik berbeda dengan sistem demokrasi yang umumnya pembatasan dilakukan dengan memberikan prasyarat minimal. Artinya kebebasan mendirikan partai tetap dijamin sepenuhnya (dimensi substansi) tetapi disertai kondisionalitas agar kebebasan itu dapat dipertanggungjawabkan, terkontrol dan diterjemahkan dalam mekanisme politik (dimensi prosedural). Merupakan Sistem pemilihan yang menentukan keterpaduan internal dan disiplin masingmasing partai, sebagian sistem mungkin saja mendorong terjadinya faksionalisme, dimana beberapa sayap yang berbeda dari satu partai terus menerus bertentangan satu dengan lainnya, sementara sistem yang lain mungkin dapat memaksa partai-partai untuk bersatu suara dan menekan pembangkangan. 10 Dan sistem pemilihan umum juga bisa mengarah pada pembentukan koalisi atau pemerintahan satu partai dengan kendala yang dihadapi partai mayoritas. Dengan kata lain, sistem pemilihan bisa mendorong atau menghalangi pembentukan alinasi diantara partaipartai, yang pada gilirannya akan mempengaruhi iklim politik yang lebih luas. F. Hubungan Kepartaian dan Pemilu di Indonesia a. Massa Sistem Parlementer Pada masa berlakunya sistem parlementer, kombinasi yang digunakan adalah sistem pemilu proportional representation dan sistem multipartai. Pada masa ini, tidak hanya partai saja yang diberikan kesempatan menjadi kontestan pemilu, akan tetapi individu (Perorangan) juga diberi kesempatan untuk mencalonkan diri. Pemilu pada era ini dianggap sebagai pemilu yang paling demokratis selama pemerintahan di Indonesia. Walaupun demikian, partai politik yang dihasilkan melalui pemilu demokratis ini dianggap telah menyalahgunakan kesempatan berkuasa, karena terlalu mementingkan kepentingan serta ideologi masing-masing kelompok, sehingga gagal menciptakan suasana yang stabil yang kondusif untuk pembangunan secara berkesinambungan. Karena pendeknya usia setiap kabinet sebagai akibat ulahnya partai-partai, tidak mungkin bagi pemerintah menyusun dan melaksanakan suatu rencana kerja secara mantap. b. Masa Orde Lama Dektrit Presiden 4 Juli 1959 menghidupkan kembali UUD 1945, Soekarno dalam usaha membentuk demokrasi terpimpin menyatakan beberapa tindakan antara lain menyederhanakan sistem partai dengan mengurangi jumlah partai. Penyederhanaan dilakukan dengan mencabut Maklumat Pemerintah tertanggal 3 November 1945, melalui Penetapan Presiden (Penpres) Nomor 7 tahun 1959 ditetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh partai untuk diakui oleh pemerintah. Pada tahun 1960 jumlah partai yang memenuhi syarat tinggal 10 partai. c. Masa Orde Baru Orde Baru dengan sistem pemerintahan Presidensialisme, menerapkan sistem pemilihan proporsional dengan daftar tertutup kombinasi dengan sistem multipartai yang berangsur- 11 angsur disederhanakan. Selain sistem proporsional tertutup yang digunakan, modifikasi sistem pemilihan yang digunakan Orde Baru adalah melalui pengangkatan utusan golongan/daerah. Pada awalnya, penyederhanaan Sistem Multipartai Orde Baru dilakukan dengan suatu kompromi (Konsensus nasional) antara pemerintah dan partai-partai pada tanggal 27 Juli 1967 untuk tetap memakai sistem perwakilan berimbang, dengan beberapa modifikasi. Diantaranya, kabupaten dijamin sekurang-kurangnya 1 kursi, dan 100 anggota DPR dari jumlah total 460 diangkat dari ABRI (75), Non ABRI (25). Sistem distrik ditolak dan sangat dikecam parpol, dengan alasan karena tidak hanya dikhawatirkan akan mengurangi kekuasaan pimpinan partai, tetapi juga mencakup ide baru, seperti duduknya wakil ABRI sebagai anggota parlemen. Karena kegagalan usaha penyederhanaan partai ketika pemilihan, Orde Baru melakukan pengurangan dengan mengelompokkan dari 10 partai menjadi tiga partai pada tahun 1973, sehingga sejak pemilu 1977 hingga 1992 hanya ada tiga peserta pemilu yakni PPP, Golkar, dan PDI. d. Masa Reformasi Sistem Pemilu yang dianut adalah sistem proporsional (perwakilan berimbang) dengan daftar calon terbuka untuk memilih DPR dan DPRD, sedangkan untuk memilih Dewan Perwakilan Daerah (DPD) menggunakan sistem distrik sistem distrik berwakil banyak. Sistem Pemilu ini digunakan sebagai evaluasi sistem yang diterapkan pada masa Orde Baru, dengan harapan rakyat agar pemilihan calon yang diajukan oleh partai politik (parpol) lebih dikenal oleh pemilihnya. Pembatasan pada masa ini dilakukan dengan mekanisme kuota (Threshold)[8], yaitu dengan mencantumkan prasyarat Partai Politik Peserta Pemilu harus memperoleh sekurang-kurangnya 3% jumlah kursi di DPR, atau memperoleh sekurang-kurangnya 4% jumlah kursi DPRD Provinsi yang tersebar sekurang-kurangnya (setengah) dari jumlah provinsi seluruh Indonesia, atau memperoleh sekurang-kurangnya 4% jumlah kursi DPRD Kabupaten/Kota yang tersebar di kabupaten/kota seluruh Indonesia untuk dapat mengikuti Pemilu berikutnya.1 1 http://www.slideshare.net/niarellyanti/hubungan-kepartaian-dan-pemilu 12 G. Kesiapan Parpol Menjelang Pemilu 2014 Partai Politik atau gabungan paratai politik wajib membuka kesempatan yang seluasluasnya bagi bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 dan selanjutnya. Memproses bakal calon dimaksud melalui mekanisme yang demokratis dan transparan.1 (Pasal 59 (3) UU No.32 tahun 2004 tentang pemda) a. b. c. d. e. f. Penetapan daftar pemilih Pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah/wakil kepala daerah Kampanye Pemungutan suara Penghitungan suara Penetapan pasangan calon kepala kepala daerah/wakil kepala daerah terpilah, pengesahan dan pelantikan Pasal 65 (4) Tata cara pelaksanaan masa persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tahap pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada pasal (3) diatur KPUD dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kedudukan Partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi. Secara umum ada empat fungsi partai politik, antara lain: a. Sebagai sarana komunikasi politik Dalam hubungannya dengan komunikasi politik, partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideology sosial dengan lembaga pemerintah yang resmi dan yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat b. Sebagai sarana sosialisasi politik Terkait dengan sosialisasi politik ini, partai juga berperan sangat penting dalam rangka pendidikan politik. c. Sebagai sarana sekrutmen politik Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. d. Sebagai sarana pengatur kKonflik (Conflict Management) Sebagai pengatur atau pengelola konflik (conflict management) partai berperan sebagai sarana agregasi kepentingan (aggregation of interests) yang menyalurkan ragam kepentingan yang berbeda-beda itu melalui saluran kelembagaan politik partai.2 1 Pasal 2 59 (3) UU No.32 tahun 2004 tentang pemda http://azzaiinh.blogspot.co.id/2013/12/geliat-partai-politik-menjelang-pemilu_19.html 13 1. Persiapan Partai politik Menjelang Pemilu 2014 Menjelang pemilihan umum ,partai politik yang berlomba-lomba untuk mencalonkan salah satu pasangan dari setiap partai untuk menjadi calon pemimpin bangsa Indonesia , dengan adanya perlombaan ini untuk merebut tahta kepemimpinan setiap partai politik melakukan berbagai cara agar calon pasangan mereka bisa terpilih menjadi calon presiden dan wakil presiden tahun 2014 . Bermacam cara yang mereka lakukan untuk dapat menjadi presiden dan wakil presiden Republik Indonesia tahun 2014, setiap pasangan calon presiden dan wakil presiden dari salah satu partai politik melakukan suatu hal yang serupa dilakukan oleh pasangan yang sebelumnya yang melakukan ini yang secara turun-temurun yaitu berkampanye, berkampanye adalah salah satu aktivitas yang dilakukan oleh calon pasangan presiden dan wakil presiden menjelang pemilihan umum setiap tahunnya. Ini adalah salah satu cara agar mereka bisa mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan umum tahun 2014 ini, biasanya yang dilakukan dalam kampanye-kampanye dalam setiap calon presiden dan wakil presiden tersebut adalah dengan menjanjikan sesuatu hal, misalnya : Jika saya terpilih dan mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan umum pada tahun 2014 ini saya dan wakil saya akan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan dan membuka lapangan pekrjaan. Ujarnya. Janji yang diungkapan kan calon presiden dan wakilnya itu hanyalah sekedar janji, tidak sesuai dengan fakta yang terjadi sekarang masih banyak yang miskin dan masih banyak pengganguran. Menjelang pemilu 2014 ini banyak kejanggalan yang terjadi, salah satu saja yang saya ketahui adalah partai politik merajuk minta dana untuk kampanye naik hal ini beralasan agar partai politik tidak lagi terus-terusan dikuasai kepentingan para penyumbang dana, karena penyumbang dana ini hanya ingin mengejar kekuasaan. Dana yang disumbangkan oleh Negara untuk setiap calon pasang presiden dan wakil presiden disetiap partai sebesar 1,3% dari total seluruh pengeluaran partai, oleh karena itu setiap partai mengajukan agar dinaikan menjadi 5%. 2. strategi-strategi Partai Politik Menjelang Pemilu 2014 Saat ini seperti yang kita ketahui, banyak Partai Politik di Indonesia mulai bergeliat untuk merebut hati rakyat. Strategi yang mereka pakai pun berbeda satu dengan yang lain, strategi-strategi yang mereka usung memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari kelebihan dan kekurangan itu kita dapat melihat partai mana yang memiliki prospek cerah dalam Pemilu mendatang. Yang pertama, adalah partai pemerintah yaitu partai Demokrat, beberapa bulan terkahir partai Demokrat dilanda kasus terus menerus. Yang terakhir adalah kasus korupsi BP migas, tetapi mereka mengambil langkah yang cukup tepat dengan mengadakan konvensi pemilihan presiden. Konvensi pemilihan presiden membuat rakyat mengalihkan perhatian kembali ke Demokrat, sekaligus membuat rakyat lupa tentang kasus-kasus yang melanda Demokrat. Apakah Strategi ini akan membuahkan hasil atau tidak, Demokrat harus cekatan dalam membangun momentum yang dihasilkan oleh konvensi ini. Kedua, PDI perjuangan, PDIP bisa dikatakan sebagai Partai yang memiliki kartu truf dalam pemilu 2014. Mengapa?tidak lain tidak bukan karena faktor adanya Jokowi. Pada saat ini memang Jokowi belum didaftarkan baik sebagai capres ataupun cawapres, tetapi rakyat menjadi penasaran dengan keadaan ini. Tidak sedikit yang menggantungkan iman mereka kepada PDI-P hanya untuk mendorong pencalonan Jokowi. Saat ini PDI-P mendapatkan hati 14 dari banyak orang, terutama para pekerja karena mereka percaya kepada keluguan dan (mungkin) kejujuran Jokowi.Sekarang kita tinggal menunggu langkah apa yang akan dilakukan ibu Megawati, jika ia memutuskan untuk menggunakan kartu trufnya, maka bisa dipastikan PDI-P akan menjadi penantang yang paling berpeluang dalam pemilu ini. Ketiga, Hanura, partai yang menjadi kuda hitam terbaru dalam perlombaan menuju tahun politik 2014. Ibaratnya, partai ini seperti ketiban berkat dari langit, mengapa saya katakan seperti itu?karena masuknya pengusaha besar Indonesia, Hary Tanoesodibjo, yang biasa disapa HT. HT merupakan berkat bagi Hanura, yang pertama karena kekuatan finansial HT yang sudah kita ketahui. Kedua, karena HT merupakan pengusaha etnis keturunan yang berpasangan dengan Wiranto, ini membuat sebagian publik akan berpikir bahwa pasangan ini adalah versi nasional dari pasangan Jokowi-Ahok di Jakarta.Sekarang Hanura sedang merangkak naik dengan merebut suara rakyat, dengan kekuatan finansial dan figur ‘kebapaan’ Wiranto, kesempatan yang dimiliki Hanura dalam pemilu mendatang menjadi tidak terbatas. Keempat, Golkar, partai yang merupakan salah satu partai favorit di Indonesia. Golkar memang belum menunjukan taringnya di dunia media maupun di kota-kota ternama di Indonesia, tetapi saya percaya mereka bergerak dengan baik di kota-kota kecil dan di kalangan pekerja di Indonesia. Walaupun bisa dibilang Golkar belum mempunyai figur yang kuat dalam diri Aburizal Bakrie, tapi bayang-bayang kepresidenan pak Soeharto masih membekas di hati masyarakat Indonesia. Kelima, Gerindra, partai Gerindra merupakan partai yang mempunyai image paling dinamis saat ini. Dengan strategi menjajah media online, dan kaum muda, partai ini terus membangun momentum setiap harinya. Namun, Gerindra tidak bisa terbang hanya dengan satu sayap saja, sayap yang satu lagi yaitu pergerakan dari figur terkuat Gerindra, Prabowo Subianto, harus juga berjalan. Saat ini publik sedang bertanya tanya apakah Prabowo Subianto bisa dijadikan tumpuan bangsa ini?pertanyaan seperti ini muncul karena kurangnya kegiatan aktif dari Prabowo Subianto untuk mengenalkan diri kepada publik. Kasarnya situasi yang terjadi saat ini adalah “saya mau pilih, tapi saya tidak mengenal orang ini siapa, dan apa yang telah dia lakukan untuk bangsa ini”.1 1 http://azzaiinh.blogspot.co.id/2013/12/geliat-partai-politik-menjelang-pemilu_19.html 15 Sumber Refrensi. Joseph Lapalombara dan Myron Welner,Political Parties and Political Developmrnt(Princeton :Princeton University Press,1966) G.Santori,Parties and Party System:A Framework for Analysis (Cambridge:Cambridge University Press 1976). Buku dasar-dasar ilmu politik karangan Prof.Mariam Budiardjo/Edisi Revisi/Penerbit PT.GramediaPustakaUtama Jakarta ,2008/Hal.397 Peter G.J Pulzer,Political Representation and Election in Britain (London :George Allen and Unwin Ltd., 1967),hal 41. Duverger,political Parties,hlm.217 http://www.slideshare.net/niarellyanti/hubungan-kepartaian-dan-pemilu Pasal 59 (3) UU No.32 tahun 2004 tentang pemda http://azzaiinh.blogspot.co.id/2013/12/geliat-partai-politik-menjelangpemilu_19.html Ibid.hlm245. lihat juga PJ.Oud,het Constitutioneel Recht van het Koninkrijk der Nederlanden (Zwolle :Tjeenk Willink,1947),Mid I,hlm 248. http://azzaiinh.blogspot.co.id/2013/12/geliat-partai-politik-menjelangpemilu_19.html Buku dasar-dasar ilmu politik karangan Prof.Mariam Budiardjo/Edisi Revisi/PenerbitPT.GramediaPustakaUtamaJakarta,2008/Hal.415.Hal.416.Hal.417. Hal 418. 16