BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Pemasaran Dan Customer

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1
Konsep Pemasaran Dan Customer Value
2.1.1 Definisi Pemasaran, ruang lingkup pemasaran
2.1.1.1 Pengertian
Pemasaran menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Tetapi kebanyakan orang telah
salah mengartikan dan menganggapnya bahwa pemasaran sama dengan penjualan
dan
promosi. Ini bukan berarti bahwa penjualan dan promosi menjadi tidak penting, tetapi
keduanya lebih merupakan bagian dari bauran pemasaran yang lebih luas. atau seperangkat
fungsi pemasaran yang harus dimanfaatkan untuk meraih dampak maksimum dipasar.
Penjualan hanyalah fungsi puncak pemasaran. Penjualan hanya merupakan salah satu
dari beberapa fungsi pemasaran, dan seringkali bukan merupakan fungsi terpenting. Apabila
pemasaran melakukan fungsi pemasaran dengan baik seperti mengidentifikasikan kebutuhan
konsumen, mengembangkan produk yang tepat, menetapkan harga, melaksanakan distribusi
dan promosi secara efektif, barang-barang akan laku dengan sendirinya.
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa
yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli (Stanton dalam Swastha 2002:179). Menurut
Kotler (2005:10) mendefinisikan Manajemen Pemasaran sebagai berikut:
”Manajemen
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial, dengan proses itu individu dan kelompok
mendapat apa yang di butuhkan dan
Disebagian besar masyarakat, pemasaran sering diartikan sebagai proses penjualan
barang dan jasa, tetapi apabila dilihat lebih mendalam pengertian pemasaran mempunyai
aspek yang lebih luas dari pada pengertian tersebut.
Pelaku bisnis sasaran fundamental dari bisnis mereka adalah kelangsungan hidup,
laba, dan pertumbuhan. Pemasaran memberikan kontribusi secara langsung untuk mencapai
sasaran ini. Pemasaran terdiri dari kegiatan berikut: menilai keinginan dan kepuasan
konsumen saat ini dan calon konsumen, mendesain dan mengatur penawaran produk,
menentukan harga dan kebijakan harga, mengembangkan strategi distribusi, dan melakukan
komunikasi dengan konsumen saat ini dan calon konsumen.
Berikut ini adalah pendapat ahli mengenai pengertian pemasaran: Pemasaran adalah
proses sosial dimana dengan prose situ, individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk dan jasa yang
bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005:10).
Disamping itu menurut Alma (2004:1), pemasaran adalah segala kegiatan untuk
menyampaikan barang – barang ke tangan (rumah tangga) dan ke konsumen industri, tetapi
tidak termasuk kegiatan perubahan bentuk barang.
Sasaran dari semua aktivitas pemasaran adalah memfasilitasi pertukaran yang saling
memuaskan di antara pihak – pihak yang terlibat. Aktivitas pemasaran meliputi penyusunan
konsep, penentuan harga, promosi, dan distribusi atas sejumlah ide, produk, dan jasa.
2.1.2.2 Manajemen Pemasaran
Bertolak dari definisi yang telah di kemukakan di atas maka dapat disimpulakan
bahwa pemasaran merupakan suatu system dari kegiatan bisnis yang saling berhubungan dan
dapat ditunjukan untuk merencanakan, mendistribusikan dan mempromosikan barang dan
jasa yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.
Kegiatan pemasaran haruslah dikoordinasikan dan dikelola dengan baik, maka dikenal
istilah manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu untuk memilih
pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan, dan menambah jumlah pelanggan
melalui penciptaan, penyampaian, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul
(Kotler, 2005:11).
Manajemen
pemasaran
adalah
kegiatan
menganalisa,
merencanakan,
mengimplementasikan, dan mengawasi segala kegiatan (program), guna memperoleh tingkat
pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dalam rangka mencapai tujuan
organisasi (Alma, 2004:130).
2.1.2.3 Bauran Pemasaran (Marketing mix)
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan tool atau alat bagi marketer yang
terdiri dari beberapa elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar
implementasi strategi pemasaran dan positioning yang telah ditetapkan dapat berjalan sukses
(Lupiyoadi : 2001). Bauran pemasaran jasa mencakup 7P : product (produk), price
(harga), promotion (promosi), place (lokasi), people (orang), proses (proses), dan
physical evidence (sarana fisik).
Tetapi untuk penelitian ini, penulis hanya mengambil berapa variabel saja yaitu:
Produk, promosi, lokasi/ tempat, proses, dan bukti fisik.
1. Produk (Product)
Produk jasa menurut Kotler (2000 : 428) merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau
dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.
Strategi bauran pemasaran, yang perlu diperhatikan pertama kali adalah strategi produk.
Hal ini penting karena tanpa adanya produk, strategi bauran pemasaran lainnya tidak
dapat dilakukan. Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk
memenuhi keinginan atau kebutuhan.
Selanjutnya perlu diperhatikan strategi produk untuk produk yang telah ada (existing
product). Ada beberapa strategi untuk existing product, yaitu; penurunan biaya, ciri,
mutu, perubahan strategi pemasaran, dan eliminasi produk.
2. Promosi (Promotion)
Promosi menurut Alma (2004 : 179) adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yang
merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/
membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar
bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan. Promosi adalah salah satu unsur dalam marketing mix yang tidak dapat
diabaikan dalam suatu proses penjualan. Dalam usaha menunjang penjualan suatu produk
dan memperkenalkannya kepada orang lain atau konsumen, serta menarik konsumen
untuk membeli produk, maka diperlukan suatu usaha untuk mempromosikan produk
tersebut.
Promosi selain mempunyai manfaat dalam memperkenalkan produk baru, juga penting
sekali dalam hal mempertahankan selera konsumen untuk tetap mengkonsumsi produk
yang sudah ada. Namun, betapapun gencarnya kegiatan promosi yang dilakukan
perusahaan, perlu pula didukung oleh harga dan kualitas dari produk yang dipromosikan,
sehingga tujuan perusahaan untuk mencapai volume penjualan serta market share akan
tercapai.
Hal ini lebih jelas lagi seperti yang dikatakan oleh Kasmir (2004:19), biasanya sebuah
lembaga usaha melakukan empat sarana promosi yaitu:
a.
Periklanan (Advertising)
Iklan merupakan sarana promosi yang digunakan oleh setiap lembaga usaha guna
menginformasikan, menarik dan mempengaruhi konsumen. Media yang dapat
dilakukan seperti pemasangan billoard di jalan-jalan strategis, pencetakan brosur
baik disebarkan di setiap cabang atau pasar pembelanjaan, pemasangan spanduk,
melalui koran, majalah, radio, televisi, dan media lainnya.
Adapun pertimbangan penggunaan media yang akan dipakai untuk pemasangan
iklan di suatu media antara lain:
1) Jangkauan media yang akan digunakan
2) Sarana atau konsumen yang dituju
3) Biaya yang dikeluarkan
b.
Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Tujuan promosi penjualan untuk meningkatkan penjualan atau meningkatkan
jumlah konsumen. Bagi lembaga usaha atau perusahaan promosi penjualan dapat
dilakukan melalui:
1)
Pemberian diskon khusus (special rate) untuk pembeli yang relatif berada
ditempat saat itu dengan waktu tertentu.
2)
Pemberian intensif kepada setiap konsumen yang memiliki jumlah belanja
yang cukup besar.
3)
Pemberian cendramata, hadiah serta kenang-kenangan lainnya kepada
konsumen yang loyal, serta promosi penjualan dan penjualan lainnya.
c.
Publitas (Publicty)
Publitas merupakan kegiatan promosi untuk memancing konsumen melalui kegiatan
seperti pemeran, bakti sosial dan kegiatan lainnya.Kegiatan publitas dapat
meningkatkan pamor perusahaan. Untuk itu kegiatan publitas perlu dilakukan lebif
sering dengan mempertimbangakan hal-hal tertentu seperti biaya yang diperlukan
dan juga konsumen yang ditargetkan.
d.
Penjualan Pribadi (Personal Sales)
Penjualan pribadi lebih banyak dilakukan oleh petugas customer service pada dunia
usaha. Dalam hal ini customer service memegang peranan sebagai pembinaan
hubungan dengan masyarakat atau public relation.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan promosi adalah suatu upaya merubah
pandangan (image) konsumen terhadap suatu produk yang dipasarkan sehingga
konsumen memiliki keinginan untuk membeli dan memakai produk dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
3. Lokasi (Place)
Saluran lokasi merupakan salah satu unsur dalam bauran pemasaran yang memegang
peranan penting dalam hal melokasikan barang dan melancarkan arus barang dari
produsen ke konsumen. Penlokasian barang dari produsen sampai ke konsumen akhir
tidaklah mudah untuk dilakukan tanpa adanya saluran lokasi yang memadai. Apalagi
untuk dapat menjangkau suatu pasar yang luas, dalam hal ini membutuhkan berbagai
macam perantara atau saluran lokasi yang dapat menyampaikan barang sampai ke tangan
konsumen. Lokasi pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok jasa kepada pelanggan
yang dituju merupakan keputusan kunci. Keputusan mengenai lokasi pelayanan yang
akan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan
dan dimana itu akan berlangsung.
4. Proses (Process)
Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal
pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal-hal rutin di mana jasa dihasilkan dan
disampaikan kepada konsumen.
Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti
pelanggan jasa akan sering merasakan system penyerahan jasa sebagai bagian dari jasa itu
sendiri. Selain itu keputusan dalam manajemen operasi adalah sangat penting untuk
suksesnya pemasaran jasa.
5. Bukti Fisik (Physical Evidance)
Sarana fisik ini merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Unsur-unsur
yang termasuk dalam physical evidence antara lain lingkungan phisik, dalam hal ini
bangunan fisik, perabotan/peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lain
yang disatukan dengan service yang diberikan seperti tiket, sampul, label, dan lain
sebagainya. Selain itu suasana dari perusahaan yang menunjang seperti visual, aroma,
suara, tata ruang, dan lain-lain.
Lovelock (2005) mengemukakan bahwa perusahaan melalui tenaga pemasarnya
menggunakan tiga cara dalam mengelola bukti fisik yang strategis, yaitu sebagai berikut :
a. An attention-Creating medium.
Perusahaan jasa melakukan differensiasi dengan
pesaing dan membuat sarana fisik semenarik mungkin untuk menjaring pelanggan
dari target pasarnya.
b. As a message-creating medium. Menggunakan symbol atau isyarat untuk
mengkomunikasikan secara intensif kepada audiens mengenai kekhususan kualitas
dari produk jasa.
c. An effect-creating medium. Baju seragam yang berwarna, bercorak, suara dan desain
untuk menciptakan sesuatu yang lain dari produk jasa yang ditawarkan.
2.1.2 Customer Value
Setiap orang selalu berpikir untuk bagaimana sebuah produk yang diperoleh dapat
memberikan implikasi atas pengeluaran yang dialami. Pada posisi ini, maka yang terpenting
adalah upaya untuk mempertahankan produk sebagiamana keinginan dan minat dari
konsumen itu sendiri. Nilai pelanggan ini dapatlah diartikan sebagai dampak atas apa yang
dikeluarkan oleh konsumen terhadap produk. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini lebih detail
dibahas tentang customer value.
Lovelock (2005: 21) mengatakan banhwa value adalah suatu nilai yang diperoleh dari
benda atau jasa tergantung dari keperluan seseorang pada suatu wkatu tertentu. Sedangkan
Schiffman dan Kanuk (2004:14) mendefinisikan customer value sebagai rasio antara manfaat
yang didapat oleh konsumen baik secara ekonomi, fungsional maupun psikologis terhadap
sumber sumber (uang, waktu, tenaga, maupun psikologis) yang digunakan untuk memperoleh
manfaat-manfaat tersebut. Hal ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Kotler
yang merumuskan cara penghitungan value sebagai berikut:
Manfaat produk berhubungan dengan keandalan, daya tahan, kinerja dan nilai jual
kembali dari produk atau jasa yang ditawarkan. Manfaat pelayanan adalah sejauh mana
produk atau jasa tertentu yang ditawarkan berhubungan dengan hal penyampaian, pelatihan,
serta daya tangkap dalam melayani pelanggan termasuk ke dalam menfaat karyawan,
sedangkan manfaat citra berhubungan dengan kesan atau opini yang selama ini konsumen
dapat mengenai perusahaan yang menghasillkan produk atau jasa tersebut.
Di samping manfaat yang dirasakan, terdapat juga pengorbanan yang harus
dikeluarkan oleh pelanggan yang turut menentukan nilai pelanggan. Adapun pengorbanan
tersebut adalah pengorbanan moneter, yaitu pengorbanan yang harus dikeluarkan pelanggan
dalam bentuk unit moneter, yang dalam hal ini adalah harga dari produk atau jasa tertentu
serta pengorbanan non moneter seperti waktu, energy dan psikologis. Pengorbanan waktu
adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh pelanggan sehubungan dengan lamanya
waktu yang harus ditempuh pelanggan dalam mengkonsumsi produk atau jasa tertentu.
Pengorbanan
energy
berhubungan
dengan
tingkat
kemudahan
pelanggan
dalam
mengkonsumsi produk atau jasa tertentu, sedangkan pengorbanan psikologis adalah tingkat
kekecewaan yang muncul dan harus dihadapi oleh pelanggan pada waktu mengkonsumsi
produk atau jasa tertentu.
Selanjutnya Albrecht (1994: 137) medefinisikan customer value “it is mind ware
created by the hardware and software you provide. It’s the customer’s perception of specific
need fulfillment. It’s the end condition that the customer considers worthy on his or her
approval. The value is the end in the result perceived by the customer”. Pernyataan tersebut
menjelaskan bahwa customer value merupakan suatu persepsi dari konsumen terhadap
pemenuhan kebutuhan tertentu. Nilai adalah akhir dari solusi yang diterima oleh konsumen.
Jika dipelajari lebih lanjut customer value tersebut memiliki suatu tingkatan-tingkatan yang
membentuknya.
Menurutu Naumann (1995: 15) “the most important success factor for a firm is the
ability to deliver better customer value than the competition”. Pernyataan tersebut
menjelaskan bahwa dalam persaingan yang semakin ketat saat ini, suatu badan usaha harus
dapat memberikan suatu nilai yang lebih baik kepada konsumen daripada pesaingpesaingnya. Oleh karena itu customer value penting bagi setiap badan usaha.
Sedangkan menurut Treacy dan Wiersema (1995:19-20) “customer value is the sum
of benefit received minus the cost incurred by the customer in acquiring a product or service.
Benefit build value to the extent that the product or service improves the customer’s
performance, and the time spent on delays, errors, and effort. Both tangible and intangible
costs reduce value”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa customer value merupakan
jumlah dari manfaat yang diterima oleh konsumen dikurangi dengan biaya-biaya yagn
dikeluarkan untuk mendapatkan suatu produk atau jasa. Manfaat-manfaat tersebut akan
menciptakan customer value bagi konsumen, sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
konsumen akan mengurangi customer value.
Jadi dapat disimpulkan bahwa customer value ini pada dasarnya adalah persepsi dari
konsumen mengenai manfaat yang diterima oleh konsumen dikurangi dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk suatu produk atau pelayanan sehingga dapat memberikan nilai yang
lebih baik daripada pesaing-pesaingnya.
Menurut Naumann (1995:17) “the customer value triad consists of only three things:
product quality, service quality and value-based prices”.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa customer value terdiri dari 3 hal yaitu:
1)
Mutu produk
2)
Mutu layanan
3)
Harga
“good costumer value can be achieved only when product quality, service quality, and valuebased prices are in harmony”. Customer value yang baik dapat tercapai apabila mutu produk,
mutu layanan dan harga yang berjalan secara harmoni. Dan untuk lebih jelasnya memahami
tiga hal pokok tersebut, peneliti dapat menjabarkan sebagai berikut:
1. Mutu Produk
Mutu produk adalah persepesi konsumen atas keseluruhan cirri atau sifat produk yang
berpengaruh pada kemampuannya dalam memenuhi kepuasan konsumen tersebut
(Lockwood, 1996:4).
West, Wood dan Harger (1965:54) menyatakan bahwa standar kualitas makanan,
meskipun sulit untuk didefinisikan dan tidak dapat diukur secara mekanik, masih dapat
dievaluasi lewat nilai nutrisinya, tingkat bahan yang digunakan, rasa, dan penampilan dari
produk. Meskipun demikian, terdapat perbedaan pendapat mengenai pengaplikasian
criteria-kriteria tersebut pada setiap makanan. Beberapa factor yang mempengaruhi
pendapat masing-masing orang tentang criteria-kriteria tersebut antara lain: usia,
latarbelakang dan social ekonomi, pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan
makanan, pendidikan dan pengetahuan ilmiah serta emosi.
2. Mutu Pelayanan
Menurut Parasuraman dan Berry (1991) “mutu/kualitas pelayanan didefinisikan sebagai
persepsi konsumen terhadap keunggulan dari suatu pelayanan, maka untuk mengevaluasi
kualitas pelayanan salah satu kriterianya adalah apakah kualitas pelayanan yang diberikan
oleh perusahaan sesuai dengan persepsi konsumen maka dapat dikatakan bahwa
pelayanan tersebut berkualitas, demikian pula sebaliknya”. Selain itu, Parasuraman dan
Berry menemukan bahwa tingkat kualitas layanan yang baik, tercapai bila penyedia jasa
mampu memenuhi bahkan melebihi apa yang menjadi harapan dari konsumen. Maka
Parasuraman dan Berry juga mendefinisikan mutu/kualitas pelayanan sebagaimana yang
dirasakan oleh konsumen adalah seberapa besar perbedaan antara harapan atau keinginan
konsumen dengan persepsi atau kenyataan yang dialami.
Definisi mutu/kualitas layanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan
serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi harapan konsumen. Menurut
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (dalam Lovelock, 2002:218-219) mutu/kualitas
layanan adalah tingkat keunggulan yan diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. Ada dua factor utama yang
mempengaruhi mutu/kualitas layanan yaitu expected service dan perceived service.
3. Harga
Menurut Swastha (2002:211) harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang
kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
beserta pelayanannya”.
Penentuan harga ini merupakan salah satu keputusan yang penting bagi menajamen.
Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua ongkos, atau bahkan lebih dari itu
yaitu untuk mendapatkan jasa. Tetapi jika harga ditentukan terlalu tinggi akan berakibat
kurang menguntungkan. Dalam hal ini pembeli akan berkurang, volume penjualan
berkurang, semua biaya mungkin tidak dapat ditutup dan akhirnya perusahaan bisa
menderita rugi. Salah satu prinsip bagi manajemen dalam penentuan harga ini adalah
menitikberatkan pada kemauan pembeli untuk harga yang telah ditentukan dengan jumlah
yang cukup untuk menutup ongkos-ongkos dan menghasilkan laba.
Dalam kenyataan menurut Swastha dan Sukotjo (2002:211-215), tingkat harga yang
terjadi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti:
1. Keadaan perekonomian
Keadaan perekonomian akan sangat berpengaruh pada tingkat harga yang berlaku,
terutama bila dilihat pada saat Negara mengalami resesi.
2. Penawaran dan permintaan
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga
tertentu. Penawaran adalah kebalikan dari permintaan, yaitu suatu jumlah yang
ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu.
3. Elastisitas permintaan
Besar kecilnya permintaan mempengaruhi tingkat harga. Semakin besar permintaan,
maka harga barang akan mengalami perningkatan. Sebaliknya semakin kecil
permintaan, maka harga barang akan menurun atau tidak berubah.
4. Persaingan
Semakin ketatnya persaingan mendorong penjual untuk mempertahankan harga yang
telah ditetapkan. Selain itu, untuk beberapa kasus, penjual dapat menaikan atau
menurunkan harga agar tetap mampu bersaing.
5. Biaya
Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang akan
mempengaruhi harga jual barang tersebut dipasaran.
6. Tujuan perusahaan
Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang akan
dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai tujuan yang sama dengan
perusahaan lainnya. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut antara lain:
-
Laba maksimum
-
Volume penjualan tertentu
-
Penguasaan pasar
-
Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu.
7. Pengawasan pemerintah
Pengawasan pemerintah juga merupakan factor penting dalam penentuan harga.
Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk penentuan harga
maksimum dan minimum, diskriminasi harga, serta praktek-praktek lain yang
mendorong atau mencegah usaha-usaha ke arah monopoli.
Sekarang ini telah terasa makin banyaknya perusahaan yang menghitung harga jual
mereka berdasarkan nilai / citra yang dirasakan oleh konsumen terhadap produk dan
bukannya biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan sebagai titik tolak penetapan
harga. Dengan demikian harga ditentukan dengan tujuan membina dan mempertahankan
nilai / citra yang dirasakan / diakui. (Kotler, 2004:149).
Didalam mempelajari perilaku konsumen dalam melakukan pembelian, maka seorang
pemasar harus mengerti hal-hal yang berkaitan dengan penetapan harga. Terdapat 3 cara
dalam strategi penetapan harga menurut Engel (1994:354) yaitu:
 Penetapan harga di atas harga pasar untuk suatu produk yang sama;
 Penetapan harga dibawah harga pasar;
 Penetapan harga sama atau mendekati harga pasar.
Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah
uang yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang diabil dari sisi produsen
dan konsumen dalam rangka mencapai tujuan tertentu yang dikenakan pada suatu produk
atau layanan.
2.1.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian sangat penting dalam penelitian kuantitatif. Karena merupakan
simpulan awal terhadap suatu masalah. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2004).
Menurut Fathoni (2006:20) hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang harus di dibuktikan kebenarannya dikemudian hari. Hipotesis penelitian
adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji
secara empiris. Dalam rangka penelitian yang disajikan, hipotesis ini merupakan rangkuman
dari kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelahan kepustakaan. Hipotesis merupakan
jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan
paling tinggi kebenarannya. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas dan dengan
fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah diduga ada “pengaruh marketing Mix
terhadap Costumer Value di Toko Nusa Kurnia Gorontalo”.
2.14
Penelitian Terdahulu
Selanjutnya, peneliti dapat menampilkan referensi lain dalam bentuk hasil penelitian
sebagai informasi peneliti dalam menganalisis masalah dalam penelitian. Berikut daftar
penelitian terdahulu yang disertai dengan hasil peneliti :
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Fitri Komalasari Pengaruh
Bauran
(2010)
Pemasaran
Terhadap
keputusan Pembelian
Produk Handphone
Nokia Eseries
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bauran pemasaran yang terdiri dari
produk, harga, distribusi/tempat, dan
promosi secara simultan berpengaruh
terhadap keputusan pembelian.
Secara parsial, hanya harga dan
distribusi/tempat yang berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
pembelian produk handphone Nokia
Eseries. Harga merupakan variable
yang paling dominan pengaruhnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa bauran pemasaran yaitu produk,
harga, distribusi/tempat dan promosi
mampu mempengaruhi konsumen
untuk membuat keputusan membeli
suatu produk.
Lambok Maria
Hutabarat
(2006)
Prioritas bauran pertama bagi restoran
Pizza Hut adalah bauran produk. Maka
restoran pizza lebih memprioritaskan
pengembangan
usahanya
lewat
pengembangan produk jasanya, baik
dengan mengembangkan produk nyata
(tangible product) lewat makanan
yang disajikan, maupun dengan
mengembangkan produk tidak nyata
(intangible product) lewat orang atau
SDM yang memberikan pelayanan.
Diharapkan
dengan
keberhasilan
dalam memberikan produk terbaik dan
pelayanan lewat SDM yang terlatih
maka restoran mampu meraih pangsa
Analisis
Bauran
Pemasaran Restoran
Pizza (Studi Kasus di
Pizza Hut, Padjajaran 29,
Bogor)
pasar yang lebih luas.
Prioritas utama pengembangan bauran
produk adalah perentangan lini produk
(bobot
0,7215)
dengan
cara
menganekaragamkan produk dalam
hal ukuran, harga, serta variasi jenis
dan rasa. Komposisi dasar pizza
seperti roti dan saus asli pizza tetap
dipertahankan
agar
tidak
menghilangkan keasliannya, yang
perlu direntangkan adalah tambahan
variasi topping pizza, sehingga bisa
menambah variasi dari jenis dan rasa
pizza, agar pelanggan memiliki
peluang yang lebih luas untuk bisa
melakukan pemilihan produk yang
sesuai dengan seleranya.
Hotniar
Siringoringo
(2004)
Peran Bauran Pemasaran
terhadap Perilaku
Pembelian Konsumen
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
bauran
pemasaran
mempengaruhi perilaku pembelian
tersebut. Penelitian ada yang dilakukan
terhadap konsumen di lokasi yang
berbeda, baik beda negara maupun
beda kota tempat tinggal.
Fransiska
Subari (2010)
Pengaruh
Customer
Value Dan Customer
Relationship Terhadap
Customer Loyalty Di
Exsa English Course
Bandung
Terdapat pengaruh Customer Value
(X1) dan Customer Relationship (X2)
secara simultan terhadap Customer
Loyalty (Y), dimana Customer Loyalty
(Y)
dapat
diterangkan
dengan
Customer Value dan Custumer
Relationship sebesar 37 %.
2.1.5 Kerangka Berpikir
Penelitian ini setidakan akan memberikan gambaran tentang pengaruh marketing mix
terhadap customer value yang ada toko Toko Nusa Kurnia Gorontalo. Adapun untuk menguji
pengaruh marketing mix tersebut, peneliti dapat menetapkan indicator-indikator yang akan
digunakan mengacu pada pendapat Lupiyoadi (2001) meliputi product (produk), price
(harga), promotion (promosi), place (lokasi), people (orang), proses (proses), dan
physical evidence (sarana fisik). Selanjutnya indicator-indikator tersebut akan digunakan
untuk melihat pengaruhnya pada customer value atau nilai yang diperoleh konsumen atas
produk atau jasa yang ditawarkan. Dengan mengacu pada beberapa penelitian terdahulu maka
kerangka teoritis dalam penelitian ini memadukan variable marketing mix yang
mempengaruhi customer value. Salah satu manfaat dari kerangka pemikiran ini adalah untuk
memberikan bingkai atau gambaran yang akan dilakukan proses penelitian selanjutnya.
Adapun kerangka konseptual yang digambarkan dalam model ini adalah sebagai berikut:
Marketing Mix:
(X)
-
Product (produk),
-
Price (harga),
-
Promotion (promosi),
-
Place (lokasi),
-
People (orang),
-
Proses (proses),
-
Physical evidence (sarana
fisik)
Lupiyoadi (2001)
-
Customer Value
(Y)
Mutu produk
-
Kualitas layanan
-
Harga
Naumann (1995:17)
Download