Prodi S1-Pendidikan IPA, Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN IPA SEBAGAI UPAYA MELATIHKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA Aliefia Meta Duwairoh1), Erman2), Wisanti3) 1) 2) Program Studi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Surabaya. E-mail: [email protected] Dosen Program Studi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Surabaya. E-mail: [email protected] 3) Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya. E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran, kemampuan problem solving siswa, dan respons siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre experimental, dengan rancangan penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Ngoro Jombang yang ditentukan dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan, keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing berlangsung efektif. Rata-rata persentase keterlaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua sebesar 80% dengan kategori baik, sedangkan pada pertemuan ketiga sebesar 90% dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing juga mengalami peningkatan. Rata-rata persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama sebesar 50% dengan kategori cukup, pertemuan kedua sebesar 65% dengan kategori baik, dan pertemuan ketiga sebesar 78% dengan kategori baik. Berdasarkan hasil uji N-Gain diperoleh hasil bahwa tiap indikator kemampuan problem solving siswa mengalami peningkatan yaitu: 5 indikator dengan kategori tinggi, dan 2 indikator dengan kategori sedang. Kelas VII F juga dinyatakan tuntas secara klasikal setelah dilakukan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing karena kelas tersebut memperoleh ketuntasan klasikal sebesar 90,63%. Siswa memberikan respons positif terhadap pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing, hal ini diperlihatkan dari rata-rata persentase siswa yang menjawab “Ya” yaitu sebesar 92,5%. Kata Kunci: Inkuiri terbimbing, kemampuan problem solving. Abstract This study aimed to describe the feasibility of learning, student’s problem solving skills, and the student's response to the guided inquiry learning model. The type of research used in this study is pre experimental research, and the research design is one group pretest-posttest design. The targets of this research is the students of class VII F SMP Negeri 1 Ngoro Jombang, determined by purposive sampling technique. The results showed, the feasibility of guided inquiry learning model is effective. The average percentage of the learning process at the first and the second meeting are 80% with a good category, while at the third meeting is 90% with a very good category. Students’ learning activities using guided inquiry model also increased. The average percentage of students’ activities at the first meeting is 50% with enough category, the second meeting is 65% with good category, and the third meeting is 78% with good category. Based on the test results of N-Gain showed that each indicator student’s problem solving skill has increased as follows: 5 indicators with high category, and two indicators with the medium category. Class of VII F also declared complete classically after the learning process by guided inquiry model because this class’ classical completeness gain is 90.63%. Students give positive response to the guided inquiry model, it is shown from the average percentage of students who answered "Yes" in the amount of 92.5%. Keywords: Guided inquiry, problem solving skills. mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Wena (2009) menyebutkan bahwa pendidikan memiliki tujuan akhir untuk menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia saat ini PENDAHULUAN Kurikulum terbaru Indonesia yaitu Kurikulum 2013 menurut Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar siswa mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Tujuan Kurikulum 2013 dijelaskan pula dalam Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 yaitu 1 Prodi S1-Pendidikan IPA, Universitas Negeri Surabaya mengharapkan siswa untuk memiliki kemampuan problem solving yang dapat diaplikasikan di masyarakat. Penelitian mengenai problem solving pada siswa SMP yang dilakukan oleh Sudiran (2012) menyebutkan bahwa kenyataan di lapangan menunjukkan kemampuan problem solving siswa masih tergolong rendah. Hasil pra penelitian yang dilakukan di kelas VII F SMP Negeri 1 Ngoro Jombang memperlihatkan bahwa kemampuan problem solving siswa juga belum maksimal, persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam merumuskan masalah sebesar 57,1%, membuat dugaan sementara 75,0%, melaksanakan pengamatan 78,6%, menganalisis data 42,9%, dan menyimpulkan data 50%. Melihat kemampuan problem solving siswa di kelas VII F SMP Negeri 1 Ngoro Jombang, maka diperlukan suatu perubahan pada model pembelajaran yang diterapkan pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk melatihkan kemampuan problem solving siswa adalah model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada teori konstruktivis dimana pembelajaran harus selalu mendorong siswa untuk mampu mencari makna dan membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang didapatkan dari lingkungannya. Penelitian mengenai pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan problem solving yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII SMP oleh Pujiastuti, dkk (2014) menyebutkan bahwa masih perlunya bimbingan guru dalam proses belajar secara inkuiri. Respons siswa sekolah menengah terhadap pembelajaran inkuiri cukup baik namun siswa masih membutuhkan peran guru dalam pembelajaran untuk membimbing siswa selama proses penyelidikan (Kilinc, 2007). Kenyataan tersebut memperkuat bahwa pembelajaran inkuiri yang tepat digunakan untuk siswa kelas VII SMP adalah pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing adalah kegiatan pembelajaran yang menempatkan guru untuk menentukan topik, memotivasi siswa agar timbul pertanyaan dibenak siswa, dan memilihkan prosedur kerja yang akan dilakukan siswa, sedangkan siswa bertugas untuk membuat rumusan masalah, hipotesis, menganalisis data, dan menyimpulkannya namun masih dalam bimbingan guru. Kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme, serta komposisi bahan kimia utama penyusun sel. Kompetensi dasar tersebut berisikan materi Sistem Organisasi Kehidupan yang akan membahas mengenai sel, jaringan, organ, dan sistem organ. Materi ini akan banyak melibatkan siswa untuk melakukan pengamatan yaitu pengamatan terhadap sel tumbuhan, sel hewan, jaringan tumbuhan, dan identifikasi organ pada tumbuhan. Dengan demikian, kompetensi dasar tersebut tepat digunakan dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatihkan kemampuan problem solving siswa. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre experimental. Sasaran penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Ngoro Jombang tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 30 siswa. Rancangan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah One Group PretestPosttest. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes, teknik angket, dan teknik observasi. Adapun data yang dianalisis meliputi keterlaksanaan pembelajaran, dan kemampuan problem solving siswa yang terdiri dari analisis hasil pretest dan posttest, analisis ketuntasan setiap indikator kemampuan problem solving, serta analisis ketuntasan individu kemampuan problem solving siswa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Pembelajaran Proses pembelajaran terlaksana dengan baik apabila kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran (keterlaksanaan sintaks pembelajaran) baik dan aktivitas siswa menunjukkan sikap yang positif selama proses pembelajaran berlangsung, dan ditunjukkan dengan persentase keterlaksanaan sintaks pembelajaran serta persentase aktivitas siswa sebesar ≥ 70%. 1. Aktivitas Guru Keterlaksanaan sintaks pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Keterlaksanaan Pembelajaran No 1. 2. 3. 2 Fase Model Inkuiri Terbimbing Mengarahkan siswa untuk membuat pertanyaan terkait dengan ilustrasi pada LKS. Membimbing siswa untuk membuat dugaan sementara sesuai dengan pertanyaan yang telah dibuat. Membimbing siswa dalam melakukan pengamatan sesuai dengan petunjuk pada Pert 1 (%) Pert 2 (%) Pert 3 (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Prodi S1-Pendidikan IPA, Universitas Negeri Surabaya No Fase Model Inkuiri Terbimbing Pert 1 (%) Pert 2 (%) Pert 3 (%) No LKS. 4. Membimbing siswa dalam mencatat hasil pengamatan. 5. Membimbing siswa dalam mengelola hasil pengamatan. 6 Memfasilitasi siswa untuk bertanya apabila mengalami kesulitan. 7. Mempresentasikan hasil pengamatan. 8. Memberikan kesempatan siswa lain untuk memberi tanggapan. 9. Memberikan penguatan dan pemantapan terkait hasil kinerja. 10. Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil pengamatan. Rata-Rata Persentase Keterlaksanaan RPP Tiap Pertemuan (%) Kategori 100 100 100 100 100 100 0 100 100 100 100 0 100 100 Merumuskan masalah Melakukan pengamatan 4. Mengumpulkan data 5. Melaporkan hasil pengamatan 6 Menyimpulkan hasil pengamatan Teliti dalam melakukan pengamatan Jujur dalam menyajikan hasil pengamatan Bertanggung jawab setelah melakukan kegiatan Mendengarkan penjelasan guru Bertanya pada guru 9. 0 50 0 100 50 100 10. 11. 80 80 90 Baik Baik Sang at Baik Menyampaikan pendapat/mengkomunikasika n informasi kepada siswa Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa Tiap Pertemuan (%) Pert 1 (%) Pert 2 (%) Pert 3 (%) 0 0 97 100 100 100 97 100 100 19 39 19 100 97 100 58 52 77 100 100 100 94 100 90 100 100 100 16 45 68 19 19 19 59 70 81 Baik Sang at Baik 12. Kategori Cuk up Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing selalu meningkat pada setiap pertemuannya. Pada pertemuan pertama siswa cenderung pasif dan menunggu arahan guru dalam melakukan proses pengamatan. Hal tersebut berbeda dengan pertemuan kedua dan ketiga, dimana siswa tidak lagi menunggu arahan guru dalam melakukan pengamatan. Siswa juga aktif dalam mempresentaikan hasil pengamatannya serta menanggapi hasil pengamatan yang dipaparkan oleh kelompok lain. B. Kemampuan Problem Solving Siswa 1. Pert 1 (%) Pert 2 (%) Pert 3 (%) 0 87 100 Ketuntasan Individu Solving Siswa Kemampuan Problem Kemampuan problem solving siswa secara individu mengalami peningkatan setelah diterapkannya model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan dari jumlah siswa yang tuntas secara individu pada saat pretest dan posttest seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.3 berikut: Tabel 1.2 Aktivitas Siswa 1. 3. 8. Keterlaksanaan proses pembelajaran tidak hanya dilihat dari keterlaksanaan sintaks pembelajaran model inkuiri terbimbing yang dilakukan guru, namun juga dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran disajikan dalam Tabel 1.2 berikut: Aspek Aktivitas Siswa Mengajukan hipotesis 7. Aktivitas Siswa No 2. 100 Berdasarkan hasil penilaian keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing yang diberikan oleh kedua pengamat, didapatkan rata-rata persentase keterlaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua sebesar 80% dengan kategori baik. Rata-rata keterlaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan ketiga sebesar 90% dengan kategori sangat baik. Kemampuan guru dalam mengelola kelas sangat berdampak pada hasil belajar yang dicapai siswa. Seorang guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang baik agar tercipta suasana kelas yang kondusif serta efektif dalam mencapai tujuan belajar. 2. Aspek Aktivitas Siswa 3 Prodi S1-Pendidikan IPA, Universitas Negeri Surabaya Tabel 1.3 Ketuntasan Individu Kemampuan Problem Solving Siswa No Abs 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. Tabel 1.4 Peningkatan Setiap Indikator Kemampuan Problem Solving Nilai Pretest T/TT Nilai Posttest T/TT No 1.66 1.66 1.91 1.42 1.42 1.42 1.66 1.66 1.91 1.17 2.28 2.52 1.66 1.42 1.54 1.66 1.54 1.66 1.66 1.17 1.91 2.03 1.91 1.91 1.17 1.91 1.17 1.42 2.89 1.66 Jumlah Siswa yg Tuntas TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT T TT 3.51 3.38 3.51 3.63 4.00 4.00 3.02 3.75 4.00 2.40 3.51 4.00 3.63 3.88 3.63 3.88 3.51 4.00 4.00 4.00 4.00 3.88 3.88 4.00 3.88 4.00 3.88 3.14 3.88 3.26 T T T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T 1. 1 Jumlah Siswa yg Tuntas 29 2. 3. 4. 5. 6. 7. Peningkatan Hasil Pretest dan Posttest Siswa Rincian peningkatan kemampuan problem solving siswa berdasarkan hasil pretest dan posttest adalah sebagai berikut: 13 siswa mengalami peningkatan kemampuan problem solving dengan kategori rendah, 2 siswa mengalami peningkatan kemampuan problem solving dengan kategori sedang, dan 15 siswa mengalami peningkatan kemampuan problem solving dengan kategori tinggi. 3. Peningkatan Setiap Problem Solving Indikator Ketuntasan Pretest Posttest (%) (%) NGain Katego ri 0.00 53.13 0.5 Sedang 15.63 87.50 0.9 Tinggi 6.25 87.50 0.9 Tinggi 6.25 87.50 0.9 Tinggi 0.00 68.75 0.7 Tinggi 59.38 75.00 0.4 Sedang 0.00 81.25 0.8 Tinggi Tabel tersebut memperlihatkan bahwa setiap indikator kemampuan problem solving yang dilatihkan kepada siswa mengalami peningkatan. Terdapat 2 indikator yang mengalami peningkatan dengan kategori sedang dan 5 indikator mengalami peningkatan dengan kategori tinggi. Dua indikator yang mengalami peningkatan dengan kategori sedang dikarenakan sebelum pembelajaran berlangsung, siswa telah mampu menyelesaikan soal-soal mengenai indikator tersebut, sedangkan kelima indikator yang mengalami peningkatan dengan kategori tinggi sebelumnya siswa belum pernah berlatih mengenai indikator tersebut, sehingga setelah siswa belajar materi Sistem Organisasi Kehidupan menggunakan model inkuiri terbimbing terjadi peningkatan secara signifikan terhadap indikator tersebut. Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diketahui pada saat pretest, sebanyak 29 siswa dinyatakan tidak tuntas. Hasil yang berbeda didapatkan dari hasil posttest, dimana sebanyak 29 siswa dinyatakan tuntas. 2. Indikator Kemampuan Problem Solving Mengamati organ untuk mengidentifikasi organ pada tumbuhan (mengumpulkan fakta tentang masalah dan informasi yang diperlukan). Merumuskan masalah berdasarkan hasil membaca ulasan singkat. Merumuskan dugaan sementara berdasarkan rumusan masalah/hasil membaca ulasan singkat. Menganalisis data dari hasil pengamatan (membuat interferensi atau memberikan penyelesaian alternatif dan menguji penyelesaian tersebut). Menganalisis data dari hasil pengamatan (menggunakan proses berpikir dasar untuk memecahkan kembali). Menarik kesimpulan dari hasil analisis pengamatan (memberikan solusi ulang untuk membuat generalisasi). Menarik kesimpulan dari hasil analisis pengamatan (mereduksi penjelasan menjadi lebih sederhana dan mengeliminasi hal-hal yang tidak sesuai). Berdasarkan data hasil penelitian yang didapat, diketahui bahwa dengan menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi Sistem Organisasi Kehidupan yang diterapkan kepada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Ngoro Jombang dapat meningkatkan kemampuan problem solving siswa kelas tersebut. Peningkatan kemampuan problem solving yang dilatihkan kepada Kemampuan Peningkatan kemampuan problem solving siswa juga diketahui dari ketuntasan setiap indikator kemampuan problem solving yang disajikan pada Tabel 1.4 berikut ini: 4 Prodi S1-Pendidikan IPA, Universitas Negeri Surabaya siswa tidak terlepas dari keterlaksanaan pembelajaran selama tiga kali pertemuan, dimana pada pertemuan pertama siswa belajar mengenai sel tumbuhan dan sel hewan, pertemuan kedua siswa belajar mengenai jaringan tumbuhan, dan pertemuan ketiga siswa belajar mengenai organ tumbuhan. Dilihat dari kemampuan guru dalam mengelola kelas, didapatkan rata-rata persentase keterlaksanaan sintaks model inkuiri terbimbing pada pertemuan pertama dan kedua sebesar 80% dengan kategori baik, dan pertemuan ketiga sebesar 90% dengan kategori sangat baik. Kemampuan guru dalam mengelola kelas sangat berdampak pada hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Muiz (2009) menyebutkan bahwa penting bagi seorang guru untuk memiliki kemampuan dalam mengelola kelas yang baik agar tercipta suasana kelas yang kondusif serta efektif dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Keterlaksanaan proses pembelajaran tidak hanya dilihat dari kemampuan guru dalam mengelola kelas (keterlaksanaan sintaks model inkuiri terbimbing), namun juga dilihat dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing. Proses pembelajaran akan terlaksana dengan efektif apabila guru mampu mengelola kelas dengan baik serta siswa menunjukkan aktivitas yang positif selama proses pembelajaran di dalam kelas. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dalam penelitian ini diketahui mengalami peningkatan setiap pertemuannya, dimana pada pertemuan pertama rata-rata persentase aktivitas siswa sebesar 50% dengan kategori cukup. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan pada pertemuan selanjutnya, yaitu sebesar 65% dengan kategori baik pada pertemuan kedua, dan 78% dengan kategori baik pada pertemuan ketiga. Peningkatan aktivitas siswa ini disebabkan siswa mulai terbiasa belajar IPA menggunakan model inkuiri terbimbing, dimana salah satu kelebihan model pembelajaran ini yaitu mengarahkan siswa untuk selalu aktif di dalam kelas. Seperti yang dikemukakan oleh Rooney (2012) bahwa dengan menggunakan pembelajaran inkuiri dapat merubah gaya belajar siswa, siswa menjadi lebih aktif terlibat dan berpartisipasi dalam pembelajaran, bertanggung jawab terhadap pekerjaannya sendiri, dan menunjukkan sikap positif dalam dalam aktivitas belajarnya. Selain itu, peran guru sebagai fasilitator dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dapat menciptakan kelas yang kondusif untuk kegiatan eksplorasi siswa (Magee & Meier, 2011). Jacobsen, dkk (2009) menyebutkan bahwa pembelajaran inkuiri sesuai dengan salah satu tujuan problem solving yaitu untuk mengembangkan kemampuan siswa agar dapat menyelidiki secara sistematis suatu pertanyaan atau masalah, mengembangkan pembelajaran yang self-directed, dan pemerolehan penguasaan konten sehingga dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk melatihkan kemampuan problem solving pada siswa. Pernyataan Jacobsen mengenai model pembelajaran inkuiri tersebut dibuktikan dengan perbedaan aktivitas siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Ngoro Jombang selama proses pembelajaran di dalam kelas dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga. Pada proses pembelajaran materi Sistem Organisasi Kehidupan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa berlatih untuk membuat rumusan pertanyaan yang sesuai dengan pokok bahasan yang sedang dibahas, merumuskan dugaan sementara atas apa yang dipertanyakan, melakukan pengamatan sesuai dengan prosedur yang diberikan, menganalisis hasil pengamatan, dan menarik kesimpulan dari hasil analisis. Pada pertemuan pertama, siswa banyak mengalami kesulitan dalam membuat rumusan pertanyaan, dugaan sementara, dan menganalisis hasil pengamatan. Hal ini disebabkan siswa baru pertama kali melakukan pengamatan dengan prosedur tersebut, sehingga guru harus selalu membimbing siswa untuk membuat rumusan pertanyaan, dugaan sementara, dan analisis hasil pengamatan. Aktivitas siswa yang berbeda ditunjukkan pada pertemuan kedua dan ketiga, dimana siswa dapat melakukan seluruh prosedur pengamatan tanpa menunggu bimbingan dari guru. Siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan pengamatan sangat aktif bertanya kepada guru untuk membimbingnya (Tabel 1.2 nomor 8). Siswa juga sangat antusias untuk mempresentasikan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Siswa lain yang belum berkesempatan mempresentasikan hasil pengamatannya, juga aktif memberikan tanggapan tentang apa yang dijelaskan oleh kelompok lain. Hal tersebut sangat berbeda dibandingkan pada saat pertemuan pertama, dimana siswa cenderung lebih pasif dan menunggu arahan dari guru dalam melakukan pengamatan. Perbedaan aktivitas siswa tersebut membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa sesuai dengan salah satu tujuan problem solving, dimana siswa memiliki tanggung jawab (self-directed) dalam belajar dan siswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk melakukan pengamatan secara sistematis. Hasil yang positif juga ditunjukkan dari ketuntasan individu maupun klasikal siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Ngoro Jombang yang mengalami peningkatan setelah 5 Prodi S1-Pendidikan IPA, Universitas Negeri Surabaya belajar materi Sistem Organisasi Kehidupan menggunakan model inkuiri terbimbing, dimana pada saat pretest hanya ada satu siswa yang dinyatakan tuntas secara individu sedangkan pada saat posttest terdapat 29 siswa yang dinyatakan tuntas secara individu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa belajar menggunakan model inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk melatihkan kemampuan problem solving pada siswa. Hal tersebut dikarenakan sintaks model pembelajaran inkuiri mencakup kemampuan problem solving yang dilatihkan kepada siswa. Peningkatan juga terjadi pada setiap indikator kemampuan problem solving yang dilatihkan kepada siswa, dimana 2 indikator mengalami peningkatan dengan kategori sedang, dan 5 indikator mengalami peningkatan dengan kategori tinggi. Indikator yang mengalami peningkatan dengan kategori sedang adalah mengamati organ untuk mengidentifikasi organ pada tumbuhan (mengumpulkan fakta tentang masalah dan informasi yang diperlukan) dan menarik kesimpulan dari hasil analisis pengamatan (memberikan solusi ulang untuk membuat generalisasi). Kedua indikator tersebut mengalami peningkatan dengan kategori sedang karena sebelum pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing pada materi Sistem Organisasi Kehidupan, siswa telah mampu menyelesaikan soal-soal dengan indikator tersebut sehingga peningkatan yang ditunjukkan tidak signifikan. Sedangkan 5 indikator yang mengalami peningkatan dengan kategori tinggi, sebelumnya siswa belum pernah berlatih mengenai indikator tersebut sehingga ketika siswa telah belajar menggunakan model inkuiri terbimbing terjadi peningkatan yang signifikan terhadap kelima indikator tersebut. Peningkatan kemampuan problem solving siswa baik secara individu maupun pada setiap indikator kemampuan problem solving telah dikemukakan oleh Massialas (1991) dalam Matthew & Kenneth (2013) yang menyatakan bahwa metode pengajaran inkuiri terbimbing merupakan metode mengajar yang memungkinkan siswa untuk belajar secara step by step melalui identifikasi masalah, pengumpulan data, verifikasi hasil, dan generalisasi gambar dari kesimpulan. Witt dan Ulmer (2014) juga menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa dalam membangun konsep penting. Pembelajaran inkuiri juga mampu memberikan kelebihan dari aspek pengetahuan secara konseptual dan pengetahuan secara mendalam (Rosli dkk, 2012). Berdasarkan hasil ulasan mengenai proses pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dalam materi Sistem Organisasi Kehidupan pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Ngoro Jombang, data-data menunjukkan hasil yang positif. Kemampuan problem solving siswa maupun aktivitasnya di dalam kelas menunjukkan peningkatan yang baik. Data-data tersebut juga sesuai dengan kajian teori mengenai model pembelajaran inkuiri terbimbing, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi Sistem Organisasi Kehidupan, dapat melatihkan kemampuan problem solving pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Ngoro Jombang. PENUTUP Simpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dituliskan simpulan penelitian sebagai berikut: 1. Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi Sistem Organisasi Kehidupan di kelas VII F SMP Negeri 1 Ngoro Jombang terlaksana dengan baik. Hal tersebut didasarkan atas kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran termasuk dalam kategori baik dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran selalu mengalami peningkatan dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga. 2. Kemampuan problem solving siswa baik secara individu maupun setiap indikator kemampuan problem solving mengalami peningkatan setelah proses pembelajaran materi Sistem Organisasi Kehidupan mengunakan model inkuiri terbimbing. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah SMP Negeri 1 Ngoro Jombang dan guru IPA yang telah membantu dalam penelitian ini serta mahasiswa Program Studi Pendidikan IPA angkatan tahun 2011 yang membantu sebagai observer dalam pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Jacobsen, David A., Eggen, P., dan Kauchak, Donald. 2009. Methods for Teaching (Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TKSMA Edisi ke-8). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kilinc, A. 2007. The Opinion of Turkish Highschool Pupils On Inquiry Based Laboratory Activities. The Turkish Online Journal of Educational Technology. Gazi University Gazi Education Faculty Department of Biology Education, (Online), (http://www.tojet.net/articles/v6i4/646.pdf, diakses pada tanggal 3 November 2014). Matthew, B. M., dan Kenneth, Igharo O. 2013. A Study on The Effects of Guided Inquiry Teaching Method on Students Achievement in Logic. The 6 Prodi S1-Pendidikan IPA, Universitas Negeri Surabaya International Research Journal “International Researchers”. School of Education University of The Gambia, (online), http://iresearcher.org/133140%20BAKKE%20M.MATTHEW%20gambi a.pdf, diakses pada tanggal 25 Februari 2015. Muiz, Abdul. 2010. Hubungan Antara Pengelolaan Kelas dengan Prestasi Belajar Siswa (Studi Korelasi pada Sistem Full Day School di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Pujiastuti, H., Kusumah, Y. S., Sumarmo, U., dan Dahlan, J. A. 2014. Inquiry Co-operation Model for Enhancing Junior High School Students’ Mathematical Problem Solving Ability. International Journal of Contemporary Educational Research. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://www.ijcer.net/index.php/home/article/do wnload/3/4, diakses pada tanggal 1 November 2014). Rooney, Caitriona. 2012. How am I using inquiry-based learning to improve my practice and to encourage higher order thinking among my students of mathematics? Educational Journal of Living Theories. Dublin City University Ireland, (Online), (http://ejolts.net/files/journal/5/2/Rooney5(2).pd f, diakses pada tanggal 28 April 2014). Rosli, Mohd Shafie b., Aris, Baharudin dan Yahaya, Noraffandy. 2012. Pembangunan Persekitaran Pembelajaran Inkuiri untuk Pendidikan Tertier dan Pengujian Keberkesananya. Jurnal Teknologi Pendidikan Malaysia. Universiti Teknologi Malaysia, (Online), (http://educ.utm.my/shafierosli/files/2012/10/21 3-JTPM-B2N1-2012-Shafie.pdf, diakses pada tanggal 12 April 2014). Salinan-Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013. (Online) melalui https://fatkoer.wordpress.com/2014/09/07/perme ndikibud-no-59-tahun-2014-sebagai-penggantipermendikbud-no-69-tahun-2013/, diakses pada tanggal 20 November 2014. Sudiran, 2012. Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika. Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara, (Online), (https://www.scribd.com/doc/186145749/Artikel -Sudiran-7-12, diakses pada tanggal 20 Maret 2014). Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Witt, C. dan Ulmer, J., 2010. The Impact of Inquiry-Based Learning on The Academic Achievement of Middle School Students. Western AAAE Research Conference Proceedings. Texas Tech University, (Online), (https://www.academia.edu/724764/The_Impact_of_I nquiryBased_Learning_on_the_Academic_Achievement_of_ Middle_School_Students, diakses pada tanggal 3 November 2014). 7