BAB II LANDASAN TEORI II.1. Laporan Keuangan II.1.1. Pengertian

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Laporan Keuangan
II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporam keuangan yang lengkap biasanya meliputi :

Neraca

Laporan laba rugi

Laporan perubahan ekuitas

Laporan
perubahan
posisi
keuangan
yang
dapat
disajikan
berupa laporan arus kas atau laporan arus dana

Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan.
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan
dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan
beban. Laporan keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba
rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.
Laporan keuangan sendiri merupakan akhir dari seluruh proses akuntansi.
Laporan keungan dapat menggambarkan secara jelas mengenai keadaan suatu
perusahaan dalam periode atau waktu tertentu.
II.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan Laporan Keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan menunjukkan hasil pertanggung jawaban manajemen atas pengunaan
seumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Laporan keuangan menyajikan informasi :
 Asset;
 Liabilitas;
 Ekuitas
 Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
 Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik; dan
 Arus kas.
II.1.3 Pihak-Pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan
SAK (2009:2) menyatakan
“Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor
potensial, karyawan, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah
serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat”.
Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa
kebutuhan informasi yang berbeda, seperti:

Investor
Menggunakan
informasi
dalam
keuangan
perusahaan
untuk
membandingkan antara resiko yang melekat dengan perkembangan dari
investasi yang telah mereka lakukan. Informasi tersebut digunakan untuk
mengambil keputusan apakah harus membeli atau menahan investasi
tersebut.

Karyawan
Karyawan menggunakan informasi dalam keuangan perusahaan untuk
menilai kestabilan, profitabilitas perusahaan, dan kemampuan perusahaan
memberikan balas jasa, manfaat pension, dan kesempatan kerja.

Pemberi pinjaman atau Kreditor
Kreditor hanya memberikan dana kepada perusahaan yang memeiliki
kondisi keuangan yang baik dan tidak akan memiliki potensi yang besar
untuk merugi, karean kreditur tidak ingin menanggung resiko besar pada
saat menanamkan modalnya. Sehingga kreditur akan menilai kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga dan hutangnya secara tepat waktu.

Pemasok dan Kreditor usaha lainnya
Mereka tertarik untuk menilai apakah jumlah yang terhutang oleh
perusahaan dapat dibayar oleh perusahaan pada waktu jatuh tempo.

Pelanggan
Pelanggan
membutuhkan
laporan
keuangan
untuk
menilai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka akan terkait dengan
perusahaan dalam jangka waktu yang lama.

Pemerintah
Mereka berkepentingan untuk mengatur alokasi sumber daya, sehingga
mereka perlu mengontrol aktivitas perusahaan, seperti besarnya pajak yang
harus dibayarkan perusahaan atau organisasi kepada pemerintah sebagian
besar berdasarkan atas informasi pada laporan keuangan perusahaan.

Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui informasi kecenderungan dan
perekonomian
terakhir
kemakmuran
paerusahaan
serta
rangakaina
aktivitasnya.
II.1.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Terdapat empat unsur dalam laporan keuangan, yaitu : Laporan Rugi Laba,
Neraca, Laporan Perubahan Modal, dan Laporan Arus Kas.
II.1.4.1 Laporan Rugi Laba (Income Statement)
Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban sealama
periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan
(matching concept).
Konsep ini diterapkan dengan membandingkan atau mengaitkan
beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya
beban tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan
terhadap beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut “laba bersih”
atau “keuntungan bersih” (net income or net profit). Jika beban melebihi
pendapatan, maka disebut rugi bersih (net loss).
Terdapat dua bentuk umum laporan laba rugi yaitu single step,
dan multiple step. Disebut single step karena hanya terdapat satu yang
diperlukan
untuk
menentukan
laba
(atau
rugi)
bersih,
yaitu
mengurrangkan total beban dari total pendapatan, dan disebut multiple
step karena menunjukkan berbagai langkah dalam menentukkan laba
bersih (atau rugi bersih). Laporan ini menunjukkan dua tahap utama : (1)
harga pokok penjualan dikurangkan dari penjualan bersih, untuk
menentukan laba kotor, dan (2) beban operasi dikurangkan dari laba
kotor, untuk menentukan laba bersih. Tahap-tahap tersebut berkaitan
dengan aktivitas operasi utama perusahaan. Laporan laba rugi berrtahap
juga membedakan antara aktivitas operasi dan aktivitas non-operasi.
II.1.4.2 Neraca (balance sheet)
Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva
(assets), hutang (liabilities), dan modal sendiri (owners equity). Penyajian
neraca dapat ditunjukan untuk kepentingan umum, yakni untuk
kepentingan diluar perusahaan, sperti kreditur, lembaga pemerintahan,
dan masyarakat umum, maupun untuk kepentingan khusus yang bersifat
intern bagi kepentingan manajemen.
Bagi manajemen, akuntan dan pemeriksa keuangan adalah
masalah utama, masalah penilaian pos-pos
dari laporan keuangan.
Misalnya penilaian persediaan akhir akan mempengaruhi neraca dan
laporan laba-rugi, perhitungan besarnya kerugian karena tidak dibayarnya
piutang disamping mempengaruhi dalam penentuan pendapatan juga
mempengaruhi penilaian pos piutang dagang dalam neraca. Neraca pada
umumnya memiliki dua bentuk yang sering di gunakan, yaitu:
1. Bentuk Skontro, dalam bentuk iniseluruh aktiva terletak di
sebelah kiri neraca, kemudian hutang dan modal terletak di
sebelah kanan neraca.
2. Bentuk vertikal, dalam bentuk ini seluruh aktiva terletak di bagian
atas neraca, kemudian disusul oleh hutang dan modal di
bawahnya.
Namun penempatan akun-akun dalam neraca tidak seluruhnya
baku. Komposisinya sendiri dapat disesuaikan sesuai keinginan atau
tujuan
perusahaan, agar mempermudah dan memperjelas dalam
penggunannya.
Neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :
1. Aktiva
Aset atau aktiva adalah sumber ekonomi yang diharapkan
memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Aset dimasukkan dalam
neraca dengan saldo normal debit. Aset biasanya dikelompokkan
menjadi beberapa kategori, seperti:
a) Asset lancar
Pengertian Aset lancar (current asset) dalam akuntansi adalah
jenis aset yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat,
biasanya satu tahun. Contoh aset lancar antara lain adalah kas,
piutang, investasi jangka pendek, persediaan, dan beban dibayar
di muka. Pada suatu neraca, aset biasanya dikelompokkan
menjadi aset lancar dan aset tidak lancar. Perbandingan antara
aset lancar dan kewajiban lancar disebut sebagai rasio lancar.
Nilai ini sering digunakan sebagai tolok ukur likuiditas suatu
perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
b) Asset tetap
Pengertian Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud
yang memiliki umur lebih dari satu tahun dan tidak mudah diubah
menjadi kas. Jenis aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk
digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual
kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan,
pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur,
perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya
memperoleh keringanan dalam perlakuan pajak. Kecuali tanah
atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau
penyusutan.
c) Asset tidak berwujud
Pengertian Aset tidak berwujud (Inggris: intangible asset)
adalah jenis aset yang tidak memiliki wujud fisik. Jenis utama aset
tidak berwujud adalah hak cipta, paten, merek dagang, rahasia
dagang, dan goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari
satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama
periode pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun.
d) Investasi jangka panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi dimana dana yang
anda masukkan akan diputar dan baru dapat dicairkan setelaha
jangka waktu minimal 1 tahun.
e) Asset lain
Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam
aktiva tetap, dan juga tidak dapat digolongkan dalam aktiva
lancar, investasi/penyertaan maupun aktiva tak berwujud, seperti:
aktiva tetap yang tidak digunakan, piutang kepada pemegang
saham, beban yang ditangguhkan dan aktiva lancar lainnya
disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain dan juga Biaya yang
tidak dilaporkan sebagai beban pada periode terjadinya karena
dianggap memberikan manfaat bagi periode-periode selanjutnya
digolongkan sebagai beban yang ditangguhkan.
2. Hutang
Seluruh kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang
belum terpenuhi, hutang sendiri dibedakan menjadi hutang jangka
panjang dan pendek. Hal itu dibedakan berdasarkan waktu
pelunasannya, jika jangka pendek waktu pelunasannya kurang dari
satu tahun, sedangkan hutang jangka panjang pelunasannya lebih dari
satu tahun. Hutang jangka pendek terdiri dari hutang dagang, hutang
wesel, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, hutang jangka
panjang yang segera akan jatuh tempo, dan penghasilan yang diterima
dimuka. Hutang jangka panjang terdiri dari hutang obligasi, hutang
hipotik, dan lainnya.
3. Modal
Merupakan hak atau bagian yang menjadi hak milik perusahaan
yang ditunjukkan dalam pos modal, surplus, dan laba ditahan.
II.1.4.3 Laporan perubahan Modal (Owners Equity Statements)
Laporan perubahan modal, adalah laporan yang menunjukkan perubahan
modal untuk periode tertentu, mungkin satu bulan atau satu tahun. Melalui
laporan perubahan modal dapat diketahui sebab-sebab perubahan modal selama
periode tertentu. Sebuah perusahaan harus menyajikan laporan perubahan modal
sebagai
salah
mencantumkan :
satu
komponen
laporan
keuangan,
yang
didalamnya
1. Laba atau rugi suatu periode
2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beseerta
jumlahnya yang berdasarkan SAK terkait diakui secara langsung dalam
ekuitas.
3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam SAK terkait.
4. Transakasi modal dengan pemilik dan distribusi modal kepada pemilik.
5. Saldo akuntansi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya.
6. Rekonsiliasi terhadap nilai tercatat dalam masing-masing jenis modal
saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengugkapakan secara terpisah setiap perubahan.
Laporan perubahan modal, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi
dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran deviden,
menggambarkan jumlah keuntungan dari kegiatan perusahaan selama periode
yang bersangkutan.
II.1.4.4 Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2005:323) menyatakan laporan arus kas
(cash flow statement) melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas, dan
perubahan bersih pada kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan selama satu periode. Informasi yang terdapat pada laporan arus kas
harus dapat membantu para investor, kreditor, dan lainnya untuk menilai :
1. Kemampuan entitas dalam memperoleh arus kas di masa depan. Dengan
memeriksa hubungan antar pos pada laporan arus kas, para investor dan
pihak lainnya dapat membuat prediksi mengenai jumlah, waktu, dan
ketidakpastian mengenai arus kas di masa depan dengan lebih baik
dibandingkan jika mereka menggunakan data akrual.
2. Kemampuan entitas untuk membayar dividen dan memenuhi kewajiban.
Jika sebuah perusahaan tidak memiliki cukup kas, mereka tidak dapat
membayar karyawan, melunasi hutang, atau membayar dividen. Para
keryawan, kreditor dan pemegang saham umumnya tertarik terutama
pada laporan ini, karean laporan ini sendiri menunjukkan arus kas dalam
kegiatan bisnis.
3. Alasan atas perbedaan antara angka laba bersih dank as bersih yang
dihasilkan (digunakan) oleh aktivitas operasi. Laba bersih menyediakan
informasi mengenai keberhasilan atau kegagalan sebuah perusahaan
bisnis. Meski demikian, beberapa pihak mengkritik laba bersih berbasis
akrual, karena membutuhkan banyak perkiraan. Hasilnya, keandalan dari
angka tersebut sering dipertanyakan. Hal tersebut tidak terjadi pada kas.
Banyak pembaca dari laporan arus kas ingin mengetahui alas an adanya
perbedaan antara laba bersih dan kas bersih yang dihasilkan oleh aktivitas
operasi, kemudian mereka dapat menilai sendiri keandalan jumlah laba
tersebut.
4. Transaksi-transaksi investasi dan pendanaan kas selama periode tersebut.
Dengan memeriksa transaksi-transaksi investasi dan pendanaan sebuah
perusahaan, pembaca laporan keuangan dapat mengerti dengan lebih baik
mengapa asset dan kewajiban berubah selama periode tersebut.
Laporan arus kas menggolongkan penerimaan kas dan pembayaran kas
menjadi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Transaksi-transaksi dan
karakteristik kejadian lainnya dari setiap jenis aktivitas dijelasakan sebagai
berikut :
1. Arus kas dari aktifitas operasi (Cash flow from operating activities)
Mencakup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan pendapatan
dan beban. Pendapatan dan beban yang kemudian dimasukkan dalam
penentuan laba bersih.
2. Arus kas dari aktifitas investasi (Cash flow from investing activities)
Mencakup (a) memperoleh dan menjual investasi dan asset tetap, dan (b)
meminjam uang dan menagih pinjaman.
3. Arus kas dari aktifitas pendanaan(Cash flow from financing activities)
Mencakup (a) memperoleh kas dari penerbitan hutang dan membayarkan
jumlah yang dipinjam, dan (b) memperoleh kas dari pemegang saham dan
memberikan pengembalian atas investasi pemegang saham.
Kategori aktivitas adalah yang terpenting. Seperti disebutkan di
atas, aktivitas ini menunjukkan kas yang dihasilkan dari operasi
perusahaan. Sumber kas ini umumnya dianggap sebagai ukuran terbaik
dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup guna
terus melanjutkan usahanya.
II.2. Penilaian Bisnis
Mengacu pada pendapat Palepu, Healy dan Peek (2010) penilaian bisnis adalah
titik
awal
penting
dalam
menganilisis
laporan
keuangan.
Penilaian
bisnis
mengidentifikasi keuntungan dan resiko-resiko utama perusahaan derta memungkinkan
penganalisa untuk menilai keberlanjutan kinerja perusahaan saat ini dan membuat
ramalan yang realistis terhadap kinerja masa depan.
Palepu, Healy dan Bernard (2004) menjabarkan langkah – langkah dan tahap
yang dilakukan dalam analisis bisnis dengan laporan keuangan dapat dijalankan dengan
melaksanakan :
1. Analisis strategi
2. Analisis akuntansi
3. Analisis laporan keuangan
4. Analisis prospektif
Dalam buku tersebut juga ditulis tentang analisis lainnya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan tingkat keyakinan dalam penilaian kinerja bisnis suatu perusahaan
adalah:
1. Analisis sekuritas
2. Analisis kredit
3. Analisis kebijakan pembiayaan perusahaan
4. Analisis merger dan akuisisi
5. Analisis pemerintahan dan komunikasi
Dalam buku “Pengantar Bisnis” Jeff Madura (2007) mengungkapkan dua kriteria
bagi pemilik perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu:
1. Imbalan atas penanaman modalnya
2. Resiko dari penanaman modal mereka.
Investor dan kreditor akan memberikan dana kepada perusahaan yang beresiko
tinggi apabila perusahaan tersebut memiliki potensi untuk mendapatkan imbalan yang
realtif tinggi pula. Cara untuk dapat menilai apakah sebuah perusahaan memiliki kinerja
yang baik atau tidak, tidak hanya dapat dinilai dari analisis laporan keuangannya saja,
namun juga harus menganalisis bisnis untuk mengetahui apakah perusahaan memliki
kinerja yang baik atau tidak. Sehingga penilaian yang baik bagi investor atau kreditor
dalam menilai perusahaan yang akan ditanami modalnya harus dilihat dari berbagai
sudut pandang mengenai perusahaan.
II.2.1 Analisis Strategi Kompetitif
Strategi kompetitif adalah pencapaian posisi kompetitif yang diidamkan
dalam industri, tempat dimana industri berada. Tujuan strategi kompetitif adalah
menciptakan keuntungan dan posisi yang mendukung dalam melawan kekuatan
yang menentukan persaingan industri.
Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif ketika
perusahaan tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan
sesuatu lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu melakukan sesuatu yang
tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain.
Terdapat dua pertanyaan sentral dalam pilihan strategi kompetitif. Pertama
adalah daya tarik industri untuk keuntungan jangka panjang dan faktor-faktor
yang menentukannya. Kedua adalah strategi kompetitif adalah penentuan dari
posisi kompetitif relatif di dalam industri.
Analisis strategi juga digunakan untuk membuktikan apakah ekonomi
perusahaan ada pada tingkat kualitatif sehingga selanjutnya analisis akuntansi
dan keuangan dapat didasarkan pada kenyataan bisnis. Selain itu juga dapat
dilakukan
dengan
menganalisis
competitor,
pendatang baru,
pemasok,
konsumen, dan barang pengganti, karena kelima hal tersebut memepengaruhi
dalam pengambilan keputusan strategi dari suatu perusahaan. Hal ini juga pernah
disebutkan oleh Michael Porter dengan Five Forces Model.
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah
bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari
peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses)
yang
mencegah
keuntungan
(advantage)
dari
peluang
(opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu
menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats)
menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Thomas, H (2007:9) mengungkapkan analisis PEST dapat sebagai acuan
analisis. PEST analisis terkait dengan pengaruh lingkungan pada suatu bisnis.
PEST merupakan suatu cara atau alat yang bermanfaat untuk meringkas
lingkungan eksternal dalam operasi bisnis. PEST harus ditindaklanjuti dengan
pertimbangan bagaimana bisnis harus menghadapi pengaruh dari lingkungan
politik, ekonomi, sosial, dan teknologi.
A. Politik
Faktor-faktor yang dianalisis oleh kebanyakan perusahaan antara lain:
 Upah minimum
 Pengendalian harga
 Kesempatan bekerja yang sama untuk semua orang
 Keselamatan dan kesehatan dalam bekerja
 Dimana lokasi pabrik boleh didirikan
 Apa yang boleh dikeluarkan pabrik itu ke udara
 Berapa keributan yang boleh dilakukan dalam berproduksi
 Peraturan dan perlindungan lingkungan
 Perpajakan
 Peraturan perdagan internasional
 Perlindungan konsumen
 Sikap pemerintah
B. Ekonomi
Keadaan perekonomian pada waktu sekarang dan dimasa yang akan datang
dapat mempengaruhi kinerja kemajuan dan strategi perusahaan.
C. Sosial
Faktor-faktor sosial terpusat pada penilaian dari sikap konsumen dan
karyawan yang mempengaruhi strategi. Para perencana strategi harus
mengikuti perubahan pada tingkatan pendidikan dan penilaian sosial dengan
maksud menilai dampaknya terhadap strategi mereka. Tetapi reaksi khas dari
perusahaan terhadap faktor-faktor sosial berbeda-beda, dari perubahan
dalamtingkah laku sampai keusaha mengubah penilaian sosial dan sikap
melalui usaha hubungan kemasyarakatan.
D. Teknologi
Perencana strategi yang efektif meneliti lingkungan untuk mencari perubahan
teknologi yang dapat mempengaruhi bahan baku, operasi, dan produk serta
jasa perusahaan, karena perubahan teknologi dapat memberikan peluang
besar untuk meningkatkan hasil, tujuan atau mengancam kedudukan
perusahaan.
II.2.2 Analisis Laporan Keuangan
Analisis keuangan yang dilakukan dilihat dari Laporan Rugi Laba dan
Neraca. PT. HM Sampoerna, Tbk pada lima tahun yaitu 2007-2011. Analisis ini
dilakukan
dengan
analisis
horizontal
dan
analisis
vertical,
kemudian
menggunakan rasio-rasio likuiditas, leverage, dan profitabilitas. Hasil penilaian
rasio-rasio tersebut nantinya akan dibandingkan dengan hasil perhitungan yang
didapatkan dari industri sejenis, guna menilai kinerjanya dibandingkan dengan
perusahaan sejenis.
II.2.2.1 Analisis Horizontal
”Analysis horizontal mengevaluasi serangkaian data laporan
keuangan selama periode waktu tertentu.” (Weygandt, Jerry J,
2005:389). Metode analisis horizontal yang disebut juga analisis tren
(trend analysis), adalah sebuah teknik untuk mengevaluasi serangkaian
data laporan keuangan selama periode waktu tertentu. Tujuannya adalah
untuk menentukan kenaikan atau penurunan yang telah terjadi. Perubahan
ini dapat dinyatakan baik dalam jumlah maupun presentase. Analisis
horizontal umumnya digunakan pada perbandingan didalam (intra)
perusahaan.
II.2.2.2 Analisis Vertikal
“Anayisis vertical mengevaluasi data laporan keuangan dengan
menyatakan setiap pos dalam laporan keuangan sebagai persentase dari
jumlah yang akan menjadi dasar”. (Weygandt, Jerry J, 2005:389).
Analisis vertical adalah sebuah teknik untuk megevaluasi data laporan
keuangan yang menyatakan setiap pos dalam sebuah laporan keuangan
sebagai persentasee dari jumlah dasar. Pada neraca kita dapat mengatakan
bahwa asset lancar adalah sebesar 22% dari total asset ( total asset
menjadi jumlah dasar). Atau pada laporan laba rugi, kita dapat
mengatakan bahwa beban penjualan adalah sebesar 16% dari penjualan
bersih ( penjualan bersih menjadi jumlah dasar).
II.2.2.3 Analisis Rasio Likuiditas
Mengacu pada Munawir (2002:31) bahwa Rasio likuditas untuk
mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar
kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memenuhi kebutuhan kas yang
tak terduga (diluar prediksi perusahaan). Para kreditor jangka pendek
seperti banker dan pemasok terutama tertarik untuk menilai likuiditas.
Rasio-rasio yang dapat di gunkan untuk menentukan kemampuan
pembayaran hutang jangka pendek perusahaan adalah rasio lancar
(current ratio), rasio cepat (acid-test [quick] ratio), perputaran piutang
(receivable turnover), dan perputaran persediaan (inventory turnover).
1. Rasio Lancar (current ratio)
Rasio lancar (current ratio) adalah pengukuran yang digunakan
secara
luas
untuk
mengevaluasi
likuiditas
perusahaan
dan
kemampuan membayar hutang jangka pendek. Rasio tersebut
dihitung
dengan membagi asset lancar dengan kewajiban jangka
pendek.
2. Rasio Cepat (acid test rasio)
Acid test rasio adalah pengukuran likuiditas jangka pendek segera
perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah dari kas,
investasi jangka pendek, dan piutang bersih dengan kewajiban jangka
pendek. Maka, rasio ini merupakan pendukung penting terhadap rasio
lancar. Acid test rasio dapat dihitung dengan rumus:
3. Perputaran Piutang (receivable ratio)
Likuiditas dapat diukur dengan seberapa cepat asset-aset tertentu
dapat diubah menjadi kas. Rasio ini mengukur berapa kali rata-rata
piutang dapat tertagih selama satu periode. Perputaran piutang
dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih (penjualan bersih
dikurangi penjualan tunai) dengan piutang bersih rata-rata. Receivable
turnover dapat dihitung dengan rumus :
4. Perputaran Persediaan (inventory turnover)
Inventory turnover mengukur berapa kali rata-rata persediaan dijual
selama satu periode. Tujuannya adalah untuk mengukur likuiditas
persediaan. Perputaran persediaan dihitung dengan membagi harga
pokok penjualan dengan persediaan rata-rata. Kecuali jika terdapat
factor signifikan, persediaan rata-rata dapat dihitung dari saldo
persediaan awal dan akhir.
Inventory turnover dapat dihitung dengan rumus :
II.2.2.4 Analisis Rasio Profitabilitas
Mengacu pada Sawir (2003:18) rasio profitabilitas untuk
mengukur pendapatan atau keberhasilan operasi dari sebuah perusahaan
untuk periode waktu tertentu. Laba, atau kekurangannya, mempengaruhi
kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendanaan utang dan ekuitas.
Hal tersebut juga mempengaruhi posisi likuiditas perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk bertumbuh. Sebagai konsekuensinya, baik
kreditor maupun investor tertarik dengan mengevaluasi daya laba—
profitabilitas. Profitabilitas sering kali digunakan sebagai uji utama atas
keefektivitasan operasi manajemen. Ada tiga rasio yang dapat digunakan
sebagai alat ukur rasio profatibilitas, yaitu:
1. Margin Laba bersih (net profit margin)
Margin laba bersih (net profit margin) adalah pengukuran presentase
setiap nilai penjualan yang menghasilkan laba bersih. Hal ini dihitung
dengan membagi laba bersih dengan penjualan bersih.
Net Profit margin dapat dihitung dengan rumus:
2. Margin Laba Kotor (gross profit margin)
Rasio ini mengukur pengendallian harga pokok atau biaya produksi,
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara
efisien. gross profit margin dapat dihitung dengan rumus:
3. Net rate of ROI
Rasio ini mengukur hubungan keuntungan perusahaan yang diperoleh
dari operasinya dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan
untuk menghasilkan keuntungan tersebut. Net rate of ROI
dihitung dengan rumus:
dapat
II.2.5 Analisis Rasio Leverage
Mengacu pada Munawir (2002:32) Leverage keuangan (ratio
leverage) adalah perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk
membelanjai/membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana yang
diperoleh dari ekstern perusahaan (dari kreditur-kreditur) dengan dana
yang disediakan pemilik perusahaan. Rasio leverage
dapat dihitung
dengan cara yaitu:
1. Debt Ratio to Total Asset
Rasio ini menunjukkan posisi antara kewajiban perusahaan terhadap
kekayaan perusahaan. Semakin tinggi rasionya menggambarkan
semakin besar resiko keuagan yang dimiliki kreditor maupun
investor. Ini dikarenakan perusahaan lebih banyak memiliki hutang
daripada aktivanya sendiri. Debt ratio to total asset dapat dihitung
dengan rumus:
2. Debt to Total Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan posisi antara kewajiban perusahaan terhadap
modal perusahaan. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang
dimilikinya. Debt to total equity ratio dapat dihitung denga rumus:
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Rasio ini menggambarkan bagian dari setiap modal sendiri yang
dijadikan hutang jangka panjang. Rumus untuk menghitunganya
adalah:
II.3. Analisis Kebangkrutan
Analisis kebangkrutan adalah suatu alat yang digunakan untuk meramalkan
tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio lalu
kemudian dimasukkan dalam suatu persamaan diskriminan, untuk menghitung nilai Z
terlebih dahulu kita harus menghitung lima jenis rasio keuangan yaitu:
1. Working capital to total assets (X1)
2. Retained earning to total assets (X2)
3. Earning before interest & taxes to total assets (X3)
4. Market value of equity to book value of debt (X4)
5. Sales to total assets (X5)
Z = 0,012(X1) + 0,014(X2) + 0,033(X3) + 0,006(X4) + 0,999(X5)
Analisa kebangkrutan Z ini ditemukan oleh Edward I. Altman.
Maka, berdasarkan buku Debbarshi Battacarya (2011) “Financial Statement Anlysis”
apabila Z dari perusahaan yang diteliti lebih kecil dari 1,80 beresiko tinggi terhadap
kebangkrutan, bila nila Z berada diantara 1,81 sampai dengan 3,00 dikatakan masih
memiliki resiko kebangkrutan, bila diatas nilai 3,00 atau Z > 3,00 aman dari
kebangkrutan.
Download