BAB II LANDASAN TEORI II.1. Laporan Keuangan II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporam keuangan yang lengkap biasanya meliputi : Neraca Laporan laba rugi Laporan perubahan ekuitas Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau laporan arus dana Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca. Laporan keuangan sendiri merupakan akhir dari seluruh proses akuntansi. Laporan keungan dapat menggambarkan secara jelas mengenai keadaan suatu perusahaan dalam periode atau waktu tertentu. II.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan Laporan Keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggung jawaban manajemen atas pengunaan seumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan menyajikan informasi : Asset; Liabilitas; Ekuitas Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; dan Arus kas. II.1.3 Pihak-Pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan SAK (2009:2) menyatakan “Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat”. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, seperti: Investor Menggunakan informasi dalam keuangan perusahaan untuk membandingkan antara resiko yang melekat dengan perkembangan dari investasi yang telah mereka lakukan. Informasi tersebut digunakan untuk mengambil keputusan apakah harus membeli atau menahan investasi tersebut. Karyawan Karyawan menggunakan informasi dalam keuangan perusahaan untuk menilai kestabilan, profitabilitas perusahaan, dan kemampuan perusahaan memberikan balas jasa, manfaat pension, dan kesempatan kerja. Pemberi pinjaman atau Kreditor Kreditor hanya memberikan dana kepada perusahaan yang memeiliki kondisi keuangan yang baik dan tidak akan memiliki potensi yang besar untuk merugi, karean kreditur tidak ingin menanggung resiko besar pada saat menanamkan modalnya. Sehingga kreditur akan menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan hutangnya secara tepat waktu. Pemasok dan Kreditor usaha lainnya Mereka tertarik untuk menilai apakah jumlah yang terhutang oleh perusahaan dapat dibayar oleh perusahaan pada waktu jatuh tempo. Pelanggan Pelanggan membutuhkan laporan keuangan untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka akan terkait dengan perusahaan dalam jangka waktu yang lama. Pemerintah Mereka berkepentingan untuk mengatur alokasi sumber daya, sehingga mereka perlu mengontrol aktivitas perusahaan, seperti besarnya pajak yang harus dibayarkan perusahaan atau organisasi kepada pemerintah sebagian besar berdasarkan atas informasi pada laporan keuangan perusahaan. Masyarakat Masyarakat dapat mengetahui informasi kecenderungan dan perekonomian terakhir kemakmuran paerusahaan serta rangakaina aktivitasnya. II.1.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Terdapat empat unsur dalam laporan keuangan, yaitu : Laporan Rugi Laba, Neraca, Laporan Perubahan Modal, dan Laporan Arus Kas. II.1.4.1 Laporan Rugi Laba (Income Statement) Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban sealama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan (matching concept). Konsep ini diterapkan dengan membandingkan atau mengaitkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut “laba bersih” atau “keuntungan bersih” (net income or net profit). Jika beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih (net loss). Terdapat dua bentuk umum laporan laba rugi yaitu single step, dan multiple step. Disebut single step karena hanya terdapat satu yang diperlukan untuk menentukan laba (atau rugi) bersih, yaitu mengurrangkan total beban dari total pendapatan, dan disebut multiple step karena menunjukkan berbagai langkah dalam menentukkan laba bersih (atau rugi bersih). Laporan ini menunjukkan dua tahap utama : (1) harga pokok penjualan dikurangkan dari penjualan bersih, untuk menentukan laba kotor, dan (2) beban operasi dikurangkan dari laba kotor, untuk menentukan laba bersih. Tahap-tahap tersebut berkaitan dengan aktivitas operasi utama perusahaan. Laporan laba rugi berrtahap juga membedakan antara aktivitas operasi dan aktivitas non-operasi. II.1.4.2 Neraca (balance sheet) Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), hutang (liabilities), dan modal sendiri (owners equity). Penyajian neraca dapat ditunjukan untuk kepentingan umum, yakni untuk kepentingan diluar perusahaan, sperti kreditur, lembaga pemerintahan, dan masyarakat umum, maupun untuk kepentingan khusus yang bersifat intern bagi kepentingan manajemen. Bagi manajemen, akuntan dan pemeriksa keuangan adalah masalah utama, masalah penilaian pos-pos dari laporan keuangan. Misalnya penilaian persediaan akhir akan mempengaruhi neraca dan laporan laba-rugi, perhitungan besarnya kerugian karena tidak dibayarnya piutang disamping mempengaruhi dalam penentuan pendapatan juga mempengaruhi penilaian pos piutang dagang dalam neraca. Neraca pada umumnya memiliki dua bentuk yang sering di gunakan, yaitu: 1. Bentuk Skontro, dalam bentuk iniseluruh aktiva terletak di sebelah kiri neraca, kemudian hutang dan modal terletak di sebelah kanan neraca. 2. Bentuk vertikal, dalam bentuk ini seluruh aktiva terletak di bagian atas neraca, kemudian disusul oleh hutang dan modal di bawahnya. Namun penempatan akun-akun dalam neraca tidak seluruhnya baku. Komposisinya sendiri dapat disesuaikan sesuai keinginan atau tujuan perusahaan, agar mempermudah dan memperjelas dalam penggunannya. Neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu : 1. Aktiva Aset atau aktiva adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit. Aset biasanya dikelompokkan menjadi beberapa kategori, seperti: a) Asset lancar Pengertian Aset lancar (current asset) dalam akuntansi adalah jenis aset yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya satu tahun. Contoh aset lancar antara lain adalah kas, piutang, investasi jangka pendek, persediaan, dan beban dibayar di muka. Pada suatu neraca, aset biasanya dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar. Perbandingan antara aset lancar dan kewajiban lancar disebut sebagai rasio lancar. Nilai ini sering digunakan sebagai tolok ukur likuiditas suatu perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya. b) Asset tetap Pengertian Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang memiliki umur lebih dari satu tahun dan tidak mudah diubah menjadi kas. Jenis aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam perlakuan pajak. Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan. c) Asset tidak berwujud Pengertian Aset tidak berwujud (Inggris: intangible asset) adalah jenis aset yang tidak memiliki wujud fisik. Jenis utama aset tidak berwujud adalah hak cipta, paten, merek dagang, rahasia dagang, dan goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun. d) Investasi jangka panjang Investasi jangka panjang adalah investasi dimana dana yang anda masukkan akan diputar dan baru dapat dicairkan setelaha jangka waktu minimal 1 tahun. e) Asset lain Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap, dan juga tidak dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/penyertaan maupun aktiva tak berwujud, seperti: aktiva tetap yang tidak digunakan, piutang kepada pemegang saham, beban yang ditangguhkan dan aktiva lancar lainnya disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain dan juga Biaya yang tidak dilaporkan sebagai beban pada periode terjadinya karena dianggap memberikan manfaat bagi periode-periode selanjutnya digolongkan sebagai beban yang ditangguhkan. 2. Hutang Seluruh kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, hutang sendiri dibedakan menjadi hutang jangka panjang dan pendek. Hal itu dibedakan berdasarkan waktu pelunasannya, jika jangka pendek waktu pelunasannya kurang dari satu tahun, sedangkan hutang jangka panjang pelunasannya lebih dari satu tahun. Hutang jangka pendek terdiri dari hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, hutang jangka panjang yang segera akan jatuh tempo, dan penghasilan yang diterima dimuka. Hutang jangka panjang terdiri dari hutang obligasi, hutang hipotik, dan lainnya. 3. Modal Merupakan hak atau bagian yang menjadi hak milik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal, surplus, dan laba ditahan. II.1.4.3 Laporan perubahan Modal (Owners Equity Statements) Laporan perubahan modal, adalah laporan yang menunjukkan perubahan modal untuk periode tertentu, mungkin satu bulan atau satu tahun. Melalui laporan perubahan modal dapat diketahui sebab-sebab perubahan modal selama periode tertentu. Sebuah perusahaan harus menyajikan laporan perubahan modal sebagai salah mencantumkan : satu komponen laporan keuangan, yang didalamnya 1. Laba atau rugi suatu periode 2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beseerta jumlahnya yang berdasarkan SAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas. 3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam SAK terkait. 4. Transakasi modal dengan pemilik dan distribusi modal kepada pemilik. 5. Saldo akuntansi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya. 6. Rekonsiliasi terhadap nilai tercatat dalam masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengugkapakan secara terpisah setiap perubahan. Laporan perubahan modal, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran deviden, menggambarkan jumlah keuntungan dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan. II.1.4.4 Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2005:323) menyatakan laporan arus kas (cash flow statement) melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas, dan perubahan bersih pada kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama satu periode. Informasi yang terdapat pada laporan arus kas harus dapat membantu para investor, kreditor, dan lainnya untuk menilai : 1. Kemampuan entitas dalam memperoleh arus kas di masa depan. Dengan memeriksa hubungan antar pos pada laporan arus kas, para investor dan pihak lainnya dapat membuat prediksi mengenai jumlah, waktu, dan ketidakpastian mengenai arus kas di masa depan dengan lebih baik dibandingkan jika mereka menggunakan data akrual. 2. Kemampuan entitas untuk membayar dividen dan memenuhi kewajiban. Jika sebuah perusahaan tidak memiliki cukup kas, mereka tidak dapat membayar karyawan, melunasi hutang, atau membayar dividen. Para keryawan, kreditor dan pemegang saham umumnya tertarik terutama pada laporan ini, karean laporan ini sendiri menunjukkan arus kas dalam kegiatan bisnis. 3. Alasan atas perbedaan antara angka laba bersih dank as bersih yang dihasilkan (digunakan) oleh aktivitas operasi. Laba bersih menyediakan informasi mengenai keberhasilan atau kegagalan sebuah perusahaan bisnis. Meski demikian, beberapa pihak mengkritik laba bersih berbasis akrual, karena membutuhkan banyak perkiraan. Hasilnya, keandalan dari angka tersebut sering dipertanyakan. Hal tersebut tidak terjadi pada kas. Banyak pembaca dari laporan arus kas ingin mengetahui alas an adanya perbedaan antara laba bersih dan kas bersih yang dihasilkan oleh aktivitas operasi, kemudian mereka dapat menilai sendiri keandalan jumlah laba tersebut. 4. Transaksi-transaksi investasi dan pendanaan kas selama periode tersebut. Dengan memeriksa transaksi-transaksi investasi dan pendanaan sebuah perusahaan, pembaca laporan keuangan dapat mengerti dengan lebih baik mengapa asset dan kewajiban berubah selama periode tersebut. Laporan arus kas menggolongkan penerimaan kas dan pembayaran kas menjadi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Transaksi-transaksi dan karakteristik kejadian lainnya dari setiap jenis aktivitas dijelasakan sebagai berikut : 1. Arus kas dari aktifitas operasi (Cash flow from operating activities) Mencakup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan pendapatan dan beban. Pendapatan dan beban yang kemudian dimasukkan dalam penentuan laba bersih. 2. Arus kas dari aktifitas investasi (Cash flow from investing activities) Mencakup (a) memperoleh dan menjual investasi dan asset tetap, dan (b) meminjam uang dan menagih pinjaman. 3. Arus kas dari aktifitas pendanaan(Cash flow from financing activities) Mencakup (a) memperoleh kas dari penerbitan hutang dan membayarkan jumlah yang dipinjam, dan (b) memperoleh kas dari pemegang saham dan memberikan pengembalian atas investasi pemegang saham. Kategori aktivitas adalah yang terpenting. Seperti disebutkan di atas, aktivitas ini menunjukkan kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan. Sumber kas ini umumnya dianggap sebagai ukuran terbaik dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup guna terus melanjutkan usahanya. II.2. Penilaian Bisnis Mengacu pada pendapat Palepu, Healy dan Peek (2010) penilaian bisnis adalah titik awal penting dalam menganilisis laporan keuangan. Penilaian bisnis mengidentifikasi keuntungan dan resiko-resiko utama perusahaan derta memungkinkan penganalisa untuk menilai keberlanjutan kinerja perusahaan saat ini dan membuat ramalan yang realistis terhadap kinerja masa depan. Palepu, Healy dan Bernard (2004) menjabarkan langkah – langkah dan tahap yang dilakukan dalam analisis bisnis dengan laporan keuangan dapat dijalankan dengan melaksanakan : 1. Analisis strategi 2. Analisis akuntansi 3. Analisis laporan keuangan 4. Analisis prospektif Dalam buku tersebut juga ditulis tentang analisis lainnya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan tingkat keyakinan dalam penilaian kinerja bisnis suatu perusahaan adalah: 1. Analisis sekuritas 2. Analisis kredit 3. Analisis kebijakan pembiayaan perusahaan 4. Analisis merger dan akuisisi 5. Analisis pemerintahan dan komunikasi Dalam buku “Pengantar Bisnis” Jeff Madura (2007) mengungkapkan dua kriteria bagi pemilik perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu: 1. Imbalan atas penanaman modalnya 2. Resiko dari penanaman modal mereka. Investor dan kreditor akan memberikan dana kepada perusahaan yang beresiko tinggi apabila perusahaan tersebut memiliki potensi untuk mendapatkan imbalan yang realtif tinggi pula. Cara untuk dapat menilai apakah sebuah perusahaan memiliki kinerja yang baik atau tidak, tidak hanya dapat dinilai dari analisis laporan keuangannya saja, namun juga harus menganalisis bisnis untuk mengetahui apakah perusahaan memliki kinerja yang baik atau tidak. Sehingga penilaian yang baik bagi investor atau kreditor dalam menilai perusahaan yang akan ditanami modalnya harus dilihat dari berbagai sudut pandang mengenai perusahaan. II.2.1 Analisis Strategi Kompetitif Strategi kompetitif adalah pencapaian posisi kompetitif yang diidamkan dalam industri, tempat dimana industri berada. Tujuan strategi kompetitif adalah menciptakan keuntungan dan posisi yang mendukung dalam melawan kekuatan yang menentukan persaingan industri. Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif ketika perusahaan tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan sesuatu lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain. Terdapat dua pertanyaan sentral dalam pilihan strategi kompetitif. Pertama adalah daya tarik industri untuk keuntungan jangka panjang dan faktor-faktor yang menentukannya. Kedua adalah strategi kompetitif adalah penentuan dari posisi kompetitif relatif di dalam industri. Analisis strategi juga digunakan untuk membuktikan apakah ekonomi perusahaan ada pada tingkat kualitatif sehingga selanjutnya analisis akuntansi dan keuangan dapat didasarkan pada kenyataan bisnis. Selain itu juga dapat dilakukan dengan menganalisis competitor, pendatang baru, pemasok, konsumen, dan barang pengganti, karena kelima hal tersebut memepengaruhi dalam pengambilan keputusan strategi dari suatu perusahaan. Hal ini juga pernah disebutkan oleh Michael Porter dengan Five Forces Model. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. Thomas, H (2007:9) mengungkapkan analisis PEST dapat sebagai acuan analisis. PEST analisis terkait dengan pengaruh lingkungan pada suatu bisnis. PEST merupakan suatu cara atau alat yang bermanfaat untuk meringkas lingkungan eksternal dalam operasi bisnis. PEST harus ditindaklanjuti dengan pertimbangan bagaimana bisnis harus menghadapi pengaruh dari lingkungan politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. A. Politik Faktor-faktor yang dianalisis oleh kebanyakan perusahaan antara lain: Upah minimum Pengendalian harga Kesempatan bekerja yang sama untuk semua orang Keselamatan dan kesehatan dalam bekerja Dimana lokasi pabrik boleh didirikan Apa yang boleh dikeluarkan pabrik itu ke udara Berapa keributan yang boleh dilakukan dalam berproduksi Peraturan dan perlindungan lingkungan Perpajakan Peraturan perdagan internasional Perlindungan konsumen Sikap pemerintah B. Ekonomi Keadaan perekonomian pada waktu sekarang dan dimasa yang akan datang dapat mempengaruhi kinerja kemajuan dan strategi perusahaan. C. Sosial Faktor-faktor sosial terpusat pada penilaian dari sikap konsumen dan karyawan yang mempengaruhi strategi. Para perencana strategi harus mengikuti perubahan pada tingkatan pendidikan dan penilaian sosial dengan maksud menilai dampaknya terhadap strategi mereka. Tetapi reaksi khas dari perusahaan terhadap faktor-faktor sosial berbeda-beda, dari perubahan dalamtingkah laku sampai keusaha mengubah penilaian sosial dan sikap melalui usaha hubungan kemasyarakatan. D. Teknologi Perencana strategi yang efektif meneliti lingkungan untuk mencari perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi bahan baku, operasi, dan produk serta jasa perusahaan, karena perubahan teknologi dapat memberikan peluang besar untuk meningkatkan hasil, tujuan atau mengancam kedudukan perusahaan. II.2.2 Analisis Laporan Keuangan Analisis keuangan yang dilakukan dilihat dari Laporan Rugi Laba dan Neraca. PT. HM Sampoerna, Tbk pada lima tahun yaitu 2007-2011. Analisis ini dilakukan dengan analisis horizontal dan analisis vertical, kemudian menggunakan rasio-rasio likuiditas, leverage, dan profitabilitas. Hasil penilaian rasio-rasio tersebut nantinya akan dibandingkan dengan hasil perhitungan yang didapatkan dari industri sejenis, guna menilai kinerjanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis. II.2.2.1 Analisis Horizontal ”Analysis horizontal mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode waktu tertentu.” (Weygandt, Jerry J, 2005:389). Metode analisis horizontal yang disebut juga analisis tren (trend analysis), adalah sebuah teknik untuk mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk menentukan kenaikan atau penurunan yang telah terjadi. Perubahan ini dapat dinyatakan baik dalam jumlah maupun presentase. Analisis horizontal umumnya digunakan pada perbandingan didalam (intra) perusahaan. II.2.2.2 Analisis Vertikal “Anayisis vertical mengevaluasi data laporan keuangan dengan menyatakan setiap pos dalam laporan keuangan sebagai persentase dari jumlah yang akan menjadi dasar”. (Weygandt, Jerry J, 2005:389). Analisis vertical adalah sebuah teknik untuk megevaluasi data laporan keuangan yang menyatakan setiap pos dalam sebuah laporan keuangan sebagai persentasee dari jumlah dasar. Pada neraca kita dapat mengatakan bahwa asset lancar adalah sebesar 22% dari total asset ( total asset menjadi jumlah dasar). Atau pada laporan laba rugi, kita dapat mengatakan bahwa beban penjualan adalah sebesar 16% dari penjualan bersih ( penjualan bersih menjadi jumlah dasar). II.2.2.3 Analisis Rasio Likuiditas Mengacu pada Munawir (2002:31) bahwa Rasio likuditas untuk mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memenuhi kebutuhan kas yang tak terduga (diluar prediksi perusahaan). Para kreditor jangka pendek seperti banker dan pemasok terutama tertarik untuk menilai likuiditas. Rasio-rasio yang dapat di gunkan untuk menentukan kemampuan pembayaran hutang jangka pendek perusahaan adalah rasio lancar (current ratio), rasio cepat (acid-test [quick] ratio), perputaran piutang (receivable turnover), dan perputaran persediaan (inventory turnover). 1. Rasio Lancar (current ratio) Rasio lancar (current ratio) adalah pengukuran yang digunakan secara luas untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan dan kemampuan membayar hutang jangka pendek. Rasio tersebut dihitung dengan membagi asset lancar dengan kewajiban jangka pendek. 2. Rasio Cepat (acid test rasio) Acid test rasio adalah pengukuran likuiditas jangka pendek segera perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah dari kas, investasi jangka pendek, dan piutang bersih dengan kewajiban jangka pendek. Maka, rasio ini merupakan pendukung penting terhadap rasio lancar. Acid test rasio dapat dihitung dengan rumus: 3. Perputaran Piutang (receivable ratio) Likuiditas dapat diukur dengan seberapa cepat asset-aset tertentu dapat diubah menjadi kas. Rasio ini mengukur berapa kali rata-rata piutang dapat tertagih selama satu periode. Perputaran piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih (penjualan bersih dikurangi penjualan tunai) dengan piutang bersih rata-rata. Receivable turnover dapat dihitung dengan rumus : 4. Perputaran Persediaan (inventory turnover) Inventory turnover mengukur berapa kali rata-rata persediaan dijual selama satu periode. Tujuannya adalah untuk mengukur likuiditas persediaan. Perputaran persediaan dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata. Kecuali jika terdapat factor signifikan, persediaan rata-rata dapat dihitung dari saldo persediaan awal dan akhir. Inventory turnover dapat dihitung dengan rumus : II.2.2.4 Analisis Rasio Profitabilitas Mengacu pada Sawir (2003:18) rasio profitabilitas untuk mengukur pendapatan atau keberhasilan operasi dari sebuah perusahaan untuk periode waktu tertentu. Laba, atau kekurangannya, mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendanaan utang dan ekuitas. Hal tersebut juga mempengaruhi posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk bertumbuh. Sebagai konsekuensinya, baik kreditor maupun investor tertarik dengan mengevaluasi daya laba— profitabilitas. Profitabilitas sering kali digunakan sebagai uji utama atas keefektivitasan operasi manajemen. Ada tiga rasio yang dapat digunakan sebagai alat ukur rasio profatibilitas, yaitu: 1. Margin Laba bersih (net profit margin) Margin laba bersih (net profit margin) adalah pengukuran presentase setiap nilai penjualan yang menghasilkan laba bersih. Hal ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan bersih. Net Profit margin dapat dihitung dengan rumus: 2. Margin Laba Kotor (gross profit margin) Rasio ini mengukur pengendallian harga pokok atau biaya produksi, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. gross profit margin dapat dihitung dengan rumus: 3. Net rate of ROI Rasio ini mengukur hubungan keuntungan perusahaan yang diperoleh dari operasinya dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut. Net rate of ROI dihitung dengan rumus: dapat II.2.5 Analisis Rasio Leverage Mengacu pada Munawir (2002:32) Leverage keuangan (ratio leverage) adalah perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk membelanjai/membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari ekstern perusahaan (dari kreditur-kreditur) dengan dana yang disediakan pemilik perusahaan. Rasio leverage dapat dihitung dengan cara yaitu: 1. Debt Ratio to Total Asset Rasio ini menunjukkan posisi antara kewajiban perusahaan terhadap kekayaan perusahaan. Semakin tinggi rasionya menggambarkan semakin besar resiko keuagan yang dimiliki kreditor maupun investor. Ini dikarenakan perusahaan lebih banyak memiliki hutang daripada aktivanya sendiri. Debt ratio to total asset dapat dihitung dengan rumus: 2. Debt to Total Equity Ratio Rasio ini menunjukkan posisi antara kewajiban perusahaan terhadap modal perusahaan. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang dimilikinya. Debt to total equity ratio dapat dihitung denga rumus: 3. Long Term Debt to Equity Ratio Rasio ini menggambarkan bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan hutang jangka panjang. Rumus untuk menghitunganya adalah: II.3. Analisis Kebangkrutan Analisis kebangkrutan adalah suatu alat yang digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio lalu kemudian dimasukkan dalam suatu persamaan diskriminan, untuk menghitung nilai Z terlebih dahulu kita harus menghitung lima jenis rasio keuangan yaitu: 1. Working capital to total assets (X1) 2. Retained earning to total assets (X2) 3. Earning before interest & taxes to total assets (X3) 4. Market value of equity to book value of debt (X4) 5. Sales to total assets (X5) Z = 0,012(X1) + 0,014(X2) + 0,033(X3) + 0,006(X4) + 0,999(X5) Analisa kebangkrutan Z ini ditemukan oleh Edward I. Altman. Maka, berdasarkan buku Debbarshi Battacarya (2011) “Financial Statement Anlysis” apabila Z dari perusahaan yang diteliti lebih kecil dari 1,80 beresiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila nila Z berada diantara 1,81 sampai dengan 3,00 dikatakan masih memiliki resiko kebangkrutan, bila diatas nilai 3,00 atau Z > 3,00 aman dari kebangkrutan.