BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan krisis multi dimensi yang melanda Indonesia, banyak masalah dan penderitaan yang dialami bangsa ini. Yang termasuk menonjol adalah dalam aspek ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang bangkrut, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menganggur. Penyebab dari krisis ini, bukanlah karena fundamental ekonomi yang lemah saja, tetapi karena utang swasta luar negeri yang telah mencapai jumlah yang cukup besar. Krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam, akibat adanya spekulasi dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah yang besar dan secara bersamaan sehingga permintaan akan dolar meningkat, ditambah lagi dengan banyak terjadinya bencana alam yang mengakibatkan nilai tukar rupiah yang semakin lemah. Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan. Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis dalam bentuk rasiorasio keuangan. Terdapat empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan yaitu : 1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu 2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan 3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan 4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress). Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan kombinasi dari data keuangan suatu perusahaan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan dibuat secara periodik. Ada beberapa pengertian laporan keuangan diantaranya sebagai berikut: a. Menurut Munawir (2002), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut. b. Sedangkan menurut Harnanto (1998), laporan keuangan adalah keadaan keuntungan dan hasil usaha perusahaan serta memberikan rangkuman historis dari sumber ekonomi, kewajiban perusahaan dan kegiatan yang mengakibatkan perubahan terhadap sumber ekonomi yang dinyatakan secara kuantitatif dalam satuan mata uang. Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan–keputusan investasi dan pendanaan Tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan pengungkapan laporan keuangan. Selain itu, tujuan umum laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusn ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4) pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut ini: a. Neraca Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku. b. Laporan laba rugi Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. c. Laporan perubahan ekuitas Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan,yang menunjukan: Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan. d. Laporan arus kas Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptsi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan. e. Catatan atas lapoaran keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: - Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting - Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas - Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar 2.2 Analisis Laporan Keuangan Menurut Leopold A. Bernstein, analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2002). Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan. Tujuan analisis laporan keuangan sendiri menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002) antara lain : - sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger - sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang - sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya - sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Menurut Dwi Prastowo, teknik analisis laporan keuangan dikategorikan menjadi dua metode, yaitu : 1) Metode analisis horizontal, adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan oleh beberapa periode sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Metode ini terdiri dari 4 analisis, antara lain : a. Analisis komparatif (comparative financial statement analysis) Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya. b. Analisis trend Adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. Sebuah alat yang berguna untuk perbandingan tren jangka panjang adalah tren angka indeks. Analisis ini memerlukan tahun dasar yang menjadi rujukan untuk semua pos yang biasanya diberi angka indeks 100. Karena tahun dasar menjadi rujukan untuk semua perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dimana kondisi bisnis normal. c. Analisis arus kas (cash flow analysis) Adalah suatu analisa untuk sebab – sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber – sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. Analisis ini terutama digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber dana penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan pandangan tentang bagaimana perusahaan memperoleh pendanaannya dan menggunakan sumber dananya. Walaupun analisis sederhana laporan arus kas memberikan banyak informasi tentang sumber dan penggunaan dana, penting untuk menganalisis arus kas secara lebih rinci. d. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis) Adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab – sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yng lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 2) Metode analisis vertikal, adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu. Metode ini terdiri dari 3 analisis, antara lain : a. Analisis common – size Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masingmasing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosannya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Analisis common size menekankan pada 2 faktor, yaitu : pertama sumber pendanaan, termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar dan ekuitas dan yang kedua, komposisi aktiva, termasuk jumlah untuk masing-masing aktiva lancar aktiva tidak lancar. b. Analisis impas (break-even) Adalah analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. c. Analisis ratio. Analisis ratio adalah suatu cara untuk menganalisis laporan keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. 2.3 Analisis Ratio Keuangan Analisis rasio (ratio analysis) merupakan suatu alat analisis keuangan yang sangat populer dan banyak digunakan. Namun perannya sering disalah pahami dan sebagai konsekuensinya, kepentingan sering dilebih-lebihkan. Analisis ratio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Input dasar untuk analisa rasio keuangan adalah laporan rugi laba dan neraca pada suatu periode tertentu yang akan dievaluasi. Kita harus ingat bahwa rasio merupakan alat untuk menyatakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari, dalam hal ini adalah kondisi financial perusahaan. Rasio merupakan titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasikan area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio (Wild, Subramanyan, Hasley, 2004). Analisa ratio digunakan untuk membandingkan berbagai perkiraan dalam kategori berbeda, yaitu perkiraan antara perkiraan satu dengan yang lainnya, baik perkiraan antar R/L, maupun R/L dengan neraca. Analisa rasio tidak hanya menggunakan rumus terhadap data keuangan, tetapi juga mengintrepretasikan nilai rasio tersebut dengan menggunakan beberapa analisa, yaitu: a. Analisa antar perusahaan Rasio perbandingan antar perusahaan yang berbeda pada waktu yang sama yaitu membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan pembanding dimana nilai ratio perusahaan dibandingkan dengan nilai rasio perusahaan pembanding dengan tujuan untuk perbaikan. Hal ini dilakukan untuk memeriksa apakah terjadi penyimpangan terhadap standar industri. b. Analisa berkala dari waktu ke waktu atau analisa deret berkala Hal ini dilakuakan berdasarkan pada teori bahwa perusahaan harus dievaluasi keadaan masa lalunya untuk mengetahui arah perkembangannya serta tindakan apa yang sesuai yang harus dilakukan perusahaan untuk jangka menengah dan panjang. c. Analisa gabungan Pendekatan yang lebih informatif terhadap analisa rasio adalah gabungan dari analisa antar perusahaan dan analisa deret berkala. Dalam analisa gabungan terdapat kaitan antara analisa retio perusahaan dengan trend dari industri. Pada umumnya semakin rendah ratio mencerminkan rata-rata penagihan perusahaan semakin baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisa ratio, diantaranya: 1. sebuah ratio tunggal secara umum tidaklah dapat memberikan informasi yang memadai untuk mengetahui seluruh kinerja perusahaan. 2. laporan keuangan yang dibandingkan harus dalam periode yang sama. Jika tidak maka penyimpangan yang disebabkan oleh dampak musiman dapat menghasilkan kesimpulan yang salah karena pembuatan keputusan yang salah. 3. sebaiknya menggunakan dasar laporan keuangan yang telah diaudit karena data keuangan perusahaan dapat mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. 4. data yang diperbandingkan disususn dengan cara yang sama dengan menggunakan perlakuan akuntansi yang berbeda khususnya untuk penyusutan dan persediaan dapat menyebabkan distorsi dalam hasil analisa ratio. Rasio harus diinterpretasikan dengan hati-hati karena faktor-faktor yang mempengaruhi pembilang dapat berkorelasi dengan faktor yang mempengaruhi penyebut. Sebagai contoh, perusahaan dapat memperbaiki rasio beban operasi terhadap penjualan dengan mengurangi biaya yang menstimulasi penjualan. Pengurangan jenis biaya seperti ini, kemungkinan berakibat pada penurunan penjualan atau pangsa pasar jangka panjang. Dengan demikian, profitabilitas yang tampaknya membaik dalam jangka pendek, dapat merusak prospek perusahaan di masa depan. Kita harus menginterpretasikan perubahan tersebut dengan tepat. Banyak rasio memiliki variabel penting yang sama dengan rasio lainnya. Dengan demikian, tidaklah perlu untuk menghitung semua rasio yang mungkin untuk menganalisis sebuah situasi. Rasio, seperti sebagian besar teknik analisis keuangan, tidak relevan dalam isolasi. Rasio bermanfaat bila diinterpretasikan dalam perbandingan dengan 1) rasio tahun sebelumnya, 2) standar yang ditentukan sebelumnya, 3) rasio pesaing. Pada akhirnya, variabilitas rasio sepanjang waktu sama pentingnya dengan trennya. Dengan menggunakan hasil analisis rasio, dapat mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan (strngth dan weakness) perusahaan pada masa lalu sebagai dasar penetapan strategi pada masa datang. Artinya, tujuan analisis adalah untuk mengetahui posisi keuangan pada masa lalu dan sekarang yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang kebijakan masa datang. 2.4 Jenis-Jenis Analisa Ratio Pada umumnya analisis terhadap rasio merupakan langkah awal dalam analisis keuangan guna menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan. Ukuran yang digunakan adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan. Beberapa rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 macam, yaitu diantaranya: 1. Rasio Likuiditas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendek. Rasio ini ditunjukkan pada besar kecilnya aktiva lancar. a. Current Ratio (ratio lancar), merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dimana kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. b. Cash ratio (ratio of immediate solvency), merupakan kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. c. Quick Ratio (ratio cepat), dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar, kemudian membagi sisanya dengan hutang lancar Dimana kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar lebih likuid (quick assets). yang 2. Rasio aktivitas, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber – sumber daya sebagaimana digariskan oleh kebijaksanaan perusahaan menjadi penjualan atau kas. Rasio ini menyangkut perbandingan antara penjualan dengan aktiva pendukung terjadinya penjualan artinya rasio ini menganggap bahwa suatu perbandingan yang “layak” harus ada antara penjualan dan berbagai aktiva misalnya : persediaan, piutang, aktiva tetap, dan lain-lain. Rasio produksi meliputi : a. Account receivable ratio, mengetahui jumlah waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang selama satu tahun yang dapat dihitung dengan cara membagi penjualan kredit dengan rata-rata piutang. b. Inventaory ratio, menhitung kemampuan persediaan berputar selama satu tahun yang diukur dengan menggunakan inventory turnover dan waktu rata-rata persediaan tertahan di gudang. Semakin kecil angka, maka semakin baik karena resiko yang semakin kecil. c. Total asset turnover, kemampuan total aktiva untuk berputar selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan. 3. Rasio Leverage, menunjukkan penjaminan utang, baik dengan menggunakan total aktiva maupun modal sendiri. a. Total debt, mengukur presentase penggunaan dana dari kreditur yang dihitung dengan cara membagi total hutang dengan total aktiva. Dimana beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. b. Debt to equity ratio, merupakan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Secara sistematis dapat ditulis sebagai perbandingan antara total utang dengan modal. c. Long term debt to equity ratio, merupakan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang. Long term debt to equity ratio = Utang jangka panjang Modal sendiri d. Tangible assets debt coverage, merupakan besarnya aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang setiap rupiahnya. Tangible assets debt coverage = Jumlah aktiva – Intangibles – utang lancar Hutang jangka panjang e. Time interest earned, dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang tanpa menyulitkan perusahaan dalam memenuhi kewajiban membayar bunga tahunan. Dimana besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang. 4. Rasio profitabilitas, digunakan untuk mengukur seberapa efekif pengelolaan perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan sebagai berikut: a. Gross profit margin, menunjukkan kemampuan penjualan dalam menghasilkan laba kotor. b. Net profit margin, kemampuan setiap rupiah penjualan untuk menghasilkan laba bersih (Earning After Tax, EAT) c. Return on total assets, menunjukkan kemampuan total aktiva menghasilkan laba sebelum dipotong bunga dan pajak (EBIT) d. Rate of return on investment, kemampuan aktiva rata-rata dalam menghasilkan laba setelah pajak. e. Return on equity, Kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa. 5. Rasio pasar, diterapkan untuk perusahaan yang telah go public dan mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai terutama pada pemegang saham dan calon investor. Rasio pasar mencerminkan penilaian pemgang saham dari segala aspek atas kinerja masa lalu perusahaan dan harapan kinerja di masa yang akan datang. a. Earning per share, menunjukkan jumlah pendapatan bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. b. Price earning ratio, rasio antara harga pasar saham dengan laba per lembar saham. Jika rasio ini lebih rendah dari pada rasio industri sejenis, bisa merupakan indikasi bahwa investasi pada saham perusahaan ini lebih beresiko daripada rata -rata industri. Rasio harga pasar pada umumnya digunakan untuk melihat saham perusahaan dan mengukur julah uang dimana investor bersedia membayar untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan. Besarnya rasio harga pasar menunjukkan tingkat kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan di masa depan. c. Market to book value, perbandingan antara nilai pasar saham dengan nilai buku saham, juga merupakan indikasi bahwa para investor menghargai perusahaan. Ratio harga pasar per nilai buku menunjukkan bagaimana penilaian investor terhadap kinerja perusahaan. Ratio ini menghubungkan nilai pasar saham perusahaan terhadap nilai buku atau nilai akutansi. Untuk menghitungnya pertama harus dihitung nilai buku per lembar saham biasa. Niali buku per lembar saham biasa = Ekuitas saham biasa Jumlah lembar saham biasa yang beredar Tabel 1. Ratio keuangan untuk Perusahaan x Ratio Keuangan Ratio Liquiditas: Curent ratio Quick ratio Cash ratio Ratio Aktivitas Account receivable turnover Average collection periode Inventory turnover Average age of inventory Operating cycle Total asset turnover Ratio Leverage Debt ratio Debt/ Equity ratio Time interest eamed Ratio Profitabilitas Gross profit margin Profit margin Return on total assets Return on common equity Cara Perhitungan 19x2 19x3 Aktiva lancar Utang lancar Kas+surat berharga+piutang Utang lancar Kas+surat berharga+piutang Utang lancar 2,2 2,17 1,3 1,26 0,91 1,00 8,16 4,57 44,7 hari 79,9 hari 1,26 1,05 289,7 hari 3,47 hari 334,4 hari 427,5 hari 0,530 0,381 0,63 0,62 1,67 1,60 11 kali 9 kali 0,41 0,12 0,12 0,12 0,0623 0,1200 0,17 0,17 Penjualan kredit bersih Piutang rata-rata ______365______ Perputaran piutang Harga pokok penjualan rata-rata persediaan _________365_________ Perputaran persediaan Average collection periode+ Average age of inventory __Penjualan bersih__ Total aktiva rata-rata Total utang Total aktiva __Total utang__ Modal sendiri ___EBIT___ Biaya bunga __Laba kotor__ Penjualan bersih ________EAT______ Penjualan bersih ________EAT______ Total aktiva rata-rata _______EAT_______ Modal sendiri Nilai pasar Eamings per share Price/Eamings ratio Book value per share Dividend yield Dividend payout EAT - Dividend Sh Preferen Jumlah Sh biasa beredar Harga pasar per saham Eamings per share Modal sendiri - saham preferen Jumlah Sh biasa beredar __Dividend per saham__ Harga pasar per saham __Dividend per saham__ Pendapatan per saham Rp 2,67 Rp 2,13 8,24 9,39 Rp 16,67 Rp 18,80 Sumber: Moeljadi, 2006 2.4 Intrepretasi Analisa Ratio Dari contoh analisa ratio pada tabel 1. untuk Perusahaan x, maka nilai ratio untuk tahun 19x3 tersebut dapat diintrepretasikan: 1. Rasio Likuiditas, a. Current Ratio = 2,17 : berarti setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 2,17 b. Cash ratio = 1,26 : berarti setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh kas, surat berharga dan piutang sebesar Rp 1.26 c. Quick Ratio = 0,91 : berarti setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin Rp 0,91 uang kas. Liquiditas persediaan yang rendah dapat diakibatkan oleh 2 faktor yaitu: a) terlalu banyak macam persediaan macam persediaan yang tidak dapat dijual dengan mudah karena merupakan barang setengan jadi, barang usang atau barang untuk kegunaan tertentu. b) Jika barang tersebut dijual dengan kredit maka akan menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi uang kas. Ratio cepat merupakan alat ukur likuiditas yang lebih baik jika persediaan tidak mudah diuangkan. Jika persediaan likuid maka rasio lancar merupakan ukuran likuiditas yang lebih disukai. Pada umumnya dari ke tiga alat ukur likuiditas yang telah diterangkan diatas, jika semakin tinggi nilainyan maka likuiditas perusahaan semakin baik. Kelebihan likuiditas akan mengurangi resiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka pendek yang telah jatuh tempo sehingga akan mengurangi laba. Jadi biaya untuk meningkatkan likuiditas merupakan pertukaran antara laba dan likuiditas. 2. Rasio aktivitas: a. Account receivable ratio = 4,57 kali, artinya dana yang tertanam dalam piutang itu mampu berputar sebanyak 4,57 kali dalam satu tahun. Averege Collection Periodenya adalah 80 hari, yang artinya dibutuhkan waktu rata-rata 80 hari untuk mengumpulkan mengumpulkan piutang menjadi uang kas kembali. Semakin singkat, maka semakin baik sebab semakin cepat tertagih. b. Inventaory ratio = 1,05 kali, artinya kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan untuk berputar dalam tahun 19x3 itu adalah 1,05 kali. Sedangkan waktu rata-rata dari persediaan tertahan di gudang dihitung menggunakan average of inventory, atau sama dengan 347,6 hari. Semakin kecil angka, maka semakin baik karena resiko yang semakin kecil. Untuk mengetahui siklus operasi dalam bisnis tertentu digunakan ukuran operating cycle yang menunjukkan jumlah hari yang diperlukan untuk mengonversikan persediaan piutang hingga kembali menjadi uang kas. Operating cycle = Averege Collection Periode + average of inventory c. Total asset turnover = 0.381, artinya kemampuan dana yang tertanam dalam total aktiva rata-rata hanya dapat berputar 0,381 kali dalam 1 tahun sehingga menghasilkan penerimaan penjualan bersih. Dengan kata lain, setiap Rp 1,00 aktiva hanya mampu menghasilkan penjualan sebesar Rp 0,381. Semakin kecil ratio tersebut, maka semakin jelek. . 3. Rasio Leverage. a. Total debt = 0,62 : artinya 62% dari total aktiva itu dibiayai dengan menggunakan dana yang berasal dari utang. b. Debt to equity ratio = 1,60 : artinya bagian dari utang yang dijamin oleh modal sendiri hanya sebesar 1/(1,6) = 0,625 stsu 62,5%. Jadi, apabila perusahaan itu dilikuidasi, maka bagian utang yang dapat dijamin dengan menggunakan modal sendiri hanya 62,5%. c. Long term debt to equity ratio = 0,95 artinya hanya 95% dari modal sendiri yang akan digunakan untuk menjamin utang jangka panjang. d. Time interest earned = 9 kali, artinya EBIT yang diperoleh itu 9 kali biaya bunga, atau dapat juga diartikan bahwa setiap Rp 1,00 bunga dijamin oleh Rp 9,00 EBIT 4. Rasio profitabilitas a. Gross profit margin = 0,38 artinya setiap penjualan Rp 1,00 akan menghasilkan laba kotor sebanyak Rp 0,38 b. Net profit margin = 0,12 artinya Rp 1,00 penjualan mampu menghasilkan Rp 0,12 laba setelah pajak (EAT) c. Return on total assets = 0,08 artinya Rp 1,00 total aktiva mampu menghasilkan Rp 0,08 laba sebelum dipotong bunga dan pajak (EBIT) d. Rate of return on investment = 0,0457 artinya setiap Rp 1,00 aktiva rata-rat mempu menghasilkan laba setelah pajak sebesar Rp 0,0457 e. Return on equity = 0,123 artinya setiap Rp 1,00 modal sendiri mampu menghasilkan Rp 0,123 untuk para pemegang saham. 5. Rasio pasar a. Earning per share =2,12 b. Price earning ratio = 9,39 artinya semakin tinggi nilai ratio P/E ini maka semakin baik karena dapt menunjukkan tingginya tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan oleh para pemodal. c. Market to book value = 18,80 2.4 Analisa Ratio Keseluruhan Dalam menganalisis analisa Rasio Keseluruhan dapat menggunakan pendekatan ANALISA SISTEM DUPONT Analisa sistem DuPont digunakan oleh manager keuangan untuk membedah secara terstruktur laporan keuangan dan menilai kondisi keuangan perusahaan (Ridwan, 2003). Sistem DuPont menggabungkan laporan laba/rugi dan neraca dalam dua ringkasan alat ukur yaitu Hasil Atas Aset atau HAA (Return on Total Aset) dan Hasil Atas Equitas atau HAE (Return on Equity) HAA = Margin Laba Bersih x Perputaran Total Aktiva Laba bersih setelah pajak Penjualan x Penjualan Total aktiva = Laba bersih setelah pajak Total aktiva HAE = HAA x PTK (Pengganda Tingkat Keuangan) Laba bersih setelah pajak x Total aktiva Total aktiva = Laba bersih setelah pajak Ekuitas Ekuitas Analisa sistem DuPont Penjualan HPP - EAT B Oprasion R/L - Margin Laba bersih : Penjualan : B. Bunga Pajak x HAA Penjualan A. Lancar + : Tot Aktiva Perputaran Tot. aktiva A. tetap HAE x Neraca U. lancar + Tot. Utang U. Jk Pjng : Tot Aktiva Equitas : Equitas PTK DAFTAR PUSTAKA Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif jilid 1. Bayumedia Publishing. Malang. Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan.Liberty.Jogjakarta,. Ridwan, S. Sundjaja, Prof. Dr. Drs. MSBA, dkk. 2003. Manajemen Keuangan. Literata Lintas Media. Jakarta. Sabari, Agus. 1995. Manajemen Keuangan. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta. Wild Jhon J., Subramanyam KR., Hasley Robert F.(Yasivi S. Bachtiar, S. Nurwahyu Harahap). 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta. .