RABU, 28 OKTOBER 2015 Melindungi Anak Dengan Efek Kadar Testosteron yang Tinggi pada Pria Manfaat Kastrasi Kimiawi Oleh F Suryadjaja SEJAK terbongkar kasus pedofili di Jakarta International School awal tahun 2014, dan kasus sodomi di Sukabumi pada Mei 2014 dengan 120 anak diduga menjadi korban kejahatan seksual, antusiasme berbagai kalangan untuk eradikasi kekerasan seksual terhadap anak menyeruak. Salah satu wujudnya pada Oktober 2015 media sosial ramai mengupas tentang kastrasi kimiawi. D i Indonesia, kasus kekerasan seksual terhadap anak semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia, jumlah kasus kekerasan seksual pada anak tahun 2011 sebanyak 328 kasus. Meningkat lebih dua kali lipat menjadi 746 kasus pada tahun 2012, dan menurun menjadi 525 pada 2013. Tetapi kembali melonjak tajam menembus angka 1380 pada tahun 2014. Kekerasan seksual terhadap anak merupakan kondisi abnormal dalam dinamika kehidupan sosial manusia. Kondisi abnormal ini terpencar secara acak dalam komunitas manusia. Tatkala abnormalitas ini tidak memunculkan gangguan atau kerugian pada lingkunganb sekitarnya, maka masih dalam koridor diterima (simbiosis) sebagai bagian dari waga. Namun, bila menimbulkan tindakan yang merugikan (parasistisme), maka segera untuk disingkirkan. Menurut kamus kedokteran, filia merupakan kesukaan yang intens atau abnormal. Pedofilia merupakan kesukaan hingga hubungan seksual yang abnormal terhadap anak-anak. Lantaran merupakan tindakan yang dinilai merugikan masa depan anak bahkan bangsa, maka keberadaan pedofili ditolak. Sedangkan dalam sistem hukum Amerika Serikat, pedofili merupakan tindak pidana kejahatan (criminal act) lantaran sering disertai dengan tindak kekerasan. Sehingga pedofili harus dihukum atau dipenjara, namun tidak efektif menimbulkan efek jera. Pedofili merupakan gangguan psikoseksual, yang mana aktivitas seksual abnormal dengan sasaran usia anak, baik pada anak laki-laki atau perempuan. PRINSIP dasar sistem imun adalah kemampuan tubuh untuk mengenali senyawa asing (antigen) yang masuk ke dalam tubuh, seperti mikroorganisme, toksin, jaringan dan senyawa asing lainnya. Respon tubuh tersebut dengan cara membentuk antibodi yang spesifik (imunitas spesifik) terhadap antigen. Respon tubuh terhadap antigen yang pertama kali masuk umumnya belum terlalu kuat, namun jika terpapar untuk yang kedua maka sel memori akan mengenali antigen dan terbentuklah antibody dengan cepat dan dalam jumlah yang memadai. Imunitas spesifik merupakan elemen penting dalam sistem pertahanan tubuh terhadap masuknya senyawa asing termasuk mikroorganisme, dan dapat dipacu dengan pemberian vaksinasi . Vaksinasi pada orang dewasa sangat penting dalam melawan penyakit infeksi, sebab orang dewasa dapat menjadi pembawa penyakit infeksi (laten) akibat berkurangnya imunitas yang dihasilkan oleh vaksinasi pada masa anak. Hal ini dimungkinkan menimbulkan outbreak penyakit tertentu seperti pertussis di Amerika Serikat. Beberapa alasan mengapa diperlukan vaksinasi dewasa: penyakit tertentu dapat berkembang menjadi penyakit kronik dengan meningkatnya usia, sebagian orang dewasa tidak mendapatkan vaksinasi saat masa anak, adanya globalisasi memicu perjalanan lintas batas yang memudahkan seseorang memasuki wilayah endemic penyakit infeksi. Beberapa pertanyaan yang muncul tentang vaksinasi pada orang dewasa adalah: bagaimana jadwal vaksinasi dewasa, rekomendasi jenis vaksin apa, mekanisme untuk mendapatkan vaksin, seberapa banyak cakupannya, berapa estimasi yang harus divaksinasi, apakah ditanggung asuransi atau Dalam ranah kesehatan mental, pedofili dikategoikan sebagai gangguan mental terkait aktivitas seksual dengan anak berusia di bawah 13 tahun (ephebophilia). Pelaku pedofili bisa laki-laki atau wanita mulai dari usia remaja hingga lanjut usia. Tetapi mayoritas dilakukan oleh laki-laki. Di Amerika Serikat, 50 persen pedofili adalah pria yang sudah menikah. Rata-rata pedofili adalah orang profesional (educated) yang mudah melakukan interaksi sosial dengan sesama warga di lingkungan tempat tinggal. Lagipula, pedofili juga orang yang memperhatikan kesehatan dan penampilan dirinya, khususnya bila berinteraksi di hadapan anak-anak. Semakin Luas Diterima Berbagai macam hipotesis dikemukakan tentang penyebab pedofili. Dari aspek biologi, kadar testosteron yang tinggi dalam darah merupakan faktor predisposisi untuk kemunculan perilaku seksual menyimpang. Sementara sebagian para ahli berpendapat pedofili lebih sebagai faktor psikososial ketimbang biologis. Karena itu, psikoterapi dikembangkan sebagai salah satu terapi untuk pedofili sejak tahun 2002. Tetapi tidak memberikan hasil yang memuaskan (tidak efektif). Karena itu, terapi medikasi dikembangkan yang kini dikenal sebagai kastrasi kimiawi atau kebiri dengan obat medikasi kimiawi. Ada tiga obat medikasi yang digunakan yaitu hormon wanita (medroxyprogesterone acetate), agonis luteinizing-releasing hormone (triptorelin, leuprolide, goserelin), dan antiandrogen (cyproterone) untuk menurunkan kadar testosteron dalam darah. Sebagian besar penelitian tentang efektivitas obat-obatan ini dilakukan di Jerman yang mana sistem hukum membolehkan penggunaan obat-obatan medis untuk pengobatan pedofili sejak tahun 1970-an. Kesimpulannya, antiandrogen merupakan obat yang paling efektif untuk mengurangi residivisme. Dampak dari penggunaan antiandrogen adalah penurunan kadar testosteron dalam darah. Bila berlangsung jangka panjang, manifestasi klinis seperti hipogonadisme (kadar testosteron 100-300 nanogram per desiliter) dengan gejalaberupa gangguan suasana hati, kenaikan berat badan, kulit keriput, kerontokan bulu pada tubuh, penurunan massa otot pada pria disertai kelemahan otot, osteoporosis, disfungsi ereksi, gairah seksual menurun, sulit konsentrasi, mudah lupa, dan gangguan tidur. Kastrasi kimiawi sebagai hukuman semakin luas diterima oleh negaranegara di dunia, termasuk di Benua Asia, terlepas dari penolakan oleh Amnesti International. Kastrasi kimiawi adalah penggunaan obat-obatan medis agar testis tidak aktif sehingga menurunkan keinginan atau dorongan untuk melakukan aktivitas seksual lewat penurunan sintesis testosteron. Sementara kastrasi bedah dilakukan sebagai hukuman bagi pedofili yang melakukan berulang kali tindakan kekerasan seksual (residivisme) yang tergolong sadis. Kastrasi atau gonadektomi dikategorikan melanggar hak asasi manusia lantaran meniadakan organ testis sehingga menyebabkan infertilitas. Tetapi, salah satu penelitian di Jerman menunjukkan angka residivisme hanya 3 persen pada predator (offenders) yang dikastrasi ketimbang 46 persen pada predator yang tidak dikastrasi. Pedofilia cenderung untuk kambuh (residivisme) sehingga cenderung melakukan tindakan kriminal ini beru- lang-ulang, bahkan setelah selesai menjalani masa hukuman atau keluar dari penjara. Jumlah kasus kekerasan seksual yang dilakukan pedofilia semakin meningkat, begitu pula jumlah pedofili sendiri. Meskipun angka pasti pedofili sulit diketahui dengan pasti. Di lingkungan penjara, pedofili cenderung mengalami penolakan sosial, bahkan dilukai atau dibunuh. Diskursus antara penggunaan antiandrogen sebagai terapi medis atau hukuman, masih terus berkembang. Dari aspek biopsikoseksual, kekerasan seksual adalah gangguan atau penyakit yang dapat diterapi. Pasalnya, kadar testosteron dalam darah di atas normal dapat disebabkan oleh resistensi androgen, hipoplasia adrenal kongenital, dan kanker pada testis atau ovarium. Kadar testosteron yang tinggi potensi untuk menimbulkan agresivitas seksual. Pemberian antiandrogen untuk menurunkan kadar testosteron bukan lagi semata untuk hukuman (punishment) tetapi juga bertujuan untuk pengobatan (treatment). Meskipun dampak obat antiandrogen bersifat reversibel atau pulih sempurna setelah penggunaan dihentikan, namun tidak direkomendasikan pada individu di bawah usia 18 tahun. Juga harus dimonitor secara periodik efek samping pada penyandang diabetes, tumor otak, kanker prostat, anemia sel sabit, trombosis pada pembuluh tungkai atau paru-paru, gangguan liver, dan depresi. Jika pengobatan dengan antiandrogen bersifat seumur hidup, maka sangat tipis perbedaan antara kastrasi (gonadektomi) dengan kastrasi kimiawi.(11) — F Suryadjaja adalah dokter pada Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. TESTOSTERON merupakan salah satu tiga homon androgen pada pria. Dua hormon androgen lainnya adalah dehidroepiandrosteron (DHEA), dan androstenediol. Dua hormon ini merupakan hormon yang memiliki efek androgen yang lemah. Sedangkan testosteron memiliki efek androgen yang kuat. Testosteron disintesis di sel interstitial testis (sel Leydig), kelenjar adrenal dari senyawa kolesterol, dan pada wanita dari ovarium. Bahan baku untuk mensintesis hormon testosteron adalah kolesterol. Karena itu, kadar kolesterol berkorelasi positif dengan kadar testosteron dalam tubuh. Semakin tinggi kadar kolesterol, maka seorang pria lebih cenderung memiliki kadar testosteron yang tinggi. Sebaliknya, kadar kolesterol yang rendah maka kadar testosteron juga rendah. Testosteron merupakan hormon steroid, lantaran memiliki struktur kimia cincin steroid (siklopentanoperhidrofenatren) yang terdiri dari 17 atom karbon. Dalam tubuh, senyawa yang memiliki cincin steroid adalah kolesterol, testosteron, progesteron, dan estrogen. Testosteron merupakan senyawa steroid yang bersifat anabolik. Secara fisiologis, steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadi lebih agresif. Hormon testosteron merupakan hormon seks utama pada pria. Ini memiliki fungsi sebagai peningkatan libido, tubuh menjadi lebih energik, mempertahankan fungsi kekebalan tubuh, dan menjaga densitas tulang sehingga tercegah dari osteoporosis. Hormon testosteron meningkat drastis sintesisnya saat usia prapubetas, dan selanjutnya menurun mulai usia 30 tahun. Karena itu, kasus pedofili dilatari agresivitas dorongan seksual lebih sering ditemukan pada usia di bawah 30 tahun. Kadar yang normal dalam tubuh seorang pria dewasa adalah 600-900 nanogram per desiliter. Pada wanita 30-70 nanogram per desiliter. Kadar testosteron yang tinggi para pria dapat menyebabkan pubertas pada usia lebih dini (pubertas prekok) dan infertilitas. Sejumlah kondisi tubuh yang menyebabkan kadar testosteron melonjak dalam darah darah resistensi androgen, hiperplasi adrenal kongenital, kanker ovarium, kanker testis, serta tumor pada hipofise, dan penggunaan anabolik steroid oleh olahragawan. Bila kadar testosteron di atas 1000 nanogram per desiliter maka menyebabkan seorang pria sulit mengontrol hasrat seksualnya. Bila sasaran ditujukan pada seorang anak berusia di bawah 13 tahun (definisi lain menyebutkan di bawah 18 tahun), maka terjadilah kasus kekerasan seksual pada anak (pedofili). Dari aspek biopsikososial, individu yang memiliki kadar testosteron yang di atas normal, lebih cenderung melakukan interaksi sosial dengan orang lain dan tidak senang menyendiri (kecuali saat depresi), serta cencerung ambisius. Pengaruh Makanan Secara fisik, umumnya manifestasi klinis kadar testosteron yang tinggi dalam adalah adalah alopesia yang khas pada ubun-ubun kepala, jerawat, suara yang ngebas (terdengar berat), banyak tumbuh bulu di tubuh khususnya di daerah dada, dan pola jari Cassanova di mana jari manis yang sama panjang dengan jari tengah. Lewat sebuah penelitian, James Dabbs, seorang ahli psikologi dari Amerika Serikat, berhasil menemukan perbedaan perilaku dan profesi antara pria yang memiliki kadar testosteron tinggi dengan bertestosteron rendah. Dabbs menemukan pendeta merupakan profesional dengan hormon testosteron paling rendah. Sebaliknya, aktor adalah profesi dengan hormon testosteron tertinggi. Karena itu, mayoritas aktor bersikap ambisius, memiliki hasrat seksual yang tinggi, dan mudah bersosialisasi. Makanan yang dapat meningkatkan kadar testosteron adalah kacang-kacangan (termasuk kacang tanah) terkait kandungan asam amino aspartat dalam biji kacang. Begitu pula asupan kopi dapat meningkatkan kadar testosteron. Suplementasi vitamin D setiap hari selama satu tahun dapat menaikkan kadar testosteron dalam darah sekitar 20 persen. Obesitas dapat menurunkan kadar testosteron. Penurunan berat badan dari obesitas dapat meningkatkan kadar testosteron. Sementara, aktivitas olahraga yang teratur dan terukur 30 menit sehari dapat menjaga bahkan meningkatkan kadar testosteron dalam darah. Sebaliknya olah raga yang berlebihan (olahraga kompetitif) dapat menurunkan kadar testosteron hingga 40 persen. Kurang tidur dapat menurunkan kadar testosteron dalam darah. Individu yang nomal memerlukan tidur pada malam hari sekitar 5-7 jam per hari. Kurang tidur selama 7 hari sudah cukup untuk menurunkan kadar sebesar 15 persen. (F Suryadjaja, dari berbagai sumber-11) Vaksinasi pada Orang Dewasa Oleh Muchlis Achsan Udji Sofro dengan biaya pribadi. Terdapat 16 jenis vaksin yang dianjurkan diberikan pada orang dewasa: meningococcal, pneumococcal, seasonal influenza, hepatitis B, hepatitis A, herpes zoster, human papillomavirus (HPV), diphtheria, Bacillus CalmetteGue 769;rin (BCG), measles, mumps, pertussis, poliomyelitis (polio), rubella, tetanus, and varicella. Vaksin Vaksin merupakan suspensi atau substansi mikroorganisme yang memacu sistem imunitas dan dapat digunakan untuk pencegahan penyakit infeksi tertentu. Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan imunitas terhadap invasi mikroorganisme pathogen atau toksin yang bisa didapatkan secara alamiah atau buatan. Vaksinasi aktif Vaksinasi aktif adalah pemberian suspense, substansi, atau toksin mikroorganisme yang sudah dimatikan atau dilemahkan guna merangsang produksi antibodi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan vaksin adalah: Efektif dalam merangsang sistem imun sehingga dapat mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme pathogen. Stabil dan imunogenisitasnya tidak mudah berkurang. Mudah didapat dengan harga terjangkau. Memenuhi persyaratan kualitas baik, aman digunakan. Vaksinasi pasif Vaksinasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibody dalam tubuh meningkat. Dapat terjadi secara alamiah atau buatan. Vaksinasi pasif alamiah: a. Vaksinasi maternal melalui plasenta. Antibodi ibu hamil merupakan proteksi pasif bagi janin. IgG ibu dapat dipindahkan melalui plasenta ke janin sehingga bayi yang dilahirkan menjadi kebal. Kadar IgG dari ibu tidak dapat bertahan lama sehingga harus dilakukan vaksinasi aktif untuk memacu pembentukan antibodi. b. Vaksinasi maternal melalui kolostrum. Air susu ibu mengandung komponen system imun terutama dalam kolostrum (ASI pertama keluar setelah melahirkan). Terutama melindungi bayi dari mikroorganisme pathogen di system pencernaan. Antibodi yang ditemukan dalam kolostrum tertuama: anti-difteri, anti-streptococcus, anti toksin tetanus. Vaksinasi pasif buatan: Dapat dilakukan dengan menyuntikkan antibodi tertentu ke dalam tubuh yang memerlukan antibodi segera guna mengatasi defisiensi antibodi. Vaksinasi pada orang dewasa 1. Meningokokal Terdapat 13 strain penyakit meningokokal, sebagian besar tipe A, B, C, W135 dan Y. Strain yang ada di pasaran adalah B dan C, yang dapat melindungi bayi dan anak-anak serta dewasa. Diperlukan terutama yang akan melakukan perjalanan (traveling). CDC merokomendasikan vaksin meningokokal pada orang dewasa yang: hidup di asrama terutama pada mahasiswa di tahun pertama, pekerja di laboratorium yang bersentuhan dengan bakteri meningokokal, anggota militer, akan bepergian ke daerah yang banyak dijumpai penyakit meningitis seperti Afrika, yang sudah menjalani operasi pengambilan limpa, yang mengalami penurunan daya tahan tubuh, pernah terserang meningitis pada waktu terjadi wabah. Vaksinasi meningitis tidak boleh diberikan pada pasien yang sedang mengalami infeksi sedang atau berat, sampai dinyatakan sembuh, ada riwayat reaksi alergi pada pemberian sebelumnya, atau ada riwayat alergi berat terhadap vaksin ang lain. 2. Pneumokokal Penyakit pneumonia disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia. Pada usia lanjut Pneumonia sering menimbulkan infeksi yang berat, sampai sepsis dan menimbulkan komplikasi meningitis. Oleh karena itu Vaksinasi pneumokokal direkomendasikan secara rutin diberikan terutama untuk orang yang : 1. Berusia di atas 65 tahun. 2. Anak-anak. Vaksin pneumokokkal (nama dagang: Prevnar 13) dianjurkan FDA diberikan pada yang berusia 19-64 tahun. Terutama pada yang mengalami kondisi tertentu: penyakit ginjal, perokok, asma, penyakit jantung kronik, penyakit paru kronik, aspenia (tidak punya limpa), penurunan daya tahan tubuh. Dosis yang diberikan adalah sekali setiap 5 tahun. 3. Influenza Haemophilus influenza type B (Hib) merupakan bakteri yang biasa ditemukan di saluran napas bagian atas, yang dapat menimbulkan penyakit yang parah baik pada anak-anak maupun dewasa. Penyakit ini sering bersamaan dengan penyakit lain , mulai dari infeksi kulit, infeksi telinga, sampai penyakit berat seperti meningitis, epiglottitis, artritis dan pneumonia. Pemberian vaksin influenza ini dapat sekaligus menjadi pelindung munculnya meningitis, epiglottitis maupun pneumonia pada orang dewasa. 4. Hepatitis B Virus Hepatitis B berpeluang menginfeksi hepar seumur hidup. Sebagian pasien dapat terbebas dari kelanjutan serangan virus Hepatitis B, namun sebagian yang lain dapat mengalami penyakit hati kronik, sirosis hepatis, hepatoma dan kematian. Virus Hepatitis B dapat menular melalui kontak dengan darah, cairan semen dan cairan vagina (hubungan sex) dengan pasien Hepatitis B serta dari Ibu ke janin selama dalam kandungan. Vaksinasi Hepatitis B diberikan tiga kali, bulan ke 1, 2 dan 6. Diberikan cukup sekali seumur hidup. 5. Hepatitis A Virus Hepatitis A merupakan salah satu vitus yang dapat menimbulkan infeksi dan merusak hepat. Infeksi hepatitisAumumnya ringan dan sedikit serius, akan tetapi pada sebagian pasien dapat menimbulkan bahaya dan merusak hepar. Ditularkan melalui makanan dan minuman (foodborne infection). Menurut WHO setiap tahun 1.4 juta orang terinfeksi Hepatitis A. Infeksi Hepatitis A ditularkan melalui kontak dengan feses yang terinfeksi, terutama pada Negara dengan sanitasi lingkungan yang tidak baik. Virus dapat survive di tangan dan kaki selama beberapa jam, dapat bertahan di suhu kamar dan dapat menyebar melalui tempat penampungan air. 6. Human Papiloma virus Humman Papiloma virus (HPV) merupakan virus yang dapat menyerang pria maupun wanita melalui kontak seksual. HPV dapat bertahan di dalam tubuh selama beberapa tahun dan menimbulkan penyakit kanker. Ada 40 tipe HPV yang dapat menyerang area genitalia dan menyebar melalui kontak seksual. HPV Tipe 16 dan 18 yang sering menyebabkan kanker servix, vulva, vagina (80%), penis (90%), usus, dan sebagian kanker leher dan kepala. Sedangkan HPV tipe 6 dan 11 dapat menyebabkan 95% kanker di sekitar genital. Vaksinasi HPV sebaiknya mulai diberikan sebelum seseorang mulai aktif melakukan aktivitas seksual (remaja). Tidak boleh diberikan pada saat wanita sedang hamil. (11) —DR Muchlis AU Sofro, Spesialis Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi- FK UNDIP