HASIL PENELITIAN Hubungan Kadar Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) dengan Testosteron pada Pria Dewasa di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan Suweino*, Edy Parwanto**, David Tjahjadi *** *Bagian Biokimia, **Bagian Biologi, *** Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia ABSTRAK Testosteron merupakan hormon seks yang diproduksi oleh sel Leydig di dalam testis. Di dalam sirkulasi, sebagian besar testosteron diikat oleh albumin dan sex hormone binding globulin (SHBG) dan sebagian kecil berupa testosteron bebas. SHBG meru pakan glikoprotein plasma yang berfungsi mengikat estrogen dan testosteron. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui perubahan kadar testosteron dan SHBG pada pria dewasa. Dua ratus lima puluh sembilan pria yang berumur 41 – 70 tahun diikutsertakan dalam penelitian ini. Pengukuran kadar SHBG dan testosteron dilakukan dengan teknik electrochemiluminescent immunoassay (ECLIA), glukosa diukur secara enzimatis menggunakan spektrofotometer. Kadar glukosa antar kelompok umur tidak berbeda (p = 0,661). Kadar testosteron total antar kelompok umur tidak berbeda (p = 0,567). Kadar SHBG antara kelompok umur 41 – 50 tahun berbeda dengan 51 – 60 tahun (p = 0,001) maupun dengan 61 – 70 tahun (p = 0,000), tetapi antara kelompok umur 51 – 60 tahun tidak berbeda dengan 61 – 70 tahun (p = 0,316). ITB antara kelompok umur 41 – 50 tahun berbeda dengan 51 – 60 tahun (p = 0,000) maupun dengan 61 – 70 tahun (p = 0,000), tetapi antara kelompok umur 51 – 60 tahun tidak berbeda dengan 61 – 70 tahun (p = 0,149). Kadar TT pria normal berbeda dengan pria diabetes (p = 0,000), demikian juga kadar SHBG (p = 0,001), tetapi ITB pria normal tidak berbeda dengan pria diabetes (p = 0,230). Kadar SHBG meningkat setelah umur 50 tahun, kadar TT tidak berubah dan ITB menurun setelah umur 50 tahun. SHBG berkorelasi positif dengan TT tetapi berkorelasi negatif dengan ITB. Kata kunci: testosteron, sex hormone binding globulin, indeks testosteron bebas, diabetes ABSTRACT Testosterone is a sex-hormone produced by Leydig cells in testicles. In circulation, the majority of this hormone is bound to albumin and sex hormone binding globulin (SHBG) while only a small proportion of it circulates as free testosterone. SHBG itself is a kind of plasma glycoprotein where estrogen and progesterone are bound to. The purpose of this research is to examine the overall change in testosterone and SHBG level in adult men. Two hundred and fifty nine men aged between 41 up to 70 years old were included in this research. SHBG and testosterone measurements were conducted using electrochemiluminescent immunoassay (ECLIA), while glucose level was measured enzymatically with spectrophotometer. Glucose levels among age groups were not different significantly (p=0.661), neither were total testosterone levels (p=0.567). SHBG levels were different significantly between the age groups 41 - 50 years and 51 - 60 years (p=0.001) and also between the age groups 41 - 50 years and 61 - 70 years (p=0.000). There was no significant difference in SHBG levels between the age groups 51 - 60 years and 61 - 70 years (p=0.316). Free Testosterone Index (FTI) were different between the age groups 41 - 50 years and 51 - 60 years (p=0.000) and also between the age groups 41 - 50 years and 61 - 70 years (p=0.000), while there was no FTI difference between the age groups 51 - 60 years and 61 - 70 years (p=0.149). Testosterone total levels were different significantly between healthy and diabetic groups (p=0.000), and so were SHBG levels (p=0.001), but there was no significant difference in FTI between healthy and diabetic groups (p=0.230). After 50 years of age, SHBG level increased, testosterone total level unchanged, while FTI decreased. There was positive correlation between SHBG and total testosterone, there was negative correlation between SHBG and FTI. Suweino, ML Edy Parwanto, David Tjahjadi.Correlation between Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) Level and Testosteron Level among Adult Male in Cilandak, Jakarta Selatan. Key words: testosterone, sex hormone binding globulin, free testosterone index, diabetes Alamat korespondensi email: [email protected] CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012 817 HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Spermatogenesis dikendalikan oleh hormon. Hipotalamus menghasilkan gonadotropin releasing hormone (GnRH) atau sering disebut follicle stimulating hormone/luteinizing hormone-releasing hormone (FSH/LH-RH). GnRH merupakan kunci regulasi sekresi gonadotropin, reproduksi dan tingkah laku seksual. Gonadotropin yang dirangsang oleh GnRH ialah LH dan FSH. Saat pubertas (awal pematangan seksual) secara khusus ditandai peningkatan FSH dan LH.1 Pemberian GnRH eksogen pada pria defisien GnRH meningkatkan kadar FSH dan LH, akibatnya meningkatkan pematangan tubulus seminiferus di dalam testis.2 49 tahun, dan secara bertahap menurun dengan semakin meningkatnya umur. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan nilai normal testosteron pada pria berkisar antara 10 – 35 nmol/L.6,7 Nilai normal pria dewasa yang berumur 20 – 49 tahun berkisar antara 9,9 – 52,4 nmol/L. Kadar testosteron total pria berumur antara 62 – 72 tahun 9,1 – 12,9 nmol/L. Penelitian terkini di 7 negara di Eropa menunjukkan bahwa rerata kadar testosteron total 15,8 nmol/L (95% CI: 15,2 – 16,3 nmol/ L).8 Pada pria yang menua, kadar testosteron menurun sebagai akibat menurunnya biosintesis testosteron oleh sel Leydig, selain itu juga karena degradasi testosteron lebih besar dibanding aromatasi.9 LH berfungsi merangsang sel Leydig testis untuk memproduksi hormon testosteron . FSH berperan penting dalam pengaturan perkembangan testis dan pengelolaan spermatogenesis pada pria dewasa. FSH berfungsi merangsang sel Sertoli untuk mensintesis androgen binding protein (ABP).3 ABP merupakan protein utama pengangkut androgen dari jaringan interstisial ke epitel germinal melalui sel Sertoli. Selain itu ABP juga mempercepat pengangkutan androgen dengan konsentrasi tinggi dari testis ke epididimis.4 Kadar testosteron bebas dalam serum darah pria Kaukasia dewasa normal yang berumur 20 – 49 tahun berkisar antara 0,04278 – 0,138 nmol/L dan yang berumur lebih dari 50 tahun berkisar 0,03726 – 0,08487 nmol/L. Penelitian kadar testosteron bebas di USA pada berbagai macam ras yang berumur 40 – 79 tahun menyimpulkan bahwa pada pria yang makin menua kadar testosteron bebas makin menurun. Penelitian di Polandia yang melibatkan 387 pria Kaukasia normal berumur 24 – 72 tahun dengan perlakuan aktivitas fisik rendah dan tinggi menunjukkan bahwa kadar testosteron bebas turun dengan makin meningkatnya umur. Penelitian kadar testosteron bebas serum oleh terhadap 30 pria Kaukasia normal yang berumur 42 – 48 tahun hasilnya berkisar 0,174 – 0,292 nmol/L. Diketahui bahwa kadar testosteron bebas serum pada 6 pria Kaukasia normal berumur 22 – 31 tahun berkisar 0,0531 – 0,0905 nmol/L. Penelitian terhadap 87 pria Kaukasia normal berumur 43 – 64 tahun menunjukkan bahwa kadar testosteron bebas serum berkisar 0,0053 – 0,0331 nmol/L. Faktor yang mempengaruhi kadar testosteron bebas di antaranya rokok. Hasil penelitian di tujuh negara Eropa menunjukkan bahwa pria perokok memiliki kadar testosteron bebas lebih tinggi dibanding bukan perokok. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kadar testosteron bebas pada pria dewasa normal bervariasi.10-12 Pengaruh FSH pada sel Sertoli melalui jalur yang melibatkan reseptor FSH atau R – FSH. Keseimbangan air dalam sel Sertoli, sinyal R – FSH juga memegang peranan penting dalam pengaturan produksi ABP, yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap fungsi epididimis dan motilitas spermatozoa.5,6 Testosteron dalam testis, sebagian digunakan untuk spermatogenesis dan sisanya disekresi ke dalam sistem sirkulasi. Jumlah seluruh testosteron dalam sirkulasi disebut testosteron total. Secara umum, testosteron total dalam sirkulasi digolongkan menjadi 4 bagian utama, yaitu testosteron-terikat-SHBG (~44%), testosteron-terikat-albumin (–50%), testosteron-terikat-cortisol binding globulin (~4%), testosteron bebas atau testosteron tidak terikat (–2%).6,7 Pria yang menua ditandai oleh penurunan kadar testosteron total dalam sirkulasi.7 Kadar testosteron pria sebelum pubertas rendah dan meningkat selama pubertas, kadar tertinggi pada kelompok umur 40 – 818 Sex hormone binding globulin (SHBG) merupakan glikoprotein plasma, disintesis oleh sel hepatosit, bersifat reversibel dan berafinitas tinggi untuk mengikat androgen dalam sirkulasi (DHT, testosteron, 3α- androstenediol) dan estrogen aktif maupun estradiol dengan afinitas yang lebih rendah. Selain sel hepatosit, SHBG juga diproduksi oleh sel Sertoli. SHBG yang diproduksi oleh sel Sertoli disebut ABP atau SHBG testis . Penelitian kadar SHBG pada pria hasilnya bervariasi. Kadar normal SHBG pada pria diketahui berkisar antara 10 – 73 nmol/L. Kadar SHBG makin meningkat dengan bertambahnya umur. Selain itu tingkat aktivitas fisik tidak begitu mempengaruhi kadar SHBG dan androgen.Kadar SHBG dan testosteron rendah dalam sirkulasi berhubungan kuat dengan sindrom metabolik yang menjadi faktor risiko kardiovaskuler dan resistensi insulin .Pada penderita diabetes, makin lama diderita, kadar SHBG dan TT makin meningkat.13-17 Indeks testosteron bebas (ITB) atau free testosterone index (FTI) merupakan rasio atau perbandingan testosteron total dengan SHBG dikali 100. Indeks testosteron bebas digunakan untuk menentukan status testosteron, sehingga dapat diketahui adanya abnormalitas ikatan antara SHBG dengan testosteron. Istilah yang sama dengan indeks testosteron bebas yaitu indeks androgen bebas (free androgen index = FAI). FAI untuk pria dewasa normal 30 – 150. Nilai normal FAI pria umur 20 – 29 tahun antara 30 – 128, FAI pria umur 30 – 39 tahun antara 24 – 122, FAI pria umur 40 – 49 tahun antara 14 – 126 dan FAI pria yang berumur lebih dari 49 tahun antara 18 – 82.18-21 Persentase testosteron bebas dari testosteron total pada pria normal yang berumur 20 – 49 tahun 0,18 – 0,68% dan pada pria berumur lebih dari 50 tahun 0,16 – 0,67%. Testsoteron bebas dalam sirkulasi darah berfungsi untuk mekanisme umpan balik negatif ke hipotalamus maupun hipofisis, sehingga membentuk poros hipotalamus-hipofisistestis.22-26 Insulin diproduksi oleh pankreas dan berperan dalam metabolisme karbohidrat. Pada pria Australia lanjut usia dan sehat (≥ 70 tahun) menunjukkan bahwa resistensi insulin berhubungan dengan kadar testosterone total rendah. Kadar testosteron total berada pada rentang nilai normal rendah. Lebih lanjut penelitian dengan meningkatkan kadar testosterone pada pria ternyata mengurangi sensitivitas insulin. Pria diabetes yang diterapi insulin menunjukkan bahwa kadar SHBG dan CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012 HASIL PENELITIAN testosterone meningkat.27,28 Perubahan kadar testosteron dan SHBG berdasar kelompok umur pada pria Indonesia dewasa normal belum diketahui. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui perubahan kadar testosteron dan SHBG pada pria Indonesia dewasa normal. METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi potong lintang (cross sectional study). Variabel bebas meliputi umur dan kadar glukosa darah, sedangkan variabel tergantung meliputi SHBG, TT dan ITB. b. Tempat Penelitian Pengambilan sampel darah dilakukan di Pusat Medis Trisakti. Pengolahan sampel menjadi serum darah dilakukan di laboratorium Biokimia, FK USAKTI. Pengukuran kadar SHBG dan testosteron total dilakukan di Laboratorium Prodia, Jakarta. c. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah pria lanjut usia sehat yang berumur minimal 40 tahun. Subjek mengisi informed consent terlebih dahulu sebelum mengikuti penelitian ini. Protokol penelitian ini telah memperoleh ijin dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta. Jumlah Subjek minimal yang diperlukan dalam penelitian ini minimal 160 Subjek {(α 0,10 Zα = 1,645); penyimpangan (B) = 2 nmol/L; standar deviasi (δ) = 15 nmol/L. Subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini 259 pria. d. Prosedur sampling Sampling dilakukan terhadap relawan pria di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Setiap kelurahan yang ada di wilayah kecamatan diikutsertakan dalam penelitian. Pemilihan Rukun Warga (RW) di masing-masing kelurahan dilakukan secara acak sehingga diperoleh 10 RW. Subjek dari masing masing RW dipilih secara acak di antara kepala keluarga (KK) yang memenuhi kriteria. Subjek yang terpilih dikelompokkan menurut umur. Pengelompokan Subjek yang terpilih menurut umur sebagai berikut: • Kelompok umur I: pria dewasa berumur 41 – 50 tahun. • Kelompok umur II: pria dewasa berumur 51 – 60 tahun. • Kelompok umur III: pria dewasa berumur 61 – 70 tahun. CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012 e. Kriteria penerimaan Subjek Sehat (normal) yang dinyatakan dengan pemeriksaan fisik oleh dokter. Kadar albumin serum normal (dinyatakan dengan hasil laboratorium). Umur Subjek 40 – 70 tahun. f. Kriteria penolakan Subjek 1. Menderita liver cirrhosis, hipogonad maupun hipergonad. 2. Menderita penyakit diabetes. 3. Mengonsumsi obat yang berhubungan dengan fungsi hati, misalnya phenytoin. 4. Mengonsumsi obat yang mempengaruhi organ reproduksi, misalnya androgen, hormon pertumbuhan dan glukokortikoid dosis tinggi. 5. Mengonsumsi obat yang mempengaruhi produksi dan metabolisme steroid, misalnya diazoxide. 6. Mengonsumsi obat yang mempengaruhi produksi insulin, misalnya epinefrin, kortisol, progestin, sulfonilurea. g. Kriteria pengeluaran Subjek 1. Subjek penelitian tidak hadir selama pengambilan data h. Cara kerja 1. Cara memperoleh Subjek penelitian 1.1 Pengumuman untuk memperoleh relawan sebagai Subjek penelitian. 1.2 Diperiksa secara fisik oleh dokter. 1.3 Memenuhi kriteria penerimaan. 1.4 Pengambilan sampel darah dan pengukuran kadar SHBG, TT, glukosa dan penghitungan indeks testosteron bebas (ITB). 2. Cara pengukuran kadar sex hormone binding globulin dan TT dilakukan dengan teknik electrochemiluminescent immunoassay (ECLIA), ITB dihitung menggunakan rumus TT/ SHBG x 100, glukosa diukur secara enzimatis menggunakan spektrofotometer. i. Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap kadar SHBG, TT dan FTI dilakukan uji Kolmogorov - Smirnov. Bila ada perbedaan kadar SHBG, TT dan FTI antar kelompok umur, dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil. Perbedaan kadar SHBG, TT dan FTI antara kadar gula normal dan tidak normal diuji dengan independent sample t test. Untuk mengetahui korelasi antara umur, glukosa, SHBG, TT dan FTI dilakukan uji regresi. Analisis data menggunakan SPSS 17. HASIL Karakteristik Subjek pada penelitian ini disajikan dalam tabel 1. Perbandingan rerata kadar glukosa, TT, SHBG dan ITB berdasar kelompok umur disajikan pada tabel 2. Tabel 1 Karakteristik subjek penelitian N Minimum Maksimum Rerata SE SD Umur (tahun) Variabel 259 40,0 70,0 53,185 0,4887 7,8649 43,13214 Glukosa (mg/dL) 259 72,00 382,00 109,5946 2,68010 TT (nmol/L) 259 3,32 43,69 18,9005 0,46312 7,45313 SHBG (nmol/L) 259 11,69 159,40 42,4716 1,34343 21,62052 ITB 259 9,97 106,95 48,1065 0,87246 14,04091 Keterangan: N = jumlah sampel, SE = standard error of mean, SD = standard deviation, TT = testosteron total, SHBG = sex hormone binding globulin, ITB = indeks testosteron bebas. Tabel 2 Perbandingan rerata kadar glukosa, TT, SHBG dan ITB berdasar kelompok umur Variabel Kelompok Umur (tahun) N Mean ± SE Nilai p Glukosa (mg/dL) 41 – 50 51 – 60 61 – 70 99 109 51 106,49 ± 4,34 111,66 ± 4,49 111,19 ± 4,76 0,661 TT (nmol/L) 41 – 50 51 – 60 61 – 70 99 109 51 18,30 ± 0,78 19,41 ± 0,67 18,95 ± 1,06 0,567 SHBG (nmol/L) 41 – 50 51 – 60 61 – 70 99 109 51 35,64 ± 1,79 45,55 ± 2,04 49,13 ± 3,55 0,000 ITB 41 – 50 51 – 60 61 – 70 99 109 51 54,41 ± 1,52 45,23 ± 1,06 42,00 ± 1,78 0,000 Keterangan: TT = testosteron total, SHBG = sex hormone binding globulin, ITB = indeks testosteron bebas, N = jumlah subjek, SE = standard error of mean, p = kemaknaan 819 HASIL PENELITIAN Tabel 3 Perbandingan rerata kadar TT, SHBG dan ITB antara pria normal dengan penderita diabetes Variabel Kelompok subyek N Rerata ± SE Nilai p Glukosa (mg/dL) Normal Diabetes 188 71 92,54 ± 0,52 154,74 ± 7,38 0,000 TT (nmol/L) Normal Diabetes 188 71 20,23 ± 0,55 15,37 ± 0,68 0,000 SHBG (nmol/L) Normal Diabetes 188 71 45,23 ± 1,68 35,15 ± 1,76 0,001 ITB Normal Diabetes 188 71 48,75 ± 1,03 46,39 ± 1,61 0,230 Keterangan: TT = testosteron total, SHBG = sex hormone binding globulin, ITB = indeks testosteron bebas, N = jumlah subjek, SE = standard error of mean, p = kemaknaan Tabel 4 Hubungan antara glukosa, TT, SHBG, ITB dengan umur Nilai p R R2 Glukosa = 95,076 + (0,273*umur). 0,425 0,050 0,002 TT = 15,135 + (0,071* umur). 0,231 0,075 0,006 SHBG = 2,39 + (0,754*umur). 0,000 0,274 0,075 ITB = 82,274 – (0,642*umur). 0,000 0,360 0,129 Persamaan regresi Keterangan: TT = testosteron total, SHBG = sex hormone binding globulin, ITB = indeks testosteron bebas, p = kemaknaan. Tabel 5 Hubungan antara TT, SHBG, ITB dengan glukosa Nilai p R R2 TT = 23,618 – (0,043*glukosa). 0,000 0,249 0,062 SHBG = 53,347 – (0,099*glukosa). 0,001 0,198 0,039 ITB = 48,822 – (0,007*glukosa). 0,748 0,020 0,000 Persamaan regresi Keterangan: TT = testosteron total, SHBG = sex hormone binding globulin, ITB = indeks testosteron bebas, p = kemaknaan Tabel 6 Hubungan antara TT, ITB dengan SHBG Nilai p R R2 TT = 7,074 + (0,278*SHBG). 0,000 0,808 0,653 ITB = 62,071 – (0,329*SHBG). 0,000 0,506 0,256 Persamaan regresi Keterangan: TT = testosteron total, SHBG = sex hormone binding globulin, ITB = indeks testosteron bebas, p = kemaknaan Kadar glukosa antar kelompok umur tidak berbeda (p = 0,661). Kadar testosteron total antar kelompok umur tidak berbeda (p = 0,567). Kadar SHBG antara kelompok umur 41 – 50 tahun berbeda dengan 51 – 60 tahun (p = 0,001) maupun dengan 61 – 70 tahun (p = 0,000), tetapi antara kelompok umur 51 – 60 tahun tidak berbeda dengan 61 – 70 tahun (p = 0,316). ITB antara kelompok umur 41 – 50 tahun berbeda dengan 51 – 60 tahun (p = 0,000) maupun dengan 61 – 70 tahun (p = 0,000), tetapi antara kelompok umur 51 – 60 tahun tidak berbeda dengan 61 – 70 tahun (p = 0,149). Perbandingan rerata kadar TT, SHBG dan ITB 820 antara pria normal dengan penderita diabetes disajikan pada tabel 3. Hubungan antara glukosa, TT, SHBG, ITB dengan umur disajikan pada tabel 4. dan ITB masih berada dalam rentang nilai normal (tabel 1). Kadar glukosa darah puasa dan TT antar kelompok umur 41 – 50 tahun tidak berbeda dengan 51 – 60 tahun maupun dengan 61 – 70 tahun, tetapi kadar SHBG dan ITB menunjukkan perbedaan antara kelompok umur (tabel 2). Kadar glukosa darah puasa pada pria dewasa yang beurmur 41 – 70 tahun di atas nilai normal dan antar kelompok umur 41 – 50 tahun tidak berbeda dengan 51 – 60 tahun maupun dengan 61 – 70 tahun, menunjukkan bahwa pria Indonesia dewasa memiliki profil diabetes ringan dengan rerata kadar glukosa 109,59 mg/dL. Subjek penelitian ini yang memiliki rentang umur 41 sampai 70 tahun juga menunjukkan bahwa umur tidak berkorelasi dengan glukosa (p = 0,425; tabel 4). Secara normal, peningkatan kadar glukosa dalam sirkulasi darah merangsang sekresi insulin. Karena kadar glukosa darah pada Subjek penelitian ini lebih tinggi dibanding nilai normal, maka kadar insulin dalam sirkulasi juga meningkat. Mengacu pada pedoman yang digunakan oleh Wilson et al14 kadar TT dalam penelitian ini (tabel 1 dan 2) masih berada dalam rentang nilai normal. Karena kadar TT antar kelompok umur pada penelitian ini tidak berbeda (p = 0,567, tabel 2), dan juga tidak ada korelasi antara kadar TT dengan umur (tabel 4), diduga kadar TT pria Indonesia dewasa sebelum berumur 40 tahun lebih tinggi dari kadar rata – rata hasil penelitian ini dan mulai umur 40 tahun sudah terjadi penurunan dan konstan sampai umur 70 tahun. TT tidak berkorelasi dengan umur pada penelitian ini, bertentangan dengan hasil penelitian Lopez et al.18, yang menyatakan bahwa TT berkorelasi negatif dengan umur. Hubungan antara TT, ITB dengan SHBG disajikan pada tabel 6. Kadar TT antar kelompok umur pada penelitian ini mirip dengan hasil penelitian di USA yang menunjukkan tidak ada perbedaan kadar testosteron total pada pria dewasa normal kelompok umur 50 – 59 tahun dengan 60 – 69 tahun27. Pria berusia ≥ 70 tahun memiliki kadar testosteron total rendah tetapi masih dalam rentang normal bawah. PEMBAHASAN Subjek penelitian ini rata – rata berumur 53 tahun dengan kadar glukosa darah puasa di atas nilai normal, sedangkan kadar TT, SHBG Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pria makin tua kadar TT makin menurun. Hasil penelitian lain di Israel menunjukkan ada Hubungan antara glukosa, TT, SHBG, ITB dengan glukosa disajikan pada tabel 5. CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012 HASIL PENELITIAN perbedaan kadar TT dan LH antara pria muda (umur sekitar 26 tahun) dengan pria dewasa menengah (umur sekitar 46 tahun); pria muda memiliki kadar testosteron yang lebih rendah dan LH lebih tinggi dibanding pria dewasa menengah. Kadar TT lebih dari 320 ng/dL (11,1 nmol/L) adalah normal sedangkan jika dari 200 ng/ dL (6,9 nmol/L) didiagnosis hipogonadisme.39 Rerata kadar TT pada penelitian ini 18,90 nmol/L, sedangkan kadar TT pria India yang berumur 20 – 50 tahun yaitu 24,61 ± 1,73 nmol/L. Perbedaan kadar tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan umur, etnis dan juga faktor makanan. Pada penelitian ini kadar TT berbeda antara pria dewasa normal dengan pria diabetes (p = 0,000). Pria diabetes memiliki kadar TT lebih rendah dibanding pria normal (tabel 3). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pria penderita diabetes pada tahun pertama memiliki kadar TT lebih rendah dibanding pria normal tetapi makin lama menderita diabetes, kadar TT makin meningkat. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar TT rendah atau kadar TT berkorelasi negatif dengan glukosa (p = 0,000; tabel 5). Pada penelitian ini kadar TT pria diabetes lebih rendah dibanding pria normal, tetapi ITB kedua kelompok tidak berbeda (p = 0,230; tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa ikatan antara SHBG dengan testosteron pada Subjek penelitian masih normal. Karena TT pria diabetes lebih rendah dari pria normal, diduga kadar TB pria diabetes pada Subjek penelitian ini juga lebih rendah dibanding pria normal. Dugaan ini berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa kadar TB tergantung produksi TT. Lebih lanjut dinyatakan bahwa TB berfungsi sebagai autoregulasi untuk feedback mechanism baik ke hipotalamus maupun hipofisis.46 Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa kadar TB menurun setelah umur 40 tahun, dengan kecepatan penurunan sebesar 1% per tahun. Kadar SHBG Subjek penelitian ini masih dalam rentang nilai normal. Kadar SHBG pada penelitian ini berbeda antar kelompok umur. Kadar SHBG antar kelompok umur 51 – 60 tahun tidak berbeda dengan kelompok umur 61 – 70 tahun, tetapi kedua kelompok tersebut kadar SHBGnya lebih tinggi dibanding pada kelompok umur 41 – 50 CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012 tahun (tabel 3). Data tersebut menunjukkan bahwa kadar SHBG meningkat setelah umur 50 tahun. Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa SHBG berkorelasi positif terhadap umur (tabel 4). Karena kadar SHBG pada penelitian ini normal, dapat disimpulkan bahwa fungsi sel hepatosit dalam memproduksi SHBG normal, demikian juga fungsi fisiologis SHBG terhadap sel sasaran juga normal. Fakta ini sesuai dengan teori bahwa fungsi SHBG sebagai regulator aksi kerja hormon steroid masih berjalan baik. Hasil penelitian terhadap pria Brazilia berusia 50 – ≥ 80 tahun menunjukkan bahwa kadar SHBG meningkat setiap dekade. Pada penelitian ini perubahan kadar SHBG setiap dekade tidak linier, yaitu meningkat setelah umur 50 tahun, kemudian konstan sampai umur 70 tahun. Yang menarik adalah kadar SHBG pada pria diabetes lebih rendah dibanding pria normal (p = 0,001; tabel 3) dan ada korelasi negatif antara SHBG dengan glukosa (tabel 5). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pria penderita diabetes pada tahun pertama memiliki kadar SHBG lebih rendah dibanding pria normal tetapi makin lama menderita diabetes, SHBG makin meningkat. Perlu diingat bahwa peningkatan kadar SHBG dalam sirkulasi juga dapat terjadi karena kebiasaan merokok. Kadar SHBG dalam sirkulasi juga dapat menurun. Penurunan kadar SHBG dalam sirkulasi terjadi antara lain karena ada sindrom metabolik yang menjadi faktor risiko kardiovaskuler dan resistensi insulin. Pada pria obese kadar SHBG menurun dan setelah berat badan turun kadar SHBG menjadi normal.14,15,16 Kadar SHBG pada penelitian ini berkorelasi positif dengan TT (tabel 6) . Data tersebut menunjukkan bahwa sintesis SHBG oleh hepatosit sinkron dengan sintesis testosteron oleh sel Leydig. Hasil penelitian pada pria penderita diabetes juga menunjukkan adanya korelasi positif antara SHBG dengan TT. Pria penderita diabetes pada tahun pertama memiliki kadar TT dan SHBG lebih rendah dibanding pria normal tetapi makin lama menderita diabetes, kadar TT dan SHBG makin meningkat.27 ITB antar kelompok umur 41 – 50 tahun pada penelitian ini lebih tinggi dibanding kelompok umur 51 – 60 tahun maupun 61 – 70 tahun, tetapi antara kelompok umur 51 – 60 tahun tidak berbeda dengan 61 – 70 tahun. Hasil tersebut disebabkan oleh peningkatan SHBG pada kelompok umur yang sama, sedangkan kadar TT tidak berubah (tabel 2). ITB juga berkorelasi negatif dengan SHBG (tabel 6). Penurunan ITB setelah umur 50 tahun menunjukkan penurunan kemampuan ikatan antara SHBG dengan testosteron. Karena ITB pria normal tidak berbeda dengan pria diabetes, kedua kelompok Subjek penelitian ini memiliki ikatan testosteron – SHBG yang tidak berbeda (p = 0,230; tabel 3). Perbedaan ITB pada Subjek penelitian ini disebabkan oleh pengaruh umur (tabel 2) dan bukan karena perbedaan kadar glukosa serum darah puasa (tabel 3). ITB juga tidak berkorelasi dengan glukosa (tabel 5). Korelasi negatif antara ITB dengan umur menunjukkan makin menua, ITB makin menurun (tabel 4). Penurunan ITB pada penelitian ini sama dengan hasil penelitian terhadap pria Brazilia berumur 50 sampai ≥ 80 tahun yang menunjukkan bahwa ITB menurun setiap dekade. Sedangkan penelitian Hameed et al., (2009)29 menunjukkan bahwa pria disfungsi ereksi juga memiliki ITB dalam rentang normal dan tidak berhubungan dengan tingkat keparahan disfungsi ereksi pada pria. ITB mempengaruhi respon terhadap pengobatan disfungsi ereksi.29 SIMPULAN Rerata umur pria Indonesia Subjek penelitian ini 53 tahun dengan kadar glukosa darah puasa di atas nilai normal, memiliki rerata kadar SHBG, TT dan ITB dalam rentang nilai normal. Kadar glukosa dan TT antar kelompok umur 41 – 50 tahun tidak berbeda dengan 51 – 60 tahun maupun dengan 61 – 70 tahun. Kadar SHBG dan ITB kelompok umur 41 – 50 lebih tinggi dibanding kelompok umur 51 – 60 tahun maupun dengan 61 – 70 tahun, tetapi antara kelompok umur 51 – 60 tahun tidak berbeda dengan 61 – 70 tahun. Kadar TT dan SHBG pada pria normal lebih tinggi dibanding pria diabetes, tetapi ITB antar kedua kelompok tidak berbeda. Kadar SHBG berkorelasi positif dengan umur maupun dengan TT, TT tidak berkorelasi dengan umur, sedangkan ITB berkorelasi negatif dengan umur maupun dengan SHBG. TT dan SHBG berkorelasi negatif dengan glukosa tetapi FTI tidak berkorelasi dengan glukosa. 821 HASIL PENELITIAN DAFTAR PUSTAKA 1. Anderson DC: Sex hormone binding globulin (Review article). Clinical Endocrinology 2004, 3: 69 – 96. 2. Mendel CM: The free hormone hypothesis: A physiologicaly based mathematical model. Endocrinol Rev 2004, 10: 232 - 74. 3. Rosner W: The functions of corticosteroid binding globulin (CBG) an sex hormone binding globulin (SHBG). Recent advances. Endocrinol Rev 2002, 11: 80 – 91. 4. Hryb DJ, Khan MS, Romas NA and Rosner W: The control of the interaction of sex hormone-binding globulin with its receptor by steroid hormones. J Biol Chem 2003, 265: 6048 – 54. 5. Joseph DR. Structure, function and regulation of androgen binding protein/sex hormone binding globulin (SHBG). Vitamin and Hormones 2004, 49: 197 - 204. 6. Bond A and Davis C: Sex hormone binding globulin in clinical perspective. Acta Obstet Gynecol Scand 2006, 66: 255 – 62. 7. Cunningham SK, Loughlin T, Cullitton M and McKenna TJ: The relationship between sex steroids and sex-hormone-binding globulin in plasma in physiological and pathological condi- 8. Suzuki R, Allen NE, Appleby PN, Key TJ, Dossus L, Tjanneland A, Johnsen NF, Overvad K, Sacerdote C, Palli D, Krogh V, Tumino R, Rohrmann S, Linseisen J, Boeing H, Trichopoulou A, Makry- tions. Ann Clin Biochem 2005, 22:489 – 97. giamis G, Misirli G, Bueno – de – Mesquita B, May AM, Díaz MJT, Sánchez MJ, Gurrea AB, Suárez LR, Buckland G, Larranaga N, Bingham S, Khaw KT, Rinaldi S, Slimani N, Jenab M, Riboli E and Kakks: Lifestyle factors and serum androgen among 636 middle aged men from seven countries in the European prospective investigation into cancer and nutrition (EPIC). Cancer Causes Cntrol 2009; 20: 811 – 21. 9. Hardy MP And Schlegel PN: Testosterone production in the aging male: Where does the slowdown occur?. Endocrinology 2004; 145 (10): 4439 – 40. 10. Lindstedt G, Lundberg PA, Hammond GL and Vihko R: Sex hormone-binding globulin – still many questions (editorial review). Scand J Clin Lab Invest 2005, 45: 1 – 6. 11. Hamalainen E, Adlercreutz H, Ehnholm C and Puska P: Relationships of serum lipoproteins and apoproteins to sex hormones and to the binding capacity of sex hormone binding globulin in healthy Finnish men. Metabolism 2004, 35: 535 – 41. 12. Parwanto E: Pengaruh asupan lipid-protein dan polimorfisme sex hormone binding globulin (SHBG) terhadap kadar SHBG pada pria Indonesia dan Kaukasia. Disertasi 2004, FKUI, Jakarta, Indonesia. 13. Mohr BA, Guay AT, O’Donnell AB and McKinlay JB: Normal, bound and nonbound testosterone levels in normally ageing men: results from the Massachusetts male ageing study. Clinical Endocrinology 2005; 62: 64 – 73. 14. Wilson JD, Foster DW, Kronenberg HM, Larson R, Williams P: Textbook of Endocrinology, 10ed 2003, USA: WB Saunders Co. 15. Svartberg J, von Mu¨ hlen D, Sundsfjord J & Jorde R. Waist circumference and testosterone vlevels in aging men. The Tromsø study. European Journal of Epidemiology 19: 657–63, 2004. 16. Svartberg J, Von Mu¨ hlen D, Schirmer H, Barrett-Connor E, Sundfjord J & Jorde R. Association of endogenous testosterone with blood glucose level in men. The Tromsø study. European Journal of Endocrinology 150: 65–71, 2004. 17. Emmelot – Vonk MH, Verhaar HJJ, Nakhai Pour HRN, Aleman A, Lock TMTW, Ruud Bosch JLH, Grobbee DE and van der Schouw YT: Effect of testosterone supplementation on functional mobility, cognition, and other parameters in older men. A randomized controlled trial. JAMA 2008; 299 (1): 39 – 52. 18. Lopez RF, Ferreira SAGJ, Coeli CM and Farias : Low body mass index and declining sex steroid explain most age – related bone loss in Brazilian men. Osteoporosis Int 2009;20: 1175 – 82. 19. Yeap BB, Chubb SA, Hyde Z, Jamrozik K, Hankey GJ, Flicker L and Norman PE: Lower serum testosterone is independently associated with insulin resistance in non – diabetic older men: the health in men study. Eur. J. Endocrinol.y 2009; 161: 591 – 8. 20. Harman SM, Metter EJ, Tobin JD, Pearson J And Blackman MR: Longitudinal effects of aging on serum total dan free testosterone levels in healthy men. Baltimore Longitudinal Study of Aging. J Clin Endocrinol Metab. 2001; 86: 724 – 31. 21. Feldman HA, Longcope C, Derby CA, Johannes CB, Araujo AB, Coviello AD, Bremner WJ, McKinlay JB: Age trends in the level of serum testosterone and other hormones in middle-aged men: longitudinal results from the Massachusetts male aging study. J Clin Endocrinol Metab 2002; 87: 589 – 98. 22. Venkat K, Desai M, Arora MM, Singh P and Khatkhatay MI: Age – related changes in sex steroid levels influence bone mineral density in healthy Indian men. Osteoporos Int 2009;20: 955 – 62. 23. Luboshitzky R, Shen – Orr Z, Herer P: Middle – aged men secrete less testosterone at night than young healthy men. J Clin Endocrinol Metab. 2003; 88 (7): 3160 – 6. 24. Vermeulen A: Hormonal cut – offs of partial androgen deficiency: a survey of androgen assays. J Endocrinol Invest, 2005; 28: 28 – 31. 25. Rosner W, Auchus RJ, Azziz R, Sluss PM and Raff H: Position statement: utility, limitations, and pitfalls in measuring testosterone: an endocrine society position statement. J Clin Endocrinol Metab 2007, 92 (2): 405 – 13. 26. Lund BC, Bever – Stille KA and Perry PJ: Testosterone and andropause: The easibility of testosterone replacement therapy in elderly men. Pharmacotherapy 2002, 19(8):951-6. 27. Li C, Ford ES, Li B, Giles WH and Liu S: Association of testosterone and sex hormone binding globulin with metabolic syndrome and insulin resistance in men. Diabetes Care. 2010; 33 (7): 1618 – 24. 28. Lima N, Cavaliere H, Knobel M, Halpern A and Medeiros – Neto G: Decreased androgen levels in massively obese men may be associated with impaired function of the gonadostat. International Journal of Obesity 2002; 24: 1433 – 7. 29. Hameed A, Thwaini A, Aslam Z, Shergill I, Ahmed R, Yahia G and Morgan D: The clinical association between free androgen index and erectile dysfunction in men. The Canadian Journal of Urology 2009; 16 (1): 4345 – 50. 822 CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012