PENGGUNAAN PRONOMINA PERSONA PERTAMA

advertisement
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
PENGGUNAAN PRONOMINA PERSONA PERTAMA BAHASA
JEPANG DIPANDANG DARI SEGI GENDER
Dini Maulia
Jurusan Sastra Jepang FIB Universitas Andalas
Abstrak
Artikel ini menjelaskan tentang penggunaan pronomina persona pertama
bahasa Jepang yang terdapat dalam novel 69 ‘Sixty Nine’ karya Ryu
Murakami yang ditinjau dari segi gender. Ditemukan 15 bentuk
pronomina persona pertama bahasa Jepang, 6 bentuk diantaranya dalam
bentuk tunggal dan 9 bentuk lainnya dalam bentuk jamak. Dari 15 bentuk
tersebut, terdapat 3 bentuk yang digunakan secara netral, yaitu watashi,
watashitachi, dan boku, dimana bentuk pronomina tersebut dapat
digunakan oleh pria maupun wanita. Terdapat 8 bentuk pronomina
persona pertama yang ditemukan hanya digunakan oleh pria, yaitu ore,
orera, oretachi, bokura, bokutachi, oi, oitachi, dan ware ware.
Penggunaan pronomina persona pertama yang hanya digunakan oleh
wanita terdapat 4 bentuk, yaitu atashi, atashitachi, uchi, dan uchitachi.
Kata kunci: Pronomina persona pertama, bahasa Jepang, gender
1. Pendahuluan
Dalam masyarakat Jepang, posisi pria dan wanita diletakkan pada
tingkat yang sangat berbeda. Pria diposisikan sebagai kaum superior
(berkedudukan
lebih tinggi)
dan wanita
sebagai kaum
inferior
(berkedudukan lebih rendah). Kondisi ini sudah ada sejak keshogunan
Jepang. Keberadaan sitem ie dalam budaya Jepang menunjukkan bahwa
telah terdapat
perbedaan kedudukan gender
pada budaya
yang
berkembang dalam masyarakat Jepang. Nakane (dalam Komiya, 2006:12)
menjelaskan sitem ie sebagai berikut:
1
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
Ie denotes the traditional Japanese family, in which each
family member had an identified status, and where family
business had highest property. The system was laid down in
the Meiji civil law (promulgated in 1898), which defined a
regulation of rights for the eldest son should succeed his
father in order to continue the household
Dari kutipan di atas diketahu bahwa penerus pertama yang
mengendalikan rumah tangga dibebankan kepada anak laki-laki tertua.
Artinya dapat disimpulkan bahwa dalam budaya Jepang dikenal perbedaan
posisi antara pria dan wanita. Pandangan diskriminasi antara keberadaan
pria dan wanita tersebut membuktikan bahwa masyarakat Jepang
menganut budaya perbedaan gender dalam masyarakatnya. Untuk dapat
memahami pengertian ‘gender’ secara jelas, kita harus membedakannya
dengan pengertian ‘jenis kelamin’. Berikut Shawn (2004) memberikan
perbedaan antara ‘gender’ dan ‘jenis kelamin’ sebagai berikut:
‘Sex’ refers to biological category, which is usually fixed before
birth. ‘Gender’ refers to social category, which is associated with
certain behavior. Bicycle neatly illustrates the difference between
the two: bike saddles designed for women usuall wider than
saddles designed for men, because women have a wider pelvic
girdle (sex difference). Bikes without crossbar, so riders can wear
skirts, are designed in response to a gender difference, since there
is no biological reason why, in some cultures, women wear skirts
and men don’t . (2004:76)
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa apabila kita membahas
mengenai gender, maka yang menjadi tolak ukur pandangan kita berkaitan
dengan pandangan suatu budaya terhadap keberadaan wanita dan pria
dalam suatu masyarakat. Hal tersebut tidak akan berhubungan dengan
alasan biologis yang membedakan antara pria dan wanita.
2
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
Akibat budaya yang dianut dalam membedakan gender oleh suatu
masyarakat, mengimbas kepada bahasa yang mereka gunakan dalam
berkomunikasi. Apabila kita mengkaji penggunaan suatu bahasa dari
kajian gender, maka terdapat dua poin penting yang akan menjadi pokok
pembahasan, yaitu: (1) Bagaimana bahasa yang digunakan menunjukkan
perbedaan secara gender, dan (2) Bagaimana perbedaan penggunaan
bahasa yang berbeda secara gender. Poin pertama merujuk pada bentuk
bahasanya, sedangkan poin keduan merujuk pada pengguna bahasa nya.
Adapun poin pertama digunakan dalam pembahasan artikel ini. Berikut
diuraikan bagaimana fitur bahasa dapat dihubungkan dengan kajian gender.
The literature on language and gender includes many specific case
studies of linguistic features of various languages which is
differentiate men’s and woman’s language use by virtue of
differing preferences for lexical items, syntactic constructions,
discourse strategies, and performance features such as sending out
backchannel signals and interrupting each other. (Coulmas,
2005:46)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa fitur-fitur linguistik seperti
leksikal, konstruksi sintaksis, wacana, dan bentuk interupsi dapat
menunjukkan perbedaan gender melalui bentuknya dalam suatu bahasa.
Adapun yang dibahas dalam artikel ini merupakan penggunaan pronomina
persona, yang dikategorikan sebagai fitur leksikal dalam bahsa Jepang
dengan menggunakan tinjauan gender. Pronomina adalah kata yang
menggantikan nomina atau frase nominal. Kridalaksana (2008:200)
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pronomina persona adalah
bentuk pronomina yang menunjuk kategori persona seperti saya, ia, dan
mereka. Pronomina persona tersebut kemudian dibagi kembali menjadi 3
jenis, yaitu: (1) pronomina persona pertama, disebut juga orang pertama
3
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
yang mengacu kepada pembicara atau dalam hal pembicara bersama satu
orang atau beberapa orang (we), (2) pronomina persona kedua atau disebut
juga orang kedua mengacu pada orang yang dituju (you), dan (3)
pronomina persona ketiga atau dikenal juga orang ketiga mengacu pada
satu atau beberapa orang atau benda lainnya ((she,he,they,it). Quirck
(dalam Syahrial, 2002:24). Pembahasan yang mencakup dalam artikel ini
hanya mengenai pronomina persona pertama bahasa Jepang yang ditinjau
dari segi gender.
Dalam bahasa Indonesia, penggunaan pronomina persona ini
bersifat netral. Adapun yang dimaksud pada kata ‘netral’ di artikel ini
merujuk pada penggunaannya oleh seseorang. Baik pria ataupun wanita
dapat menggunakan pronomina dalam bahasa Indonesia tanpa pembedaan
penggunaan, artinya disni dapat disebut netral. Berbeda halnya dengan
bahasa Jepang. Penggunaan pronomina persona dalam bahasa Jepang
dibedakan berdasarkan penggunanya, baik pria ataupun wanita. Artikel ini
akan
membahas
perbedaan
penggunaan
tersebut
kemudian
menghubungkannya dengan gender.
Sumber data dalam peneltian ini adalah novel 69 ‘Sixty Nine’
karya Ryu Murakami. Diperoleh 27 bentuk pronomina persona bahasa
Jepang yang digunakan dalam novel tersebut dengan 72 variasi
penggunaan. Penulis hanya akan membahas 15 dari bentuk pronomina
tersebut, yaitu pronomina persona pertama, yang kemudian diuraikan
penggunaannya berdasarkan gender dalam artikel ini.
2. Pembahasan
4
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
Salah satu ciri dari sebuah pronomina adalah hadir dengan
kekontransan gender. Quirck (dalam Syahrial, 2002:24) memberikan
contoh orang ketiga tunggal dalam pronomina persona memiliki
perbedaan antara maskulin (he), feminim (she), dan nonpersonal (it). Bgitu
juga dalam bahasa Jepang. Keberadaan gender yang terdapat dalam
pronomina dalam bahasa tersebut disampaikan oleh Coulmas (2005:48)
seperti berikut: “There is in Japanese, as in Korean, a multiplicity of
pronouns of self-reference which are gender specific”. Melalui kutipan
berikut jelas dikatakan bahwa bentuk pronomina dalam bahasa Jepang
memiliki perbedaan penggunaan ditinjau dari segi gender. Berikut uraian
penggunaan pronimina persona pertama bahasa Jepang yang ditemukan
dalam sumber data:
2.1 Orang Pertama tunggal
Bentuk orang pertama tunggal merupakan bentuk pronomina
persona pertama yang merujuk kepada si pembicara yang tidak lebih dari
1 (satu) orang partisipannya. Dalam bahasa Indonesia dapat diambil
contoh, kata saya dan aku. Dalam sumber data ditemukan 6 (enam) betuk
pronomina persona yang digunakan. Berikut uraiannya.
a. Atashi
Atashi yang berarti ‘saya’ merupakan pronomina persona pertama
tunggal dalam bahasa Jepang. Bentuk pronomina persona ini di dalam data
hanya digunakan oleh wanita ketika berbicara baik dengan wanita ataupun
pria. dapat dilihat dari data berikut:
(1) あたしの育て方が悪かったのよ (RM ‘69’, hal. 23)
Atashi no sodatekata ga warukattanoyo
‘Cara saya mengasuh(nya) buruk’
5
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
(2) あたしのことがよくわかったの (RM ‘69’, hal. 177)
Atashi no koto ga yoku wakatta no
‘(Dia) sangat tahu mengenai diri saya’
Data (1) pronomina persona atashi ‘saya’ digunakan seorang wanita
(seorang Ibu), dan (2) juga digunakan oleh seorang wanita (Tokoh
bernama Sato) untuk menunjuk dirinya sendiri.
b. Boku
Pronomina persona boku berarti ‘saya’ digunakan sebagai orang
pertama tunggal. Dalam sumber data ditemukan bahwa pronomina
persona ini digunakan baik oleh pria maupun wanita. Berikut ditemukan
pada data.
(3) あ、僕は、新聞部の (RM ‘69’, hal. 37)
A, boku wa, shinbun no
‘eh, saya adalah (pengurus) koran’
(4) あ、ボクのレコーダ (RM ‘69’, hal. 146)
A, boku no rekooda
‘eh, itu piringan hitam saya’
Data (3) kata boku ‘saya’ digunakan oleh pria (Tokoh bernama Ken) untuk
merujuk dirinya, sedangkan data (4) boku digunakan oleh wanita (Tokoh
bernama Ezaki).
c. Oi
Pronomina persona oi yang berarti ‘saya’ merupakan pronomina
persona pertama tunggal. Dalam data ditemukan bahwa pronomina
persona ini hanya digunakan oleh laki-laki.
6
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
(5) おいが全部打ち止めにしてやるけん (RM ‘69’, hal. 192)
Oi ga zenbu uchitome ni shite yaruken
‘Nanti saya yang akan melakukan semua(nya)
Data (5) menunjukkan bahwa pronomina persona oi yang berarti ‘saya’
digunakan oleh seorang pria (seorang Yakuza) untuk merujuk dirinya
sendiri.
d. Ore
Ore yang berari ‘saya’ juga merupakan pronomina persona pertama
tunggal dalam bahasa Jepang yang digunakan oleh pria. berikut data yang
ditemukan.
こ
(6) あ、俺ちょっと、カレーパンでも買うてくる (RM ‘69’, hal.
13)
A, ore chotto, kareepan de mo kau te kuru
‘eh, tunggu ya, saya mau beli roti kare dulu’
Data (6) menunjukkan bahwa ore ‘saya’ digunakan oleh pria (Tokoh
bernama Ken) merujuk pada dirinya sendiri.
e. Uchi
Pronomina persona pertama tunggal uchi yang berarti ‘saya’ dalam
bahasa Jepang digunakan oleh wanita. Berikut dilihat dalam data.
(7) うち、おかしゅうなかった
Uchi, okashuunakatta
‘apa aku kelihatan aneh’
(RM ‘69’, hal. 195)
7
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
Penggunaan kata uchi yag berarti ‘saya’ pada data (7) digunakan oleh
wanita (Tokoh bernama Matsui) merujuk kepada dirinya sendiri.
f. Watashi
Watashi yang berarti ‘saya’ merupakan pronomina persona pertama
tunggal dalam bahasa Jepang. Pronomina persona ini dapat digunakan
baik oleh pria atau wanita. Berikut sata yang diperoleh.
(8) 私はヘッセが好きです (RM ‘69’, hal. 29)
Watashi wa hesse ga suki desu
‘saya suka hesse’
(9) 私は刑事です (RM ‘69’, hal. 103)
Watashi wa keiji desu
‘saya adalah seorang detektif’
Data (8) menunjukkan penggunaan kata watashi yang digunakan oleh
wanita (Tokoh bernama Chiyoko Masuda), sedangkan data (9)
menunjukkan penggunaan watashi oleh pria (seorang detektif), dimana
keduanya digunakan untuk merujuk diri mereka sendiri.
Dari keenam betuk pronomina persona pertama tunggal yang
ditemukan dalam novel, hanya dua bentuk watashi, atashi, dan boku yang
diperkenalkan dalam pembelajaran bahasa Jepang. Tiga bentuk lainnya
biasanya ditemukan dalam drama ataupun cerita novel dan komik. Dari
keenam pronomina persona pertama tunggal tersebut, watashi dan boku
memiliki sifat netral. Artinya pronomina ini dalam data data digunakan
baik oleh pria ataupun wanita. Pronomina persona oi dan ore hanya
ditemukan penggunaannya oleh pria dalam sumber data. Atashi dan uchi
ditemukan dalam sumber data hanya digunakan oleh wanita saja.
8
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
2.2 Orang Pertama Jamak
Orang pertama jamak merupakan bentuk pronomina persona
pertama yang hadir dalam bentuk jamak.
Artinya merujuk kepada
pembicara yang jumlahnya banyak atau lebih dari 1 (satu) orang. Contoh
bahasa Indonesia seperi kata kita dan kami. Dalam bahasa novel 69,
ditemukan bentuk-bentuk pronomina persona pertama sebagai berikut.
a. Atashitachi
Pronomina persona atashitachi yang berarti ‘kita’ tergolong kepada
pronomina persona pertama jamak. Dalam sumber data ditemukan
pronomina persona ini hanya digunakan oleh wanita. Berikut contoh data.
(10)
あたし達は拒否の向こう側へ行かなければならないのよ
(RM ‘69’, hal. 177)
Atashitachi
wa
kyohi
no
ukou
ikanakerebanaranaiyo
‘penolakan kita harus bergerak ke arah sana’
gawa
e
Data (10) menunjukkan penggunaan atashitachi ‘kita’ oleh wanita (Tokoh
bernama Sato).
b. Bokura
Penggunaan pronomina persona pertama jamak bokura yang berarti
‘kami’ ditemukan dalam data digunakan oleh pria. Berikut terlihat pada
data.
(11)
岩瀬は僕らにも内緒でこっそりと作ったガリ。。。
(RM ‘69’, hal. 207)
Iwase wa bokura ni mo naiyou de kossuri to tsukutta gari
‘Iwase menjual puisi buatannya tanpa sepenetahuan kami’
Data (11) menunjukkan penggunaan pronomina persona bokura yang
berarti ‘kami’ oleh pria (Tokoh bernama Ken).
9
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
c. Bokutachi
Penggunaan pronomina persona bokutachi dapat diartikan ‘kami’
ataupun ‘kita’. Dalam sumber data ditemukan bokutachi hanya digunakan
oleh pria. berikut uraian data.
(12)
もちろんボク達も同志やけんね (RM ‘69’, hal. 55)
Mochiron bokutachi mo doushi yakenne
‘tentu saja, kita ini teman seperjungan’
(13)
ボク達もちょっと話のあった (RM ‘69’, hal. 185)
Bokutachi mo chotto hanashi no atta
‘Kami ada yang ingin dibicarakan sedikit’
Data (12) dan (13) menunjukkan penggunaan pronomina persona pertama
jamak bokutachi yang keduanya digunakan oleh laki-laki (Tokoh bernama
Ken merujuk dirinya dan teman-temannya). Perbedaan keduanya, bahwa
pada data (12) kata bokutachi diterjemahkan menjadi ‘kita’, sedangkan
pada data (13) bokutachi diterjemahkan menjadi ‘kami’.
d. Oitachi
Oitachi yang berarti ‘kami’ merupakan pronomina persona jamak
dalam bahasa Jepang. Pronomina persona ini berasal dari bentuk
tunggalnya oi. Dalam data pronomina ini digunakan oleh pria. berikut
uraian data.
(14)
188)
おまえ、おい達ばおちょくりよるやろ (RM ‘69’, hal.
Omae, oitachi ba ochokkuri yoru yaru
‘Kau, ingin mempermainkan kami’
Pronomina persona oitachi ‘kami’ pada data (14) digunakan oleh pria
(sekumpulan pemuda).
10
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
e. Oretachi
Oretachi ‘kami’ merupakan bentuk jamak dari ore. Pronomina persona
ini digolongkan kepada pronomina persona pertama jamak yang dalam
data digunakan oleh pria. Berikut uraian data.
(15)
オレ達も見た (RM ‘69’, hal. 162)
Oretachi mo mita
‘Kami juga melihat(nya)’
Kata oretachi pada data (15) digunakan oleh pria (Tokoh bernama Iwase)
merujuk pada dirinya dan teman-temannya.
f. Orera
Kata orera yang berarti ‘kita’ merupakan bentuk jamak dari pronomina
persona tunggal ore.
Dimana orera digolongkan ke dalam pronomina
persona jamak yang dalam data ditemukan digunakan oleh pria. berikut
analisis data.
(17)
オレラのやったこと (RM ‘69’, hal. 144)
Orera no yatta koto
‘hal yang kita lakukan’
Data (17) menunjukkan penggunaan pronomina persona orera ‘kita’ oleh
pria (Tokoh bernama Ken), yang merujuk pada dirinya dan sekumpulan
teman prianya.
g. Uchitachi
Pronomina persona uchitachi yangberarti ‘kami’ tergolong kepada
salah satu pronomina persona pertama jamak. Dalam data pronomina
persona ini digunakan oleh wanita. Berikut terlihat pada data.
(18)
うち達のクラスに来てね (RM ‘69’, hal. 176)
Uchitachi no kurasu ni kite ne
‘datang ke kelas kami’
11
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
Data (18) menunjukkan penggunaan oretachi ‘kita’ oleh wanita (Tokoh
bernama Matsui) merujuk pada dirinya dan teman wanitanya (Tokoh
bernama Sato).
h. Ware ware
Penggunaan pronomina persona pertama jamak ware ware ‘kami’
ditemukan dalam data digunakan oleh pria. Berikut analisis data.
(19)
我々は反権カ組織 (RM ‘69’, hal. 89)
Ware ware wa hanken ka soshiki
‘kami adalah gerakan Vajra’
Data (19) di atas menunjukkan penggunaan kata ware ware ‘kami’ yang
digolongkan pada pronomina persona jamak yang digunakan oleh pria
(Tokoh bernama Ken) merujuk pada dirinya dan teman-temannya.
i. Watashitachi
Watashitachi merupakan bentuk jamak dari watashi. Kata ini tergolong
kepada pronomina persona pertama jamak dalam bahasa Jepang. Berikut
analisis data.
わたし逹は忙しいんだ (RM ‘69’, hal. 40)
Watashitachi wa isogashiinda
‘Kami sedang sibuk’
(20)
Penggunaan watashitachi ‘kami’ pada data (20) menunjukkan penggunaan
kata watashitachi oleh pria (Tokoh bernama Yoshioka sensei) merujuk
pada dirinya dan siswa perempuannya. Bentuk ini dianggap netral, karena
ketika mengucapkan pronomina persona tersebut, tokoh Yoshioka sensei
bersama siswa perempuannya.
Bentuk jamak dalam pronomina persona pertama yang ditemukan
dalam sumber data sebagian besar juga ditemukan bentuk tunggalnya di
dalam data. Pembeda antara tunggal dan jamak antara keduanya adalah
12
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
penambahan afiks –ra dan –tachi.
Diantara 10 (sepuluh) bentuk
pronomina persona pertama jamak yang digunakan, watashitachi yang
memiliki sifat netral. Adapun yang bersifat maskulin yaitu: bokura,
bokutachi, oitachi, orera, oretachi, ore ore, dan ware ware. Untuk
pronomina persona yang digunakan oleh wanita, yaitu:
uchitachi dan
atashitachi.
3. Penutup
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
penggunaan pronomina persona pertama dalam bahasa Jepang yang
terdapat dalam novel 69 ‘sixty nine’ karya Ryu Murakami sebagai berikut:
1. Pronomina yang dapat digunakan oleh pria dan wanita adalah
watashi, boku dan watashitachi.
2. Pronomina yang ditemukan dalam data hanya digunakan pria
adalah ore, orera, oretachi, bokura, bokutachi, ware-ware, oi,
oitachi,
3. Pronomina yang ditemukan dalam data hanya digunakan oleh
wanita, adalah uchi, uchitachi, atashi, dan atashitachi.
13
言葉ジャーナル (Jurnal Kotoba)
Vol.2 2014
DAFTAR PUSTAKA
Coulmas, Florian.2005. Sosiolinguistics; The Study of Speaker’s Choices.
New York: Cambridge University Press.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar.
Jakarta: Rineka Cipta
Chaika, Elaine. 1982. Language The Social Mirror. Rowley: Newbury
House Publisher.
Jupriono, D. 1997. “Bahasa Indonesia Bahasa Lelaki? Telaah
Ketimpangan Gender dalam Bahasa Indonesia”. Jurnal. Surabaya:
Universitas 17 Agustus 1945.
Komiya, Naoko. 2006. “Domestic Elder Abuse in Japanese Context –
Concerning
Elderly Women Who are not in Need of Nursering Care”.Tesis.
University of
Tampere.
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende
Flores: Nusa
Indah.
____________________. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka
Utama.
Lodge, D and Wood, N. 2000. Modern Critism and Theory. London:
Longman.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Nathesan, S. 1990. “Leksis Gender dalam Bahasa Melayu: Suatu Tinjauan
Awal dari Sudut Makna”. Jurnal. Kuala Lumpur.
Thomas, L et al. 2004. Language, Society and Power. London:Routledge.
14
Download