BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Difinisi jasa Menurut Kotler (2009:348), jasa adalah semua tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat atau tidak terkait dengan produk fisik.Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005:28) ”Jasa pada dasarnya adalahseluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.Menurut Valarie A. Zeithaml dan Mary Jo Bitner dalam Buchari (2007:243), jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk, dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah dan bersifat tidak berwujud.Dapat disimpulkan bahwa pengertian jasa adalah produk tidak berwujud yang dapat memberikan manfaat tetapi tidak dapat menimbulkan perpindahan kepemilikan secara fisik. 2.1.1. Klasifikasi Jasa Kotler (2009) membagi jasa menjadi beberapa kategori sebagai berikut: a. Barang berwujud murni (pure tangible goods) Merupakan barang berwujud, dimana tidak ada jasa yang menyertainya, seperti: sabun, pasta gigi, atau garam. b. Barang berwujud yang disertai jasa (tangible goods with accompanying services) Penawaran terdiri dari barang berwujud yang disertai dengan satu atau lebih jasa. Pada umumnya, semakin canggih sebuah produk, semakin besar kebutuhan untuk jasa pendukung berkualitas tinggi yang ebih luas. Jasa sering menjadi elemen penting dalam industri mobil, komputer, dan telepon seluler. c. Hibrida (hybrid) Penawaran terdiri dari bagian barang dan jasa yang sama proporsinya. Misalnya, orang yang sering mengunjungi restoran baik karena makanan maupun penyajiannya. d. Jasa utama yang disertai barang dan jasa kecil (major service with accompanying minor goods and services). Penawaran terdiri dari jasa utama beserta tambahan jasa atau barang pendukung.Misalnya, meskipun perjalanan mencakup beberapa barang berwujud seperti makanan ringan dan minuman, yang dibeli penumpang pesawat terbang adalah transportasi.Jasa ini memerlukan barang bermodal besar (pesawat terbang) agar terwujud, tetapi item utamanya adalah jasa. e. Jasa murni (pure service) Kategori ini hanya murni terdiri dari jasa.Contoh meliputi pengasuh bayi, psikoterapi, dan pijat.Kisaran penawaran jasa membuat kita sulit melakukan generalisasi tanpa pembedaan lebih lanjut. 2.1.2. Jenis-jenis Jasa Suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan terhadap orang lain dikategorikan sebagai jasa akan tetapi jasa dibagi menjadi beberapa jenis jasa, ya. Menurut Lovelock Jasa pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 macam sebagaimana dikemukakan Sudarminto (2002, p25-26) yang membedakannya adalah sebagai berikut: a. Rented Goods Service Dalam jenis ini, konsumen menyewa dan menggunakan suatu produk berdasarkan tarif yang telah ditetapkan selama jangka waktu tertentu.konsumen hanya dapat menggunakan produk tersebut,sedangkan kepemilikannya tetap berada pada pihak perusahaan atau perorangan yang menyewakannya.contoh: perusahaan penyeaan mobil, penyewaan hotel, komputer, apartemen dan sebagainya. b. Owned Goods Service Dalam jenis ini, produk-produk yang dimiliki konsumen dikembangkan atau dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga mencakup perubahan bentuk produk (barang) yang dimiliki konsumen, contoh: jasa perbaikan mobil, AC, salon kecantikan dan sebagainya. c. Non Goods Service Dalam jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan pada para pelanggan. Contoh: jasa bank, jasa asuransi, jasa pendidikan, jasa ekspedisi dsb. Simpulan yang didapat yaitu jasa dapat dirasakan, dikembangkan berdasarkan tarif yang telah ditetapkan selama jangka waktu tertentu baik berwujud fisik maupun tidak. 2.1.3. Karakteristik Jasa Menurut Kotler (2009), Jasa memiliki empat karakteristik, yaitu : a. Tak berwujud (intangibility): tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dibaui sebelum jasa itu dibeli. b. Tak terpisahkan (inseparability): sementara barang fisik dibuat, dimasukkan dalam persediaan, didistribusikan melalui berbagai perantara, dan dikonsumsikan kemudian, jasa umumnya diproduksi dan dikonsumsi sekaligus. Jika seseorang memberikan jasa, maka penyedia menjadi bagian dari jasa itu. c. Bervariasi (variability): karena kualitas jasa tergantung pada siapa yang menyediakannya, kapan dan di mana, dan kepada siapa, jasa sangat bervariasi. d. Dapat musnah (perishability): jasa tidak bisa disimpan, jadi dapat musnahnya jasa bisa menjadi masalah ketika permintaan berfluktuasi. Misalnya, perusahaan transportasi publik harus memiliki peralatan yang jauh lebih banyak karena permintaan pada jam sibuk dan bukan untuk permintaan yang merata sepanjang hari. Menurut Fandy Tjiptono (2004:18) karakteristik jasa ada lima karakteristik utama bagi pembeli pertamanya, lima karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: a. Intangibility (tidak berwujud). Jasa bebeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda; maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi para pelanggan, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi karena terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli sebelum pembelian dilakukan. Untuk jasa, kualitas apa dan bagaimana yang akan diterima konsumen, umumnya tidak diketahui sebelum jasa bersangkutan dikonsumsi. b. Inseparability (tidak dapat dipisahkan). Barang biasa diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. c. Variability / Heterogeneity (berubah-ubah). Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya. d. Perishability (tidak tahan lama). Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan. e. Lack of Ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personel atas suatu jasa untuk jangka waktu terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan dan pendidikan). Melihat penjelasan diatas dapat disimpulkan konsumen akan merasa puas bila harapan mereka terpenuhi atau melebihi harapan mereka, dan sebaliknya konsumen akan merasa kecewa apabila kualitas jasa yang mereka harapan tidak sesuai harapan mereka. 2.1.4.Bauran Pemasaran Jasa Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan (Hurriyati:2005). Strategi bauran jasa merupakan pengembangan dari bauran pemasaran tradisional yang terdiri dari Product, Price, Place, dan Promotion. Yang dalam perkembangannya bertambah menjadi 9P dengan tambahan Power, Public Relation, Physical Evidence, Process dan People. Tiga elemen terakhir yaitu Physical Evidence, Process dan People merupakan elemen bauran pemasaran yang khusus diperuntukan untuk bidang jasa.Menurut Hurriyati (2005) elemen-elemen bauran pemasaran untuk jasa dapat diartikan sebagai berikut: a. Product Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditunjukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuas kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam konteks ini, produk bisa berupa apa saja (baik yang berwujud fisik maupun tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu. b. Price Keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga di antara berbagai kelompok pelanggan. c. Promotion Bauran promosi tradisional meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan aktual. Metode-metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct marketing, personal selling dan public relation. d. People Orang merupakan unsur vital dalam pemasaran. Setiap organisasi jasa harus jelas menentukan apa yang diharapkan dari setiap karyawan dalam interaksinya dengan pelanggan. e. Process Proses produksi atau operasi merupakan faktor penting bagi konsumen highcontact services, yang juga sering berperan sebagai coproducer jasa yang bersangkutan. Misalnya pelangganrestoran sangatberpengaruh oleh staf melayani mereka dan lamanya mereka menunggu selama proses produksi. f. Physical Evidence (Tampilan Fisik) Menyebabkan pelanggan potensial tidak dapat menilai suatu jasa sebelum mengkosumsinya.Ini menyebabkan resiko yang dipersepsikan konsumen dalam keputusan pembelian semakin besar.Oleh sebab itu, salah satu unsur penting dalam bauran pemasaran adalah upaya untuk mengurangi resiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti fisik dari karakteristik jasa. g. Place Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial.Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik.Misalnya keputusan mengenai dimana sebuah hotel dan restoran harus didirikan. 2.2. Definisi Kualitas Cateora dan Graham (2007: 39), mengemukakan bahwa Kualitas (quality) dibedakan ke dalam dua dimensi : kualitas dari perspektif pasar dan kualitas kinerja. Keduanya merupakan konsep penting, namun pandangan konsumen atas kualitas produk lebih banyak berhubungan dengan kualitas dari perspektif pasar dibandingkan dengan kualitas hasil. Kotler, (2007:180), mendefinisikan Kualitas sebagai keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat.Goetsch dan Davis (dalam Tjiptono, 2005:10) menjelaskan bahwa kualitas merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Dale (2003:4) mengemukakan mengemukakan pendapatnya mengenai kualitas yaitu bahwa dalam dunia bisnis saat ini tidak ada definisi tunggal dari kualitas. Terlepas dari konteks yang digunakan Dale menyebutkan kualitas biasanya digunakan untuk membedakan suatu organisasi, acara, produk, layanan, proses, orang, hasil, tindakan, atau komunikasi dari organisasi yang lain. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan kualitas merupakan kumpulan bagian dari produk atau jasa yang digunakan sebagai pembeda atau pemenuh harapan konsumen. 2.2.1. Definisi Kualitas Jasa Salah satu cara utama membedakan sebuah perusahaan jasa adalah memberikan jasa dengan kualitas lebih tinggi dan memuaskan dari pesaing secara berkelanjutan. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan kualitas jasa pelanggan sasaran.Harapan atau perkiraan pelanggan dibentuk oleh pelanggan terdahulu, pembicaraan dari mulut ke mulut dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan jasa.Pelanggan memilih penyedia jasa berdasarkan kriteria tersebut dan setelah menerima jasa itu mereka membandingkan jasa yang diterima dengan jasa yang diharapkan. Reid dan Bojanic (2010:54) Kualitas jasa adalah hasil persepsi pelanggan dari sikap yang terbentuk melalui evaluasi keseluruhan kinerja jangka panjang.Tjiptono (2005) berpendapat kualitas jasa dapat didefiniskan berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.Nasution (2004:47) kualitas jasa diartikan sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. 2.2.2. Dimensi Kualitas Jasa Salah satu cara utama membedakan sebuah perusahaan jasa adalah memberikan jasa dengan kualitas lebih tinggi dan memuaskan dari pesaing secara berkelanjutan. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan kualitas jasa pelanggan sasaran.Harapan atau perkiraan pelanggan dibentuk oleh pelanggan terdahulu, pembicaraan dari mulut ke mulut dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan jasa.Pelanggan memilih penyedia jasa berdasarkan kriteria tersebut dan setelah menerima jasa itu mereka membandingkan jasa yang diterima dengan jasa yang diharapkan. Menurut Lovelock (2011:406) kualitas jasa memiliki 5 dimensi yang sangat penting, diantaranya: a. Reliability (reliabilitas) Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. b. Responsivenes (daya tanggap) Respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani tranksaksi, dan penanganan keluhan pelanggan atau pasien. c. Assurance (jaminan) Meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi: Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan. Kesopanan (Coursty), yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan. Kredibilitas (Credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya. d. Emphaty (empati) Perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya.Dimensi emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi: Akses (Access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan. Komunikasi (Cummunication), merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan. Pemahaman pada pelanggan (Understanding the Customer), meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. e. Tangibles (bukti fisik) Meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan. 2.3. Citra Perusahaan Menurut Kotler adalah respon konsumen pada keseluruhan penawaran yang diberikan perusahaan dan didefinisikan sebagai sejumlah kepercayaan, ide-ide, dan kesan masyarakat pada suatu organisasi. Setiap perusahaan mempunyai citra yang disadari atau tidak telah melekat pada perusahaan tersebut.Tidak sedikit barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan begitu kuat citranya di benak konsumennya. Artikel marketing kali ini akan menyampaikan berbagai hal berkaitan dengan citra perusahaan atau corporate image. Menurut Lawrence L.Steinmentz yang di kutip oleh Sutojo (2004:1) citra dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jadi diri perusahaan Lawrence mengemukakan persepsi seseorang terhadap perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Citra perusahaan di bangun dan dikembangkan didalam benak pelanggan melalului saluran komunikasi dan pengalaman pelanggan. Citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang, dan buruk.Citra yang buruk dapat mehairkan dampak buruk bagi kinerja perusahaan.Citra yang buruk juga dapat mengurangi kemampuan perusahaan untuk bersaing dengan perusahaan lainnya. 2.3.1. Manfaat Citra Perusahaan Citra perusahaan yang baik memiliki manfaat-manfaat sebagai berikut: a. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap b. Menjadi perisai selama masa krisis c. Menjadi daya tarik d. Penghematan efektifitas strategi pemasaran e. Penghematan biaya operasional Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap.Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan objek sasaran.Rhenaldi Kasali (2003:28) menyatakan “Pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna”. 2.3.2. Elemen Citra Perusahaan Rhenaldi Kasali juga mengemukakan informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat elemen sebagai berikut: a. Personality Keseluruhan karakteristik perusahaan di pahami public seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab social. b. Reputation Hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini public bersadarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan. c. Value Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya perusahaan seperti sikap menejemen yang peduli terhadap pelanggan, karyawan yang cepat tanggap terhadap pemintaan dan keluhan pelanggan. d. Corporate Identity Komponen-komponen yang mempermudah pengenalan public terhadap perusahaan seperti logo, warna dan slogan. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Leblanc dan Nguyen menjelaskan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi citra perusahaan, yaitu :“Corporate identity, Reputation, Service oferring, Physical environtment, and Contact personnel“ Citra perusahaan dapat bersumber dari: a. Advertising b. Public relationship c. Physical image d. Word of mouth e. Pengalaman nyata konsumen dalam menggunakan barang atau jasa Citra perusahaan tidak bisa direkayasa, artinya citra tidak datang dengan sendirinya melainkan dibentuk oleh masyarakat, dari upaya komunikasi dan keterbukaan perusahaan dalam usaha membangun citra positif yang diharapkan. Upaya membangun citra tidak bisa dilakukan secara sembarangan pada saat tertentu saja, tetapi merupakan suatu proses yang panjang, karena citra merupakan semua persepsi atas objek yang dibentuk oleh perusahaan dengan cara memproses informasi dari berbagai sumber sepanjang waktu 2.4. Loyalitas pelanggan Menurut Shellyana dan Dharmmesta (2002), loyalitas mempunyai pola pembelian ulang pada merek fokal yang merupakan loyalitas sesungguhnya atau loyalitas pada merek tunggal. Sehingga loyalitas pelanggan disini dapat diartikan sebagai loyalitas merek. Sedangkan definisi dari konsumen loyal adalah seseorang yang melakukan aktifitas membeli barang atau jasa yang memenuhi kriteria sebagai berikut (Griffin, 1995): a. Melakukan pembelian ulang secara berkala. b. Membeli produk lain yang ditawarkan produsen yang sama. c. Merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada orang lain. 2.4.1 Karakteristik Loyalitas Definisi customer (pelanggan) memberikan pandangan mendalam yang pentinguntuk memahami mengapa perisahaan harus menciptakan dan memelihara pelanggan bukan hanya menarik pembel.Definisi itu berasal dari kata custom yang diartikan sebagai “membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa” dan “mempraktekan kebiasaan” Griffin (2005:31). Pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa membeli dari perusahaan.Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan interaksi selama periode tertentu.Tanpa adanya track record hubungan yang kuat dan pembelian berulang, orang tersebut bukanlah pelanggan tetapi seorang pembeli.Pelanggan sejati tumbuh seiring dengan waktu. Pelanggan yang loyal merupakan asset penting bagi perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik-karakteristik yang dimilikinya, seperti yang di ungkapkan oleh Griffin (2005:31) karakteristik pelanggan yang loyal adalah: a. Melakukan pembelian berulang secara teratur b. Membeli antar lini produk dan jasa c. Mereferensikan pada orang lain d. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing lain. 2.4.2. Tahapan loyalitas MenurutOliver (1998) tahapan loyalitas konsumen terbagi atas tiga tahapan, secara berurutan, yaitu: a. fase kognitif b. fase afektif c. fase konatif Menurut Griffin (2005:35) loyalitas pelanggan tumbuh dalam tujuh tahap, dan berikut adalah tahapan-tahapannya: a. Suspect (Tersangka): adalah orang yang mungkin membeli produk atau jasa perusahaan. b. Prospect (prospek): adalah orang yang membutuhkan produk atau jasa perusahaan dan memiliki daya membeli, meskipun prospek belum membeli dari perusahaan. Ia mungkin telah mendengar tentang perusahaan yang dituju, atau seseorang yang merekomendasikan perusahaan yang dituju kepadanya, tetapi prospek masih belum membeli dari perusahaan tersebut. c. Diskualified prospect (prospek yang didiskualifikasi): adalah prospek yang telah cukup perusahaan pelajari untuk mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan membeli produk perusahaan. d. First Time Customer (Pelanggan pertama kali): adalah orang yang telah membeli produk atau jasa perusahaan satu kali. Orang tersebut bisa jadi merupakan pelanggan perusahaan dan sekaligus juga pelanggan pesaing perusahaan. e. Repeat Customer (Pelanggan berulang): adalah orang-orang yang membeli dua kali atau lebih. Mereka mungkin telah membeli produk yang sama dua kali atau membeli dua produk atau jasa yang berbeda pada dua kesempatan atau lebih. f. Client (Klien): adalah orang yang membeli apapun yang perusahaan jual dan dapat ia pergunakan. Orang ini membeli secara teratur. Perusahaan memiliki hubungan yang kuat dan berlanjut dan menjadikannya kebal terhadap perusahaan pesaing. g. Advocade (Penganjur): seperti klien, tetapi penganjur juga mendorong orang lain untuk membeli produk perusahaan yang dia gunakan. Ia membicarakan produk perusahaan kepada orang lain, melakukan pemasaran bagi perusahaan dan membawa pelanggan baru bagi perusahaan tersebut. 2.4.3 Keuntungan Loyalitas Berikut adalah keuntungan perusahaan bila memiliki pelanggan yang loyal (Griffin 2003 ; 223) : 1. Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelangan baru lebih mahal). 2. Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan, dll). 3. Mengurangi biaya turn over pelanggan (karena pergantian pelanggan yang lebih sedikit). 4. Meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. 5. Word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas. 2.4.4. Ciri-ciri Pelanggan yang Loyal a. Makes regular repeat purchase (melakukan pembelian ulang secara teratur) b. Purchases across product and service lines (melakukan pembelian lini produk yang lainnya dari perusahaan Anda) c. Refers others (memberikan referensi pada orang lain) d. Demonstrates in immunity to the pull of the competition (menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing/ tidak mudah terpengaruh oleh bujukan pesaing) Untuk tercapainya loyalitas pelanggan maka harus tercipta kepuasan konsumen terlebih dulu, dan berikut adalah penjelasan mengenai kepuasan konsumen. 2.5. Kepuasan Konsumen Menurut Fandy Tjiptono, 2004kepuasan pelanggan, pada penelitian ini diartikan sebagai kemampuan perusahaan percetakan untuk memberikan pelayanan dan produk yang memuaskan bagi pelanggan. Indikator yang akan digunakan untuk mengukur variabel kepuasan pelanggan adalah: a. Rasa senang : menunjukkan sejauh mana para pelanggan tersebut merasa senang dengan pengalaman transaksinya selama berhubungan dengan perusahaan tersebut b. Kepuasan terhadap pelayanan: Kepuasan terhadap pelayanan menunjukkan sejauh mana para pelanggan merasa puas dengan cara dan sikap para karyawan perusahaan dalam melayani transaksinya. c. Kepuasan terhadap sistem : Kepuasan terhadap sistem menunjukkan sejauh mana kecepatan dan kemudahan sistem transaksi yang disediakan perusahaan mampu memberikan kepuasan kepada pelanggannya. d. Kepuasanfinancial : Kepuasan secara financial adalah kepuasan pelanggan financial meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan selama menggunakan jasa pelayanan perusahaan tersebut. Menurut Lupyoadi, 2001 faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen, yaitu : a. Kualitas produk konsumen akan merasa puas bila evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan memang berkualitas. b. Kualitas pelanggan konsumen akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan. c. Emosional konsumen akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia, bila menggunakan produk tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. d. Harga produk yang mempunyai kualitas yang sama tapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada konsumennya. e. Biaya konsumen yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau yang tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk cenderung puas akan produk tersebut. 2.5.1 Retensi Pelanggan Retensi pelanggan didefinisikan sebagai jumlah pelanggan yang melakukan bisnis dengan perusahaan pada akhir tahun keuangan yang dinyatakan sebagai presentase pelanggan aktif pada awal tahun.Retensi pelanggan merupakan tujuan strategisuntuk mengupayakan pemeliharaan hubungan jangka panjang dengan pelanggan dimana retensi pelanggan merupakan cerminan dari perpindahan pelanggan. Tingkat retensi yang tinggi sama dengan tingkat perpindahan yang rendah. Perpindahan yang dimaksud disini merupakan membelotnya pelanggan dari satu perusahaan ke perusahaan pesaing lainnya yang biasanya disebabkan oleh beberapa hal (Buttle,2004:258). Menurut Schiffman, Leon, & Kanuk (2008:56) mempertahankan pelanggan atau retensi pelanggan adalah menjaga pelanggan untuk tetap bertahan membeli jasa atau produk yang sama dalam bisnis jangka lama. Sedangkan menurut Hoffman dan Bateson (2006:390) retensi pelanggan merupakan usaha dalam memfokuskan upaya pemasaran perusahaan terhadap basis pelanggan yang sudah ada. 2.6. Pengertian Percetakan Percetakan adalah sebuah proses industri untuk memproduksi secara massal tulisan dan gambar, terutama dengan tinta di atas kertas menggunakan sebuah mesin cetak. Dia merupakan sebuah bagian penting dalam penerbitan dan percetakan transaksi. Banyak buku, koran, brosur, flyer dan majalah sekarang ini biasanya dicetak menggunakan teknik percetakan offset. Image yang akan dicetak di print diatas film lalu di transfer ke plat cetak. Warna-warna bisa didapatkan dengan menimpakan beberapa pola warna dari setiap pelat offset sekaligus. Teknik percetakan umum lainnya termasuk cetak relief, sablon, rotogravure, dan percetakan berbasis digital seperti pita jarum, inkjet, dan laser. Dikenal pula teknik cetak poly untuk pemberian kesan emas dan perak ke atas permukaan dan cetak emboss untuk memberikan kesan menonjol kepada kertas. Bisnis percetakan juga merupakan jenis usaha yang bisa dilakukan oleh kebanyakan orang meskipun tidak mempunyai modal peralatan cetak sekalipun.Hal ini yang biasa dilakukan oleh sales atau marketing.Hal tersebut dikarenakan banyak sekali percetakan-percetakan yang mempunyai peralatan cetak yang menyediakan jasa ongkos cetak untuk orang-orang yang tidak mempunyai peralatan, dengan biaya yang relatif murah (harga rekanan).Bahkan jika seseorang telah berpengalaman dalam bisnis percetakan ini, maka tanpa modal uang atau (maaf) modal dengkul sekalipun usaha ini terkadang juga bisa dilakuka. Beberapa cara dalam proses pengerjaan cetak: 1. Pengerjaan dengan mesin cetak offset :diantaranya dengan menggunakan mesin offset Toko, Riobi dan Oliver. 2. Pengerjaan dengan teknik sablon : baik itu sablon manual ataupun dengan mesin (Biasanya untuk media bahan plastik, blangko undangan/beli jadi, blangko kartu nama). 3. Pengerjaan dengan teknik digital printing (print warna) : hal ini biasanya dilakukan ketika order yang kita terima terlalu minim untuk dicetak karena untuk ongkos cetak juga ada ongkos minim. 2.7. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada dai Dennis The tahun 2010 yang berjudul “Analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap citra perusahaan dan dampaknya terhadap loyalitas konsumen PT. AIA FINANCIAL (Cabang Makasar)” maka dapat diketahui hasilnya sebagai berikut: a. Tidak semua sub variabel kualitas pelayanan mempengaruhi variabel citra perusahaan, dari hasil pengolahan data, sub variabel tangible, reliability, dan emphaty pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel citra perusahaan, sedangkan sub variabel responsiveness dan assurance pengaruhnya signifikan terhadap variabel citra perusahaan. b. Tidak semua sub variabel kualitas pelayanan dan citra perusahaan mempengaruhi loyalitas konsumen. Dari hasil penelitian hanya sub variabel assurance, emphaty yang secara signifikan mempengaruhi loyalitas konsumen, sedangkan variabel tangible, reliability dan responsiveness tidak signifikan dalam mempengaruhi loyalitas konsumen c. Setelah dilakukan pengujian secara tidak langsung diketahui adanya pengaruh yang signifikan dari sub variabel assurance terhadap loyalitas konsumen melalui variabel citra perusahaan. 2.8. Hubungan Antar Variable Berikut adalah ulasan hubungan antar variable yang akan diteliti. 2.8.1. Hubungan Kualitas Jasa dengan Citra Perusahaan Kualitas mempunyai hubungan yang sangat erat dengan citra perusahaan.Kualitas memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk menjalin suatu ikatan yang kuat dengan perusahaan.Menurut Griffin (2005;31) “Dari hasil kualitas yang dirasakan konsumen tersebut maka konsumen dapat memberikan penilaian pada perusahaan tentang produk atau jasa yang diterima. Penilaian ini digunakan sebagai pencitraan perusahaan dimata pelanggan”. 2.8.2. Hubungan Citra Perusahaan dengan Loyalitas Konsumen “Corporate reputation and image are considered as important factors in establishing and maintaining loyalty among customers (Raj, 1985). Corporate image is related to customer retention likelihood (Ball et al. 2006; Nguyen & Leblanc, 2001)”. Menyatakan bahwa reputasi dan citra perusahaan adalah factor yang penting terhadap loyalitas konsumen. 2.8.3. Hubungan Kualitas Jasa dengan Loyalitas Pelanggan Kualitas jasa sangat mempengaruhi loyalitas pelanggan.Menurut Fandy Tjiptono (2000;59) “kualitas jasa yang baik maka akan mengakibatkan pembelian berulang dan loyalitas pelanggan, disamping juga pengaruh citra perusahaan” Menurut Serbian jurnal of management (1) 2012“Service quality as defined by Parasuraman et al. (1988) results from the comparison of customers’ expectations with perceived performance of services. Santos (2003) described service quality as the customers’ overall judgment of the excellence of service offering. Service quality is also affected by the ability of an organization to satisfy customers’ needs, according to their expectation level (Yoo & Park, 2007) which in return provides customer loyalty (Lai et al., 2009). Service quality is associated with customers’ attitudes towards service supplier and their intent to stay with the service provider (Anton et al. 2007; Bell et al. 2005; Aydin & Ozer, 2005)”.Mengatakan bahwa kualitas jasa dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yang akhirnya dari kualitas jasa yang diberikan dapat membangun loyalitas konsumen. 2.8.4. Hubungan Kualitas Jasa dan Citra Perusahaan Terhadap Loyalitas Konsumen Menurut International Journal of Operations Research Vol.8, No. 4, 36-47 (2011) menyatakan bahwa dampak dari kualitas jasa dapat menyebabkan adanya loyalitas konsumen melalui citra perusahaan “The impact of perceive service quality on loyalty is found to be enhanced with the presence of corporate image. This is due to the fact that service quality is found to have a positive influence on the hotel image (Kadampully & Suhartanto, 2000; Ngugen & LeBlanc, 1998) and image is then found to have an impact on loyalty” 2.9. Kerangka Pemikiran Sebuah perusahaan akan dianggap sukses dalam jangka panjang bila perusahaan dapat memuaskan semua kebutuhan pelanggannnya dalam segi pelayanan, sebab kepuasan atau ketidakpuasan konsumen akan suatu produk dan jasa akan mempengaruhi perilaku dari pembeli selanjutnya dan citra perusahaan dimata pelanggan, dan berikut adalah kerangka pemikiran untuk penelitian ini berdasar variable yang diuji. PT.Parama Ekavena Masturo Corat - Coret dentitas Tangible Reputasi Emphathy Lingkungan Fisik Responsivness Kualitas Jasa (X) Citra Perusahaan (Y) Reliability Hubungan Personal Identitas Peusahaan Assurance Pelayanan Loyalitas Konsumen (Z) Pembelian berulang Pembelian lini produk lain Rekomendasi Produk Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Setia