peningkatan prestasi belajar siswa bidang studi ips materi benua

advertisement
44
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI IPS
MATERI BENUA AFRIKA MELALUI METODE GROUP
INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I TAHUN
2015/2016 DI SDN 4 DONGKO KECAMATAN DONGKO
TRENGGALEK.
Oleh:
Prapti Mulyani
SDN 4 Dongko, Dongko, Trenggalek
Abstrak. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas VI pada bidang studi IPS materi benua Afrika dengan menerapkan model
belajar Group Investigation semester I tahun 2015/2016 di SDN 4 Dongko Kecamatan Dongko
Trenggalek. Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)
pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran
atau siswa dapat mencari melalui internet. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 4
Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2015/2016 yang dilaksanakan dalam bulan Oktober sampai bulan Nopember 2014 pada bidang studi IPS. Sedangkan
kelas yang dijadikan obyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Siswa Kelas VI Semester I
SDN 4 Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2015/2016 yang
kelasnya berjumlah 15 siswa. Kesimpulan dari proses penelitian ini adalah: (1) Pada penerapan
metode gorupinvestigation peneliti memberikan bimbingan kepada guru kelas VI untuk
memberikan kesempatan kepada siswa menggali materi dari informasi lain selain pada buku paket.
Untuk mempermudah pembelajaran peneliti membantu mempersiapkan buku referensi lain yang
sesau dengan materi yaitu tentang Benua Afrika baik dalam bantuk buku referensi maupun
majalah yang diletakkan pada susut baca. Dengan demikian siswa termotivasi untuk membaca,
bekerjasama, dan berdiskusi. (2) Penggunaan Model Group Investigation dalam pembelajaran IPS
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan oleh peningkatan prestasi belajar
siswa dari sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 60,67dengan ketuntasan 40,00%, siklus I
diperoleh nilai rata-rata: 69,33 dengan ketuntasan 66,67% dan pada siklus II mengalami
peningkatan menjadi: 86,00 dengan ketuntasan mencapai 100,00%.
Kata Kunci: Group Investigation, IPS, Benua Afrika
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
salah satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/
SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu social. Pada jenjang
SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi
Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.
Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik
diarahkan untuk dapat menjadi warga
Negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggungjawab, serta warga dunia yang
cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta
didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu
mengalami perubahan setiap saat. Oleh
karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap
kondisi social masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Prapti Mulyani, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa...
Mata pelajaran IPS disusun secara
sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam
proses pembelajaran menuju kedewasaan
dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam
pada bidang ilmu yang berkaitan.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut: (a) Mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya; (b) Memiliki kemampuan
dasar untuk berfikir kritis dan logis, rasa
ingin tahu, inkuiri; (c) Memiliki komitmen
dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan
kemanusiaan; (d) Memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di
tingkat local, nasional, dan global.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS
meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (a)
Manusia, tempat, dan lingkungan; (b) Waktu, keberlanjutan dan perubahan; (c) Sistem
social dan budaya; (d) Perilaku Ekonomi
dan kesejahteraan
Hasil penelitian Tim Gugus Classroom Action Research menunjukkan bahwa
minat siswa pada bidang studi IPS akan
meningkat jika : (1) siswa memperoleh
konsep-pokok bahasan IPS dari gejala yang
teramati selama proses belajar mengajar,
dan (2) siswa mengetahui manfaat pokok
bahasan IPS yang dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari.
Hillgard mengatakan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan kegiatan.
Belajar di samping memiliki perubahan juga
mengarahkan kegiatan serta menuntut
pemusatan perumusan perhatian. Perubahan
yang terjadi jauh lebih dalam karena
menyangkut fungsi kejiwaan dan kepribadi-
45
an secara utuh. Dengan kata lain hasil dari
proses belajar tidak hanya menghasilkan
perubahan tingkah laku, tetapi juga kecakapan, sikap dan perhatian. Sedangkan
kematangan juga mengasilkan perubahan
tetapi berbeda dengan perubahan yang
terjadi pada proses belajar (Winkel,
1984:73).
Menurut Winarno Surahmad dalam
bukunya Metodologi Pengajaran Nasional
dituliskan: "Perbuatan belajar mengandung
semacam perubahan diri seseorang yang
melakukan perbuatan belajar. Perubahan ini
dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan,
suatu kebiasaan, suatu sikap, suatu pengertian atau penelitian". (Winarno Surahmad,
1975, hal. 8).
Menurut ilmu Jiwa, daya belajar adalah usaha melatih daya-daya itu agar berkembang, sehingga orang dapat berfikir,
mengingat dan sebagainya. Menurut ilmu
jiwa: asosiasi Belajar adalah membentuk hubungan stimulasi agar berkaitan". (Demar
Hamalik1980, hal. 30).
Dari pernyataan dan ahli di atas dapat
disimpulkan, dengan belajar dapat terjadi
perubahan dalam diri seseorang, perubahan
ini dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan, kebiasaan, sikap pengertian dan keterampilan berfikir cepat menganalisa situasi,
tekun menghadapi situasi yang sulit dan
dapat mengambil keputusan dengan tepat.
Untuk memotivasi siswa dalam belajar
IPS, kita dapat berpedoman pada beberapa
prinsip antara lain: (1) Kebermaknaan; (2)
Prasarat; (3) Prinsip Modeling; (4) Menarik;
(5) Partisipasi dan keterlibatan; (6) Penarikan bimbingan secara langsung; (7) Penyebaran jadwal; (8) Konsekuen dan kondisi
yang menyenangkan; (9) Komunikasi terbuka. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gugus Action Rese-
46
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
arch yang menyimpulkan bahwa: (1) Siswa
memperoleh pokok bahasan IPS dari gejala
yang teramati selama proses belajar mengajar; (2) Siswa mengetahui manfaat pokok
bahasan IPS yang dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari; (3) Siswa dapat
menyelesaikan soal-soal tes yang dirancang
relevan dengan proses belajar mengajar.
Tim Peneliti tersebut juga menyimpulkan
bahwa kemampuan dan sikap guru dalam
pelaksanaan belajar mengajar sangat
menentukan hasil belajar siswa.
Group Investigation merupakan salah
satu bentuk model pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada partisipasi dan
aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi
(informasi) pelajaran yang akan dipelajari
melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat
mencari melalui internet. Siswa dilibatkan
sejak perencanaan, baik dalam menentukan
topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi. Tipe ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group
Investigation dapat melatih siswa untuk
menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.
Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat
mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation
terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian
atau enquiri, pengetahuan atau knowledge,
dan dinamika kelompok atau the dynamic of
the learning group. Penelitian di sini adalah
proses dinamika siswa memberikan respon
terhadap masalah dan memecahkan masalah
tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman
belajar yang diperoleh siswa baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan sua-
sana yang menggambarkan sekelompok
saling berinteraksi yang melibatkan berbagai
ide dan pendapat serta saling bertukar
pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Pembelajaran kooperatif tipe GI berawal dari perspektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang
harus memiliki pasangan atau teman.Sebuah
gagasan John Dewey tentang pendidikan,
bahwa kelas merupakan cermin masyarakat
dan berfungsi sebagai laboratorium untuk
belajar tentang kehidupan di dunia nyata
yang bertujuan mengkaji masalah-masalah
sosial dan antar pribadi.
Kelompok penyelidikan adalah medium organisasi untuk mendorong dan
membimbing keterlibatan siswa dalam belajar. Siswa aktif berbagi dalam mempengaruhi sifat kejadian di dalam kelas mereka. Dengan berkomunikasi secara bebas dan
bekerja sama dalam perencanaan dan melaksanakan dipilih topik mereka penyelidikan,
mereka dapat mencapai lebih dari mereka
sebagai individu. Hasil akhir dari kelompok
kerja mencerminkan kontribusi masingmasing anggota, tetapi intelektual lebih kaya
dari kerja yang dilakukansendiri oleh siswa
yang sama.
Pembelajaran kooperatif tipe GI memiliki beberapa karakteristik, yaitu: (1)
Tujuan kognitif untuk menginformasikan
akademik tinggi dan keterampilan inkuiri;
(2) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa yang
heterogen dan dapat dibentuk berdasarkan
pertimbangan keakraban persahabatan atau
minat yang sama dalam topic tertentu; (3)
Siswa terlibat langsung sejak perencanaan
pembelajaran (menentukan topik dan cara
investigasi) hingga akhir pembelajaran (penyajian laporan); (4) Diutamakan keterli-
Prapti Mulyani, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa...
batan pertukaran pemikiran para siswa; (5)
Adanya sifat demokrasi dalam kooperatif
(keputusan-keputusan yang dikembangkan
atau diperkuat oleh pengalaman kelompok
dalam konteks masalah yang diselidiki); (6)
Guru dan murid memiliki status yang sama
dalam mengatasi masalah dengan peranan
yang berbeda.
Tabel 1. Enam Tahapan Kemajuan Siswa di
dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode
Group Investigation (Sharan dkk: 1992)
Tahap Mengidentifikasi
Guru memberikan ke1
topik dan membagi sempatan bagi siswa unsiswa ke dalam tuk memberi kontribusi
kelompok.
apa yang akan mereka
selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.
Tahap Merencanakan
Kelompok akan membagi
II
tugas.
sub topik kepada seluruh
anggota. Kemudian membuat perencanaan dari
masalah yang akan diteliti, bagaimana proses
dan sumber apa yang
akan dipakai.
Tahap Membuat
Siswa mengumpulkan,
III
penyelidikan.
menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah
kelompok
Tahap Mempersiapkan
Setiap kelompok memIV
tugas akhir
persiapkan tugas akhir
yang akan dipresentasikan di depan kelas.
Tahap Mempresentasikan
Siswa mempresentasikan
V
tugas akhir
hasil kerjanya. Kelompok
lain tetap mengikuti.
Tahap Evaluasi.
Soal ulangan mencakup
VI
seluruh topik yang telah
diselidiki dan dipresentasikan.
Kelebihan pembelajaran tipe group
investigation: (a) Metode ini mampu melatih
siswa untuk berpikir tingkat tinggi; (b)
Melatih siswa menumbuhkan kemampuan
berfikir mandiri; (d) Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap per-
47
tama sampai tahap akhir pembelajaran; (d)
Aplikasi metode pembelajaran ini membuat
siswa senang dan merasa menikmati proses
belajarnya. Kelemahannya yaitu karena
siswa bekerja secara kelompok dari tahap
perencanaan sampai investigasi untuk menemukan hasil jadi metode ini sangat komplek,
sehingga guru harus mendampingi siswa
secara penuh agar mendapatkan hasil yang
diinginkan.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian tindakan kelas ini,
penelitian dilaksanakan dalam dua siklus.
Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan. Dalam penelitian ini setiap pertemuan beralokasi waktu 2x45 menit. Kegiatan penelitian memuat beberapa kegiatan
pra tindakan dan kegiatan pelaksanaan tindakan yang meliputi perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
refleksi.
Kegiatan pra tindakan
Peneliti selaku Guru kelas bersama
dengan mitra guru/pengamat mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa
SDN 4 Dongko sekaligus membuat tes awal,
menentukan sumber data, melakukan tes
awal dan menentukan subyek penelitian.
Kegiatan pelaksanaan Tindakan
Tahap Perencanaan
Dari kegiatan pra tindakan, disusun
rencana tindakan perbaikan atas masalah
masalah yang ada dalam pembelajaran. Pada
tahap ini ditetapkan dan di susun rancangan
perbaikan pembelajaran IPS dengan metode
Group Investigation. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan, meliputi: (1)
Peneliti dan mitra guru/pengamat merumuskan permasalahan secara operasional, relevan dengan rumusan masalah penelitian; (2)
48
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
Peneliti dan mitra guru/pengamat merumuskan hipotesis tindakan. Karena penelitian
tindakan lebih meniti beratkan pada pendekatan naturalistik, maka hipotesis tindakan
yang dirumuskan bersifat tentatif yang
mungkin mengalami perubahan sesuai dengan keadaan lapangan; (3) Menetapkan dan
merumuskan rancangan tindakan yang di
dalamnya meliputi: (a) Menetapkan indikator-indikator tentang pembelajaran dengan menggunakan strategi Group Investigation beserta metodenya; (b) Menyusun
rancangan metode penyampaian dan pengelolaan pembelajaran IPS (rancangan program, bahan, metode belajar mengajar, dan
evaluasi); (c) Menyusun metode dan alat
perekam data yang berupa angket, catatan
lapangan, pedoman wawancara, pedoman
analisis dokumen, dan catatan harian; (d)
Menyusun rencana pengolahan data, baik
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Tahap Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Guru melakukan tindakan sesuai dengan rancangan
yang telah dibuat; (2) Peneliti dan observer
melakukan pengamatan dengan menggunakan format observasi, format catatan lapangan dan melakukan refleksi terhadap tindakan melalui diskusi.
Tahap Observasi/ Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung pengamat mengobservasi kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi proses yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Observer juga mencatat segala
sesuatu yang berhubungan dengan proses
pembelajaran yang tidak tersedia/tertampung dalam lembar observasi.
Tahap Refleksi
Peneliti dan kolaborator penelitian
mendiskusikan hasil pengamatan yang telah
dilakukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan data dan informasi
yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang
diperoleh berupa temuan tingkat efektivitas
pembelajaran dengan menggunakan model
Group Investigation yang dirancang dan
daftar permasalahan yang muncul di lapangan yang selanjutnya dapat dipakai
sebagai dasar untuk melakukan perencanaan
ulang.
Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas VI SDN 4 Dongko beralamatkan di
Desa Dongko Kecamatan Dongko Trenggalek Jumlah subyek penelitian adalah 15
siswa dengan rincian siswa laki laki sebanyak 6 siswa dan jumlah siswa perempuan
sebanyak 9 siswa. Alasan peneliti melakukan penelitian dikelas VI karena siswa kelas
VI mengalami kesulitan dalam pembelajaran
kewirausahaan. Hal ini diketahui dari nilai
rata rata siswa tersebut masih banyak yang
dibawah KKM.
Dalam penelitian tindakan kelas ini,
instrument yang digunakan adalah instrumen tes. Skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal yang meliputi tes pada tiap
akhir siklus (siklus I dan siklus II). Hasil
dari tes tersebut akan digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman dan pencapaian hasil belajar siswa.
Data berupa hasil tes tulis siswa juga
dianalisis dengan acuan terhadap ketuntasan
belajar. Ketuntasan belajar yang digunakan
adalah berdasarkan SKM (Standar Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah
yaitu sebesar 75. Seorang siswa dianggap
tuntas belajarnya apabila siswa tersebut telah menyelesaikan sekurang-kurangnya
75% dari tujuan pembelajaran yang harus
Prapti Mulyani, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa...
dicapai dan secara klasikal jika 85% dari
banyaknya
siwa
kelas
tersebut
menyelesaikan sekurang-kurangnya 85%
dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pencapaian skor hasil belajar siswa
adalah sebagai berikut:
Presentase ketuntasan individual
KB
KB
T
= T x 100 %
T1
= presentase ketuntasan individual
= jumlah skor yang dicapai siswa
T1
= jumlah skor ideal
Presentase ketuntasan kelas
% X = X1 x 100 %
N
%X= presentase ketuntasan kelas
X1 = jumlah siswa yang tuntas individual
N = jumlah seluruh siswa
X
Dengan : X
ΣX
ΣN
49
X
N
= Nilai rata-rata
= Jumlah semua nilai siswa
= Jumlah siswa
Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar
yaitu secara perorangan dan secara klasikal.
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar
mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,
1994), yaitu seorang siswa telah tuntas
belajar bila telah mencapai skor 75% atau
nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila
di kelas tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih dari atau sama
dengan 75 Untuk menghitung persentase
ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai
berikut:
P
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa
KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal )
KKM ditetapkan oleh sekolah pada
awal tahun pelajaran.KKM yang telah
ditetapkan pada pelajaran Kewirausahaan di
SDN 4 Dongko adalah 75.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap
akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai
yang diperoleh siswa, yang selanjutnya
dibagi dengan jumlah siswa yang ada di
kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata
tes formatif dapat dirumuskan:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Paparan Pra Siklus
Peneliti bersama mitra guru mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas
VI SDN 4 Dongko Kecamatan Dongko
Kabupaten Trenggalek tahun 2015/2016 semester I yaitu tentang rendahnya nilai prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
Dari hasil supervisi kelas yang dilakukan
oleh peneliti teridentifikasi bahwa rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh
penerapan metode pembelajaran yang tidak
tepat. Untuk itu diperlukan suatu metode
yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran. Yaitu suatu metode yang dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas siswa
dalam menggali informasi sehingga pembe-
50
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
lajaran menjadi lebih bermakna. Dalam
kegiatan pra siklus nilai siswa mencapai
rata-rata 60,67 dengan ketuntasan 40,00%
hal ini masih jauh dari nilai rata-rata siswa
yang diharapkan oleh peneliti dengan ratarata 75 dan ketuntasan belajar sebesar 85%
Siklus I
Paparan Siklus I (Planning)
Tahap ini meliputi: (1) Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran, yaitu
satuan pelajaran dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang meliputi : definisi pokok
bahasan, penjabaran pokok bahasan, penerapan pokok bahasan pada kelas atau kehidupan sehari-hari dan yang memuat soalsoal; (2) Peneliti mempersiapkan instrumen
penelitian, yaitu lembar observasi guru dan
siswa, lembar angket minat siswa dan catatan lapangan; (3) Peneliti mempersiapkan
alat tes; (4) Peneliti membuat perangkat sistem penilaian.
Pelaksanaan (Action)
Dalam kegiatan ini peneliti melakukan
2 kali tatap muka, dimana pada pertemuan
satu, peneliti melakukan pre test dan
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan scenario pembelajaran yang telah
dirancang. Untuk memperjelas gambaran
pembelajran IPS di kelas dengan menggunakan Group Investigation, peneliti mendiskripsikan dalam uraian berikut ini:
Pertemuan 1, terdiri dari: (1)
Kegiatan pendahuluan, meliputi: (a) Siswa
berdoa bersama; (b) Guru mengecek
kehadiran siswa; (c) Siswa memperhatikan
gambar peta dunia; (d) Siswa menjawab
pertanyaan dari guru. (2) Kegiatan Inti,
meliputi: (a) Siswa mengamati gambar Peta
Afrika; (b) Siswa berdiskusi mengumpulkan
informasi tentang bentang alam Benua
Afrika denganmenggunakan buku referensi
lain yang telah disiapkan oleh peneliti di
sudut baca kelas; (c) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya, siswa lain memberikan tanggapan; (d) Siswa membuat
kesimpulan tentang materi yang dipelajari
yaitu bentang alam Benua Afrika. (3)
Penutup, meliputi: (a) Guru dan siswa
melakukan refleksi; (b) Pemberian tugas
rumah.
Pertemuan 2, terdiri dari: (1)
Kegiatan pendahuluan, meliputi: (a) Siswa
berdoa bersama; (b) Guru mengecek kehadiran siswa; (c) Guru membahas hasil pekerjaan rumah siswa; (d) Siswa memperhatikan
gambar peta benua Afrika. (2) Kegiatan
Inti, meliputi: (a) Guru melanjutkan materi
benua Afrika; (b) Siswa memperhatikan materi benua Afrika; (c) Siswa berdiskusi mengumpulkan informasi tentang bentang alam
Benua Afrika dari buku referensi lain yang
berada di sudut baca kelas; (d) Siswa
mempresentasikan hasil diskusinya, siswa
lain memberikan tanggapan; (e) Siswa
membuat kesimpulan tentang materi yang
dipelajari yaitu iklim Benua Afrika. (3)
Penutup, meliputi: (a) Guru dan siswa
melakukan refleksi; (b) Pemberian tugas
rumah.
Pengamatan (Observation)
Kegiatan guru dalam mengamati siswa
pada kegiatan pembelajaran siklus I adalah
menujukkan terdapat peningkatan prestasi
belajar dari prasiklus yang hanya mencapai
nilai rata-rata 60,67 dengan ketuntasan
40,00% sedangkan untuk siklus I terdapat
peningkatan prestasi belajar sebesar 69,33
dengan ketuntasan sebesar 66,67% dengan
rincian penilaian sebagai berikut.
Prapti Mulyani, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa...
Tabel 2.Tabel Nilai Siswa Siklus I
NO
NAMA SISWA
%
∑ Nilai
1
2
3
4
5
6
Lisa Mauludyah
Novi Ratnasari
Agus Prasetyo
Dyka Febriansyah
Fitri Ayu Ramadani
Kendi Dedek Prasutomo
Windyah Artika
7
Putrilestari
8 Adi Cahya Wiratama
9 Devi Wahyuni
10 Joko Priyanto
11 Luky Indrianti
12 Mei Cinta Sari
Muhammad Fahriza
13
Riski
14 Niluh Mahela
15 Nita Putri Andini
JUMLAH JAWABAN BENAR
DAYA PEMBEDA
T
T
T
80
90
50
80
60
60
TT
80
T
80
80
70
50
70
T
T
T
Siklus II
TT
TT
Perencanaan (Planning)
TT
T
50
TT
70
70
1040
69.33
T
T
10
66.67
5
33.33
Berdasarkan nilai siswa siklus I dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata siswa
mencapai 69,33 dengan ketuntasan sebesar
66,67% hal ini menujukkan bahwa nilai
siswa dan ketuntasan belajar siswa belum
mencapai ketuntasan yang peneliti harapkan
sebesar 85% maka dari itu perlu diadakan
penelitian lanjutan pada siklus II. Secara
keseluruhan nilai siswa siklus I dapat
diketahui sebagai berikut.
Tabel 3. Tabel Penyebaran Nilai Siswa Siklus I
No
Nilai
Frekuensi
(F)
1
2
3
100
90
80
4
Rata-rata
dan siswa yang dinyatakan tuntas mencapai
8 siswa dengan nilai rata-rata siswa
keseluruhan mencapai 69,33.
TT
T
Persentase
Keterangan
0
1
5
(NxF/∑siswa)
0.00
6.00
26.67
0
6.66
33.33
70
4
18.67
26.66
5
60
2
8.00
13.33
6
50
3
10.00
20.00
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak
Tuntas
Tidak
Tuntas
Tidak
Tuntas
Jumlah
15
69.33
100.000
Berdasarkan nilai pada tabel diatas
dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas
dan yang belum tuntas. Siswa yang belum
tuntas dapat diketahui berjumlah 6 siswa
51
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus
I, maka guru melakukan tindakan untuk siklus II, diantaranya adalah: (a) Guru meningkatkan peran sebagai motivator dan
fasilitator pembelajaran; (b) Guru memperbaiki komunikasi antar siswa dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
anak.
Pelaksanaan (Action)
Dengan mengacu temuan permasalahan dan rencana perbaikan tindakan yang
telah dirancang, maka penelitia melakukan
skenario pembelajaran sesuai dengan temuan yang ada. Berikut ini gambaran pembelajaran IPS dengan menggunakan Model
Group Investigation pada siklus II.
Pertemuan 1, terdiri dari: (1) Kegiatan pendahuluan, meliputi: (a) Siswa berdoa
bersama; (b) Guru mengecek kehadiran
siswa; (c) Siswa memperhatikan gambar
peta benua Afrika; (d) Siswa menjawab
pertanyaan dari guru. (2) Kegiatan Inti,
meliputi: (a) Siswa membaca materi tentang
Benua Afrika; (b) Siswa berdiskusi materi
Benua Afrika dari buku referensi lain; (c)
Siswa mempresentasikan hasil diskusinya,
siswa lain memberikan tanggapan; (d) Siswa
dibantu guru membuat kesimpulan tentang
materi yang dipelajari yaitu penduduk
Benua Afrika. (3) Penutup, meliputi: (a)
Guru dan siswa melakukan refleksi; (b)
Pemberian tugas rumah.
Pertemuan 2, terdiri dari: (1)
Kegiatan pendahuluan, meliputi: (a) Siswa
berdoa bersama; (b) Guru mengecek
52
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
kehadiran siswa; (c) Guru membahas hasil
pekerjaan rumah siswa; (d) Guru tanya
jawab dengan siswa mengenai materi benua
afrika. (2) Kegiatan Inti, meliputi: (a) Guru
melanjutkan pembahasan benua afrika yang
belum dimengerti oleh siswa; (b) Siswa
berdiskusi mengumpulkan informasi tentang
bentang alam Benua Afrika dari buku
referensi lain yang berada di sudut baca
kelas; (c) Siswa mempresentasikan hasil
diskusinya, siswa lain memberikan tanggapan; (d) Siswa dibantu guru membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari yaitu
penduduk Benua Afrika; (e) Guru melakukan evaluasi untuk menguji kepahaman
siswa dengan cara meminta siswa mengerjakan soal di papan tulis. (3) Penutup, meliputi: (a) Guru dan siswa melakukan refleksi;
(b) Guru mungumumkan akan diadakan
ulangan pada pertemuan selanjutnya.
Pengamatan (Observing)
Dari hasil pengamatan yang peneliti
lakukan menujukkan hasil peningkatan
prestasi belajar dari sebelum siklus, siklus I
dan meningkat kembali pada siklus II. Untuk hasil keseluruhan hasil penilaian siswa
siklus II maka akan ditampilkan tabel
sebagai berikut.
Tabel 4. Daftar Nilai Siswa Kelas VI Pada Siklus
II
Ketuntasan
Hasil
No.
Nama Siswa
Tidak
Nilai
Tuntas
Tuntas
1 Lisa Mauludyah
100
T
2 Novi Ratnasari
100
T
3 Agus Prasetyo
80
T
4 Dyka Febriansyah
100
T
5 Fitri Ayu Ramadani
80
T
6 Kendi Dedek
70
T
Prasutomo
7 Windyah Artika
90
T
Putrilestari
8 Adi Cahya
100
T
Wiratama
9 Devi Wahyuni
80
T
No.
Nama Siswa
10
11
12
13
Joko Priyanto
Luky Indrianti
Mei Cinta Sari
Muhammad Fahriza
Riski
14 Niluh Mahela
15 Nita Putri Andini
Jumlah Total
Rata – Rata
Hasil
Nilai
80
70
100
Ketuntasan
Tidak
Tuntas
Tuntas
T
T
T
70
T
70
100
1290
86.00
T
T
15
100.00
0
0.00
Hasil penilaian di atas dirangkum
dalam tabel penilaian secara keseluruahan
yang akan ditujukkan pada tabel berikut :
Tabel 5.Tabel Penyebaran Nilai Siswa Siklus I
No
Nilai
Frekuensi
(F)
1
2
3
100
90
80
4
Rata-rata
Persentase
Keterangan
6
1
4
(NxF/∑siswa)
40.00
6.00
21.33
40
6.66
26.66
70
4
18.67
26.66
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak
Tuntas
Jumlah
15
86.00
100.000
Setelah melihat data-data yang
terekam pada siklus II, maka penelitian ini
akan berakhir pada siklus II. Hal ini
didukung dengan teratasinya kendala
pembelajaran yang muncul pada siklus I,
sehingga prestasi pembelajaran siswa dapat
meningkat yaitu dengan tercapainya ketuntasan belajar sebesar 100% dan nilai ratarata siswa sebesar 86,00. Dengan demikian
maka penelitian ini akan berakhir pada
sikkus II.
Paparan Perbandingan Hasil Siklus I dan
Siklus II
Dari hasil penelitian tindakan di atas
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
bidang studi IPS pada siswa kelas VI SDN 4
Dongko semester I tahun 2015/2016
sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata:
60,67 dengan ketuntasan 40,00%, siklus I
diperoleh nilai rata-rata: 69,33 dengan
ketuntasan 66,67% dan pada siklus II me-
Prapti Mulyani, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa...
53
ngalami peningkatan menjadi: 86,00 dengan
ketuntasan mencapai 100,00%. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Group Investigation dapat meningkatkan prestasi dan hasil
belajar bidang studi IPS pada siswa Kelas
VI Semester I SDN 4 Dongko Kecamatan
Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun
2015/2016. Untuk lebih jelasnya dalam
peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat
pada grafik Gambar 1.
motivasi untuk membaca, bekerjasama, dan
berdiskusi. Penggunaan Model Group Investigation dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini
ditunjukkan oleh peningkatan prestasi belajar siswa dari sebelum siklus diperoleh nilai
rata-rata: 60,67 dengan ketuntasan 40,00%,
siklus I diperoleh nilai rata-rata: 69,33
dengan ketuntasan 66,67% dan pada siklus
II mengalami peningkatan menjadi: 86,00
dengan ketuntasan mencapai 100,00%.
PENUTUP
Saran
Kesimpulan
Kesimpulan dari proses penelitian ini
adalah: Pada penerapan metode group
investigation peneliti memberikan bimbingan kepada guru kelas VI untuk memberikan
kesempatan kepada siswa menggali materi
dari informasi lain selain pada buku paket.
Untuk mempermudah pembelajaran peneliti
membantu mempersiapkan buku referensi
lain yang sesau dengan materi yaitu tentang
Benua Afrika baik dalam bantuk buku referensi maupun majalah yang diletakkan pada susut baca. Dengan demikian siswa ter-
Penerapan Model Group Investigation
dalam pembelajaran IPS yang telah diuraikan di atas, hendaknya guru dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh tenaga guru lainnya. Perpustakaan sekolah
agar mengusahakan keberadaan buku-buku
bacaan populer yang ada sangkut pautnya
dengan IPS. Model Group Investigation dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain
selain IPS. Hendaknya guru menggunakan
metode yang bervariasi dalam menyampaikan materi, agar siswa tidak merasa bosan
dan menyukai materi yang disampaikan.
Gambar 1. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Setiap Siklus
54
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. 2001. Pedoman Teknis Pelaksanaan CAR (Classroom Action Research), Jakarta, Depdiknas
Demar, Hamalik. 2006. Ilmu Jiwa. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gajah Mada.
Sharan, Yael & Shlomo Sharan. 1992. Expanding Cooperative Learning Throu-
gh Group Investigation. New York:
Theachers College Pers
Winkel. 2007. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia.
Winarn, Surahmad. 2005. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Download