Modul Pendidikan Agama Islam [TM2]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Pendidikan Agama Islam
Al-Quran, Al-Hadits (Sunnah)
Ijtihad, dan Qiyas
Fakultas
Program Studi
Teknik Mesin
Teknik Perencanaan
Abstract
Tatap Muka
03
Kode MK
Disusun Oleh
MK12000
Ahmad Rifai, S.Ag, MA.
Kompetensi
Ijtihad mempunyai kedudukan yang Mahasiswa diharapkan mengetahui
sangat penting dalam ajaran Islam dan sumber ajaran Islam, yakni Al-Quran,
merupakan sumber hukum Islam yang Hadits, Ijtihad, Ijma’, Qiyas, dll.
ketiga setelah Al Quran dan Hadist.
Dengan ijtihad itu umat Islam
menyelesaikan
persoalan-persoalan
yang hukumnya tidak ada dalam Al
Quran maupun Hadist.
SUMBER AJARAN ISLAM
Sebelum membahas pengertian sumber hukum Islam, terlebih dahulu kita harus
mengetahui pengertian hukum Islam. Hukum artinya menetapkan sesuatu atas sesuatu
atau meniadakannya. Hukum Islam disebut juga syariat atau hukum Allah SWT, yaitu hukum
atau undang-undang yang ditentukan Allah SWT sebagaimana terkandung dalam kitab suci
Alquran dan hadis (sunah). Syariat Islam juga merupakan hukum dan aturan Islam yang
mengatur seluruh sendi kehidupan umat manusia, baik muslim maupun bukan muslim.
Menurut ulama usul fikih, hukum adalah tuntutan Allah SWT (Alquran dan hadis)
yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf (orang yang sudah balig dan berakal sehat), baik
berupa tuntutan, pemilihan, atau menjadikan sesuatu sebagai syarat, penghalang, sah,
batal, rukhsah (kemudahan) atau azimah.
Sedangkan menurut ulama fikih, hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh syariat
(Alquran dan hadis) berupa al-wujub, al-mandub, al-hurmah, al-karahah, dan al-ibahah.
Perbuatan yang dituntut tersebut disebut wajib, sunah (mandub), haram, makruh, dan
mubah.
Ulama usul fikih membagi hukum Islam menjadi dua bagian, yaitu hukum taklifiy dan
hukum wadh’iy, sebagai berikut :
A. Hukum Taklify
Adalah tuntutan Allah SWT yang berkaitan dengan perintah untuk melakukan suatu
perbuatan atau meninggalkannya. Hukum taklify tersebut dibagi menjadi lima macam,
yaitu:

Al-ijab, yaitu tuntutan secara pasti dari syariat untuk dilaksanakan dan tidak boleh
(dilarang) ditinggalkan, karena orang yang meninggalkannya dikenai hukuman.

An-nadb, yaitu tuntutan dari syariat untuk melaksanakan suatu perbuatan, tetapi
tuntutan itu tidak secara pasti. Jika tuntutan itu dikerjakan maka pelakunya akan
‘15
2
MK. Pendidikan Agama Islam
Ahmad Rifai, S.Ag, MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mendapat pahala (kebaikan), tetapi jika ditinggalkan tidak akan mendapat
hukuman (tidak berdosa).

Al-ibahah yaitu firman Allah (Alquran dan hadis) yang mengandung pilihan untuk
melakukan suatu perbuatan atau meninggalkannya.

Al-karahah, yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan, tetapi tuntutan itu
diungkapkan melalui untaian kata yang tidak pasti. Hal itu menjadikan tuntutan
tersebut sebagai al-karahah, yakni anjuran untuk meninggalkan suatu perbuatan,
tetapi kalau perbuatan itu dikerjakan juga, maka pelakunya tidak dikenai hukuman.

At-tahrim, yaitu tuntutan untuk tidak mengerjakan suatu perbuatan dengan
tuntutan yang pasti sehingga tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan itu
wajib dipenuhi. Jika perbuatan itu dikerjakan maka pelakunya akan mendapat
hukuman (dianggap berdosa).
Sedangkan menurut ulama fikih perbuatan mukallaf (orang yang dibebani
hukum yaitu orang yang sudah balig dan berakal sehat) itu jika ditinjau dari syariat
(hukum Islam) dibagi menjadi menjadi lima macam, yaitu:
a. Fardu (wajib), yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan pelakunya mendapat pahala,
tetapi apabila ditinggalkan akan mendapat hukuman (dianggap berdosa). Perbuatan
wajib ditinjau dari segi orang yang melakukannya dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Fardu ‘ain: perbuatan yang harus dikerjakan oleh setiap mukallaf, seperti salat
lima waktu.
2. Fardu kifayyah: perbuatan yang harus dikerjakan oleh salah seorang anggota
masyarakat, maka anggota-anggota masyarakat lainnya tidak dikenai kewajiban
lagi. Namun, apabila perbuatan yang hukumnya fardu kifayyah itu, tidak
dikerjakan oleh seorang pun dari anggota masyarakat, maka seluruh anggota
masyarakat
dianggap
berdosa.
Contohnya:
memandikan,
mengafani,
mensalatkan dan menguburkan jenazah seorang muslim, membangun mesjid
dan rumah sakit.
b. Sunnah (mandub), yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan, pelakunya akan
mendapat pahala, tetapi apabila ditinggalkan tidak mendapat siksa. Perbuatan
sunnah dibagi dua:
1.Sunnah ‘ain: perbuatan yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh setiap individu.
Misalnya: salat sunnah rawatib.
‘15
3
MK. Pendidikan Agama Islam
Ahmad Rifai, S.Ag, MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2.Sunnah kifayyah: perbuatan yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh salah seorang
(beberapa
orang)
dari
golongan
masyarakat.
Misalnya:
mendoakan
muslim/muslimah dan memberi salam.
c. Haram, yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan pelakunya dianggap berdosa dan
akan mendapat siksa, tetapi apabila ditinggalkan maka pelakunya akan mendapat
pahala. Misalnya: berzina, mencuri, membunuh.
d. Makruh, yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan pelakunya tidak akan mendapat
siksa, tetapi apabila ditinggalkan maka pelakunya akan mendapat pahala. Misalnya:
meninggalkan salat Dhuha.
e.
Mubah, yaitu perbuatan yang boleh dikerjakan dan boleh pula ditinggalkan.
Misalnya: usaha-usaha yang halal melebihi kebutuhan pokoknya dan memilih warna
pakaian penutup auratnya.
B. Hukum Wad’iy
Adalah perintah Allah SWT, yang mengandung pengertian, bahwa terjadinya
sesuatu merupakan sebab, syarat atau penghalang bagi adanya sesuatu (hukum).
Ulama usul fikih berpendapat bahwa hukum wad’iy itu terdiri dari 3 macam:
1.
Sebab, yaitu sifat yang nyata dan dapat diukur yang dijelaskan oleh nas (Alquran
dan hadis), bahwa keberadaannya menjadi sebab tidak adanya hukum. Misalnya:
tergelincirnya matahri menjadi sebab wajibnya Salat Zuhur, terbenamnya matahari
menjadi sebab wajibnya Salat Magrib. Dengan demikian, jika matahari belum
tergelincir maka Salat Zuhur belum wajib dilakukan.
2.
Syarat, yaitu sesuatu yang berada di luar hukum syarak, tetapi keberadaan hukum
syarak tergantung kepadanya. Jika syarat tidak ada, maka hukum pun tidak ada.
Misalnya: genap satu tahun (haul), adalah syarat wajibnya harta perniagaan. Jika
tidak ada haul, tidak ada kewajiban zakat harta perniagaan tersebut.
3.
Mani (penghalang), yaitu sesuatu yang keberadaannya menyebabkan tidak
adanya hukum atau tidak adanya sebab bagi hukum. Misalnya: najis yang ada di
badan atau pakaian orang yang sedang mengerjakan salat menyebabkan salatnya
tidak sah (menghalangi sahnya salat).
Setelah kita mengetahui pengertian hukum atau syariat Islam, barulah kita
mengetahui pengertian sumber hukum Islam. Yang dimaksud sumber hukum adalah
segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan
yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan
‘15
4
MK. Pendidikan Agama Islam
Ahmad Rifai, S.Ag, MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian, sumber hukum Islam adalah segala
sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam.
Pada umumnya ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum Islam adalah
Alquran dan Hadis. Dalam sabdanya Nabi SAW menyatakan, “Aku tinggalkan bagi
kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian
berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan sunahku (Hadis).” (H.R. Al
Baihaki). Di samping itu pula, para ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu
dasar hukum Islam, setelah Alquran dan hadis.
Seluruh hukum produk manusia adalah subyektif. Hal ini dikarenakan minimnya
ilmu yang diberikan Allah Swt. tentang kehidupan dunia dan kecenderungan untuk
menyimpang. Sedangkan hukum Allah Swt. adalah peraturan yang lengkap dan
sempurna serta sejalan dengan fitrah manusia.
Sumber ajaran Islam dirumuskan dengan jelas dalam percakapan Nabi
Muhammad dengan sahabat beliau Mu’az bin Jabal, yakni terdiri dari tiga sumber yaitu
al-Qur’an (kitabullah), as-Sunnah (kini dihimpun dalam hadis), dan ra’yu atau akal pikiran
manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad.
Ketiga sumber ajaran ini merupakan satu rangkaian kesatuan dengan urutan yang
tidak boleh dibalik.
1. AL QUR’AN
Secara etimologis, al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan atau
qur’aanan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu).
Huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian kebagian lain secara teratur dikatakan
al-Qur’an karena ia berisikan intisari dari semua kitabullah dan intisari dari ilmu
pengetahuan. Allah berfirman :
“ Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (dalam dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya”.
(al Qiyamah [75]:17-18).
Sedangkan menurut para ulama klasik, al-Qur’an didefinisikan sebagai
berikut:
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan pada Rasulullah dengan bahasa Arab,
merupakan mu’jizat dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah
ibadah.
‘15
5
MK. Pendidikan Agama Islam
Ahmad Rifai, S.Ag, MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Adapun pokok-pokok kandungan dalam al-Qur’an antara lain:
a. Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap ke-Esaan Allah dan semua kepercayaan yang
berhubungan dengan-Nya.
b. Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran
tauhid.
c. Janji dan ancaman (al wa’d wal wa’iid), yaitu janji pahala bagi orang yang percaya
dan mau mengamalkan isi al-Qur’an dan ancaman siksa bagi orang yang
mengingkarinya.
d. Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiarkan risalah Allah
maupun kisah orang-orang shaleh ataupun orang yang mengingkari kebenaran alQur’an agar dapat dijadikan pembelajaran bagi umat setelahnya.
Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:

Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan
Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin
dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin,
atau Ilmu Kalam.

Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia
dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut
hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.

Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia
dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini
tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Akhlaq atau Tasawuf.
Sedangakan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:

Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT,
misalnya salat, puasa, zakat, haji, dank urban.

Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia
dan alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:
‘15
6

Hukum munakahat (pernikahan).

Hukum faraid (waris).

Hukum jinayat (pidana).

Hukum hudud (hukuman).

Hukum jual-beli dan perjanjian.
MK. Pendidikan Agama Islam
Ahmad Rifai, S.Ag, MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Hukum al-khilafah (tata Negara/kepemerintahan).

Hukum makanan dan penyembelihan.

Hukum aqdiyah (pengadilan).

Hukum jihad (peperangan).

Hukum dauliyah (antarbangsa).
2. AS-SUNNAH ATAU HADIS
Sunnah menurut istilah syar’i adalah sesuatu yang berasal dari Rasulullah
Saw. baik berupa perkataan, perbuatan, dan penetapan pengakuan. Sunnah
berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat al-Qur’an yang kurang jelas atau sebagai
penentu beberapa hukum yang tidak terdapat dalam al-Qur’an.
As-Sunnah dibagi menjadi empat macam, yakni:
a. Sunnah Qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah
b. Sunnah Fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
c. Sunnah Taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Nabi terhadap pernyataan
ataupun perbuatan orang lain
d. Sunnah Hammiyah, yakni sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan tapi
tidak sampai dikerjakan.
Ada beberapa ahli hadis yang mengatakan bahwa istilah hadis dipergunakan
khusus untuk sunnah qauliyah (perkataan Nabi), sedangkan sunnah fi’liyah
(perbuatan) dan sunnah taqririyah tidak disebut hadis, tetapi sunnah saja.
3. SUMBER PELENGKAP AR-RA’YU
Secara garis besar ayat-ayat al-Qur’an dibedakan atas ayat muhkamat dan
ayat mutasyabihat. Ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang sudah jelas dan terang
maksudnya dan hukum yang dikandungnya tidak memerlukan penafsiran. Pada
umumnya bersifat perintah, seperti penegakkan shalat, puasa, zakat dan haji.
Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang memerlukan
penafsiran lebih lanjut walaupun dalam bunyinya sudah jelas mempunyai arti, seperti
ayat mengenai gejala alam yang terjadi setiap hari. Adanya ayat mutasyabihat
mengisyaratkan manusia untuk mempergunakan akalnya dengan benar serta
berpikir mengenai ketetapan hukum peristiwa tertentu yang tidak disebutkan secara
eksplisit dalam al-Qur’an maupun Sunnah Rasulullah.
‘15
7
MK. Pendidikan Agama Islam
Ahmad Rifai, S.Ag, MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran
atau bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan Ijtihad sendiri berarti mencurahkan
segala kemampuan berpikir untuk mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syarak,
yaitu Al Quran dan Hadist. Orang yang menetapkan hukum dengan jalan ini disebut
mujtahid. Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al
Quran dan Hadist.
Walaupun Islam adalah agama yang berdasarkan wahyu dari Allah SWT,
Islam sangat menghargai akal. Hal ini terbukti dengan banyaknya ayat Al Quran
yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal pikirannya, seperti pada
surat An Nahl ayat 67 “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkannya”. Oleh karena itu, apabila
ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di Al Quran maupun Hadist, maka
diperintahkan untuk berijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap
mengacu kepada Al Quran dan Hadist.
Adapun macam-macam bentuk ijtihad yang dikenal dalam syariat Islam,
yaitu:
1. Ijma’, menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan
menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad
SAW sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara
dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan
bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2. Qiyas yang berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya.
Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk
membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok
masalah atau sebab akibat yang sama. Contohnya adalah pada surat Al isra ayat
23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’ kepada orang tua tidak
diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi sampai
memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
3. Istihsan yang berarti suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas
lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat
diterima untuk mencegah kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan
hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan. Contohnya,
menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya
belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan
rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan
system pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.
‘15
8
MK. Pendidikan Agama Islam
Ahmad Rifai, S.Ag, MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Mushalat Murshalah, menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapum
menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan
manusia. Contohnya, dalam Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang
memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini
dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.
5. Sududz Dzariah, menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut
istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau
haram demi kepentingan umat. Contohnya adalah adanya larangan meminum
minuman keras walaupun hanya seteguk, padahal minum seteguk tidak
memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan sampai orang
tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
6. Istishab yang berarti melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah
ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum
tersebut. Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau
belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan
sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah
bila tidak berwudhu.
7. Urf. berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Contohnya dalah dalam hal jual beli. Si pembeli
menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya
tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah dimaklumi bersama antara
penjual dan pembeli.
Ijtihad mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam dan
merupakan sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al Quran dan Hadist. Dengan
ijtihad itu umat Islam menyelesaikan persoalan-persoalan yang hukumnya tidak ada
dalam Al Quran maupun Hadist. Setelah Rasulullah wafat, tidak ada lagi sosok yang
dapat ditanya secara langsung tentang masalah-masalah Islam. Oleh karena itu,
ijtihad dijadikan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan tetap
mengacu pada Al Quran dan Hadist.
‘15
9
MK. Pendidikan Agama Islam
Ahmad Rifai, S.Ag, MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Referensi:
Ali, Muhammad Daud. (1997). Pendidikan Agama Islam. Rajawali Pers.
”Ijtihad,” www.wikipedia.com. 17 Februari 2008.
Mahfudz, Ali, dkk. Fiqih untuk Madrasah Aliyah. Surakarta: CV. Alfadinar
Misrawi, Zuhairi, dkk.(2003). Dari Syariat Menuju Maqashid Syariat. Jakarta: KIKJ.
Qardhawi, Yusuf. Keluasan dan Keluwesan Hukum Islam. Pustaka Mantiq, 1993.
‘15
10
MK. Pendidikan Agama Islam
Ahmad Rifai, S.Ag, MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download