Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi

advertisement
Prosiding
Dies Natalis 57
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran
Daftar Isi
RACE FOR THE SURFACE :
KUPAS TUNTAS OSSEOINTEGRASI VS INFEKSI PASCA
PEMASANGAN IMPLAN DENTAL
Achmad Syawqie Yazid*, Nadia Greviana**, Nanan Nur’aeny
KARAKTERISASI MOLEKULER Enterococcus faecalis ISOLAT
KLINIS PENDERITA INFEKSI SALURAN AKAR GIGI PRIMER
DENGAN LESI PERIAPIKAL
Zaki Mubarak
PERAWATAN SALURAN AKAR GIGI MOLAR KEDUA
MANDIBULA PADA LANSIA DENGAN FOLLOW UP CROWN PFM
Gede Astika Andhi Yasa, Adhita Dharsono
APLIKASI FIBER POST PASCA PERAWATAN EKSTIRPASI VITAL
PADA GIGI INSISIF SENTRAL RAHANG ATAS
Wijoyo Sastro S, Dudi Aripin
RESTORASI MAHKOTA METAL PORSELEN DENGAN PASAK
FIBER PADA GIGI PREMOLAR KEDUA KIRI RAHANG ATAS
PASCA PERAWATAN SALURAN AKAR
R Nuni Maharani, Milly Armillia
PERAWATAN ENDODONTIK INTENSIONAL PADA PULPITIS
REVERSIBEL GIGI PREMOLAR KEDUA KIRI RAHANG ATAS
DENGAN PROSEDUR ONE VISIT
Ika Destina Ulfa, Irmaleny Satifil
PEMBUATAN
PROTESA
MATA
INDIVIDUAL
REHABILITASI ESTETIK
An-Nissa Kusumadewi, Anita, Lisda Damayanti
18-30
31-39
40-47
48-55
56-63
64-70
VESTIBULOPLASTI UNTUK MENDUKUNG KEBERHASILAN
PERAWATAN JARINGAN PERIODONTAL
Firlina Azrini, Ina Hendiani
71-83
AKIBAT
TERAPI KEDARURATAN PENYAKIT PERIODONTAL
Tisye Chandra Rini, Yanti Rusyanti
COMPOUND ODONTOMA PADA PENDEKATAN LABIAL DAN
PALATAL DENGAN TEKNIK EKSTIRPASI
Idawati Muhajir, Agus Nurwiadh
i
11-17
UNTUK
PEMAHAMAN TERHADAP SINDROM GIGI RETAK
DAN CARA MENYIKAPINYA
Seto Pramudita, Erna Kurnikasari
KERUSAKAN
JARINGAN
PERIODONTAL
PENYALAHGUNAAN ORTHODONTIC ELASTIC BAND
Suci Amalia Lubis, Yanti Rusyanti
1-10
84-93
94-105
106-113
TERAPI KEDARURATAN PENYAKIT PERIODONTAL
Tisye Chandra Rini*, Yanti Rusyanti**
*Mahasiswa PPDGS Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran
**Staf Pengajar Departemen Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran
ABSTRAK
Pasien yang menderita periodontitis seringkali tidak mempedulikan penyakitnya.
Mereka mencari pertolongan dokter gigi jika penyakitnya menunjukan tanda
inflamasi dan terasa sakit. Keadaan darurat periodontal adalah bagian dari praktek
sehari-hari kedokteran gigi. Dokter gigi harus dapat menilai kondisi yang muncul
dengan cepat dan akurat dalam rangka memberikan pengobatan dan perawatan
pasien. Pengelolaan terapi darurat periodontal yang efektif membantu dalam
kesembuhan pasien. Ulasan literatur ini merinci keadaan darurat periodontal yang
paling sering ditemui, manifestasi klinis dan terapinya. Menjelaskan
penatalaksanaan terapi kedaruratan periodontal dalam menangani keadaan akut
penyakit periodontal. Pasien penyakit periodontal akut membutuhkan terapi darurat
untuk segera ditangani keadaan penyakit periodontal tersebut. Keadaan darurat
periodontal adalah suatu keadaan gabungan berbagai penyebab yang berpengaruh
buruk terhadap jaringan periodontal dan memerlukan tindakan segera. Penyakit
periondontal yang membutuhkan terapi kedaruratan antara lain, necrotizing
ulcerative gingivitis (NUG), perikoronitis akut, acute herpetic gingivostomatitis,
abses gingiva, abses periodontal, dan abses perikoronal. Penatalaksanaan keadaan
kedaruratan termasuk kedalam fase pendahuluan pada perawatan periodontal.
Diagnosis yang akurat dapat ditentukan dengan melakukan anamnesis riwayat
penyakit lengkap dari pasien, pemeriksaan klinis dan radiografi. Pasien yang
menderita penyakit periodontal akut, membutuhkan bantuan sesegera mungkin.
Pengobatan darurat yang tepat dapat meredakan keluhan pasien dan akan
memperbaiki kualitas hidup pasien.
Kata kunci : Penyakit periodontal, terapi kedaruratan periodontal, fase
pendahuluan.
ABSTRACT
Patients with periodontitis often neglected their conditions. They come to the
dentists if there are signs of inflammation and pain. Periodontal emergencies are a
part of the daily practice in dentistry. The clinician must be able to assess the
emergent conditions rapidly and accurately in order and relief the patient’s
problem. Effective treatment of periodontal emergencies manage in both the
patient's physical and psychological well-being. The present article details the most
commonly encountered periodontal emergencies, their clinical manifestations and
general treatment regimens. The objective of this literature study was to describe
the emergency management of acute periodontal diseases. Acute periodontal
disease patients requiring emergency treatment to immediately deal with the state of
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
94
periodontal disease. A state of periodontal emergency is a combination of variety of
causes that adversely affect the periodontal tissues and require immediate action.
Periondontal diseases that require emergency treatment, among others, necrotizing
ulcerative gingivitis (NUG), acute pericoronitis, acute herpetic gingivostomatitis,
gingival abscess and periodontal abscess, and abscess pericoronal. Management of
emergencies are done in the preliminary phase of periodontal treatment. On
handling emergencies condition, complete examination is necessary to deal with
these circumstances to make a precise diagnosis. The patient of acute periodontal
disease requires immediate assistance. Appropriate emergency treatment can relief
the patient’s problem and improve the quality of life of patients.
Keywords : Periodontal disease, emergency of periodontal therapy, preliminary
phase.
PENDAHULUAN
Banyak pasien yang menderita periodontitis datang ke dokter gigi jika
penyakitnya menunjukkan tanda inflamasi dan terasa sakit. Kasus kedaruratan harus
segera ditangani agar tidak membahayakan jiwa pasien, sebaiknya riwayat medis
harus diketahui apakah ada obat-obatan yang rutin digunakan, adanya penyakit yang
memerlukan profilaksis, ataupun riwayat alergi.1
Penyakit periodontal dapat bersifat akut ataupun kronis. Pada penyakit
periodontal yang akut dibutuhkan terapi darurat untuk segera menangani keadaan
akut tersebut. Keadaan darurat periodontal adalah setiap keadaan yang merugikan
mempengaruhi periodonsium dan membutuhkan perhatian segera. Beberapa
penyakit periodontal yang membutuhkan terapi kedaruratan antara lain, necrotizing
ulcerative gingivitis (NUG), perikoronitis akut, acute herpetic gingivostomatitis,
abses gingiva dan abses periodontal. 1,2,3
Prinsip terapi kedaruratan periodontal adalah menghilangkan gejala,
mengeliminasi penyebab insisi drainase, debridement, serta pemberian antibiotik
sistemik seperti Penisilin, Metronidazole, Tetrasiklin dan Klindamisin merupakan
obat pilihan. Sedangkan pada penyakit gingival akut memerlukan pengentasan
gejala akut dan penghapusan segala penyakit periodontal lainnya, baik kronis dan
akut, seluruh rongga mulut. Pengobatan tidak lengkap jika perubahan patologis
periodontal atau faktor yang mampu menyebabkan mereka masih ada Ulasan ini
berfokus pada klasifikasi, etiologi dan karakteristik klinis abses periodontal dan
manajemen dalam praktek klinis.1,3,4
TELAAH PUSTAKA
Keadaan darurat periodontal adalah suatu keadaan dari berbagai kondisi yang
berpengaruh buruk terhadap jaringan periodontal dan memerlukan tindakan segera.
Penyakit periondontal yang membutuhkan terapi emergensi antara lain, necrotizing
ulcerative gingivitis (NUG), perikoronitis akut, acute herpetic gingivostomatitis,
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
95
abses gingiva dan abses periodontal, abses perikoronal. Ulasan literatur ini
menjelaskan keadaan darurat periodontal yang paling sering ditemui, manifestasi
klinis dan penatalaksanaan terapi kedaruratan periodontal dalam menangani
keadaan akut penyakit periodontal tersebut.1,2
Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG) adalah keadaan inflamasi gingiva
yang akut, sangat nyeri, sehingga pasien tidak dapat menentukan secara pasti tempat
yang terasa sakit, dan rasa sakit lebih terasa kuat pada tempat terjadinya ulserasi
serta timbul secara tiba-tiba. Tanda klinis lainnya yang mungkin ditemukan adalah
adanya bau mulut dan meningkatnya saliva. Pada kasus yang parah, mungkin
disertai demam tinggi, limfadenopati, peningkatan nadi, leukositosis, hilang nafsu
makan, dan merasa lesu, nekrosis papila gingiva yang tampak menekan keluar,
pembentukan pseudomembran di ujung papila dan perdarahan gingiva spontan,
gambaran klinis rongga mulut seperti pada gambar 1. Perubahan kebiasaan hidup,
stress psikologis, kelelahan, kerja yang berkepanjangan tanpa istirahat yang cukup
merokok, kebersihan mulut yang buruk dan sistem kekebalan tubuh terganggu
semua dapat berkontribusi pada pengembangan NUG. 1,3,5
a
b
d
c
e
Gambar 1
a. Simptom awal NUG, bagian teratas ujung papila hancur karena nekrosis.
Kerusakan biasanya tertutupi oleh pseudomembrane. Sakit yang dirasakan sebelum
ulserasi nampak secara klinis. NUG harus segara dirawat dalam tahap ini, tahap
yang dapat disembuhkan.5
b. Simptom Lanjut NUG.5
c. Destruksi papila diantara kaninus dan premolar.5
d. Rekuren akut. Papila telah rusak. Stage akut sebelumnya menjadikan merubah
bentuk tepi gingiva sebelumnya.5
e. Punched out papila antara kaninus dan insisiv lateral rahang bawah, yang ditutupi
pseudomembran putih abu-abu.1
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
96
Plaut dan Vincent memperkenalkan konsep bahwa etiologi NUG disebabkan
oleh bakteri spesifik: fusiform bacillus dan organisme spirocheta. Sedangkan
menurut Rosebury dan teman-teman menjelaskan jenis bakteri fusospirocheta yang
terdiri dari T. microdentium, intermediate spirochetes, vibrios, fusiform basilus, dan
organisme berfilamen,
Borrelia. Dan menurut Loesche dan teman-teman
menjelaskan sebuah flora konstan yang berhubungan dengan NUG. Flora konstan
tersebut terdiri dari : Prevotella intermedia, Fusobacterium, Treponema, dan
spesies Selenomonas.1
Perawatan NUG terdiri dari (1) pengurangan inflamasi akut dengan
mengurangi jumlah mikroba dan menghilangkan jaringan nekrotik, (2) perawatan
terhadap penyakit kronis yang mendasari timbulnya keadaan akut atau penyakit lain
dalam rongga mulut, (3) pengurangan gejala-gelaja seperti demam dan malaise, (4)
perbaikan kondisi sistemik atau faktor yang membantu inisiasi atau perkembangan
dari perubahan gingiva.1
Pada kunjungan pertama dokter gigi harus melakukan pemeriksaan lengkap
terhadap pasien, termasuk riwayat medis secara menyeluruh dengan perhatian
utama terhadap penyakit yang sedang diderita. Penghilangan plak dan kalkulus
superfisial harus selembut mungkin baik menggunakan tangan ataupun dengan alat
ultrasonic, jika diperlukan dapat menggunakan anestesi topical. Tujuan dari terapi
inisiasi adalah untuk mengurangi jumlah mikroba dan menghilangkan jaringan
nekrotik sehingga terjadi perbaikan dan regenerasi jaringan normal. Pasien
diinstruksikan untuk membersihkan mulut dengan cara–cara yang efektif.1,7,
Perawatan selama kunjungan pertama ini terbatas pada daerah inflamasi akut,
diisolasi dengan cotton roll dan dikeringkan. Topikal anestesi diaplikasikan, setelah
2 atau 3 menit area tersebut diseka dengan secara perlahan cotton pellet basah untuk
menghilangkan lapisan pseudomembran dan debris dari permukaan, mungkin
terjadi perdarahan. Setiap cotton pellet digunakan pada area yang kecil, kemudian
dibuang; tidak dianjurkan untuk menyeka area terlalu besar dengan satu cotton
pellet. Kemudian area tersebut dibilas dengan air hangat dan kalkulus superfisial
dihilangkan.1,3,6
Pasien dengan NUG sedang atau berat, disertai limfadenopati lokal atau tanda
dan gejala sistemik lainnya, diberikan kombinasi antibiotik amoksisilin 500 mg
secara oral setiap 8 jam selama 10 hari, untuk pasien yang alergi terhadap
amoksisilin, diberikan antibiotik lain, seperti eritromisin (500 mg setiap 6 jam) dan
metronidazol (500 mg 3x/hari selama 7 hari). Komplikasi sistemik akan reda dalam
1 sampai 3 hari. Pemberian analgesik, seperti nonsteroid anti-inflammatory drug
(NSAID: ibuprofen), untuk mengurangi rasa sakit.1,3,6
Pasien diinstuksikan menggunakan obat kumur dengan hidrogen peroksida
3% dan dibilas dengan air hangat setiap 2 jam dan atau 2x/hari dengan larutan
klorheksidin 0,12%. Mengurangi atau menghilangkan hal – hal yang mendorong
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
97
faktor-faktor etiologi seperti kelelahan, mengkonsumsi alkohol, perokok berat,
stress dan kebiasaan makan yang jelek. Memperbaiki kebiasaan-kebiasaan makan
dengan vitamin kompleks (multiple) dan tambahan mineral selama fase penemuan
bila diperlukan. Kondisi, penyebabnya, dan akibat harus dijelaskan kepada pasien.
Pasien diminta untuk kembali lagi dalam 1 atau 2 hari, dan diinformasikan
mengenai terapi seluruhnya serta diingatkan bahwa terapi belum selesai walaupun
rasa sakit sudah hilang.1,3,6
Kunjungan kedua setelah 1 atau 2 hari dari kunjungan pertama, pasien
diperiksa terhadap perbaikan dari tanda-tanda dan gejala. Skeling dapat dilakukan
pada kunjungan kedua. Anestesi lokal dapat digunakan meskipun sudah terdapat
pengurangan rasa sakit. Pengerutan gingiva dapat memperlihatkan kalkulus yang
sebelumnya tertutupi. Pasien diberikan instruksi yang sama seperti pada kunjungan
pertama.1,4 Pada kunjungan ketiga dilakukan 5 hari setelah kunjungan kedua, pasien
dievaluasi terhadap gejala-gejala, dan disusun rencana perawatan komprehensif
untuk pengelolaan kondisi periodontal pasien. Prosedur plak kontrol sangat
menentukan keberhasilan perawatan dan pemeliharaan jaringan periodontal yang
sehat dan diberikan instruksi dalam menggunakan stimulasi interdental dan
dentalfloss. Obat kumur hidrogen peroksida dihentikan, tetapi penggunaan
klorheksidin dapat diteruskan untuk 2 atau 3 minggu. Skeling dan root planing
dapat dilakukan kembali. Setelah 1 minggu dari kunjungan ketiga pasien diminta
control untuk dicek ada atau tidaknya kekambuhan secara klinis, prosedur oral
hygine diperiksa dan dievaluasi lagi, kemudian dibuat janji untuk kunjungan 1 bulan
lagi.1,4
Perikoronitis mengacu pada inflamasi gingiva yang berhubungan dengan
mahkota gigi yang belum erupsi sempurna. Biasanya terjadi pada molar ketiga
mandibular, dapat bersifat akut, atau kronis. Perikoronitis merupakan akumulasi
eksudat dibawah flap gingiva yang mengelilingi mahkota pada gigi yang baru erupsi
sebagian. Ruangan antara makhota gigi dengan bagian atas gingiva yang
menutupinya (operkulum) adalah tempat ideal untuk akumulasi debris makanan dan
pertumbuhan bakteri. Pemeliharaan kebersihan mulut di daerah tersebut sangat sulit
dicapai (Gambar 2).1,7
Perikoronitis adalah darurat periodontal yang paling umum, dan erupsi
sebagian dan berdampak mandibula molar ketiga adalah situs yang paling sering
terlibat. Pada pasien tanpa tanda atau gejala klinis, operkulum gingiva secara kronis
sering mengalami inflamasi dan terinfeksi, juga dapat disebabkan karena trauma
dari gigi lawan dengan derajat ulserasi yang berbeda. Perikoronitis ini paling sering
terlihat pada remaja dan dewasa muda. Insiden tertinggi ditemukan pada kelompok
usia 20-29 tahun dan jarang terlihat sebelum 20 atau setelah 40 tahun.1,3,6,7
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
98
Gambar 2. Perikoronitis regio gigi 487
Gambaran klinisnya berwarna merah, membengkak, lesi supuratif, disertai
rasa sakit pada telinga, tenggorokan, dan dasar mulut. Pasien merasa tidak nyaman
karena rasa busuk dan nyeri pada pembukaan atau penutupan mulut. Pada kasus
yang berat dapat terjadi pembengkakan pada pipi dan limfadenitis regional. Trismus
juga dapat ditemukan pada kasus perikoronitis. Pasien juga dapat mengalami
dengan demam, malaise, dehidrasi, dan leukositosis. Penyebab perikoronitis adalah
erupsi gigi molar ketiga terutama rahang bawah, yang belum sempurna,
menyebabkan sisa makanan, plak, bakteri terperangkap di bawah.1,3
Pengobatan perikoronitis terdiri dari operkulektomi atau ekstrasi gigi,
bergantung pada tingkat keparahan inflamasi, komplikasi sitemik, dan perlu
tidaknya mempertahankan gigi yang terlibat. Pengobatan perikoronitis akut terdiri
dari (1) secara perlahan membilas dengan air hangat untuk menghilangkan debris
dan eksudat, (2) menyeka dengan antiseptik, seperti klorheksidin, setelah
mengangkat operkulum dari gigi dengan scaler. Mungkin perlu diakukan
penyesuaian oklusal pada gigi lawan untuk menghilangkan bahwa sumber trauma.
Kuretase atau prosedur pembedahan merupakan kontradiksi pada kunjungan awal
ini. Namun bila operkulum berfluktuasi dan bengkak, perlu dilakukan insisi
membuat drainase dan meringankan tekanan. Antibiotik dapat diresepkan pada
kasus berat dan pada pasien yang menunjukkan infiltrasi mikroba ke jaringan,
terutama jika diduga ada keterlibatan sistemik.1,3,6
Operkulektomi adalah pembuangan operkulum secara bedah. Operkulektomi
merupakan perawatan dari perikoronitis, namun tergantung dari tingkat
keparahanya. Tujuan operkulektomi dilakukan untuk mempertahankan gigi molar
yang masih memiliki tempat untuk erupsi tetapi tertutup oleh sebagian operkulum.
Penatalaksanaan fase preliminary1 yaitu melakukan irigasi daerah yang mengalami
peradangan dengan larutan hydrogen peroxide 2% hingga bersih dari sisa makanan,
membuat resep obat antibiotik dan analgesik, bila ada trismus dapat diberi muscle
relaxan. Berikan instruksi untuk menjaga kebersihan rongga mulut. Sarankan untuk
berkumur dengan antiseptik. Setelah peradangan membaik (5 hari pasca medikasi),
lakukan operkulektomi.
Primary Herpetic Gingivostomatitis merupakan penyakit infeksi virus pada
membran mukosa oral disebabkan virus herpes simplek tipe 1 (HSV-1). Infeksi
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
99
primer virus herpes simplek dikenal sebagai acute herpetic gingivostomatitis.1
Herpetic gingivostomatitis timbul pada gingiva dan mukosa oral secara difus,
eritematosus, dan mengkilat, dengan berbagai derajat variasi edema dan perdarahan
(gambar 3a dan 3b). Pada tahap awal diidentifikasi dengan adanya vesikel bulat
berwarna abu-abu, yang mungkin timbul pada gingiva, mukosa bukal dan labial,
palatum lunak, faring, mukosa sublingual, dan lidah. Setelah 24 jam, vesikel akan
pecah dan terasa sakit, terbentuk ulser kecil berwarna merah, halo-like margin,
dengan bagian tengah kuning atau putih keabu-abuan. Vesikel tersebut dapat
menyebar atau berkelompok.1,5
Rongga mulut akan terasa sakit sehingga mengganggu proses makan dan
minum. Vesikel yang sudah pecah menyebabkan timbulnya rasa sakit dan sensitif
terhadap sentuhan, perubahan suhu, makanan yang berbumbu dan yang berbentuk
kasar. Penderita juga akan merasakan demam tinggi (38,8oC-40,6oC) dan malaise.
a
Gambar 3
a. Gingivastomatitis herpetik ringan.5
b. Gingivostomatitis herpetik parah.5
b
Pengobatan herpetic gingivostomatitis terdiri dari diagnosa awal dan terapi
antivirus yang segera. Jika herpetic gingivostomatitis didiagnosa dalam 3 hari
pertama dari onset, maka suspensi acyclovir diberikan sebanyak 15 mg/kgBB
5x/hari selama 7 hari. Jika diagnosa terjadi setelah 3 hari pada pasien
imunokompeten, maka terapi asiklovir memiliki nilai yang terbatas sehingga perlu
diberikan terapi paliatif, termasuk menghilangkan plak dan debris makanan. Rasa
sakit akibat adanya herpes ini dapat diatasi dengan pemberian dyclonine
hydrochloride (Dyclone), sebagai anetesi topical dapat digunakan sebagai obat
kumur dengan kadar larutan 15% yang dilarutkan dengan air dalam perbandingan
1:1 atau dioleskan dalam mulut selama 1-2 menit dan akan berefek selama 40
menit. Kedua hal diatas dapat digunakan sebelum makan, tetapi pemakaian yang
terus menerus dapat berefek toksik. NSAID dapat diberikan secara sistemik untuk
mengurangi demam dan rasa sakit. Pasien dianjurkan untuk menggunakan topikal
anestesi sebelum makan untuk menghilangkan rasa sakit.1,6
Periodontal abses merupakan peradangan jaringan periodontal yang
terlokalisir serta disertai adanya eksudat yang dapat menyebabkan destruksi ligamen
periodontal. 1,8 Gambaran klinisnya terlihat licin, pembengkakan gingiva mengkilat
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
100
disertai rasa sakit, pada daerah pembengkakan gingivanya terasa lunak karena
adanya eksudat purulen dan disertai meningkatnya kedalaman probing, seperti pada
gambar 4a dan 4b. Gigi menjadi sensitif bila diperkusi dan mungkin terjadi mobiliti
serta kehilangan perlekatan periodontal yang lebih cepat. Abses periodontal
merupakan penyebab utama tanggalnya gigi. Terapi yang tepat diikuti pemeliharaan
preventif periodontal akan dapat mempertahankan gigi walaupun terdapat
kehilangan tulang yang signifikan.1,8
a
Gambar 4
a. Abses periodontal region gigi 111
b. Abses periodontal region gigi 468
b
Pengobatan abses periodontal meliputi dua fase: mengatasi lesi akut, diikuti
dengan pengelolaan kondisi kronis yang ditimbulkan. Terapi abses akut bertujuan
untuk meringankan gejala, kontrol penyebaran infeksi, dan membuat drainase.
Sebelum pengobatan perlu dilakukan evaluasi tentang riwayat medis pasien, riwayat
perawatan gigi, dan kondisi sitemik untuk membantu diagnosa serta menentukan
perlunya penggunaan antibiotik sistemik.1
Prinsip perawatan abses periodontal adalah mengurangi rasa sakit, mengatasi
penyebaran infeksi dan membuat drainase poket dan insisi dari permukaan luar /
insisi eksternal. Teknik drainase poket yaitu dengan mengaplikasikan topikal
anestesi sebelumnya, kemudian dengan tekanan ringan masukkan instrument atau
probe ke dalam poket dengan cara menyusuri dinding poket (gambar 5a dan 5b),
kemudian gunakan kuret kecil untuk menahan drainase. Jika drainase telah selesai
dan abses dapat terlihat jelas pada gingiva, maka dapat dilakukan external insisi
yaitu abses diisolasi dengan sponges dan dikeringkan, oleskan larutan antiseptik dan
lakukan topical anestesi selama 2-3 menit. Palpasi abses untuk menemukan
fluktuasi. Buat insisi vertikal pada daerah fluktuasi bagian lesi dengan
menggunakan pisau Bard-parker No. 12. Insisi diperluas dari mucogingival fold ke
gingival margin. Jika terdapat pembengkakan pada permukaan lingual maka insisi
dimulai hanya pada daerah apikal sampai daerah yang membengkak dan meluas ke
gingival margin. Setelah itu lakukan ektravasasi (pengeluaran) darah dan pus.
Setelah drainase, daerah tersebut dikeringkan dan diolesi dengan antiseptik. Jika
absesnya kecil dan akses tidak sulit, maka dapat dilakukan skeling dan root planing.
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
101
Pasien yang memiliki komplikasi sistemik instruksikan untuk berkumur-kumur tiap
jam dengan 4 ml larutan garam dalam air hangat dan dapat kembali pada hari
berikutnya. Selain obat kumur dapat pula pasien diberi resep obat tambahan seperti
klindamisin atau kombinasi penicillin atau eritromycin dengan metronidazole. Jika
perlu dapat diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit.1,3,5,9
a
Gambar 5
a Drainase abses periodontal melalui poket region gigi 461
b Drainase abses periodontal melalui poket region gigi 11 8
b
Terapi yang biasa dilakukan pada abses kronis adalah skeling dan root
planing atau terapi bedah. Perawatan bedah disarankan ketika terdapat defek
vertikal yang dalam atau defek furkasi yang berada di luar kemampuan terapeutik
dari instrumentasi non bedah. Terapi antibiotik merupakan indikasi, seperti pada
abses akut.1
Abses gingiva adalah keadaan inflamasi akut, terlokalisir dapat berasal dari
berbagai sumber, infeksi bakteri plak, trauma, dan impaksi benda asing. Abses
gingiva secara klinis pembengkakan pada jaringan lunak purulent, tampak pada
margin gingiva atau interdental papilla serta terlokalisir, dan disertai rasa sakit.
(Gambar 6) Lesi inflamasi ditemukan pada superfisial jaringan gingiva. Pada
permulaan dijumpai lesi yang berwarna merah dengan permukaan lesi mengkilat
serta adanya eksudat, dalam waktu 24-48 jam lesi menjadi fluktuatif disertai mata
lesi yang berisi eksudat, kemudian gigi yang berada dekat dengan lesi tersebut akan
sensitif terhadap perkusi. Etiologi dari abses gingiva yaitu adalah bakteri yang ikut
masuk ke dalam jaringan ikat melalui perantara benda asing seperti kulit jagung,
bulu sikat, duri ikan yang menusuk jaringan gingiva.1,3,6
Gambar 6. Abses gingival pada regio 431
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
102
Pengobatan abses gingiva bertujuan pada pemulihan fase akut dan bila
memungkinkan segera menghilangkan penyebabnya. Anestesi topikal atau lokal
diberikan untuk memastikan kenyamanan prosedural. Jika memungkinkan dapat
dilakukan skeling dan root planing untuk menciptakan drainase dan menghilangkan
deposit mikroba. Pada situasi akut, daerah fluktuasi diinsisi dengan pisau scalpel
dan eksudat dikeluarkan dengan tekan ringan. Daerah tersebut diirigasi dengan air
hangat dan ditutup dengan kasa lembab dibawah tekanan ringan.1
Abses perikoronal adalah hasil dari inflamasi jaringan lunak operkulum yang
menutupi sebagian erupsi gigi. Abses perikoronal sering timbul pada masa bayi,
anak-anak dan dewasa muda. Lesi inflamasi dapat disebabkan oleh retensi bakteri
plak, impaksi makanan dan trauma. Gambaran klinis berupa gingiva berwarna
merah terlokalisir, bengkak, lesi yang sakit jika disentuh dan memungkinkan
terbentuknya eksudat purulen, trismus, limfadenopati, demam dan malaise.
(Gambar 6)8,9
Gambar 7. Abses perikoronal9
PEMBAHASAN
Pasien penyakit periodontal akut membutuhkan terapi darurat untuk segera
menangani keadaan dari penyakit periodontal tersebut. Keadaan darurat periodontal
adalah suatu keadaan gabungan berbagai kondisi yang berpengaruh buruk terhadap
jaringan periodontal dan memerlukan tindakan segera. Penyakit periondontal yang
membutuhkan terapi kedaruratan antara lain, necrotizing ulcerative gingivitis
(NUG), perikoronitis akut, acute herpetic gingivostomatitis, abses periodontal,
abses gingiva, dan abses perikoronal. Penatalaksanaan keadaan kedaruratan
termasuk kedalam fase pendahuluan pada perawatan periodontal. Perawatan
kedaruratan NUG pada kunjungan pertama terbatas pada daerah inflamasi akut,
untuk menghilangkan lapisan pseudomembran dan debris dari permukaan, serta
kalkulus superfisial dengan anestesi topikal serta pemberian obat kumur dan
analgetik. Pada perawatan abses prinsipnya adalah insisi dan drainase. Insisi adalah
pembuatan jalan keluar nanah dengan menggunakan scalpel. Insisi drainase
merupakan tindakan membuang materi purulent yang toksik, sehingga mengurangi
tekanan pada jaringan. Tujuan tindakan insisi dan drainase adalah mencegah
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
103
terjadinya perluasan abses/infeksi ke jaringan lain, mengurangi rasa sakit,
menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya, memperbaiki vaskularisasi
jaringan. Jika ada manifestasi sistemik dapat diberikan antibiotik dan analgetik
untuk menghilangkan rasa sakit. Diagnosis yang akurat ditentukan dengan terlebih
dahulu mendapatkan riwayat penyakit lengkap dari pasien, melakukan pemeriksaan
klinis dan radiografi.
SIMPULAN
Terapi kedaruratan periodontal diperlukan untuk menangani keadaan akut
dari suatu penyakit periodontal. Penatalaksanaan keadaan emergensi termasuk
kedalam fase preliminary pada perawatan periodontal. Dalam penanganannnya
perlu dilakukan pemeriksaan secara lengkap untuk dapat menegakkan diagnosis
secara tepat.
Langkah yang pertama kali dilakukan adalah terapi paliatif untuk
menghilangkan keadaan akut, termasuk menangani rasa sakit. Pada tahap awal
diberikan terapi antibiotik untuk menangani infeksi mikroba. Dapat juga diberikan
analgesik seperti NSAID untuk mengurangi rasa sakit. Setelah keadaan akut
teratasi, barulah dapat dilakukan terapi skeling dan root planing atau terapi bedah
periodontal.
Perawatan terhadap jaringan periodontal harus secara rutin dilakukan,
meskipun penyakit akut periodontal sudah diatasi. Pasien perlu diinstruksikan untuk
melakukan home care dengan baik dan secara rutin kontrol ke dokter gigi.
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
104
DAFTAR PUSTAKA
1. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical
Periodontology. 11th ed. St. Louis: Elsevier; 2012. 437-47, Ch 17
2. Lindhe J, Karring T, Lang NP. Clinical Periodontology and Implant Dentistry.
4th ed. Iowa: Blackwell Publishing Ltd; 2003.
3. Agarwal M. Bhattacharya HS. Singhal S. Periodontal Emergencies : A Review.
Dept of Periodontics Institute of Dental Sciences, Bareilly.
4. Yadav. AR, Mani AM, Marawar PP. Periodontal Abscess : A Review.
International Journal of Health and Medical Science Vol 1. Dept of
Periodontology Rural Dental College Pravara Institute of Medical Science. Juli
2013.
5. Rateitschak KH & EM, Wolf HF, Hassell TM. Color Atlas of Periodontology.
3rd Revised.New York: Thieme; 2005, 85-8, 131
6. elisa.ugm.ac.id/user/.../4d0c47fddb10b90d8eaf785d0e01a61b. Treatment
Emergencies Perawatan Penyakit Gingival Akut.
7. Dhonge RP. Zade RM. Gopinath V. Amirisetty R. An insight of pericoronitis :
A Review Article. International Journal Dental Medicine Research Vol I.
March-April. 2015
8. Patel PV, Kumar S, Patel A. Periodontal Abscess: A Review. J Clin and
Diagnostic Research [internet]. 2011 [cited 2012 Sept 30]; 5(2):404-9.
Available from: http://www.jcdr.net/articles/PDF/1246/1622_9_4_11_nitr.pdf
9. http://www.slideshare.net/jimisurgon83/acute-periodontal-conditions
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
105
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran
Download