PENGENDALIAN PERSEDIAAN Masalah persediaan : Persediaan, bagian sekitar 40% dari total modal yang diinvestasikan. Persediaan adalah sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih lanjut. PROSES Barang setengah jadi Bahan Baku Barang Jadi PRODUKSI Gambar Proses Transformasi Produksi Timbulnya persediaan : 1. 2. 3. 4. 5. Jangka waktu pengiriman bahan baku relatif lama. Jumlah yang dibeli (diproduksi) lebih besar dari yang dibutuhkan. Permintaan bersifat musiman sedangkan tingkat produksi konstan. Biaya untuk mencari barang/bahan pengganti relatif besar. Keinginan melakukan spekulasi untuk mendapatkan keuntungan besar. Ada enam penggunaan persediaan, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menyimpan barang-barang untuk memenuhi permintaan konsumen. Menyesuaikan produksi dengan distribusi. Mengambil keuntungan dari potongan jumlah. Antisipasi terhadap inflasi dan perubahan harga. Mengantisipasi kekurangan stok. Menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik. Fungsi utama persediaan : “menjamin kelancaran mekanisme pemenuhan permintaan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen sehingga sistem yang dikelola dapat mencapai kinerja yang optimal.” Masalah utama persediaan : Berapa jumlah barang yang akan dipesan/ dibuat. Kapan pemesanan barang harus dilakukan. Berapa jumlah persediaan pengamannya. Metode pengendalian persediaan yang tepat. Jenis Persediaan. 1. 2. 3. 4. 5. Persediaan bahan baku (raw materials stock). Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process). Persediaan barang-barang pembantu atau perlengkapan (suppliers stock). Persediaan komponen produk (komponents stock). Persediaan barang jadi (finished goods stock). Biaya-biaya Dalam Sistem Persediaan 1. Biaya pembelian (purchasing cost) 2. Biaya pengadaan (procurement cost) Biaya pemesanan (ordering cost). Biaya pembuatan (set up cost). PENGENDALIAN PERSEDIAAN 65 3. Biaya penyimpanan (holding cost/ carrying cost). Biaya simpan. Biaya resiko. Biaya administrasi dan pemindahan. Tabel 1. Penentuan Biaya Penyimpanan Persediaan Biaya Sebagai Persentase dari Nilai Persediaan Kategori Biaya penyimpanan, seperti sewa bangunan, penyusutan, biaya operasi, pajak, asuransi. Biaya penanganan bahan baku, termasuk peralatan, sewa atau penyusutan, listrik, biaya operasi. Biaya tenaga kerja karena penanganan tambahan. Biaya investasi, seperti biaya pinjaman, pajak dan asuransi persediaan. Pencurian, tergores dan kelalaian. 6% (3% - 10%) 3% (1% - 3,5%) 3% (3% - 5%) 11% (6% - 24%) 3% (2% - 5%) Biaya keseluruhan penanganan persediaan 26% 4. Biaya kekurangan persediaan (shortage cost) Model Persediaan Economic Order Quantity (EOQ) Asumsi, yaitu : 1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan. 2. Lead time atau waktu ancang-ancang, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui dan bersifat konstan. 3. Barang yang disimpan hanya satu macam. 4. Barang yang dipesan segera dapat tersedia. 5. Harga barang konstan, tidak mungkin diberikan diskon. 6. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan. 7. Tidak terjadi stock out (kekurangan persediaan). Tujuan dari model EOQ meminimumkan : Total biaya persediaan = ordering cost + holding cost + purchasing cost. TAC = (D/Q) k + (Q/2) h + DC Sehingga : TAC = TOC + TCC = (D/Q) k + (Q/2) h Biaya TAC Holding Cost = (Q/2) h Minimum Ordering Cost = (D/Q) k Q* Jumlah pesanan Gambar 1. Grafik Jumlah Pemesanan yang Ekonomis PENGENDALIAN PERSEDIAAN 66 Persediaan Persediaan Maksimum Q* Q*/2 Waktu T* = Q/D F* = D/Q Gambar 2. Model Persediaan EOQ Maka model matematik dari EOQ : Q* = 2 Dk h Frekuensi pemesanan optimum per tahun (F*) : F* = Jarak siklus optimum (T*) : T* = Persediaan rata-rata = D Q* Q* D Q* 2 Contoh 1 : Sebuah toko minuman mampu menjual 5.200 peti teh botol setiap tahun (tingkat penjualannya adalah konstan setiap tahun). Setiap peti menanggung biaya Rp. 2,- untuk sampai ke gudang. Penyalur meminta bayaran Rp 10,- untuk pemesanan, tanpa menghitung berapa jumlah yang dipesan. Pesanan segera datang sesaat setelah pemesanan dilakukan. Modal kerja yang dimiliki toko minuman ini semuanya tertanam pada persediaan barang dan modal ini dipinjam dari bank dengan bunga 10% per tahun, selain itu pemilik toko harus membayar atas barang yang disimpannya sebesar 5% dari nilai persediaan rata-rata. Asuransi juga harus dibayar sebesar 5% dari nilai persediaan rata-rata. Toko tersebut ingin meninjau kembali apakah kebijaksanaan pesanan 100 peti per minggu selama ini sudah betul bila ditinjau dari sudut biaya yang relevan. Penyelesaian : Diketahui : D (jumlah kebutuhan barang) k (biaya setiap kali pesan) C (harga barang) h (biaya simpan) Q (jumlah pemesanan) = = = = 5.200 peti per tahun. Rp. 10,- per pesanan. Rp. 2,- per peti. 20% dari nilai persediaan (bunga bank = 10% ansuransi barang = 5% dan pajak atas barang = 5%) = 100 peti per minggu. Kebijakan persediaan selama ini. Total biaya persediaan tahunan. TAC = TOC + TCC D Q 5.200 100 = k + hC = 10 0,22 2 100 2 Q = Rp 520,- + Rp 20,- = Rp 540,- per tahun. PENGENDALIAN PERSEDIAAN Frekuensi pemesanan per tahun. D 5.200 F = = = 52 kali. 100 Q Jarak siklus. Q 100 T = = = 0,019 tahun. 5.200 D bila 1 tahun = 312 hari kerja, T = 0,019 x 312 = 6 hari. Pola persediaannya. Persediaan Persediaan Maksimum 100 Q 50 Q/2 0 Waktu 6 hari 52 kali Kebijakan persediaan optimum. Jumlah pesanan optimum. EOQ = Q* = 2 Dk = hC 2(5.200 )(10) = 510 peti. (0,2)( 2) Total biaya persediaan tahunan minimum. TAC = TOC + TCC D Q 5.200 510 = k + hC = 10 0,22 2 510 2 Q = Rp 101,96,- + Rp 102 = Rp 203,96,- per tahun. Frekuensi pemesanan optimum per tahun. D 5.200 F* = = = 10 kali 510 Q* Jarak siklus optimum. Q* 510 T* = = = 0,098 tahun. 5.200 D bila 1 tahun = 312 hari kerja, T = 0,098 x 312 = 31 hari. Pola persediaannya. Persediaan Persediaan Maksimum 510 Q* 255 Q*/2 0 Waktu 31 hari 10 kali 67 PENGENDALIAN PERSEDIAAN 68 Kesimpulan : Kebijaksanaan persediaan dengan pemesanan 100 peti per minggu memberikan total biaya persediaan sebesar Rp 540,- per tahun sedangkan kebijaksanaan persediaan dengan pemesanan 510 peti per minggu memberikan total biaya persediaan sebesar Rp 203,96,- per tahun. Jadi kebijakan selama ini salah karena total biaya persediaannya lebih besar dari pada bila perusahaan melakukannya pemesanan secara optimal. Contoh 2 : Toko Chika rata-rata menjual 1.000 generator per bulan dan permintaan generator selama satu tahun diperkirakan konstan. Toko Chika akan menetapkan kebijakan pemesanan sebanyak 2.000 generator setiap kali pemesanan. Bagian kalkulasi biaya telah menetapkan bahwa biaya setiap kali pemesanan Rp 600.000,- dan biaya penyimpanan Rp 10.000,- per unit. Toko Chika ingin mengetahui apakah kebijakan pemesanan tersebut sudah merupakan kebijakan yang terbaik atau tidak. Penyelesaian : Diketahui : D (jumlah kebutuhan barang) k (biaya setiap kali pesan) h (biaya simpan) Q (Jumlah pemesanan) = = = = 12 x 1.000 = 12.000 generator per tahun. Rp 600.000,- per tahun. Rp 10.000,- per unit 2.000 generator per pesanan. Kebijakan persediaan selama ini. Total biaya persediaan tahunan. TAC = TOC + TCC D Q 12 .000 2.000 = k + C = 600 .000 10.000 2 . 000 2 2 Q = Rp 3.600.000,- + Rp 10.000.000,- = Rp 13.600.000,- per tahun. Frekuensi pemesanan per tahun. D 12 .000 F = = = 6 kali. 2.000 Q Jarak siklus. Q 2.000 T = = = 0,167 tahun. 12 .000 R bila 1 tahun = 312 hari kerja, T = 0,167 x 312 = 52 hari. Pola persediaannya. Persediaan Persediaan Maksimum 2.000 Q Q/2 1.000 0 Waktu 52 hari 6 kali Kebijakan persediaan optimum. Jumlah pesanan optimum. EOQ = Q* = 2 Dk h = 2(12 .000 )(600 .000 ) 10 .000 = 1.200 generator. PENGENDALIAN PERSEDIAAN 69 Total biaya persediaan tahunan minimum. TAC = TOC + TCC D Q 12.000 1.200 = k + h = 600 .000 10.000 Q 2 1 . 200 2 = Rp 6.000.000,- + Rp 6.000.000 = Rp 12.000.000,- per tahun. Frekuensi pemesanan optimum per tahun. F* = D Q* = 12 .000 = 10 kali. 1.200 Jarak siklus optimum. 1200 Q* T* = = = 0,10 tahun. 12000 D bila 1 tahun = 312 hari kerja, T = 0,10 x 312 = 31 hari. Pola persediaannya. Persediaan Persediaan Maksimum Q* 12.000 Q*/2 600 0 Waktu 31 hari 10 kali Kesimpulan : Kebijaksanaan persediaan dengan pemesanan 2.000 generator setiap kali pemesanan memberikan total biaya persediaan sebesar Rp 13.600.000,- per tahun sedangkan kebijaksanaan persediaan dengan pemesanan 1.200 generator setiap kali pemesanan memberikan total biaya persediaan sebesar Rp 12.000.000,- per tahun. Jadi kebijakan pemesanan selama ini belum merupakan kebijakan yang terbaik, karena total biaya persediannya lebih besar dari pada bila perusahaan melakukannya secara optimal. Reorder Point (Titik Pemesanan Kembali) Ada 2 kemungkinan yaitu : Kondisi L < T, dimana kondisi lead time < siklus pemesanan Persediaan Q R L Waktu T Gambar 3. Kondisi lead time (L) < siklus pemesanan (T) Maka : R = L x DL PENGENDALIAN PERSEDIAAN 70 Kondisi L > T, dimana kondisi lead time > siklus pemesanan Persediaan Q R T Waktu L Gambar 4. Kondisi lead time (L) > siklus pemesanan (T) R = (L – T) DL. Maka : Contoh 3 : Sebuah toko makanan menjual 100 kotak kue setiap hari, biaya pemesanan diketahui Rp 100,- setiap kali pesan dan biaya penyimpanan per hari setiap unit persediaan Rp 0,02,- . Bila diketahui lead time-nya 12 hari, tentukan : a. EOQ (jumlah pemesanan optimum). b. Siklus optimalnya. c. Reorder point-nya. d. Gambarkan pola persediaan EOQ. Penyelesaian : Diketahui : D = 100 kotak kue per hari. k = Rp 100 per pesan. h = Rp 0,02 per kotak kue per hari. L = 12 hari. a. EOQ (jumlah pemesanan optimum). 2 Dk 2 (100 ) (100 ) EOQ = Q* = = = 1.000 unit. 0,02 h b. Siklus optimalnya. T = Q* 1.000 = = 10 hari. 100 D c. Reorder point-nya. R = (L – T) DL = (12 – 10) 100 = 200 unit. d. Model EOQ. Persediaan Q = 1.000 R = 200 0 T = 10 hari L = 12 hari Hari PENGENDALIAN PERSEDIAAN 71 Contoh 4 : Suatu perusahaan membutuhkan bahan baku sebanyak 6.400 unit setahun dengan harga per unit Rp 4,-. Biaya yang terlibat dalam pembelian bahan baku tersebut dicatat sebagai berikut : Biaya pengiriman Rp 10,-. Biaya pemeriksaan bahan baku yang datang Rp 70,-. Biaya administrasi Rp 20,-. Biaya untuk menyelesaikan pesanan Rp 20,-. Biaya penyimpanan digudang 20 % dari nilai rata-rata barang yang dibeli. Biaya modal 10 % dari modal rata-rata yang tertanam dalam persediaan. Dari data-data diatas, tentukan : a. Jumlah pemesanan optimum (Q). b. Siklus pemesanan dan frekuensi pemesanan dalam satu tahun. c. Reorder point, bila diketahui pengadaan bahan baku tersebut satu minggu. d. Biaya total persediaan yang relevan. e. Gambarkan pola persediaan EOQ dan kurva total costnya. Penyelesaian : Diketahui : D = 6.400 unit. k = Rp 10,- + Rp 70,- + Rp 20,- + Rp 20,- = Rp 120,- per pesan. h = (20% + 10%) Rp 4,- = Rp 1,2,- per unit per tahun. L = 1 minggu. a. Jumlah pemesanan optimum. EOQ = 2 Dk = h 2 (6.400 ) (120 ) = 1.131,37 ≈ 1.131 unit. 1,2 b. Siklus pemesanan dan frekuensi pemesanan dalam satu tahun. T = Q * 1131 = = 0,177 tahun. 6400 D Jika 1 tahun = 52 minggu, maka : T = 0,177 x 52 = 9,2 ≈ 9 minggu. F* = D 6.400 = = 5,7 kali ≈ 6 kali. 1.131 Q* c. Reorder point. Karena L = 1 minggu, maka kebutuhan bahan baku selama 1 minggu : Jika : kebutuhan per tahun = 6.400 unit per tahun, maka : Kebutuhan per minggu = 6.400 unit 52 minggu = 123 unit per minggu Jadi : R = L x DL = 1 minggu x 123 unit = 123 unit. d. Total biaya persediaan. D Q * k + TAC = h 2 Q * 6.400 1.131 = 120 1,2 = Rp 679.05,- + Rp 678.60,- = Rp 1357.65, 1.131 2 PENGENDALIAN PERSEDIAAN e. Model persediaan EOQ dan kurva total cost. Model persediaan EOQ. Q = 1.131 Persediaan R = 123 Minggu L=1 T=9 F = 6 kali Kurva total cost. TAC Biaya Holding Cost minimum 1.357,65 679 Ordering Cost 0 1.000 2.000 3.000 Unit Model Persediaan EOQ Dengan Potongan Harga (Price Break). Biaya Total cost Holding cost Purchasing cost Ordering cost Jumlah pembelian Gambar 5. Grafik Biaya Persediaan dengan Potongan Harga Model Persediaan Dengan Satu ‘Price Break’ C1 ( Rp / unit), jika Q B unit C (Q) C 2 ( Rp / unit), jika Q B unit Dengan total biaya persediaan = ordering cost + holding cost + purchasing cost D Q TAC (C1 ) k h1 C1D , untuk Q B. 2 Q D Q TAC (C2 ) k h2 C 2 D , untuk Q B. 2 Q Keadaan yang mungkin terjadi : Keadaan Persediaan Q > B. 72 PENGENDALIAN PERSEDIAAN 73 Biaya TAC (C1) TAC (C2) B Q Jumlah Pembelian Gambar 6. Persediaan Q > B Keadaan persediaan Q = B. Biaya TAC (C1) TAC (C2) Q=B Jumlah Pembelian Gambar 7. Persediaan Q = B Keadaan persediaan Q < B. Biaya TAC (C1) TAC (C2) Q B Jumlah Pembelian Gambar 8. Persediaan Q < B Contoh 5 : Sebuah perusahaan membutuhkan bahan baku sebanyak 3.000 unit setiap tahunnya. Perusahaan tersebut ditawari pembelian dengan potongan harga oleh supplier-nya yaitu apabila pembelian kurang dari 600 unit, harga jual per unit Rp 12.000,- dengan biaya simpan 30% dan apabila pembelian 600 unit ke atas harga jual per unitnya Rp 10.000,- dengan biaya simpan 25%. Bila diketahui biaya pemesanan Rp. 400.000,-; bagaimana kebijaksanaan perusahaan terhadap penawaran supplier tersebut dan gambarkan kondisi tersebut dalam bentuk grafik. Penyelesaian : Diketahui : D = 3.000 unit per tahun. k = Rp 400.000,- per pesanan. 1 ≤ Q < 600 unit, C1 = Rp 12.000,- ; h = 30% Q 600 unit, C2 = Rp 10.000,- , h = 25%. Q2 pada C2 = Rp 10.000,Q2 = 2 Dk = hC2 2(3.000 )( 400 .000 ) (0,25)(10 .000 ) = 979,8 ≈ 980 unit. PENGENDALIAN PERSEDIAAN 74 Kesimpulan : Perusahaan menerima tawaran diskon dengan Q = 980 unit. Karena Q = 980 unit adalah fisibel pada daerah penawaran diskon yang hanya mensyaratknan Q pesan ≥ 600 unit, maka perhitungan selanjutnya tidak diperlukan. Penggambaran kondisi tersebut dalam grafik. Biaya TAC (C1) TAC (C2) B = 600 Q = 980 Jumlah Pembelian Contoh 6 : PT. OTSUKA membutuhkan bahan baku untuk menjalankan usahanya sebanyak 4.000 unit setiap tahun. Perusahaan tersebut ditawari pembelian dengan potongan harga oleh suppliernya, yaitu apabila pembelian kurang dari 500 unit harga jual per unit Rp 12.000,- dengan biaya simpan 25% dan apabila pembelian diatas 500 unit harga jual per unit-nya Rp 9.000,- dengan biaya simpan 20%. Bila diketahui biaya pemesanan Rp 50.000,- per pesanan, bagaimana kebijakan perusahaan terhadap penawaran supplier tersebut dan gambarkan kondisi tersebut dalam bentuk grafik. Penyelesaian : Diketahui : D = 4.000 unit. k = Rp 50.000,1 ≤ Q < 500 unit, C1 = Rp 12.000,-; h = 25% Q ≥ 500 unit , C2 = Rp. 9000,-; h = 20% Q2 pada C2 = Rp 9.000,2 Dk = hC2 Q2 = 2(4.000 )(50 .000 ) (0,2)(9.000 ) = 471 unit. TAC = ordering cost + holding cost + purchasing cost D Q 4.000 500 = k h.C2 D.C2 = 50.000 (0,2)(9.000 ) (4.000 )(9.000 ) Q 2 500 2 = Rp 400.000,- + Rp 450.000,- + Rp 36.000.000,- = Rp 36.850.000, Q1 pada C1 = Rp 12.000,2 Dk = hC1 Q1 = 2(4.000 )(50.000 ) (0,25)(12.000 ) = 365 unit. TAC = ordering cost + holding Cost + purchasing cost D Q 4.000 365 = k h.C1 D.C1 = 50 .000 (0,25)(12 .000 ) (4.000 )(12.000 ) Q 2 365 2 = Rp 547.945,- + Rp 547.500,- + Rp 48.000.000,- = Rp 49.095.445,- PENGENDALIAN PERSEDIAAN 75 Kesimpulan : Total biaya persediaan dengan Q = 365 unit adalah Rp 49.095.445,- dan dengan Q = 500 unit adalah Rp 36.850.000,-. Karena total biaya persediaan dengan Q = 500 unit adalah lebih kecil dari total biaya persediaan Q = 365 maka jumlah pemesanan yang ekonomis bagi perusahaan adalah Q = 500 unit. Penggambaran kondisi tersebut dalam grafik. TAC (C1) Biaya TAC (C2) Q1 = 365 Q2 = 471 B = 500 Jumlah Pembelian Model Persediaan Dengan “Dua Price Break” C1 ( Rp / unit), jika 1 Q B1 unit C (Q) C2 ( Rp / unit), jika B1 Q B2 unit C ( Rp / unit), jika Q B unit 2 3 Dengan total biaya persediaan = ordering cost + holding cost + purchasing cost D Q D Q TAC(C1) = k h1 D. C1 , untuk 1 ≤ Q < B1 2 Q TAC(C2) = k h2 D. C2 , untuk B1 ≤ Q < B2 2 Q D TAC(C3) = k Q Q h3 D. C3 , 2 untuk Q ≥ B2 Keadaan yang mungkin terjadi : Keadaan persediaan Q < B1. TAC (C1) Biaya a. TAC (C2) Biaya TAC (C3) Q B2 B1 Jumlah Pembelian Gambar 9. Keadaan Q < B1 Keadaan persediaan Q = B1. TAC (C1) Biaya TAC (C2) TAC (C3) Q = B1 B2 Gambar 10. Keadaan Q = B1 Jumlah Pembelian PENGENDALIAN PERSEDIAAN 76 Keadaan persediaan B1 < Q < B2. TAC (C1) TAC (C2) TAC (C3) B1 Q B2 Jumlah Pembelian Gambar 11. Keadaan B1 < Q < B2 Keadaan persediaan Q = B2. TAC (C1) TAC (C2) TAC (C3) B1 Q = B2 Jumlah Pembelian Gambar 12. Keadaan Q = B2 Keadaan persediaan Q > B2. TAC (C1) TAC (C2) TAC (C3) B1 B2 Q Jumlah Pembelian Gambar 13. Keadaan Q > B2 Contoh 7 : Perusahaan Tiga Serangkai membeli 5.000 unit suatu produk setiap tahunnya. Harga jual per unit untuk pembelian kurang dari 400 unit adalah Rp. 150,- dengan biaya pemesanan Rp 4.000,- per pesanan. Bila dilakukan pembelian 400 unit ke atas tapi kurang dari 800 unit harga jual per unit Rp 100,- dengan biaya pemesanan Rp 3.000,- per pesanan sedangkan bila pembelian dilakukan 800 unit ke atas harga jual per unit Rp 50,- dengan biaya pemesanan Rp 2.000,- per pesanan. Bagaimana kebijaksanaan yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut bila biaya simpan per bulannya 5% dari nilai rata-rata barang yang dibeli? gambarkan kondisi tersebut dalam bentuk grafik. Penyelesaian : Diketahui : D = 5.000 unit per tahun. k = 5% per bulan = 0,05 x 12 = 0,6 per tahun. 1 ≤ Q < 400 unit , C1 = Rp 150,-; k = Rp 4.000,400 ≤ Q < 800 unit, C2 = Rp 100,-; k = Rp 3.000,Q ≥ 800 unit, C3 = Rp 50,-; k = Rp 2.000,- PENGENDALIAN PERSEDIAAN 77 Q pada C3 = Rp. 50,- 2 Dh = h Q3 = 2(5000)( 2000) (0,6)(50) = 816,5 ≈ 817 unit. Q = 817 unit adalah fisibel pada daerah penawaran diskon yang hanya mensyaratkan Q pesan ≥ 800 unit, maka perhitungan selanjutnya tidak diperlukan. Kesimpulan : Perusahaan tersebut sebaiknya menerima tawaran diskon dengan Q = 817 unit. Penggambaran kondisi tersebut dalam grafik. Biaya TAC (C1) TAC (C2) TAC (C3) B1 = 400 B2 = 800 Q3 = 817 Jumlah Pembelian Contoh 8 : Perusahaan Tiga Serangkai membeli 5.000 unit suatu produk setiap tahunnya. Harga jual per unit untuk pembelian kurang dari 400 unit adalah Rp 150,- dengan biaya pemesanan Rp 1.400,- per pesanan. Bila dilakukan pembelian 400 unit ke atas tapi kurang dari 800 unit harga jual per unit Rp 100,- dengan biaya pemesanan Rp 950,- per pesanan sedangkan bila pembelian dilakukan 800 unit ke atas harga jual per unit Rp 50,- dengan biaya pemesanan Rp 750,- per pesanan. Bagaimana kebijaksanaan yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut bila biaya simpan per bulannya 5% dari nilai rata-rata barang yang dibeli? gambarkan kondisi tersebut dalam bentuk grafik. Penyelesaian : Diketahui : D = 5.000 unit per tahun. h = 5% per bulan = 0,05 x 12 = 0,6 per tahun. 1 ≤ Q < 400 unit, C1 = Rp 150,-; k = Rp 1.400,- per pesanan. 400 ≤ Q < 800 unit, C2 = Rp 100,-; k = Rp 950,- per pesanan. Q ≥ 800 unit, C3 = Rp. 50,-; k = Rp 750,- per pesanan. Q pada C3 = Rp. 50,- 2 Dk = h Q = 2(5.000 )(750 ) (0,6)(50 ) = 500 unit. TAC = ordering cost + holding cost + purchasing cost D Q = k h D. C3 Q 2 5.000 800 = 750 (0,6)(50) (5.000 )(50) 800 2 = Rp 4.688,- + Rp 12.000,- + Rp 250.000,- = Rp 266.800,- PENGENDALIAN PERSEDIAAN 78 Q pada C2 = Rp. 100,2(5000)(950) = (0,6)(100) 2 Dk = h Q = 398 unit. TAC = ordering cost + holding cost + purchasing cost D Q = k h D. C2 Q 2 5000 400 = 950 (0,6)(100) (5000)(100) 400 2 = Rp 11875,- + Rp 12000,- + Rp 500000,- = Rp 523.875, Q pada C1 = Rp. 150,- 2 Dk = h Q = 2(5000)(1400) = 394 unit. (0,6)(150) TC = ordering cost + holding cost + purchasing cost D Q = k h D. C1 Q 2 5.000 5.000 = 1.400 (0,6)(150 ) (5.000 )(150 ) 394 2 = Rp 17.767,- + Rp 225.000,- + Rp 750.000,- = Rp 992.767,Kesimpulan : Total biaya persediaan dengan Q = 394 unit adalah Rp 992.767,-; dengan Q = 400 unit adalah Rp 523.875,- dan dengan Q = 800 unit adalah Rp 266.800,-. Karena total biaya persediaan dengan Q = 800 unit adalah lebih kecil dari kedua total biaya persediaan yang lain maka jumlah pemesanan optimal yang ekonomis bagi perusahaan adalah Q = 800 unit. Penggambaran kondisi tersebut dalam grafik. Biaya TAC (C1) TAC (C2) TAC (C3) Q1 = 394 B1 = 400 Q2 = 398 B2 = 800 Jumlah Pembelian Q3 = 500 Model Persediaan Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item 1. 2. 3. 4. Asumsi-asumsi adalah : Permintaan untuk setiap item bersifat konstan dan diketahui dengan pasti. Lead time untuk setiap item diketahui dengan pasti. Tidak terjadi stock out (kekurangan persediaan). Lead time sama untuk semua item PENGENDALIAN PERSEDIAAN 5. Semua item yang dipesan akan datang pada waktu yang sama untuk setiap siklus. 6. Holding cost dan ordering cost untuk setiap item diketahui. 7. Harga barang/ bahan konstan. Item A Persediaan Q*RpA R Waktu L t Item B Persediaan Q*RpB R Waktu L t Item (A + B) berkelompok Persediaan Q*Rp R Waktu L t Gambar 14. Hubungan Persediaan dengan Waktu (Lot Pembelian Bersama) Total biaya persediaan = ordering cost + holding cost TC = Q *Rp D (K QRp i Q * Rp i k ) 2 i QRp i h k 2D K i h EOQ optimal untuk masing-masing item dalam nilai rupiah : d Q*Rpi = i Q *Rp D EOQ optimal untuk masing-masing item dalam unit : 79 PENGENDALIAN PERSEDIAAN Q *i 80 Q *Rp i Ci Siklus pemesanan optimal) : t* 1 f 1 D Q *Rp Q *Rp D Frekuensi pemesanan optimalnya adalah : F* D Q * Rp Contoh 9 : Diketahui data pembelian dari sekelompok item dari pemasok tunggal diperlihatkan dalam tabel berikut : Item Kebutuhan Per Tahun (Unit) A B C 2.000 4.000 5.000 Harga Jual Per Unit Kebutuhan Per Tahun (Rp) Minor Ordering Cost (ki) Rp 10,Rp 30,Rp 15,Jumlah Rp 20.000,Rp 120.000,Rp 75.000,Rp 215.000,- Rp 5,Rp 25,Rp 20,Rp 50,- Biaya pemesanan sebesar Rp 200,- per pesanan dan biaya penyimpanan sebesar Rp 150,- per unit/ tahun. Dari data tersebut, hitunglah : a. EOQ optimal untuk semua item (Rp). b. EOQ optimal untuk masing-masing item dalam rupiah dan dalam unit. c. Siklus pemesanan optimal dan total biaya persediaan. Penyelesaian : Diketahui : Seperti dalam tabel K = Rp 200,- per pesanan h = Rp 150,- per unit/ tahun a. EOQ optimal untuk semua item (Rp). Q *Rp b. 2 D (K k ) i h 2 (215.000) (200 50) 150 Rp 846,56 EOQ optimal untuk masing-masing item dalam rupiah dan dalam unit. Dalam rupiah d Q*Rpi = i Q *Rp D PENGENDALIAN PERSEDIAAN 81 Q*RpA = 20 .000 846,56 Rp 78,75, 215 .000 Q*RpB = 120 .000 846,56 Rp 472,50, 215 .000 Q*RpC = 75 .000 846,56 Rp 295,31,215 .000 Dalam unit. Q *Rp i Q *i Ci 78,75 7,88 8 unit 10 Q *A 472,50 15,75 16 unit 30 295,31 19,69 20 unit 15 Q *B Q *C c. Siklus pemesanan optimal dan total biaya persediaan. Siklus pemesanan optimal t* Q *Rp D 846,56 0,0039 0,004 tahun 215.000 Bila 1 tahun = 250 hari kerja, t* = 0,004 x 250 = 1 hari Total biaya persediaan TC = ordering cost + holding cost D (K k ) Q * Rp i i Q* Rp i h 2 (215.000) (200 50) (846,56) (150) 846,56 2 = Rp 126.984,25,- Economic Production Quantity (EPQ) Single Item Asumsi dasar model EPQ single item : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tingkat produksi lebih besar dari pada tingkat pemakaiannya (permintaan). Barang (bahan) yang diproduksi dan disimpan hanya satu macam. Kebutuhan (permintaan) setiap periode bersifat deterministik (konstan). Waktu ancang-ancang (lead time) bersifat konstan. Melayani permintaan baik dengan persediaan maupun dengan produksi yang terus menerus. Back order tidak dijinkan. Rata-rata persediaan Q1 tp (p - r) 2 2 oleh karena tp Q p maka rata-rata persediaan Q1 Q (p - r) 2 2p PENGENDALIAN PERSEDIAAN 82 Model matematis persamaan EPQ single item dapat dikembangkan melalui Gambar 3.16 di bawah ini, Jumlah Q* p Q1 r p-r R 0 tp t Waktu L Produksi Tidak Produksi Siklus I (t 0 ) Siklus II (t 0 ) Gambar 15. Fluktuasi Tingkat Persediaan Model EPQ Single Item Tujuan dari model EPQ adalah meminimasi TC Total annual inventory cost = production cost + set-up cost + holding cost TC * R P TC* = R P + RC Q * (p - r) H Q* 2p ( p - r) H Q * p Biaya produksi per unit, terdiri dari : a. Biaya tenaga kerja langsung b. Biaya material langsung. c. Beban pabrik (factory barden). Jumlah kuantitas produksi ekonomis setiap siklus produksi : Q * EPQ 2CR p (p - r) H Waktu produksi optimal : tp Q* p Waktu optimal antara set-up satu ke set-up berikutnya : t0 Q* R Banyaknya operasi optimal per periode (siklus produksi) : PENGENDALIAN PERSEDIAAN N* 83 R Q* Bila reoder point dalam unit = R R RL rL N Contoh 10 : Permintaan untuk suatu item adalah 20.000 unit per tahun dan selama satu tahun ada 250 hari kerja. Production rate adalah 100 unit per hari dan lead time adalah 1 hari. Biaya produksi per unit adalah Rp 50,- ; biaya penyimpanannya adalah Rp 10,- per unit per tahun dan biaya setup adalah Rp 20,- per run. Tentukan : a. Economic Production Quantity. b. Waktu produksi optimal. c. Waktu siklus. d. Banyaknya operasi optimal per tahun. e. Reoder point. f. Tingkat persediaan maksimum. g. Minimum total annual inventory cost dan gambarkan model persediaan EPQ. Penyelesaian : Diketahui : R N p L P H C = 20.000 unit per tahun = 250 hari kerja per tahun = 100 unit per hari = 1 hari = Rp 50,- per unit = Rp 10,- per unit per tahun = Rp 20,- per run a. Economic Production Quantity. r R 20.000 80 unit per hari N 250 Q * EPQ 2CR p (p - r) H 2 (20) (20.000) (100) (100 - 80) 10 632 unit b. Waktu produksi optimal. tp Q* 632 6,32 hari p 100 c. Waktu siklus t0 632 Q* = 0,0316 tahun 20 .000 R Bila dalam 1 tahun ada 250 hari kerja = 0,0316 tahun x 250 hari = 7,9 hari. PENGENDALIAN PERSEDIAAN 84 d. Banyaknya operasi optimal per tahun N* R 20.000 31,6 operasi per tahun Q* 632 e. Reoder point. R RL 20.000 (1) 80 unit N 250 f. Tingkat persediaan maksimum. Q1 tp (p - r) = 6,32 (100 – 80) = 126 unit g. Minimum total annual inventory cost dan model persediaan EPQ. Minimum total annual inventory cost TC* = R P + ( p - r) H Q * p (20.000) (50) (100 - 80) (10) (632) Rp 1.001.264, 100 Gambarkan model persediaan EPQ Jumlah Q* = 632 Q1 = 126 R = 80 0 6,32 tp = 6,32 hari 7,9 L=1 14,22 tp = 6,32 hari Tidak Produksi Siklus I (t 0 ) = 7,9 hari 15,8 Waktu L=1 Tidak Produksi Siklus II (t 0 ) = 7,9 hari N* = 31,6 Operasi per Tahun Economic Production Quantity (EPQ) Multi Item Asumsi dasar model EPQ multi items : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tingkat Produksi lebih besar dari pada tingkat pemakaiannya (permintaan). Barang (bahan) yang diproduksi dan disimpan lebih dari satu macam. Kebutuhan (permintaan) semua item setiap periode bersifat deterministik (konstan). Waktu ancang-ancang (lead time) untuk semua item bersifat konstan. Melayani permintaan baik dengan persediaan maupun dengan produksi yang terus menerus. Back order tidak diijinkan. m Syarat = N p i 1 Ri i Maximum tingkat persediaan suatu produk Q1(i) tpi ( pi ri ) PENGENDALIAN PERSEDIAAN Rata-rata persediaan : Q1 (i) tpi ( pi ri ) 2 2 Jumlah suatu produk yang diproduksi Ri n Qi pi . tpi Rata-rata persediaan : ( pi ri ) tpi ( pi ri ) pi . tpi ( pi ri ) Ri Q1 (i) 2 2 2 pi 2 n pi Jumlah Produksi Q*1 Q*2 p1 p2 Q11 r1 Q12 p1 - r1 r2 p2 - r2 R 0 tp1 tp2 t Waktu L Produksi Tidak Produksi Siklus I (t0) Siklus II (t0) Gambar 17. Fluktuasi Tingkat Persediaan Model EPQ Multi Items Tujuan dari model EPQ adalah meminimasi TC : Total annual inventory cost = production cost + set-up cost + holding cost m TC* = R P i i 1 m TC * i m n* C i i 1 m R P 2 n * C i i i 1 i i 1 1 2n * m i 1 ( pi ri ) Ri H i pi 85 PENGENDALIAN PERSEDIAAN 86 Untuk siklus produksi optimal : m i 1 n* ( pi ri ) Ri H i pi m 2 C i i 1 Jumlah kuantitas produksi ekonomis produk ke-i setiap siklus produksi : Ri n* Q *i ( EPQ) Waktu produksi optimal m tp p i 1 Qi i Waktu optimal antara set-up satu ke set-up berikutnya (waktu siklus product) : m t0 syarat = R Q *i i 1 i N n* m N n* p Qi i 1 atau t0 tp , slack time 0 i Reorder point dalam unit : m R i 1 Ri L N m r L i i 1 Contoh 11 : Suatu mesin digunakan untuk membuat 5 buah produk secara bersama-sama dengan datadata sebagai berikut : Produk Permintaan per Tahun (Unit) (Ri) Biaya Produksi per Unit ($) (Pi) Kecepatan Produksi per Hari (Unit) (pi) Biaya Simpan (Unit/Tahun) (Hi) Biaya Set-up per Produksi ($) (Ci) A 5.000 $6 100 $1,60 $ 40 B 10.000 5 400 1,40 25 C 7.000 3 350 0,60 30 D 15.000 4 200 1,15 27 E 4.000 6 100 1,65 20 Bila perusahaan tersebut beroperasi selama 250 hari kerja per tahun, maka tentukan : a. Siklus produksi optimal dalam satu tahunnya. b. Jumlah setiap kali produksi optimal untuk masing-masing tipe produk (EPQ). c. Waktu produksi optimal. d. Waktu siklus produksi. e. Tingkat persediaan maksimum untuk masing-masing tipe produk. f. Minimum total annual inventory cost. g. Gambarkan kondisi tersebut dalam model persediaan EPQ multi items. PENGENDALIAN PERSEDIAAN Penyelesaian : Diketahui : Seperti dalam tabel N = 250 hari kerja. Syarat waktu produksi yang dibutuhkan dalam satu tahun : m N p Ri i 1 250 i 5.000 10.000 7.000 15.000 4.000 100 400 350 200 100 250 210 hari (layak) a. Siklus produksi optimal dalam satu tahunnya Produk Permintaan per Tahun (Unit) (Ri) Kecepatan Produksi per Hari (Unit) (pi) Tingkat Kebutuhan per Hari (Unit) (ri) ( pi ri ) Ri pi A B C D E 5.000 10.000 7.000 15.000 4.000 100 400 350 200 100 20 40 28 60 16 4.000 9.000 6.440 10.500 3.360 m i 1 n* ( pi ri ) Ri H i pi m 2 C = Biaya Simpan (Unit/Tahun) (Hi) $1,60 1,40 0,60 1,15 1,65 ( pi ri ) Ri H i pi Biaya SetUp per Produksi ($) (Ci) 6.400 12.600 3.864 12.075 5.544 40.483 $40 25 30 27 80 202 40.483 10 produksi per tahun 2 (202) i i 1 b. Jumlah setiap kali produksi optimal untuk masing-masing tipe produk (EPQ) Q *i ( EPQ) Ri n* Q *A 5.000 500 unit 10 Q *B 10.000 1.000 unit 10 Q *C 7.000 700 unit 10 Q *D 15 .000 1.500 unit 10 Q *E 4.000 400 unit 10 c. Waktu produksi optimal. m tp p i 1 Qi i 500 1.000 700 1.500 400 100 400 350 200 100 21 hari 87 PENGENDALIAN PERSEDIAAN d. Waktu siklus produksi. N 250 25 hari n* 10 t0 t0 tp 25 hari 21 hari (layak) ) e. Tingkat persediaan maksimum untuk masing-masing tipe produk. Q1(i) tpi ( pi ri ) Q1(A) = 5 (100 – 20) = 400 unit Q1(B) = 2,5 (400 – 40) = 900 unit Q1(C) = 2 (350 – 28) = 644 unit Q1(D) = 7,5 (200 – 60) = 1.050 unit Q1(E) = 4 (100 – 16) = 336 unit f. Maksimum total annual inventory cost Produk Permintaan per Tahun (Unit) (Ri) Biaya Produksi per Unit ($) (Pi) 2 n* Biaya Set-up per Produksi ($) (Ci) A B C D E 5.000 10.000 7.000 15.000 4.000 $6 5 3 4 6 20 20 20 20 20 $40 25 30 27 80 m TC * 2 n* Ci $800 500 600 540 1.600 4.040 Ri . P i $30.000 50.000 21.000 60.000 24.000 185.000 m R P 2 n * C i i i i 1 i 1 = $ 185.000 + $ 4.040 = $ 189.040 g. Gambar kondisi tersebut dalam model persediaan EPQ multi items. Jumlah Produksi Q*D = 1.500 Q1(D) = 1.050 Q*B = 1.000 Q1(B) = 900 Q*C = 700 Q1(C) = 644 Q*A = 500 Q1(A) = 400 Q*E = 400 Q1(E) = 336 0 5 7,5 9,5 tp i 17 tp 21 hari Siklus I (t0) = 25 hari n* = 10 produksi per Tahun 21 25 Tidak Produksi Waktu 88 PENGENDALIAN PERSEDIAAN 89