SKB PPH FINAL

advertisement
SKB PPh Final PP 46 Tahun 2013 dan Transaksi Pengusaha Jasa Konstruksi
Hampir 3 tahun lamanya sejak mulai berlaku SE-32/PJ/2013 tanggal 25 September 2013
tentang mekanisme pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh bagi WP yang
dikenai PPh Final berdasarkan PP 46 Tahun 2013 dengan menggunakan Surat Keterangan Bebas
(SKB). Karena mungkin sudah dianggap kerjaan rutin proses pengajuan dan legalisasi fotokopi
SKB oleh AR (mungkin karena AR baru/berganti) sehingga dapat mengakibatkan ketidaktepatan
penerapan ketentuan yang juga berakibat potensial loss penerimaan. Penerimaan dimaksud
disini adalah yang seharusnya dikenakan PPh Final yang dipotong dan/atau dipungut sebesar
2%/3%/4% namun karena persetujuan pemberian SKB dan legalisasinya bisa berganti hanya
menjadi PPh Final 1% yang disetor WP.
Bagi Wajib Pajak SKB PPh yang telah diterbitkan oleh KPP merupakan segala-galanya, entah
karena ketidak tahuannya atau karena memang sengaja untuk menghingdarkan tarif yang lebih
besar. WP memaknai semua transaksi yang dilaksanakannya dapat dibebaskan dan cukup
hanya membayar PPh Final 1%. Hal ini menjadi dilema apabila AR juga memaknai demikian
dimana pada saat WP mengajukan legalisasi fotokopi SKB AR hanya melakukan penelitian atas
kelengkapan sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat 2 SE-32/PJ/2013 tersebut yaitu SKB asli, SSP
bukti penyetoran 1% atas transaksi, dan mengisi identitas WP pemotong dan/atau pemungut ,
apalagi prosesnya harus selesai dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja. Terkadang AR lupa
bahwa atas transaksi tersebut harus diteliti juga apakah :
a. WP merupakan Pengusaha Jasa Kontruksi dan telah memiliki Sertifikat Badan Usah (SBU)
b. Apabila WP merupakan pengusaha jasa konstruksi apakah atas transaksi yang dilegalisasi
fotokopi SKB tersebut merupakan jenis transaksi jasa konstruksi seperti yang dimaksud PP 51
tahun 2008 atau bukan.
Pada saat mengajukan permohonan SKB biasanya WP melampirkan dokumen pendukung
transaksi seperti Surat Perintah Kerja, Surat Keterangan Pemenang Lelang dari Instansi
Pemerintah, atau dokumen pendukung yang menyatakan transaksi terutang PPh Pasal
21/22/23 sehingga AR jarang curiga bahwa WP merupakan Pengusaha jasa konstruksi apalagi
dengan KLU pada masterfile kita kadang tidak sesuai dengan sebenarnya.
AR dapat melakukan pengecekan (apabila tidak diperoleh pengakuan dari WP) apakah WP
merupakan pengusaha jasa konstruksi atau tidak salah satunya melalui situs www.lpjk.net.
Setelah itu pilih icon
Badan Usaha
Daftar Regsitrasi Badan Usaha
Status Proses
registrasi
Pilih
Propinsi
Ketik
Nama
WP
seperti
gambar
dibawah
ini
;
Apabila WP pengusaha jasa konstruksi mengajukan legalisasi fotokopi SKB maka perhatikan
jenis transaksinya. Pasal 1 ayat 2 huruf r dan s Peraturan Menteri Keuangan Nomor
244/PMK.03/2008 menjadi pedoman dalam hal transaksi tersebut masuk PPh Pasal 23 atau PPh
Final Jasa Konstruksi.
huruf r menyebutkan bahwa PPh Pasal 23 dikenakan atas jasa instalasi/pemasangan mesin,
peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV Kabel, selain yang dilakukan oleh WP yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha kontruksi ;
huruf s menyebutkan PPh pasal 23 dikenakan atas jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan
mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau
bangunan, selain yang dilakukan oleh WP yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha kontruksi.
Dengan demikian apabila WP merupakan pengusaha konstruksi maka atas jenis jasa
sebagaimana dimaksud pada huruf r dan s tersebut tidak termasuk dalam jenis jasa yang
dipotong/dipungut PPh Pasal 23 melainkan dikenakan PPh Final untuk usaha Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud PP 51 tahun 2008. Untuk selanjutnya atas permohonan legalisasi
fotokopi SKB dapat ditolak.
Semoga bermanfaat...
Download