bab 3_ 2002idp

advertisement
Kerangka Pemikiran
Pola komunikasi di dalam organisasi termasuk di dalamnya organisasi
pemerintah
kabupaten
(Pemkab) sangat menentukan kinerja organisasi
tersebut. Oleh karena itu, aspek komunikasi organisasi Pemkab baik yang
bersifat internal (downward, upward, horizontal) maupun yang bersifat
eksternal (public communication) nampaknya perlu dirumuskan secara cermat
serta diaplikasi semaksimal mungkin.
Komunikasi Pemkab selama ini (terlebih lagi pada masa Orde Baru)
cenderung mengikuti
paradigma
komunikasi
linier
dengan
pendekatan
pembangunan yang bersifat top down. Dalam kondisi seperti ini sangat sulit
mengharapkan
partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan.
Padahal,
partisipasi masyarakat sangat penting dalam pembangunan dan partisipasi
tersebut merupakan hak demokrasi masyarakat untuk ikut urun rembug dalam
menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka
(Conyers, 1994).
Kesadaran masyarakat berpartisipasi akan tumbuh apabila kebutuhan
mereka mendapatkan perhatian dalam proses pembangunan. Oleh karena itu,
perlu dikembangkan paradigma komunikasi yang bersifat konvergen, sehingga
aspirasi pihak atas dan bawah (Pemkab-masyarakat) sama-sama terakomodasi
dalam program-program pembangunan daerah setempat. Namun, konvergensi
tersebut sangat sulit tenvujud apabila pendekatan komunikasi pembangunan
tetap mengacu pada paradigma linier.
Kendala birokratis sering menimbulkan distorsi dalam komunikasi
pembangunan.
Disamping itu, bentuk-bentuk komunikasi vertikal (antar
aras/tingkat) maupun horizontal (pada aras yang sama) yang umum terjadi
pada organisasi Pemkab sering menjadi sumber distorsi dalam mewujudkan
komunikasi konvergen pada komunikasi pembangunan. Kondisi seperti inilah
yang hendak dicermati dalam penelitian ini, apakah aspirasi petani bisa
ketemu dengan aspirasi Pemkab dalam pelaksanaan Program Pengembangan
Wilayah Terpadu.
Kerangka pemikiran konseptualnya seperti terlihat pada
Gambar 1.
PROGRAM
PEMBANGUNAN
DAERAH
KOMPETENSI
KOTEKS
SlFAT
PESAN
KOMPETENSI
EFEKTlVlTAS
KOMUNlKASl
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Program
Pengembangan Wilayah Terpadu di Kabupaten
Gianyar: Kajian Efektivitas Komunikasi
Program Pengembangan Wilayah Terpadu (PPWT) di Kabupaten Gianyar
Bali, pada dasarnya merupakan proses komunikasi pembangunan. Di dalam
asas idealismenya sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program
harus melibatkan peran serta masyarakat.
Peran serta masyarakat dapat
tumbuh apabila terjadi proses komunikasi yang efektif antara pemerintah
selaku pemrakarsa program dan masyarakat sebagai penerima program.
Efektivitas komunikasi ditentukan oleh beberapa hal antara lain:
ketepatan (jidelity) peranan unsur-unsur komunikasi (Berlo, 1960); kredibilitas
dan daya tarik komunikator serta perhatiannya yang cermat terhadap
komunikan (Cutlip dan Center, 1971); dan pesan yang disampaikan menarik,
dapat dipahami, dapat diterapkan, serta sesuai dengan kebutuhan penerima
(Schramm, 1973; Chester I. Barnard; dalam Effendy, 1986).
Di dalam operasional penelitian, efektivitas komunikasi PPWT diukur
berdasarkan tiga indikator, yaitu: (1) penerimaan pesan, (2) perasaan senang;
dan (3)hubungan baik. Efektivitas komunikasi PPWT sebagai variabel terikat
(dependent variabel) ditentukan oleh variabel-variabel bebas (independent
variabel) yang meliputi: (1)kompetensi komunikasi PPL, (2) sifat pesan PPWT,
( 3 )konteks komunikasi kelompok, dan (4) kompetensi komunikasi petani.
Kompetensi komunikasi PPL diukur dengan indikator-indikator: (1)
keterampilan komunikasi; (2) sikap positif; (3)memiliki pengetahuan; dan (4)
memahami kondisi sosial budaya.
Sifat-sifat pesan PPWT diukur dengan
indikator indikator: (1) sesuai dengan pengusahaan komoditas; (2) sesuai
kondisi fisik; (3)sesuai status ekonomi; dan (4) sesuai potensi teknis petani.
Konteks komunikasi kelompok diukur dengan indikator-indikator: (1)
kondisi sarana dan prasarana; (2) kondisi lingkungan; (3)interaksi partisipan,
d m (4) frekuensi pertemuan.
Sedangkan kompetensi komunikasi petani
diukur dengan indikator-indikator: (1) keterampilan komunikasi; (2) sikap
positif; ( 3 ) memiliki pengetahuan; dan (4) memahami keadaan sosial dan
budaya. Untuk lebih jelas kerangka pemikiran operasional penelitian dibuat di
dalam bentuk diagram alir seperti terlihat pada Gambar 2.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut .
1. Terdapat
hubungan
antara
komponen-komponen
komunikasi
PPWT
(kompetensi komunikasi PPL, sifat pesan, konteks komunikasi kelompok,
kompetensi komunikasi petani) dan efektivitas komunikasi PPWT.
2. Terdapat hubungan antara karakteristik petani dan efektivitas komunikasi
PPWT.
PROGRAM
PEMBANGUNAN
I
PPL
1.
2.
3.
4.
Keterampilan komunikasi
Memiliki sikap positif
Memiliki pengetahuan
Memahami aspek sosial
1.
2.
3.
4.
Sesuai aspek produksi
Sesuai kondisi fisik
Sesuai status ekonomi
Sesuai potensi teknis
1.
2.
3.
4.
Kondisi saranalprasarana
Kondisi lingkungan
lnteraksi partisipan
Frekuensi
4. Memahami aspek sosial
budaya
Gambar 2.
I
I
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Program
Pengembangan Wilayah Terpadu di Kabupaten Gianyar:
Kajian Efektivitas Kornunikasi
Download