Kerangka Pemikiran Pola komunikasi di dalam organisasi termasuk di dalamnya organisasi pemerintah kabupaten (Pemkab) sangat menentukan kinerja organisasi tersebut. Oleh karena itu, aspek komunikasi organisasi Pemkab baik yang bersifat internal (downward, upward, horizontal) maupun yang bersifat eksternal (public communication) nampaknya perlu dirumuskan secara cermat serta diaplikasi semaksimal mungkin. Komunikasi Pemkab selama ini (terlebih lagi pada masa Orde Baru) cenderung mengikuti paradigma komunikasi linier dengan pendekatan pembangunan yang bersifat top down. Dalam kondisi seperti ini sangat sulit mengharapkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Padahal, partisipasi masyarakat sangat penting dalam pembangunan dan partisipasi tersebut merupakan hak demokrasi masyarakat untuk ikut urun rembug dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka (Conyers, 1994). Kesadaran masyarakat berpartisipasi akan tumbuh apabila kebutuhan mereka mendapatkan perhatian dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan paradigma komunikasi yang bersifat konvergen, sehingga aspirasi pihak atas dan bawah (Pemkab-masyarakat) sama-sama terakomodasi dalam program-program pembangunan daerah setempat. Namun, konvergensi tersebut sangat sulit tenvujud apabila pendekatan komunikasi pembangunan tetap mengacu pada paradigma linier. Kendala birokratis sering menimbulkan distorsi dalam komunikasi pembangunan. Disamping itu, bentuk-bentuk komunikasi vertikal (antar aras/tingkat) maupun horizontal (pada aras yang sama) yang umum terjadi pada organisasi Pemkab sering menjadi sumber distorsi dalam mewujudkan komunikasi konvergen pada komunikasi pembangunan. Kondisi seperti inilah yang hendak dicermati dalam penelitian ini, apakah aspirasi petani bisa ketemu dengan aspirasi Pemkab dalam pelaksanaan Program Pengembangan Wilayah Terpadu. Kerangka pemikiran konseptualnya seperti terlihat pada Gambar 1. PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH KOMPETENSI KOTEKS SlFAT PESAN KOMPETENSI EFEKTlVlTAS KOMUNlKASl Gambar 1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Program Pengembangan Wilayah Terpadu di Kabupaten Gianyar: Kajian Efektivitas Komunikasi Program Pengembangan Wilayah Terpadu (PPWT) di Kabupaten Gianyar Bali, pada dasarnya merupakan proses komunikasi pembangunan. Di dalam asas idealismenya sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program harus melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dapat tumbuh apabila terjadi proses komunikasi yang efektif antara pemerintah selaku pemrakarsa program dan masyarakat sebagai penerima program. Efektivitas komunikasi ditentukan oleh beberapa hal antara lain: ketepatan (jidelity) peranan unsur-unsur komunikasi (Berlo, 1960); kredibilitas dan daya tarik komunikator serta perhatiannya yang cermat terhadap komunikan (Cutlip dan Center, 1971); dan pesan yang disampaikan menarik, dapat dipahami, dapat diterapkan, serta sesuai dengan kebutuhan penerima (Schramm, 1973; Chester I. Barnard; dalam Effendy, 1986). Di dalam operasional penelitian, efektivitas komunikasi PPWT diukur berdasarkan tiga indikator, yaitu: (1) penerimaan pesan, (2) perasaan senang; dan (3)hubungan baik. Efektivitas komunikasi PPWT sebagai variabel terikat (dependent variabel) ditentukan oleh variabel-variabel bebas (independent variabel) yang meliputi: (1)kompetensi komunikasi PPL, (2) sifat pesan PPWT, ( 3 )konteks komunikasi kelompok, dan (4) kompetensi komunikasi petani. Kompetensi komunikasi PPL diukur dengan indikator-indikator: (1) keterampilan komunikasi; (2) sikap positif; (3)memiliki pengetahuan; dan (4) memahami kondisi sosial budaya. Sifat-sifat pesan PPWT diukur dengan indikator indikator: (1) sesuai dengan pengusahaan komoditas; (2) sesuai kondisi fisik; (3)sesuai status ekonomi; dan (4) sesuai potensi teknis petani. Konteks komunikasi kelompok diukur dengan indikator-indikator: (1) kondisi sarana dan prasarana; (2) kondisi lingkungan; (3)interaksi partisipan, d m (4) frekuensi pertemuan. Sedangkan kompetensi komunikasi petani diukur dengan indikator-indikator: (1) keterampilan komunikasi; (2) sikap positif; ( 3 ) memiliki pengetahuan; dan (4) memahami keadaan sosial dan budaya. Untuk lebih jelas kerangka pemikiran operasional penelitian dibuat di dalam bentuk diagram alir seperti terlihat pada Gambar 2. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut . 1. Terdapat hubungan antara komponen-komponen komunikasi PPWT (kompetensi komunikasi PPL, sifat pesan, konteks komunikasi kelompok, kompetensi komunikasi petani) dan efektivitas komunikasi PPWT. 2. Terdapat hubungan antara karakteristik petani dan efektivitas komunikasi PPWT. PROGRAM PEMBANGUNAN I PPL 1. 2. 3. 4. Keterampilan komunikasi Memiliki sikap positif Memiliki pengetahuan Memahami aspek sosial 1. 2. 3. 4. Sesuai aspek produksi Sesuai kondisi fisik Sesuai status ekonomi Sesuai potensi teknis 1. 2. 3. 4. Kondisi saranalprasarana Kondisi lingkungan lnteraksi partisipan Frekuensi 4. Memahami aspek sosial budaya Gambar 2. I I Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Program Pengembangan Wilayah Terpadu di Kabupaten Gianyar: Kajian Efektivitas Kornunikasi