MODUL PERKULIAHAN Dasar Manajemen Pemasaran Pokok Bahasan : Perilaku Pembelian Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Tatap Muka 09 & 10 Kode MK Disusun Oleh Kode MK SM Niken Restaty, M.Si Abstract Kompetensi Diisi dengan abstract Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk : 1. Menyebutkan unsur-unsur dari model tingkah laku konsumen rangsangan-respon. 2. Membagankan karakteristik utama yang mempenagruhi tingkah laku konsumen dan menyebutkan beberapa faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi yang mempengaruhi konsumen. 3. Mengenali dan menentukan peran konsumen dalam membeli yaitu inisiator, pemberi pengaruh, pengambil keputusan, pembeli dan pengguna. 2012 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pembahasan D inamika tingkah laku konsumen dan pasar konsumen merupakan hal yang penting untuk dipelajari. Tingkah laku membeli tidaklah sesederhana yang diperkirakan orang. Konsumen di seluruh dunia amat bervariasi dalam usia, pendapatan, tingkat pendidikan, maupun selera. Bagaimana konsumen yang beraneka ragam ini memilih satu atau beberapa diantara jajaran produk melibatkan banyak sekali faktor. Karenanya, untuk memahami hal tersebut merupakan tugas penting dari manajemen pemasaran. Lebih lanjut, Mowen (1995) mengemukakan manfaat mempelajari tingkah laku konsumen: a. Membantu para manajer dalam mengambil keputusannya b. Memberikan pengetahuan kepada para peneliti pemasaran dengan dasar pengetahuan analisis konsumen c. Membantu legislator dan regulator dalam menciptakan hukum dan peraturan yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan barang dan jasa d. Membantu konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian yang lebih baik. Akhirnya, sebelum mengulas lebih jauh mengenai pasar konsumen dan perilaku membelinya, kita terlebih dahulu harus mengetahui konsep berikut: - Tingkah laku membeli konsumen, adalah suatu hal yang mengacu pada tingkah laku membeli konsumen akhir, yaitu individu dan rumah tangga yang membeli barang serta jasa untuk konsumsi pribadi. - Pasar konsumen, adalah gabungan dari semua konsumen akhir baik itu individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. 5.1 Model Tingkah Laku Konsumen Berbicara mengenai perilaku konsumen, pada akhirnya akan sampai pada bagaimana implikasinya terhadap langkah-langkah strategi pemasaran. Dengan perkataan 2012 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id lain, mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk mengetahui dan memahami berbagai aspek yang ada pada konsumen, yang akan digunakan dalam menyusun strategi pemasaran yang berhasil. Banyak perusahaan besar meneliti keputusan membeli dari konsumen secara rinci. Hal ini untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, di mana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. Menyangkut pertanyaan apa yang di beli konsumen? di mana?, dan berapa banyak? Merupakan hal yang dapat dan mudah untuk dipelajari. Tetapi untuk menjawab alasan tingkah laku membeli konsumen (mengapa mereka membeli?) adalah suatu hal yang sulit. Pertanyaan sentral bagi pemasar adalah: Bagaimana konsumen memberikan respons terhadap berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Sebagaimana diketahui rangsangan pemasaran terdiri dari “4 P” antara lain: product (produk), price (harga), place (distribusi) dan promotion (promosi). Rangsangan lainnya mencakup kekuatan dan peristiwa besar yang terjadi dalam lingkungan pembeli, yaitu: ekonomi, teknologi, politik dan budaya. Semua input ini memasuki kotak hitam pembeli, dimana semuanya itu berubah menjadi respons pembeli yang dapat diamati: pemilihan produk, pemilihan merek, pemilihan agen, saat membeli, dan jumlah yang dibeli. Pemasar ingin memahami bagaimana rangsangan diubah menjadi respons dalam kotak hitam konsumen, yang mempunyai dua bagian. Pertama, karakteristik pembeli yang mempengaruhi bagaimana dia menerima dan bereaksi terhadap rangsangan. Kedua, proses keputusan pembeli itu sendiri yang mempengaruhi tingkah laku pembeli. 5.2 Karakteristik yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen Tingkah laku konsumen dalam membeli barang atau jasa amat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor budaya Budaya Budaya adalah kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dam lembaga penting lainnya. Budaya inilah merupakan penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah 2012 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id laku seseorang. Seseorang tumbuh dalam suatu masyarakat dan mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku dari masyarakat, termasuk didalamnya keluarga yang merupakan bagian terkecil dari masyarakat. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai ciri atau identitas budayanya masing-masing yang mempengaruhi tingkah laku dalam membeli. Kegagalan menyesuaikan perbedaan budaya dapat menghasilkan pemasaran yang tidak efektif. Selain itu pergeseran budaya perlu juga diperhatikan oleh pemasar untuk mengetahui kemungkinan produk baru yang mungkin diinginkan konsumen. Misalnya, pergeseran budaya ke arah pemikiran yang lebih besar mengenai kesehatan dan kebugaran dapat menciptakan industri yang besar untuk peralatan dan pakaian olah raga, makanan rendah lemak dan lebih alami, serta jasa kesehatan dan kebugaran. Sub budaya Setiap budaya terdiri dari beberapa sub budaya yang lebih kecil. Sub budaya adalah sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi. Sub budaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok ras, dan wilayah geografi. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar penting, dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Di bawah ini dikemukakan tiga contoh kelompok sub budaya: Konsumen Hispanik. Kaum hispanik ini adalah penduduk Amerika asal Kuba, Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Puerto Rico. Konsumen Hispanik cenderung lebih banyak membeli produk bermerek dan bermutu tinggi. Kaum ini amat loyal pada merek, dan mereka senang dengan perusahaan yang memberi perhatian khusus kepada mereka. Konsumen berkulit hitam. Konsumen berkulit hitam pengeluarannya relatif lebih banyak dalam membeli produk seperti pakaian, pemeliharaan diri, peralatan rumah tangga, dan wangi-wangian; dan relatif lebih sedikit untuk makanan, transportasi, dan rekreasi dibanding yang berkulit putih. Konsumen berusia lanjut. Pada negara-negara maju, konsumen ini yang biasanya berusia 65 tahun ke atas merupakan pasar yang ideal untuk perjalanan wisata, restoran, produk hiburan rumah tangga berteknologi tinggi, barang dan jasa untuk mengisi waktu 2012 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id luang, perabot dan pakaian mode, jasa keuangan, serta pelayanan pemeliharaan hidup dan kesehatan. Kelas sosial Bisa dikatakan bahwa hampir dalam setiap masyarakat terdiri dari struktur kelas sosial. Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yang serupa. Kelas sosial diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variabel lain. Dalam hubungan dengan pemasaran, pemasar tertarik pada kelas sosial karena orang dalam kelas sosial tertentu cenderung menunjukkan tingkah laku membeli yang serupa. Faktor-faktor sosial Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti, kelompok kecil, keluarga serta peran dan status sosial konsumen. Kelompok Pengaruh kelompok besar sekali terhadap cara berpikir, menanggapi pesan dan bertingkah laku seseorang. Ini mudah dipahami, karena seseorang sejak dilahirkan hidup dalam kelompok. Nilai-nilai hidup seseorang sebagian besar dipelajari dari kehidupan dalam kelompoknya. Perubahan sikap (attitude), opini (opinion) dan tingkah laku (behavior) dalam rangka menanggapi perangsang-perangsang sosial akan disesuaikan dengan norma kelompok. Secara sederhana kelompok dapat didefinisikan: dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama. Ada beberapa jenis kelompok, antara lain: - Kelompok keanggotaan, yaitu kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dari orang yang menjadi anggotanya. - Kelompok primer, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai interaksi reguler tapi informal, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan sekerja. - Kelompok sekunder, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai interaksi lebih formal dan kurang reguler. Contohnya, kelompok keagamaan, serikat pekerja dan 2012 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kelompok profesi (IDI - Ikatan Dokter Indonesi, ISEI - Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesi, dll), - Kelompok acuan, yaitu kelompok yang berfungsi sebagai titik perbandingan atau acuan langsung maupun tidak langsung dalam membentuk sikap atau tingkah laku seseorang. Orang seringkali dipengaruhi oleh kelompok acuan yang dia sendiri tidak menjadi anggotanya. Pemasar berusaha untuk mengenali kelompok acuan dari pasar sasarannya. Kelompok acuan menghadapkan seseorang pada tingkah laku dan gaya hidup baru, mempengaruhi sikap dan konsep diri orang tadi, serta menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri, dapat mempengaruhi pemilihan produk dan merek dari orang itu. Pada kelompok acuan ini kita mengenal pemuka pendapat, yaitu orang dalam kelompok acuan yang karena keterampilan, pengetahuan, kepribadian, atau karakteristik lain yang spesial memberi pengaruh pada orang lain. Keluarga Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Pemasar tertarik karena keluarga yang didalamnya ada pengaruh suami, isteri, dan anak-anak pada pembelian berbagai produk barang dan jasa. Secara tradisional isteri merupakan agen pembelian utama untuk keluarga, terutama dalam bidang makanan, produk rumah tangga, dan pakaian. Dalam kasus produk dan jasa yang mahal, suami dan isteri lebih sering mengambil keputusan bersama. Tetapi harus diingat bahwa peran pengambilan keputusan dalam pembelian sesuatu amatlah bervariasi dalam negara yang berbeda dan kelas sosial pun turut menentukan. Peran dan status Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat ditentukan dalam bentuk peran dan status. Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orangorang yang ada di sekitarnya. Dan setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan dalam masyarakat. Misalnya, peran manajer keuangan mempunyai status yang lebih tinggi dalam masyarakat ketimbang peran sebagai seorang anak perempuan. Sebagai manajer keuangan orang tersebut tentu akan membeli jenis pakaian yang mencerminkan peran dan statusnya tersebut. 2012 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Faktor-Faktor pribadi Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti, umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Umur Dan Tahap Daur Hidup Barang dan jasa yang akan dibeli berubah selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, yaitu tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Gambar 5.1 Tahap-tahap Daur Hidup Keluarga Muda Umur Pertengahan Tua Bujangan Menikah tanpa anak Menikah dengan anak Bercerai dengan anak Bujangan Menikah tanpa anak Menikah dengan anak Menikah tanpa anak yang harus ditanggung Bercerai tanpa anak Bercerai dengan anak Bercerai tanpa anak yang harus ditanggung Menikah sudah tua Tidak menikah sudah tua Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap. Tetapi, dewasa ini pemasar harus juga memperhatikan tahap alternatif nontradisional, yang jumlahnya bertambah, seperti pasangan yang tidak menikah, pasangan yang terlambat menikah, pasangan tanpa anak, orang tua tunggal, dan lain-lain. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pekerja kasar cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan pekerja kantor membeli lebih banyak jas dan dasi. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan produk menurut kelompok pekerjaan tertentu. Jadi, perusahaan perangkat lunak komputer akan merancang produk berbeda untuk manajer merek, akuntan, insinyur, pengacara dan dokter. 2012 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Situasi ekonomi Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali, dan mengubah harga produknya. Gaya hidup Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas, interes, dan opininya. Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang; gaya hidup menampilkan pola beraksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan. Kepribadian dan konsep diri Kepribadian setiap orang turut mempengaruhi tingkah laku membelinya. Kepribadian adalah karakteristik psikologi unik dari seseorang yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa percaya diri, dominasi, kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan. Kepribadian bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku konsumen dalam pemilihan produk atau merek tertentu. Misalnya, pabrik kopi menyadari bahwa peminum berat kopi cenderung mudah bergaul dan senang berkumpul. Faktor-faktor psikologis Tingkah laku membeli konsumen dipengaruhi oleh empat faktor psikologi yang penting; motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan sikap. Motivasi Motivasi (motif atau dorongan) adalah kebutuhan yang menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhannya. Berhubungan dengan motivasi kita mengenal dua teori populer tentang hal itu yaitu: - Teori Motivasi Freud Freud memandang manusia tumbuh dengan menekan banyak dorongan. Di mana seseorang tidak sepenuhnya memahami motivasinya. Artinya motivasi konsumen 2012 9 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id biasanya tersembunyi dan tidak disadarinya. Karena konsumen seringkali tidak mengetahui atau tidak dapat menguraikan mengapa mereka bertindak seperti yang mereka lakukan. - Teori Motivasi Maslow Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia teratur dalam hierarki. Manusia akan berusaha untuk mendapatkan kebutuhannya tersebut dimulai dari kebutuhannya yang paling bawah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 5.2 Tentang hierarki kebutuhan Maslow. Aktualisasi diri Kebutuhan akan penghormatan Kebutuhan Sosial (rasa memiliki, cinta) Kebutuhan akan Rasa Aman (kepastian, perlindungan) Kebutuhan fisiologis (makanan, minuman, pakaian, perumahan) Persepsi Seseorang yang termotivasi tentu siap untuk bertindak. Bagaimana orang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi. Orang cenderung memandang situasi yang sama dengan cara yang berbeda. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Jalaluddin Rakhmat, 1994). Persepsi orang terbentuk karena tiga macam proses penerimaan indera: perhatian yang selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif. Manusia dihadapkan pada sejumlah rangsangan setiap harinya. Tetapi tidak mungkin bagi seseorang untuk memperhatikan semua rangsangan ini. Misalnya, tiap hari kita melihat ratusan bashkan ribuan iklan dalam seharinya tetapi tidak mungkin bagi seseorang untuk memperhatikan semua rangsangan ini. Perhatian selektif adalah kecenderungan bagi manusia untuk menyaring sebagian 2012 10 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id besar informasi yang mereka hadapi. Hal ini berarti pemasar harus berusaha keras untuk menarik perhatian konsumen. Distribusi selektif menguraikan kecenderungan orang untuk menginterpretasikan informasi dengan cara yang akan mendukung apa yang telah mereka yakini. Hal ini berarti pemasar harus mencoba untuk memahami pola pikir konsumen dan bagaimana hal ini akan mempengaruhi interpretasi atas informasi iklan dan penjualan. Orang juga akan melupakan sebagian besar yang mereka pelajari. Mereka cenderung untuk mengingat informasi yang mendukung sikap dan keyakinan mereka. Hal ini dipengaruhi oleh ingatan selektif. Karena perhatian, distorsi, dan ingatan selektif, pemasar harus bekerja keras untuk menyampaikan pesan mereka. Pengetahuan Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman. Contoh, kita membeli sebuah produk dan apabila pengalaman kita dengan produk itu menyenangkan, kita mungkin akan terus menggunakan produk tersebut, demikian pula sebaliknya bila kurang menyenangkan kita akan meninggalkan produk tersebut. Keyakinan dan sikap Melalui tindakan dan pembelajaran, orang akan mendapatkan keyakinan dan sikap. Kedua hal ini mempengaruhi tingkah laku membeli. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Contoh, keyakinan kita bahwa kamera Nikon dapat merekam gambar dengan sangat baik mungkin didasarkan pada pengetahuan, pendapat, atau kepercayaan. Pemasar tertarik pada keyakinan bahwa orang merumuskan mengenai produk dan jasa spesifik karena keyakinan ini menyusun citra produk dan merek yang mempengaruhi tingkah laku membeli. Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang relatif konsisten. Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu, mengenai mendekati atau menjauhinya. 2012 11 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sikap memang sulit untuk diubah. Sikap seseorang cocok dengan suatu pola, dan mengubah sikap seseorang mungkin menuntut penyesuaian yang sulit dalam banyak hal lain. Jadi, sebuah perusahaan biasanya harus berupaya menyesuaikan produknya dengan sikap yang sudah ada ketimbang berusaha mengubah sikap. Kecuali bila usaha mengubah sikap dapat membawa hasil yang lebih besar. 5.3 Peran Konsumen Dalam Membeli Dalam pemasaran seorang pemasar perlu mengetahui siapa saja yang terlibat dalam pengambilan keputusan dalam membeli, dan peran apa yang dimainkan oleh setiap orang. Misalnya, pria biasanya memilih sendiri peralatan untuk mencukur kumis dan jenggot. Begitu pula wanita cenderung memilih sendiri pakaiannya. Akan tetapi, perhatikan misalnya pembelian mobil untuk keluarga. Usulannya mungkin berasal dari anak tertua. Saran mengenai jenis mobil yang akan dibeli mungkin berasal dari seorang sahabat dari keluarga tersebut. Sang suami mungkin memilih pabrik pembuatnya dan isteri mungkin memilih tipe, warna, dan pilihan tambahan lainnya. Akhirnya sebagai tahap akhir, suami dan isteri mungkin mengambil keputusan akhir bersama-sama. Berikut ini beberapa peran yang biasanya dimainkan orang dalam keputusan membeli: Pemrakarsa: orang yang pertama menyarankan atau mencetuskan gagasan dalam membeli produk atau jasa tertentu. Pemberi pengaruh: orang yang pandangannya atau sarannya mempengaruhi keputusan membeli. Pengambil keputusan: orang yang akhirnya membuat keputusan membeli atau sebagian dari itu, yaitu apakah akan membeli, apa yang dibeli, bagaimana membelinya, atau di mana harus membeli. Pembeli: orang yang benar-benar melakukan pembelian. Pengguna: orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Pengetahuan mengenai peserta utama dalam proses pembelian dan peran yang mereka mainkan sangat membantu pemasar untuk menyesuaikan program pemasaran. Bila Chevrolet mengetahui bahwa para suami yang mengambil keputusan untuk membeli 2012 12 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id minibus keluarga, perusahaan ini akan mengrahkan iklannya untuk model tersebut kepada para suami. Tetapi iklan tersebut akan melibatkan isteri, anak-anak, dan orang lain yang mungkin sebagai pencetus ide atau mempengaruhi keputusan membeli. Sebagai tambahan Chevrolet akan merancang minibusnya dengan ciri-ciri yang sesuai dengan kebutuhan semua peserta keputusan membeli. 5.4 Jenis-Jenis Tingkah Laku Keputusan Pembelian Terdapat empat tipe atau jenis-jenis tingkah laku keputusan membeli. Tipe tingkah laku keputusan yang dipakai sipengaruhi oleh; kompleksitas situasi pembelian, jumlah peserta yang terlibat, banyaknya usaha pembelian yang diperlukan, tingkat keterlibatan pembeli, dan derajat perbedaan antarmerek. Pemasar dapat lebih efektif kalau mereka memahami tipe dari tingkah laku pembelian apa yang kemungkinan dianut oleh konsumen mereka. Jenis-Jenis Tingkah Laku Membeli Konsumen Berdasarkan Pada Derajat Keterlibatan dan tingkat perbedaan antara merek. Perilaku orang dalam membeli sangat berbeda untuk produk-produk tertentu. Misalnya, pasta gigi, raket tenis, kamera, dan mobil baru. Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasaya semakin banyak peserta pembelian dan semakin banyak pertimbangan untuk membeli. Berikut ini pada Gambar 5.3. menunjukkan jenis-jenis tingkah laku membeli konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan dan tingkat perbedaan antara merek: Perbedaan besar antara merek Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah Tingkah laku Tingkah laku membeli yang kompleks membeli yang mencari variasi Tingkah laku Tingkah laku membeli yang membeli yang mengurangi menjadi kebiasaan ketidakcocokan Sumber: Diadaptasi dari Henry Assael, Kent Publishing Company) Perbedaan besar sedikit merek 2012 13 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gambar di atas menunjukkan empat tipe tingkah laku membeli, yang akan diuraikan secara mendetail: a. Tingkah Laku Membeli yang Kompleks Tingkah laku membeli yang kompleks adalah ketika konsumen terlibat dalam situasi yang bercirikan keterlibatan tinggi dalam pembelian dan perbedaan besar yang dirasakan di antara merek. Konsumen mungkin amat terlibat kalau produknya mahal, beresiko, jarang dibeli, dan amat mencerminkan citra diri. Pada umumnya, banyak yang harus dipelajari konsumen mengenai kategori produk. Misalnya, seorang pembeli komputer pribadi mungkin tidak mengetahui atribut apa yang harus dipertimbangkan. Banyak merek dengan keistimewaannya masing-masing, antara lain dilihat dari “chip Pentium”, “esolusi super VGA”, “RAM” dan lain-lain. Pembeli ini akan melewati proses pembelajaran, pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk, kemudian sikap, dan selanjutnya membuat pilihan membeli yang dipikirkan secara matang. Pemasar dari produk yang banyak melibatkan peserta harus memahami tingkah laku pengumpulan informasi dan evaluasi dari konsumen yang amat terlibat. Mereka perlu membantu pembeli belajar mengenai atribut kelas produk dan kepentingan relatif masing-masing, dan mengenai apa yang ditawarkan merek tertentu, mungkin dengan menguraikan panjang lebar keunggulan merek lewat media cetak. Pemasar juga harus memotivasi wiraniaga toko untuk mempengaruhi pilihan merek terakhir. b. Tingkah Laku Membeli yang Mengurangi Ketidakcocokan Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen amat terlibat dalam pembelian barang yang mahal, jarang dibeli, dan beresiko, tetapi melihat sedikit perbedaan diantara merek. Misalnya, konsumen yang membeli karpet mungkin menghadapi keputusan dengan keterlibatan tinggi karena karpet mahal harganya dan mencerminkan citra diri. Sekalipun demikian pembeli mungkin berpendapat kebanyakan merek karpet dengan rentang harga tertentu adalah sama saja. Dalam hal ini perbedaan merek dianggap tidak besar, pembeli dapat berkeliling melihat-lihat untuk 2012 14 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengetahui apa yang tersedia, tetapi relatif cepat membeli. Mereka mungkin memberikan respons terutama pada harga murah atau kenyamanan berbelanja. Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami/merasa ketidaknyamanan setelah membeli barang tersebut ketika mereka mengetahui kelemahan tertentu dari merek karpet yang mereka beli atau mendengar hal-hal yang bagus mengenai merek yang tidak dibeli. Untuk melawan ketidak cocokan seperti ini, komunikasi purna jual pemasar harus memberikan bukti dan dukungan untuk membantu konsumen merasa senang mengenai pilihan mereknya. c. Tingkah Laku Membeli yang Menjadi Kebiasaan Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan adalah tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang rendah dan beberapa perbedaan besar merek yang dirasakan. Misalnya, garam. Konsumen sedikit dilibatkan dalam kategori produk ini, mereka hanya perlu ke toko dan mengambil merek pilihannya. Bila mereka tetap mengambil merek yang sama, ini lebih merupakan kebiasaan ketimbang loyalitas yang tinggi terhadap merek tertentu. Konsumen tampaknya mempunyai keterlibatan yang rendah dengan kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli. Dalam hal ini, tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat urutan keyakinan, sikap, dan tingkah laku yang biasa. Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensif mengenai merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan mengambil keputusan berbobot mengenai merek mana yang akan dibeli. Sebaliknya, mereka secara pasif menerima informasi ketika menonton televisi atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan pengenalan akan merek bukannya keyakinan pada merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek; mereka memilih merek karena sudah dikenal. Karena keterlibatan mereka dengan produk tidak tinggi, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan bahkan setelah membeli. Jadi, proses membeli melibatkan keyakinan merek yang terbentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti dengan tingkah laku membeli, yang mungkin diikuti atau tidak dengan evaluasi. Karena pembeli tidak memberikan komitmen yang kuat pada suatu merek, pemasar produk yang kurang terlibat pada beberapa perbedaan merek seringkali menggunakan harga dan promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau 2012 15 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mencoba produk. Dalam iklan untuk produk yang keterlibatannya rendah, iklan harus hanya menekankan pada beberapa hal kunci. Simbol visual dan citra itu penting karena semuanya dapat diingat dengan mudah dan dihubungkan dengan merek. Pemasangan iklan harus dengan pengulangan yang tinggi dari pesan-pesan tayangan pendek. Televisi biasanya lebih efektif ketimbang media cetak karena medium dengan keterlibatan rendah ini cocok untuk pembelajaran pasif. d. Tingkah laku membeli yang mencari variasi Tingkah laku membeli yang mencari variasi adalah tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang rendah, tetapi perbedaan merek dianggap berarti. Dalam keadaan seperti itu, konsumen sering mengganti merek. Misalnya, Kalau membeli kue kering, seorang konsumen mungkin mempunyai beberapa keyakinan, memilih suatu merek kue kering tanpa banyak evaluasi, kemudian mengevaluasi merek itu ketika mengkonsumsi. Tetapi lain kali konsumen itu mungkin mengambil merek yang lain lagi agar tidak bosan atau untuk sekedar mencoba sesuatu yang berbeda. Pergantian merek terjadi demi variasi bukannya karena tidak puas. Dalam kategori produk seperti ini, strategi pemasaran mungkin berbeda untuk merek yang menjadi pemimpin pasar dan untuk merek kurang ternama. Pemimpin pasar akan mencoba mendorong tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan dengan mendominasi rak dalam toko, menjaga agar rak tetap penuh sediaan, dan cukup sering memasang iklan sebagai pengingat. Perusahaan penantang akan mendorong pencarian variasi dengan menawarkan harga rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru. Tingkat Keterlibatan Pembeli Berbicara mengenai pembuatan keputusan konsumen (consumer decision maker), maka tingkat keterlibatan konsumen (consumer) dalam mengambil keputusan pembelian suatu merek produk bisa dibagi juga menjadi dua bagian. Yaitu, ada konsumen yang mempunyai keterlibatan tinggi (high involvement) dalam pembelian suatu produk, dan ada juga konsumen yang mempunyai keterlibatan rendah (low involvement) atas pembelian suatu produk. High Involvement 2012 16 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Assael (1992) mengidentifikasikan kapan konsumen mempunyai keterlibatan tinggi terhadap suatu produk sebagai berikut: 1. Apakah produk itu penting bagi konsumen. Dalam hal ini apakah produk itu menjadi diri bagi konsumen (misalnya pemilikan mobil merupakan simbol status dan identitas diri). 2. Apakah produk itu secara terus menerus menarik bagi konsumen. Misalnya kesadaran konsumen pada mode menyebabkan pembelian terhadap pakaian. 3. Apakah produk membawa/menimbulkan resiko. Produk-produk yang mempunyai resiko tinggi baik resiko keuangan maupun risiko sosial. Misalnya, pembelian rumah, mobil, komputer dan sebagainya. 4. Mempunyai daya tarik emosional. Misalnya konsumen yang menyenangi musik akan terdorong untuk membeli sistem stereo baru. 5. Apakah produk-produk itu bisa diidentifikasikan pada norma-norma kelompok. Misalnya produk-produk yang menjadi simbol kelompok, seperti Harley Davidson, mobil Mercedes, mobil BMW, dan lain sebagainya. Low Involvement Perilaku pembelian keterlibatan rendah (low involvement) terjadi ketika konsumen dalam pembeliannya kurang terlibat. Dengan perkataan lain, konsumen tidak terlalu memikirkan merek produk apa yang harus dibelinya, di toko mana harus dibeli, dan halhal lain yang berhubungan dengan proses pembelian. Bagi konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembeliannya, merek apapun sebenarnya tidak menjadi soal, yang penting tingkat kepuasan minimalnya terpenuhi. Konsumen sabun mandi tidak akan tidak jadi mandi ketika yang tersedia di kamar mandi adalah sabun merek lain dari biasanya. Seorang yang mau menggosok gigi tidak akan tidak jadi menggosok giginya hanya karena tidak tersedia Pepsodent, dan yang ada di kamar mandi merek pasta gigi yang lain. Dalam contoh di atas tingkat keputusan minimalnya adalah menggosok gigi memakai pasta gigi, atau mandi memakai sabun mandi apapun mereknya. Konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian suatu merek produk, akan mudah mengubah perilaku pembeliannya terhadap merek lain. Kalaupun terjadi pembelian yang berulang terhadap satu merek tertentu, hal itu belum bisa dikatakan konsumen terlibat (high involvement) dalam pembeliannya, tetapi mungkin hanya kebiasaan saja. Oleh karena itu, 2012 17 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perilaku pembelian habitual sering juga menunjukkan konsumen yang kurang terlibat dalam pembeliannya. Menyangkut perbedaan low involvement dengan high involvement dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.1 Perbedaan low involvement dengan high involvement No Low Involvement High Involvement 1. Kepercayaan terhadap merek pertama Kepercayaan terhadap merek pertama kali dibentuk oleh pembelajaran pasif. kali dibentuk oleh pembelajaran aktif 2. Setelah itu keputusan pembelian dibuat 3. Setelah pembelian, merek mungkin Pembelian keputusan dibuat dievaluasi atau mungkin juga tidak Merek dievaluasi Dari tabel di atas, terlihat bahwa low involvement berbeda dari high involvement. Pada low involvement, konsumen membentuk kepercayaan terhadap merek bukan karena mencari merek produk itu, tetapi merek produk yang dipercayainya datang sendiri menghampirinya melalui iklan di televisi atau media cetak lainnya. Sementara itu pada high involvement, konsumen terlebih dahulu mencari berbagai informasi atas merekmerek produk yang diinginkannya, kemudian setelah melakukan pembelian dan merasakan kepuasan, konsumen akan mempercayai merek produk tersebut. Selanjutnya perbedaan yang paling mendasar adalah bahwa low involvement, konsumen tidak melakukan evaluasi terhadap merek produk yang akan dibelinya, sedangkan pada high involvement merek-merek yang tersedia dievaluasi terlebih dahulu, baru kemudian konsumen memutuskan pembelian. Implikasi Strategis dari Pembuatan Keputusan dengan Keterlibatan Rendah (Low Involvement) Perspektif low involvement bisa mempunyai implikasi pada strategi pemasaran, seperti pada iklan, produk, harga, promosi penjualan dan pada distribusi. Berikut ini implikasi strategis terhadap hal-hal tersebut: Iklan 2012 18 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Beberapa hal yang berkaitan dengan iklan dari perspektif low involvement adalah sebagai berikut: Iklan-iklan yang dibuat seharusnya berdurasi pendek, tetapi ditayangkan dalam frekuensi yang tinggi. Selain itu tidak bertele-tele dalam menjelaskan manfaat produk. Jika hal itu dilakukan pemasar akan mengalami kerugian yang cukup besar akibat iklan tidak efektif dan efisien. Lain halnya dengan produk yang dibeli dengan keterlibatan tinggi, iklan seharusnya menampilkan isi pesan yang berkaitan dengan manfaat produk. Pesan iklan seharusnya menekankan aspek peripheral ketimbang isi pesan. Konsumen yang low involvement akan lebih tertarik pada sisi pelengkap dari iklan ketimbang pada isi pesan yang berhubungan dengan manfaat. Media yang digunakan untuk low involvement sebaiknya televisi dan radio. Penggunaan surat kabar dan majalah akan sangat tidak tepat karena jika dipaksakan konsumen tidak akan mau membacanya. Majalah dan surat kabar lebih cocok untuk produk yang dibeli dengan keterlibatan tinggi. Iklan sebaiknya digunakan untuk membedakan produk dari pesaing. Pesan iklan sebaiknya berupa hal-hal yang bisa dijadikan untuk membedakan produk dari pesaing. Misalnya, iklan sabun mandi yang menggunakan bintang iklan Desi Ratnasari (Lux) dan Lidya kandouw (Giv). Akan sulit dibedakan jika Lux dan Giv menggunakan Desi ratnasari sebagai bintang. Memposisikan Produk Bagi produk yang low involvement, lebih baik menempatkan diri untuk meminimalkan masalah. Misalnya, untuk menghilangkan napas tak sedap gunakan Milton Pastiles. Sementara itu untuk produk yang high involvement, sebaiknya memposisikan diri untuk memberikan manfaat yang paling optimal. Misalnya, iklan Daihatsu Espas yang mengklaim senyaman sedan. Harga Kategori produk yang low involvement lebih banyak dipengaruhi oleh harga dalam penjualannya. Perbandingan merek dengan spesifikasi yang detail jarang dilakukan oleh konsumen terhadap produk-produk yang dibeli dengan keterlibatan rendah. Oleh karena 2012 19 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id itu, pemberian potongan harga, kupon belanja dan promosi penjualan lain akan sangat membantu dalam mengubah pilihan merek konsumen dan akan meningkatkan penjualan. Kondisi di Toko Cara pemajangan produk di rak-rak toko akan sangat membantu dalam penjualan produk yang low involvement. Penempatan produk pada tempat yang tersembunyi dan tidak menarik akan sulit untuk dilihat oleh konsumen. Produk yang dipajang pada tempat yang mudah dilihat konsumen dengan tata letak yang menarik akan membantu meningkatkan penjualan. Hal ini disebabkan konsumen sering membeli produk yang low involvement ketika dia melihat produk itu. Distribusi Produk Untuk kategori produk low involvement, distribusi memegang peranan yang sangat penting. Ketika produk tidak tersedia di toko, konsumen akan sangat mudah mengubah pilihan mereknya. Ketersediaan produk di outlet-outlet penjualan dan toko-toko akan sangat membantu dalam menjaga pilihan merek konsumen. Percobaan Pembelian Ketika konsumen sudah membeli berdasarkan kebiasaan, walaupun sifatnya hanya inertia (perilaku konsumen yang berulang kali dilakukan, tetapi sebenarnya konsumen itu tidak loyal karena mudah mengubah pilihan mereknya jika ada stimulus yang menarik, misalnyajika ada potongan harga). Kecenderungan itu akan bertahan cukup lama. Oleh karena itu, untuk mengubah pilihan merek, konsumen perlu dibujuk dengan cara memberi contoh gratis. Contoh gratis itu akan sangat membantu dalam mengubah pilihan merek konsumen. Mengubah dari Low Involvement Kepada High Involvement Walaupun karakteristik low involvement merupakan fenomena bahkan fakta yang nyata, pemasar selalu berusaha agar konsumennya mempunyai keterlibatan yang tinggi terhadap pembelian produk yang ditawarkannya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa konsumen yang lebih terlibat berarti mempunyai komitmen. Oleh karena itu, pemasar selalu mengarahkan konsumennya pada keterlibatan tinggi. 2012 20 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengubah tingkat keterlibatan dari rendah menjadi tinggi adalah sebagai berikut: Hubungkan produk dengan isu-isu yang bisa membuat konsumen terlibat. Misalnya iklan sabun mandi menampilkan isu kesehatan kulit dengan kemampuan membasmi kuman. Hubungkan produk dengan situasi pribadi yang membuat konsumen terlibat. Misalnya iklan kopi menampilkan suasana pagi hari yang sejuk atau dingin. Hubungkan produk dengan asosiasi diri. Misalnya, iklan rokok Ardath dengan orang sukses, atau Gudang Garam Filter dengan pria punya selera. Perkenalkan karakteristik yang penting dari produk. Misalnya iklan sabun mandi yang mampu membasmi kuman dengan zat puralin yang terkandung dalam produk tersebut. Daftar Pustaka 2012 21 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id