konsepsi dasar paket uu keuangan negara

advertisement
MANAJEMEN KEUANGAN
Oleh : Ani Suprihartini
DIKLATPIM TK IV
LEMBAGA ADMINISTRASI N EGARA
Jakarta, 1 Nopember 2012
LATAR BELAKANG
Tugas Pemerintah adalah mensejahterakan rakyat,
maka dibutuhkan dana yang sangat besar.
Disatu sisi sumber pembiayaan sangat terbatas,
maka anggaran negara harus dikelola secara efisien
dan efektif.
Untuk menjamin pelaksanaan anggaran dapat
berjalan sesuai koridor/aturan yang ditetapkan
maka pengelolaan keuangan negara harus
terpenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas.
REFORMASI KEUANGAN NEGARA
Salah satu kebijakan yang ditempuh
pemerintah adalah melakukan reformasi
antara lain reformasi di bidang sistem
pengelolaan keuangan negara dengan
ditetapkannya tiga paket Undang Undang
Keuangan Negara
PAYUNG HUKUM PAKET UNDANGUNDANG KEUANGAN NEGARA
• UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
• UU RI No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
• UU RI No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara
• Reformasi ini sangat mendasar karena terjadi
perubahan paradigma dari administrasi
keuangan menjadi pengelolaan
keuangan/manajemen dan dari orientasi input
menjadi orientasi output dan outcome atau
lebih dikenal dengan istilah anggaran berbasis
kinerja.
KONSEPSI DASAR PAKET TIGA
UU KEUANGAN NEGARA
1.
2.
3.
4.
5.
Profesionalisme;
Proporsionalitas;
Transparansi dan akuntabilitas;
Orientasi kepada hasil
Pemeriksaan oleh badan pemeriksa yang
bebas dan mandiri
KONSEPSI DASAR
PAKET UU KEUANGAN NEGARA
Laporan Keuangan disusun dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku umum
di dunia internasional (International Best Practice)
1. Profesionalisme
mentransformasikan prinsip-prinsip manajemen yang universal ke dalam sektor
publik, dengan penerapan kaidah-kaidah efisiensi dan efektif.
2. Proporsionalitas
Terjadi perubahan aspek pengelolaan anggaran :
• Sistem penganggaran yang memisahkan anggaran rutin dan pembangunan
menjadi anggaran terpadu → menghilangkan duplikasi anggaran
• Utang, bantuan LN dari klasifikasi pendapatan pembangunan menjadi
penerimaan pembiayaan yang harus di bayar kembali → tidak bias
• Pembiayaan semua kegiatan entitas pemerintah dari satu sumber APBN →
menertibkan dana-dana non budgeter instansi
3. Transparansi dan Akuntabilitas
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan
sistem akuntansi yang modern yaitu Double Entry
Accounting (catatan akuntansi berpasangan). Sistem
ini memungkinkan dilakukannya mekanisme saling uji
(check and balance mechanism), yang selanjutnya
menentukan keandalan sistem keuangan negara.
4. Orientasi kepada Hasil (Anggaran Berbasis Kinerja)
Keberhasilan pengelolaan anggaran bukan orientasi
input tetapi output/keluaran dan outcome/hasil.
Bukan
realisasi
anggaran
yang
setinggitingginya/100% tetapi berdasarkan kinerja yang
dihasilkan.
5. Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang
bebas dan mandiri
PENGELOLAAN KEUANGAN
Meliputi :
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Penganggaran
3. Tahap Pelaksanaan
4. Tahap Pertanggungjawaban dan Pelaporan
PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN
DASAR HUKUM
1. UU RI No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
2. UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025
3. PP RI No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
4. PP RI No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga ,di rubah/diganti dg PP
No. 90/2010
5. Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN Th 2010-2014
6. PMK tentang Penyusunan RKA K/L dan DIPA
7. PMK tentang Perubahan RAB dan DIPA
8. PMK tentang Standar Biaya
9. PMK No. 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar
PERENCANAAN
• Suatu proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat melalui urutan pilihan
dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia.
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL
1. RPJP Nasional (periode 20 tahun)
2. RPJM Nasional (periode 5 tahun)
3. RKP (periode 1 tahun)
• RPJP Nasional
Berisi penjabaran dari tujuan dibentuknya
pemerintah Negara Indonesia dalam bentuk visi,
misi dan arah pembangunan nasional
• RPJM Nasional
Memuat penjabaran visi, misi dan program
presiden yang penyusunannya berpedoman pada
RPJP
Nasional
yang
memuat
strategi
pembangunan nasional, kebijakan umum,
program kementerian/ lembaga dan lintas
kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas
kewilayahan serta kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran ekonomi secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana
kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.
• (RKP (Rencana Kerja Pemerintah)
Merupakan penjabaran dari RPJM Nasional
yang memuat prioritas pembangunan,
rancangan kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal
serta program kementerian negara/lembaga,
lintas
kementerian
negara/lembaga,
kewilayahan dalam rangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
PENGANGGARAN
 RKA KL
Merupakan dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisikan program dan
kegiatan suatu kementerian/lembaga yang
merupakan penjabaran dari RKP dan Rencana
Kerja Kementerian/Lembaga serta anggaran
yang diperlukan untuk melaksanakannya
 RKA KL dan Renja KL disusun secara berjenjang
dari tingkat satuan kerja s/d tingkat
kementerian/lembaga
Pendekatan Penyusunan RKAKL
1. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
Usulan anggaran yang diajukan dalam RKA KL untuk
membiayai program dan kegiatan dalam tahun yang
direncanakan dan menyampaikan prakiraan maju yang
mirip implikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan
program dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya.
2. Penganggaran Terpadu
Anggaran yang disusun dengan mengintegrasikan seluruh
proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L
untuk menghasilkan RKA KL dengan klasifikasi anggaran
belanja menurut organisasi, fungsi, program, kegiatan dan
jenis belanja.
3. Penganggaran Berbasis Kinerja
Dalam penganggaran memperhatikan keterkaitan antara
pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan
dari kegiatan dan program yang dilaksanakan termasuk
efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut
Perencanaan Kementerian/Lembaga
RPJP
RPJM
Renstra KL
RKP
Renja KL
RAPBN
RKA KL
APBN
Rincian APBN
DIPA
BAGAN AKUN STANDAR
• Dasar Hukum : PMK No. 91/PMK.05/2007
• Pengertian :
BAS adalah Daftar Akun Buku Besar yang ditetapkan dan disusun
secara sistematis untuk memudahkan perencanaan dan
pelaksanaan anggaran, serta pembukuan dan pelaporan keuangan
pemerintah
• Dasar Pemikiran :
a. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah dan K/L yang
memenuhi unsur pengendalian, pengukuran dan pelaporan
kinerja.
b. Meningkatkan Akuntabilitas
Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dengan melaksanakan penggunaan BAS dari perencanaan
anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan
Tujuan BAS :
1. Memastikan rencana keuangan (anggaran), realisasi
dan pelaporan keuangan dinyatakan dalam istilah
yang sama
2. Meningkatkan kualitas informasi keuangan
3. Memudahkan pengawasan keuangan
Pentingnya Klasifikasi Belanja :
1. Memformulasikan kebijakan dan mengidentifikasi
alokasi sumber daya sektor-sektor
2. Mengidentifikasi capaian kegiatan pemerintah
melalui penilaian kinerja pemerintah
3. Membangun akuntabilitas atas ketaatan dalam
pelaksanaan anggaran terhadap otorisasi yang
diberikan oleh legislatif
Bagan Perkiraan Standar (BPS) diubah menjadi
Bagan Akun Standar karena :
1. Perolehan Aset Tetap dari Belanja Barang
tidak tercatat di sistem akuntansi
2. BPS belum mengakomodasi unsur-unsur biaya
untuk membentuk aset tetap sesuai standar
akuntasi pemerintah
3. Mengakomodasi akun BLU
4. Mengakomodasi
penjelasan
Akun/Mata
Anggaran
5. Mengakomodasi Akun untuk Belanja Modal
yang dilaksanakan secara swakelola
6. Pengembalian
Pendapatan
merupakan
pengurang pendapatan dan pengembalian
belanja merupakan pengurang belanja yang
bersangkutan
TAHAP PELAKSANAAN ANGGARAN
RUANG LINGKUP PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT
1. Hak pemerintah pusat untuk memungut pajak serta melakukan pinjaman
2. Kewajiban pemerintah pusat untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan pusat;
4. Pengeluaran pemerintah pusat;
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, Piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan Yang dipisahkan pada perusahaan
negara ; dan
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah pusat dalam rangka
Penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan/atau kepentingan umum.
Landasan Hukum Pelaksanaan Anggaran
•
Secara garis besar landasan hukum pelaksanaan anggaran ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Landasan Hukum Pelaksanaan Anggaran Pusat
Ketentuan pokok dan ketentuan pelaksanaan yang berkaitan dengan prosedur pencairan anggaran
belanja negara diatur dalam:
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
• Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
• Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah beserta perubahan-perubahannya.
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 Tentang Pedoman Pembayaran Dalam
Pelaksanaan APBN.
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 Tentang Bagan Akun Standar.
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.06/2008 Tentang Tata Cara Penatausahaan dan
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan
Kerja.
• Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor 66/PB/ Tahun 2005 Tentang Mekanisme Pelaksanaan
Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN NEGARA
1. Presiden
2. Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara
3. KPPN sebagai Kuasa Bendaharawan Umum Negara
4. Menteri/Pimpinan KL sebagai Pengguna Anggaran
5. Kuasa Pengguna Anggaran selaku Kepala Satuan Kerja
6. Pejabat Pembuat Komitmen
7. Bendahara Penerimaan
8. Bendahara Pengeluaran
9. Pejabat Penguji Tagihan dan Penerbit SPM
10.Unit Akuntansi Instansi
UU No. 17 Tahun 2003, Pasal 3 ayat (1)
• Keuangan negara dikelola secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif dan bertanggungjawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA
UU No 1 Th 2004 Pasal 21
1. Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang
dan/atau jasa diterima.
2. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat
diberikan uang persediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.
3. Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang
dikelolanya setelah :
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah
pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
4. Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan pada ayat (3) tidak
dipenuhi.
5. Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran
yang dilaksanakannya.
6. Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
peraturan pemerintah.
PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH
UU No 1 Th 2004
Pasal 59
1. Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan
melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera
diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang
berlaku.
2. Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang
karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban
yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan
negara, wajib mengganti kerugian tersebut.
3. Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuan kerja
perangkat daerah dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi,
setelah
mengetahui
bahwa
dalam
kementerian
negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan
terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak mana pun.
• Pasal 60
1. Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau
kepala kantor kepada menteri/pimpinan lembaga dan diberitahukan
kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari kerja setelah kerugian negara itu diketahui.
2. Segera setelah kerugian negara tersebut diketahui, kepada
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang
nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) segera dimintakan
surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian
tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti
kerugian negara dimaksud.
3. Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin
diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian
negara, menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan segera
mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian
sementara kepada yang bersangkutan.
• Pasal 62
1. Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap
bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan.
2. Apabila
dalam
pemeriksaan
kerugian
negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditemukan unsur pidana, Badan Pemeriksa
Keuangan menindaklanjutinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang pengenaan ganti
kerugian negara terhadap bendahara diatur dalam
undang-undang
mengenai
pemeriksaan
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.
• Pasal 64
1.Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara,
dan pejabat lain yang telah ditetapkan untuk
mengganti kerugian negara/daerah dapat
dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi
pidana.
2.Putusan pidana tidak membebaskan dari
tuntutan ganti rugi.
• Pasal 65
• Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan
bendahara, atau pejabat lain untuk membayar
ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam
waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya
kerugian tersebut atau dalam waktu 8
(delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak
dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang
bersangkutan.
• Pasal 66
1. Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau
pejabat lain yang dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerah
berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia,
penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada
pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada
kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang
bersangkutan.
2. Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk
membayar ganti kerugian negara/daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun
sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang
bersangkutan, atau sejak bendahara, pegawai negeri bukan
bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan diketahui
melarikan diri atau meninggal dunia, pengampu/yang memperoleh
hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang
mengenai adanya kerugian negara/daerah.
• Pasal 67
1. Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah
sebagaimana diatur dalam Undangundang ini berlaku
pula untuk uang dan/atau barang bukan milik
negara/daerah, yang berada dalam penguasaan
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau
pejabat lain yang digunakan dalam penyelenggaraan
tugas pemerintahan.
2. Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah dalam
Undang-undang ini berlaku pula untuk pengelola
perusahaan negara/daerah dan badan-badan lain yang
menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara,
sepanjang tidak diatur dalam undang undang tersendiri
UU RI Nomor 15 Tahun 2004
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu pertanggungjawaban bendahara atas
kekurangan kas/barang yang terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam
persediaan yang merugikan negara/daerah;
Bendahara dapat mengajukan keberatan atau pembelaan diri kepada BPK dalam waktu 14 (empat
belas) hari kerja setelah menerima surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Apabila bendahara tidak mengajukan keberatan pembelaan dirinya ditolak, BPK menetapkan surat
keputusan pembebanan penggantian kerugian negara/daerah kepada bendahara bersangkutan;
Tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh BPK
setelah berkonsultasi dengan pemerintah
BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu pertanggungjawaban bendahara atas
kekurangan kas/barang yang terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam
persediaan yang merugikan negara/daerah;
Bendahara dapat mengajukan keberatan atau pembelaan diri kepada BPK dalam waktu 14 (empat
belas) hari kerja setelah menerima surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Apabila bendahara tidak mengajukan keberatan pembelaan dirinya ditolak, BPK menetapkan surat
keputusan pembebanan penggantian kerugian negara/daerah kepada bendahara bersangkutan;
Tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh BPK
setelah berkonsultasi dengan pemerintah
BENDAHARA
UU No.17 Tahun 2003 pasal 35 ayat (3)
Setiap bendahara sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) bertanggungjawab secara pribadi atas
kerugian keuangan negara yang berada dalam
pengurusannya → tanggungjawab fiduciary.
Pembukuan Bendahara :
1.BKU (Buku Kas Umum)
2.Buku Pembantu
3. Buku Pengawasan Anggaran
Pembukuan, Penatausahaan Kas
dan Penyusunan LPJ Bendahara
PEMBUKUAN
 Prinsip Pembukuan
Wajib, dicatat dalam BKU sebelum buku pembantu, asas
bruto, pemeriksaan kas minimal 1x dalam satu bulan
 Dokumen Sumber Pembukuan
DIPA, SPM UP/SPM TUP/SPM GUP/SPM LS, SSP/SSBP/SSPB,
kwitansi/dokumen pembayaran, faktur pajak, SBS
 Pembukuan dengan Komputer
Wajib mencetak BKU minimal 1x/bulan, wajib menatausahan
hasil cetakan, wajib memelihara database pembukuan
 Diagram Pembukuan Bendahara Pengeluaran
Pembukuan, Penatausahaan Kas
dan Penyusunan LPJ Bendahara
PENATAUSAHAAN KAS
 Bendahara wajib menatausahakan seluruh transaksi Satker
 Bendahara tidak diperkenankan menyimpan uang atas nama pribadi
 Wajib melakukan pemotongan dan menyetorkan pajak dan bukan
pajak pihak ketiga kepada negara
 Bendahara melakukan pembayaran atas perintah PA/KPA dalam hal
ini PPK
 Wajib menolak perintah bayar apabila syarat tidak terpenuhi
 Pada akhir tahun anggaran Bendahara wajib menyetor seluruh uang
negara yang dikuasainya ke kas negara
 Bendahara menyampaikan LPJ kepada KPPN paling lambat 10 hari
kerja bulan berikutnya dengan salinan rekening koran
 PPK menyampaikan SPP kepada PA/KPA disertai bukti pembayaran
 KPA melakukan pemeriksaan kas minimal 1x dalam sebulan
Pembukuan, Penatausahaan Kas
dan Penyusunan LPJ Bendahara
LPJ BENDAHARA
 LPJ adalah bentuk pertanggungjawaban Bendahara yang menyajikan informasi
tentang :
 Keadaan pembukuan pada bulan pelaporan meliputi saldo awal, penambahan,
penggunaan dan saldo akhir dari buku-buku pembantu
 Keadaan kas pada akhir bulan pelaporan meliputi uang tunai di brankas dan
saldo rekening bank
 Hasil rekonsiliasi internal antara pembukuan bendahara dengan unit akuntansi
 Penjelasan atas selisih (jika ada) antara saldo pembukuan dan saldo kas
 LPJ disusun berdasarkan BKU, Buku Pembantu dan Buku Pengawasan anggaran
yang telah diperiksa dan direkonsiliasi oleh KPA/PPK
 LPJ Bendahara diketahui KPA disampaikan secara bulanan disertai rekening koran
kepada BUN/Kuasa BUN, Pimpinan Lembaga dan BPK
Kas di Bendahara Pengeluaran/Penerimaan
a) Jangan lupa tidak terlaporkan
Contoh : K/L lupa menginput saldo Kas di Bendara
Penerimaan saat menggabungkan BLU ke dalam Laporan Keuangan
→ Adverse Opinion
a) Harus sama dengan BKU Bendahara
b) Kas di Bendahara Pengeluaran sama dengan Aplikasi
c) Kas di Bendahara Penerimaan
 Input manual
 Total penerimaan harus sama dengan rincian Peneriman
Bulanan di Aplikasi
Langkah-langkah Akhir Tahun Anggaran
-
Kegiatan jangan menumpuk
Tanggal-tanggal kritis : SPM GUP, TUP, LS Setoran saldo UP/TUP, GU
Nihil
Penertiban Rekening
• Dasar Hukum :
- PMK No. 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik
Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satker
- PMK No. 58/PMK.05/2008 tentang Penertiban Rekening Pemerintah
Pada Kementerian Negara/Lembaga
•
Intinya :
1) Rekening hanya 3 macam : Rekening Penerimaan, Rekening
Pengeluaran dan Rekening Lainnya
2) Membuka rekening harus ijin dulu ke BUN, dikuasakan kepada
 Dirjen. PB (Kuasa BUN Pusat) → Rekening Lainnya
 Kepala KPPN (Kuasa BUN di Daerah) → Rekening Penerimaan
dan Rekening Pengeluaran
3) Setelah membuka, maka selambat-lambatnya 5 hari harus lapor
kepada BUN/Kuasa BUN
MANAJEMEN PERSEDIAAN
a. Administrasi Pada Tingkat PPK – Satker
- Harus ada dokumen pengadaannya
- Saat barang diterima dari penyedia barang dicatat pada Formulir Tanda Terima
petugas yang ditunjuk PPK dan dicatat pada Buku Pengadaan
- Saat barang akan digunakan atau didistribusikan harus ada bukti tanda terima
yaitu Formulir Bon Barang Persediaan
- Setiap jenis barang (per merk barang) dicatat pada Kartu Barang
(aplikasi/manual) baik pada saat penerimaan barang maupun pada saat barang
didistribusikan (Buku Harian/Mutasi)
- Setiap jenis barang diberi kode barang
- Dibuat rekap untuk masing-masing Kartu Barang (Kartu Kendali)
b. Stock Opname
- Dari rekap Persediaan terinformasikan : saldo awal, mutasi tambah kurang dan
sisa persediaan
- Sisa Persediaan sebagai dasar stock opname
- Buat Berita Acara Stock Opname (cek fisik)
c. Aplikasi Pelaporan Persediaan
- Sisa persediaan dari stock opname di input dalam Aplikasi
Persediaan
Aplikasi Persediaan
(pengiriman secara aplikasi)
Simakv BMN
(pengiriman secara aplikasi)
SAK
Neraca
Pengamanan Tanah/Bangunan :
PP No. 6 Tahun 2006 Pasal 33 ayat (1), (2), (3),
(4)
(1) BMN/D berupa Tanah harus disertifikatkan a/n
Pemerintah RI/Pemerintah Daerah
(2) BMN/D berupa Bangunan harus dilengkapi
dengan bukti kepemilikan a/n Pemerintah
RI/Pemerintah Daerah
(3) BMN selain Tanah dan/atau Bangunan harus
dilengkapi dengan bukti kepemilikan a/n
Pengguna Barang
(4) BMD selain Tanah dan/atau Bangunan harus
dilengkapi dengan bukti kepemilikan a/n
Pemerintah Daerah yang bersangkutan
DASAR PENILAIAN ASET
a. Nilai Wajar Tanah dan/ Bangunan
 Harga Perolehan (untuk Tanah/Bangunan diatas
tahun 2004
 Harga Pasar
 Harga Rata-rata dasar setempa
 Harga yang ditetapkan Tim Apprecial
b.
Nilai Wajar Persediaan
 Dengan beli : harga perolehan terakhir
 Dengan produksi : standar cost
 Hibah : harga pasar
REEVALUASI ASET TETAP
a. Tahap Inventarisasi : PP No. 6 Tahun 2006 Pasal 69
 BMN/D → setiap 5 tahun
 BMN/D berupa persediaan dan KDP → setiap tahun
b. Tahap Reevaluasi → untuk BMN/D yang diperoleh
tahun 2004 dan sebelumnya
Analisa/Penilaian Aset Tetap harus hati-hati → terkait reevaluasi
Penambahan Aset Tetap tidak selalu sama dengan penambahan
Belanja Modal
→ Penambahan Aset Tetap sama dengan penambahan Belanja
Modal + Belanja Barang + Hibah
Proses Verivikasi Pejabat Penguji
Perintah Pembayaran/Penerbit SPM
• SPP (Surat Permintaan Pembayaran) yang
ditandatangani oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) diverifikasi kebenaran dan
kelengkapannya oleh Pejabat Penguji/Penerbit SPM
(Surat Perintah Membayar) dengan memperhatikan
substansi tahap pekerjaan.
• Pejabat Penguji/Penerbit SPM memiliki kewenangan
untuk “berkata tidak” dalam memverifikasi
kelengkapan dan kebenaran dokumen SPP.
• Pejabat Penguji/Penerbit SPM memiliki kewenangan
untuk “berkata tidak” dalam memverifikasi
kelengkapan dan kebenaran dokumen SPP.
• Peneliti menerima honorarium peneliti paksimal
4 OJ/hari/orang untuk peneliti dan pembantu
peneliti
• Pegawai dalam tugas belajar boleh menerima
honorarium narasumber tertulis (diluar kelas)
• Pejabat Penguji/Penerbit SPM memperhatikan
komposisi SDM, anggaran dan kegiatan berkaitan
dengan kepatutan dan kelajiman
• SK tim pelaksana kegiatan harus memperhatikan
asas kepatutan dan kelajiman
• Keterlibatan CPNS : bisa dilibatkan dalam tim
pelaksana kegiatan sepanjang tidak berperan
sebagai koordinator
Pertanggungjawaban perjalanan
dinas
• Dasar: PMK Nomor 45/PMK.05/2007 tentang Perjalanan
Dinas Jabatan Dalam Negri Bagi Pejabat Negara, Pegawai
Negri dan Pegawai Tidak Tetap
• Biaya SPPD meliputi lumpsum, transport dan penginapan.
• Pertanggungjawaban transport dan penginapan adalah at
cost (sesuai bukti riil pengeluaran yang sah).
• Sewa kendaraan antar kota dalam provinsi/antar propinsi
(di luar lumpsum) dibolehkan dan pembebanannya untuk
seluruh tim bukan perorangan
• Pertanggungjawaban yang tidak te4rsedia kwitansi maka
pertanggung jawaban dengan Daftar Pengeluaran
Tahap Pertanggungjawaban dan
Pelaporan
Pertanggungjawaban :
a. Laporan Keuangan
Disusun dengan menggunakan Sistem Akuntansi Pemerintah
PusaLaporan t (SAPP), yaitu serangkaian prosedur manual
maupun komputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan
Penyajian informasi pendapatan dan belanja secara akrual pada Laporan
Keuangan  Langganan Daya dan Jasa, Gaji/Tunjangan Pegawai
b. Laporan Kinerja
Laporan kinerja berisi ringkasan tentang keluaran dari masingmasing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing
program, sebagaimana ditetapkan dalam dokumen DIPA
SAI, SAK, SIMAK BMN
Sistem : SAU dan SAI
SAI : memproses transaksi keuangan baik
arus kas maupun barang.
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan
(SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan
Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN)
LK :Laporan Realisasi Anggaran, Neraca ,
(bulanan) dan Catatan atas Laporan
Keuangan (semesteran)
Dokumen Sumber
Dokumen Penerimaan : Estimasi /perkiraan
pendapatan yang dialokasikan dalam DIPA;
Realisasi Pendapatan : SSBP
Dokumen Pengeluaran : Alokasi Anggaran
dalam DIPA
Realisasi Pengeluaran : SPM,SP2D,SSP,
Dokumen Piutang, dan Dokumen lainnya
REKONSILIASI DENGAN KPPN
PADA TINGKAT UAKPA
 Setiap bulan UAKPA melakukan rekonsiliasi
dengan KPPN dengan menyampaikan LRA, Neraca
dan ADK
 Rekonsiliasi paling lambat tanggal 7 bulan
berikutnya, jika terlambat terkena sanksi Surat
Peringatan
 Jika terlambat lima hari kerja dari tanggal Surat
Peringatan, maka dikenakan sanksi berupa
penangguhan pencairan SP2D :
SPM UP/TUP
SPM LS ke Bendahara
REVIU LAPORAN KEUANGAN

Dasar Hukum :
1. PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi PEmerintah Pasal 33 ayat (3)
2. PMK No. 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
3. PMK No. 41 Th 2010 ttg Standar Reviu LK
4. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No.
PER-44/PB/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Reviu
Laporan
Keuangan
Kementerian
Negara/Lembaga
• Laporan Keuangan K/L wajib direviu oleh APIP
(Aparat Pengawas Intern Pemerintah) dengan
membuat dan menandatangani Pernyataan Telah
Direviu
sebelum
ditanda
tangani
oleh
Menteri/Pimpinan lembaga.
• Reviu bukan sekedar formalitas tapi untuk
mendapatkan keyakinan bahwa penyajian
Laporan Keuangan telah sesuai dengan UU No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Perdirjen
No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan dan peraturan perundangundangan lain yang berlaku
PERNYATAAN TANGGUNG
JAWAB
•
•
•
Dasar Hukum : PMK No. 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
Menteri/Pimpinan Lembaga/Pengguna Anggaran dan Kuasa
Pengguna Anggaran wajib membuat Pernyataan Tanggung
Jawab (Statement Of Responsibility) sebelum laporan
keuangan disampaikan ke Menteri Keuangan
SOR memuat pernyataan bahwa :
1. Pengelolaan
APBN
telah
diselenggarakan
berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai
2. Akuntansi keuangan telah disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan
MANAGEMENT
REPRESENTATIVE LETTER
• Tujuan MRL adalah untuk memperjelas
pembagian tanggung jawab antara auditor
(BPK) dengan auditee (K/L)
• Tanggungjawab BPK
sebatas opini dan hasil pemeriksaan
berdasarkan data yang diberikan entitas yang
diperiksa
• Tanggungjawab auditee/entitas pelaporan
penuh terhadap laporan keuangan yang
disusun
• MRL berisi 19 butir pernyataan pimpinan entitas a.l. :
1. Pimpinan entitas bertanggungjawab untuk menyelenggarakan dan
memelihara pengendalian intern dan menjamin atas kepatuhan entitas
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi pemerintah
3. Entitas telah menyediakan semua data material kepada Tim BPK
4. Semua transaksi yang material sudah dicatat dalam catatan akuntansi
yang melandasi laporan keuangan
 MRL tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan formalitas penyelesaian
audit laporan keuangan, namun harus menjadi bagian dari mekanisme
penjaminan mutu (quality assurance) oleh APIP sebelum laporan keuangan
ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.
• MRL berisi 19 butir pernyataan pimpinan entitas a.l. :
1. Pimpinan entitas bertanggungjawab untuk menyelenggarakan dan
memelihara pengendalian intern dan menjamin atas kepatuhan entitas
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi pemerintah
3. Entitas telah menyediakan semua data material kepada Tim BPK
4. Semua transaksi yang material sudah dicatat dalam catatan akuntansi
yang melandasi laporan keuangan
 MRL tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan formalitas penyelesaian
audit laporan keuangan, namun harus menjadi bagian dari mekanisme
penjaminan mutu (quality assurance) oleh APIP sebelum laporan keuangan
ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.
Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah
Dasar Hukum :
1. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Bab IX pasal 55 ayat
(5))
2. PP No. 8 Tahun 2006 tentang PKKIP
Inti/Prinsip Dasar :
1. Mempertegas tanggung jawab instansi pengelola fiskal (Dep. Keu) dan
Pengguna Anggaran/Barang untuk :
a. Menyelenggarakan akuntansi dan
b. Menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan dan
kinerja sehubungan dengan penggunaan anggaran
2.
3.
Pengintegrasian pelaporan keuangan dan kinerja sebagai konsekuensi
logis dari penerapan anggaran berbasis kinerja (outputs)
Menginstruksikan pengembangan SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah) yang terintegrasi dengan :
a. Sistem perencanaan dan penganggaran
b. Sistem perbendaharaan
c. Sistem akuntansi pemerintah (SiAP)
TERIMA KASIH
WASSALAMU’ALAIKUM WR WB
Download