MAKSI STAR BPKP BATCH V FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SUB BAHASAN: MATERIALITAS ARLIN MAHIRSYAH ELISA NAVIK DIAN Definisi Materialitas FASB 2 Besarnya nilai penghapusan atau kesalahan penyajian informasi keuangan yang dalam hubungannya dengan sejumlah situasi yang melingkupinya, membuat hal itu memiliki kemungkinan besar bahwa pertimbangan yang dibuat oleh seorang yang mengandalkan informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau kesalahan penyajian tersebut Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-347/BL/2012 tentang Penyajian Dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten Atau Perusahaan Publik Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi, yang bergantung pada ukuran dan sifatnya serta apabila terjadi kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos laporan keuangan, baik secara sendirisendiri maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan. Kenapa auditor memikirkan Materialitas??? • • • Auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah laporan Keuangan terdapat kesalahan salah saji material. Jika ada salah saji material, auditor harus mengarahkan perhatian klien dan melakukan koreksi terhadap kesalahan tersebut. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut. Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan pemeriksaan atas semua transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, auditor harus menggunakan konsep materialitas dan konsep risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Materialitas Auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah laporan Keuangan terdapat kesalahan salah saji material. Jika ada salah saji material, auditor harus mengarahkan perhatian klien dan melakukan koreksi terhadap kesalahan tersebut. Langkah-langkah Dalam Menentukan Materialitas ( menurut Arens) Step 1 Set preliminary judgment about materiality. Step 2 Allocate preliminary judgment about materiality to segments. Step 3 Estimate total misstatement in segment. Step 4 Estimate the combined misstatement. Step 5 Compare combined estimate with judgment about materiality. Planning extent of tests Evaluating results Langkah-langkah Dalam Menentukan Materialitas (Menurut Tuannakotta) Langkah 1 Auditor mempelajari informasi-informasi berkenaan dengan LK yang akan diauditnya. Auditor mengidentifikasi risiko salah saji: pada akun mana, atau tentang pengungkapan apa, dalam laporan keuangan yang mana (Laporan Posisi Keuangan, Lap.Laba/Rugi, dst). Dalam langkah pertama, auditor seperti membaca peta bencana, dan berusaha melokalisasi wilayah bencana. Langkah 2 Auditor menggeser titik pandangnya kepada pengguna laporan keuangan. Auditor menggunakan pikiran imijinatifnya dan seolah-olah berpikir seperti pengguna laporan keuangan (contohnya:investor di pasar modal) atau selaku pimpinan perusahaan. Langkah 3 Auditor menentukan, menakar, dan menetapkan besarnya materialitas Penetapan nilai Materialitas Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-347/BL/2012 tentang Penyajian Dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten Atau Perusahaan Publik Materialitas untuk tujuan agregasi dalam Peraturan ini adalah sebagai berikut: 1. 5% (lima perseratus) dari jumlah seluruh Aset untuk pos-pos Aset; 2. 5% (lima perseratus) dari jumlah seluruh Liabilitas untuk pos-pos Liabilitas; 3. 5% (lima perseratus) dari jumlah seluruh ekuitas untuk pos-pos ekuitas; 4. 10% (sepuluh perseratus) dari pendapatan untuk pos-pos laba rugi komprehensif; atau 5. 10% (sepuluh perseratus) dari laba dari operasi yang dilanjutkan sebelum pajak untuk pengaruh suatu peristiwa atau transaksi. Ketentuan Bapepam adalah contoh standar berbasis aturan atau rules-based standard. Jika Auditor terpaku pada aturan, salah saji dalam praktek didasarkan perhitungan diatas mungkin immaterial. Oleh karenanya Auditor memerlukan kewaspadaan profesionalnya (Profesional Judgement) yang selanjutnya menerapkan kearifan profesional (Profesional Judgement) dalam menentukan materialitas. Materialitas dalam Proses Audit Tahap Auditor Melaksanakan Risk Assessment (Penilaian Risiko) • Menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh dan performance materiality (materialitas pelaksanaan) • Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus dilaksanakan. • Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material Risk Response (Menanggapi Risiko) • Menentukan sifat (nature), waktu (timing) dan luasnya (extent) prosedur audit selanjutnya (futher audit procedures) • Merevisi angka materialitas karena adanya perubahan situasi (change in circumstance) selama audit berlangsung. Reporting (Pelaporan) • Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas itu. • Merumuskan pendapat auditor. Materialitas dibagi menjadi 2 tingkat : 1. Tingkat laporan keuangan secara menyeluruh.Tingkat pertama bersifat overall 2. Tingkat saldo akun, jenis transaksi dan pengungkapan (account balance, class of transactions, and disclosure level). Tingkat kedua disebut specific Materialitas dalam Proses Audit Dalam melaksanakan auditnya, auditor menurunkan Overall materiality dan specific materiality, yang tersaji dalam empat konsep materialitas berikut: “Overall” Materiality Overall materiality didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan berdampak terhadap keputusan yang dibuat pengguna laporan keuangan. “Overall” Performance Materiality Performance materiality ditetapkan lebih rendah dari overall materiality. Performance materiality memungkinkan auditor menanggapi penilaian risiko tertentu (tanpa mengubah overall materiality), dan menurunkan ke tingkat yang rencah yang tepat (appropriately low level) probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan salah saji yang tidak terdeteksi secara agregat melampaui overall materiality. “Specific” Materiality Specific Materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosure tertentu dimana jumlah salah sajinya akan lebih rendah dari overall materiality. “Specific” Performance Materiality Specific Performance Materiality ditetapkan lebih rendah dari Specific Materiality. Hal ini memungkinkan auditor menanggapi penilaian risiko tertentu, dan memperhitungkan kemungkinan adanya salah saji yang tidak terdeteksi dan salah saji yang tidak material , yang secara agregat dapat berjumlah materiality. Overall materiality Overall materiality digunakan untuk merumuskan opini auditor. Semisal overall materaility ditetapkan Rp250juta, sesudah melakukan prosedur audit: 1. Tidak ada salah saji, auditor benar memberikan pendapat WTP 2. Ada salah saji yang ditemukan dan jumlahnya immaterial, auditor masih dapat memberikan pendapat WTP. 3. Salah saji melebihi angka materialitas dan manajamen tidak mau mengoreksinya. Auditor tidak boleh memberikan opini WTP, apabila diberikan opini WTP, auditor keliru. 4. Ada salah saji melampaui angka materialitas namun auditor tidak menemukannya dan memberikan opini WTP. Dalam hal ini auditor keliru. Performance materiality Performance materiality memungkinkan auditor menangani risiko salah saji dalam jenis transaksi, saldo akun atau disclosure tanpa harus mengubah overall materiality. Menurut ISA 320, auditor wajib menetapkan (besarnya) Performance materiality untuk tujuan menilai risiko salah saji yang material dan menentukan sifat (nature), waktu (timing) dan luasnya (extent) prosedur audit selanjutnya. Menetapkan perfomance materiality memerlukan kearifan profesional, dan bukan hitung-hitungan sederhana atau penerapan tabeltabel. Kearifan profesional memperhitungkan: 1. Pemahaman auditor mengenai entitas dan industrinya. 2. Hasil pelaksanaan prosedur risk assesment 3. Sifat dan luasnya salah saji yang terungkap dalam audit terdahulu. Misalnya fraud yang dilakukan pimpinan dalam waktu yang lama. 4. Ekspektasi mengenai salah saji dalam tahun berjalan. Contoh, penggunaan untuk pertamakalinya perangkat lunak, menimbulkan ekspektasi salah saji tambahan. Salah saji yang lazim ditemukan Salah saji yang lazim ditemukan adalah: 1. Kesalahan (errors) dan kecurangan (fraud). 2. Penyimpangan terhadap kerangka laporan keuangan yang digunakan 3. Kecurangan yang dilakukan karyawan atau manajemen 4. Kesalahan manajemen (manajemen error) 5. Pembuatan estimasi yang tidak akurat atau tidak tepat 6. Penjelasan yang keliru, tidak tepat atau tidak lengkap mengenai kebijakan akuntansi atau hal lain dalam catatan laporan keuangan. Penutup Materialitas bukan sesuatu yang mutlak. Materialitas berada dalam “wilayah kelabu” antara “apa yang sangat boleh jadi tidak material” dan “apa yang sangat boleh jadi material”. Materialitas bukanlah ukuran kuantitatif saja. Contoh, kerugian keuangan negara karena kasus korupsi dalam pengadaan Al Qur’an mungkin secara kuantitatif kecil dibandingkan dengan jumlah anggaran Kementerian Agama untuk tahun terkait. Namun secara kualitatif, kerugian tersebut material karena sifat pengeluaran APBN kementerian itu khas, yakni mempunyai nilai-nilai luhur bagi umat Islam. TERIMA KASIH