BAB I PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari serangkaian siklus akuntansi. Menurut Accounting Terminology Buletin No 1, akuntansi didefinisikan sebagai seni mencatat, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan transaksi dan kejadian yang paling tidak sebagian, bersifat keuangan dan dengan cara yang bermakna dan dalam satuan uang, serta menginterpretasikan hasil-hasilnya (Hendriksen dan Van Breda, 2000). Sementara definisi akuntansi menurut Jusup (1994) akuntansi pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan mencatat, menggolongkan, meringkas, melaporkan dan menganalisis data keuangan suatu organisasi. Secara skematis kegiatan akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar I.1 Transaksi Jurnal Buku Besar Neraca Lajur Laporan Keuangan Transaksi merupakan kejadian yang mempunyai nilai ekonomis bagi perusahaan. Kejadian ini dicatat dalam jurnal dan secara periodik dicatat dalam buku besar. Pada akhir periode, saldo-saldo dari semua rekening-rekening di buku besar dihitung dan dicantumkan dalam neraca lajur. Neraca lajur merupakan alat bantu untuk menyusun laporan keuangan. Perusahaan membuat laporan keuangan dengan tujuan: 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan , kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. 3. FASB (dalam Warsidi-Kartin.tripod.com) menyatakan “financial reporting is not an end in itself but is intende to provide information that is useful in making business and economic decisions for making reasonde choises among altiernative uses of scarce resourses in the conduct of economic activities, … Accordingly, the objectives of this statement are affected by the economic, legal, political, and social environment in United States” 4. Smith dan Skousen (1987, dalam Warsidi-Kartin.tripod.com) menyatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan diupayakan mempunyai cakupan yang luas agar memenuhi berbagai kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan umum dari berbagai pemakai yang 1 potensial, bukan hanya untuk kebutuhan khusus kelompok tertentu saja. Selanjutnya Smith dan Skousen menyatakan juga tujuan khusus pelaporan keuangan, yaitu, pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat untuk menaksir arus kas di masa yang akan datang. 5. Hendriksen (1982, dalam Warsidi-Kartin.tripod.com) mengungkapkan bahwa pelaporan keuangan harus mendorong keefektifan pasar modal dan pasar uang dalam mengalokasikan sumber daya yang langka di antara berbagai penggunaan yang kompetitif sehingga tercipta kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Agar laporan keuangan dapat memenuhi tujuannya maka laporan keuangan tersebut harus memenuhi karakteristik kualitatif. Adapun karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut Standar Laporan Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) adalah sebagai berikut: 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informsi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya ats dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit dapat dipahami oleh pemakai tertentu 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aktiva yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikanpenegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tetntang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang lasung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekurits dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya nilai prediktif 2 laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah. 3. Materialitas Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa mempertimbangkan materialitasnya dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Dalam kasus lain, baik hakekat maupun materialitas dipandang penting, misalnya jumlah serta kategori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna. 4. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukummasih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut. 5. Penyajian Jujur Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aktiva, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan. Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasi transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi danperistiwa tersebut. Dalam kasusu tertentu, pengukuran dampak keuangan dari suatu pos sangat tidak 3 6. 7. 8. 9. pasti sehingga perusahaan pada umumnya tidak mengakuinya dalam laporan keuangan. Misalnya, meskipun dalam kegiatan usahanya perusahaan dapat menghasilkan goodwill, tetapi lazimnya sulit untuk mengidentifikasi atau mengukur goodwill secara andal. Namun, dalam kasus lain, pengakuan suatu pos tertentu tetap dianggap relevan dengan mengungkapkan risiko kesalahan sehubungan dengan pengakuan dan pengukurannya. Substansi Mengungguli Bentuk Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. Misalnya, suatu perusahaan mungkin menjual suatu aktiva kepada pihak lain dengan cara sedemikian rupa sehingga dokumentsi dimasksudkan untuk memindahkan kepemilikan menurut hukum ke pihak tersebut; namun demikian, mungkin terdapat persetujuan yang memastikan bajwa perusahaan dapat terus menikmati manfaat ekonomi masa depan yang diwujudkan dalam bentuk aktiva. Dalam keadaan seperti itu, pelaporan penjualan tidak menyajikan dengan jujur transaksi yang dicatat (jika sesungguhnya memang ada transaksi) Netralitas Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. Pertimbangan Sehat Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacan itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak tinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, menggunakan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan karena itu, tidak memiliki kualitas andal. Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi. 4 10. Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laproan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kenerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untukperusahaan yang berbeda. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandikan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporankeuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode dan dalamperusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebujakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian daya banding. Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan yang lebih baik. Perusahaan tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik kualitatif relevansi dan keandalan. Perusahaan juga tidak perlu mempertahankan suatu kebujakan akuntansi kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih andal. Berhubung pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka perusahaan perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan idealnya meliputi laporan neraca, laba rugi, perubahan modal, arus kas, laporan investasi oleh dan distribusi kepada pemilik, dan catatan atas laporan keuangan (Hendriksen dan Breda, 2000). Hal ini dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang kinerja dan kekayaan suatu perusahaan. Namun biasanya perusahaan membuat laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca, dan laporan laba rugi. Laporan keuangan dibuat dengan dasar kejujuran, dan netral (artinya, laporan keuangan dibuat tidak berdasarkan atas “pesanan” dari pemilik atau manajemen). Ada banyak pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002), pihak-pihak tersebut antaran lain Investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. 1. Investor, penanam modal dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual 5 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Karyawan, karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. Pemberi pinjaman, pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. Pemasok dan kreditor usaha lainnya, pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. Pelanggan, para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. Pemerintah, pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. Masyarakat, perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasipnal, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan danperlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. Belkaoui (2000) menyebutkan pihak-pihak pemakai keuangan adalah Pemegang saham (sekarang dan potensial) Kreditor jangka panjang (sekarang dan potensial) Kreditor jangka pendek (sekarang dan potensial) Analis dan konsultan (sekarang) Karyawan (sekarang dan potensial) Direktur non eksekutif (sekarang dan potensial) Pelanggan (masa lalu, sekarang dan potensial) Pemasok (sekarang dan potensial) Kelompok industri (sekarang) Serikat pekerja (sekarang Departemen pemerintah dan menteri (sekarang) Masyarakat (sekarang) 6 13. Agen pembuat kebijakan (sekarang) 14. Perusahaan lain, baik domestik maupun asing (sekarang) 15. Pembuat standar dan peneliti akademisi Walaupun ada banyak pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, namun perusahaan hanya membuat satu laporan keuangan. Perusahaan tidak membuat laporan keuangan secara parsial untuk masing-masing pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Dengan kata lain laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan bersifat umum, oleh karena itu laporan keuangan tersebut digunakan oleh semua pihak. Dengan demikian pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan harus dapat memilih dan mengambil informasi yang dibutuhkan. Lebih lanjut Belkaoui (2000) mengkatagorikan kebutuhan pemakai menjadi tiga belas katagori, yaitu: 1. Menilai kinerja 2. Menilai kualitas manajemen 3. Mengestimasi prospek di masa mendatang 4. Menilai kekuatan dan stabilitas keuangan 5. Menilai kesanggupan melunasi utangnya 6. Menilai tentang likuiditas 7. Menilai risiko dan ketidakpastian 8. Menambah alokasi sumber daya 9. Membuat perbandingan 10. Membuat penilaian keputusan 11. Menilai kemampuan beradaptasi 12. Menentukan kesesuaian dengan hukum atau peraturan 13. Menilai kontribusi terhadap masyarakat. Laporan keuangan tidak bermanfaat apabila pihak-pihak pengguna laporan keuangan tidak dapat mengintepretasikan laporan keuangan tersebut. Hal ini mengingat bahwa laporan keuangan yang dibuat perusahaan merupakan laporan yang umum, bukan khusus. Hal ini mengakibatkan informasi yang tersedia adalah informasi yang bersifat umum. Apabila laporan keuangan tidak diinterpretasikan lebih lanjut maka laporan keuangan hanyalah angka belaka. Laporan keuangan bukan informasi melainkan sekumpulan angka-angka yang tersusun rapi yang tidak bermakna. Oleh karena itu pengguna harus dapat menginterpretasikan laporan keuangan, walaupun yang dibutuhkan tidak semuanya tersedia dalam laporan keuangan tersebut. Perlu disadari juga bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan mempunyai kelemahan. Kelemahan laporan keuangan adalah adalah sebagai berikut: 1. Laporan keuangan dibuat secara periodik. Laporan keuangan bukan merupakan laporan akhir. Dengan demikian pengguna laporan keuangan tidak memperoleh laporan final. Hal ini dapat mengakibatkan hasil analisis yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan bias. Aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh perusahaan setelah laporan keuangan perusahaan terus berjalan sehingga mengakibatkan nilai rupiah yang ada di dalam laporan keuangan tidak dapat menunjukkan angka yang pasti. 7 2. Laporan keuangan dibuat dalam satuan mata uang tertentu. Hal ini mengakibatkan dasar penjumlahan berbeda. Kelemahan ini dapat diilustrasikan dengan penjumlahan lima buah apel ditambah tiga buah jeruk sama dengan delapan buah. Penjumlahan tersebut seharusnya lima buah apel dan tiga buah jeruk bukannya delapan buah. 3. Laporan keuangan dibuat pada akhir tahun sementara transaksi perusahaan dilakukan dari awal tahun sampai dengan akhir tahun. Hal ini mengabaikan nilai mata uang termasuk kenaikan harga-harga. 4. Tidak semua faktor-faktor yang mempengaruhi posisi keuangan dapat tercermin dalam laporan keuangan. Terlepas dari keterbatasan yang dimiliki, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan harus menganut asas kejujuran. Selama ini tidak ada detektor yang dapat digunakan untuk menguji kejujuran manajer keuangan (baca: yang membuat laporan keuangan). Seringkali pembuatan laporan keuangan dipengaruhi oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Tidak jarang pula sering terjadi bahwa laporan keuangan tersebut adalah hasil rekayasa manajer. Sementara di pihak lain, masyarakat sering mempertanyakan independensi auditor yang mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan, apakah auditor tersebut benar-benar independen ataukah auditor tersebut tidak (kurang) independen. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi auditor untuk meyakinkan masyarakat bahwa laporan keuangan auditan adalah laporan keuangan yang benar-benar dapat dipercaya, bukan merupakan hasil rekayasa pihak manajer. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana cara menginterpretasikan laporan keuangan? Bagaimana laporan keuangan dapat memberikan informasi seperti kebutuhan pemakai? Reader ini disusun dengan struktur sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, Bab II membicarakan tentang laporan keuangan. Bab III membicarakan alat-alat analisis yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Bab IV membicarakan analisis fundamental. Bab V menyajikan peraturan-peraturan yang terkait dengan analisis laporan keuangan. Bab VI membicarakan analisis leverage. Bab VII membicarakan analisis Kredit. 8 Latihan 1. Jelaskan siklus akuntansi! 2. Apakah ada perbedaan antara siklus akuntansi untuk perusahaan jasa, perusahaan manufaktur, dan perusahaan dagang? Jelaskan jawaban saudara! 3. Jelaskan perbedaan perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur! 4. Jelaskan manfaat laporan keuangan! 5. Jelaskan karakteristik laporan keuangan 6. Sebutkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan menurut Belkauoi dan menurut Standar Akuntansi Keuangan! 7. Menurut saudara apakah laporan keuangan memiliki kelemahan? Jelaskan jawaban saudara! 9