Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Secara umum ada 3 (tiga) bentuk Laporan Keuangan yang pokok yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan, yaitu Neraca (Balance Sheet), Laporan Laba
Rugi (Income Statement), dan Laporan Arus Kas (Cash Flow). Laporan-laporan
keuangan tersebut pada dasarnya ingin melaporkan kegiatan-kegiatan perusahaan,
seperti: kegiatan investasi, kegiatan pendanaan, dan kegiatan operasional
sekaligus mengevaluasi keberhasilan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai. Metode-metode penilaian (valuation) dan pengukuran
(measurement) yang mendasari penyusunan Laporan-laporan Keuangan tersebut
diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI).
Menurut Krismiaji (2002:59), dalam bukunya yang berjudul Sistem
Informasi Akuntansi berbendapat bahwa:
“Laporan Keuangan (Financial Statement) adalah suatu pernyataan
yang menghimpun informasi yang telah menjalani perlakuan akuntansi
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh para pihak yang
berkepentingan”.
Aliminsyah (2003:71), berpendapat bahwa:
“Laporan Keuangan (Financial Statement) adalah Laporan yang
dirancang untuk para pembuat keputusan, baik di dalam maupun di luar
perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan
keuangan terdiri dari Neraca, Perhitungan Laba Rugi, dan Laporan
perubahan posisi keuangan.”
- 18 -
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Laporan
Keuangan adalah Laporan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan
pada saat tertentu (biasanya satu tahun) yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak
yang membutuhkan yang sedikitnya terdiri dari Neraca (Balance Sheet), Laporan
Laba Rugi (Income Statement) dan Laporan Arus Kas (Cash Flow).
2.1.1. Neraca (Balance Sheet)
Soemarsono (2004:52), berpendapat bahwa:
“Neraca adalah Daftar Aktiva, Kewajiban dan Modal Perusahaan
pada saat tertentu, misalnya pada akhir bulan”.
Aliminsyah (2003:26), berpendapat bahwa:
“Neraca (Balance Sheet) adalah suatu Laporan Keuangan yang dapat
memberi informasi tentang sumber-sumber daya yang telah diperoleh
perusahaan dan dari mana memperolehnya.”
Atau bisa juga diartikan:
1. “Daftar Aktiva, Kewajiban dan Modal suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu. Daftar ini juga menunjukkan tentang kekayaan yang dipunyai
perusahaan serta sumber pembelanjaannta.
2. Suatu Laporan Keuangan yang dapat memberi informasi tentang
sumber-sumber daya yang telah diperoleh perusahaan dan darimana
memperolehnya.”
Sedangkan Rifka Juliaty (2002:16), berpendapat bahwa:
“Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi
mengenai posisi keuangan (Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas) perusahaan
pada saat tertentu.”
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Neraca
adalah Laporan Keuangan yang menggambarkan posisi Keuangan perusahaan
- 19 -
yang terdiri dari Harta, Utang dan Modal pada saat tertentu yang biasanya satu
tahun.
Bentuk Neraca mengambil rerangka dasar persamaan dasar akuntansi, yaitu:
Aktiva = Utang + Modal Pemilik
2.1.2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Simangunsong (2000:29), berpendapat bahwa:
“Laporan Laba Rugi adalah Laporan yang menyajikan besarnya
pendapatan dan beban selama periode akuntansi tertentu. Dengan demikian
akan terlihat besarnya laba/rugi perusahaan pada periode akuntansi
bersangkutan dengan membandingkan jumlah pendapatan dengan beban”
Menurut Soemarsono (2004:52), berpendapat bahwa:
“Laporan Laba Rugi adalah pendapatan yang dihasilkan dan beban
selama sebulan dicatat dalam persamaan akuntansi sebagai penambah dan
pengurang atas modal”.
Aliminsyah (2003:81), berpendapat bahwa:
“Perhitungan Laba Rugi (Income Statement) adalah ikhtisar
pendapatan dan biaya suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu
tertentu.”
Sedangkan menurut Rifka Juliaty (2002:16), berpendapat bahwa:
“Laporan Laba rugi adalah Laporan Keuangan yang memberikan
informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan
laba (kinerja) selama periode tertentu.”
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Laporan
Laba Rugi adalah Laporan yang yang menggambarkan pendapatan yang diperoleh
dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan pada saat tertentu (biasanya satu
- 20 -
tahun) yang dibandingkan sehingga dapat terlihat apakah perusahaan mengalami
keuntungan atau kerugian.
Laporan ini disusun dengan berbagai asumsi, misalnya asumsi periodisiasi,
prinsip pengakuan pendapatan, dan prinsip penandingan.
2.1.3. Laporan Arus Kas (Cash Flow)
Aliminsyah (2003:36), berpendapat bahwa:
“Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) adalah Laporan Akuntansi
yang mengikhtisarkan sumber dan penggunaan kas.”
Laporan Arus Kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan
pengeluaran kas selama satu periode tertentu (biasanya 1 tahun). Penerimaan dan
pengeluaran
kas
diklasifikasikan
menurut
kegiatan
Operasi,
Kegiatan
Pembelanjaan, dan Kegiatan Investasi.
2.2. Kerangka Teori Akuntansi
Media komunikasi yang biasa digunakan perusahaan untuk pihak luar
adalah Laporan Keuangan (Financial Statement). Di dalamnya tercantum
sebagian besar informasi keuangan yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Banyak pihak luar yang menggunakan informasi keuangan. Misalnya,
pemegang saham, calon pemegang saham, kreditur, Bank, Pajak, dan lain-lain.
Pada umumnya, pihak-pihak ini tidak dapat secara bebas memperoleh informasi
- 21 -
yang diinginkan. Informasi yang mereka peroleh terbatas pada laporan yang
disediakan manajemen perusahaan.
Informasi akuntansi harus bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan.
Atas dasar pemikiran tersebut, perlu diciptakan suatu kerangka tentang dasar
penilaian, penyusunan dan penafsiran informasi akuntansi. Ini penting karena
adanya perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan yang menyusun
informasi dengan pihak-pihak di luar perusahan sebagai pemakai laporan. Adanya
standar memungkinkan penyaji dan pemakai laporan berkomunikasi dengan
Bahasa yang sama.
Standar Akuntansi (Prinsip Akuntansi) haruslah sistematis dan utuh, netral
serta bersifat umum. Standar Akuntansi harus dikembangkan atas dasar pemikiran
logis dan objektif sesuai dengan keadaan. Paton dan Littleton, seperti dikutip
Suwardjono, menyebutkan bahwa dalam mengembangkan Prinsip Akuntansi
harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. “Prinsip Akuntansi harus menunjukan pedoman-pedoman umum
terpadu tentang fungsi akuntansi sebagai alat untuk mengungkapkan
informasi keuangan suatu perusahaan.
2. Prinsip akuntansi tidak harus sesuai dengan praktik akuntansi yang
sedang berjalan karena konsep-konsep yang melandasinya mungkin
bertentangan.
3. Prinsip akuntansi harus merupakan alat yang praktis di bidang usaha
dan keuangan, dapat diandalkan dan relevan untuk memenuhi
kebutuhan manajemen, investor, pemerintah dan masyarakat umum.
4. Prinsip Akuntansi hendaknya tidak bertentangan atau mendorong
pelanggaran terhadap ketentuan hukum yang berlaku. Namun, Prinsip
Akuntansi tidak harus menerima konsep, pengertian, kebijakan dan
praktik hukum/yuridis. Hal ini disebabkan oleh berbedanya tujuan
apabila dipandang dari sudut akuntansi.
5. Prinsip akuntansi harus logis dan dihubungkan atas dasar penalaran
yang jelas sehingga dapat diterima oleh masyarakat yang berkepentingan
dengan informasi akuntansi.”
- 22 -
Menurut Abdul Halim dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Keuangan
Menengah, menyebutkan bahwa:
“Akuntansi adalah seni mencatat, menggolongkan dan meringkas
transaksi serta kejadian yang setidaknya bersifat keuangan dengan suatu
cara yang sistematis dan dapat dimengerti, dalam satuan uang, serta
penafsiran terhadap hasilnya”.
2.3. Tujuan Akuntansi Keuangan
Tujuan utama Akuntansi Keuangan adalah menyediakan informasi
keuangan mengenai suatu Badan Usaha kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Informasi tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Akuntansi Keuangan pada dasarnya lebih menitikberatkan pada penyediaan
informasi kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Pihak-pihak ini tidak dapat
secara bebas memperoleh informasi yang diperlukan dari badan usaha yang
bersangkutan. Mereka terpaksa harus menggunakan informasi yang disediakan
manajemen perusahaan. Pihak-pihak di luar perusahaan itu banyak sekali, masingmasing mempunyai kepentingan yang berbeda. dalam kerangka dasar penyusunan
dan penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) disebutkan bahwa pemakai Laporan Keuangan meliputi investor,
karyawan, pemberi pinjaman (kreditor), pemasok dan kreditor usaha lainnya,
pelanggan, pemerintah serta Lembaga Keuangan, dan masyarakat. Financial
Accounting Standars Board (Badan Independen Penyusun Standar Akuntansi
Keuangan di Amerika Serikat) menitikberatkan pada pemakai dominan dalam
penyusunan standar akuntansinya. Dengan demikian, Laporan Keuangan dan
- 23 -
Prinsip Akuntansi difokuskan kepada tujuan penggunaan oleh pihak-pihak
tersebut.
Pemakai Laporan Keuangan dominan adalah penanam modal (investor) dan
pemberi kredit (kreditor). Pengambilan keputusan yang dituju oleh Laporan
Keuangan adalah keputusan tentang investasi dan pemberian kredit. Jadi, Laporan
Keuangan dan Prinsip Akuntansi sebenarnya disusun dengan menitikberatkan
pada kepentingan penanam modal dan pemberi kredit. Informasi yang mereka
perlukan
pada
umumnya
berhubungan
dengan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan arus kas (Cash Flow) di masa yang akan datang.
Informasi yang dihasilkan Akuntansi Keuangan tidak terbatas pada Laporan
Keuangan saja, akan tetapi termasuk juga informasi-informasi lain baik yang
bersifat keuangan maupun yang tidak. Secara umum semua informasi yang
dihasilkan suatu sistem akuntansi disebut informasi akuntansi. Walaupun
diharapkan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi, namun informasi
keuangan bukan satu-satunya informasi yang diperlukan. Pengambilan keputusan
ekonomi dipengaruhi banyak faktor, misalnya keadaan perekonomian, politik, dan
prospek industri.
Secara khusus kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan
menyebutkan bahwa tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
- 24 -
2.4. Konsep Akuntansi
Suatu teori diciptakan atas dasar asumsi-asumsi tertentu. Asumsi merupakan
dasar pembentukan suatu teori. Asumsi adalah kebenaran mutlak yang harus
diterima, agar dengan proses logika, teori yang bersangkutan dapat mengambil
keputusan. Sesuai dengan struktur kerangka teori akuntansi, ada 6 (enam) konsep
yang mend asari teori Akuntansi Keuangan, yakni: kesatuan akuntansi
(accounting entity), kelangsungan usaha (going concerns), pengukuran dengan
nilai uang (money measuring unit), harga pertukaran (historical cost), periode
akuntansi (periodicity) serta penetapan beban dan pendapatan (matching cost
against revenue). Kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) hanya menyebutkan dasar
akrual dan kelangsungan usaha sebagai asumsi dasar.
Perlu diperhatikan adanya hubungan yang erat antara tujuan dengan konsep
akuntansi. Hal ini ditunjukan dengan garis horisontal yang menghubungkan
keduanya. Konsep akuntansi yang dipakai akan menentukan tujuan yang dapat
dicapai. Demikian sebaliknya.
2.4.1. Kesatuan Akuntansi
Konsep ini pada dasarnya memberikan batasan tentang unit yang dilaporkan
oleh Akuntansi Keuangan. Suatu kesatuan akuntansi adalah unit khusus yang
melakukan kegiatan ekonomis. Kesatuan akuntansi dapat berupa bentuk usaha
tertentu (Perseroan Terbatas, Persekutuan atau Perusahaan Perseorangan), bagian
usaha tertentu (Divisi, Departemen, dan sebagainya), kelompok perusahaan
- 25 -
tertentu yang beroperasi di bawah satu kendali atau organisasi-organisasi non
profit tertentu yang melakukan kegiatan ekonomis.
Dengan asumsi ini akuntansi dapat membatasi diri pada kesatuan usaha
yang bersangkutan. Jadi, akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan,
pengikhtisaran, pelaporan dan penafsiran data keuangan suatu kesatuan usaha
tertentu. Hanya untuk kesatuan usaha tadi akuntansi bekerja, tidak kepada yang
lain. Disamping itu, diasumsikan pula bahwa kesatuan usaha tersebut berdiri
sendiri, terpisah dengan kesatuan usaha yang lain, terpisah dari pemiliknya,
pimpinannya dan pegawainya yang merupakan bagian dari kesatuan usaha
tersebut.
Akuntansi hanya berhubungan dengan kegiatan ekonomis suatu kesatuan
usaha, ia tidak mencatat transaksi-transaksi pemilik kesatuan usaha tadi, meskipun
merupakan bagiannya. Asumsi ini sangat penting artinya pada perusahaanperusahaan berbentuk perusahaan perseorangan tau persekutuan. Aplikasi konsep
ini adalah persamaan: Aktiva = Kewajiban + Modal
Semua pendapatan dan beban suatu perusahaan akan mempengaruhi aktiva
dan kewajiban perusahaan tersebut, dalam hal ini bukan aktiva dan kewajiban
pemilik.
2.4.2. Kelangsungan Usaha
Kecuali ada bukti-bukti yang mengatakan sebaliknya, Laporan Keuangan
disusun berdasarkan asumsi bahwa perusahaan akan berjalan terus sampai masa
yang tidak dapat ditetapkan. Ini tidak berarti adanya kepastian bahwa perusahaan
- 26 -
akan tetap berdiri sepanjang masa. Asumsi ini berarti perusahaan akan tetap
berdiri dalam jangka waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan rencanarencana jangka pendek dan memenuhi kewajiban-kewajibannya. Oleh karena
Laporan Keuangan disusun secara periodik, setiap waktu dapat dinilai apakah
asumsi ini masih berlaku.
Apabila perusahaan terus menerus menderita kerugian yang besar atau
apabila perusahaan akan berhenti, maka Laporan Keuangan yang dibuat adalah
Laporan Likuidasi. Alasan utama asumsi ini adalah agar pembaca Laporan
Keuangan dapat mengadakan prediksi-prediksi keuangan. Asumsi ini, misalnya
membenarkan suatu perusahaan mencatat aktiva tetap pada harga perolehan dan
kemudian menyusutkannya dengan cara tertentu. Harga pasar tidak perlu
diperhatikan sebab aktiva tetap tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual kembali,
aktiva tetap akan digunakan terus menerus sehingga fluktuasi harga tidak akan
mempengaruhi kegunaannya. Investasi dalam aktiva akhirnya akan dapat
diperoleh kembali, walaupun secara individual hanya dapat dijual dengan rugi.
2.4.3. Ukuran Uang
Alat pengukur paling baik untuk aktiva, kewajiban dan ekuitas (kekayaan
perusahaan/equity) serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya adalah
uang. Asumsi ini membawa akibat Laporan Keuangan hanya mencakupi kegiatan
yang dapat diukur dengan uang. Kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dinyatakan
dengan uang dianggap sebagai suatu hal yang terlalu subjektif untuk diukur dan
dilaporkan. Dengan demikian, Laporan Keuangan tidak menyajikan gambaran
- 27 -
lengkap mengenai perusahaan, karena tidak menyajikan hal-hal yang sifatnya
kualitatif seperti merk yang terkenal, kualitas manajemen yang hebat, kualitas
barang yang baik, dan lain-lain.
Biasanya, asumsi ini dibatasi pada transaksi-transaksi usaha yang telah
terjadi. Perubahan harga pasar tidak dianggap sebagai transaksi usaha, sehingga
tidak dicatat dan dilaporkan. Penggunaan uang sebagai alat ukur, disertai asumsi
bahwa nilainya stabil. Asumsi ini, sayangnya tidak seluruhnya benar. Bila terjadi
kenaikan harga secara umum, daya beli uang akan menurun.
2.4.4. Harga Pertukaran
Kecuali untuk penyimpangan-penyimpangan yang telah diterima umum dan
untuk aktiva-aktiva yang bersifat uang, seperti kas, surat-surat berharga dan
piutang, diasumsikan bahwa harga pertukaran merupakan dasar pengukuran yang
baik untuk perolehan, penggunaan dan penukaran aktiva. Oleh karena aktivaaktiva yang tidak bersifat uang (non monetary assets) misalnya persediaan barang,
tanah dan mesin-mesin, diperoleh pada saat yang berbeda, maka Laporan
Keuangan yang dibuat setelah saat perolehan mencerminkan harga pertukaran
yang telah terjadi atau beban historis (historical cost). Asumsi ini didasari pada
anggapan bahwa pertukaran merupakan harga yang paling objektif untuk tujuan
pelaporan.
- 28 -
2.4.5. Periode Akuntansi
Kegiatan ekonomis suatu perusahaan berjalan terus menerus tanpa terputus.
Ini berarti laba/rugi yang sebenarnya baru dapat dihitung bila perusahaan telah
menghentikan usahanya. Akan tetapi, tentu saja perusahaan tidak dapat berbuat
demikian. Justru perusahaan memerlukan tanda peringatan tentang kemungkinan
krisis yang sedang dihadapi seawal mungkin. Adanya tanda peringatan
memungkinkan manajemen mengambil tindakan perbaikan untuk mengatasinya.
Dengan demikian, kemungkinan berhentinya perusahaan dapat dihindarkan.
Untuk itu, informasi keuangan harus diberikan secara berkala. Oleh karenanya,
jangka waktu hidup perusahaan dibagi dalam periode-periode tertentu. Informasi
keuangan disajikan untuk periode-periode tersebut. Penyusunan
Laporan
Keuangan tahunan (yang biasanya dilakukan perusahaan) merupakan aplikasi
asumsi ini.
Ada beberapa implikasi dari pelaporan berkala itu. Pertama, perubahan
aktiva dan modal perusahaan tidak selalu berarti perubahan dalam arus kas. Jadi,
ada beberapa transaksi non-kas yang dicatat. Dengan kata lain, pencatatan dan
pelaporan pendapatan didasarkan atas metode akrual (accrual), yaitu pendapatan
dicatat pada saat dihasilkan (earned) dan beban dicatat pada saat terjadi
(incurred). Semua itu belum berarti diterima atau dikeluarkannya uang tunai
(Cash). Implikasi kedua adalah dalam pelaporan secara berkala kadang-kadang
digunakan taksiran-taksiran (estimates) dan penilaian. Contoh aplikasi ini adalah
alokasi beban penyusutan, amortisasi aktiva tidak berwujud, dan penyisihan
piutang ragu-ragu.
- 29 -
2.4.6. Penetapan Beban dan Pendapatan
Kegiatan ekonomis suatu perusahaan bersifat terus menerus tanpa terputus.
Ini berarti pula bahwa penciptaan barang-barang dan jasa juga merupakan proses
yang terus menerus.
Kegiatan itu merupakan suatu lingkaran yang berputar, mulai dari membeli
bahan, memproduksinya menjadi barang jadi, menjual barang jadi, menerima
uang dari penjualan, menggunakan uang untuk membeli lagi bahan, demikian
seterusnya. Pendapatan (revenue) adalah penjualan barang dan jasa yang telah
dinyatakan dalam uang. Pendapatan juga merupakan proses yang berjalan terus
menerus tanpa terputus. Untuk tujuan pencatatan dalam pelaporan akuntansi
diperlukan pembatas yang jelas tentang kapan suatu pendapatan harus diakui. Para
akuntan dapat memilih salah satu dari tahapan proses penciptaan barang atau jasa
sebagai saat diakuinya pendapatan. Saat pengakuan pendapatan bervariasi mulai
dari saat barang dan jasa tersebut selesai diproduksi sampai dengan diterimanya
uang yang berasal dari penjualan.
Konsep ini menyatakan pula bahwa beban yang terjadi pada suatu periode
akuntansi tertentu haruslah hanya beban yang digunakan untuk memperoleh
pendapatan pada periode yang sama. Asumsi ini menganggap adanya hubungan
sebab-akibat antara beban dan pendapatan serta hubungan tersebut dapat
ditetapkan. Dalam praktik, tidak semua beban dapat dihubungkan langsung
dengan pendapatan yang dihasilkan. Untuk mengatasi hal ini, biasanya dibedakan
antara beban langsung dengan tidak langsung. Beban langsung yang dapat
diidentifikasikan dengan produk dicatat pada saat yang sama dengan penjualan
- 30 -
produk tersebut (tercermin dalam harga pokok penjualan). Beban yang tidak dapat
secara langsung dihubungkan dengan produk, seperti kebanyakan beban
administrasi dan penjualan dicatat pada saat terjadinya. Beban-beban semacam ini
lebih bisa dihubungkan dengan waktu daripada dengan produk.
2.5. Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan
Agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan, informasi
akuntansi harus mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
1. dapat dipahami (understandibility)
2. relevan (relevant):
a. nilai umpan balik dan prediksi (feed back and predictive value)
b. tepat waktu (timelines)
3. keandalan (reliable)
1. sah (valid)
2. berdaya uji (verifiable)
3. lengkap (complete)
4. netral (neutral)
4. dapat dibandingkan (comparable, termasuk consistency)
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan yang
dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) juga menyebutkan keempat hal
tersebut di atas sebagai karakteristik kualitataif Laporan Keuangan.
- 31 -
2.5.1. Dapat dipahami
Manfaat informasi akan bertambah bila dapat dipahami oleh pemakainya.
Dapat dipahaminya suatu informasi akuntansi ditentukan oleh pemakai dan
informasi akuntansi itu sendiri.
Bermanfaat tidaknya suatu informasi akuntansi tergantung pada penilaian
pemakainya. Hal ini akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keputusan yang
akan diambil, metode pengambilan keputusan yang dipakai, informasi lain yang
telah atau dapat diperoleh dan kapasitas pengambil keputusan (sendirian atau
dengan bantuan ahli). Makin banyak informasi yang sudah diketahui, makin kecil
nilai informasi baru yang diperolehnya.
Informasi akuntansi menjadi tidak bermanfaat karena pemakainya tidak
mengerti tentang informasi tersebut. Ketidakmengertian merupakan karena tidak
dapat berbicara dengan bahasa informasi yang bersangkutan. Oleh karena itu, para
pemakai informasi akuntansi juga diharapkan untuk mengerti atau mengetahui
aktivitas ekonomi perusahaan, proses akuntansi keuangan, serta istilah-istilah
teknis yang digunakan dalam Laporan Keuangan. Untuk tujuan penyusunan
Laporan Keuangan, diasumsikan bahwa pemakai laporan memiliki pengetahuan
yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis serta akuntansi. Para pemakai
juga diasumsikan mempunyai kemampuan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar. Sementara itu, agar dapat dimengerti informasi akuntansi
itu sendiri harus dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan
dengan batas pengertian atau pengetahuan para pemakai. Namun demikian,
informasi yang kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam Laporan Keuangan
- 32 -
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut
terlalu sulit untuk dipahami pemakai.
2.5.2. Relevan
Informasi akuntansi haruslah merupakan informasi yang relevan. Artinya,
mempunyai kaitan dengan keputusan yang akan diambil. Akan tetapi, dalam hal
ini tingkat relevansi suatu informasi akuntansi diukur dengan kebutuhan umum
pemakai, bukan kebutuhan khusus pihak tertentu. Dengan demikian, suatu
informasi mungkin mempunyai tingkat relevansinya yang tinggi untuk kegunaan
khusus tertentu, sementara kecil sekali relevansinya bagi kegunaan lain. Suatu
informasi akuntansi dikatakan relevan bila dapat mengakibatkan berbedanya suatu
keputusan. Juga apabila karena informasi tersebut, seorang pemakai dapat
membenarkan atau menolak harapan-harapan yang telah dibuat. Relevansinya
suatu informasi dapat dicapai apabila:
1. mengandung nilai umpan balik dan prediksi, dan
2. disampaikan pada waktu yang tepat.
2.5.2.1. Nilai umpan balik dan prediksi.
Suatu informasi dikatakan relevan bila dapat memberikan umpan balik bagi
pemakainya. Umpan balik dapat berupa prediksi, pembenaran atau penolakan
terhadap harapan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, suatu informasi
dapat dikatakan relevan bila dapat mengurangi ketidakpastian hasil yang
diharapkan. Contohnya, informasi tentang laba dalam laporan interim. Informasi
- 33 -
ini dapat memberikan umpan balik tentang penampilan masa lalu dan dapat
digunakan sebagai dasar untuk membuat prediksi laba tahun yang bersangkutan.
Apabila dikatakan bahwa suatu informasi mengandung nilai prediksi, itu tidak
berarti informasinya harus berupa prediksi. Informasi tentang keadaan keuangan
masa sekarang atau penampilan masa lalu dapat mempunyai nilai prediksi dalam
arti digunakan sebagai dasar membuat ramalan-ramalan masa depan.
2.5.2.2. Disampaikan pada waktu yang tepat.
Informasi yang tidak tersedia pada saat diperlukan adalah informasi yang
tidak relevan. Tepat waktu dalam hal ini berarti tersedianya informasi pada saat
belum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan yang diambil.
Informasi tidak tepat waktu telah kehilangan nilai untuk tindakan masa yang akan
datang. Tepat waktu itu sendiri tidak dapat membuat suatu informasi (yang tidak
relevan) menjadi relevan. Tetapi ketidaktepatan waktu dapat menghilangkan
relevansi yang dipunyai suatu informasi. Disamping hakekat informasi, kerangka
dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia mencantumkan unsur materialitas sebagai faktor yang
mempengaruhi relevansi suatu informasi.
2.5.3. Keandalan.
Informasi akuntansi dikatakan andal bila telah menyatakan kondisi
ekonomi/kejadian yang ingin dinyatakan. Secara lebih sederhana dapat dikatakan
bahwa informasi itu dapat dikatakan andal bila telah sesuai dengan apa yang
- 34 -
seharusnya terjadi. Bahwa informasi itu merupakan pernyataan tentang kejujuran
(faithfull representation). Informasi akuntansi lebih menekankan pada makna
ekonomis
transaksi/kejadian
yang
dilaporkan
daripada
bentuk
hukum
(formalitas)nya substance over form. Keandalan suatu informasi akuntansi
tergantung pada empat hal, yaitu apabila informasi tadi:
a. sah (valid)
b. berdaya uji
c. lengkap
d. netral
2.5.3.1. Keabsahan
Suatu informasi akuntansi dianggap sah apabila merupakan pernyataan
tentang apa yang ada. Misalnya informasi tentang piutang di Neraca. Informasi ini
dianggap sah bila piutang yang dilaporkan memang betul-betul ada. Artinya,
piutang tadi betul berasal dari penjualan kredit dan pihak yang berutang
mengakuinya.
2.5.3.2. Berdaya uji
Ukuran-ukuran yang digunakan dalam akuntansi (Accounting measurement)
harus didasarkan pada bukti-bukti yang dapat diperiksa kelayakannya. Dengan
kata lain, ukuran-ukuran tersebut tidak boleh didasarkan atas pendapat subjektif
akuntan yang bersangkutan. Misalnya, beban perolehan (acquisition cost)
merupakan bukti objektif untuk menilai aktiva tetap. Biaya perolehan (harga beli)
- 35 -
ditetapkan oleh pasar yang bebas dari pengaruh yang melakukan penilaian.
Disamping itu, harga beli dapat diperiksa melalui pasar oleh akuntan yang lain.
2.5.3.3. Lengkap
Informasi akuntansi akan kehilangan sifat dapat dipercayanya apabila tidak
lengkap. Artinya, masih ada bagian penting yang belum diungkapkan.
Pertimbangan biaya perlu diperhatikan. Sifat lengkapnya suatu informasi tidak
hanya menghendaki diungkapkannya seluruh fakta keuangan yang penting. Akan
tetapi, juga agar fakta disajikan sedemikian rupa sehingga tidak menyesatkan
pembacanya. Untuk itu, harus terdapat klasifikasi, susunan serta istilah yang layak
dalam Laporan Keuangan. Demikian pula, semua fakta atau informasi tambahan
yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan harus
diungkapkan dengan jelas.
2.5.3.4. Netral
Informasi akuntansi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai. Tidak
tergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Penyajian informasi
yang menguntungkan salah satu pihak, sementara hal tersebut akan merugikan
pihak yang lain yang mempunyai kepentingan berlawanan, tidak diperkenankan.
Dengan sistematika yang sedikit berbeda dengan apa yang telah diuraikan di
atas, kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan menyebutkan
5 (lima) ciri yang mempengaruhi keandalan suatu informasi, yaitu:
1. Penyajian jujur (faithfull Representation),
- 36 -
2. Substansi yang mengungguli bentuk (Substance Over Form),
3. Netralitas (Netrality),
4. Pertimbangan Sehat (Prudence), dan
5. Kelengkapan (Complete).
Istilah pertimbangan sehat menghendaki perlunya sikap hati-hati dalam
penyusunan dan pengungkapan Laporan Keuangan yang disebabkan unsur
ketidakpastian.
2.5.4. Daya Banding
Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat bila dapat dibandingkan dengan
informasi serupa pada perusahaan lain yang juga akan lebih bermanfaat bila dapat
dibandingkan dengan informasi serupa dalam perusahaan yang sama tetapi pada
periode atau titik waktu yang berbeda. Adanya berbagai alternatif praktik
akuntansi dewasa ini menyulitkan tercapainya daya banding antar perusahaan.
Oleh karena itu, penekanan harus dilakukan pada tercapainya daya banding antar
waktu dalam suatu perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan
standar akuntansi yang sama dari tahun ke tahun, atau yang lebih dikenal dengan
istilah konsistensi. Namun, bukan berarti perusahaan tidak boleh mengubah
standar akuntansi yang boleh dianutnya. Perusahaan tetap diperkenankan
melakukan perubahan standar akuntansi yang dianut bila standar yang baru
dianggap lebih baik. Untuk itu, sifat dan pengaruh serta alasan dilakukannya
perubahan harus diungkapkan dalam Laporan Keuangan dalam periode dimana
terjadi perubahan.
- 37 -
Ketentuan tentang daya banding dimaksudkan agar pembaca laporan dapat
lebih mudah mengetahui persamaan dan perbedaan antara perusahaan-perusahaan
yang bersangkutan. Dengan prosedur dan prinsip yang sama, perbedaan antara
dua perusahaan sejenis akan disebabkan oleh keadaan ekonomis perusahaan yang
bersangkutan, bukan oleh perbedaan dalam aplikasi prinsip dan prosedur
akuntansi. Hal demikian sangat penting dalam proses pengambilan keputusan.
Demikian juga halnya dengan ketentuan-ketentuan konsistensi. Penerapan prinsip
dan prosedur akuntansi secara konsisten dimaksudkan agar dalam analisis
komparatif, penyimpangan yang terdapat dalam Laporan Keuangan antar waktu
hanya disebabkan oleh perubahan keadaan ekonomi, bukan oleh perubahan
aplikasi prinsip akuntansi.
2.6. Pemakai dan Kebutuhan Informasi
Pemakai Laporan Keuangan meliputi para investor dan calon investor,
kreditor (pemberi pinjaman), pemasok, kreditor usaha lainnya, pelanggan,
pemerintah, pemerintah dan lembaga lainnya, karyawan dan masyarakat, dan para
pemegang saham (Shareholders).
Para pemakai laporan keuangan ini menggunakan Laporan Keuangan untuk
memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yang meliputi:
2.6.1. Investor
Para investor (dan penasehatnya) berkepentingan terhadap risiko yang
melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini
- 38 -
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli,
menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada
informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan
perusahaan dalam membayar dividen.
2.6.2. Kreditor (pemberi pinjaman)
Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada
saat jatuh tempo.
2.6.3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan
dalam tenggang waktu yang lebih pendek disbanding pemasok.
2.6.4. Para pemegang saham (Shareholders)
Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai
kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan
penambahan modal untuk business plan selanjutnya.
- 39 -
2.6.5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang
dengan atau bergantung pada perusahaan.
2.6.6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya berkepentingan
dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, mereka juga membutuhkan informasi
untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai
dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
2.6.7. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik
pada informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pension dan
kesempatan kerja.
2.6.8. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti
pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang
dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestic. Laporan
- 40 -
Keuangan
dapat
membantu
masyarakat
dengan
menyediakan
informasi
kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum, sehingga
tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai.
Berhubung para investor merupakan penanam modal berisiko, maka ketentuan
laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka, juga akan memenuhi
sebagian besar kebutuhan pemakai lain.
Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Manajemen juga berkepentingan
terhadap informasi yang disajikan pada laporan keuangan, meskipun memiliki
akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu
dalam
melaksanakan
tanggung
jawab
perencanaan,
pengendalian
dan
pengambilan keputusan.
Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk dan isi
informasi tambahan (di luar informasi laporan keuangan) untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Dalam rangka menyusun dan menyajikan laporan
keuangan, khususnya untuk kepentingan ekstern, manajemen harus mengacu pada
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, yang mencakup
tujuan laporan keuangan (termasuk asumsi dasar), karakteristik kualitatif laporan
keuangan, unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan (definisi, pengakuan
dan pengukuran) dan konsep modal dan pemeliharaan modal.
- 41 -
2.7. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian
dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya
yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta
kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di
masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam
menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan
dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai
aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode pelaporan.
Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas
(dan setara kas), informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan
dalam memanfaatkan arus kas tersebut.
Laporan Keuangan yang disusun untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Meskipun demikian,
- 42 -
laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan ekonomi mereka. Selain untuk
tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan
oleh
manajemen
(stewardship)
atau
menggambarkan
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang telah dipercayakan
kepadanya.
Laporan
Keuangan
(menggambarkan
informasi
yang
lengkap
posisi
biasanya
keuangan),
meliputi
Laporan
Laba
Neraca
rugi
(menggambarkan informasi kinerja), Laporan perubahan posisi keuangan (yang
dapat disajikan dalam berbagai cara), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari Laporan Keuangan. Selain itu,
Laporan Keuangan juga menampung skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan Laporan Keuangan, seperti informasi keuangan segmen industri
dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
2.8. Asumsi Dasar
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK), penyusunan dan penyajian
Laporan Keuangan mendasarkan diri pada 2 (dua) asumsi dasar, yaitu dasar akrual
dan kelangsungan usaha.
2.8.1. Dasar Akrual
Dengan dasar akrual ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada
saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
- 43 -
dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam Laporan Keuangan pada
periode yang bersangkutan. Dengan dasar ini, Laporan Keuangan tidak hanya
memberikan informasi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran
kas, melainkan juga memberi informasi tentang kewajiban pembayaran kas dan
sumber daya yang mewujudkan kas yang akan diterima di masa depan.
2.8.2. Kelangsungan Usaha
Laporan Keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
perusahaan, yang berarti perusahaan akan tetap melanjutkan usahanya di masa
depan. Ini berarti bahwa perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan untuk melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
2.9. Unsur Laporan Keuangan
Laporan Keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonomi, yang
merupakan unsur Laporan Keuangan. Unsur ini
dapat diklasifikasikan menjadi unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan dan unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran kinerja. Laporan Perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan
berbagai unsur laporan laba rugi dan berbagai perubahan dalam Neraca. Di dalam
Neraca dan Laporan Laba Rugi, penyajian berbagai unsur tersebut memerlukan
proses sub-klasifikasi.
- 44 -
2.10. Unsur Posisi Keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan
adalah Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas (yang disajikan pada Laporan Keuangan
yang disebut Neraca). Dalam menilai apakah suatu pos memenuhi definisi Aktiva,
Kewajiban atau Ekuitas tersebut, perhatian perlu ditujukan kepada substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Neraca juga dapat meliputi
pos yang tidak memenuhi definisi Aktiva atau Kewajiban dan tidak disajikan
sebagai bagian dari Ekuitas.
Masing-masing unsur yang berkaitan dengan posisi keuangan tersebut
didefinisikan sebagai berikut:
2.10.1. Aktiva
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberi manfaat ekonomi bagi
perusahaan di masa depan. Manfaat ekonomi di masa depan yang terwujud dalam
Aktiva tetap adalah potensi Aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik
langsung maupun tidak langsung, arus kas (dan setara kas) kepada perusahaan.
Potensi ini dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari
aktivitas operasional. Selain itu dapat juga berbentuk sesuatu yang dapat diubah
menjadi kas (dan setara kas) atau berbentuk kemampuan untuk mengurangi
pengeluaran kas.
Manfaat ekonomi di masa depan dapat mengalir ke dalam perusahaan
dengan cara digunakan dalam produksi barang dan jasa, dipertukarkan dengan
- 45 -
Aktiva lain, digunakan untuk menyelesaikan kewajiban atau dibagikan kepada
para pemilik perusahaan. Banyak Aktiva yang memiliki substansi fisik (misalnya
Aktiva Tetap) atau dihubungkan dengan hak menurut hukum, termasuk hak milik
(misalnya piutang dan proferty). Bentuk fisik dan hak milik tidaklah esensial
untuk menentukan eksistensi aktiva.
Aktiva perusahaan berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di
masa lalu. Oleh karena itu, transaksi atau peristiwa yang diharapkan terjadi di
masa depan tidak dengan sendirinya memunculkan aktiva. Disamping itu, ada
hubungan erat antara terjadinya pengeluaran dan timbulnya Aktiva, namun kedua
peristiwa ini tidak perlu harus bersamaan untuk menentukan timbulnya suatu
aktiva.
2.10.2. Kewajiban
Kewajiban merupakan Hutang Usaha perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
Karakteristik esensial kewajiban adalah bahwa perusahaan mempunyai kewajiban
masa kini, yaitu suatu tugas atau tanggungjawab untuk bertindak atau
melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut
hukum, sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan
atau timbul dari praktik bisnis yang lazim, yaitu kebiasaan dan keinginan untuk
memelihara hubungan bisnis yang baik atau bertindak dengan cara yang adil.
Kewajiban suatu perusahaan dapat diselesaikan dengan cara melakukan
- 46 -
pembayaran kas, menyerahkan aktiva lain, memberikan jasa, mengganti
kewajiban dengan kewajiban lain, mengkonversi kewajiban menjadi ekuitas atau
dengan cara dihapuskan.
Seperti halnya Aktiva, Kewajiban juga timbul dari transaksi atau peristiwa
masa lalu. Perlu juga dibedakan antara kewajiban sekarang dengan komitmen di
masa depan. Keputusan manajemen untuk membeli aktiva di masa depan
(komitmen) tidak dengan sendirinya menimbulkan kewajiban sekarang.
Perusahaan dapat mengakui jumlah rabat yang akan diberikan di masa depan
sebagai kewajiban (yang timbul sebagai akibat penjualan masa lalu). Beberapa
jenis kewajiban hanya dapat diukur dengan menggunakan estimasi dalam derajat
yang substansial.
2.10.3. Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual (residual interest) atas Aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban (Aktiva bersih). Meskipun demikian, di dalam
Neraca Ekuitas dapat disubklasifikasikan. Dalam Perseroan Terbatas (PT), setoran
modal oleh para pemegang saham, saldo laba ditahan, penyisihan saldo laba dan
penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal dapat disajikan secara terpisah.
Penyajian seperti ini berguna untuk mengidentifikasi pembatasan hukum dan
pembatasan lainnya terhadap kemampuan perusahaan untuk membagikan atau
menggunakan ekuitas serta merefleksikan fakta bahwa berbagai pihak mempunyai
hak yang berbeda. Jumlah ekuitas yang disajikan pada Neraca bergantung pada
pengukuran Aktiva dan Kewajiban. Pembentukan suatu cadangan kadang-kadang
- 47 -
diharuskan oleh suatu peraturan perundangan yang berlaku untuk memberikan
perlindungan tambahan baik kepada perusahaan maupun kreditor. Eksistensi dan
besarnya cadangan ini merupakan informasi yang relevan untuk pengambilan
keputusan.
2.11. Unsur Kinerja Perusahaan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja
perusahaan disajikan pada Laporan Keuangan yang disebut Laporan Laba Rugi.
Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau
sebagai dasar bagi ukuran lainnya, misalnya return on investment atau earning per
share. Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih ini
adalah penghasilan (Income) dan Beban (Expense). Pengakuan dan pengukuran
penghasilan dan beban ini bergantung pada konsep modal dan pemeliharaan
modal yang digunakan.
Masing-masing unsur yang berkaitan dengan kinerja perusahaan tersebut
didefinisikan sebagai berikut:
2.11.1. Penghasilan (Income)
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan Aktiva atau penurunan
Kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi (setoran) penanam modal. Penghasilan meliputi baik pendapatan
(Revenues) maupun keuntungan (Gains).
- 48 -
Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa
(normal), seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, Dividen Royalty dan sewa.
Sedangkan keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi
penghasilan dan mungkin timbul atau tidak dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa. Keuntungan meliputi antara lain pos yang timbul dalam
pengalihan Aktiva tidak Lancar. Penghasilan juga meliputi keuntungan yang
belum direalisasi, misalnya kenaikan jumlah Aktiva jangka panjang.
Pada Laporan Laba Rugi, keuntungan biasanya dicantumkan terpisah dan
dilaporkan pada jumlah bersih setelah dikurangi dengan Beban yang
bersangkutan. Selain dapat diterima dalam berbagai bentuk Aktiva (kas, piutang,
barang dan jasa), penghasilan dapat juga berasal dari penyelesaian kewajiban,
misalnya penyerahan barang untuk melunasi pinjaman.
2.11.2. Beban (Expense)
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode Akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal. Beban mencakup baik kerugian (Loss) maupun beban
yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang
timbul dari pelaksanaan aktivitas biasa ini meliputi antara lain beban pokok
penjualan, gaji dan depresiasi, yang biasanya berbentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva seperti kas (setara kas), persediaan dan aktiva tetap.
- 49 -
Kerugian mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi beban yang
mungkin timbul atau tidak dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa.
Kerugian ini dapat timbul dari bencana kebakaran, banjir, maupun pelepasan
aktiva tidak lancar. Definisi beban juga meliputi kerugian yang belum direalisasi,
misalnya kerugian karena selisih kurs valuta asing.
Pada laporan laba rugi, kerugian biasanya dicantumkan terpisah dan
dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan penghasilan yang
bersangkutan. Revaluasi atau pernyataan kembali aktiva dan kewajiban
menimbulkan kenaikan atau penurunan ekuitas. Meskipun memenuhi definisi
penghasilan dan beban, menurut konsep pemeliharaan modal tertentu, kenaikan
dan penurunan ini tidak dimasukkan dalam laporan laba rugi.
2.12. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
Pengakuan (recoqnition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang
memenuhi definisi unsur serta kinerja pengakuan sebagai berikut:
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau kedalam perusahaan, dan
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
2.12.1. Pengakuan Aktiva
Aktiva diakui dalam Neraca apabila besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aktiva tersebut mempunyai
nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Sebaliknya, aktiva tidak akan
- 50 -
diakui dalam Neraca apabila pengeluaran telah dilakukan, akan tetapi manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam perusahaan setelah
periode akuntansi berjalan. Alternatifnya, transaksi semacam ini diakui sebagai
beban.
2.12.2. Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui dalam Neraca apabila besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan
dapat diukur dengan andal.
2.12.3. Pengakuan Penghasilan
Penghasilan diakui dalam Laporan Laba Rugi apabila kenaikan manfaat
ekonomi dimasa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan
penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aktiva atau penurunan
kewajiban.
2.12.4. Pengakuan Beban
Beban diakui dalam Laporan Laba Rugi apabila penurunan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan
- 51 -
beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan
aktiva.
Beban diakui dalam Laporan Laba Rugi atas dasar hubungan langsung
antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh, yang sering
dikenal dengan istilah pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of cost with
revenue). Apabila manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode
akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara
luas atau tidak langsung, maka beban diakui dalam Laporan Laba Rugi atas dasar
prosedur alokasi yang rasional dan sistematis.
Beban segera diakui dalam Laporan Laba Rugi apabila pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau apabila sepanjang manfaat
ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat atau tidak lagi memenuhi syarat
untuk diakui dalam Neraca sebagai aktiva. Beban juga diakui dalam Laporan Laba
Rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya pengakuan aktiva, seperti apabila
timbul kewajiban akibat garansi yang diberikan atas penjualan produk.
2.13. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah rupiah uang untuk mengakui
dan memasukkan setiap unsur Laporan Keuangan dalam Neraca dan Laporan
Laba Rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran sebagai berikut:
2.13.1. Biaya Historis (Historical Cost)
Pada dasar pengukuran ini, aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau
setara kas) yang dibayarkan atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan
- 52 -
untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. Sedangkan kewajiban
dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar kewajiban atau (dalam
keadaan tertentu) dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
2.13.2. Biaya Kini (Current Cost)
Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas)
yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh
sekarang. Sedangkan kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas)
yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban sekarang.
2.13.3. Nilai Realisasi/Penyelesaian
Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara
kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan
normal. Sedangkan kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah
kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayar
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
2.13.4. Nilai Sekarang (Present Value)
Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih
di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan
dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal sedangkan kewajiban
- 53 -
dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke
nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban
dalam pelaksanaan usaha normal.
Dasar pengukuran yang lazim digunakan perusahaan dalam penyelesaian
laporan keuangan adalah biaya historis, yang biasanya digabungkan dengan besar
pengukuran yang lain seperti nilai terendah antara biaya historis dan nilai realisasi
bersih.
2.14. Konsep Modal dan Pemeliharaan Modal
2.14.1. Konsep Modal
Dalam rangka penyusunan laporan keuangan, terdapat dua konsep modal,
yaitu konsep modal keuangan dan konsep modal fisik. Menurut konsep modal
keuangan, seperti uang atau daya beli yang diinvestasikan, modal adalah sinonim
dengan aktiva bersih atau ekuitas perusahaan. Sedangkan menurut konsep modal
fisik, seperti kemampuan usaha, modal dipandang sebagai kapasitas produktif
perusahaan yang didasarkan pada, misalnya output per hari.
Konsep modal keuangan dianut oleh sebagian besar perusahaan dalam
penyusunan laporan keuangan. Pemilihan konsep modal yang sesuai bagi
perusahaan harus didasarkan pada kebutuhan pemakai laporan keuangan. Dengan
demikian konsep modal keuangan seharusnya dianut apabila pemakai laporan
keuangan terutama berkepentingan dengan pemeliharan modal nominal atau daya
beli modal yang diinvestasikan. Sebaliknya, apabila pemakai berkepentingan
dengan kemampuan usaha perusahaan, maka konsep modal yang digunakan
- 54 -
adalah konsep modal fisik. Konsep modal yang dipilih menunjukan sasaran yang
akan dicapai dalam penetapan laba.
2.14.2. Konsep Pemeliharaan Modal dan Penetapan Laba
Konsep modal seperti yang diuraikan menciptakan dua konsep
pemeliharaan modal, yaitu pemeliharaan modal keuangan dan pemeliharaan
modal fisik. Konsep pemeliharaan modal berkepentingan terhadap bagaimana
perusahaan mendefinisikan modal yang dipelihara (dipertahankan). Konsep
pemeliharaan modal ini mengkaitakan konsep modal dengan konsep laba, yang
dapat menjadi acuan dalam rangka pengukuran laba.konsep ini juga merupakan
prasyarat untuk membedakan antara imbalan modal perusahaan (return on
capital) dan pengembalian modal (return of capital).
Menurut konsep pemeliharaan modal keuangan, laba hanya diperolah
apabila jumlah finansial (uang) aktiva bersih pada akhir periode melebihi jumlah
finansial (uang) aktiva bersih dalam awal periode, setelah memasukan kembali
setiap distribusi kepada dan mengeluarkan setiap konstribusi dari para pemilik
selama periode tersebut. Pemeliharaan modal ini dapat diukur baik dalam satuan
moneter nominal maupun dalam satuan daya beli yang konstan. Konsep
pemeliharaan modal keuangan tidak memerlukan dasar pengukuran tertentu.
Menurut konsep pemeliharaan modal fisik, laba hanya diperolah apabila
kapasitas produktif fisik (atau kemampuan usaha) pada akhir periode melebihi
kapasitas produktif fisik pada awal periode, setelah memasukan kembali setiap
distribusi kepada dan mengeluarkan setiap konstribusi dari para pemilik selama
- 55 -
periode tersebut. Pemeliharaan modal memerlukan penggunaan dasar pengukuran
biaya kini (current cost).
Perbedaan pokok antara konsep pemeliharaan modal keuangan dan
pemeliharaan modal fisik terletak pada perlakuan terhadap pengaruh perubahan
harga aktiva dan kewajiban. Dalam pengertian umum, perusahaan telah
memelihara modalnya, apabila modal yang dimiliki pada akhir periode sama
dengan pada awal periode. Setiap jumlah yang melebihi yang diperlukan untuk
memelihara modal awal periode merupakan laba.
Menurut konsep pemeliharaan modal keuangan, laba merupakan kenaikan
dalam modal uang nominal selama periode tertentu. Kenaikan harga aktiva yang
dimiliki selama periode tertentu, yang secara konvensional disebut keuntungan
pemilikan (holding gains) secara konseptual disebut laba, meskipun jumlahnya
tidak diakui sampai aktiva tersebut dilepas dalam transaksi pertukaran. Apabila
konsep pemeliharaan modal ini didefinisikan dalam satuan daya beli konstan,
maka laba merupakan kenaikan daya beli yang dinvestasikan selama periode
tertentu.
Menurut konsep pemeliharaan modal fisik, laba merupakan kenaikan modal
dalam kapasitas produktif fisik selama periode tertentu. Semua perubahan harga
yang mempengaruhi aktiva dan kewajiban perusahaan dipandang sebagai
perubahan dalam pengukuran kapasitas produktif fisik. Oleh karena itu,
jumlahnya diperlakukan sebagai penyesuaian pemeliharaan modal yang
merupakan bagian ekuitas dan bukan merupakan laba.
- 56 -
Pemeliharaan dasar pengukuran dan konsep pemeliharaan modal akan
menentukan model akuntasi yang digunakan dalam penyususunan lapoaran
keuangan. Model akuntasi yang berbeda menunjukan derajat relevansi dan
keandalan yang berbeda, sehingga manajemen harus mencari keseimbangan
antara relevansi dan keandalan.
- 57 -
Download