How to Influence Audience 1 H.T.Koni Bardianto, S.Ip Kuliah 7 Deskripsi : Influence (pengaruhi audien merupakan bagian terpenting dalam presentasi). Kemampuan memainkan perasaan dan keingintahuan Audiens menentukan berhasil tidaknya presentasi. Mengenal secara spesifik sifat dan karakteristik audiens yang menjadi target presentasi sehingga dapat menyajikan sesuai dengan keinginan audiens. Tujuan instruksional : - Mahasiswa memahami karakteristik audiens - Mahasiswa dapat menggunakan konsep yang memotivasi audiens untuk mau menyimak presentasi - Mahasiswa dapat menggunakan konsep penutup yang diingat & cal action untuk audiens presentasi Pernahakah anda mencoba untuk mempengaruhi orang lain baik dalam pemahaman, pikiran dan tindakan? Sebagian orang mudah kita pengaruhi dan ada juga sebagian orang yang sulit untuk dipengaruhi. Kenapa sulit untuk mempengaruhi seseorang? sebab kita tidak tahu bagaimana cara untuk meyakinkan mereka agar memiliki kesamaan dengan apa yang kita pikirkan. Tidak ada salahnya jika kita menggunakan teknik tertentu yang dapat mempengaruhi mereka semua. Cara mempengaruhi orang lain dengan dasar Pendekatan Komunikasi Persuasi dikemukakan oleh Aristotle yang menyatakan terdapat 3 pendekatan dasar dalam komunikasi yang mampu mempengaruhi orang lain, yaitu; 1. Logical argument (logos), yaitu penyampaian ajakan menggunakan argumentasi data-data yang ditemukan. Hal ini telah disinggung dalam komponen data. 2. Psychological/ emotional argument (pathos), yaitu penyampaian ajakan menggunakan efek emosi positif maupun negatif. Misalnya, iklan yang menyenangkan, lucu dan membuat kita berempati termasuk menggunakan pendekatan psychological argument dengan efek emosi yang positif. Sedangkan iklan yang menjemukan, memuakkan bahkan [email protected] How to Influence Audience 2 H.T.Koni Bardianto, S.Ip membuat kita marah termasuk pendekatan psychological argument dengan efek emosi negatif. 3. Argument based on credibility (ethos), yaitu ajakan atau arahan yang dituruti oleh komunikate/ audience karena komunikator mempunyai kredibilitas sebagai pakar dalam bidangnya. Contoh, kita menuruti nasehat medis dari dokter, kita mematuhi ajakan dari seorang pemuka agama, kita menelan mentah-mentah begitu saja kuliah dari dosen. Hal ini semata-mata karena kita mempercayai kepakaran seseorang dalam bidangnya. Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan agar komunikasi persuasi menjadi lebih efektif. Maksudnya lebih efektif yaitu agar lebih berkesan dalam mempengaruhi orang lain. Beberapa pendekatan itu antaranya; 1. Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebaga bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan. 2. Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang menakutkan bagi audience atau komunikate dengan tujuan mengajak mereka menuruti pesan yang diberikan komunikator. Misalnya, bila terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah maka pemerintah dengan pendekatan ketakutan dapat mempersuasi masyarakat untuk mencegah DBD. 3. Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek emosi yang positif. Contoh, iklan-iklan yang menggunakan bintang comedian atau menggunakan humor yang melekat di hati masyarakat. 4. Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh audience/ komunikate dengan tujuan [email protected] How to Influence Audience 3 H.T.Koni Bardianto, S.Ip membuat efek emosi positif atau negative. Misalnya, iklan rokok dengan diksi “nggak ada loe nggak rame…”. Namun keempat pendekatan tersebut dapat dikombinasikan sesuai dengan tujuan persuasi dari komunikator. Misalnya pendekatan berdasarkan humor dikombinasikan dengan pendekatan berdasarkan diksi. Ataupun pendekatan berdasarkan ketakutan dikombinasikan dengan pendekatan berdasarkan bukti. KOMUNIKASI PERSUASI Pada dasarnya definisi atau pengertian komunikasi persuasi adalah kemampuan komunikasi yang dapat membujuk atau mengarahkan orang lain. Sebelum lebih lanjut, Pertanyaan untuk merangsang proses berpikir kita ialah: “Manakah yang lebih mudah: membujuk diri sendiri atau membujuk orang lain?” Pertanyaan itu sebaiknya Anda tanyakan terlebih dahulu dalam diri Anda, renungkan, fikirkan dan jawablah! Perlu kita ketahui bahwa ada 3 jenis pola komunikasi (Burgon & Huffner, 2002), yaitu: 1. Komunikasi asertif, yaitu kemampuan komunikasi yang mampu menyampaikan pendapat secara lugas kepada orang lain (komunikate) namun tidak melukai atau menyinggung secara verbal maupun non verbal (tidak ada agresi verbal dan non verbal). 2. Komunikasi pasif, yaitu pola komunikasi yang tidak mempunyai umpan balik yang maksimal sehingga proses komunikasi seringkali tidak efektif. 3. Komunikasi agresif, yaitu pola komunikasi yang mengutarakan pendapat/ informasi atau pesan secara lugas namun terdapat agresi verbal maupun non verbal. [email protected] How to Influence Audience 4 H.T.Koni Bardianto, S.Ip Definisi Komunikasi Persuasi Burgon & Huffner (2002) meringkas beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai definisi komunikasi persuasi sebagai berikut; 1. Proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator. 2. Proses komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan mengubah sikap, keyakinan dan pendapat sesuai keinginan komunikator. Pada definisi ini ‘ajakan’ atau ‘bujukan’ adalah tanpa unsur ancaman/ paksaan. Bila kita merujuk kepada definisi komunikasi persuasi tersebut maka komunikasi persuasi tentunya tanpa aspek agresi. Oleh karena itu, komunikasi persuasi termasuk dalam pola komunikasi yang asertif. Terkadang kita lebih suka melakukan agresi kepada diri kita sendiri (baca: mendholimi diri sendiri). Contoh: belajar dengan SKS (Sistem Kebut Semalam), menunda makan, merokok, maniak games dan lain sebagainya. Tetapi mungkin dengan orang lain, kita lebih mampu menyayanginya, misalnya rela mati untuk orang yang kita kasihi. Berdasarkan analog semacam itu maka komunikasi persuasi kepada diri kita sendiri akan lebih sulit dari pada persuasi kepada orang lain. Kenapa? Ya, karena kita lebih senang menganiaya diri sendiri sehingga sulit untuk mempersuasi diri sendiri. Bukankah persuasi bukan paksaan, bukan ancaman dan bukan pula dengan kekerasan (agresi). Komponen Komunikasi Persuasi Dalam komunikasi persuasi terdapat komponen atau elemen sehingga dapat disebut sebagai komunikasi persuasi. Komponen tersebut antaranya; [email protected] How to Influence Audience 5 H.T.Koni Bardianto, S.Ip 1. Claim, yaitu pernyataan tujuan persuasi baik yang tersurat (eksplisit) maupun tersirat (implisit). Misalnya, iklan pada umumnya menyatakan dengan lugas ajakannya untuk membeli suatu produk atau jasa tertentu. Namun ada yang implisit misalnya, iklan rokok yang tidak pernah menyatakan terang-terangan untuk mengajak audience-nya merokok. Mereka akan mengidentikkan dengan suatu fenomena menarik dan mudah diingat. Oleh karena itu, biasanya iklan rokok akan tampil kreatif karena larangan menampilkan secara terbuka ajakan untuk merokok. 2. Warrant, yaitu perintah yang dibungkus dengan ajakan atau bujukan sehingga terkesan tidak memaksa. Misalnya iklan yang diikuti dengan kata “ayo”, “mari” dan lain sebagainya. 3. Data, yaitu data-data atau fakta yang digunakan untuk memperkuat argumentasi keunggulan pesan dari komunikator. Contoh, iklan pembalut wanita yang menyatakan data “7 dari 10 wanita Indonesia menggunakan pembalut wanita XXX”. Jumlah tersebut merupakan data yang digunakan untuk memperkuat alasan menggunakan produk atau jasa. Ataupun iklan yang menampilkan foto “sebelum” dan “sesudah”. Inilah fungsi data argumentatif. Daftar Pustaka M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi – Fakultas Psikologi Unair 2010. [email protected]