BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Sejarah Cianjur Sejarah Kabupaten Cianjur sangat sedikit diketahui, akan tetapi menurut ceritacerita dari orang tua, daerah Kabupaten Cianjur dahulunya adalah termasuk kedalam wilayah Kerajaan Pajajaran. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kepercayaan masyarakat Cianjur yang sama dengan masyarakat pada jaman kerajaan pajajaran yang banyak mengenal kebudayaan hindu. Cianjur pertama kali didirikan oleh Raden Aria Wiratma yang merupakan putra R.A. Wangsa Goparana Dalem Sagara Herang pada tanggal 12 Juli 1677. Pada pertengahan abad ke-17 terjadi perpindahan rakyat dari Talaga ke Sagara Herang yang dipimpin oleh Aria wangsa Goparana. Dia adalah keturunan Kerajaan Talaga, yang terpaksa meninggalkan Talaga karena masuk Islam, sedangkan para Sunan Talaga waktu itu masih kuat memeluk Hindu. Dia mendirikan Nagari Sagara Herang dan menyebarkan Agama Islam ke daerah sekitarnya. Bersama dengan Pangeran Girilaya, dia mendirikan pesantren. Kota Cianjur menjadi Kota Keresidenan Priangan pada masa Raden Kusumah Diningrat dengan wilayah meliputi Pelabuhan Ratu sebelah barat, Sungai Citanduy dengan barisan Gunung Halimun, Mega Mendung, Tangkuban Perahu sebelah timur, dan Samudra Indonesia sebelah selatan. Kemudian pada masa Bupati R.A.A Prawiradiredja wilayah Cianjur mengalami perubahan menjadi Cikole sebelah barat, Sukabumi sekarang, Bandung dan Tasikmalaya dengan Ibukota Keresidenan dipindahkan ke Bandung. Perkebunan karet dan teh merupakan akibat dari sistem tanam paksa (cultur stelsel). Perkebunan tersebut merupakan tempat hiburan akhir pekan bagi asisten residen dan orang-orang belanda yang tinggal di Cianjur dan cenderung membuat rumah didaerah Cipanas-Puncak. Gambar 2.1.1. Logo Cianjur Gambar 2.1.2. Peta cianjur 2.2.Geografis Secara Geografis, Kabupaten Cianjur terletak pada 106. 25o -107. 25o Bujur Timur dan 6.21o – 7.32o Lintang Selatan dengan batas-batas administratif : • Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta. 3 4 • • • Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Luas wilayah Kabupaten Cianjur +/- 3.501,48 km2 terbagi dengan ciri topografi sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit dan sebagian merupakan dataran rendah, dengan ketinggian 0 s/d 2.962 meter diatas permukaan laut (Puncak Gunung Gede) dengan kemiringan antara 1% s/d 15%. 2.3. Obyek Wisata 2.3.1. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Salahsatu dari 33 Taman Nasional di Indonesia yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna dengan luas 15.196 Ha serta ketinggian Gunung Gede 2.958 mdpm dan Pangrango 3.019 mdpm. Terdapat beberapa kawah ; kawah ratu, wadon, lanang dan baru. Lokasi di Kecamatan Pacet dengan jarak tempuh dari Jakarta sekitar 80km. 2.3.2. Kebun Raya Cibodas Merupakan cagar alam yang memiliki 1001 jenis tanaman kaktus yang berusia lebih dari 100 tahun. 2.3.3. Istana Presiden Cipanas Dibangun pada tahun 1740 oleh warga Belanda bernama Van Heuts diatas tanah 25 Ha. Didalam sekitar istana terdapat suatu bangunan yang dapat dikunjungi yaitu Gedung Bentol yang dulunya pernah dipakai Presiden Soekarno menyusun naskah kemerdekaan RI. 2.3.4. Taman Bunga Nusantara Taman seluas 23 Ha beriklim tropis yang benar-benar nyaman dan menyenangkan dengan berbagai jenis bunga dari berbagai negara di Asia, Amerika, Afrika, Australia dan Eropa. Lokasi di desa Kawung Luwuk Kecamatan Sukaresmi dengan jarak tempuh sekitar 90km dari Jakarta. 2.3.5. Perkebunan Teh Puncak Pemandangan dengan latarbelakang kebun teh dapat dilihat di Puncak. Merupakan Agrowisata yang indah, sejuk dan nyaman yang sewaktu-waktu diselimuti kabut. Cocok untuk kegiatan ‘Tea Walk’ dan Terbang Layang. 2.3.6. Pusat Belanja Wisata Sepanjang jalur Puncak-Cianjur terdapat banyak tempat menginap hotel berbintang maupun kelas melati, restoran yang menyajikan aneka ragam makanan khas, factory outlet, souvenir, buah-buahan segar, sayur mayur serta bunga/bonsai. 5 2.4. Seni Tradisional 2.4.1. Seni Mamaos Cianjuran Keistimewaannya adalah lagu-lagunya tidak berpatokan pada birama tertentu, sehingga banyak yang bilang bahwa Seni Cianjuran adalah termasuk Seni Jazz. 2.4.2. Kacapi Suling, Jaipongan (Ketuk Tilu) dan Calung. 2.5. Makanan Tradisional 2.5.1. Tauco Makanan khas Cianjur yang berasal dari negeri Cina. Terbuat dari kacang kedelai pilihan, diproses secara tradisional. Pabrik tauco tertua adalah pabrik tauco cap meong, didirikan tahun 1880 di kota Cianjur. 2.5.2. Manisan 2.6. Budaya Cianjur 2.6.1. Ngaos (, tradisi mengaji dalam masyarakat Cianjur ) Cianjur sudah lama dikenal sebagai salah satu kota santri. Dan salah satu tradisi yang sangat melekat dalam diri masyarakat Cianjur adalah budaya Ngaos. Ngaos adalah tradisi masyarakat yang mewarnai suasana dan nuansa Cianjur dengan masyarakat yang lekat dengan keberagamaan. Citra sebagai masyarakat agamis ini seperti yang telah dikemukakan terdahulu adalah sebagai langkah dari Djajasasana putra R. A. Goparana yang memeluk agama Islam pada tahun 1677 dimana pada saat itu beliau bersama dengan ulama dan santri pada saat itu gencar menyebarkan syariat Islam. Itulah sebabnya mengapa Cianjur mendapat julukan sebagai kota gudang kyai dan gudang santri. Pondok-pondok pesantren yang tumbuh dan berkembang di tatar Cianjur sedikit atau banyak telah berkontribusi dalam perjuangna sejarah kemerdekaan negeri ini. Disanalah bergolak jiwa semangat berjihad. Banyak pejuang-pejuang meminta restud ari kyai-kyai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Menurut mereka itu, mereka baru merasa lengkap dan percaya diri apabila telah mendapat restu dari kyai.Sekilas, tradisi mengaji di kalangan masyarakat Cianjurini tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lain di Jawa Barat seperti Garut, Tasikmalaya, Banten, Cirebon dan lain sebagainya yang juga dikenal sebagai gudangnya santri. Memang pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mencolok, sebab Islam sendiri mengajarkan umatnya untuk senantiasa mengaji dan menghayati serta memahami Al uran yang merupakan jalan hidup yang lurus.Begitu pula dengan kalangan masyarakat Cianjur, meskipun sekarang terlihat adanya penurunan dalam melestarikan budaya Ngaos tetap tidak akan pernah hilang dalam sanubari masyarakat Cianjur, khususnya masyarakat (dalam arti ini pesantren) yang terletak di daerah-daerah pinggiran Cianjur sebab begitu kuatnya mereka memegang tradisi ini.Umumnya tradisi Ngaos di Cianjur memang lebih dikenal dalam kegiantan kepesantrenan. Sepeti Ngaos nyorangan, Ngaos bandungan, Ngaos tarabasan. Yang kesemuanya memiliki arti yang berbeda akan tetapi dengan tujuan yang sama. Misalnya ngaos nyorangan adalah bentuk mengaji secara mandiri yang dilakukan oleh seorang santri dalam memahai isi kandungan Al Quran. 6 Ngaos bandungan adalah suatu bentuk mengaji dimana saat santri seang membaca isi Al quran dengan didampingi seorang ustadz yang sewaktu-waktu membetulkan bacaan santri apabila sang santri salah dalam bacaannya serta memberi tafsiran apabila memang diperlukan. Bngaos tarabasan adalah cara membaca Al Quran secara bersama-sama dengan maksud untuk bersama-sama menghapal isi Al Quran. 2.6.2. Mamaos ( Tembang Sunda Cianjuran ) Mamaos adalah seni budaya yang menggambarkan kehalusan budi dan rasa menjadi perekat persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup. Mamaos dapat pula diartikan dengan membaca, yaitu membaca (merenungkan) segala ciptaan Tuhan, membaca (merenungkan) hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, antara mahluk dengan mahluk ciptaan Allah Yang Maha Pencipta Seni mamaos tembang sunda Cianjuran lahir hasil cipta, rasa dan karsa Bupati Cianjur R. Aria Adipati kusumahningrat yang dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti. Ia menjadi pupuhu (pemimpin) tatar Cianjur sekitar tahun 1834-1862.Dengan kehalusan rasa seni Dalem Pancaniti,kesenian tersebut menjadi inspirasi lahirnya suatu karya seni yang sekarang disebut Seni Mamaos Tembang Sunda Cianjuran. Dalam tahap penyempurnaan hasil ciptaannya Dalem Pancaniti dibantu oleh seniman kabupaten yaitu: Rd. Natawiredja, Bapak Aem dan Maing Buleng. Para seniman tersebut mendapat izin dari Dalem Pancaniti untuk menyebarkan lagu-lagu hasil ciptaan Dalem Pancaniti.Syair Mamos yang pertama kali diciptakan oleh Dalem Pancaniti berjudul Layar Putri yang isinya:Sada gugur di kapituSada gelap ngadadasaranSada laut lilintungan. Kamana ngaitkeun ngincirKa kaler katojo bulanKamana ngaitkeun pikirSugan paler kasabulan Setelah Dalem Pancaniti wafat tahun 1816, Bupati Cianjur dilanjutkan oleh anaknya yaitu R. A. A. Prawiradiredja II (1816-1910), seni Mamaos ini mulai mencapat tahap penyempurnaan dengan diiringi dentingan kecapi dan suara suling.Sekarang ini Tembang Sunda Cianjuran sudah terkenal bukan saja di Nusantara akan tetapihingga pelosok mancanegara. Untuk melestarikan kesenian tradisional, diadakan pasanggiri tembang sunda cianjuran, baik lokal maupun regional / nasional (Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta).Seni Mamaos ini terdiri dari alat kecapi indung (kecapi besar dan kecapi rincik / kecapi kecil) serta sebuah suling yang mengiringi penembang atau juru. Pada umumnya syair-syair Mamaos ini lebih banyak mengungkapkan puji-pujian akan kebesaran Tuhan dengan segala hasil ciptaanNya. 2.6.3. Maenpo (seni beladiri khas Cianjur) Sejak dulu Cianjur dikenal dengan seni beladiri Pencak Silat yang menghasilkan beberapa aliran terkenal, antara lain aliran Cikalong, Cimande dan Sabandar. Yang sampai kini masih dipelajari dan diminati pencinta pencak silat oleh berbagai kalangan baik di daerah-daerah lokal maupun mancanegara.Maenpo atau dikenal juga dengan istilah pencak silat adalah suatu kesenian beladiri yang menggambarkan keterampilan dan ketangguhan . Maenpo sendiri secara bahasa terdiri dari dua kata yaitu maen dan po. Maen berarti melakukan sesuatu sementara po berasal dari istilah China untuk memukul. Maka maenpo artinya melakukan sesuatu dengan memukul.Pecipta dan penyebar seni maenpo ini adalah R. Djadjaperbata atau dikenal dengan nama R. H. Ibrahim. Aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan. Dalam maenpo dikenal istilah liliwatan (pengideraan) dan Peupeuhan (pukulan). Seni 7 peupeuhan yang merupakan aliran khas ciptaan R. H. Ibrahim, mengandalkan kecepatan gerak dan tenaga dalam yang luar biasa. Adapun R. H. Ibrahim menunggal pada tahun 1906 dan dimakamkan di pemakaman keluarga Dalem Cikundul, Cikalong Kulon Cianjur.Pada saat yang sama muncul suatu aliran yang mengandalkan tenaga pengideraan atau liliwatan yang dimunculkan oleh Muhammad kosim dari Sabandar Karangtengah Cianjur yang kemudian beliau dikenal dengan nama Mama Sabandar. Aliran inilah yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan Aliran Sabandar yang mengandalkan kemahiran dalam mengeluarkan tenaga penginderaan. 2.6.4. Pawai “kuda kosong” Sejak dulu digelar pada setiap upacara kenegaraan Cianjur, punya maksud untuk mengenang sejarah perjuangan para Bupati Cianjur tempo dulu. Saat Cianjur dijabat Bupati R.A. Wira Tanu seorang Dalem Pamoyanan R.A.A. Wiratanudatar II, bupati diwajibkan menyerahkan upeti hasil palawija kepada Sunan Mataram di Jawa Tengah. Dalam Pamoyanan R.A.A. Wiratanudatar II yang dianggap sakti mandragunalah yang rutin ditugaskan untuk menyerahkan upeti tadi. Jenis upeti adalah sebutir beras, lada, dan sebutir cabai. Sambil menyerahkan tiga butir hasil palawija itu, Kangjeng Dalem Pamoyanan selalu menyatakan bahwa rakyat Cianjur miskin hasil pertaniannya. Biar miskin, rakyat Cianjur punya keberanian besar dalam perjuangan bangsa, sama seperti pedasnya rasa cabai dan lada. Karena pandai diplomasi, Kangjeng Sunan Mataram memberikan hadiah seekor kuda kepada Dalem Pamoyanan. Seekor kuda jantan diberikan untuk sarana angkutan pulang dari Mataram ke Cianjur. Penghargaan besar Sunan Mataram terhadap Kangjeng Dalem Pamoyanan membuat kebanggan tersendiri bagi rahayat Cianjur waktu itu. Jiwa pemberani rakyat Cianjur seperti yang pernah disampaikan Kangjeng Dalem Pamoyanan kepada Sunan Mataram membuahkan kenyataan. Sekira 50 tahun setelah peristiwa seba itu, ribuan rakyat Cianjur ramai-ramai mengadakan perlawanan perang gerilya terhadap penjajah Belanda. Dengan kepemimpinan Dalem Cianjur Rd. Alith Prawatasari, barisan perjuang di setiap desa gencar melawan musuh, sampaisampai Pasukan Belanda sempat ngacir ke Batavia (sekarang Jakarta). “Untuk mengenang perjuangan Kangjeng Dalem Pamoyanan yang pandai diplomasi itu, setiap diadakan upacara kenegaraan di Cianjur selalu digelar upacara ‘kuda kosong’. Maksud seni warisan leluhur itu untuk mengenang perjuangan pendahulu kepada masyarakat Cianjur sekarang,” kata Alith Baginda, S.H. Ketua II Dewan Kesenian Cianjur (DKC) yang juga menjabat Kasi Kebudayaan di Dinas Pendidikan Kab. Cianjur. Ditinjau dari pelestarian budaya, Alith kurang setuju bila kesenian “kuda kosong” yang menimbulkan perjuangan itu dihilangkan begitu saja di bumi Cianjur. Bila disorot ada adegan-adegan yang memang dianggap menyimpang dari akidah keislaman, adegan itulah yang harus ditiadakan. Namun, banyak adegan yang bagus dari sisi seni budaya, harus tetap dilestarikan. Alith dan rekan-rekan seniman Cianjur sering mengadakan pendekatan dengan semua pihak agar aneka seni tradisional Cianjur yang dulu pernah berjaya agar dihidupkan kembali. Termasuk seni “kuda kosong” yang sempat dilarang digelar itu. Harapannya agar semua seni budaya warisan leluhur yang telah hilang itu tetap berkembang di Cianjur. 8 Tak sedikit seni budaya Cianjur hilang dan terancam mati. Seperti seni bangkong reang di Kec. Pagelaran, seni tanjidor di Kec. Cilakong, goong renteng di Kec. Agrabinta, seni rudat di Kec. Kadupandak, dan seni reak di Kec. Cibeber. Bahkan, seni tembang cianjuran sebagai warisan budaya ciptaan Kangjeng Raden Aria Adipati Kusumaningrat atau Dalem Pancaniti Bupati Cianjur (1834-1861) benar-benar hampir terancam kepunahan. 2.7. Budaya Tradisional 2.7.1. Pengrajin Sangkar Burung 2.7.2. Pengrajin Lampu Kuning 2.7.3. Pengrajin Cinderamata Bambu dan Kayu 2.8. Gambaran Cianjur zaman dahulu Gambar 2.8.1. Tempat tinggal bupati Gambar 2.8.3. Alun – alun Gambar 2.8.5. Jembatan sungai Citarum gambar 2.8.2. perempatan shanghai-cianjur kota Gambar 2.8.4. Rumah Tempat tinggal Gambar 2.8.6. pabrik beras cianjur 9 Gambar 2.8.7. Pesanggrahan di Sukanagara Gambar 2.8.8. perahu rakit 2.9. Pakaian Adat Gambar 2.9. Pakaian adat Cianjur 2.10. Berbagai sumber cerita tentang asal muasal Cianjur Ada berbagai sumber yang mengangkat cerita Cianjur dengan Cerita yang sama hanya saja penamaan tokoh kepada anak pak pelit yang sedikit berbeda. Ada sumber yang menyebutkan si mulia bernama Tetep. 3.0.1. Legenda Cerita Rakyat Nusantara 3.0.2. http://panggoengsandiwara.blogspot.com/2008/05/asal-mula-kota-cianjur-ceritarakyat.html 3.0.3. http://syudas.blogspot.com/2010/01/asal-mula-nama-cianjur.html 3.0.4. http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore.php?ac=187&l=asal-mula-nama-kotacianjur. 2.11. Sejarah Teater Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan.Teater sebagai tontotan sudah ada sejak 10 zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepadadewa-dewa Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, pujipujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan. Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan istilah teater. 2.12. Unsur-unsur Teater 3.2.1. Naskah/Skenario Naskah/Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan diaolog yang duicapkan. 3.2.2. Skenario Skenario merupakan nsakah drama (besar) atau film, yang isinya lengkap, seperti : keadaan, properti, nama tokoh, karakter, petunjuk akting dan sebagainya. Tujuan dari naskah/skenario untuk sutradara agar penyajiannya lebih realistis. 3.2.3. Pemain/Pemeran/Tokoh Pemain merupakan orang yang memeragakan tokoh tertentu pada film/sinetron biasa disebut aktris/aktor. Macam-macam peran yaitu : a. Peran Utama yaitu peran yang menjadi pusat perhatian penonton dalam suatu kisah b. Peran Pembantu yaitu peran yang tidak menjadi pusat perhatian c. Peran Tambahan/Figuran yaitu peran yang diciptakan untuk memperkuat gambar suasana 3.2.4. Sutradara Sutradara merupakan orang yang memimpin dan mengatur sebuah teknik pembuatan atau pementasan teater/drama/film/sinetron. 3.2.5. Properti Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan drama atau film. Contohnya : kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi, dan lain-lain 3.2. 6. Penataan Seluruh pekerja yang terkait dengan pendukung pementasan teater, antara lain: a. Tata Rias Tata Rias adalah cara mendadndani pemain dalam memerankan tokoh teater agar lebih meyakinkan 11 b. Tata Busana Tata Busana adalah pengaturan pakaina pemain agar mendukung keadaan yang menghendaki. Contohnya : pakaian sekolah lain dengan pakaian harian c. Tata Lampu Tata Lampu adalah pencahayaan dipanggung d. Tata Suara Tata Suara adalah pengaturan pengeras suara e. Tata Pentas Tata Pentas adalah seting, komposisi properti agar efektif mendukung pentas f. Pentas/Panggung 3.2.7. Penonton Penonton adalah undur dalam pementasan drama/teater/sandiwara atau film karena sebagai saksi dari hasil akhir kerabat kerja. Penonton sebagai evaluator yang mengapresiasi dan menilai hasil karya seni yang dipentaskan.Bentuk karya seni akan sia-sia jika tidak memiliki penikmat karya. Pada setiap pementasan seni pasti ada penonton. Penonton menonton untuk menghibur hatinya dan bagi senimannya bisa sebagai evaluator dari karyanya. 2.13. Macam-macam Teater 3.3.1. Teater Tradisional Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah. Gambar 3.3.1. Museum Wayang a. Contoh Teater Tradisional: - Ketoprak dari Yogyakarta Ludruk dari Surabaya Wayang Orang dari Jawa Tengah/Yogyakarta Lenong dan Topeng Blantik dari Betawi 12 - Mamanda dan Wayang Gong dari Kalimantan Selatan b. Ciri-ciri Teater Tradisional: Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pementasan panggung terbuka (lapangan, halaman rumah), 2. Pementasan sederhana, 3. Ceritanya turun temurun. 3.3.2. Teater Modern Teater Modern adalah cerita yang bahannya dari kejadian-kejadian sehari-hari, atau karya sastra. a. Contoh Teater Modern : - Drama - Teater - Sinetron - Film - Musikal b. Ciri-ciri Teater Modern - Panggunga tertata - Ada pengaturan jalan cerita - tempat panggung tertutup c. Kelompok dan sutradara Kelompok teater modern dan sutradara: 1. Teater Gandrik : Jujuk Prabowo 2. Teater Garasi : Yudi Ahmad Tajudin 3. Teater Koma : N. Riantiarno 4. Bengkel Teater : WS Rendra 5. Teater Kecil : Arifin C. Noor dan lain-lain 2.14. Target Audiens Berusia sekitar 6-17 tahun, laki-laki atau perempuan, tinggal di Jakarta atau kota besar lainnya. Di utamakan anak-anak dan orang yang mengerti tentang budaya. 2.15. Faktor Pendukung dan Penghambat 3.5.1. Faktor Pendukung 1. Masih jarangnya film animasi di Indonesia yang mengangkat cerita rakyat. 2. Film Animasi kini banyak diminati masyarakat. Terutama film 3d ,yang sudah trend di zaman sekarang. 3. Menjadi salah satu pilihan tontonan yang memberikan pengetahuan,hiburan serta manfaat yang dapat diambil dari film ini. 3.5.2. Faktor Penghambat : 1. Kebanyakan masyarakat masih enggan untuk tahu tentang budaya di negerinya sendiri. 2. Waktu yang terbatas dalam proses pembuatan film.