Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized 52200 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Kembali Melaju? Desember 2009 Pengantar Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia mengolah dan melaporkan perkembangan-perkembangan ekonomi utama Indonesia pada tiga bulan terakhir, menempatkan mereka dalam kaitannya dengan pandangan global dan jangka yang lebih panjang, serta menilai implikasinya pada gambaran ekonomi dan kesejahteraan sosial di Indonesia. Cakupannya berkisar dari makroekonomi hingga pasar uang dan indikator pembangunan dan kesejahteraan manusia. Triwulanan ini ditujukan bagi kalangan yang luas, termasuk penyusun kebijakan, pemimpin usaha, pelaku pasar keuangan dan kalangan analis dan profesional yang terlibat dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia ini disusun dan dihimpun oleh tim analis makroekonomi grup Manajemen Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan pada kantor Bank Dunia Jakarta. Shubham Chaudhuri, Ekonom Senior, memimpin Tim dan melakukan edit bersama Tim Bulman, Ekonom. Kontribusi diberikan oleh Andrew Blackman dan Fitria Fitrani (sektor eksternal, aliran perdagangan dan neraca pembayaran), Andrew Carter (penerimaan dan keseimbangan anggaran pemerintah), Andrew Ceber (akun nasional dan permintaan domestik), Diva Singh, Neni Lestari dan Telisa Falianty (pasar uang, sektor moneter, dan indikator perbankan), Ahya Ihsan (pengeluaran dan keseimbangan anggaran pemerintah), Tim Bulman (harga-harga dan pembiayaan pemerintah) dan Matt Wei-Poi (analisis kemiskinan dan ketenagakerjaan). Magda Adriani dan Fitria Fitrani memberikan dukungan data kepada tim. Edgar Janz dan Vivi Alatas menyiapkan gambaran perkembangan ketenaga kerjaan di Indonesia, Shubham Chaudhuri menggambarkan Indonesia sebagai Negara berpendapatan menengah, dan Claudia Rokx menyiapkan materi gambaran pembiayaan kesehatan di Indonesia. Dhauhari Sitorus, Nathan Dal Bon dan P. S. Srinivas memberikan saran-saran editorial. Secara keseluruhan, Tim ini dibawah kepemimpinan Kepala Ekonom di kantor Bank Dunia Jakarta William E. Wallace. Untuk disertakan ke dalam daftar penerima email untuk rangkaian Triwulanan ini dan publikasi-publikasi lain yang berhubungan, silahkan hubungi [email protected]. Pertanyaan maupun penyampaian pendapat mengenai publikasi ini dapat disampaikan kepada [email protected]. Informasi mengenai Bank Dunia dan kegiatannya di Indonesia dapat dilihat pada www.worldbank.org/id i Daftar isi Ringkasan Eksekutif: Kembali melaju? A . PERKEMBANGAN TERBARU EKONOMI 1. 2. 3. 4. 4. 23 Arus perdagangan Indonesia melewati krisis global: turun drastis kemudian naik kembali 23 Nilai tukar rupiah sejak akhir 2008: skala pergerakan dan faktor-faktor pendorong 25 a. Rupiah telah menguat secara berarti sejak bulan Maret, terutama terhadap dolar Amerika yang melemah................................................................................................................................ 25 b. Arus masuknya modal ke aktiva keuangan lancar menjelaskan sebagian besar penguatan …26 c. …dengan pemulihan harga komoditas juga membaik ............................................................... 29 C . INDONESIA 2014 DAN SETERUSNYA: PANDANGAN PILIHAN 1. 2. 3. 1 Ekonomi Indonesia, hanya sedikit terpengaruh oleh kelesuan ekonomi dunia, hampir kembali ke tingkat pertumbuhan pra-krisis 1 a. Pertumbuhan berpijak pada landasan yang luas ......................................................................... 1 a. Pemulihan ekonomi, dengan harga komoditas dunia yang lebih tinggi, telah menstabilkan inflasi lebih rendah selama satu dekade ....................................................................................... 3 Indikator keuangan Indonesia tetap rentan, dengan peningkatan yang melebihi indikator lainnya5 a. Neraca pembayaran tetap surplus pada triwulan 3, dengan arus modal masuk ke dalam pasar keuangan Indonesia.............................................................................................................. 5 b. Pasar saham dan pendapatan tetap dan Rupiah cenderung terus menguat, pada laju yang lebih lambat...................................................................................................................................... 6 c. Penguatan pasar keuangan dan kurs tukar valuta sebagian disebabkan oleh arus masuk modal lancar yang cukup besar ..................................................................................................... 8 d. Walaupun sektor perbankan kuat, pertumbuhan kredit hanya menunjukkan sedikit pemulihan......................................................................................................................................... 9 Prospek ekonomi diharapkan sedikit lebih kuat dari proyeksi triwulan yang lalu, dengan pemulihan bertahap yang terus berlangsung 11 Defisit anggaran pemerintah kemungkinan mendekati target 17 a. Pendapatan pemerintah yang lebih rendah daripada proyeksi diimbangi oleh rendahnya belanja ............................................................................................................................................ 17 B . BEBERAPA PERKEMBANGAN PENTING TERAKHIR DALAM EKONOMI INDONESIA 1. 2. iv Memandang Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah Indonesia memasuki dekade yang kritis secara demografi Menciptakan lapangan kerja yang lebih baik untuk angkatan kerja Indonesia yang terus berkembang Pendanaan layanan kesehatan untuk angkatan kerja dan populasi lanjut usia yang makin meningkat 32 32 33 34 37 DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Pertumbuhan PDB kembali ke rata-rata pra-krisis di triwulan 3 .................................... 1 Gambar 2: Pertumbuhan para mitra dagang Indonesia telah kembali meningkat .......................... 1 Gambar 3: Sumbangan kepada pertumbuhan PDB ........................................................................... 2 Gambar 4: Sumbangan kepada PDB ................................................................................................... 2 Gambar 5: Penjualan kendaraan bermotor dan sepeda motor ......................................................... 2 Gambar 6: Penjualan eceran dan kepercayaan konsumen BI ........................................................... 2 Gambar 7: Arus perdagangan membaik … ......................................................................................... 3 Gambar 8: bersama dengan harga komoditas, yang mendukung harga ekspor Indonesia ........... 3 Gambar 9: Peningkatan inflasi pada paruh tahun kedua tidak berlanjut, sehingga inflasi jatuh ke nilai terendah dalam dekade ......................................................................................... 4 Gambar 10: …dan konsumen tidak mengira harga-harga akan meningkat pada paruh pertama tahun 2010....................................................................................................................... 4 Gambar 11: IHSG meningkat lebih tinggi dari kebanyakan index regional lainnya, sebelum mulai mendatar di penghujung bulan September .................................................................. 7 Gambar 12: …dan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika adalah yang kedua terkuat secara regional ........................................................................................................................... 7 Gambar 13: Yield obligasi pemerintah mata uang lokal, terus menurun lintas seluruh tenor sejak bulan Maret, telah kembali ke tingkat awal tahun 2007..................................... 8 Gambar 14: Obligasi negara Indonesia dalam dolar Amerika telah menetap pada tingkat yang sedikit di atas rata-rata historis jangka lebih panjang, tetapi telah menguat lebih dari sebagian besar pasar-pasar berkembang debt .................................................... 8 Gambar 15: Indonesia telah menyerap 6,5 miliar dolar Amerika dalam modal asing sejak bulan Maret, 2,6 miliar dolar Amerika pada bulan September dan awal Oktober ............... 9 Gambar 16: Sejak bulan Maret cadangan devisa telah menguat sementara pertumbuhan M2 telah melambat, menunjukkan BI telah melakukan pengamanan .............................. 9 Gambar 17: Pertumbuhan kredit dan persetujuan pinjaman telah membaik pada bulan-bulan terakhir setelah merosot pada awal tahun ini ............................................................ 10 Gambar 18: Sementara kebanyakan ekonomi mengalami perlambatan kredit, Indonesia menarik perhatian karena pertumbuhan kreditnya yang cepat dalam dua tahun sebelum Oktober 2008 ................................................................................................................. 10 Gambar 19: Walaupun bank sentral telah melakukan berbagai upaya, suku bunga kredit hanya turun 7 persen sejak puncaknya pada Januari sementara suku bunga simpanan telah turun sebesar 31 persen ..................................................................................... 10 Gambar 20: Indonesia adalah satu-satunya negara dengan peningkatan tingkat pemberian kredit dan simpanan pada tahun sampai dengan Juni 2009 .................................... 10 Gambar 21: Prospek pertumbuhan Indonesia meningkat ............................................................... 12 Gambar 22: …. bersamaan dengan sedikit membaiknya pertumbuhan mitra dagang Indonesia12 Gambar 23: Sementara tingkat perputaran hutang eksternal Indonesia juga tinggi pada 2009 .. 15 Gambar 24: …memiliki dampak terbesar pada pertumbahan 2010 ................................................ 16 Gambar 25, Gambar 26: Belanja program inti mengalami peningkatan dibandingkan tahuntahun terakhir, tapi penurunan belanja ‘lainnya’ dan subsidi ikut menekan belanja secara keseluruhan ...................................................................................................... 18 Gambar 27: Pendapatan PPN menjadi lebih bergejolak dibandingkan belanja konsumsi akhirakhir ini.......................................................................................................................... 22 Gambar 28: Pendapatan PPN dari industri yang memproduksi barang nonpokok....................... 22 Gambar 29: … sangat lemah saat terjadi perlambatan di akhir tahun 2009 dan 2006 .................. 22 Gambar 30: Nilai perdagangan memuncak di pertengahan 2008, lalu turun di bulan Februari 2009 ............................................................................................................................... 23 Gambar 31: Sejak Maret, rupiah telah menguat jauh terhadap dolar Amerika dan dolar Amerika telah melemah terhadap berbagai mata uang ............................................................ 25 Gambar 32: Kurs tukar Indonesia telah meningkat secara berarti terhadap berbagai mata uang secara riil....................................................................................................................... 25 Gambar 33: Kurs tukar dolar Amerika telah bergerak ke arah yang berlawanan dengan indeks saham dunia sejak dimulainya gejolak pasar keuangan pada bulan September 2008 ............................................................................................................................... 26 Gambar 34: Yield obligasi Indonesia dalam mata uang lokal telah jatuh sepertiganya sejak bulan Maret, tapi masih lebih tinggi dibanding yield yang lain ................................ 26 Gambar 35: Adanya aliran masuk bersih modal yang berarti menuju Indonesia sejak bulan Maret … ......................................................................................................................... 27 Gambar 36: … meningkatkan bagian modal di Indonesia oleh bukan penduduk sebesar 6,4 miliar dolar Amerika – pada satu triwulan.................................................................. 27 Gambar 37: Cadangan devisa asing Indonesia telah berkaitan dengan kurs tukar valuta sejak Oktober 2008, mengesankan bahwa BI telah agak membatasi pergerakan liar kurs tukar valuta ................................................................................................................... 28 Gambar 38: Kepemilikan bukan penduduk akan aktiva keuangan Indonesia telah menurun ketika risiko negara meningkat, dan sebaliknya ....................................................... 28 Gambar 39: Kebijakan moneter dan fiskal dapat membatasi dampak aliran masuk modal, tetapi kebanyakan pilihan membutukan dukungan dana yang kuat .................................. 28 Gambar 40: Pergerakan harga komoditas berkaitan dengan pergerakan dalam rupiah, mencerminkan pentingnya komoditas dalam keranjang ekspor Indonesia............ 30 Gambar 41: … dan hubungannya cukup kuat menghadapi kurs tukar riil efektif ......................... 30 Gambar 42: Celah kesempatan demografis Indonesia akan tertutup pada dekade berikut ......... 34 Gambar 43: Peningkatan lapangan kerja .......................................................................................... 35 Gambar 44: Tingkat pegangguran yang stabil.................................................................................. 35 Gambar 45: Lambatnya pertumbuhan lapangan kerja sektor formal ............................................ 35 Gambar 46: Stagnasi lapangan kerja nonpertanian ........................................................................ 35 Gambar 47: Tingginya angkatan kerja informal ............................................................................... 36 Gambar 48: Pekerja sector formal menerima penghasilan lebih besar.......................................... 36 Gambar 49: Karyawan tanpa kontrak mendapat tunjangan nonupah yang lebih sedikit ............ 36 Gambar 50: Biaya PHK tertinggi ....................................................................................................... 36 Gambar 51: Pengeluaran disektor kesehatan di Indonesia relative rendah .................................. 38 Gambar 52: Hanya sepertiga dari penduduk Indonesia menikmati layanan asuransi kesehatan 39 Gambar 53: Demografik saja akan meningkatkan belanja kesehatan Indonesia .......................... 40 DAFTAR TABEL Tabel 1: Prospek masih tetap menunjukkan pemulihan pertumbuhan ekonomi bertahap ............ v Tabel 2: Peningkatan neraca keuangan meningkatkan surplus neraca pembayaran, menambah cadangan devisa ............................................................................................................ 5 Tabel 3: Indikator makroekonomi Indonesia ................................................................................... 13 Tabel 4: Surplus neraca pembayaran diperkirakan akan menyusut, dengan neraca berjalan bergerak menuju defisit ............................................................................................... 14 Tabel 5: Kebutuhan pendanaan eksternal Indonesia terjadwal pada 12 bulan ke depan berjumlah 24 miliar dolar Amerika .............................................................................. 15 Tabel 6: Proyeksi sumber pendanaan memberikan surplus neraca pembayaran sekitar 5 miliar dolar Amerika ............................................................................................................... 15 Tabel 7: Beberapa alternative hasil untuk indikator kunci .............................................................. 16 Tabel 8: Perkembangan penerimaan dan belanja ............................................................................ 19 Tabel 9: Penyesuaian kecil terhadap perkiraan kondisi makroekonomi mengindikasikan deficit anggaran yang lebih kecil di tahun 2009 dan deficit yang lebih tinggi di tahun 201020 Tabel 10: Kebutuhan pembiayaan Indonesia di tahun 2010 tetap besar, walaupun pemerintah tampaknya memiliki surplus pembiayaan dari tahun 2009....................................... 21 Tabel 11: Impor Indonesia terus turun, dan pulih lebih cepat, daripada ekspor ........................... 24 Tabel 12: Walaupun arus dagang mengalami penurunan di semua sisi, ekspor Indonesia ke negara berkembang di wilayahnya telah pulih dengan cepat .................................. 24 Tabel 13: Pergerakan dalam kurs tukar dan harga aktiva sejak September 2008 ......................... 29 Tabel 14: Analisa regresi kurs tukar rupiah dan beberapa dari keterkaitan utamanya................. 30 Tabel 15: … dan mengenai keterkaitan dengan kurs tukar efektif riil ............................................ 31 DAFTAR KOTAK Kotak 1: Perlambatan ekonomi di akhir 2008 dan 2009 memiliki dampak yang tidak seimbang terhadap pendapatan PPN ........................................................................................... 22 Ringkasan Eksekutif: Kembali melaju? Perekonomian Indonesia tampaknya telah kembali melaju untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat dan standar hidup yang lebih baik, tapi risiko tetap ada Setahun setelah terjadi penurunan ekonomi dan krisis keuangan global, perekonomian Indonesia secara umum tampaknya telah kembali melaju. Kegiatan ekonomi kembali meningkat, inflasi tetap moderat, pasar keuangan mengalami kenaikan, dan pemerintah yang baru terpilih kembali, setelah membangun dasar kuat yang menyokong Indonesia melewati krisis global, tampaknya sedang mempersiapkan diri untuk investasi baru dalam infrastruktur fisik, pelayanan kemanusiaan dan lembaga negara. Indonesia tampaknya memiliki posisi yang baik untuk kembali ke lintasan pertumbuhan sebelum krisis, dengan kemungkinan percepatan lebih lanjut dan pertumbuhan yang lebih inklusif. Namun, jalur ini belum pasti dan masih ada beberapa pertanyaan yang tersisa. Tetap ada risiko yang signifikan dalam perekonomian global. Kelanjutan pemulihan global masih belum sepenuhnya jelas. Dan portofolio yang mengalir masuk ke pasar negara berkembang yang telah meningkat dalam sembilan bulan terakhir dapat dengan mudah berbalik jika pembuat keputusan di tempat lain bergerak untuk menarik upaya stimulus moneter dan fiskal dalam jumlah besar yang telah dimulai tahun lalu. Di sisi domestik, perkembangan politik sejak Oktober lalu telah mulai menimbulkan beberapa pertanyaan mengenai waktu dan kedalaman reformasi masa depan. Perekonomian Indonesia terus menguat perlahan sampai Kuartal 4, melanjutkan tren yang terjadi pada bulan September Sebagian besar tren ekonomi riil Indonesia yang terjadi di Perkembangan Triwulan September berlanjut ke kuartal ketiga dan keempat 2009. Pergerakan ekonomi riil Indonesia tetap moderat. Indonesia tidak mengalami peningkatan tajam dalam pertumbuhan di Kuartal 2 dan 3 2009 yang dialami sebagian besar negara tetangga, dan juga tidak terlalu terpengaruh penurunan di pergantian tahun 2009. Di Kuartal 3, pertumbuhan Indonesia terus berakselerasi secara bertahap dan kenaikan tersebut terjadi secara luas pada permintaan publik dan swasta, serta sektor-sektor produksi. Indikator konsumen tetap relatif tinggi di pertengahan tahun, sementara kegiatan industri terus mengalami pemulihan. Arus ekspor dan impor, yang telah turun secara signifikan karena krisis, terus mengalami pemulihan, yang mendukung surplus transaksi berjalan saat ini. Di luar perkiraan, inflasi, yang meningkat pada kuartal ketiga, menjadi melemah pada bulan Oktober dan November. Tahun 2009 akan menjadi tahun dengan inflasi terendah dalam hampir satu dasawarsa. Kondisi persediaan domestik yang baik dan apresiasi rupiah yang membatasi pertumbuhan harga barang yang tradable, membuat banyak pengecer dapat mengembalikan kenaikan harga akibat Ramadan dan Idul Fitri. Walaupun demikian, inflasi diperkirakan tetap lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat di awal tahun, dan inflasi kemungkinan meningkat pada bulan-bulan mendatang. Pasar keuangan tetap bergejolak,. masuknya arus dana asing yang siknifikan yang membantu memperkuat harga aset keuangan Walaupun ekonomi riil Indonesia tetap sangat stabil, terutama jika dibandingkan dengan negara tetangganya, gejolak di pasar keuangan Indonesia terus berlanjut. Rupiah terus mengalami apresiasi sampai awal Oktober, saat arus dana asing secara signifikan terus memasuki aset keuangan likuid - obligasi pemerintah, surat utang pasar uang jangka pendek, dan saham. Semua pasar ini menguat sepanjang akhir September sampai awal Oktober. Mulai pertengahan Oktober, arus masuk tampaknya melambat dan harga aset keuangan ini, dan juga obligasi pemerintah dalam dolar Amerika, secara umum bergerak diluar perkiraan sampai awal Desember, rupiah mulai stabil pada 9.400 sampai 9.500, sedikit lebih lemah dibandingkan pada awal krisis dan lebih kuat pada dasar nilai tukar efektif riil. Berbeda dengan negara lain di wilayahnya, kenaikan harga aset keuangan tampaknya tidak mengakibatkan kenaikan harga aset lain, misalnya properti di perkotaan. Arus modal lain pada umumnya telah kembali ke pola 'normal', walaupun arus masuk investasi asing langsung (FDI) tetap lemah, dan penduduk Indonesia telah mengalihkan lebih banyak dana mereka ke rekening bank luar negeri dibandingkan masa yang serupa seperti Kuartal 3 saat pasar keuangan mengalami kenaikan, Cadangan devisa terus meningkat, mencapai USD 65.8 milyar pada akhir Nopember. Prospek untuk pemulihan pertumbuhan tetap sama - dan inflasi, mendukung perbaikan pengentasan kemiskinan Prospek tetap sama, yaitu perekonomian terus mengalami pemulihan bertahap. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diproyeksikan berkisar 5,6 persen, naik menjadi 6,0 persen pada tahun 2011. Pertumbuhan konsumsi yang stabil saat ini dan pemulihan investasi mesin & peralatan akan mendukung perekonomian. Proyeksi ini mengasumsikan bahwa impor tumbuh lebih cepat daripada ekspor, karena perkiraan kinerja perekonomian Indonesia yang relatif lebih kuat dan peningkatan investasi, iv walaupun proyeksi ini terbilang konservatif karena ekspor Indonesia relatif kuat sejak akhir 2008. Inflasi diproyeksikan kembali meningkat bersamaan dengan percepatan ekonomi dan proyeksi kenaikan harga komoditas. Namun, apresiasi rupiah diperkirakan akan memperlambat kenaikan inflasi di paruh pertama 2010. Reformasi penetapan harga energi memiliki risiko menaikan tingkat inflasi Indeks Harga Konsumen (lebih sedikit terhadap kenaikan inflasi Inti), walaupun, jika reformasi ini dikelola dengan baik dan kenaikan perkiraan inflasi dibatasi, reformasi ini seharusnya hanya menghasilkan kenaikan harga dan tidak memberi kontribusi kepada kenaikan inflasi yang berkelanjutan. Perkembangan ini seharusnya dapat membuat tingkat kemiskinan terus menurun sekitar 2.5 sampai 3 persen dari awal 2009 sampai awal 2011, dengan asumsi pemerintah tidak mengeluarkan program pengentasan kemiskinan baru Defisit anggaran pemerintah kemungkinan sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi tahun 2009, dan mungkin lebih besar di tahun 2010 Defisit anggaran 2009 pemerintah kemungkinan sedikit lebih kecil daripada proyeksi dalam anggaran perubahan, mendekati 2,3 persen PDB, karena pengeluaran yang lebih kecil daripada anggaran (terutama pada subsidi dan belanja 'lain-lain') mengimbangi penerimaan yang lebih rendah daripada proyeksi. Karena pembiayaan tingkat lanjut pemerintah dan penguatan nilai tukar, hal ini memungkinan umenghasilkan surplus pembiayaan, yang dapat mendukung kebutuhan pembiayaan 2010. Peningkatan kinerja pencairan dana pemerintah serta perkembangan harga minyak dan nilai tukar baru-baru ini menunjukkan bahwa defisit anggaran 2010 mungkin sedikit berada di atas proyeksi anggaran yang disetujui sebesar 1,6 persen. Tabel 1: Prospek masih tetap menunjukkan pemulihan pertumbuhan ekonomi bertahap (perubahan persentase tahuna) 2008 2009 2010 2011 Gross Domestic Product (annual % change) 6.1 4.5 5.6 6.0 Consumer price index (annual % change) 9.8 4.8 5.4 5.9 Poverty rate (% population) 15.4 14.2 13.5 11.4 Balance of payments (USD bn) -1.9 11.8 5.0 3.0 Budget balance (% GDP) -0.1 -2.3 -1.7 -- Major trading partner growth (annual % change) 2.4 -0.9 3.8 3.9 Sumber: Departemen Keuangan, BPS dan badan statistik nasional lainnya via CEIC dan Bank Dunia Risiko dalam prospek ini tetap signifikan, dan sedikit mengarah ke sisi negatif. Risiko terhadap lingkungan ekonomi global telah berkurang, walaupun risiko negatif yang signifikan tetap ada terutama saat pembuat kebijakan menghapus berbagai stimulus moneter dan fiskal. Sementara itu, risiko bersumber domestik meningkat karena perkembangan politik dalam negeri memperbesar risiko terhadap iklim investasi domestik dibandingkan di bulan September. A. PERKEMBANGAN TERBARU EKONOMI 1. Ekonomi Indonesia, hanya sedikit terpengaruh oleh kelesuan ekonomi dunia, hampir kembali ke tingkat pertumbuhan pra-krisis Pertumbuhan PDB kembali ke pra-krisis pada Triwulan 3 Pertumbuhan PDB meningkat pada triwulan 3, hampir kembali pada rata-rata pra-krisis. Pertumbuhan tahun-ke-tahun meningkat tipis, menjadi 4,2 persen dari 4,0 persen pada triwulan 2. Ekonomi berkembang sekitar 1,5 persen pada triwulan itu – 6,0 persen disetahunkan (setelah penyesuaian musiman) – dibandingkan dengan 1,2 persen di triwulan 2 (Gambar 1). Peningkatan PDB ini selaras dengan kondisi dalam dan luar negeri yang mengalami peningkatan. Peningkatan kepercayaan konsumen dan melunaknya sebagian kondisi pengucuran kredit telah mendukung investasi dan konsumsi dalam negeri, sementara penyatuan harga komoditas, pemulihan hampir seluruh mitra perdagangan utama Indonesia dan makin tersedianya layanan pendanaan, juga telah mendukung permintaan ekspor, pendapatan dan investasi. Gambar 1: Pertumbuhan PDB kembali ke rata-rata pra-krisis Gambar 2: Pertumbuhan para mitra dagang Indonesia telah di triwulan 3 kembali meningkat (persen pertumbuhan) (rata-rata pertumbuhan PDB, ditimbangkan dengan proporsi ekspor Indonesia) Persen Persen 8 4 8 Per cent Per cent 8 Year on year (RHS) Tahun ke tahun (kanan) 6 3 Tr. ke tr. Average* penyesuaian musiman (LHS) QoQ growth . (LHS) 2 6 6 4 4 2 2 0 0 -2 -2 4 2 1 -4 0 0 Sep-02 Jun-04 Mar-06 Dec-07 Sep-09 QoQ seas. adjust (LHS) -4 -6 Sep-02 -6 Jun-04 Mar-06 Dec-07 Sep-09 * rata-rata pertumbuhan antar triwulan antara triwulan 1- Sumber: Badan statistik nasional lewat CEIC dan Bank 2004 dan triwulan 2-2008. Sumber: BPS lewat CEIC, Dunia penyesuaian musiman Bank Dunia a. Pertumbuhan berpijak pada landasan yang luas Konsumsi tetap kuat sementara investasi kembali meningkat Kontribusi terhadap pertumbuhan terjadi secara menyeluruh pada komponen pengeluaran PDB (Gambar 3). Seperti triwulan-triwulan sebelumnya di tahun ini, pertumbuhan didorong oleh konsumsi dan sektor eksternal. Secara tahun ke tahun menurunnya impor terus melebihi penurunan ekspor, walaupun keduanya memiliki laju pertumbuhan yang sama pada triwulan 3. Investasi telah bangkit, dengan meningkatnya investasi pada gedung, permesinan dan peralatan. Pertumbuhan juga secara umum didukung oleh sektor produksi (Gambar 4), dengan hasil bukan niaga yang lebih cepat dibanding hasil untuk kegiatan niaga. Transportasi & komunikasi memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan hasil produksi, sementara perdagangan retail dan eceran tetap lemah. 1 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Gambar 3: Sumbangan kepada pertumbuhan PDB Gambar 4: Sumbangan kepada PDB (persentase sumbangan triwulan ke triwulan kepada pertumbuhan PDB agregat, penyesuaian musiman) (persentase sumbangan triwulan ke triwulan kepada pertumbuhan PDB agregat, penyesuaian musiman) 2.0 2.0 Percentage points Q2 Percentage points Q3 1.5 Domestic demand Discrepancy 0.5 Priv cons Q2 Percentage points 2.0 GDP Q3 1.5 1.5 1.0 Industry Services 1.0 1.0 0.5 Govt cons 0.0 -0.5 2.0 GDP 1.5 1.0 Percentage points Investment 0.0 Net exports 0.5 0.5 Agriculture -0.5 0.0 0.0 Catatan dan sumber-sumber: Sumbangan titik persentase dengan penyesuaian musiman mungkin tidak memberikan jumlah yang sama dengan pertumbahan PDB. BPS lewat CEIC dan Bank Dunia Permintaan dalam negeri yang kuat sejalan dengan sebagian indikator Indikator konsumen lainnya mencerminkan konsumsi yang sehat: kepercayaan konsumen mencetak rekor tertinggi pada bulan Juli, sebelum turun lagi di triwulan itu; dan indeks penjualan eceran BI juga mencapai rekor tertinggi baru (Gambar 6). Penjualan kendaraan bermotor, terutama sepeda motor telah meningkat pesat sejak pembukaan tahun, walaupun masih cukup rendah dibanding triwulan 3 tahun 2008 (penjualan sepeda motor 9 persen lebih rendah dan penjualan kendaraan 27 persen lebih rendah) (Gambar 5). Indikator produksi tidak seragam Indikator sektor industri mencerminkan peningkatan kegiatan manufaktur sejak awal tahun, tetapi tetap lebih lemah dibandingkan satu tahun yang lalu. Tenaga listrik yang digunakan oleh industri dan produksi semen pada triwulan 3 masih sedikit lebih rendah dibandingkan tahun yang lalu, walaupun pergerakan di bulan September harus dibaca secara hati-hati karena hari raya Idul Fitri dirayakan pada bulan itu. Akan tetapi, keduanya telah meningkat secara berarti sejak awal tahun 2009. Indeks produksi industri mencatat peningkatan yang cukup berarti dibanding angka pada triwulan 2 dan satu tahun yang lalu (sekitar 2 persen). Gambar 5: Penjualan kendaraan bermotor dan sepeda motor Gambar 6: Penjualan eceran dan kepercayaan konsumen BI (pembelian bulanan) 800 (indeks) '000 '000 80 120 Sepeda Motor (LHS) 600 BI Consumer Survey Index BI Retail sales 60 230 100 190 80 150 40 400 Kendaraan Bermotor (RHS) 200 20 0 0 Okt -05 Index Index Okt -06 Okt -07 Okt -08 Sumber-sumber: GAI dan Astra melalui CEIC THE WORLD BANK | BANK DUNIA Okt -09 60 Sep-05 110 Sep-06 Sep-07 Sep-08 Sep-09 Catatan dan sumber: Indeks kepercayaan konsumen BI adalah 100 ketika jumlah bersih responden dengan pandangan positif sama dengan jumlah dengan pandangan negatif. BI melalui CEIC. Desember 2009 2 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Ekspor bersih terus menyokong pertumbuhan dengan terus membaiknya arus perdagangan barang Kembali melaju? Nilai ekspor bersih terus mendukung pertumbuhan ekonomi dalam triwulan 3– karena ekspor riil terus meningkat lebih cepat dibanding impor riil. Arus perdagangan bulanan terus meningkat dari nilai rendah di bulan Februari, Agustus sampai Oktober, dengan nilai ekspor dan impor meningkat sekitar dua per tiga selama periode ini. Peningkatan ini didukung oleh pemulihan permintaan sejalan dengan ekonomi dunia yang meninggalkan resesi, dan peningkatan dalam nilai-nilai pendukung harga-harga komoditas dunia, yang membuat lebih tingginya harga ekspor Indonesia (Gambar 8). Data bulanan terakhir cukup bergejolak karena liburan Idul Fitri yang jatuh pada bulan September, dan juga karena nilai ekspor nikel selama tiga bulan yang dicatat sekaligus pada bulan Oktober. Tetapi walaupun terdapat dampak-dampak hal tersebut, arus perdagangan terus pulih memasuki triwulan 4, dengan ekspor meningkat 6 persen di bulan Oktober, didukung oleh ekspor elektronik, bahan bakar mineral dan karet. Peningkatan impor lebih lambat, karena hambatan dalam pemulihan impor barang modal (terutama untuk kendaraan, elektronik dan bagian mesin) dan impor besi dan baja tetap tidak bergairah. Arus perdagangan jasa membaik pada triwulan kedua sejak mengalami penyusutan yang parah pada pergantian tahun. Impor melanjutkan pemulihan ini pada triwulan 3, meningkat sebesar 2,5 persen triwulan ke triwulan — terutama karena pengeluaran yang lebih besar untuk pengiriman dengan meningkatnya arus barang Indonesia dan pemulihan harga pengiriman barang dunia. Akan tetapi ekspor jasa menyusut tipis (sebesar 0,8 persen pada triwulan ini), yang disebabkan oleh menurunnya ekspor usaha dan jasa pemerintah. Gambar 8: bersama dengan harga komoditas, yang mendukung harga ekspor Indonesia Gambar 7: Arus perdagangan membaik … (nilai dan neraca perdagangan, miliar dolar Amerika) 6 (di-indeks menjadi 100 pada bulan Juli 2007) USD milyar 15 USD milyar Neraca perdagangan (kiri) Indeks Indeks 190 190 Ekspor (kenan) 4 10 2 5 0 0 -2 -5 -4 -6 Oct-07 Impor (kenan Apr-08 Oct-08 Apr-09 Sumber: BPS dan Bank Dunia Tenaga 160 160 130 130 Ekspor 100 100 Non-tenaga -10 70 -15 Oct-09 40 Oct-07 70 40 Apr-08 Oct-08 Apr-09 Oct-09 Sumber: Harga komoditas global Bank Dunia. Harga ekspor Indonesia dihitung oleh Bank Dunia dari data perdagangan BPS a. Pemulihan ekonomi, dengan harga komoditas dunia yang lebih tinggi, telah menstabilkan inflasi lebih rendah selama satu dekade Setelah mengalami peningkatan pada triwulan ketiga, hargaharga tetap stabil di bulan Oktober dan November Dari paruh tahun sampai hari raya Idul Fitri, harga-harga konsumen meningkat dari tingkat inflasi yang sangat rendah pada paruh pertama tahun berjalan. Walaupun demikian, bahkan pada puncaknya di bulan Ramadan, ketika pengecer meningkatkan sebagian besar harga dengan menguatnya permintaan akan berbagai barang konsumsi, inflasi bulanan tidaknya lebih tinggi dari periode yang serupa pada tahun-tahun sebelumnya. Pada bulan Oktober, setelah minggu liburan Idul Fitri, ketika karyawan kembali bekerja dan permintaan kembali ke pola normal, banak dari kenaikan harga karena Ramadan, seperti banyak bahan pangan dan transportasi antar-kota, setidaknya menurun sebagian, menghasilkan laju inflasi bulanan yang rendah. Pasokan bahan pangan segar yang baik, dan menguatnya kurs tukar, menarik rata-rata harga konsumen untuk turun tipis antara bulan Oktober dan November. Pada bulan November, inflasi pokok tahun ke tahun telah turun hingga 2,4 persen, tingkat terendah sejak awal tahun 2000. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 3 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? …dengan penurunan harga-harga yang rentan, menambah penurunan terhadap inflasi secara umum Sementara beberapa bahan pangan segar (telur dan produk susu, kacang-kacangan dan lemak & minyak) dan sebagian besar harga transportasi berada dalam keadaan lemah pada bulan September sampai November, laju inflasi untuk sebagian besar barang lain juga telah melambat. Inflasi inti, yang tidak termasuk harga yang cepat berubah dan yang diatur (termasuk bahan bakar yang diatur), tetap berada sekitar 2 titik persentase di atas tingkat pokok, walaupun nilainya pun telah turun ke kisaran rendah selama dekade, pada 4,3 persen pada tahun berjalan di bulan November. Masyarakat berpenghasilan rendah juga mereguk keuntungan dari deflasi umum ini, walaupun mereka terus menghadapi laju harga sekitar 1 persen lebih cepat dari rata-rata konsumen Indonesia. Biaya konsumsi rumah tangga berpenghasilan rendah meningkat sebesar 3,2 persen pada tahun berjalan di bulan November. Menguatnya nilai rupiah telah menyeimbangkan kenaikan harga Peningkatan nilai rupiah tampaknya telah menyeimbangkan peningkatan harga (terhadap dolar Amerika, rupiah telah meningkat 8,3 persen dalam enam bulan per bulan November). Penghitungan ekonomis memperkirakan penguatan rupiah telah memangkas inflasi dalam kisaran 0,3 sampai 0,6 titik persentase, dengan beberapa sepersepuluhan titik persentase tambahan disinflasi pada awal tahun 2010. Hal ini terlihat pada hargaharga dari beberapa barang-barang yang lebih cepat diperdagangkan di dalam CPI. Enam bulan ke November, harga ‘peralatan’ (untuk transportasi, pendidikan dan rumah tangga), obat-obatan, dan pakaian wanita dan anak-anak telah meningkat di bawah nilai CPI keseluruhan – tetapi perbedaan pertumbuhan itu hanya tipis (lebih lemah 0,4 sampai 1,1 titik persentase dibanding keseluruhan CPI selama 6 bulan) dan inflasi lebih lemah untuk kebanyakan jasa yang berhubungan. Dampak penguatan itu lebih besar dirasakan oleh harga-harga hulu. Indeks keseluruhan harga perkulakan jatuh sebesar 3,5 persen pada tahun berjalan sampai bulan Oktober, yang sebagian disebabkan oleh harga-harge ekspor yang lebih rendah, yang kemudian mempengaruhi harga-harga industri, yang turun sebesar 8,2 persen pada tahun berjalan sampai bulan Oktober. Gambar 9: Peningkatan inflasi pada paruh tahun kedua tidak Gambar 10: …dan konsumen tidak mengira harga-harga berlanjut, sehingga inflasi jatuh ke nilai terendah dalam akan meningkat pada paruh pertama tahun 2010 (tingkat inflasi tahun ke tahun dan tingkat indeks perkiraan dekade inflasi) (tingkat inflasi tahun ke tahun dan bulan ke bulan) 5 4 3 Per cent Per cent Poverty basket inflation RHS) 15 12 Core inflation (RHS) 24 20 9 16 6 12 3 8 0 0 4 -1 -3 0 2 1 Inflation YoY (RHS) Inflation MoM (LHS) Jan 07 Jun 07 Nov 07 Apr 08 Sep 08 Feb 09 Jul 09 Dec 09 Sumber: Perkiraan BPS dan Bank Dunia atas inflasi keranjang kemiskinan Harga-harga keseluruhan ekonomi juga telah melambat, tetapi terus meningkat lebih cepat dari IHK Index Per cent Fresh food inflation (LHS) 199 190 Expected inflation, 6 momths ahead (advanced 6 months, RHS) 181 172 163 154 Inflation (LHS) 145 Jan 07 Jul 07 Jan 08 Jul 08 Jan 09 Jul 09 Jan 10 Sumber: BPS dan BI Laju peningkatan harga-harga lain juga telah melambat. Deflator PDB implisit, yang mengukur harga-harga seluruh ekonomi, meningkat sebesar 4,6 persen pada tahun berjalan sampai triwulan 3, laju terlambat sejak awal tahun 2004. Peningkatan harga triwulanan melambat pada triwulan 3 secara relatif terhadap triwulan 2, dengan menurunnya harga ekspor dan harga-harga barang investasi meningkat sebesar 1,0 persen dari triwulan 2 ke 3, laju triwulanan paling lambat sejak tahun 2003. Deflator harga implisit neraca nasional memberikan pandangan yang lebih luas akan pergerakkan harga lintas ekonomi dibanding indeks harga konsumen. IHK melaporkan harga-harga dari berbagai barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsi oleh rata-rata rumah tangga THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 4 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? perkotaan (dengan pembobotan pengeluaran), suatu pandangan yang penting tapi terbatas, karena konsumsi pribadi berjumlah sekitar 60 persen dari PDB dan setengah dari rumah tangga Indonesia terletak di luar daerah perkotaan. Ekspektasi inflasi meningkat lebih cepat dari inflasi aktual Perkiraan inflasi yang dimiliki oleh konsumen juga telah menjadi seimbang sejak Agustus (hampir 7 persen di atas triwulan 1). Konsumen memperkirakan harga-harga transportasi & komunikasi akan meningkat secara khusus pada enam bulan ke depan, walaupun harga-harga itu termasuk ke dalam kelompok yang memiliki harga paling lemah. Kalangan usaha terus menurunkan perkiraan inflasi masa depan yang mereka miliki, dengan hampir setengah responden survei BI memperkirakan inflasi di bawah 7 persen. 2. Indikator keuangan Indonesia tetap rentan, dengan peningkatan yang melebihi indikator lainnya a. Neraca pembayaran tetap surplus pada triwulan 3, dengan arus modal masuk ke dalam pasar keuangan Indonesia Surplus neraca pembayaran meningkat pada triwulan 3, karena peningkatan pada neraca keuangan… Surplus neraca pembayaran meningkat menjadi 3,5 miliar dolar Amerika pada triwulan 3 karena peningkatan neraca keuangan menjadi surplus 3,0 miliar dolar Amerika, yang cukup mengimbangi penyusutan dalam surplus neraca berjalan, menjadi 1,7 miliar dolar Amerika (Tabel 2). Tambahan alokasi 1,74 miliar dari hak penarikan khusus (2,7 miliar dolar Amerika) bagi Indonesia oleh IMF pada tanggal 21 Agustus, menambah ke surplus ini, seperti juga pembelian SBI dalam jumlah besar oleh pihak asing. Hal ini cukup mengimbangi pemindahan besar oleh penduduk Indonesia ke rekening-rekening bank asing. Surplus neraca pembayaran – dan khususnya penambahan penempatan hak penarikan khusus – meningkatkan cadangan devisa Indonesia menjadi 65,8 miliar dolar Amerika pada akhir bulan November, melampaui nilai tertinggi sebelum krisis pada bulan Juli 2008. Tabel 2: Peningkatan neraca keuangan meningkatkan surplus neraca pembayaran, menambah cadangan devisa (miliar dolar Amerika kecuali dinyatakan lain) 2005 .4 Balance of Payments Per cent of GDP 0.2 .3 Current Account Per cent of GDP 0.1 Trade Balance 8.4 Net Income & Current Transfers -8.1 .3 Capital & Financial Accounts Per cent of GDP 0.1 Direct Investment 5.3 Portfolio Investment 4.2 Other Investment -9.4 -.2 Errors & Omissions 34.7 Foreign Reserves* 2007 2008 12.7 -1.9 3.5 -0.5 10.5 .1 2.9 0.0 20.9 9.9 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 1.0 1.3 -.1 -4.2 0.8 1.0 -0.1 -3.8 2.7 -1.0 -1.0 -.6 2.3 -0.8 -0.7 -0.6 4.5 2.1 2.5 .9 Q1 4.0 3.5 2.7 2.4 4.3 -8.9 -10.4 -9.8 3.0 3.6 -1.9 1.1 1.0 -0.4 2.2 2.3 3.4 4.3 5.6 1.7 -3.8 -4.8 -7.3 .6 -1.4 -.2 42.6 56.9 51.6 -1.7 -3.1 -3.4 -1.6 -.5 2.1 2.4 -5.8 -0.4 1.6 1.6 -5.2 .6 .2 1.9 .7 2.0 4.2 -.1 -4.4 -3.2 -2.3 .4 -2.2 -1.2 .2 -1.5 2.2 59.0 59.5 57.1 51.6 -1.6 -2.5 -2.9 1.9 -2.2 3.0 1.7 -1.7 2.0 .8 .2 -.1 1.9 2.0 3.4 -.8 -4.5 -.4 -.7 .4 -1.2 54.8 57.6 62.3 2006 14.5 5.1 10.9 3.8 19.8 2009 Q2 1.1 0.8 2.9 2.2 5.4 Q3 3.5 2.4 1.7 1.2 4.6 * Cadangan devisa pada akhir September. Cadangan devisa naik menjadi 65.8 miliar dolar Amerika pada akhir November. Sumber: BI, BPS melalui CEIC, dan Bank Dunia Peningkatan peringkat obligasi obligasi Indonesia telah mendukung arus masuk keuangan Peningkatan peringkat obligasi negara Indonesia telah mendukung arus masuk, walaupun pengaturan waktunya kemungkinan besar akan memberikan dampak yang lebih nyata pada triwulan 4.Moody’s meningkatkan peringkat obligasi negara Indonesia dalam mata uang asing dan rupiah menjadi Ba2 dari Ba3 pada tanggal 16 September, dengan alasan ketahanan ekonomi negara yang kokoh selama krisis keuangan dunia. Sebulan kemudian, Standard & Poor’s meningkatkan proyeksi ekonomi Indonesia dari stabil menjadi positif, dan menguatkan peringkat kredit obligasi negaranya, 'BB-' untuk obligasi THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 5 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? jangka panjang dalam mata uang asing dan 'BB+' untuk yang dalam rupiah, dengan alasan kebijakan makro yang berhati-hati dan kepemimpinan yang berkehendak melakukan reformasi. Arus modal terus menuju keseimbangan normal Walaupun sifatnya cepat berubah, arus masuk neraca keuangan terus kembali ke pola yang lebih normal pada triwulan 3, setelah goncangan yang terjadi pada penggantian tahun. Investor portofolio asing kembali sebagai pembeli dalam jumlah yang berarti dalam pasar saham dan obligasi setelah sempat memangkas kepemilikan mereka pada beberapa triwulanan terakhir. Perusahaan telah masuk kembali ke pasar kredit luar negeri setelah absen cukup lama, sejalan dengan derasnya dana global yang mengalir ke penerbit obligasi korporasi pada pasar-pasar yang berkembang. Akhirnya, kredit perdagangan telah mendekati tingkat pra-krisis – sejalan dengan meningkatnya kegiatan perdagangan dan membaiknya kondisi-kondisi keuangan. …walaupun penanaman modal asing masih terus melemah, khususnya pada sektor minyak dan gas Satu pengecualian penting terhadap normalisasi ini adalah makin menurunnya penanaman modal asing (PMA), dimana investor pada sektor minyak dan gas mengurangi investasi mereka dan menarik dana, sementara investasi non-migas masih tetap lemah. Investasi masyarakat Indonesia diluar negeri turun menjadi 0.5 miliar dolar Amerika pada triwulan ini, sekitar sepertiga dari tingkat biasanya. …dan penduduk Indonesia memindahkan dana jumlah yang besar dari biasanya ke bank diluar generi Pengecualian lainnya adalah penduduk Indonesia masih terus memindahkan dana dalam jumlah besar ke deposito bank di luar negeri. Sejumlah 10 miliar dolar Amerika yang ditempatkan di luar negeri sampai triwulan 3, nilai terbesar yang pernah tercatat dari triwulanan 4 yang pernah terjadi. Besarnya transfer ini di triwulan 3, 3.5 miliar dolar Amerika, tidak biasanya karena penguatan kondisi pasar pada periode ini, dimana sebelumnya biasanya terjadi ketika kondisi pasar melemah. b. Pasar saham dan pendapatan tetap dan Rupiah cenderung terus menguat, pada laju yang lebih lambat IHSG telah menguat 92 persen sejak bulan Maret, membuatnya menjadi yang terbaik secara regional, hanya di bawah Bursa Saham Bombay Sementara kebanyakan indeks saham di Asia mencetak prestasi yang baik pada enam bulan terakhir, kenaikan 92 persen yang dicapai oleh IHSG sejak bulan Maret hanya dapat dilampaui oleh Bursa Saham Bombay, yang melejit hingga 109 persen pada jangka waktu yang sama (Gambar 11). Seperti kebanyakan pasar, laju pertumbuhan telah melambat sejak bulan September. Setelah melewati 2.500 poin pada pertengahan Oktober dengan tingkat transaksi yang terakhir tercatat pada awal bulan Maret 2008, IHSG merosot tipis pada akhir bulan Oktober dengan adanya spekulasi bahwa pemulihan pada pasar keuangan global terlalu dibesar-besarkan, dan mengendurnya beberapa sentimen pasar positif sehubungan dengan perkembangan politik dalam negeri. Akan tetapi penurunan itu hanya berlangsung singkat dan pasar saham merambat naik lagi pada paruh kedua bulan November. Rupiah telah mengalami apresiasi secara berarti terhadap dolar Amerika dan valuta asing lain dalam enam bulan terakhir, walaupun masih berada di bawah tingkat kurs tukar sebelum bulan September 2008 Sejalan dengan itu, Rupiah telah menguat secara berarti terhadap dolar Amerika dan valuta asing utama lainnya pada enam bulan terakhir, sebelum bergerak pada kisaran 400 rupiah pada sekitar 9.450 dari awal bulan Oktober ke awal bulan Desember. Sejak bulan Maret, rupiah telah menguat 22 persen terhadap dolar Amerika, lebih dari 13 persen terhadap Euro dan dolar Singapura, dan 8 persen terhadap poundsterling Inggris. Pergerakan IDR/USD secara khusus menarik perhatian dan kemudian menimbulkan beberapa keprihatinan kalangan otoritas Indonesia mengenai ketahanan penguatan itu dan juga dampaknya pada daya saing. Walaupun tingkat penguatan Rupiah terhadap dolar Amerika tidaklah aneh dengan cepat berubahnya (‘beta’) pasar uang Indonesia, melemahnya dolar Amerika terhadap mata uang wilayah dan utama menunjukkan bahwa terdapat alasan lain di belakang cerita Rupiah itu (Gambar 12). Sebagai contoh, sejak bulan Maret, won Korea telah meningkat 26 persen relatif terhadap dolar Amerika, dan dolar Australia telah menguat sebesar 45 persen. Penguatan Rupiah membawanya ke kurs tukar dengan dolar Amerika yang terakhir tercatat pada bulan Januari 2008, sementara rupee India dan won Korea masih cukup lemah. (Bagian B memberikan pengamatan yang lebih rinci atas penguatan Rupiah yang belakangan terjadi dan faktor pendorongnya.) THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 6 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Gambar 11: IHSG meningkat lebih tinggi dari kebanyakan index regional lainnya, sebelum mulai mendatar di penghujung bulan September Gambar 12: …dan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika adalah yang kedua terkuat secara regional (Indeks saham di-indeks ke 100 pada 2 Jan 2008) (Pasangan valuta di-indeks ke 100 pada 2 Jan 08) 115 Index 2 Jan 08 = 100 Index 2 Jan 08 = 100 Thailand SET 100 115 Singapore SGX Jakarta JCI Index 2 Jan 08 = 100 March 2009 70 70 55 AUD/USD (RHS) EUR/USD (RHS) USD Appreciation 145 85 115 KRW/USD (LHS) 55 85 115 IDR/USD (LHS) 55 Shanghai Composite 85 40 Bombay BSE 25 Jan‐08 Index 2 Jan 08 = 100 100 85 40 175 March 2009 25 Apr‐08 Jul‐08 Oct‐08 Feb‐09 May‐09 Aug‐09 Sumber: FRB, CEIC dan Bank Dunia Yield obligasi pemerintah dalam mata uang Rupiah dan dolar Amerika telah turun ke tingkat tahun 2007 dengan kebijakan moneter yang lebih longgar, rendahnya inflasi dan kuatnya permintaan Dec‐09 INR/USD (LHS) SGD/USD (LHS) 145 JPY/USD (LHS) 55 Jan‐08 175 Apr‐08 Jul‐08 Oct‐08 Feb‐09 May‐09 Aug‐09 Dec‐09 Sumber: CEIC dan Bank Dunia Memasuki bulan September obligasi negara dalam rupiah dan dolar Amerika secara umum meneruskan kecenderungan penguatan yang dimulai pada bulan Maret, sebelum diperdagangkan pada kisaran 50 basis poin sampai awal bulan Desember, dengan kebijakan moneter masih tetap longgar dan inflasi Indonesia di bulan Oktober dan November berada di bawah perkiraan analis pasar. Pada tiga bulan itu, yield lintas kurva jatuh tempo bergerak sejalan, dan pada awal bulan Desember keseluruhan kurva yield telah kembali ke tingkat yang dijumpai pada awal tahun 2007 (Gambar 13). Yield obligasi negara 5 tahun dalam rupiah telah menyusut 33 persen sejak bulan Maret, dari hampir 14 persen menjadi sekitar 9,35 persen pada akhir bulan November. Walaupun terjadi penurunan ini, yield obligasi Indonesia dalam rupiah masih tetap lebih tinggi dibanding yang lain dalam wilayah yang sama. Tingkat spread EMBI obligasi Indonesia dalam dolar Amerika juga telah pulih ke tingkat akhir tahun 2007, juga makin seimbang dari akhir bulan September (Gambar 14), dan tetap berada di bawah rata-rata tingkat spread pasar baru global terhadap obligasi Amerika Serikat. Karena spread EMBI suatu negara umumnya dianggap sebagai gambaran pengukuran “risiko suatu negara", menyusutnya spread Indonesia dapat dianggap sebagai penunjuk berkurangnya risiko negara pada beberapa bulan terakhir sehingga membantu menarik penanam modal dan modal ke dalam pasar-pasar keuangan Indonesia. Reformasi subsidi bahan bakar dan kebutuhan pendanaan pemerintah yang lebih kecil pada tahun 2010 akan terus mendukung harga obligasi Menuju ke depan, agenda reformasi subsidi energi pemerintah yang mungkin ditetapkan di tahun 2010 dapat menyusutkan yield obligasi dengan menghilangkan suatu sumber perubahan cepat dan ketidakpastian inflasi pada pembiayaan pemerintah, yang cenderung meningkatkan yield jangka panjang. Selain itu, defisit fiskal yang lebih rendah dari perkiraan pada tahun ini telah menurunkan kebutuhan pembiayaan pemerintah untuk tahun 2010. Artinya diperlukan penerbitan lebih sedikit obligasi untuk tahun depan yang juga akan membantu mendukung harga-harga obligasi. Kuatnya harga-harga di pasar keuangan tidak tersalur ke harga-harga aktiva lainnya Pemulihan yang kuat dalam harga-harga aktiva keuangan pada ekonomi-ekonomi yang lain juga mengangkat harga-harga aktiva non-keuangan, terutama bagi apartemen dan properti komersial. Tapi hal ini tidak terlihat di Indonesia. Pertumbuhan dalam harga jual apartemen, ruang kantor, eceran dan industri di wilayah Jabodebek semuanya melambat ke hampir nol pada triwulan 2 atau 3 di tahun 2009, dari laju pertumbuhan sekitar 15 persen di tahun 2008 bagi kantor-kantor dan apartemen. Perlambatan ini dapat mencerminkan keseimbangan pasar, dengan kenaikan tipis dalam tingkat tersedianya ruang dan menurunnya tingkat penjualan pada tiga triwulan pertama tahun 2009. Di THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 7 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? tengah perkembangan ini, sewa terus bertumbuh cukup kuat (sebesar 11,6 persen di tahun sampai dengan triwulan 3 untuk apartemen, walaupun laju pertumbuhan sewa telah melambat sejak akhir tahun 2008 untuk semua jenis properti). Gambar 14: Obligasi negara Indonesia dalam dolar Amerika telah menetap pada tingkat yang sedikit di atas rata-rata Gambar 13: Yield obligasi pemerintah mata uang lokal, terus historis jangka lebih panjang, tetapi telah menguat lebih dari menurun lintas seluruh tenor sejak bulan Maret, telah sebagian besar pasar-pasar berkembang debt (Spread EMBI Indonesia terhadap obligasi Amerika Serikat kembali ke tingkat awal tahun 2007 dan perbedaan antara spread Indonesia and rata-rata pasar berkembang dunia, keduanya dalam basis poin) (Yield obligasi negara rupiah 1 tahun hingga 15 tahun, persen) 14.5 Percent Percent 2 March 2009 13.5 12.5 14.5 13.5 1200 Basis points 1000 1 May 2009 11.5 800 1 September 2009 10.5 10.5 26 March 2007 8.5 9.5 600 400 300 Indonesian EMBI USD Bond Spreads (LHS) 12.5 11.5 9.5 Basis points 200 Indonesian Spreads Less Global EMBI Average (RHS) 100 400 0 200 ‐100 8.5 1 December 2009 7.5 7.5 6.5 6.5 1Y 2Y 3Y 4Y 5Y 6Y 7Y 8Y 9Y 10Y 11Y 12Y 13Y 14Y 15Y Sumber: CEIC dan Bank Dunia 0 Jan‐05 ‐200 Oct‐05 Aug‐06 May‐07 Mar‐08 Dec‐08 Oct‐09 Sumber: JP Morgan, Datastream dan Bank Dunia c. Penguatan pasar keuangan dan kurs tukar valuta sebagian disebabkan oleh arus masuk modal lancar yang cukup besar Arus masuk modal asing yang besar memainkan peran yang penting dalam memperkuat harga-harga aktiva keuangan dan Rupiah Faktor penyumbang penting kepada penguatan Rupiah dan pasar modal dari bulan Maret ke Desember adalah arus masuk modal asing berukuran besar ke Indonesia. Investor asing telah menanamkan sekitar 6,5 miliar dolar nilai bersih dalam aktiva keuangan Indonesia sejak bulan Maret, sebagian besar dana itu masuk di bulan September dan minggu pertama bulan Oktober, sebelum membalik lagi menjelang akhir Oktober dan relatif stabil selama bulan November. Arus masuk ini telah meningkatkan keseluruhan kepemilikan asing atas saham, obligasi pemerintah dan instrumen-instrumen pasar uang jangka pendek sebesar 28 persen (Gambar 15). Karena bukan penduduk memiliki kepemilikan yang cukup berarti dalam pasar keuangan Indonesia yang relatif dangkal, pergerakkan modal asing seperti itu dapat membawa dampak yang besar pada hargaharga aktiva. Sebagian besar didorong oleh perdagangan, arus masuk ini membawa lebih banyak dana untuk investasi, tetapi juga dapat mengganggu stabilitas jika pemilik modal tiba-tiba mengubah sentimen dan menarik kembali dananya Alasan dibelakang arus masuk ini tidaklah khusus terjadi di Indonesia tetapi terhubung dengan rendahnya suku bunga di Amerika Serikat dan melemahnya dolar Amerika, yang membawa penanam modal untuk membawa perdagangan ukuran besar untuk mengambil keuntungan dari aktiva-aktiva dengen yield yang lebih tinggi pada pasar-pasar berkembang. Sementara arus masuk itu baik sejauh ini karena mereka memicu majunya ekonomi dan pasar, mereka dapat mengganggu stabilisasi bila hanya didorong oleh pengambilan keuntungan karena perbedaan harga sehingga mengalir ke luar secepat mereka masuk. Pasar modal Indonesia yang terbuka dan perbedaan suku bunga yang tinggi membuatnya sangat menarik bagi arus masuk itu tetapi juga membiarkan Indonesia sangat rentan terhadap berbaliknya sentimen penanam modal secara tiba-tiba. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 8 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Gambar 15: Indonesia telah menyerap 6,5 miliar dolar Amerika dalam modal asing sejak bulan Maret, 2,6 miliar dolar Amerika pada bulan September dan awal Oktober Kembali melaju? Gambar 16: Sejak bulan Maret cadangan devisa telah menguat sementara pertumbuhan M2 telah melambat, menunjukkan BI telah melakukan pengamanan (Arus masuk dan total bagian modal asing bersih dari saham, (M2 dalam miliar rupiah; cadangan internasional dalam obligasi pemerintah dan instrumen pasar uang, miliar rupiah) miliar dolar Amerika) 240000 IDR billion IDR billion 8000 2250 IDR trillion USD billion 75 March 2009 Total Foreign Capital Stock (LHS) 190000 4000 Total Net Foreign Inflows (RHS) 40000 ‐10000 Oct‐08 Dec‐08 Feb‐09 Apr‐09 Jun‐09 Aug‐09 Sumber: BI, CEIC dan Bank Dunia Penumpukkan cadangan internasional dan tidak adanya pertumbuhan dalam pasokan uang sejak bulan Maret mencerminkan bahwa BI mencoba untuk mengimbangi dampak arus masuk modal pada kurs tukar dan uang beredar 65 TotalReserves (RHS) 140000 90000 2000 Oct‐09 0 1750 ‐4000 1500 55 45 M2 Broad Monetary Aggregates (LHS) ‐8000 1250 ‐12000 1000 35 25 Jan‐06 Jun‐06 Nov‐06 Apr‐07 Sep‐07 Feb‐08 Jul‐08 Dec‐08 May‐09 Oct‐09 Sumber: BI, CEIC dan Bank Dunia Untuk menetralkan dampak masuknya arus modal pada kurs tukar dan basis moneter, bank sentral dapat melakukan intervensi ke pasar kurs valuta asing dengan membeli valuta asing dengan menggunakan mata uang lokal, lalu menggunakan operasi pasar terbuka untuk menghilangkan likuiditas yang tercipta oleh penjualan mata uang lokal. BI tampaknya telah melakukan hal ini sampai ke suatu tingkatan. Cadangan internasional meningkat sebesar 23 persen dari awal bulan Maret (ketika Rupiah memulai penguatan berkesinambungan terhadap dolar Amerika) dari 53,7 miliar dolar Amerika menjadi 65,8 miliar dolar Amerika pada akhir bulan November (Gambar 16), setara dengan 6,3 persen jumlah uang dasar (M2) di bulan Maret. Perlambatan pasokan uang yang tidak biasa pada waktu pertumbuhan yang kuat dalam cadangan, yang tumbuh pada tingkat yang disetahunkan sebesar 8,3 persen sampai bulan September, bandingkan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 18,3 persen di tahun 2006 dan 2007. Pada saat yang sama persediaan SBI tumbuh setara 3,5 miliar dolar Amerika, sehingga simpanan SBI yang diterbitkan berada di kisaran 2,4 persen dari jumlah uang dasar. Persediaan SBI lebih dari empat kali lipat ini terjadi ketika BI melonggarkan kebijakan moneter sehingga diharapkan akan menyusutkan persediaan dari SBI yang ada. Sementara seringkali sulit bagi bank sentral dalam ekonomi berkembang untuk mengatur perubahan jangka pendek dalam basis moneter dengan baik melalui operasi pasar terbuka, BI tampaknya cukup berhasil dalam membatasi dampak meningkatnya dengan cepat cadangan pada pasokan uang. d. Walaupun sektor perbankan kuat, pertumbuhan kredit hanya menunjukkan sedikit pemulihan Keseluruhan sektor perbankan cukup sehat, menurut rasio keuangan dan laporan pendapatan Pendapatan bank-bank utama dan berbagai penunjuk agregat seperti kecukupan modal dan pengembalian aktiva mencerminkan tingkat kesehatan yang menggembirakan untuk keseluruhan sektor perbankan. Pada bulan September, rasio kredit macet bank umum turun ke 3,8 persen, hanya sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata tahun 2008 sebesar 3,6 persen, tetapi sudah cukup jauh di bawah rata-rata tahun 2007 dan 2006 sebesar 5,6 persen dan 8,0 persen. …tetapi pertumbuhan kredit hanya mencatat sedikit pemulihan pada bulan-bulan terakhir Walaupun cukup sehat, kredit baru bank-bank tetap bertumbuh lambat, walaupun sudah lebih tinggi dibanding triwulan 2. Kredit telah bertumbuh sebesar 6 persen sampai saat ini di tahun 2009, dibandingkan dengan 32 persen di tahun 2008. Percepatan lanjutan mungkin sekali terjadi, bila persetujuan kredit baru kembali ke tingkat seperti yang terjadi pada pertengahan tahun 2008 pada triwulan 3 tahun 2009. (Gambar 17) Sementara kredit telah terhambat pada kebanyakan ekonomi regional tahun ini (tidak termasuk India), perlambatan di Indonesia cukup menarik perhatian karena pertumbuhan pesatnya selama dua tahun, yang kemudian tiba-tiba berhenti pada bulan Oktober 2008. (Gambar 18). THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 9 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Gambar 17: Pertumbuhan kredit dan persetujuan pinjaman telah membaik pada bulan-bulan terakhir setelah merosot pada awal tahun ini (Total pinjaman dalam triliun rupiah; pertumbuhan kredit dalam persentase perubahan tahun ke tahun) IDR trillion 200 Percent YoY Credit Growth (RHS) 180 Gambar 18: Sementara kebanyakan ekonomi mengalami perlambatan kredit, Indonesia menarik perhatian karena pertumbuhan kreditnya yang cepat dalam dua tahun sebelum Oktober 2008 (Kredit bank umum di-indeks ke Jan 06=100) 40 35 275 Index Jan 06 =100 Index Jan 06 = 100 255 255 India 235 160 New Loan Approvals (LHS) 140 30 120 25 100 20 235 215 215 Indonesia 195 175 195 175 Malaysia 155 155 80 15 60 10 40 5 20 Jan‐07 May‐07 Sep‐07 Jan‐08 May‐08 Sep‐08 Sumber: CEIC dan Bank Dunia Tingkat bunga pinjaman tetap tinggi walaupun tingkat SBI telah dipotong sebesar 300 bps dan penetapan batasan suku bunga deposito untuk memangkas biaya Singapore USA Thailand 135 115 Philippines 135 115 95 95 Jan‐06 Jan‐09 May‐09 Sep‐09 275 Dec‐06 Nov‐07 Oct‐08 Sep‐09 Sumber: FRB dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia Di antara faktor-faktor sisi penawaran dan permintaan yang menyebabkan perlambatan, tingginya biaya peminjaman terlihat mencolok. Suku bunga kredit telah berada di atas 14 persen sejak bulan Oktober 2008, walaupun BI telah memotong 300 bps dari BI Rate-nya antara bulan Desember hingga Agustus tahun ini. (Gambar 19) Indonesia merupakan satu-satunya negara di wilayahnya dengan suku bunga kredit dan simpanan yang lebih tinggi pada bulan Juni 2009 dibanding satu tahun sebelumnya, walaupun telah dilakukan pemotongan BI Rate. (Gambar 20) Gambar 19: Walaupun bank sentral telah melakukan berbagai upaya, suku bunga kredit hanya turun 7 persen sejak puncaknya pada Januari sementara suku bunga simpanan telah turun sebesar 31 persen Gambar 20: Indonesia adalah satu-satunya negara dengan peningkatan tingkat pemberian kredit dan simpanan pada tahun sampai dengan Juni 2009 (perbedaan tingkat antara Juni 2008 dan Juni 2009, poin (net interest margin, suku bunga kredit dan simpanan, persen) persentase) 6.00 Percent Percent Lending Rates (RHS) 5.80 15.5 14.5 6 4 Percentage point Percentage point Lending Rate Deposit Rate CB Policy Rate Lending‐Deposit Lending‐Policy Rate Spread Difference Difference Difference Spread 6 4 13.5 12.5 5.60 11.5 Net Interest Margin (LHS) 2 2 0 0 ‐2 ‐2 ‐4 ‐4 10.5 5.40 9.5 Deposit Rates (RHS) 5.20 8.5 7.5 ‐6 ‐6 5.00 6.5 Sep‐07 Dec‐07 Mar‐08 Jun‐08 Sep‐08 Dec‐08 Mar‐09 Jun‐09 Sumber: CEIC dan Bank Dunia Sep‐09 Indonesia Malaysia United Singapore Philipines United Kingdom States China India Thailand Sumber: FRB dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia BI mencoba untuk menurunkan suku bunga kredit dengan penandatanganan perjanjian sukarela dengan 14 bank umum terbesar di bulan Agustus untuk membatasi suku bunga simpanan. Perjanjian ini dimaksudkan untuk menurunkan persaingan antar bank yang meningkatkan biaya dana bagi bank-bank. Dampaknya masih terbatas pada bulan Oktober, dengan suku bunga simpanan turun 100 basis poin dari bulan Juni, sementara suku bunga kredit hanya turun sebesar 35 basis poin. Sejak puncaknya pada pergantian THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 10 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? tahun, suku bunga kredit hanya turun sebanyak 106 basis poin, sementara suku bunga simpanan telah menurun lebih dari 330 basis poin. Kekakuan suku bunga kredit memungkinkan selisih tingkat suku bunga tetap relatif tinggi dibanding negara-negara lain di wilayah yang sama Bertahannya suku bunga kredit ini, sementara suku bunga simpanan telah turun, menjaga net interest margin (NIMs) pada atau di atas 5,5 persen sejak bulan Maret, dibandingkan ke negara-negara lain dalam wilayah yang sama dengan kisaran NIM pada 3-4 persen. Sementara net interest margin yang tinggi memberikan keuntungan tertinggi bagi bankbank Indonesia di wilayah yang sama, melebarnya perbedaan antara suku bunga kredit dan simpanan dan tabungan meningkatkan biaya investasi, pelandaian investasi dan dapat membatasi pertumbuhan ekonomi. …dan BI hendak menurunkannya pada pertengahan tahun 2010 Sehubungan dengan hal ini, pada pertengahan bulan November BI menyatakan bahwa ia akan mengimbau sektor perbankan untuk menurunkan net interest margin pada bulan Juni 2010. Sebelum menerbitkan kebijakan resmi, bank sentral akan melakukan penelitian mendalam atas bangunan biaya dari industri perbankan Indonesia. BI juga tidak yakin apakah penurunan net interest margin akan benar-benar menyebabkan dukungan kepada pengucuran kredit bank-bank. Dengan pengetatan standar kredit pasca krisis dan tekanan ke bawah pada suku bunga kredit pada tahun ini, bank-bank telah meningkatkan investasi dalam obligasi pemerintah dan instrumen pasar uang, yang memberikan yield yang relatif tinggi dan bebas risiko, dibanding mengucurkan kredit. Tekanan tambahan untuk menyusutkan net interest margin dan menurunkan suku bunga kredit akan membuat bank-bank makin enggan untuk mengucurkan kredit, dan hanya akan meningkatkan ketergantungan mereka kepada investasi dalam obligasi pemerintah dan pendapatan dari jasa giro. 3. Prospek ekonomi diharapkan sedikit lebih kuat dari proyeksi triwulan yang lalu, dengan pemulihan bertahap yang terus berlangsung Prospek pertumbuhan Indonesia sedikit membaik pada tiga bulan terakhir Prospek ekonomi Indonesia telah membaik pada tiga bulan terakhir (Gambar 21). Ekonomi diharapkan akan tumbuh sebesar 4,5 persen di tahun 2009, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 4,3 persen, karena ekonomi negara-negara mitra dagang utama lebih baik dari perkiraan sebelumnya pada pertengahan tahun, konsolidasi dari meningkatnya harga-harga komoditi, dan menguatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 3 dari perkiraan awal. Pertumbuhan pada tahun 2010 diperkirakan berada pada 5,6 persen, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 5,4 persen. Pertumbuhan diperkirakan akan cenderung kembali sekitar 6 persen mulai tahun 2011. Peningkatan prospek ini mengikuti PDB triwulan 3 yang sedikit lebih kuat dari perkiraan dan meningkatnya prospek dan lingkungan eksternal. Pertumbuhan investasi diperkirakan akan kembali meningkat sementara belanja negara akan tetap kuat Pendorong utama pertumbuhan Indonesia di tahun 2010 diperkirakan akan tetap datang dari permintaan dalam negeri, dengan dukungan pemulihan sektor eksternal (Tabel 3). Pengeluaran konsumsi swasta diperkirakan akan meningkat dari tahun 2009, tumbuh sekitar 5,1 persen di tahun 2010 dengan terus berlangsungnya dampak dari stimulus fiskal, pertumbuhan harga yang moderat dan peningkatan pendapatan. Pertumbuhan investasi juga diperkirakan akan meningkat di tahun 2010, dengan meningkatnya hargaharga komoditas dan permintaan eksternal, dan lebih tersedianya layanan pendanaan, mendukung rencana-rencana penanam modal. Belanja pemerintah diperkirakan akan terus tumbuh dengan belanja yang lebih besar untuk program-program inti pemerintahan dan tingkat pencairan yang lebih baik. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 11 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Gambar 22: …. bersamaan dengan sedikit membaiknya pertumbuhan mitra dagang Indonesia (rata-rata persentase pertumbuhan tahunan tujuan ekspor Indonesia) Gambar 21: Prospek pertumbuhan Indonesia meningkat (pertumbuhan rata-rata tahunan PDB, persen) 8 Persen Persen September memperbarui 8 Ramalan Ramalan sekarang 6 4 4 2 2 0 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: BPS dan perkiraan Bank Dunia Persen September memperbarui 6 Inflasi diharapkan akan meningkat secara perlahan, dimana penguatan Rupiah memberi dampak pengimbang terhadap prospek pertumbuhan dan harga komoditas 8 Persen 8 Ramalan 6 6 Ramalan sekarang 4 4 2 2 0 0 -2 -2 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: CEIC, Consensus Forecasts Inc dan Bank Dunia Setelah sedikit lebih kuat dari perkiraan di bulan Agustus dan September dan lalu lebih lemah dari perkiraan pada bulan Oktober dan November, prospek inflasi IHK (indeks harga konsumen) di tahun 2009 hanya sedikit berubah, dengan laju tahunan sebesar 4,8 persen. Mulai meningkatnya pertumbuhan PDB dan harga komoditas yang berlangsung sejak triwulan 2 dan diproyeksikan akan terus berlangsung akan mendorong peningkatan harga-harga secara bertahap, dengan laju inflasi tahunan meningkat menjadi 5,5 hingga 6 persen di tahun 2010 dan 2011. Tambahan penguatan rupiah pada beberapa bulan terakhir telah menurunkan prospek – dengan perkiraan akhir menunjukkan bahwa penguatan 10 persen dari rupiah terhadap dolar Amerika menurunkan harga sebesar 0.6 hingga 0,9 persen selama sekitar 6 bulan, mengindikasikan bahwa depresiasi sampai Oktober akan membatasi peningkatan harga menuju triwulan 2 tahun 2010. Tingkat inflasi yang dialami oleh rumah tangga berpenghasilan rendah, dan tingkat inflasi inti (tidak termasuk harga yang cepat berubah dan yang terkendali), diproyeksikan untuk secara bertahap bergabung dengan tingkat IHK dengan mengikuti tren yang sama, meningkat menuju 6 persen di tahun 2010 dan bertahap pada kisaran itu memasuki tahun 2011. Penguatan kurs tukar diperkirakan akan memiliki dampak yang lebih besar pada inflasi inti, dan dampak yang lebih kecil pada laju inflasi rumah tangga berpenghasilan rendah (karena sebagian besar belanja rumah tangga miskin membelanjakan barangbarang dengan harga yang ditentukan dari dalam negeri). Prakarsa kebijakan khusus untuk lebih baik menyasar energi dan subsidi lainnya dan untuk memungkinkan harga-harga yang diatur untuk bergerak lebih sejalan dengan biaya ekonomi belum diumumkan, di luar beberapa penyesuaian untuk membawa tarif listrik lebih dekat dengan biaya penawaran dan sebagian dalam harga LPG; kedua prakarsa ini memiliki dampak kecil pada keseluruhan IHK. Reformasi demikian memiliki risiko terhadap proyeksi inflasi, karena harga-harga mengalami kenaikan secara signifikan. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 12 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Tabel 3: Indikator makroekonomi Indonesia (Persen perubahan, kecuali dinyatakan lain) Annual Year to December quarter Revisions to Annual 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2009 2010 2011 5.9 6.0 5.6 5.4 6.4 5.1 5.1 5.4 0.8 0.7 0.4 5.3 5.0 5.1 5.3 4.8 4.7 4.9 5.3 0.5 0.4 0.3 Government consumption 10.4 12.7 8.8 5.8 16.4 7.7 8.9 6.1 1.9 2.6 1.1 Gross fixed capital formation 11.7 3.7 9.0 7.4 9.1 4.7 8.5 6.9 1.0 0.8 0.6 Exports of goods and services 9.5 -11.4 8.8 10.8 1.8 -3.0 6.7 12.6 0.7 -0.8 -0.5 Imports of goods and services 10.0 -19.5 12.6 12.1 -3.5 -8.7 9.3 13.6 -1.0 -0.6 0.4 Official poverty rate (%) 15.4 14.2 13.5 11.4 n/a n/a n/a n/a n/a -0.1 -0.1 6.1 4.5 5.6 6.0 5.2 5.4 5.6 6.1 0.2 0.2 0.1 9.9 17.7 10.0 10.9 n/a n/a n/a n/a 0.8 -1.9 -0.3 Balance of payments (USD bn) -1.9 11.8 5.0 3.0 n/a n/a n/a n/a -0.2 -3.0 0.8 Financial account balance (USD bn) -2.2 4.5 4.1 2.7 n/a n/a n/a n/a 1.0 -1.4 -0.4 Consumer price index 9.8 4.8 5.4 5.9 11.5 2.7 6.0 6.3 0.1 -0.3 -0.6 Poverty basket Index 11.6 5.8 5.4 5.9 13.5 2.9 6.4 6.2 0.1 -0.3 -0.4 1. Main economic indicators Total Consumption expenditure Private consumption expenditure Gross Domestic Product 2. External indicators Trade balance (USD bn) 3. Other economic measures GDP Deflator 18.2 7.3 9.2 10.9 17.1 6.0 7.4 13.0 -1.7 -2.1 0.9 Nominal GDP 25.4 12.1 15.3 17.6 23.1 11.8 13.3 19.8 -1.6 -1.9 1.1 9757 10362 9500 9500 11365 9500 9500 9500 -153 -500 -500 4. Economic assumptions Exchange rate (IDR/USD) Interest rate (SBI, 1 month) Indonesian crude price (USD/bl) Major trading partner growth 8.7 7.1 6.5 6.5 9.4 6.5 6.5 6.5 -0.2 -0.5 -0.5 97.0 60.9 79.0 83.6 52.8 72.5 81.3 84.5 0.7 4.9 8.0 2.4 -0.9 3.8 3.9 -1.3 3.0 3.2 4.2 0.9 0.5 0.5 Catatan: Proyeksi arus perdagangan berhubungan dengan neraca nasional, yang mungkin terlalu besar menyatakan pergerakan volume perdagangan dan terlalu kecil menyatakan pergerakan dalam harga-harga. Neraca nasional melaporkan nilai ekspor dalam Rupiah turun 15 persen di tahun sampai pertengahan 2009—sejalan dengan data neraca perdagangan—sementara volume ekspor turun hampir sebesar 16 persen, mencerminkan bahwa harga-harga ekspor Indonesia, dalam rupiah, meningkat 1,3 persen, di luar jatuhnya harga-harga komoditas pada periode ini dan melemahnya rupiah sebanyak 12 persen. Kemiskinan cenderung akan makin menurun, secara perlahan Proyeksi ini menyarankan tingkat kebijakan resmi tampaknya akan terus menurun, dari 14,2 per Februari 2009 ke sekitar 13,5 persen pada awal tahun 2010 dan 11,4 persen pada awal tahun 2011. Seperti kondisi makroekonomi yang lebih luas, proyeksi ini hanya sedikit berubah selama tiga bulan terakhir, walaupun data rumah tangga dari survey terakhir telah mengurangi proyeksi tingkat pengurangan kemiskinan karena alas an teknis. Pengurangan kemiskinan kemungkinan akan didukung oleh perluasan program PKH dan PNPM Mandiri, dimana kebijakan pengurangan kemiskinan lainnya masih dalam pengembangan; dalam jangka panjang rencana 100 hari pemerintah juga mengindikasikan adanya kebijakan yang dapat mempercepat pengurangan tingkat kemiskinan secara tidak langsung. Prospek masih menunjukkan peningkatan arus perdagangan yang kuat di tahun 2010 dan 2011, setelah penurunan di tahun 2009… Prospek arus perdagangan tahun 2009 tetap penurunan impor yang lebih besar dibanding ekspor, karena penurunan yang lebih besar pada impor yang terjadi sebelumnya di tahun ini; pemulihan pada triwulan 3 sejalan dengan perkiraan sebelumnya. Pemulihan bertahap dalam ekonomi dunia dan harga-harga komoditas yang lebih tinggi diperkirakan akan mendukung pertumbuhan yang kuat dalam volume dan harga ekspor Indonesia di atas perkiraan (Tabel 3, Tabel 4), dengan volume mencapai tingkat pra-krisis pada awal tahun 2011. Nilainya akan bertumbuh lebih cepat lagi – dan bertambah cepat memasuki tahun 2011 – didukung oleh meningkatnya harga-harga komoditas. Impor diperkirakan akan THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 13 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? pulih lebih cepat dari ekspor, dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang lebih cepat dari negara-negara tujuan ekspor Indonesia dan pemulihan produksi barang-barang ekspor membutuhkan lebih banyak masukan dari barang impor. …dengan pertumbuhan impor yang lebih kuat mengurangi surplus perdagangan Surplus perdagangan tahun 2009 diperkirakan akan tetap sekitar 17,7 miliar dolar Amerika, akan turun di tahun 2010 menjadi sekitar 10 miliar dolar Amerika dengan proyeksi pemulihan yang lebih cepat pada impor dibanding ekspor. Surplus diperkirakan akan stabil di tahun 2011, dengan nilai nominal ekspor dan impor mencatat pertumbuhan tahunan sekitar 19 persen. Neraca pembayaran tampaknya akan surplus di tahun 2009… Neraca pembayaran diperkirakan akan mencatat surplus yang sedikit lebih kecil pada triwulan 4 2009, seiring dengan mengecilnya neraca perdagangan, pemerintah hanya menerbitkan sejumlah kecil hutang baru untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya, penduduk Indonesia memangkas pengiriman simpanannya ke luar negeri, dan sejalan dengan melambatnya portofolio arus masuk. Sebagai akibatnya, neraca permbayaran diperkirakan akan mencatat surplus sekitar 12 miliar dolar Amerika pada tahun 2009. …sebelum menyusut di tahun 2010 dan 2011, dengan pemulihan harga komoditas dan impor membawa neraca berjalan menuju keseimbangan. Sejalan dengan IEQ bulan September, surplus neraca pembayaran diperkirakan menyusut pada tahun 2010 dan 2011, dengan neraca berjalan mendekati keseimbangan. Surplus berjalan akan terus mendukung pengumpulan cadangan devisa. (Tabel 3) Neraca berjalan diperkirakan akan bergerak menuju keseimbangan, dengan terus menyusutnya neraca perdagangan dan defisit pendapatan terus melebar karena perkiraan tingkat pengembalian keuntungan yang lebih tinggi ke pemegang saham asing, dengan meningkatnya produksi minyak dan gas bumi dan pemulihan harga energi dunia. Pengiriman uang (remittance) oleh masyarakat Indonesia di luar negeri diperkirakan akan stabil. Investasi langsung bersih diperkirakan akan meningkat dengan bangkitnya pertumbuhan dalam negeri dan konsolidasi pemulihan ekonomi dunia. Faktor yang dapat mengurangi perbaikan ini adalah proyeksi surplus yang sedikit lebih tipis pada portofolio investasi, dengan penduduk dalam negeri masuk kembali ke pasar saham dan hutang luar negeri. Dilain pihak arus masuk portofolio investasi pada kelas aktiva jangka pendek dan panjang tetap kuat, dengan asumsi investor asing meneruskan pencarian mereka akan yield. Perbaikan peringkat kredit dan obligasi negara dalam mata uang asing dan lokal yang diterima Indonesia baru-baru ini oleh Standard & Poor’s dan Moody’s akan mendukung arus masuk ini. Tabel 4: Surplus neraca pembayaran diperkirakan akan menyusut, dengan neraca berjalan bergerak menuju defisit (miliar dolar Amerika) 2007 2008 2009 2010 2011 Balance of Payments 12.7 -1.9 11.8 5.0 3.1 Current Account 10.5 0.1 8.5 0.6 0.0 20.9 -15.5 5.1 9.9 -15.2 5.4 17.7 -14.0 4.8 10.1 -15.1 5.6 10.9 -16.7 5.8 Capital & Financial Accounts 3.6 -1.9 4.7 4.4 3.1 Capital Account 0.5 0.3 0.2 0.3 0.3 Financial Account Direct Investment Portfolio Investment Other Investment 3.0 2.3 5.6 -4.8 -2.2 3.4 1.7 -7.3 4.5 1.9 7.1 -4.5 4.1 2.8 6.5 -5.2 2.7 3.1 5.0 -5.4 Foreign Reserves (a) 56.9 51.6 64.5 Trade Balance Income Balance Transfers Balance (a) 2009 nilai cadangan devisa asing pada akhir bulan November. Sumber: BI dan Bank Dunia. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Selama 12 bulan ke triwulan 3-2010, kewajiban kredit eksternal Indonesia yang terjadwal berjumlah 24 miliar dolar Amerika, berdasarkan laporan BI atas hutang berjalan (Tabel 5). Pada periode yang sama, proyeksi arus perdagangan dan modal yang berhubungan dengan investasi, di tambah pembelian bersih aktiva keuangan lancar (berdasarkan asumsi konservatif), menghasilkan proyeksi arus masuk bersih sekitar 29 miliar dolar Amerika. Bersama-sama, mereka memberikan surplus neraca pembayaran sekitar 5 miliar dolar Amerika, sesuai dengan proyeksi yang disajikan pada Tabel 4. Asumsi yang mendasari proyeksi ini sejalan dengan kecenderungan yang terjadi. Tingkat perputaran hutang (roll-over) SBI 95 persen lebih rendah dari tingkat yang terjadi selama tahun 2009. Tingkat perputaran 90 persen dari hutang swasta jangka pendek mencerminkan kondisi kredit dunia yang masih dalam pemulihan, di tambah pembatalan beberapa proyek karena kemunduran global dan rendahnya harga komoditas. Tingkat perpputaran hutang ini sebanding dengan tingkat perputaran keseluruhan hutang eksternal, dengan hutang yang diterbitkan lebih besar dari yang jatuh tempo selama 2009 (Gambar 23). Desember 2009 14 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kerentanan arus modal eksternal dan pasar keuangan Indonesia tetap menjadi tantangan kebijakan Kembali melaju? Pada akhir tahun 2008, setelah terjadinya arus modal keluar pada bulan September hingga November, pembuat kebijakan dan pengamat prihatin akan risiko keluarnya arus modal dalam skala besar dapat mengganggu stabilisasi makroekonomi Indonesia. Pada akhir tahun 2009, keprihatinan itu berbalik, dari dampak gangguan stabilisasi dari cepat berubahnya pasar uang yang mengalir dari arus masuk berukuran besar menjadi aktiva keuangan yang lancar dengan yield yang besar. Dua negara emerging markets (Brasil dan Taiwan) menerapkan aturan untuk memperlambat pergerakan arus masuk modal jangka pendek, pada pertengahan bulan November, Bank Indonesia mengumumkan “mempertimbangkan dengan serius” penerapan kendali modal atas kepemilikan SBI satu bulan oleh pihak asing. Akan tetapi pada awal bulan Desember tidak ada tanda-tanda bahwa BI akan menempatkan kebijakan demikian, dimana pejabat BI mengatakan bahwa: BI masih nyaman dengan kebijakan yang berjalan; arus masuk dan keluar dana asing masih dapat ditangani; dan arus asing itu tidak menyebabkan fluktuasi tajam apapun dalam kurs tukar valuta. Wakil Presiden juga menyatakan bahwa pemerintah tidak mendukung penerapan kendali modal atas arus investasi asing. Akan tetapi debat publik itu menandakan bahwa pergeseran kebijakan akan lebih mungkin terjadi. Tabel 5: Kebutuhan pendanaan eksternal Indonesia terjadwal Tabel 6: Proyeksi sumber pendanaan memberikan surplus pada 12 bulan ke depan berjumlah 24 miliar dolar Amerika neraca pembayaran sekitar 5 miliar dolar Amerika (miliar dolar Amerika) (miliar dolar Amerika) EXTERNAL FINANCING NEEDS 24.0 8.7 Maturing short-term FCU private debt Am ortization of m edium and long-term FCU debt 9.4 PROJECTED EXTERNAL FINANCING SOURCES Current account balance Net FDI Inflow s Private (a) 2.6 Official Foreign Financing 5.3 .5 Catatan dan sumber: (a) Tidak termasuk hutang macet 6,5 miliar dolar Amerika. BI dan Bank Dunia. Gambar 23: Sementara tingkat perputaran hutang eksternal Indonesia juga tinggi pada 2009 Short-Term Debt Instruments 12.5 Public (SBIs) (a) 4.2 Private (notes) 8.4 IDR debt (b) USD billion 8 6 Net Issuance 4 4 2 2 0 0 -2 -2 Repaym ent Apr May Jun Jul Aug Sumber: BI dan World Bank Sementara risiko eksternal terhadap prospek telah sedikit 7.5 10.6 -4.3 Medium and Long-Term Bonds 11.4 Public (SUN) Issuance 6 Mar .8 FCU debt 8 -6.3 23.9 o/w trade credits (c) Feb -.1 6.2 New Debt Issuances o/w loans Jan 2.7 Draw ings (kembali nilai pokok dan penerbitan bulanan) -4 -9.2 Repayments Am ortization of m edium and long-term IDR debt to non-residents USD billion 8.8 Net income and transfers balance 6.8 Short-term IDR liabilities to non-residents -.3 Trade balance Public Sep 28.7 4.9 Foreign investment in IDR bonds (d) 1.4 FCU bonds 3.5 Private (bonds) Non-residents' net purchases of debt and equity on secondary m arkets (e) 6.5 Public (SUN and SBIs) 3.0 Private (debt and equity) 6.1 3.1 Net investm ent offshore by residents ( f ) o/w outflow s on currency and deposits (f,g) -3.6 -.1 -4 (Catatan dan sumber: (a) asumsi tingkat perputaran 95 persen; (b) asumsi tingkat perputaran 90 persen; (c) diperkirakan meningkat dengan meningkatnya arus perdagangan; (d) asumsi 18 persen kepemilikan asing dari Surat Utang Negara baru; (e) mencerminkan pembelian bersih aktiva dalam negeri oleh pihak asing; (f) negatif mencerminkan arus keluar; dan (g) mencerminkan penduduk memindahkan aktiva kembali dari rekening bank asing. Bank Dunia. Masih terdapat ketidakpastian yang cukup besar terhadap prospek. Di satu sisi, risiko ekonomi global, walau masih cukup besar, tampaknya telah berkurang. Perkembangan terakhir memberi kejutan baik, beberapa ketidakseimbangan internasional bergerak THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 15 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia menurun, risiko dari dalam negeri telah meningkat Kembali melaju? menuju keseimbangan, dan banyak ekonom telah meningkatkan ramalan mereka, walaupun arus modal besar dan pergerakan kurs tukar yang baru terjadi menciptakan risiko-risiko baru, dan ketidakpastian yang melingkupi prospek bagi ekonomi global akan meningkat ketika stimulus fiskal dan moneter ditarik oleh negara-negara maju. Di sisi lain, risiko prospek dalam negeri telah meningkat. Peningkatan pemadaman listrik bergilir di daerah Jakarta dan tempat-tempat lain di Indonesia tampaknya akan menghambat pertumbuhan. Daerah Jakarta menghasilkan sekitar 15 persen hasil produksi nasional, sehingga dampak kecil kegiatan di Jakarta dapat berdampak pula pada data nasional. Tetapi dampak itu tampaknya hanyalah untuk jangka pendek, karena penyebab langsung dari meningkatnya pemadaman di Jakarta tampaknya akan diperbaiki sebelum akhir triwulan 4, sementara program pembangunan pembangkit nasional cepat tampaknya hampir sesuai jadwal. Pada triwulan-triwulan yang akan datang, kontroversi yang melingkupi bailout Bank Century di akhir tahun 2008 menimbulkan risiko berkelanjutan yang mengalihkan penyusun kebijakan utama dari agenda reformasi dan pembangunan dan menambah risiko politik dan ketidakpastian iklim investasi, dengan kemungkinan risiko yang mengancam pertumbuhan. Sisi baiknya, kontroversi hukum pada triwulan 4 tahun 2009 dapat berakhir pada kemajuan yang penting dalam penyusunan undang-undang dan meningkatkan iklim investasi. Analisa skenario menunjukkan beberapa kemungkinan pertumbuhan PDB Indonesia jika risiko-risiko baik dan buruk tersebut terjadi. (Tabel 7 dan Gambar 24) 'Skenario tinggi' menunjukkan pemulihan yang lebih cepat ekonomi global, mendukung harga ekspor yang makin cepat. Skenario ini juga memberikan kondisi dalam negeri yang lebih kuat, dengan peningkatan kepercayaan konsumen dan investor yang mempercepat pertumbuhan kredit, dan arus masuk modal memperkuat rupiah. Dalam skenario ini, pertumbuhan PDB adalah 1¼ poin persentase di atas skenario dasar yang disajikan di atas (Table 2). Skenario 'rendah' menilai dampak dari peningkatan yang baru terjadi dalam pertumbuhan mitra dagang dan harga komoditas yang hanya sepintas dengan iklim investasi dalam negeri yang lebih lemah dan pertumbuhan kredit yang lambatn. Skenario ini mengurangi sampai 1 poin persentase dari pertumbuhan PDB dari tahun 2009 ke 2011, relatif terhadap skenario dasar. Tabel 7: Beberapa alternative hasil untuk indikator kunci Gambar 24: …memiliki dampak terbesar pada pertumbahan 2010 (pertumbuhan persen tahunan; tingkat nilai tukar) (perubahan persentase tahunan) MTP* Credit Export Rupiah prices (USD/IDR) 2009 Reference ‐0.9 15 1.2 10362 Low ‐1.0 14 0.9 10487 High ‐0.7 16 1.5 10362 2010 Reference 3.8 14 1.5 9500 Low 2.2 10 1.0 11000 High 5.5 19 9.4 8500 2011 Reference 3.9 23 7.5 9500 Low 2.2 15 4.1 10000 High 5.7 31 14.8 9000 7 6 Per cent High Per cent Low Reference 7 6 5 5 4 4 3 3 2001 2003 2005 2007 2009 2011 * Rata-rata tertimbang negara tujuan ekspor. Sumber: CEIC, Sumber: BPS via CEIC dan Bank Dunia Consensus Forecasts Inc. dan Bank Dunia. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 16 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? 4. Defisit anggaran pemerintah kemungkinan mendekati target a. Pendapatan pemerintah yang lebih rendah daripada proyeksi diimbangi oleh rendahnya belanja Pendapatan pemerintah turun sejalan dengan PDB nominal, pemotongan pajak serta harga komoditas dan laba yang lebih rendah Pendapatan pemerintah terus melambat. Total pendapatan pemerintah pusat sampai akhir November 2009 turun 18 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2008, dan juga mengalami penurunan 15 persen dari awal tahun sampai bulan Juli. Penurunan 3 poin persentase lebih lanjut menunjukkan dampak perlambatan kegiatan ekonomi menjelang pergantian tahun, pemotongan pajak yang telah direncanakan pemerintah sebagai stimulus, sekaligus penurunan harga komoditas dan laba perusahaan. Semua faktor ini mengakibatkan penurunan yang lebih tajam dalam pendapatan pemerintah daripada penurunan PDB nominal. Selama 2009, pendapatan pemerintah kemungkinan 17 persen lebih rendah daripada 2008. Hal ini berarti 4,1 poin persentase di bawah proyeksi bulan September, yang mencerminkan penurunan pertumbuhan PDB nominal (2,2 persen di bawah proyeksi sebelumnya) karena harga lebih rendah daripada perkiraan yang mengimbangi PDB riil yang sedikit lebih baik daripada perkiraan. Belanja program inti pemerintah terus menguat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sementara belanja subsidi akan lebih rendah. Pemerintah membelanjakan 67 persen anggaran pegawai, barang, dan modal pada akhir Oktober, naik dari 60 persen di sepuluh bulan pertama 2008, walaupun ada peningkatan alokasi anggaran untuk ketiga jenis belanja ini. Peningkatan ini merupakan hasil upaya untuk mempercepat pencairan paket stimulus dan anggaran secara keseluruhan. Sebagai contoh, pengadaan dapat dimulai sebelum awal tahun fiscal, luncuran belanja tahun 2008 dibawa ke 2009 untuk pemilihan umum, program Bantuan Langsung Tunai (BLT), PNPM, dan proyek infrastruktur. Sebagai tambahan, pembayaran gaji bulan ketiga belas untuk pegawai negeri di bulan Juni juga memberi kontribusi kepada peningkatan tingkat belanja pemerintah. Namun, belanja secara keseluruhan relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2008, karena penurunan belanja ‘lainnya’ (yang sebagian besar merupakan ad hoc) dan subsidi jauh melampaui peningkatan dalam belanja inti. Secara total, pemerintah pusat hanya membelanjakan 68 persen anggaran perubahannya (APBN-P) sampai akhir Oktober, 6 persen lebih rendah daripada periode yang sama tahun 2008. Penurunan harga energi internasional, penyesuaian tarif dan program konversi minyak tanah ke elpiji yang masih berjalan, serta penurunan belanja anggaran siaga (misalnya, dana cadangan yang dialokasikan untuk mengantisipasi jika asumsi makro menyimpang dari proyeksi) karena kondisi makroekonomi yang relatif mendukung merupakan alasan penurunan ini. Kurang dari separuh belanja stimulus telah dicairkan pada akhir Oktober, walaupun belanja mengalami peningkatan Kurang dari separuh (42 persen) belanja stimulus pemerintah senilai Rp.11,5 triliun telah dicairkan pada akhir Oktober, walaupun tingkat belanja telah mengalami akselerasi (25 persen telah dibelanjakan pada awal bulan). Bappenas telah mengawasi pencairan ini secara ketat. Departemen Pekerjaan Umum telah membelanjakan separuh alokasinya senilai 57 persen belanja stimulus, sementara departemen lain yang menerima bagian paket dalam jumlah besar (perhubungan, energi, dan perumahan rakyat) baru membelanjakan 35 persen. Pemerintah melaporkan bahwa program yang didanai belanja stimulus telah mempekerjakan 754.000 orang atau 75 persen dari target sebanyak 1 juta orang. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 17 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Gambar 25, Gambar 26: Belanja program inti mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun terakhir, tapi penurunan belanja ‘lainnya’ dan subsidi ikut menekan belanja secara keseluruhan realisasi anggaran sebagai persentase anggaran perubahan (APBN-P) pada akhir Oktober) 100% (belanja stimulus aktual departemen tertentu pada akhir Oktober)* 100% 2007 2008 7 2009 IDR trilyun IDR trilyun Jatah anggaran 80% 80% 60% 60% 6 6 5 5 4 40% 40% 20% 20% 4 50% 3 3 2 2 37% 1 44% 0% 0% Person.Materials Capital Int. Subsidies Social ExpOthers Total CG Transf. payments Total 7 Pembayaran 24% 0 1 0 Public Works Transportation Energy & Public Housing Nat.Resources *Keempat departemen ini mewakili 87 persen total belanja stimulus. Sumber: Departemen Keuangan dan estimasi staf Bank Dunia Belanja di tahun 2009 cenderung lebih rendah dibandingkan anggaran, mengimbangi penurunan pendapatan untuk sedikit mengurangi defisit anggaran dibandingkan rencana. Sampai saat ini, belanja dan proyeksi lingkungan ekonomi untuk sisa tahun ini menunjukkan bahwa belanja secara keseluruhan di tahun 2009 kemungkinan akan lebih rendah daripada anggaran perubahan, terutama karena penurunan subsidi dan belanja 'lainnya'. (Tabel 8) Penurunan ini 4 persen lebih besar daripada proyeksi bulan September, dan sebagian mengimbangi penurunan proyeksi pendapatan. Secara keseluruhan, proyeksi ini menunjukkan defisit anggaran sekitar 2,3 persen PDB, 0,1 poin persentase lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya, dan mendekati perkiraan perubahan pemerintah sebesar 2,4 persen. Pertumbuhan pendapatan tahun 2010 diperkirakan akan pulih dengan PDB nominal yang lebih tinggi dan tanpa adanya rencana pemotongan pajak Di tahun 2010, total pendapatan diperkirakan naik kembali, naik 15,9 persen, secara luas selaras dengan perkiraan pemulihan dalam PDB nominal. Pendapatan pajak, yang biasanya serupa dengan PDB nominal, diperkirakan tumbuh sebesar 16,2 persen. Pendapatan pajak penghasilan minyak dan gas diperkirakan tetap mengalami tekanan, walaupun ada asumsi kenaikan harga minyak, karena adanya perkiraan kecilnya pertumbuhan produksi dan kenaikan beban biaya pemulihan. Pajak penghasilan nonmigas yang terus naik di tahun 2009 diperkirakan akan semakin kuat karena kenaikan laba perusahaan dan pendapatan pribadi. Pendapatan PPN diperkirakan naik kembali setelah mengalami penurunan yang tidak biasa tahun ini (Kotak 1), naik sekitar 16 persen mengikuti pemulihan dalam konsumsi penghasilan kena pajak. Asumsi kenaikan harga minyak diperkirakan akan memiliki dampak besar terhadap pendapatan minyak dan gas nonpajak (Tabel 8). THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 18 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Tabel 8: Perkembangan penerimaan dan belanja (penerimaan dan belanja pemerintah pusat) 2006 2007 2008 To Nov 2009* Explanation Annual percent change and YoY percentage percentage point contributions point contrib's Non-oil and gas Oil & Gas VAT Land and building tax Duties on land and building transfer Excise Other taxes Import duties Export duties 7.3 2.3 6.3 1.3 7.1 0.5 7.8 0.7 11.0 6.4 11.1 0.4 -4.3 1.5 -2.8 -0.1 Cuts in tax rates, low er profits and formal w ages w ith low er commodity prices and slow er activity grow th Low er profits w ith low er commodity prices & demand; cuts in tax rates Around a 50% fall in the international oil price; slightly low er production Less discretionary spending, partic. for goods subject to luxury tax rates Slow er investment -0.1 0.7 -0.1 0.1 Reduced economic activity 1.3 0.1 -0.8 0.2 1.7 0.1 1.1 0.8 1.3 0.1 1.2 1.9 0.6 0.0 -0.8 -2.2 Slow ing in consumption, offsetting the increase in cigarette excise rate Slow ing of economic activity Reduced import values w ith low er commodity prices and destocking Low er commodity prices and w eak export volumes Non-tax revenue Oil Gas Mining Forestry Fishery SOE transfer Other 54.5 35.6 1.4 2.4 -0.6 0.0 6.9 8.8 -5.2 -13.9 -0.8 -0.4 -0.1 0.0 0.1 9.9 49.1 35.0 5.3 1.4 0.2 0.0 2.7 4.6 -39.3 -46.5 9.0 -0.1 0.0 0.0 -3.8 2.0 Significant falls in oil prices Around a 50 per cent fall in international oil prices Gas production remains steady Low er prices and some w eakening in volume demand reducing profits Slow ing demand for w oods and related products A small item w here contributions to grow th remain low Reduced domestic demand reducing activity Low er fee collection through the slow ing of domestic activity 21.8 14.7 37.3 -11.2 Grow th in programmatic spending offset by a sharp decline in subsidies 5.3 5.0 6.1 4.4 1.0 3.9 1.7 2.1 2.1 -5.0 4.4 0.5 1.6 1.4 2.9 2.3 2.9 0.8 2.3 0.3 3.8 0.2 1.7 3.6 -3.7 9.7 24.8 -23.4 Grow th in line w ith previous years' and streamlined 13th month salary Increase in government consumption and early procurement Planned government investment being spent earlier in the year Grow th in social expenditure and the BLT program Election spending and increased 'planned expenditure' In line w ith projections, w ith appreciation in IDR offsetting higher interest costs on new debt Refined fuel prices have halved and the government continues to encourage less consumption of higher cost-energy Tax revenue Central gov't expenditure Salaries Goods and services Capital Social assistance Others 17.9 20.4 33.4 -8.0 Interest payments Subsidies Catatan dan sumber: * Kontribusi tahun 2009 terkait dengan 11 bulan pertama 2009 relatif terhadap periode yang sama tahun 2008. Data pengeluaran pemerintah pusat hanya sampai Oktober 2009 sehingga terkait dengan 10 bulan pertama. Depkeu, Bank Dunia Target defisit 2010 tetap 1,6 persen PDB, konsolidasi signifikan dari tahun 2009 Pemerintah telah menyetujui anggaran 2010 tanggal 30 September lalu. Defisit anggaran dipertahankan pada 1,6 PDB, konsolidasi signifikan dari defisit 2009. Komposisi belanja tidak berubah banyak dari usulan pemerintah, dengan total anggaran belanja Rp1.046 triliun, 5 persen lebih besar dari anggaran 2009. Subsidi energi dianggarkan sedikit lebih besar dari usulan anggaran karena harga minyak diasumsikan lebih tinggi di USD 65 per barel. Belanja pegawai mewakili 15 persen rencana belanja, sama besarnya dengan subsidi, sementara belanja modal hanya menerima 8 persen dari total anggaran. Proyeksi dan asumsi ekonomi yang disajikan di bagian 3 di atas menunjukkan defisit anggaran yang sedikit lebih besar sekitar 1,7 persen PDB. Hal ini sebagian mengikuti sedikit penurunan pendapatan yang sebagian besar dikarenakan proyeksi pertumbuhan PDB nominal di tahun 2009 dibandingkan proyeksi pemerintah. Proyeksi kenaikan harga minyak dan berlanjutnya peningkatan belanja pemerintah akan berpotensi menghasilkan belanja yang lebih tinggi secara keseluruhan dibandingkan anggaran di tahun 2010. Namun, lingkungan ekonomi saat ini membuat perkiraan besaran dan waktu pemulihan dalam pendapatan menjadi sangat sulit, dan sejumlah besar ketidakpastian menyelimuti proyeksi defisit. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 19 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Tabel 9: Penyesuaian kecil terhadap perkiraan kondisi makroekonomi mengindikasikan deficit anggaran yang lebih kecil di tahun 2009 dan deficit yang lebih tinggi di tahun 2010 (central dan belanja pemerintah pusat, triliun Rph) A. State Revenues and Grants 1. Tax Revenues a. Domestic tax i. Income tax - Oil & gas - Non oil & gas ii. Other domestic tax b. International trade tax i. Import duties ii.Export tax 2. Non tax receipts o/w natural resources i. Oil and Gas 2007 2008 2009 Actual Actual Revised C. Primary Balance D. SURPLUS / DEFICIT Deficit (per cent of GDP) 2010 Budget 2010 (p) WB estimate 707.8 491.0 470.1 238.4 44.0 194.4 231.6 20.9 16.7 4.2 215.1 132.9 124.8 981.6 658.7 622.4 327.5 77.0 250.5 294.9 36.3 22.8 13.6 320.6 224.5 211.6 871.0 652.0 631.9 340.2 49.0 291.2 291.7 20.0 18.6 1.4 218.0 138.7 127.7 814.5 619.8 601.4 308.7 48.1 260.6 292.7 18.4 17.8 0.6 193.7 110.8 100.2 949.7 742.7 715.5 351.0 47.0 303.9 364.6 27.2 19.6 7.6 205.4 132.0 120.5 943.6 720.3 699.7 360.6 52.1 308.5 339.1 20.7 19.4 1.2 221.8 137.1 125.3 8.1 12.8 10.9 10.6 11.5 11.8 757.7 504.6 90.4 54.5 64.3 79.8 150.2 0.0 49.8 15.6 253.0 985.7 693.4 112.8 56.0 72.8 88.4 275.3 0.0 57.7 30.3 292.4 1,000.8 691.5 133.7 85.5 73.4 109.6 158.1 0.0 77.9 53.3 309.3 942.9 641.0 128.4 77.9 71.9 108.6 142.8 0.0 76.2 35.2 301.9 1,047.7 725.2 158.1 103.0 83.2 115.6 157.8 7.2 69.6 30.7 322.4 1,054.3 738.0 151.8 93.9 81.5 113.7 191.1 7.2 68.0 30.7 316.3 30.0 84.3 2.9 ii. Non Oil & Gas B. Expenditures 1. Central government - Personnel - Material expenditure - Capital expenditure - Interest payments - Subsidies - Grants expenditure - Social expenditure - Other expenditures 2. Transfers to the regions 2009 (f) WB estimate (49.8) (1.3) (4.1) (0.1) (21.3) (19.9) 16.0 (129.8) (2.4) (128.5) (2.3) (98.0) (1.6) (110.7) (1.7) Economic assumptions/outcomes Gross domestic product 3,957.4 4,954.0 5,425.4 5,555.7 5,981.4 6,403.7 Economic Growth (%) 6.3 6.1 6.0 4.1 5.5 5.4 Inflation (%) 6.6 11.1 4.5 4.8 5.5 5.4 Exchange Rate (Rp/US$) 9,419 9,691 10,500 10,362 10,000 9,500 Crude-Oil Price (US$/Barrel) 78.0 97.0 61.0 60.9 65.0 79.0 Oil Production (barrel per day) 0.91 0.93 1.0 1.0 1.0 1.0 % of civil service wages increase 15.0 20.0 15.0 15.0 5.0 5.0 Interest rate of SBI (average %) 8.0 9.3 7.5 7.1 6.5 7.0 * Kontribusi 2009 terkait dengan 11 bulan pertama tahun ini. Data belanja pemerintah pusat hanya sampai Oktober 2009. Sumber: Departemen Keuangan, Bank Dunia Pemerintah tampaknya memiliki surplus pembiayaan di tahun 2009 Seperti halnya 2008, defisit yang sedikit lebih rendah daripada proyeksi dan strategi pembiayaan di muka pemerintah tampaknya akan menghasilkan surplus pembiayaan berikutnya di tahun 2009. (Tabel 10) Apresiasi rupiah terus mengurangi kebutuhan pembiayaan. Walaupun demikian, kebutuhan pembiayaan pemerintah di tahun 2009 masih tetap besar pada sekitar USD 22.5 miliar, dan di tahun 2010 kemungkinan akan tetap besar, sekitar USD 20 miliar tergantung pada tingkat pertumbuhan ekonomi nominal, pergerakan defisit dan nilai tukar. Anggaran yang dikeluarkan pada akhir September berencana untuk memenuhi sekitar dua pertiga kebutuhan ini dari pasar, termasuk melalui penjualan sukuk yang ditujukan untuk mengembangkan pasar keuangan Syariah setempat. Pemerintah mengantisipasi pemenuhan sisa kebutuhannya dari sumber resmi, sekaligus terus mengurangi besar pinjaman dari sumber resmi dibandingkan pembayarannya setiap tahun. Rencana ini dapat berubah karena rencana THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 20 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? pembiayaan anggaran hanya sedikit menggunakan sumber pendanaan pemerintah sendiri yang lebih besar daripada perkiraan pada saat persiapan anggaran berdasarkan perkiraan surplus pembiayaan 2009. Terlebih lagi, perbaikan kondisi pasar keuangan global berarti pemerintah belum perlu menggunakan Public Expenditure Support Facility, sehingga sumber daya fasilitas akan tetap ada untuk mendukung pembiayaan pemerintah jika kondisi pasar kembali memburuk di tahun 2010. Tabel 10: Kebutuhan pembiayaan Indonesia di tahun 2010 tetap besar, walaupun pemerintah tampaknya memiliki surplus pembiayaan dari tahun 2009 (triliun Rupiah kecuali disebutkan lain) 2010 2009 2005 2006 2007 2008 -50.8 65.2 -49.9 79.1 -30.0 79.8 -84.3 97.0 20.3 109.6 19.9 108.6 -17.6 115.6 -2.9 113.6 45.9 18.2 1.9 -37.1 14.4 58.0 22.8 3.6 -52.7 29.1 55.9 14.4 4.9 -57.9 49.8 66.3 15.3 8.9 -63.4 12.7 70.7 77.4 38.9 129.8 70.2 10.9 12.0 38.4 128.5 38.2 98.0 77.4 8.9 11.0 36.2 110.7 Amortizations: C Commercial bonds [4] D Official external loans C+D Total am ortization: 19.7 12.3 32.0 23.6 13.6 37.2 34.4 19.6 54.0 40.6 25.4 66.0 37.2 69.0 106.2 37.2 68.1 105.3 37.1 58.8 96.0 37.1 55.9 93.0 Gross financing needs: A+B+C+D Total gross financing needs: (in billions of USD) 46.4 4.8 66.3 7.3 103.9 11.3 78.7 8.1 236.0 22.5 233.8 22.6 194.0 19.4 203.8 21.4 28.1 22.6 26.1 36.0 34.1 57.2 50.2 85.9 69.3 142.4 57.6 104.4 -2.6 50.6 5.2 18.9 62.1 6.8 8.4 91.2 10.0 16.2 136.1 14.0 56.6 268.3 25.5 69.3 144.1 97.2 46.9 56.6 270.0 26.0 Net financing needs: A Primary deficit B Total interest payments of which:[1] Total commercial bonds: Variable interest rate USD-denominated Official external loans A+B Overall deficit: Financing sources: [2] Official borrow ing Total commercial bonds: IDR denominated USD denominated Domestic banking Total gross financing sources: (in billions of USD) M emo items: Variable interest rate (SBI-90 day rate) Share of bonds at variable interest rate IDR/USD exchange rate Share of USD bonds (at prevailing exchange rate) APBN-P WB 9.16% 11.74% 8.04% 9.47% 7.50% 7.10% 31.9% 33.1% 28.6% 23.9% 21.6% 9,751 9,141 9,164 9,757 10,500 10,366 3.7% 6.9% 8.0% 11.8% APBN WB 7.1 169.2 16.3 6.50% 6.50% 10,000 9,500 15.6% [1] Pembayaran bunga berdasarkan komponen mungkin tidak sesuai dengan total karena sumber daya yang berbeda, waktu dan masalah pembulatan. [2] Proyeksi sumber pembiayaan 2009 yang dicetak miring diambil dari APBN-P. Sumber: Proyeksi CEIC, Departemen Keuangan, Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 21 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Kotak 1: Perlambatan ekonomi di akhir 2008 dan 2009 memiliki dampak yang tidak seimbang terhadap pendapatan PPN Setelah pajak pendapatan nonminyak, PPN merupakan sumber pendapatan pemerintah pusat kedua terbesar, yang mencakup hampir seperlima pendapatan pemerintah di tahun-tahun terakhir. Di tahun 2009, pendapatan PPN telah turun sekitar 3,6 persen dari 2008, penurunan terbesar dalam 40 tahun. Perlambatan dalam belanja riil dan stabilisasi harga, terutama dibandingkan dengan pertumbuhan nominal yang sangat cepat di tahun 2008 tampaknya telah memiliki dampak yang tidak seimbang pada pendapatan PPN. Sebagai contoh, hubungan antara perkiraan konsumsi yang terkena PPN dengan penerimaan PPN telah melemah, PPN yang lebih besar daripada konsumsi di tahun 208 dan lebih kecil di tahun 2009. (Gambar 27) (Konsumsi masyarakat miskin yang terkena PPN diasumsikan berupa konsumsi rumah tangga nonpangan, dan 20 persen konsumsi pangan, karena sebagian besar bahan pangan tidak terkena PPN; nilai aktual kemungkinan lebih kecil karena banyak kegiatan eceran merupakan kegiatan informal). Gambar 27: Pendapatan PPN menjadi lebih bergejolak dibandingkan belanja konsumsi akhir-akhir ini (Triliun Rupiah) 60 IDR triliun IDR triliun 60 50 50 VAT revenue 40 40 30 30 10% of cons. that is subject to VAT 20 20 10 10 Harga yang stabil dan ekonomi yang melemah, terutama dalam manufaktur, perdagangan, hotel & restoran serta 0 0 pertambangan, tampaknya dapat menjelaskan penurunan Mar-04 Mar-05 Mar-06 Mar-07 Mar-08 Mar-09 dalam PPN ini. Saat terjadi perlambatan ekonomi, konsumen biasanya mengubah konsumsi dari barang nonpokok, yang Sources: Departemen Keuangan, BPS dan Bank Dunia biasanya dikenai pajak, ke simpanan pribadi atau barang pokok seperti pangan yang biasanya tidak dikenai PPN, yang berarti bahwa penarikan PPN dapat melambat pada tingkat yang lebih besar daripada ekonomi secara keseluruhan; hal sebaliknya terjadi di tahun-tahun yang mengalami ledakan ekonomi. Konsumsi rumah tangga nominal yang dikenai PPN diperkirakan bertumbuh sekitar 9 persen di tahun 2009, dibandingkan dengan 20 persen di tahun 2008, karena penurunan inflasi mengimbangi percepatan dalam nilai riil belanja. Kategori PPN yang terkait kemungkinan turun 5,6 persen di tahun 2009, setelah meningkat lebih dari sepertiga di tahun 2008. Industri dan sumber pendapatan PPN yang paling terpengaruh perlambatan ekonomi tampaknya adalah yang bergantung pada belanja barang nonpokok. (Gambar 28, Gambar 29) PPN dari barang manufaktur, perdagangan, hotel & restoran melemah di kuartal akhir 2008 dan awal 2009, serta di akhir 2005 dan awal 2006, saat terjadi kenaikan harga minyak memberi dampak pada pendapatan yang siap dibelanjakan dan memperlambat belanja riil. PPN pada barang impor serta barang mewah domestik dan impor juga mengakibatkan penurunan pada masa-masa itu, dan mencapai puncaknya di paruh pertama 2008. (Penerimaan PPN di Kuartal 3 2009 terdistorsi pembayaran Pertamina yang direklasifikasi dari 'pertambangan minyak & gas' menjadi 'manufaktur'.) Di tahun-tahun mendatang pendapatan PPN seharusnya naik kembali sedikit lebih cepat daripada pemulihan dalam PDB nominal dan konsumsi rumah tangga, menutupi kesenjangan antara pembayaran PPN dan basis pajak dalam Gambar 27. Gambar 28: Pendapatan PPN dari industri yang memproduksi barang nonpokok Gambar 29: … sangat lemah saat terjadi perlambatan di akhir tahun 2009 dan 2006 (pertumbuhan persentase tahun-ke-tahun) 40 Persen (pertumbuhan persentase tahun-ke-tahun) Per sen Persen Persen 40 40 30 30 30 30 20 20 20 20 10 10 10 10 0 0 -10 -10 -20 -20 Mar-05 Sep-05 Mar-06 Sep-06 Mar-07 Sep-07 Mar-08 Sep-08 Mar-09 Sep-09 Manufacturing Trade, hotel & restaurant Mining: Oil & gas Finance & business services Transport & communication Other* * Industri 'lain' mencakup pertanian, peternakan dan perikanan, pertambangan nonmigas, penggalian, listrik, pasokan gas & air, konstruksi, jasa, dan 'lainnya'. Sumber: Departemen Keuangan, Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA 0 40 0 -10 -10 -20 -20 Mar-05 Sep-05 Mar-06 Sep-06 Mar-07 Sep-07 Mar-08 Sep-08 Mar-09 Sep-09 Domestic VAT Import VAT Domestic LST Import LST Other VAT Sumber: Departemen Keuangan, Bank Dunia Desember 2009 22 B. BEBERAPA PERKEMBANGAN PENTING TERAKHIR DALAM EKONOMI INDONESIA 1. Arus perdagangan Indonesia melewati krisis global: turun drastis kemudian naik kembali Arus perdagangan Indonesia turun sampai separuhnya saat terjadi krisis ekonomi global, sebagian besar karena penurunan harga komoditas Mulai dari Juli 2008 sampai Februari 2009, nilai ekspor barang Indonesia turun 43 persen, sementara impor barang turun sebesar 56 persen. (Gambar 30, Tabel 11) Penurunan ini, bersamaan dengan naiknya gejolak dalam pasar keuangan dan keluarnya modal, merupakan dampak terbesar penurunan ekonomi global atas perekonomian Indonesian. Arus dagang Indonesia bersama dengan semua mitra dagang utamanya mengalami penurunan pada masa itu, dengan penurunan ekspor terbesar terjadi di Jepang, Singapura, dan Cina. Nilai impor pun turun di semua mitra dagang saat perusahaan mengurangi persediaan dan terjadinya penurunan dalam ekspor mengurangi permintaan atas input yang diimpor. Jatuhnya harga komoditas curah dan minyak pada masa ini merupakan alasan utama penurunan, sementara volume dagang tetap stabil sepanjang akhir 2008 dan awal 2009. (Tabel 11) Pergeseran komposisi pun memberi kontribusi. Secara keseluruhan, sektor dagang Indonesia tidak kebal terhadap penurunan permintaan global - tapi harga komoditas yang rendah mungkin telah mendorong kenaikan permintaan atas beberapa barang di sebagian pasar, sehingga sedikit mengimbangi dampak negatif resesi global terhadap arus dagang Indonesia. Untuk ekspor, walaupun pengurangan permintaan mengakibatkan penurunan besar dalam volume pertambangan dan manufaktur - terutama ke Jepang, (miliar USD, disesuaikan secara musiman) Singapura, dan Amerika Serikat - volume ekspor migas ke USD bn 14 USD bn 14 Korea tampaknya meningkat, dan volume ekspor July 08 Feb 09 pertanian ke Cina juga naik (terutama minyak sayur dan Exports minyak sawit). Kontraksi nilai ekspor ke Jepang 12 12 merupakan yang terbesar, hampir sepertiga dari total penurunan nilai ekspor - hampir setara dengan bobot 10 10 ekspor Jepang. Hal ini terutama dikarenakan penurunan harga ekspor migas, serta penurunan harga dan volume ekspor nikel. Kontraksi nilai ekspor ke Singapura, Cina 8 8 dan Amerika Serikat pun menyebabkan pengurangan yang signifikan. Penurunan ekspor ke Amerika Serikat Im ports dan Singapura dikarenakan penurunan volume tekstil, 6 6 pakaian dan alas kaki, serta bahan kimia, serta penurunan harga dan volume dalam ekspor migas dan karet, 4 4 sementara penurunan nilai ekspor ke Cina disebabkan oleh penurunan harga produk karet dan minyak. Gambar 30: Nilai perdagangan memuncak di pertengahan 2008, lalu turun di bulan Februari 2009 Oct-07 Sumber: BPS Apr-08 Oct-08 Apr-09 Oct-09 Sama halnya dengan impor, walaupun modal terkait investasi dan volume transportasi turun - terutama dari Jepang, cina dan Korea - penurunan harga menunjukkan bahwa volume impor pelumas dari Cina serta bahan kimia, transportasi dan mesin dari Amerika Serikat meningkat. 23 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Tabel 11: Impor Indonesia terus turun, dan pulih lebih cepat, daripada ekspor (persen kecuali disebutkan lain) July 2008 to February 2009 February 2009 to July 2009 Percentage Percentage Percentage Percentage point Proportion point point Proportion point contribution of total contribution of total Values contribution Values contribution growth Growth due to prices due to volumes growth Growth due to prices due to volumes Total Exports -43 -40 -3 100 36 -6 42 100 Oil & Gas -64 -82 17 34 45 45 0 18 Non-Oil & Gas -37 -25 -12 66 34 -13 47 82 Agriculture -34 -47 13 12 23 2 21 12 Mining & Minerals -55 -17 -39 28 100 2 98 47 Forestry -31 -27 -5 4 5 -3 8 1 Manufactured -27 -17 -10 22 18 -27 44 22 Total Imports Consumer Goods Intermediate Fuels and Lubricants Transportation Goods Capital Goods -56 -41 -57 -73 -50 -34 -62 -34 -60 -97 25 -3 6 -7 3 24 -75 -31 100 3 35 44 4 14 50 53 47 89 77 25 -7 -9 -29 42 21 -16 58 62 76 47 57 41 100 10 15 7 18 50 Sumber: BPS dan Bank Dunia Kategori yang terkena dampak paling besar saat terjadi penurunan telah pulih paling cepat, walaupun mitra dagang Indonesia Pada bulan Juli, nilai ekspor dan impor Indonesia tumbuh sekitar 36 dan 46 persen, secara berurutan. Kenaikan ini terjadi di seluruh kategori perdagangan, tapi terutama dalam komoditas migas dan pertambangan. Pergerakan harga yang tersirat menunjukkan bahwa sebagian kenaikan terjadi dalam volume, bersama dengan pemulihan dalam permintaan, sejalan dengan peningkatan investasi dan pengisian kembali persediaan, secara global dan di Indonesia, yang memberi kontribusi signifikan kepada kenaikan nilai perdagangan. Hal ini juga menunjukkan bahwa hanya sebagian pemulihan harga komoditas global yang masuk ke harga ekspor dan impor Indonesia, dan harga perdagangan tetap lemah karena berlanjutnya penurunan dalam harga barang modal, elektronik dan mesin lebih besar daripada kenaikan dalam harga minyak dan komoditas curah. (Tabel 11) Bersama dengan perkembangan harga dan volume, pemulihan dalam nilai ekspor terdorong oleh peningkatan ekspor pertambangan & mineral serta migas ke Jepang, Cina dan Korea. Sampai Agustus 2009, nilai ekspor ke Cina dan Korea kembali ke tingkat sebelum krisis, tapi ekspor ke Jepang tetap sekitar 40 persen di bawah tingkat bulan Juli 2008. Tabel 12: Walaupun arus dagang mengalami penurunan di semua sisi, ekspor Indonesia ke negara berkembang di wilayahnya telah pulih dengan cepat (juta USD dan persen) Japan China US Singapore Korea India Malaysia Australia Other Total Exports Imports July 2008 Contribution Feb 2009 Contribution Aug 2009 July 2008 Contribution Feb 2009 Contribution Aug 2009 Level to Fall Level to Rise Level Level to Fall Level to Rise Level 2,787 31 1,140 16 1,700 1,388 10 668 5 859 1,077 10 517 15 1,013 1,408 9 762 19 1,468 1,246 8 811 5 990 821 4 564 2 632 1,376 11 781 -1 744 2,240 19 933 28 2,000 643 3 502 5 688 801 7 295 4 457 529 3 375 10 702 248 2 139 2 212 497 3 342 9 655 951 9 331 3 453 527 6 203 2 260 367 3 191 4 333 3,845 26 2,464 39 3,793 4,645 37 2,057 33 3,293 12,528 100 7,134 100 10,544 12,870 100 5,939 100 9,707 Sumber: BPS dan Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 24 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? 2. Nilai tukar rupiah sejak akhir 2008: skala pergerakan dan faktor-faktor pendorong a. Rupiah telah menguat secara berarti sejak bulan Maret, terutama terhadap dolar Amerika yang melemah Sejak bulan Maret, Rupiah telah menguat secara berarti terhadap dolar Amerika, dan secara tipis terhadap mata uang lain Sejak bulan Maret 2009, Rupiah Indonesia telah menguat sebesar 22 persen terhadap dolar Amerika (USD). (Tabel 13, Gambar 31) Rupiah juga menguat terhadap mata uang lainnya (Tabel 13), dengan kurs tukar efektif riil (REER, suatu indeks utama kurs tukar bilateral rupiah, dan abstraksi dari perbedaan dalam laju inflasi) lebih dari 16 persen selama periode ini (Gambar 32). Tetapi tingkat dan laju penguatan terhadap dolar Amerika telah meningkatkan keprihatinan akan kelangsungannya dan juga dampak pada ekonomi riil dan daya saing. Arus masuknya modal asing ke pasar uang Indonesia dan pemulihan harga komoditas tampaknya berperan besar dalam penguatan rupiah, dan hubungannya terbentuk di bawah. Secara singkat, peningkatan 1 persen dalam investasi bukan penduduk pada aktiva keuangan Indonesia berdampak pada penguatan 0,62 persen terhadap dolar Amerika, dengan harga komoditas tetap; peningkatan 1 persen dalam harga komoditas ekspor non-migas berbobot berdampak pada penguatan 0,49 persen, dengan arus masuk modal tetap – dan faktor-faktor ini menyumbang sampai 73 persen dari variasi pada kurs tukar spot antara bulan Oktober 2008 and November 2009. Kedua faktor ini menjelaskan lebih banyak lagi (89 persen) dari pergerakan REER pada periode ini. (Tabel 14 dan 15) Gambar 31: Sejak Maret, rupiah telah menguat jauh terhadap dolar Amerika dan dolar Amerika telah melemah terhadap Gambar 32: Kurs tukar Indonesia telah meningkat secara berbagai mata uang berarti terhadap berbagai mata uang secara riil (USD (Indeks luas dolar Amerika, di-indeks ke 100 pada tanggal 21 Januari 1997) 120 Index IDR per USD 115 IDR/USD (RHS) 110 (kurs tukar efektif riil berdasar indeks berbobot perdagangan JP Morgan; rupiah per tingkat dolar Amerika) 8500 190 Index IDR per USD 9000 8750 9500 160 105 100 9500 10000 Dollar Index (LHS) 10500 95 11000 IDR Appreciation 90 11500 85 12000 10250 IDR Real Effective Exchange Rate (LHS) IDR/USD Spot 11000 (RHS) 130 Appreciation 11750 12500 100 80 Jan‐08 8000 Apr‐08 Jul‐08 Oct‐08 Feb‐09 May‐09 Aug‐09 Sumber: Bank Sentral Amerika dan BI melalui CEIC Indeks umum Bank Sentral Amerika telah melemah 11,5 persen sejak bulan Maret, sementara saham dan aktiva pasar berkembang dan harga-haraga komoditas utama telah bangkit dengan kuat Dec‐09 12500 Jan‐07 Apr‐07 Jul‐07 Oct‐07 Jan‐08 Apr‐08 Jul‐08 Oct‐08 Jan‐09 Apr‐09 Jul‐09 Oct‐09 Sumber: JP Morgan dan BI melalui CEIC Rupiah bukanlah satu-satunya mata uang yang menguat terhadap dolar Amerika pada bulan-bulan terakhir. Indeks Umum Dolar Dewan Bank Sentral Amerika (yang menyertakan 26 mata uang yang mewakili mitra-mitra dagang utama Amerika) telah melemah sebesar 11,5 persen sejak bulan Maret, ketika pasar saham global dan hargaharga aktiva pada pasar negara berkembang pada khususnya mulai meningkat (Tabel 13). Dolar Amerika telah menunjukkan hubungan terbalik yang kuat dengan harga aktiva berisiko sejak dimulainya krisis bulan Oktober yang lalu. Pada puncak krisis, ketika harga saham dan aktiva jatuh di akhir tahun 2008 dan sekali lagi pada bulan Februari-Maret 2009, indeks dolar menguat ke tingkat tertingginya sejak tahun 2005 karena penanam modal mengganti aktivanya yang penuh risiko ke uang tunai dolar Amerika. Ketika pasar aktiva mulai pulih pada triwulan kedua tahun 2009 dan selera risiko investor kembali, dolar Amerika telah turun secara berarti. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 25 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Sejak bulan Maret, indeks-indeks saham utama Asia telah meningkat lebih dari rata-rata 80 persen. (Gambar 33, Tabel 13) Selain itu, kebijakan moneter yang longgar juga memungkinkan obligasi untuk beraksi baik pada ekonomi baru dan maju: di Indonesia, yield obligasi negara 5 tahun dalam mata uang lokal telah turun 33 persen sejak bulan Maret, sementara di negara maju seperti Amerika Serikat, program-program pelonggaran kuantitatif bank sentral telah menopang harga-harga obligasi. (Gambar 34) Selain itu, emas, yang dipandang oleh investor sebagai pembendung inflasi dan juga mata uang alternatif, dan sejarahnya memiliki hubungan terbalik dengan dolar Amerika, telah meningkat sebesar 20 persen sejak bulan Maret ke nilai tertinggi dalam nilai nominal. Gambar 33: Kurs tukar dolar Amerika telah bergerak ke arah yang berlawanan dengan indeks saham dunia sejak dimulainya gejolak pasar keuangan pada bulan September 2008 (indeks pasar saham, di-indeks ke 100 pada 2 Januari 2008) 115 Equity Indices 2 Jan 08 = 100 Dollar Index (yield obligasi negara 5 tahun dalam mata uang lokal dalam persen) 120 24 115 21 110 18 Percent Percent 24 March 2009 Thailand SET 100 Gambar 34: Yield obligasi Indonesia dalam mata uang lokal telah jatuh sepertiganya sejak bulan Maret, tapi masih lebih tinggi dibanding yield yang lain Dollar Index (RHS) Singapore SGX Jakarta JCI 21 18 Indonesia 85 70 105 15 100 12 15 12 Philippines 95 55 40 Shanghai Composite 90 9 9 Thailand 6 6 Malaysia Bombay BSE 85 3 3 United States 25 Jan‐08 80 Apr‐08 Jul‐08 Oct‐08 Feb‐09 May‐09 Aug‐09 Sumber: CEIC dan Bank Dunia Kurs tukar rupiah/dolar Amerika menjadi sangat berkaitan dengan indeks dolar Amerika sejak dimulainya gejolak keuangan dunia pada bulan September 2008, dengan keseluruhan indeks dolar Amerika terhubung dengan pergerakan yang lebih besar pada kurs rupiah/dolar Amerika Dec‐09 0 Jan‐08 0 Apr‐08 Jul‐08 Oct‐08 Feb‐09 May‐09 Aug‐09 Dec‐09 Sumber: CEIC Kurs tukar rupiah/dolar Amerika telah bergerak erat dengan indeks dolar sejak dimulainya krisis pada penghujung tahun 2008 (yaitu, Rupiah telah menguat dengan melemahnya Indeks Dolar, dan sebaliknya), dan pergerakan dalam Indeks Dolar cenderung berkaitan dengan pergerakan yang lebih besar dari proporsional dalam kurs tukar rupiah/dolar Amerika, terutama sejak dimulainya krisis di penghujung tahun 2008. Kaitan antara pergerakan dalam rupiah/dolar Amerika dan Indeks Dolar berada pada 68 persen dari bulan Januari 2007 ke November 2009, menguat menjadi 92 persen jika kita hanya menghitung periode dari bulan September 2008 hingga sekarang. Selain itu, analisa regresi periode Januari 2007-November 2009 menunjukkan bahwa peningkatan 1 persen pada Indeks Dolar berkaitan dengan penurunan 1,22 persen dalam rupiah/dolar Amerika. Memperkecil kerangka waktu ke September 2008-November 2009 memperkuat kaitan ini menjadi 2,1 persen penurunan Rupiah untuk setiap peningkatan 1 persen dalam Indeks Dolar. Kedua hasil itu signifikan secara statistika pada tingkat tinggi dan tampaknya kokoh (Tabel 14). b. Arus masuknya modal ke aktiva keuangan lancar menjelaskan sebagian besar penguatan … Kelemahan dolar Amerika, bersama bersama dengan catatan rendahnya suku bunga di Amerika Serikat dan menguatnya pasar-pasar berkembang, telah mendorong arus masuknya modal ukuran besar kepada ekonomi berkembang Gabungan suku bunga yang rendah di Amerika Serikat, pelemahan dolar Amerika, dan menguatnya harga-harga aktiva di pasar-pasar berkembang telah mendorong arus masuk modal berukuran raksasa ke ekonomi-ekonomi berkembang dengan neraca modal terbuka pada enam bulan terakhir. Investor telah melakukan perdagangan, meminjam dalam dolar Amerika untuk membeli aktiva dengan yield yang lebih besar pada pasarpasar berkembang — pada suku bunga yang sebetulnya negatif. Hal ini menambah tekanan pada harga aktiva dan mata uang pasar berkembang, mendorong beberapa pemberi komentar untuk menyarankan bahwa beberapa harga aktiva dapat meningkat dengan lebih dari yang dijustifikasi dengan meningkatkan asas pokok ekonomi. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 26 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Indonesia telah menarik arus masuk modal sebesar 6,5 miliar dolar Amerika sejak Maret, yang berkaitan erat dengan penguatan rupiah Kembali melaju? Indonesia, dengan selisih suku bunganya yang sangat menarik dan neraca permodalan yang terbuka, telah menarik arus masuk permodalan bukan penduduk yang cukup besar. (Gambar 35) Sejak bulan Maret 2009, Indonesia telah menyerap 6,46 miliar dolar Amerika dalam arus masuk asing bersih, 40 persen dari nilai itu pada bulan September dan Oktober (Gambar 36). Tanpa sterilisasi penuh oleh bank sentral (membangun cadangan devisa asingnya dan mengimbangi dampaknya pada ekonomi dalam negeri), aliran masuk demikian sesuai sifatnya akan menyebabkan penguatan jangka pendek kurs tukar. Kaitan antara kurs rupiah/dolar Amerika dan keseluruhan kepemilikan bukan penduduk adalah 70 persen antara Oktober 2008 dan November 2009 (yaitu Rupiah menguat ketika bagian modal asing meningkat), dengan peningkatan 1 persen pada bagian modal asing berkaitan dengan penguatan 0,53 persen kurs rupiah/dolar Amerika. (Tabel 14, Gambar 36) Sejak jumlah bagian modal asing di Indonesia telah meningkat sekitar 28 persen sejak bulan Maret (dengan September dan Oktober menyumbang 9 poin persentase dari kenaikan itu), aliran masuk modal telah memberikan andil secara berarti kepada penguatan Rupiah pada periode ini. Gambar 35: Adanya aliran masuk bersih modal yang berarti Gambar 36: … meningkatkan bagian modal di Indonesia oleh bukan penduduk sebesar 6,4 miliar dolar Amerika – menuju Indonesia sejak bulan Maret … (arus bersih dalam miliar dolar Amerika; Indeks dolar pada satu triwulan Amerika dan rupiah/dolar Amerika di-indeks ke 100 pada Oktober 2008) 30000 IDR billion Index Oct08=100 IDR/USD (RHS) IDR billion IDR per USD 8500 9500 110 200000 10000 Total Foreign Capital Stock (LHS) 105 100 0 Net Foriegn Flows (LHS) Dollar Index (RHS) 95 ‐20000 80 ‐30000 Mar‐09 May‐09 Jul‐09 Sep‐09 Sumber: Federal Reserve Board, CEIC, BI dan Bank Dunia Investasi bukan penduduk dalam aktiva keuangan Indonesia berkaitan secara terbalik dengan kekuatan dolar Amerika, selisih suku bunga, dan spread EMBI Indonesia …ketika risiko meningkat, pihak asing akan melepaskan kepemilikan aktiva Indonesia mereka 10500 150000 11500 IDR Appreciation 85 Dec‐08 IDR/USD spot (RHS) 90 IDR Appreciation Oct‐08 120 250000 115 20000 ‐10000 (kepemilikan saham bukan penduduk, obligasi pemerintah dalam rupiah dan instrumen pasar uang jangka pendek) 100000 06‐Oct‐08 12500 06‐Jan‐09 06‐Apr‐09 06‐Jul‐09 06‐Oct‐09 Sumber: Federal Reserve Board, CEIC, BI dan Bank Dunia Di antara faktor-faktor pendukung aliran masuk, bagian modal asing menunjukkan keterkaitan terbalik 80 persen dengan Indeks Dolar dan selisih suku bunga antara Indonesia dan Amerika Serikat. Analisa regresi menunjukkan bahwa kenaikan 1 persen Indeks Dolar berkaitan dengan penurunan -1,34 persen pada bagian modal asing, dengan suku bunga tetap. Seperti itu, kenaikan 1 persen dalam selisih suku bunga (antara SBI 3 bulanan dan T-Bills 3 bulanan Amerika Serikat) berkaitan dengan 0,62 persen penurunan dalam bagian modal asing, dengan Indeks Dolar tetap sama. (Tabel 14) Walaupun tampaknya tidak betul bahwa peningkatan dalam selisih suku bunga berkaitan dengan penurunan dan bukan peningkatan dalam bagian saham asing, hal ini dapat mencerminkan perbedaan mendasar antara suku bunga Indonesia dan Amerika Serikat yang sangat tinggi sehingga peningkatan lebih lanjut dari selisih biasanya disebabkan oleh suatu guncangan negatif atau naiknya risiko Indonesia yang disadari sehingga sejalan dengan penurunan pada penempatan modal bukan penduduk. Jumlah bagian modal asing di Indonesia memiliki keterkaitan terbalik sebesar 95 persen dengan spread EMBI Indonesia, yang biasanya digunakan sebagai nilai untuk mengukur risiko negara (Gambar 38): Peningkatan 1 persen dalam spread EMBI berkaitan dengan penurunan 0,23 persen dalam bagian modal asing. Jadi ketika spread dan risiko negara meningkat, dana mengalir keluar. (Spread ini juga memiliki keterkaitan positif tinggi dengan Indeks Dolar dan selisih suku bunga.) THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 27 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Indonesia masih secara khusus rentan terhadap aliran masuk uang panas karena aliran itu cenderung cepat berubah arah dan dapat pergi secara tiba-tiba, mengganggu pasar uang dan ekonomi Kembali melaju? Walaupun kecepatan dan volume aliran masuk modal ke aktiva keuangan lancar Indonesia tidak berbeda dengan negara-negara pasar berkembang lainnya di Asia dan America Latin, nusantara tetap sangat rentan terhadap “uang panas” ini. Pertama, negara ini memiliki pasar-pasar modal terbuka, lebih dibanding negara tetangganya, dan selama ini tetap memegang komitmen untuk tidak menerapkan kendali modal. Kedua, warisan dari krisis tahun 1997-98 membuat investor di Indonesia mudah untuk memindahkan dana ukuran besar karena alasan yang sangat rapuh hubungannya dengan dasar-dasar (seperti ditunjukkan oleh keterkaitan negatif yang sangat kuat antara spread EMBI, yang menunjukkan kesadaran akan risiko negara, dan bagian dari kepemilikan bukan penduduk). Bila dananya keluar dari negara ini secepat – dan biasanya lebih cepat – dari pada waktu ia mulai mengalir, dan perdagangan pada pasar keuangan Indonesia relatif tipis, aliran-aliran ini akan dapat secara berarti menambah perubahan pasar yang cepat, dengan dampak yang lebih luas pada kepercayaan investor, kurs tukar, dan ekonomi riil. Intervensi oleh penyusun kebijakan dapat membatasi dampak aliran ini, tetapi sebagian besar pilihan kebijakan membutuhkan dukungan dana yang tidak sedikit. (Gambar 39). Gambar 37: Cadangan devisa asing Indonesia telah berkaitan dengan kurs tukar valuta sejak Oktober 2008, mengesankan bahwa BI telah agak membatasi pergerakan liar kurs tukar valuta (cadangan dalam juta dolar Amerika, tingkat kurs rupiah/dolar Amerika) 70000 USD million IDR per USD 7500 60000 8500 50000 9500 Gambar 38: Kepemilikan bukan penduduk akan aktiva keuangan Indonesia telah menurun ketika risiko negara meningkat, dan sebaliknya (bagian aktiva keuangan Indonesia milik asing dalam miliar rupiah; Indeks Dolar, spread EMBI dan selisih suku bunga di-indeks ke 100 pada 6 Oktober 2008) 250000 IDR billion Index 6 Oct 08=100 200 200000 140 IDR/USD Spot (RHS) Dollar Index (RHS) 40000 10500 Indonesia‐US Interest Rate Differential (RHS) 150000 IDR Appreciation 30000 11500 International Reserves (LHS) 20000 Jan‐05 12500 Oct‐05 Aug‐06 Total Foreign Capital Stock (LHS) May‐07 Mar‐08 Dec‐08 Indonesia EMBI spread (RHS) 100000 Oct‐09 Sumber: BI via CEIC dan Bank Dunia 80 06‐Oct‐08 20 06‐Jan‐09 06‐Apr‐09 06‐Jul‐09 06‐Oct‐09 Sumber: Federal Reserve Board, CEIC, BI dan Bank Dunia Gambar 39: Kebijakan moneter dan fiskal dapat membatasi dampak aliran masuk modal, tetapi kebanyakan pilihan membutukan dukungan dana yang kuat A : Allow inflow of money (shifts LM right ) → Can be inflationary i BP ' B : Sterilize inflow by building reserves, OMO (stay at B ) → Can prolong inflows by keeping interest rates high C : Allow appreciation (shifts IS and BP left ) → Exports lose competitiveness D : Impose capital controls (moves BP upward, steeper slope ) → Lose efficiency; have to finance investment through higher cost domestic funds rather than borrowing from abroad at lower cost E : Fiscal contraction (shifts IS left ) → Can be recessionary; politically difficult LM BP=0 D C, E B IS' A LM' IS Y Model IS-LM adalah kerangka Keynesian yang berfokus pada interaksi antara elemen ekonomi ril dan moneter. Kurva IS (investasi dan simpanan) menjelaskan hubungan antara output dan tingkat suku bunga yang memberikan keseimbangan di pasar barang, sedangkan kurva LM (preferensi likuiditas dan penawaran uang) menjelaskan hubungan antara pendapatan dan tingkat suku bunga yang memberikan keseimbangan di pasar uang. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 28 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? c. …dengan pemulihan harga komoditas juga membaik Dengan komoditas merupakan sebagian besar ekspor Indonesia, rupiah cenderung menguat dengan harga komoditas Harga komoditas adalah jalur penting kedua tempat jalan kelemahan dolar Amerika berdampak pada kurs tukar rupiah/dolar Amerika. Indeks dolar Amerika memiliki keterkaitan terbalik yang kuat dengan harga komoditas: kenaikan 1 persen Indeks berkaitan dengan penurunan 4,2 persen dalam EWCPI non minyak Indonesia. (Tabel 14) Komoditas menyumbang lebih dari setengah jumlah ekspor Indonesia. Penelitian empiris oleh Rogoff dan Chen (2003) telah menemukan keterkaitan yang berarti antara kurs tukar dan harga dunia dari komoditas ekspor dari Australia, Kanada dan Selandia Baru—tiga negara yang komoditas utamanya merupakan komponen utama ekspor. Tabel 13: Pergerakan dalam kurs tukar dan harga aktiva sejak September 2008 Level Sep 2 2008 March 2009 High Level Nov 9 2009 % Change since March % Change since Sep 08 IDR Crosses IDR/USD 9192 12065 9420 -22 IDR/EUR 13407 16130 14040 -13 2.5 5 IDR/GBP 16463 17119 15705 -8 -5 IDR/SGD 6437 7837 6778 -13.5 5 IDR/AUD 7808 8187 8712 6.4 11.5 USD Crosses INR/USD 44.4 51.8 46.36 -10.5 4 SGD/USD 1.4308 1.5565 1.3862 -11 -3 KRW/USD 1134.45 1570.1 1154.6 -26 2 JPY/USD 108.85 97.17 89.92 -7.5 -17 USD/AUD 0.8360 0.6301 0.9293 47 11 USD/EUR 1.4522 1.2580 1.4999 19 3 99.83 115 101.9 -11.4 2 Dollar Index Stock Indices Jakarta 2159 1256 2406 92 11 Bombay 7861 4160 8703 109 11 Shanghai 2305 2071 3175 53 38 Singapore 2759 1456 2693 85 -2 659 413 713 73 8 12 14 9.35 -33 -22 798 890 1062 20 33 Thailand 5yr IDR Govt Bond Yield Gold Price ($/troy oz) Sumber: CEIC dan Bank Dunia Hubungan yang sama terdapat antara indeks harga komoditas berbobot ekspor (EWCPI) dalam dolar Amerika dan kurs tukar efektif yang riil dan nilai spotnya. (Gambar 40, Gambar 41) Kurs tukar spot menunjukkan keterkaitan terbalik sebesar 69 persen dengan EWCPI berminyak atau tanpa minyak. (seperti Rupiah menguat ketika harga komoditas meningkat). Peningkatan 1 persen dalam EWCPI non minyak terkait dengan 0,26 persen penguatan rupiah/dolar Amerika (penguatan itu 0.25 persen untuk minyak EWCPI). Keterkaitan dan hasil regresi bahkan lebih kuat dari REER. EWCPI non-minyak menunjukkan keterkaitan 88 persen dengan kurs tukar riil, dengan 1 persen kenaikan oleh indeks berkaitan dengan peningkatan 0,46 persen (hubungan ini serupa dengan EWCPI minyak). (Tabel 14, Tabel 15) Hasil-hasil tersebut mengesankan bahwa kelemahan yang baru terjadi atas Indeks Dolar telah merembes menjadi harga komoditas yang lebih tinggi, dan dengan adanya keterkaitan positif antara Rupiah dan harga-harga komoditas, hal ini merupakan saluran lain lagi tempat rupiah/dolar Amerika telah menguat. Dolar Australia, dengan karakteristik yang sama dengan rupiah, telah menguat lebih tinggi lagi sejak bulan Maret Banyak dari karakteristik yang tampaknya mendukung rupiah juga dimiliki oleh dolar Australia (AUD), walaupun kedua ekonomi itu memiliki perbedaan mendalam atas pendapatan dan pembangunan kelembagaan. Kedua ekonomi itu memiliki neraca modal terbuka, suku bunga dalam negeri cukup lebih tinggi dari suku bunga dunia, dan bagian komoditas yang besar dalam keranjang ekspor mereka. Keduanya telah menguat cukup tinggi terhadap dolar Amerika dan mata uang lainnya pada tahun ini: dolar Australia telah menguat sebanyak 47 persen terhadap dolar Amerika sejak bulan Maret, dua kali seperti rupiah. (Tabel 13) THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 29 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Gambar 40: Pergerakan harga komoditas berkaitan dengan pergerakan dalam rupiah, mencerminkan pentingnya komoditas dalam keranjang ekspor Indonesia Gambar 41: … dan hubungannya cukup kuat menghadapi kurs tukar riil efektif (Dolar umum dolar Amerika di-indeks ke 100 pada 21 (Harga ekspor komoditas Indonesia di-indeks ke 100 di tahun Januari 1997; harga emas dalam dolar Amerika per satuan 2000) troy oz) 500 Index 3 Jan 2000 =100 Index 3 Jan 2000 =100 Oil Export Weighted Commodity Price Index (LHS) 8500 Index Jan04=100 350 9500 IDR/USD spot (RHS) Non‐Oil Export Weighted Commodity Price Index (LHS) 180 Non‐Oil Export Weighted Commodity Price Index (LHS) 250 300 10500 160 IDR Real Effective Exchange Rate (RHS) 200 IDR Appreciation 200 200 Oil Export‐Weighted Commodity Price Index (LHS) 300 400 Index Jan04=100 140 11500 150 100 2‐Jan‐07 120 12500 100 2‐May‐07 2‐Sep‐07 2‐Jan‐08 2‐May‐08 2‐Sep‐08 2‐Jan‐09 2‐May‐09 2‐Sep‐09 Sumber: BI lewat CEIC dan Bank Dunia 100 Jan‐07 May‐07 Sep‐07 Jan‐08 May‐08 Sep‐08 Jan‐09 May‐09 Sep‐09 Sumber: Federal Reserve Board, CEIC, BI dan Bank Dunia Tabel 14: Analisa regresi kurs tukar rupiah dan beberapa dari keterkaitan utamanya (regresi atas data harian) Dependent Variable: Log IDR/USD spot Time Period Coefficient R Square T-Statistic (1) Log FRB Dollar Index Independent Variab le Jan 07 - Nov 09 1.229 0.47 24.1 (2) Log FRB Dollar Index Sep 08 - Nov 09 2.108 0.85 38.9 (3) Log Foreign Capital Stock Oct 08 - Nov 09 -0.535 0.49 -16.0 (4) Log Non-Oil Export Weighted CPI Jan 07 - Oct 09 -0.261 0.47 -24.5 (5) Log Oil Export Weighted CPI Jan 07 - Oct 09 -0.246 0.48 -24.7 (6) Log Indo EMBI Spread Oct 08 - Nov 09 0.148 0.66 21.9 (7) Log Interest Rate Differential Oct 08 - Nov 09 0.833 0.70 24.4 (8) Log Foreign Capital Stock Oct 08 - Nov 09 -0.621 0.73 -21.1 Oct 08 - Nov 09 -0.486 0.73 -17.1 -2.506 0.65 -21.5 Log Non-Oil Export Weighted CPI Dependent Variable: Log Foreign Capital Stock (1) Log FRB Dollar Index Oct 08 - Nov 09 (2) Log Indo EMBI Spread Oct 08 - Nov 09 -0.228 0.91 -50.4 (3) Log FRB Dollar Index Oct 08 - Nov 09 -0.619 0.73 -8.9 Oct 08 - Nov 09 -1.335 0.73 -8.1 Oct 08 - Nov 09 11.547 0.78 30.1 Jan 07 - Oct 09 -0.183 0.76 -45.7 0.76 -45.7 Log Interest Rate Differential Dependent Variable: Log Indo EMBI Spread (1) Log FRB Dollar Index Dependent Variable: Log FRB Dollar Index (1) Log Non-Oil Export Weighted CPI Dependent Variable: Log Non-Oil Export Weighted Commodity Price Index (1) Log FRB Dollar Index Jan 07 - Oct 09 -4.171 Sumber: Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 30 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Tabel 15: … dan mengenai keterkaitan dengan kurs tukar efektif riil (regresi atas data bulanan) Dependent Variable: Log REER Independent Variab le (1) Log Non-Oil Export Weighted CPI Time Period Coefficient R Square T-Statistic Jan 04 - Oct 09 0.458 0.77 15.2 (2) Log Oil Export Weighted CPI Jan 04 - Oct 09 0.446 0.73 13.6 (3) Log Net Foreign Assets Jan 04 - Aug 09 0.418 0.82 17.3 (4) Log Non-Oil Export Weighted CPI Jan 04 - Aug 09 0.227 0.89 6.2 Jan 04 - Aug 09 0.251 0.89 7.6 Log Net Foreign Assets Sumber: Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 31 C. INDONESIA 2014 DAN SETERUSNYA: PANDANGAN PILIHAN 1. Memandang Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah Satu dasawarsa krisis ganda berlalu, Indonesia bertransformasi menjadi negara berpendapatan menengah yang percaya diri … Saat dasawarsa pertama abad ke-21 hampir berakhir, Indonesia muncul sebagai negara berpendapatan menengah, kuat secara ekonomi, stabil secara politik, serta semakin percaya diri dan mengemuka secara global. Hal ini sama sekali tidak terbayangkan di satu dasawarsa lalu, saat Indonesia mengalami krisis ekonomi besar yang mengakibatkan kerusakan ekonomi pada jutaan rumah tangga, peningkatan tajam dalam tingkat kemiskinan, penurunan PDB sebesar 13 persen, dan kenyarisan kebangkrutan dalam sektor keuangan. Krisis ekonomi mengakibatkan runtuhnya Orde Baru, menghasilkan masa pergolakan politik yang ditandai beberapa perubahan dalam pemerintahan dan memuncaknya ketegangan separatisme. … dengan perubahan struktural mendasar di depan mata Selama dasawarsa terakhir, sistem fiskal dan politik Indonesia telah mengalami transformasi. Walaupun jarang disebutkan, Indonesia ternyata juga tengah berada dalam pergeseran demografis dan geografis yang mendasar. Indonesia sekarang merupakan negara perkotaan karena lebih dari 50 persen penduduknya tinggal di daerah perkotaan. Dan dalam lima tahun ke depan, penduduk Indonesia akan mencapai 250 juta orang, di mana sekitar 60 persennya tinggal di perkotaan. Di saat yang sama, akan terjadi penurunan tingkat kesuburan dan peningkatan tajam dalam jumlah penduduk usia tua, yang akan menjadikan Indonesia terus menikmati "berkah demografis" dalam dasawarsa mendatang karena penduduk berusia kerja meningkat terhadap kelompok populasi lainnya. … dan berpotensi terus naik dan masuk ke perekonomian berpendapatan menengah yang dinamis dan inklusif Karena prestasi Indonesia di masa lalu, sangatlah mungkin untuk membayangkan Indonesia baru di dasawarsa mendatang sebagai tempat bagi setiap anak mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas dan menyelesaikan pendidikan menengah; Indonesia yang jalan rayanya yang menghubungkan Surabaya dengan Jakarta dan Medan serta menyediakan akses pasar dan jalur ekonomi ke kota dan desa yang dilewatinya; Indonesia yang berdaya saing global bukan hanya di sektor berbasis komoditas yang merupakan keunggulan alaminya, tapi juga dalam beberapa industri jasa dan manufaktur; dan Indonesia adalah tempat di mana bangsanya dapat menikmati akses ke pelayanan kesehatan berkualitas yang terjangkau. Jika Indonesia dapat meneruskan mengembangkan fondasi makroekonomi dan stabilitas politik yang telah dibentuknya serta mempercepat pertumbuhan sekaligus memastikan pertumbuhan yang merata dan berkesinambungan, Indonesia berpotensi untuk menjadi negara berpendapatan menengah yang dinamis, kompetitif dan inklusif dalam dasawarsa mendatang. Namun, masih banyak yang harus dilakukan untuk mewujudkan ini... Namun, untuk mewujudkan visi dan potensi kebangkitan Indonesia, masih banyak hal yang harus dilakukan. Pertumbuhan telah kembali dimulai dan menguat, tapi infrastruktur tetap buruk dan iklim investasi tetap lemah. Tingkat pertumbuhan tinggi tidak mengurangi kemiskinan sebesar yang diharapkan, dan sejumlah besar penduduk tetap rentan terhadap kemiskinan. Di sisi lapangan kerja, terjadi tanda-tanda pemulihan yang positif dalam lima tahun terakhir, tapi Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangganya yang lebih makmur dalam menciptakan pekerjaan di sektor non-pertanian dan bernilai tambah tinggi. Akibat kondisi geografis, kesenjangan pendapatan, kualitas kesehatan, air dan sanitasi serta penyampaian layanan pendidikan di tingkat daerah yang buruk, kinerja Indonesia dalam pemerataan hasil pembangunan belum memadai, walaupun sesungguhnya sudah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam anggaran belanja untuk publik. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa kualitas lingkungan Indonesia menurun dan sumber daya alamnya menurun tanpa dapat dipulihkan. ...dan tugas ini tidak mudah dan akan memakan waktu Dilatarbelakangi posisi fiskal yang kuat, peluang Indonesia di lima tahun mendatang sangatlah luas untuk mengatasi kelemahan struktural ini. Namun, tugas ini tidak mudah dan akan memakan waktu. Demokratisasi dan desentralisasi secara fundamental telah mengubah struktur pertanggungjawaban dan proses pengambilan keputusan pemerintah. Perubahan ini menggarisbawahi kelemahan sistemik dalam proses dan kapasitas untuk perumusan dan implementasi kebijakan serta membuat proses implementasi reformasi menjadi tugas yang lebih menantang dan memakan waktu. Efektivitas pemerintah terbatasi oleh tidak memadainya kapasitas dan pertanggungjawaban pegawai negeri dan masalah koordinasi dalam pemerintah. Karena pemilu yang sangat kompetitif telah 32 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? menghasilkan koalisi politik di tingkat pusat dan di banyak daerah, dan suara yang lebih besar di arena politik telah diberikan kepada serangkaian luas aktor non-pemerintah, tugas pencapaian konsensus kebijakan dan reformasi penting menjadi semakin menantang. Desentralisasi telah mengubah struktur pertanggungjawaban atau melemahkannya karena pembagian peran dan tanggung jawab antara berbagai tingkat pemerintah tetap tidak jelas di banyak area kegiatan pemerintah. Pada saat yang sama, tugas yang dihadapi Indonesia sebagai perekonomian berpendapatan menengah telah menjadi semakin sulit, sebagian karena keberhasilannya dan sebagian lagi karena lingkungan ekonomi global yang berubah cepat. Peluang baik untuk melakukan tugas ini, di ambang dasawarsa baru, bersama dengan pemerintah dan rencana pembangunan lima tahun yang baru Namun, ada peluang baik bagi Indonesia untuk melakukan tugas ini. Setelah berhasil melalui tren pelemahan global dengan baik, Indonesia saat ini berada di posisi yang lebih baik daripada sebagian perekonomian berpendapatan menengah lainnya dalam berpikir lebih proaktif mengenai kebijakan pembangunan dan prioritas belanja untuk lima tahun mendatang dan seterusnya. Pemerintah yang baru terpilih kembali seharusnya memiliki peluang untuk mengimplementasikan program pembangunan yang ambisius. Secara khusus, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) untuk 2010-2014, yang saat ini sedang dirampungkan dan akan diserahkan untuk mendapatkan persetujuan DPR di awal 2010, memberikan peluang penting bagi pemerintah untuk membentuk prospek pembangunan Indonesia dalam lima tahun mendatang dan membangun dasar untuk dasawarsa mendatang. Pemerintah akan menghadapi pilihan belanja publik dan kebijakan yang penting. Reformasi kebijakan dan kelembagaan yang diprioritaskan Indonesia, jumlah sumber daya yang akan dibelanjakan untuk pembangunan, tempat yang dipilih untuk membelanjakan sumber daya ini dan seberapa efektif pelaksanaan program pembangunannya akan sangat berpengaruh pada prospek ekonomi dan sosial jangka panjang Indonesia. Pandangan pilihan atas prioritas dan tantangan pembangunan Indonesia Untuk memberi kontribusi dan informasi kepada diskusi publik mengenai pilihan-pilihan penting ini, edisi dari Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia memulainya dengan memberikan pandangan yang selektif terhadap prospek, prioritas dan tantangan pembangunan Indonesia dalam lima tahun mendatang dan seterusnya. Bank Dunia melakukan hal ini dengan menggunakan karya analitis dari sudut pandang bagian “yang telah selesai”, mendatang dan sedang berjalan, dalam menyajikan fakta dan analisis penting mengenai topik pilihan yang relevan; sehingga dapat dipertimbangkan mana prioritas dan tantangan dalam pembangunan jangka menengah Indonesia. Dalam edisi ini, fokus ada pada tren demografis yang akan dihadapi Indonesia dalam dasawarsa mendatang serta tantangan dan peluang yang dihasilkan tren tersebut sehubungan dengan penciptaan lapangan kerja dan pembiayaan perawatan kesehatan. 2. Indonesia memasuki dekade yang kritis secara demografi Indonesia telah menikmati keuntungan demografis selama empat puluh tahun terakhir… Selama empat puluh tahun terakhir Indonesia telah menikmati buah manis demografis dengan berkurangnya kesuburan telah memangkas jumlah anak (umur 0 hingga 14) pada populasi tanpa peningkatan jumlah manula (umur 65 ke atas). Dan sebagai akibatnya, rasio ketergantungan—rasio anak dan manula (yang bergantung) kepada populasi usia kerja—telah terus menyusut dari di atas 0,8 di tahun 1970 menjadi sekitar 0,5 di tahun 2009 (Gambar 42). …tetapi celah kesempatan demografis ini akan menutup pada dekade berikut Tetapi celah kesempatan kependudukan ini akan menutup pada dekade berikut. Suatu waktu di antara tahun 2020 dan 2025 rasio ketergantungan Indonesia akan mulai meningkat lagi, karena jumlah manula di populasi akan mulai meningkat tajam, mengimbangi penurunan jumlah anak dan juga peningkatan populasi usia kerja. Pada dekade berikut jumlah penduduk berusia di atas 65 diperkirakan akan meningkat sebesar 4 juta jiwa, kira-kira sebesar peningkatannya pada dekade yang lalu. Tetapi antara tahun 2020 dan 2030, jumlah manula akan meningkat sebesar 8 juta, dan pada tahun 2030 jumlah manula dalam populasi Indonesia diperkirakan akan mencapai 10 persen. Dari sudut pandang kependudukan, dekade berikut merupakan dekade penentu bagi Indonesia. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 33 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? 80.0 0.90 70.0 0.80 60.0 50.0 40.0 0.70 Dependency ratio (RHS) Working age (15 to 64) (LHS) 0.60 0.50 Children (0 to 14) (LHS) 30.0 20.0 0.40 0.30 0.20 Elderly (65 and over) (LHS) 10.0 0.10 0.0 2050 2045 2040 2035 2030 2025 2020 2015 2010 2005 2000 1995 1990 1985 1980 1975 1970 1965 1960 1955 1950 0.00 Dependency ratio (young and elderly to working age) % of population Gambar 42: Celah kesempatan demografis Indonesia akan tertutup pada dekade berikut Sumber: Proyeksi demografi dari BPS dan Statistik PBB. 3. Menciptakan lapangan kerja yang lebih baik untuk angkatan kerja Indonesia yang terus berkembang Celah kesempatan demografis Indonesia juga memunculkan tantangan untuk menciptakan lapangan kerja yang baru dan berkualitas Populasi usia kerja Indonesia akan meningkat sekitar 20 juta pada dekade berikut, atau sekitar 2 juta per tahun. Untuk penggunaan terbaik dari celah kesempatan demografis yang masih tersedia, Indonesia perlu membangun aliran pekerjaan baru yang baik dalam ukuran besar. Laporan Bank Dunia yang akan segera di publikasi Laporan Tenaga Kerja Indonesia, direncanakan untuk di publikasi pada awal 2010, melihat tren utama terhadap pasar tenaga kerja Indonesia selama dua decade terakhir, akan memberikan usulan lebih lanjut tentang bagaimana kebijakan dan program tenaga kerja dapat mendorong penciptaan lapangan kerja dan lebih mempersiapkan tenaga kerja yang kurang beruntung untuk berhasil dipasar tenaga kerja. Paragraf selanjutnya merangkum beberapa tren dan perkembangan dasar di pasar tenaga kerja Indonesia dari laporan tersebut. Akselerasi pengentasan kemiskinan tergantung pada penciptaan lapangan kerja Tenaga kerja adalah salah satu aset masyarakat miskin. Jika disediakan pekerjaan yang baik, mereka memiliki peluang untuk keluar dari kemiskinan. Indonesia pernah mengalami pertumbuhan tingkat pengangguran dari 1999 sampai 2003 yang memperlambat tingkat pengentasan kemiskinan. Kinerja pasar tenaga kerja yang tidak merata di Indonesia terus menimbulkan kekhawatiran mengenai apakah Indonesia berisiko kembali mengalami pertumbuhan tingkat pengangguran. Untuk memastikan bahwa manfaat pertumbuhan dibagikan secara lebih merata, pertumbuhan ekonomi harus menghasilkan lebih banyak pekerjaan. Tren lapangan kerja meningkat tapi penciptaan lapangan kerja tetap moderat Tingkat lapangan kerja, setelah turun selama enam tahun, berbalik dan mengalami tren naik sejak 2006. Baru-baru ini, tingkat lapangan kerja kembali naik dari 61,5 persen di bulan Agustus 2008 menjadi 62,1 persen di bulan Agustus 2009. Pekerja perempuan mencatatkan kenaikan tertinggi, selain pekerja pedesaan dan pekerja muda. Tingkat pengangguran inti menjadi stabil dalam tahun-tahun terakhir, bahkan turun dari 8,39 persen di bulan Agustus 2008 menjadi 7,87 persen di Agustus 2009. Walaupun tingkat pengangguran yang stabil dapat menutupi masalah di pasar tenaga kerja jika pekerja terdorong masuk ke pekerjaan yang kurang terjamin atau berkondisi buruk. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa beberapa indikator kualitas ketenagakerjaan. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 34 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Gambar 43: Peningkatan lapangan kerja Gambar 44: Tingkat pegangguran yang stabil (per sen dari populasi usia kerja) (per sen dari populasi usia kerja) % 65 1990-1997 64 1997-1999 1999-2003 8% 1990-1997 1997-1999 1999-2003 7 6 Susenas unemployment 5 Core unemployment 4 3 2 1 0 1990 1992 1994 1997 1999 2001 2003 2003-2008 63 62 61 60 59 58 1990 1992 1994 1997 1999 2001 2003 2005 2006 2008 Sumber: Sakernas dan Bank Dunia Penciptaan lapangan kerja yang 'lebih baik' mendatar 2003-2008 2005 2006 2008 Sumber: Sakernas dan Bank Dunia Dua indikator utama kualitas lapangan kerja adalah bagian pekerja aktif yang dipekerjakan di sektor nonpertanian dan formal. Pekerjaan sektor formal dianggap 'lebih baik' karena gaji rutin memberikan jaminan pendapatan kepada pekerja dan mereka berhak mendapatkan tunjangan tambahan seperti yang diatur oleh Undang-Undang mengenai Ketenagakerjaan (No. 13/2003). Sama halnya, pekerjaan nonpertanian lebih produktif dan memberikan upah yang lebih besar kepada pekerja. Walaupun terjadi pemulihan ekonomi Indonesia selama 1999-2003, lapangan kerja sektor formal mengalami penurunan dan pekerja terpaksa masuk ke pekerjaan pertanian. Namun, kualitas lapangan kerja secara bertahap telah pulih sejak 2003. Penciptaan lapangan kerja formal dan nonpertanian mengalami stagnasi, meningkat 0,22 dan 0,63 poin persentase secara berurutan, dari Agustus 2008 sampai Agustus 2009. Gambar 45: Lambatnya pertumbuhan lapangan kerja sektor Gambar 46: Stagnasi lapangan kerja nonpertanian formal (per sen dari populasi usia kerja) 60 % 1990-1997 (per sen dari populasi usia kerja) 1997-1999 1999-2003 50 % 2003-2008 1990-1997 55 45 50 40 45 35 40 1990 1992 1994 1997 1999 2001 2003 2005 Sumber: Sakernas dan Bank Dunia Mayoritas angkatan kerja mendapatkan pekerjaan di sektor informal 2006 2008 30 1990 1997-1999 1999-2003 2003-2008 Formal old definition Formal new definition 1992 1994 1997 1999 2001 2003 2005 2006 2008 Sumber: Sakernas dan Bank Dunia Tren lapangan kerja di pasar tenaga kerja Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif walaupun bertahap sejak 2003. Namun demikian, sebagian besar angkatan kerja tetap informal. Di tahun 2007, 24,1 persen angkatan kerja aktif dipekerjakan secara informal di bidang jasa dan industri, sementara 37,2 persen bekerja secara informal di bidang pertanian. Sebagian pekerja memilih sektor informal. Sekitar seperempat pekerja informal mendapatkan upah lebih besar di sektor ini daripada yang bisa mereka dapatkan dari pekerjaan formal. Namun, sebagian besar akan mendapatkan akan mendapatkan kondisi yang lebih baik di sektor formal. Secara rata-rata, pekerja di sektor informal mendapatkan 30 persen lebih sedikit daripada pekerja di sektor formal atau pemberi kerja. Mereka tidak mendapatkan tunjangan nonupah yang diterima pekerja sektor formal, misalnya tunjangan medis atau transportasi dan akses ke kredit. Pekerja informal juga menyatakan menghadapi tekanan pekerjaan yang lebih besar daripada pekerja di sektor formal. Tanpa percepatan penciptaan lapangan kerja di sektor formal, sebagian besar pekerja ini akan tetap menjalankan pekerjaan informal yang kurang baik. Karena pekerja informal cenderung lebih miskin, pertumbuhan lapangan kerja formal yang stagnan juga akan memperlambat pengentasan kemiskinan di Indonesia. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 35 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Gambar 47: Tingginya angkatan kerja informal Gambar 48: Pekerja sector formal menerima penghasilan lebih besar (proporsi thdp angkatan kerja) (rata-rata log gaji bulanan) 8.1 8 7.9 Informal agricultural 27% Informal nonagricultural 27% 7.8 7.7 7.6 Employers 2% Permament contract employees 3% Fixed-term contract employees 3% Employees with no contract 38% Sumber: Sakernas 2007 dan Bank Dunia Bahkan di sektor formal, sebagian besar pekerja hanya sedikit lebih baik daripada pekerja informal 7.5 7.4 7.3 7.2 7.1 Permanent Employees & Employers Fixed Term Contract Employees Employees with Informal workersInformal workers no Contract (non-agricultural) (agricultural) Sumber: IFLS 2007 Namun, pekerjaan di sektor formal tidak selalu lebih baik daripada pekerjaan di sektor informal. Sekitar 81 persen karyawan di sektor formal bekerja tanpa memiliki kontrak. Secara rata-rata, mereka mendapatkan jumlah yang sama dengan pekerja pertanian atau nonpertanian di sektor informal. Mereka cenderung tidak mendapatkan tunjangan nonupah yang biasanya terkait dengan pekerjaan sektor formal, termasuk pesangon, pensiun, kredit dan tunjangan transportasi. Sebagai contoh, dua pertiga karyawan yang memiliki kontrak permanen dan lebih dari separuh pekerja dengan kontrak temporer mendapatkan tunjangan medis. Hanya seperempat pekerja tanpa kontrak mendapatkan tunjangan ini. Saat terjadi perselisihan dengan pemberi kerja, karyawan tanpa kontrak pun mengalami kerugian. Tanpa dokumentasi pekerjaan yang dapat digunakan sebagai bukti, mereka menghadapi hambatan dalam mengakses pengadilan hubungan industrial. Gambar 49: Karyawan tanpa kontrak mendapat tunjangan nonupah yang lebih sedikit Gambar 50: Biaya PHK tertinggi (biaya PHK dalam minggu rata-rata pendapatan) (share of workers receiving benefit) 120 70% Permanent contract/Employer 60% 100 Fixed-term contract 50% 80 No contract 40% 60 30% 40 20% 20 10% 0 0% Severance Pension Medical Credit Transport Sumber: IFLS 2007 Debat tetap membahas apakah tingkat penciptaan lapangan kerja dapat dipercepat Meal East Asia & Pacif ic China Indonesia Malaysia Philippines Thailand Vietnam Sumber: ‘Doing Business’ 2010 Undang-Undang Ketenagakerjaan memberi kontribusi terhadap peningkatan penciptaan pekerjaan yang 'lebih baik' dengan menetapkan sistem untuk meningkatkan upah minimum, yang antara 1999 sampai 2003, meningkat cepat. Pada saat yang sama, undang-undang semakin memperketat aturan pemberian dan pemutusan kerja dengan melarang penggunaan kontrak temporer dan meningkatkan pesangon. Sejak itu, biaya pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia terus menjadi yang tertinggi di wilayahnya. Hal ini menimbulkan kontroversi mengenai sejauh mana aturan ini menghambat pemberi kerja dalam mempekerjakan staf, dan apakah kekakuan dalam pasar tenaga kerja memperlambat kecepatan penciptaan kerja di sektor formal dan nonpertanian. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 36 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? Dalam angkatan kerja yang sangat beragam, kebijakan harus memperhitungkan kepentingan mayoritas yang tidak memiliki suara Dalam debat seputar reformasi tenaga kerja, kelompok pekerja berfokus pada peningkatan kesejahteraan pekerja melalui penegakan aturan pemberian dan pemutusan kerja. Pekerja dengan kontrak permanen atau temporer mengkhawatirkan peningkatan perlindungan pekerja. Namun, pekerja informal mendapatkan keuntungan dari kebijakan yang mendorong penciptaan pekerjaan di sektor formal dan nonpertanian yang dapat menyediakan lebih banyak peluang bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang memberikan jaminan pendapatan dan tunjangan yang lebih besar. Karyawan tanpa kontrak di sektor formal pun akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan yang akan mendorong pemberi kerja untuk mempekerjakan lebih banyak pekerja dengan kontrak permanen. Pekerja ini, yang mewakili mayoritas angkatan kerja, tidak memiliki banyak suara dalam membentuk kebijakan pasar tenaga kerja yang dinegosiasikan dalam forum tripartit. … dengan tujuan mengembangkan peluang mendapatkan pekerjaan yang 'lebih baik' Penciptaan lapangan kerja membantu memperluas pembagian manfaat pertumbuhan, menyediakan peluang bagi masyarakat miskin untuk keluar dari kemiskinan. Namun, dalam angkatan kerja yang beragam seperti Indonesia, penciptaan lapangan kerja harus berfokus pada penciptaan pekerjaan yang 'lebih baik' di sektor formal dan nonpertanian pilihan. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi pemerintah baru adalah mengidentifikasi dan mendukung kebijakan yang mendorong penciptaan lapangan kerja untuk dimanfaatkan oleh mayoritas pekerja yang mencari pekerjaan yang lebih baik, sambil terus memastikan perlindungan yang memadai untuk pekerja sektor formal. Laporan Dunia Kerja Indonesia keluaran Bank Dunia yang akan datang, diperkirakan akan diluncurkan di awal 2010, akan menyajikan gagasan lebih lanjut mengenai bagaimana kebijakan dan program tenaga kerja dapat mendorong penciptaan lapangan kerja dan mempersiapkan pekerja yang kurang beruntung agar berhasil di pasar tenaga kerja. 4. Pendanaan layanan kesehatan untuk angkatan kerja dan populasi lanjut usia yang makin meningkat Komitmen untuk jaminan kesehatan menyeluruh tetapi masih banyak rincian penting yang harus diperjelas Dengan berlakunya UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di tahun 2004, Indonesia menjadi satu dari sedikit ekonomi berkembang yang meletakkan komitmen untuk memberikan layanan asuransi kesehatan universal untuk seluruh penduduknya melalui skema asuransi kesehatan masyarakat wajib. UU SJSN menetapkan terlaksananya cakupan universal pada tahun 2020. Rincian dan jadwal penerapan dari langkah apapun menuju cakupan universal ini belum terlalu jelas. Yang jelas adalah, terutama dengan kecenderungan demografis yang disebut di atas, bahwa suatu langkah menuju cakupan universal kemungkinan besar akan berdampak pada peningkatan yang cukup besar pada belanja biaya kesehatan pada dekade berikut. Dan pilihan kebijakan mengenai bagaimana reformasi itu akan dibiayai, kelompok mana yang akan menerima subsidi dari pemerintah, manfaat kesehatan khusus apa yang harus tercakup, perubahan apa yang dibutuhkan dalam sistem penyampaian layanan dan bagaimana mengupah mereka yang memberikan layanan, dan berbagai masalah aturan dan pengelolaan akan menentukan keberlanjutan pendanaan dari upaya apapun dan juga kualitas dan sejauh mana layanan diberikan, dan pada akhirnya, peningkatan hasil kesehatan yang dinikmati oleh penduduk Indonesia. Laporan Bank Dunia yang baru diterbitkan—Pendanaan Kesehatan di Indonesia: Peta Jalan Reformasi—memberikan bukti dan analisa-analisa yang bertujuan untuk membantu dan memberi informasi kepada pemerintah untuk menyusun dan menerapkan langkah menuju asuransi kesehatan universal. Bagian ini memberikan ringkasan terpilih dari pesan-pesan utama laporan tersebut. Pada empat dekade terakhir, Indonesia telah membuat peningkatan besar dalam hasil kesehatan… Pencapaian dalam bidang kesehatan telah meningkat pesat sejak tahun 1980 ketika usia harapan hidup hanyalah 52 tahun, dibandingkan dengan hampir 70 tahun saat ini. Dahulu sekitar 100 bayi setiap 1.000 kelahiran tidak sempat merayakan ulang tahun pertama mereka, sementara sekarang angka kematian bayi tidak sampai 30 per 1.000 kelahiran. Tingkat kesuburan telah menurun dari 4,7 anak per ibu ke sedikit di atas 2. Walaupun menggembirakan, pencapaian itu tidak sebaik yang dicatat oleh beberapa negara tetangga, dan untuk beberapa hal, seperti angka kematian ibu melahirkan, Indonesia tidak seberhasil negara-negara lain dengan tingkat pendapatan dan belanja kesehatan yang setara. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 37 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Kembali melaju? 7.0 Public 6.0 Private 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 Viet Nam Korea China Malaysia Philippines India Thailand 0.0 Indonesia Health spending as % of GDP in 2006 Gambar 51: Pengeluaran disektor kesehatan di Indonesia relative rendah …dan kapasitas penyampaian layanan kesehatan Indonesia telah meningkat cukup berarti Sistem pelayanan kesehatan Indonesia telah meningkat secara berarti selama 40 tahun terakhir. Hampir semua penduduk Indonesia mendapatkan layanan kesehatan dasar melalui jaringan 8.000 Puskesmas dan 22.200 Puskesmas Pembantu, dan sekitar 5.800 pusat kesehatan berjalan. Di sisi lain, Indonesia memiliki jauh lebih sedikit ruang rawat rumah sakit per kapita dibandingkan negara-negara lain dengan pendapatan yang setara, dan penggunaan rawat inap itu sangat buruk dengan tingkat hunian sekitar 60 persen. Dalam hal sumber daya manusia untuk layanan kesehatan, sementara bidan persalinan banyak tersedia di seluruh pelosok, keseluruhan angkatan kerja kesehatan Indonesia relatif kecil dibanding negara-negara lain dengan pendapatan setara, dan keprihatinan akan kualitas dan efisiensi terus menghantui. Angkatan kerja dokternya relatif kecil, dan terdapat kelangkaan spesialis yang menyedihkan, yang akan menjadi batu sandungan dengan usulan perluasan cakupan asuransi kesehatan dan beban penyakit tidak menular yang akan dihadapi. Dari sudut pandang lintas negara, belanja kesehatan Indonesia relatif kecil Dari sudut pandang lintas negara, belanja kesehatan Indonesia relatif kecil, tetapi negara ini mendapatkan perbandingan yang baik atas biaya yang dikeluarkan dibanding hasil yang didapat untuk beberapa pencapaian kesehatan dan juga perlindungan pembiayaan yang relatif baik. Indonesia hanya membelanjakan sedikit di atas 2 persen PDB-nya untuk kesehatan, sekitar setengah dari yang dibelanjakan oleh negara-negara lain dengan pendapatan yang setara. Setengah dari seluruh belanja kesehatan adalah belanja negara. Sekitar sepertiga belanja kesehatan datang dari rumah tangga. Kesehatan hanya mendapat bagian kecil dari anggaran pemerintah, sekitar 5 persen, walaupun bagian itu telah meningkat sejak penerapan program Askeskin di tahun 2004. Walaupun belanja negara kecil, pencapaian kesehatan dan perlindungan pendanaan relatif baik, walaupun pencapaian tentang pendanaan dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan penduduk Indonesia yang relatif tinggi dan struktur sosial kekeluargaan yang luas. Belanja kesehatan pemerintah memainkan peranan yang penting… Belanja kesehatan swasta, sejak dahulu, memainkan peranan yang lebih penting dibanding belanja kesehatan negara dalam hal keseluruhan pendanaan kesehatan di Indonesia. Akan tetapi, kecenderungan ini mulai berubah sejak tahun 2004 ketika pemerintah memperkenalkan program-program asuransi kesehatan utama yang menekankan pada kaum miskin. Diperkirakan peran belanja kesehatan negara akan menjadi makin penting di kemudian hari dengan perluasan cakupan kesehatan universal ke seluruh penduduk Indonesia. Penerapan Jamkesmas/Askeskin di tahun 2004 telah membawa dampak atas belanja kesehatan dan bagian belanja pemerintah. Pembayaran langsung dari penduduk masih merupakan bagian yang cukup besar dari belanja kesehatan, dan merupakan tantangan bagi pemerintah untuk menyalurkan belanja itu ke suatu mekanisme pemusatan risiko agar dapat memberikan perlindungan yang efektif terhadap belanja kesehatan yang tiba-tiba tak terkendali. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 38 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia …dan semua program asuransi kesehatan utama dimiliki oleh negara Kembali melaju? Asuransi kesehatan swasta atas kemauan sendiri tidak berkembang baik di Indonesia. Setiap program pembiayaan kesehatan utama (dari tiga program yang ada) dimiliki oleh negara dan sebelum sekarang, cakupannya terbatas: Pegawai negeri dan keluarganya dilindungi oleh program ASKES, yang dikelola oleh perusahaan bukan nirlaba, P.T Askes. Jamkesmas pada awalnya dirancang untuk melindungi kaum miskin tetapi kemudian diperluas untuk mencakup mereka yang di ambang batas kemiskinan. Awalnya dikelola oleh ASKES tetapi pada tahun 2008 Departemen Kesehatan mengambil alih hampir seluruh fungsi pengelolaannya, termasuk pembayaran pemberi layanan. Jamsostek serupa dengan program asuransi sosial klasik untuk pegawai sektor swasta dalam perusahaan-perusahaan dengan 10 atau lebih pegawai dan juga dikelola oleh badan usaha milik negara yang bukan nirlaba. Perusahaan diperkenankan tidak menggunakan program ini, dengan menjalankan program asuransi sendiri atau dengan membeli asuransi swasta bagi pegawainya. P.T. Askes dan Jamsostek juga menjual polis umum swasta Gambar 52: Hanya sepertiga dari penduduk Indonesia menikmati layanan asuransi kesehatan 30.0 % of population under different health insurance program s 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 2003 ASKES 2004 Poor-targeted 2005 Jam sostek 2006 2007 Self-insured JPKM Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia dari penelitian SUSENAS. Terdapat dua pendekatan yang mungkin untuk memberikan cakupan universal Dengan program pendanaan kesehatan yang dimiliki Indonesia sekarang, debat kebijakan yang sedang berlangsung, dan UU Jaminan Sosial tahun 2004, terdapat dua pendekatan utama yang mungkin untuk layanan universal. Kedua pilihan ini akan menghasilkan layanan universal, dan keduanya akan memiliki jumlah peserta yang cukup besar untuk mencapai pemusatan resiko yang efektif. Di luar pendekatan mana yang dipilih, keputusan penting mengenai paket manfaat, pembagian biaya, pengaturan pembayaran/kontrak dan modalitas untuk menangani hambatan sisi penawaran harus dibuat. Pendekatan itu adalah: Layanan kesehatan nasional yang sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah, seperti sistem nasional di Sri Lanka dan Malaysia. Layanan “Jamkesmas untuk semua” ini akan memperluas program Jamkesmas yang dibiayai pendapatan umum bagi kaum miskin dan hampir miskin untuk melingkupi seluruh penduduk. Suatu sistem asuransi kesehatan wajib nasional dengan pemerintah memberikan subsidi kaum miskin dan kelompok-kelompok lemah lainnya, mirip dengan sistem di Thailand dan Turki. Ini akan mencerminkan model Asuransi Kesehatan Sosial nasional yang baru (sekarang disebut Asuransi Kesehatan Wajib), yang didanai melalui sumbangan berdasar upah untuk pekerja pemerintah dan swasta (dan pensiunan) dan sumbangan pendapatan pemerintah bagi kaum papa dan kelompok lemah lainnya. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 39 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Pendekatan manapun yang dipilih, langkah menuju layanan universal akan membawa dampak yang besar pada belanja kesehatan Kembali melaju? Jelaslah, pilihan manapun yang dibuat, langkah menuju layanan universal akan membawa dampak yang besar terhadap belanja kesehatan Indonesia. Analisa mikro atas biaya program yang ada sekarang dan pola penggunaannya setelah Askeskin/Jamkesmas diperkenalkan memungkinkan proyeksi kasar mengenai biaya yang akan datang. Sebagai contoh, perkiraan kasar dari biaya Jamkesmas dikemudian hari berkisar dari 20 persen dari pengeluaran Jamkesmas sekarang hingga kenaikan enam kali lipat, tergantung pada skenario perluasan layanan dan asumsi inflasi kesehatan yang dipilih. Kependudukan saja tampaknya akan meningkatkan belanja kesehatan secara berarti pada dekade berikut karena meningkatnya jumlah penduduk manula dan rawat jalan dan rawat inap. 8 0 00 0 00 80 0 00 0 0 Gambar 53: Demografik saja akan meningkatkan belanja kesehatan Indonesia 4 0 00 0 00 20 2 5 40 0 00 0 0 I n p a t ie n t b e d - d a y s 6 0 00 0 00 60 0 00 0 0 O u t p a t ie n t v i s it s 20 1 5 2 02 5 2 01 5 2 00 7 4 + 5 7 9 -7 -6 5 0 7 9 4 0 -6 6 4 -5 6 -5 5 0 A g e c a t e g o ry 5 4 9 -4 5 4 5 9 -4 -3 0 0 5 3 4 9 4 -3 4 -2 3 -2 0 5 2 4 9 5 -9 -1 2 1 5 -1 0 1 -4 + 5 7 0 9 0 -7 4 4 -6 7 5 6 0 -6 -5 9 4 A g e c a te g o r y 6 -5 5 0 5 -4 5 5 4 9 9 0 0 -4 4 4 3 5 - -3 3 4 9 4 2 5 -2 -2 0 2 3 9 4 -1 5 1 -9 -1 5 1 0 0 -4 0 0 2 0 00 0 00 20 0 00 0 0 20 0 7 Sumber: Pembiayaan Kesehatan di Indonesia (Bank Dunia, 2009) Keberhasilan penerapan langkah menuju layanan universal membutuhkan penerapan bertahap yang matang dari kebijakan-kebijakan dengan sasaran yang tepat, efektif dan layak secara fiskal. Dewan Jaminan Sosial dan Departemen Kesehatan telah mengambil langkah-langkah awal yang penting, tetapi diperlukan lebih banyak lagi. Penyusunan Rencana Jangka Menengah tahun 2010-2014, upaya perencanaan internal Departemen Kesehatan untuk membangun Renstra berikutnya, dan implikasi belanja yang besar dan mungkin tidak mampu dibayar dari perluasan asuransi kesehatan bagi 76 juta jiwa miskin dan hampir miskin, membuat sekarang sebagai waktu yang tepat untuk memusatkan kembali upaya kepada serangkaian kebijakan menyeluruh yang dibutuhkan untuk menerapkan perlindungan layanan kesehatan universal pada dekade berikut. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2009 40