World bank documents

advertisement
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
52200
PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN
INDONESIA
Kembali Melaju?
Desember 2009
Pengantar
Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia mengolah dan melaporkan
perkembangan-perkembangan ekonomi utama Indonesia pada tiga bulan terakhir,
menempatkan mereka dalam kaitannya dengan pandangan global dan jangka yang lebih
panjang, serta menilai implikasinya pada gambaran ekonomi dan kesejahteraan sosial di
Indonesia. Cakupannya berkisar dari makroekonomi hingga pasar uang dan indikator
pembangunan dan kesejahteraan manusia. Triwulanan ini ditujukan bagi kalangan yang
luas, termasuk penyusun kebijakan, pemimpin usaha, pelaku pasar keuangan dan
kalangan analis dan profesional yang terlibat dalam perkembangan ekonomi Indonesia.
Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia ini disusun dan dihimpun oleh tim
analis makroekonomi grup Manajemen Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan pada
kantor Bank Dunia Jakarta. Shubham Chaudhuri, Ekonom Senior, memimpin Tim dan
melakukan edit bersama Tim Bulman, Ekonom. Kontribusi diberikan oleh Andrew
Blackman dan Fitria Fitrani (sektor eksternal, aliran perdagangan dan neraca
pembayaran), Andrew Carter (penerimaan dan keseimbangan anggaran pemerintah),
Andrew Ceber (akun nasional dan permintaan domestik), Diva Singh, Neni Lestari dan
Telisa Falianty (pasar uang, sektor moneter, dan indikator perbankan), Ahya Ihsan
(pengeluaran dan keseimbangan anggaran pemerintah), Tim Bulman (harga-harga dan
pembiayaan pemerintah) dan Matt Wei-Poi (analisis kemiskinan dan ketenagakerjaan).
Magda Adriani dan Fitria Fitrani memberikan dukungan data kepada tim. Edgar Janz dan
Vivi Alatas menyiapkan gambaran perkembangan ketenaga kerjaan di Indonesia,
Shubham Chaudhuri menggambarkan Indonesia sebagai Negara berpendapatan
menengah, dan Claudia Rokx menyiapkan materi gambaran pembiayaan kesehatan di
Indonesia. Dhauhari Sitorus, Nathan Dal Bon dan P. S. Srinivas memberikan saran-saran
editorial. Secara keseluruhan, Tim ini dibawah kepemimpinan Kepala Ekonom di kantor
Bank Dunia Jakarta William E. Wallace.
Untuk disertakan ke dalam daftar penerima email untuk rangkaian Triwulanan ini dan
publikasi-publikasi lain yang berhubungan, silahkan hubungi [email protected].
Pertanyaan maupun penyampaian pendapat mengenai publikasi ini dapat disampaikan
kepada [email protected]. Informasi mengenai Bank Dunia dan kegiatannya di
Indonesia dapat dilihat pada www.worldbank.org/id
i
Daftar isi
Ringkasan Eksekutif: Kembali melaju?
A . PERKEMBANGAN TERBARU EKONOMI
1. 2. 3. 4. 4. 23 Arus perdagangan Indonesia melewati krisis global: turun drastis kemudian naik kembali
23 Nilai tukar rupiah sejak akhir 2008: skala pergerakan dan faktor-faktor pendorong
25 a. Rupiah telah menguat secara berarti sejak bulan Maret, terutama terhadap dolar Amerika
yang melemah................................................................................................................................ 25 b. Arus masuknya modal ke aktiva keuangan lancar menjelaskan sebagian besar penguatan …26 c. …dengan pemulihan harga komoditas juga membaik ............................................................... 29 C . INDONESIA 2014 DAN SETERUSNYA: PANDANGAN PILIHAN
1. 2. 3. 1 Ekonomi Indonesia, hanya sedikit terpengaruh oleh kelesuan ekonomi dunia, hampir kembali
ke tingkat pertumbuhan pra-krisis
1 a. Pertumbuhan berpijak pada landasan yang luas ......................................................................... 1 a. Pemulihan ekonomi, dengan harga komoditas dunia yang lebih tinggi, telah menstabilkan
inflasi lebih rendah selama satu dekade ....................................................................................... 3 Indikator keuangan Indonesia tetap rentan, dengan peningkatan yang melebihi indikator lainnya5 a. Neraca pembayaran tetap surplus pada triwulan 3, dengan arus modal masuk ke dalam
pasar keuangan Indonesia.............................................................................................................. 5 b. Pasar saham dan pendapatan tetap dan Rupiah cenderung terus menguat, pada laju yang
lebih lambat...................................................................................................................................... 6 c. Penguatan pasar keuangan dan kurs tukar valuta sebagian disebabkan oleh arus masuk
modal lancar yang cukup besar ..................................................................................................... 8 d. Walaupun sektor perbankan kuat, pertumbuhan kredit hanya menunjukkan sedikit
pemulihan......................................................................................................................................... 9 Prospek ekonomi diharapkan sedikit lebih kuat dari proyeksi triwulan yang lalu, dengan
pemulihan bertahap yang terus berlangsung
11 Defisit anggaran pemerintah kemungkinan mendekati target
17 a. Pendapatan pemerintah yang lebih rendah daripada proyeksi diimbangi oleh rendahnya
belanja ............................................................................................................................................ 17 B . BEBERAPA PERKEMBANGAN PENTING TERAKHIR DALAM EKONOMI INDONESIA
1. 2. iv Memandang Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah
Indonesia memasuki dekade yang kritis secara demografi
Menciptakan lapangan kerja yang lebih baik untuk angkatan kerja Indonesia yang terus
berkembang
Pendanaan layanan kesehatan untuk angkatan kerja dan populasi lanjut usia yang makin
meningkat
32 32 33 34 37 DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Pertumbuhan PDB kembali ke rata-rata pra-krisis di triwulan 3 .................................... 1 Gambar 2: Pertumbuhan para mitra dagang Indonesia telah kembali meningkat .......................... 1 Gambar 3: Sumbangan kepada pertumbuhan PDB ........................................................................... 2 Gambar 4: Sumbangan kepada PDB ................................................................................................... 2 Gambar 5: Penjualan kendaraan bermotor dan sepeda motor ......................................................... 2 Gambar 6: Penjualan eceran dan kepercayaan konsumen BI ........................................................... 2 Gambar 7: Arus perdagangan membaik … ......................................................................................... 3 Gambar 8: bersama dengan harga komoditas, yang mendukung harga ekspor Indonesia ........... 3 Gambar 9: Peningkatan inflasi pada paruh tahun kedua tidak berlanjut, sehingga inflasi jatuh ke
nilai terendah dalam dekade ......................................................................................... 4 Gambar 10: …dan konsumen tidak mengira harga-harga akan meningkat pada paruh pertama
tahun 2010....................................................................................................................... 4 Gambar 11: IHSG meningkat lebih tinggi dari kebanyakan index regional lainnya, sebelum mulai
mendatar di penghujung bulan September .................................................................. 7 Gambar 12: …dan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika adalah yang kedua terkuat secara
regional ........................................................................................................................... 7 Gambar 13: Yield obligasi pemerintah mata uang lokal, terus menurun lintas seluruh tenor
sejak bulan Maret, telah kembali ke tingkat awal tahun 2007..................................... 8 Gambar 14: Obligasi negara Indonesia dalam dolar Amerika telah menetap pada tingkat yang
sedikit di atas rata-rata historis jangka lebih panjang, tetapi telah menguat lebih
dari sebagian besar pasar-pasar berkembang debt .................................................... 8 Gambar 15: Indonesia telah menyerap 6,5 miliar dolar Amerika dalam modal asing sejak bulan
Maret, 2,6 miliar dolar Amerika pada bulan September dan awal Oktober ............... 9 Gambar 16: Sejak bulan Maret cadangan devisa telah menguat sementara pertumbuhan M2
telah melambat, menunjukkan BI telah melakukan pengamanan .............................. 9 Gambar 17: Pertumbuhan kredit dan persetujuan pinjaman telah membaik pada bulan-bulan
terakhir setelah merosot pada awal tahun ini ............................................................ 10 Gambar 18: Sementara kebanyakan ekonomi mengalami perlambatan kredit, Indonesia menarik
perhatian karena pertumbuhan kreditnya yang cepat dalam dua tahun sebelum
Oktober 2008 ................................................................................................................. 10 Gambar 19: Walaupun bank sentral telah melakukan berbagai upaya, suku bunga kredit hanya
turun 7 persen sejak puncaknya pada Januari sementara suku bunga simpanan
telah turun sebesar 31 persen ..................................................................................... 10 Gambar 20: Indonesia adalah satu-satunya negara dengan peningkatan tingkat pemberian
kredit dan simpanan pada tahun sampai dengan Juni 2009 .................................... 10 Gambar 21: Prospek pertumbuhan Indonesia meningkat ............................................................... 12 Gambar 22: …. bersamaan dengan sedikit membaiknya pertumbuhan mitra dagang Indonesia12 Gambar 23: Sementara tingkat perputaran hutang eksternal Indonesia juga tinggi pada 2009 .. 15 Gambar 24: …memiliki dampak terbesar pada pertumbahan 2010 ................................................ 16 Gambar 25, Gambar 26: Belanja program inti mengalami peningkatan dibandingkan tahuntahun terakhir, tapi penurunan belanja ‘lainnya’ dan subsidi ikut menekan belanja
secara keseluruhan ...................................................................................................... 18 Gambar 27: Pendapatan PPN menjadi lebih bergejolak dibandingkan belanja konsumsi akhirakhir ini.......................................................................................................................... 22 Gambar 28: Pendapatan PPN dari industri yang memproduksi barang nonpokok....................... 22 Gambar 29: … sangat lemah saat terjadi perlambatan di akhir tahun 2009 dan 2006 .................. 22 Gambar 30: Nilai perdagangan memuncak di pertengahan 2008, lalu turun di bulan Februari
2009 ............................................................................................................................... 23 Gambar 31: Sejak Maret, rupiah telah menguat jauh terhadap dolar Amerika dan dolar Amerika
telah melemah terhadap berbagai mata uang ............................................................ 25 Gambar 32: Kurs tukar Indonesia telah meningkat secara berarti terhadap berbagai mata uang
secara riil....................................................................................................................... 25 Gambar 33: Kurs tukar dolar Amerika telah bergerak ke arah yang berlawanan dengan indeks
saham dunia sejak dimulainya gejolak pasar keuangan pada bulan September
2008 ............................................................................................................................... 26 Gambar 34: Yield obligasi Indonesia dalam mata uang lokal telah jatuh sepertiganya sejak
bulan Maret, tapi masih lebih tinggi dibanding yield yang lain ................................ 26 Gambar 35: Adanya aliran masuk bersih modal yang berarti menuju Indonesia sejak bulan
Maret … ......................................................................................................................... 27 Gambar 36: … meningkatkan bagian modal di Indonesia oleh bukan penduduk sebesar 6,4
miliar dolar Amerika – pada satu triwulan.................................................................. 27 Gambar 37: Cadangan devisa asing Indonesia telah berkaitan dengan kurs tukar valuta sejak
Oktober 2008, mengesankan bahwa BI telah agak membatasi pergerakan liar kurs
tukar valuta ................................................................................................................... 28 Gambar 38: Kepemilikan bukan penduduk akan aktiva keuangan Indonesia telah menurun
ketika risiko negara meningkat, dan sebaliknya ....................................................... 28 Gambar 39: Kebijakan moneter dan fiskal dapat membatasi dampak aliran masuk modal, tetapi
kebanyakan pilihan membutukan dukungan dana yang kuat .................................. 28 Gambar 40: Pergerakan harga komoditas berkaitan dengan pergerakan dalam rupiah,
mencerminkan pentingnya komoditas dalam keranjang ekspor Indonesia............ 30 Gambar 41: … dan hubungannya cukup kuat menghadapi kurs tukar riil efektif ......................... 30 Gambar 42: Celah kesempatan demografis Indonesia akan tertutup pada dekade berikut ......... 34 Gambar 43: Peningkatan lapangan kerja .......................................................................................... 35 Gambar 44: Tingkat pegangguran yang stabil.................................................................................. 35 Gambar 45: Lambatnya pertumbuhan lapangan kerja sektor formal ............................................ 35 Gambar 46: Stagnasi lapangan kerja nonpertanian ........................................................................ 35 Gambar 47: Tingginya angkatan kerja informal ............................................................................... 36 Gambar 48: Pekerja sector formal menerima penghasilan lebih besar.......................................... 36 Gambar 49: Karyawan tanpa kontrak mendapat tunjangan nonupah yang lebih sedikit ............ 36 Gambar 50: Biaya PHK tertinggi ....................................................................................................... 36 Gambar 51: Pengeluaran disektor kesehatan di Indonesia relative rendah .................................. 38 Gambar 52: Hanya sepertiga dari penduduk Indonesia menikmati layanan asuransi kesehatan 39 Gambar 53: Demografik saja akan meningkatkan belanja kesehatan Indonesia .......................... 40 DAFTAR TABEL
Tabel 1: Prospek masih tetap menunjukkan pemulihan pertumbuhan ekonomi bertahap ............ v Tabel 2: Peningkatan neraca keuangan meningkatkan surplus neraca pembayaran, menambah
cadangan devisa ............................................................................................................ 5 Tabel 3: Indikator makroekonomi Indonesia ................................................................................... 13 Tabel 4: Surplus neraca pembayaran diperkirakan akan menyusut, dengan neraca berjalan
bergerak menuju defisit ............................................................................................... 14 Tabel 5: Kebutuhan pendanaan eksternal Indonesia terjadwal pada 12 bulan ke depan
berjumlah 24 miliar dolar Amerika .............................................................................. 15 Tabel 6: Proyeksi sumber pendanaan memberikan surplus neraca pembayaran sekitar 5 miliar
dolar Amerika ............................................................................................................... 15 Tabel 7: Beberapa alternative hasil untuk indikator kunci .............................................................. 16 Tabel 8: Perkembangan penerimaan dan belanja ............................................................................ 19 Tabel 9: Penyesuaian kecil terhadap perkiraan kondisi makroekonomi mengindikasikan deficit
anggaran yang lebih kecil di tahun 2009 dan deficit yang lebih tinggi di tahun 201020 Tabel 10: Kebutuhan pembiayaan Indonesia di tahun 2010 tetap besar, walaupun pemerintah
tampaknya memiliki surplus pembiayaan dari tahun 2009....................................... 21 Tabel 11: Impor Indonesia terus turun, dan pulih lebih cepat, daripada ekspor ........................... 24 Tabel 12: Walaupun arus dagang mengalami penurunan di semua sisi, ekspor Indonesia ke
negara berkembang di wilayahnya telah pulih dengan cepat .................................. 24 Tabel 13: Pergerakan dalam kurs tukar dan harga aktiva sejak September 2008 ......................... 29 Tabel 14: Analisa regresi kurs tukar rupiah dan beberapa dari keterkaitan utamanya................. 30 Tabel 15: … dan mengenai keterkaitan dengan kurs tukar efektif riil ............................................ 31 DAFTAR KOTAK
Kotak 1: Perlambatan ekonomi di akhir 2008 dan 2009 memiliki dampak yang tidak seimbang
terhadap pendapatan PPN ........................................................................................... 22 Ringkasan Eksekutif: Kembali melaju?
Perekonomian Indonesia
tampaknya telah kembali
melaju untuk mencapai
pertumbuhan yang lebih
cepat dan standar hidup
yang lebih baik, tapi
risiko tetap ada
Setahun setelah terjadi penurunan ekonomi dan krisis keuangan global, perekonomian
Indonesia secara umum tampaknya telah kembali melaju. Kegiatan ekonomi kembali
meningkat, inflasi tetap moderat, pasar keuangan mengalami kenaikan, dan pemerintah
yang baru terpilih kembali, setelah membangun dasar kuat yang menyokong Indonesia
melewati krisis global, tampaknya sedang mempersiapkan diri untuk investasi baru dalam
infrastruktur fisik, pelayanan kemanusiaan dan lembaga negara. Indonesia tampaknya
memiliki posisi yang baik untuk kembali ke lintasan pertumbuhan sebelum krisis, dengan
kemungkinan percepatan lebih lanjut dan pertumbuhan yang lebih inklusif. Namun, jalur
ini belum pasti dan masih ada beberapa pertanyaan yang tersisa. Tetap ada risiko yang
signifikan dalam perekonomian global. Kelanjutan pemulihan global masih belum
sepenuhnya jelas. Dan portofolio yang mengalir masuk ke pasar negara berkembang
yang telah meningkat dalam sembilan bulan terakhir dapat dengan mudah berbalik jika
pembuat keputusan di tempat lain bergerak untuk menarik upaya stimulus moneter dan
fiskal dalam jumlah besar yang telah dimulai tahun lalu. Di sisi domestik, perkembangan
politik sejak Oktober lalu telah mulai menimbulkan beberapa pertanyaan mengenai waktu
dan kedalaman reformasi masa depan.
Perekonomian Indonesia
terus menguat perlahan
sampai Kuartal 4,
melanjutkan tren yang
terjadi pada bulan
September
Sebagian besar tren ekonomi riil Indonesia yang terjadi di Perkembangan Triwulan
September berlanjut ke kuartal ketiga dan keempat 2009. Pergerakan ekonomi riil
Indonesia tetap moderat. Indonesia tidak mengalami peningkatan tajam dalam
pertumbuhan di Kuartal 2 dan 3 2009 yang dialami sebagian besar negara tetangga, dan
juga tidak terlalu terpengaruh penurunan di pergantian tahun 2009. Di Kuartal 3,
pertumbuhan Indonesia terus berakselerasi secara bertahap dan kenaikan tersebut terjadi
secara luas pada permintaan publik dan swasta, serta sektor-sektor produksi. Indikator
konsumen tetap relatif tinggi di pertengahan tahun, sementara kegiatan industri terus
mengalami pemulihan. Arus ekspor dan impor, yang telah turun secara signifikan karena
krisis, terus mengalami pemulihan, yang mendukung surplus transaksi berjalan saat ini.
Di luar perkiraan, inflasi, yang meningkat pada kuartal ketiga, menjadi melemah pada
bulan Oktober dan November. Tahun 2009 akan menjadi tahun dengan inflasi terendah
dalam hampir satu dasawarsa. Kondisi persediaan domestik yang baik dan apresiasi
rupiah yang membatasi pertumbuhan harga barang yang tradable, membuat banyak
pengecer dapat mengembalikan kenaikan harga akibat Ramadan dan Idul Fitri. Walaupun
demikian, inflasi diperkirakan tetap lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat di awal tahun,
dan inflasi kemungkinan meningkat pada bulan-bulan mendatang.
Pasar keuangan tetap
bergejolak,. masuknya
arus dana asing yang
siknifikan yang
membantu memperkuat
harga aset keuangan
Walaupun ekonomi riil Indonesia tetap sangat stabil, terutama jika dibandingkan dengan
negara tetangganya, gejolak di pasar keuangan Indonesia terus berlanjut. Rupiah terus
mengalami apresiasi sampai awal Oktober, saat arus dana asing secara signifikan terus
memasuki aset keuangan likuid - obligasi pemerintah, surat utang pasar uang jangka
pendek, dan saham. Semua pasar ini menguat sepanjang akhir September sampai awal
Oktober. Mulai pertengahan Oktober, arus masuk tampaknya melambat dan harga aset
keuangan ini, dan juga obligasi pemerintah dalam dolar Amerika, secara umum bergerak
diluar perkiraan sampai awal Desember, rupiah mulai stabil pada 9.400 sampai 9.500,
sedikit lebih lemah dibandingkan pada awal krisis dan lebih kuat pada dasar nilai tukar
efektif riil. Berbeda dengan negara lain di wilayahnya, kenaikan harga aset keuangan
tampaknya tidak mengakibatkan kenaikan harga aset lain, misalnya properti di perkotaan.
Arus modal lain pada umumnya telah kembali ke pola 'normal', walaupun arus masuk
investasi asing langsung (FDI) tetap lemah, dan penduduk Indonesia telah mengalihkan
lebih banyak dana mereka ke rekening bank luar negeri dibandingkan masa yang serupa
seperti Kuartal 3 saat pasar keuangan mengalami kenaikan, Cadangan devisa terus
meningkat, mencapai USD 65.8 milyar pada akhir Nopember.
Prospek untuk
pemulihan pertumbuhan
tetap sama - dan inflasi,
mendukung perbaikan
pengentasan kemiskinan
Prospek tetap sama, yaitu perekonomian terus mengalami pemulihan bertahap.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diproyeksikan berkisar 5,6 persen, naik menjadi
6,0 persen pada tahun 2011. Pertumbuhan konsumsi yang stabil saat ini dan pemulihan
investasi mesin & peralatan akan mendukung perekonomian. Proyeksi ini
mengasumsikan bahwa impor tumbuh lebih cepat daripada ekspor, karena perkiraan
kinerja perekonomian Indonesia yang relatif lebih kuat dan peningkatan investasi,
iv
walaupun proyeksi ini terbilang konservatif karena ekspor Indonesia relatif kuat sejak
akhir 2008.
Inflasi diproyeksikan kembali meningkat bersamaan dengan percepatan ekonomi dan
proyeksi kenaikan harga komoditas. Namun, apresiasi rupiah diperkirakan akan
memperlambat kenaikan inflasi di paruh pertama 2010. Reformasi penetapan harga
energi memiliki risiko menaikan tingkat inflasi Indeks Harga Konsumen (lebih sedikit
terhadap kenaikan inflasi Inti), walaupun, jika reformasi ini dikelola dengan baik dan
kenaikan perkiraan inflasi dibatasi, reformasi ini seharusnya hanya menghasilkan
kenaikan harga dan tidak memberi kontribusi kepada kenaikan inflasi yang berkelanjutan.
Perkembangan ini seharusnya dapat membuat tingkat kemiskinan terus menurun sekitar
2.5 sampai 3 persen dari awal 2009 sampai awal 2011, dengan asumsi pemerintah tidak
mengeluarkan program pengentasan kemiskinan baru
Defisit anggaran
pemerintah
kemungkinan sedikit
lebih rendah
dibandingkan proyeksi
tahun 2009, dan mungkin
lebih besar di tahun 2010
Defisit anggaran 2009 pemerintah kemungkinan sedikit lebih kecil daripada proyeksi
dalam anggaran perubahan, mendekati 2,3 persen PDB, karena pengeluaran yang lebih
kecil daripada anggaran (terutama pada subsidi dan belanja 'lain-lain') mengimbangi
penerimaan yang lebih rendah daripada proyeksi. Karena pembiayaan tingkat lanjut
pemerintah dan penguatan nilai tukar, hal ini memungkinan umenghasilkan surplus
pembiayaan, yang dapat mendukung kebutuhan pembiayaan 2010. Peningkatan kinerja
pencairan dana pemerintah serta perkembangan harga minyak dan nilai tukar baru-baru
ini menunjukkan bahwa defisit anggaran 2010 mungkin sedikit berada di atas proyeksi
anggaran yang disetujui sebesar 1,6 persen.
Tabel 1: Prospek masih tetap menunjukkan pemulihan pertumbuhan ekonomi bertahap
(perubahan persentase tahuna)
2008
2009
2010
2011
Gross Domestic Product
(annual % change)
6.1
4.5
5.6
6.0
Consumer price index
(annual % change)
9.8
4.8
5.4
5.9
Poverty rate
(% population)
15.4
14.2
13.5
11.4
Balance of payments
(USD bn)
-1.9
11.8
5.0
3.0
Budget balance
(% GDP)
-0.1
-2.3
-1.7
--
Major trading partner growth
(annual % change)
2.4
-0.9
3.8
3.9
Sumber: Departemen Keuangan, BPS dan badan statistik nasional lainnya via CEIC dan Bank
Dunia
Risiko dalam prospek ini tetap signifikan, dan sedikit mengarah ke sisi negatif. Risiko
terhadap lingkungan ekonomi global telah berkurang, walaupun risiko negatif yang
signifikan tetap ada terutama saat pembuat kebijakan menghapus berbagai stimulus
moneter dan fiskal. Sementara itu, risiko bersumber domestik meningkat karena
perkembangan politik dalam negeri memperbesar risiko terhadap iklim investasi domestik
dibandingkan di bulan September.
A. PERKEMBANGAN TERBARU EKONOMI
1. Ekonomi Indonesia, hanya sedikit terpengaruh oleh kelesuan ekonomi dunia,
hampir kembali ke tingkat pertumbuhan pra-krisis
Pertumbuhan PDB
kembali ke pra-krisis
pada Triwulan 3
Pertumbuhan PDB meningkat pada triwulan 3, hampir kembali pada rata-rata pra-krisis.
Pertumbuhan tahun-ke-tahun meningkat tipis, menjadi 4,2 persen dari 4,0 persen pada
triwulan 2. Ekonomi berkembang sekitar 1,5 persen pada triwulan itu – 6,0 persen
disetahunkan (setelah penyesuaian musiman) – dibandingkan dengan 1,2 persen di
triwulan 2 (Gambar 1). Peningkatan PDB ini selaras dengan kondisi dalam dan luar negeri
yang mengalami peningkatan. Peningkatan kepercayaan konsumen dan melunaknya
sebagian kondisi pengucuran kredit telah mendukung investasi dan konsumsi dalam
negeri, sementara penyatuan harga komoditas, pemulihan hampir seluruh mitra
perdagangan utama Indonesia dan makin tersedianya layanan pendanaan, juga telah
mendukung permintaan ekspor, pendapatan dan investasi.
Gambar 1: Pertumbuhan PDB kembali ke rata-rata pra-krisis Gambar 2: Pertumbuhan para mitra dagang Indonesia telah
di triwulan 3
kembali meningkat
(persen pertumbuhan)
(rata-rata pertumbuhan PDB, ditimbangkan dengan proporsi
ekspor Indonesia)
Persen
Persen
8
4
8
Per cent
Per cent
8
Year on year (RHS)
Tahun ke tahun (kanan)
6
3
Tr. ke tr.
Average*
penyesuaian
musiman (LHS) QoQ growth
.
(LHS)
2
6
6
4
4
2
2
0
0
-2
-2
4
2
1
-4
0
0
Sep-02
Jun-04
Mar-06
Dec-07
Sep-09
QoQ seas. adjust (LHS)
-4
-6
Sep-02
-6
Jun-04
Mar-06
Dec-07
Sep-09
* rata-rata pertumbuhan antar triwulan antara triwulan 1- Sumber: Badan statistik nasional lewat CEIC dan Bank
2004 dan triwulan 2-2008. Sumber: BPS lewat CEIC, Dunia
penyesuaian musiman Bank Dunia
a. Pertumbuhan berpijak pada landasan yang luas
Konsumsi tetap kuat
sementara investasi
kembali meningkat
Kontribusi terhadap pertumbuhan terjadi secara menyeluruh pada komponen pengeluaran
PDB (Gambar 3). Seperti triwulan-triwulan sebelumnya di tahun ini, pertumbuhan
didorong oleh konsumsi dan sektor eksternal. Secara tahun ke tahun menurunnya impor
terus melebihi penurunan ekspor, walaupun keduanya memiliki laju pertumbuhan yang
sama pada triwulan 3. Investasi telah bangkit, dengan meningkatnya investasi pada
gedung, permesinan dan peralatan. Pertumbuhan juga secara umum didukung oleh
sektor produksi (Gambar 4), dengan hasil bukan niaga yang lebih cepat dibanding hasil
untuk kegiatan niaga. Transportasi & komunikasi memberikan sumbangan terbesar bagi
pertumbuhan hasil produksi, sementara perdagangan retail dan eceran tetap lemah.
1
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Gambar 3: Sumbangan kepada pertumbuhan PDB
Gambar 4: Sumbangan kepada PDB
(persentase sumbangan triwulan ke triwulan kepada
pertumbuhan PDB agregat, penyesuaian musiman)
(persentase sumbangan triwulan ke triwulan kepada
pertumbuhan PDB agregat, penyesuaian musiman)
2.0
2.0
Percentage points
Q2
Percentage points
Q3
1.5
Domestic
demand Discrepancy
0.5
Priv
cons
Q2
Percentage points
2.0
GDP
Q3
1.5
1.5
1.0
Industry
Services
1.0
1.0
0.5
Govt
cons
0.0
-0.5
2.0
GDP
1.5
1.0
Percentage points
Investment
0.0
Net
exports
0.5
0.5
Agriculture
-0.5
0.0
0.0
Catatan dan sumber-sumber: Sumbangan titik persentase dengan penyesuaian musiman mungkin tidak memberikan
jumlah yang sama dengan pertumbahan PDB. BPS lewat CEIC dan Bank Dunia
Permintaan dalam negeri
yang kuat sejalan dengan
sebagian indikator
Indikator konsumen lainnya mencerminkan konsumsi yang sehat: kepercayaan konsumen
mencetak rekor tertinggi pada bulan Juli, sebelum turun lagi di triwulan itu; dan indeks
penjualan eceran BI juga mencapai rekor tertinggi baru (Gambar 6). Penjualan kendaraan
bermotor, terutama sepeda motor telah meningkat pesat sejak pembukaan tahun,
walaupun masih cukup rendah dibanding triwulan 3 tahun 2008 (penjualan sepeda motor
9 persen lebih rendah dan penjualan kendaraan 27 persen lebih rendah) (Gambar 5).
Indikator produksi tidak
seragam
Indikator sektor industri mencerminkan peningkatan kegiatan manufaktur sejak awal
tahun, tetapi tetap lebih lemah dibandingkan satu tahun yang lalu. Tenaga listrik yang
digunakan oleh industri dan produksi semen pada triwulan 3 masih sedikit lebih rendah
dibandingkan tahun yang lalu, walaupun pergerakan di bulan September harus dibaca
secara hati-hati karena hari raya Idul Fitri dirayakan pada bulan itu. Akan tetapi, keduanya
telah meningkat secara berarti sejak awal tahun 2009. Indeks produksi industri mencatat
peningkatan yang cukup berarti dibanding angka pada triwulan 2 dan satu tahun yang lalu
(sekitar 2 persen).
Gambar 5: Penjualan kendaraan bermotor dan sepeda motor Gambar 6: Penjualan eceran dan kepercayaan konsumen BI
(pembelian bulanan)
800
(indeks)
'000
'000
80
120
Sepeda Motor
(LHS)
600
BI Consumer
Survey Index
BI Retail
sales
60
230
100
190
80
150
40
400
Kendaraan Bermotor
(RHS)
200
20
0
0
Okt -05
Index
Index
Okt -06
Okt -07
Okt -08
Sumber-sumber: GAI dan Astra melalui CEIC
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Okt -09
60
Sep-05
110
Sep-06
Sep-07
Sep-08
Sep-09
Catatan dan sumber: Indeks kepercayaan konsumen BI
adalah 100 ketika jumlah bersih responden dengan
pandangan positif sama dengan jumlah dengan pandangan
negatif. BI melalui CEIC.
Desember 2009
2
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Ekspor bersih terus
menyokong pertumbuhan
dengan terus
membaiknya arus
perdagangan barang
Kembali melaju?
Nilai ekspor bersih terus mendukung pertumbuhan ekonomi dalam triwulan 3– karena
ekspor riil terus meningkat lebih cepat dibanding impor riil. Arus perdagangan bulanan
terus meningkat dari nilai rendah di bulan Februari, Agustus sampai Oktober, dengan nilai
ekspor dan impor meningkat sekitar dua per tiga selama periode ini. Peningkatan ini
didukung oleh pemulihan permintaan sejalan dengan ekonomi dunia yang meninggalkan
resesi, dan peningkatan dalam nilai-nilai pendukung harga-harga komoditas dunia, yang
membuat lebih tingginya harga ekspor Indonesia (Gambar 8). Data bulanan terakhir
cukup bergejolak karena liburan Idul Fitri yang jatuh pada bulan September, dan juga
karena nilai ekspor nikel selama tiga bulan yang dicatat sekaligus pada bulan Oktober.
Tetapi walaupun terdapat dampak-dampak hal tersebut, arus perdagangan terus pulih
memasuki triwulan 4, dengan ekspor meningkat 6 persen di bulan Oktober, didukung oleh
ekspor elektronik, bahan bakar mineral dan karet. Peningkatan impor lebih lambat, karena
hambatan dalam pemulihan impor barang modal (terutama untuk kendaraan, elektronik
dan bagian mesin) dan impor besi dan baja tetap tidak bergairah.
Arus perdagangan jasa membaik pada triwulan kedua sejak mengalami penyusutan yang
parah pada pergantian tahun. Impor melanjutkan pemulihan ini pada triwulan 3,
meningkat sebesar 2,5 persen triwulan ke triwulan — terutama karena pengeluaran yang
lebih besar untuk pengiriman dengan meningkatnya arus barang Indonesia dan
pemulihan harga pengiriman barang dunia. Akan tetapi ekspor jasa menyusut tipis
(sebesar 0,8 persen pada triwulan ini), yang disebabkan oleh menurunnya ekspor usaha
dan jasa pemerintah.
Gambar 8: bersama dengan harga komoditas, yang
mendukung harga ekspor Indonesia
Gambar 7: Arus perdagangan membaik …
(nilai dan neraca perdagangan, miliar dolar Amerika)
6
(di-indeks menjadi 100 pada bulan Juli 2007)
USD milyar
15
USD milyar
Neraca perdagangan (kiri)
Indeks
Indeks
190
190
Ekspor (kenan)
4
10
2
5
0
0
-2
-5
-4
-6
Oct-07
Impor (kenan
Apr-08
Oct-08
Apr-09
Sumber: BPS dan Bank Dunia
Tenaga
160
160
130
130
Ekspor
100
100
Non-tenaga
-10
70
-15
Oct-09
40
Oct-07
70
40
Apr-08
Oct-08
Apr-09
Oct-09
Sumber: Harga komoditas global Bank Dunia. Harga ekspor
Indonesia dihitung oleh Bank Dunia dari data perdagangan
BPS
a. Pemulihan ekonomi, dengan harga komoditas dunia yang lebih tinggi, telah
menstabilkan inflasi lebih rendah selama satu dekade
Setelah mengalami
peningkatan pada
triwulan ketiga, hargaharga tetap stabil di bulan
Oktober dan November
Dari paruh tahun sampai hari raya Idul Fitri, harga-harga konsumen meningkat dari tingkat
inflasi yang sangat rendah pada paruh pertama tahun berjalan. Walaupun demikian,
bahkan pada puncaknya di bulan Ramadan, ketika pengecer meningkatkan sebagian
besar harga dengan menguatnya permintaan akan berbagai barang konsumsi, inflasi
bulanan tidaknya lebih tinggi dari periode yang serupa pada tahun-tahun sebelumnya.
Pada bulan Oktober, setelah minggu liburan Idul Fitri, ketika karyawan kembali bekerja
dan permintaan kembali ke pola normal, banak dari kenaikan harga karena Ramadan,
seperti banyak bahan pangan dan transportasi antar-kota, setidaknya menurun sebagian,
menghasilkan laju inflasi bulanan yang rendah. Pasokan bahan pangan segar yang baik,
dan menguatnya kurs tukar, menarik rata-rata harga konsumen untuk turun tipis antara
bulan Oktober dan November. Pada bulan November, inflasi pokok tahun ke tahun telah
turun hingga 2,4 persen, tingkat terendah sejak awal tahun 2000.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
3
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
…dengan penurunan
harga-harga yang rentan,
menambah penurunan
terhadap inflasi secara
umum
Sementara beberapa bahan pangan segar (telur dan produk susu, kacang-kacangan dan
lemak & minyak) dan sebagian besar harga transportasi berada dalam keadaan lemah
pada bulan September sampai November, laju inflasi untuk sebagian besar barang lain
juga telah melambat. Inflasi inti, yang tidak termasuk harga yang cepat berubah dan yang
diatur (termasuk bahan bakar yang diatur), tetap berada sekitar 2 titik persentase di atas
tingkat pokok, walaupun nilainya pun telah turun ke kisaran rendah selama dekade, pada
4,3 persen pada tahun berjalan di bulan November. Masyarakat berpenghasilan rendah
juga mereguk keuntungan dari deflasi umum ini, walaupun mereka terus menghadapi laju
harga sekitar 1 persen lebih cepat dari rata-rata konsumen Indonesia. Biaya konsumsi
rumah tangga berpenghasilan rendah meningkat sebesar 3,2 persen pada tahun berjalan
di bulan November.
Menguatnya nilai rupiah
telah menyeimbangkan
kenaikan harga
Peningkatan nilai rupiah tampaknya telah menyeimbangkan peningkatan harga (terhadap
dolar Amerika, rupiah telah meningkat 8,3 persen dalam enam bulan per bulan
November). Penghitungan ekonomis memperkirakan penguatan rupiah telah memangkas
inflasi dalam kisaran 0,3 sampai 0,6 titik persentase, dengan beberapa sepersepuluhan
titik persentase tambahan disinflasi pada awal tahun 2010. Hal ini terlihat pada hargaharga dari beberapa barang-barang yang lebih cepat diperdagangkan di dalam CPI.
Enam bulan ke November, harga ‘peralatan’ (untuk transportasi, pendidikan dan rumah
tangga), obat-obatan, dan pakaian wanita dan anak-anak telah meningkat di bawah nilai
CPI keseluruhan – tetapi perbedaan pertumbuhan itu hanya tipis (lebih lemah 0,4 sampai
1,1 titik persentase dibanding keseluruhan CPI selama 6 bulan) dan inflasi lebih lemah
untuk kebanyakan jasa yang berhubungan.
Dampak penguatan itu lebih besar dirasakan oleh harga-harga hulu. Indeks keseluruhan
harga perkulakan jatuh sebesar 3,5 persen pada tahun berjalan sampai bulan Oktober,
yang sebagian disebabkan oleh harga-harge ekspor yang lebih rendah, yang kemudian
mempengaruhi harga-harga industri, yang turun sebesar 8,2 persen pada tahun berjalan
sampai bulan Oktober.
Gambar 9: Peningkatan inflasi pada paruh tahun kedua tidak Gambar 10: …dan konsumen tidak mengira harga-harga
berlanjut, sehingga inflasi jatuh ke nilai terendah dalam
akan meningkat pada paruh pertama tahun 2010
(tingkat inflasi tahun ke tahun dan tingkat indeks perkiraan
dekade
inflasi)
(tingkat inflasi tahun ke tahun dan bulan ke bulan)
5
4
3
Per cent
Per cent
Poverty basket
inflation RHS)
15
12
Core
inflation
(RHS)
24
20
9
16
6
12
3
8
0
0
4
-1
-3
0
2
1
Inflation YoY
(RHS)
Inflation MoM
(LHS)
Jan 07 Jun 07 Nov 07 Apr 08 Sep 08 Feb 09 Jul 09 Dec 09
Sumber: Perkiraan BPS dan Bank Dunia atas inflasi
keranjang kemiskinan
Harga-harga keseluruhan
ekonomi juga telah
melambat, tetapi terus
meningkat lebih cepat
dari IHK
Index
Per cent
Fresh food
inflation
(LHS)
199
190
Expected inflation,
6 momths ahead
(advanced 6 months,
RHS)
181
172
163
154
Inflation
(LHS)
145
Jan 07 Jul 07 Jan 08 Jul 08 Jan 09 Jul 09 Jan 10
Sumber: BPS dan BI
Laju peningkatan harga-harga lain juga telah melambat. Deflator PDB implisit, yang
mengukur harga-harga seluruh ekonomi, meningkat sebesar 4,6 persen pada tahun
berjalan sampai triwulan 3, laju terlambat sejak awal tahun 2004. Peningkatan harga
triwulanan melambat pada triwulan 3 secara relatif terhadap triwulan 2, dengan
menurunnya harga ekspor dan harga-harga barang investasi meningkat sebesar 1,0
persen dari triwulan 2 ke 3, laju triwulanan paling lambat sejak tahun 2003. Deflator harga
implisit neraca nasional memberikan pandangan yang lebih luas akan pergerakkan harga
lintas ekonomi dibanding indeks harga konsumen. IHK melaporkan harga-harga dari
berbagai barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsi oleh rata-rata rumah tangga
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
4
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
perkotaan (dengan pembobotan pengeluaran), suatu pandangan yang penting tapi
terbatas, karena konsumsi pribadi berjumlah sekitar 60 persen dari PDB dan setengah
dari rumah tangga Indonesia terletak di luar daerah perkotaan.
Ekspektasi inflasi
meningkat lebih cepat
dari inflasi aktual
Perkiraan inflasi yang dimiliki oleh konsumen juga telah menjadi seimbang sejak Agustus
(hampir 7 persen di atas triwulan 1). Konsumen memperkirakan harga-harga transportasi
& komunikasi akan meningkat secara khusus pada enam bulan ke depan, walaupun
harga-harga itu termasuk ke dalam kelompok yang memiliki harga paling lemah.
Kalangan usaha terus menurunkan perkiraan inflasi masa depan yang mereka miliki,
dengan hampir setengah responden survei BI memperkirakan inflasi di bawah 7 persen.
2. Indikator keuangan Indonesia tetap rentan, dengan peningkatan yang melebihi
indikator lainnya
a. Neraca pembayaran tetap surplus pada triwulan 3, dengan arus modal masuk ke
dalam pasar keuangan Indonesia
Surplus neraca
pembayaran meningkat
pada triwulan 3, karena
peningkatan pada neraca
keuangan…
Surplus neraca pembayaran meningkat menjadi 3,5 miliar dolar Amerika pada triwulan 3
karena peningkatan neraca keuangan menjadi surplus 3,0 miliar dolar Amerika, yang
cukup mengimbangi penyusutan dalam surplus neraca berjalan, menjadi 1,7 miliar dolar
Amerika (Tabel 2). Tambahan alokasi 1,74 miliar dari hak penarikan khusus (2,7 miliar
dolar Amerika) bagi Indonesia oleh IMF pada tanggal 21 Agustus, menambah ke surplus
ini, seperti juga pembelian SBI dalam jumlah besar oleh pihak asing. Hal ini cukup
mengimbangi pemindahan besar oleh penduduk Indonesia ke rekening-rekening bank
asing.
Surplus neraca pembayaran – dan khususnya penambahan penempatan hak penarikan
khusus – meningkatkan cadangan devisa Indonesia menjadi 65,8 miliar dolar Amerika
pada akhir bulan November, melampaui nilai tertinggi sebelum krisis pada bulan Juli
2008.
Tabel 2: Peningkatan neraca keuangan meningkatkan surplus neraca pembayaran,
menambah cadangan devisa
(miliar dolar Amerika kecuali dinyatakan lain)
2005
.4
Balance of Payments
Per cent of GDP
0.2
.3
Current Account
Per cent of GDP
0.1
Trade Balance
8.4
Net Income & Current
Transfers
-8.1
.3
Capital & Financial Accounts
Per cent of GDP
0.1
Direct Investment
5.3
Portfolio Investment
4.2
Other Investment
-9.4
-.2
Errors & Omissions
34.7
Foreign Reserves*
2007 2008
12.7 -1.9
3.5 -0.5
10.5
.1
2.9
0.0
20.9
9.9
2008
Q1
Q2
Q3
Q4
1.0 1.3
-.1 -4.2
0.8 1.0 -0.1 -3.8
2.7 -1.0 -1.0
-.6
2.3 -0.8 -0.7 -0.6
4.5 2.1 2.5
.9
Q1
4.0
3.5
2.7
2.4
4.3
-8.9 -10.4 -9.8
3.0
3.6 -1.9
1.1
1.0 -0.4
2.2
2.3
3.4
4.3
5.6
1.7
-3.8 -4.8 -7.3
.6 -1.4
-.2
42.6 56.9 51.6
-1.7 -3.1 -3.4 -1.6
-.5 2.1 2.4 -5.8
-0.4 1.6 1.6 -5.2
.6
.2 1.9
.7
2.0 4.2
-.1 -4.4
-3.2 -2.3
.4 -2.2
-1.2
.2 -1.5 2.2
59.0 59.5 57.1 51.6
-1.6 -2.5 -2.9
1.9 -2.2 3.0
1.7 -1.7 2.0
.8
.2
-.1
1.9 2.0 3.4
-.8 -4.5
-.4
-.7
.4 -1.2
54.8 57.6 62.3
2006
14.5
5.1
10.9
3.8
19.8
2009
Q2
1.1
0.8
2.9
2.2
5.4
Q3
3.5
2.4
1.7
1.2
4.6
* Cadangan devisa pada akhir September. Cadangan devisa naik menjadi 65.8 miliar dolar
Amerika pada akhir November. Sumber: BI, BPS melalui CEIC, dan Bank Dunia
Peningkatan peringkat
obligasi obligasi
Indonesia telah
mendukung arus masuk
keuangan
Peningkatan peringkat obligasi negara Indonesia telah mendukung arus masuk, walaupun
pengaturan waktunya kemungkinan besar akan memberikan dampak yang lebih nyata
pada triwulan 4.Moody’s meningkatkan peringkat obligasi negara Indonesia dalam mata
uang asing dan rupiah menjadi Ba2 dari Ba3 pada tanggal 16 September, dengan alasan
ketahanan ekonomi negara yang kokoh selama krisis keuangan dunia. Sebulan
kemudian, Standard & Poor’s meningkatkan proyeksi ekonomi Indonesia dari stabil
menjadi positif, dan menguatkan peringkat kredit obligasi negaranya, 'BB-' untuk obligasi
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
5
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
jangka panjang dalam mata uang asing dan 'BB+' untuk yang dalam rupiah, dengan
alasan kebijakan makro yang berhati-hati dan kepemimpinan yang berkehendak
melakukan reformasi.
Arus modal terus menuju
keseimbangan normal
Walaupun sifatnya cepat berubah, arus masuk neraca keuangan terus kembali ke pola
yang lebih normal pada triwulan 3, setelah goncangan yang terjadi pada penggantian
tahun. Investor portofolio asing kembali sebagai pembeli dalam jumlah yang berarti dalam
pasar saham dan obligasi setelah sempat memangkas kepemilikan mereka pada
beberapa triwulanan terakhir. Perusahaan telah masuk kembali ke pasar kredit luar negeri
setelah absen cukup lama, sejalan dengan derasnya dana global yang mengalir ke
penerbit obligasi korporasi pada pasar-pasar yang berkembang. Akhirnya, kredit
perdagangan telah mendekati tingkat pra-krisis – sejalan dengan meningkatnya kegiatan
perdagangan dan membaiknya kondisi-kondisi keuangan.
…walaupun penanaman
modal asing masih terus
melemah, khususnya
pada sektor minyak dan
gas
Satu pengecualian penting terhadap normalisasi ini adalah makin menurunnya
penanaman modal asing (PMA), dimana investor pada sektor minyak dan gas
mengurangi investasi mereka dan menarik dana, sementara investasi non-migas masih
tetap lemah. Investasi masyarakat Indonesia diluar negeri turun menjadi 0.5 miliar dolar
Amerika pada triwulan ini, sekitar sepertiga dari tingkat biasanya.
…dan penduduk
Indonesia memindahkan
dana jumlah yang besar
dari biasanya ke bank
diluar generi
Pengecualian lainnya adalah penduduk Indonesia masih terus memindahkan dana dalam
jumlah besar ke deposito bank di luar negeri. Sejumlah 10 miliar dolar Amerika yang
ditempatkan di luar negeri sampai triwulan 3, nilai terbesar yang pernah tercatat dari
triwulanan 4 yang pernah terjadi. Besarnya transfer ini di triwulan 3, 3.5 miliar dolar
Amerika, tidak biasanya karena penguatan kondisi pasar pada periode ini, dimana
sebelumnya biasanya terjadi ketika kondisi pasar melemah.
b. Pasar saham dan pendapatan tetap dan Rupiah cenderung terus menguat, pada
laju yang lebih lambat
IHSG telah menguat 92
persen sejak bulan Maret,
membuatnya menjadi
yang terbaik secara
regional, hanya di bawah
Bursa Saham Bombay
Sementara kebanyakan indeks saham di Asia mencetak prestasi yang baik pada enam
bulan terakhir, kenaikan 92 persen yang dicapai oleh IHSG sejak bulan Maret hanya
dapat dilampaui oleh Bursa Saham Bombay, yang melejit hingga 109 persen pada jangka
waktu yang sama (Gambar 11). Seperti kebanyakan pasar, laju pertumbuhan telah
melambat sejak bulan September. Setelah melewati 2.500 poin pada pertengahan
Oktober dengan tingkat transaksi yang terakhir tercatat pada awal bulan Maret 2008,
IHSG merosot tipis pada akhir bulan Oktober dengan adanya spekulasi bahwa pemulihan
pada pasar keuangan global terlalu dibesar-besarkan, dan mengendurnya beberapa
sentimen pasar positif sehubungan dengan perkembangan politik dalam negeri. Akan
tetapi penurunan itu hanya berlangsung singkat dan pasar saham merambat naik lagi
pada paruh kedua bulan November.
Rupiah telah mengalami
apresiasi secara berarti
terhadap dolar Amerika
dan valuta asing lain
dalam enam bulan
terakhir, walaupun masih
berada di bawah tingkat
kurs tukar sebelum bulan
September 2008
Sejalan dengan itu, Rupiah telah menguat secara berarti terhadap dolar Amerika dan
valuta asing utama lainnya pada enam bulan terakhir, sebelum bergerak pada kisaran
400 rupiah pada sekitar 9.450 dari awal bulan Oktober ke awal bulan Desember. Sejak
bulan Maret, rupiah telah menguat 22 persen terhadap dolar Amerika, lebih dari 13
persen terhadap Euro dan dolar Singapura, dan 8 persen terhadap poundsterling Inggris.
Pergerakan IDR/USD secara khusus menarik perhatian dan kemudian menimbulkan
beberapa keprihatinan kalangan otoritas Indonesia mengenai ketahanan penguatan itu
dan juga dampaknya pada daya saing. Walaupun tingkat penguatan Rupiah terhadap
dolar Amerika tidaklah aneh dengan cepat berubahnya (‘beta’) pasar uang Indonesia,
melemahnya dolar Amerika terhadap mata uang wilayah dan utama menunjukkan bahwa
terdapat alasan lain di belakang cerita Rupiah itu (Gambar 12). Sebagai contoh, sejak
bulan Maret, won Korea telah meningkat 26 persen relatif terhadap dolar Amerika, dan
dolar Australia telah menguat sebesar 45 persen. Penguatan Rupiah membawanya ke
kurs tukar dengan dolar Amerika yang terakhir tercatat pada bulan Januari 2008,
sementara rupee India dan won Korea masih cukup lemah. (Bagian B memberikan
pengamatan yang lebih rinci atas penguatan Rupiah yang belakangan terjadi dan faktor
pendorongnya.)
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
6
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Gambar 11: IHSG meningkat lebih tinggi dari kebanyakan
index regional lainnya, sebelum mulai mendatar di
penghujung bulan September
Gambar 12: …dan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika
adalah yang kedua terkuat secara regional
(Indeks saham di-indeks ke 100 pada 2 Jan 2008)
(Pasangan valuta di-indeks ke 100 pada 2 Jan 08)
115
Index 2 Jan 08 = 100
Index 2 Jan 08 = 100
Thailand SET
100
115
Singapore SGX
Jakarta JCI
Index 2 Jan 08 = 100
March 2009
70
70
55
AUD/USD (RHS)
EUR/USD (RHS)
USD Appreciation
145
85
115
KRW/USD
(LHS)
55
85
115
IDR/USD
(LHS)
55
Shanghai Composite 85
40
Bombay BSE
25
Jan‐08
Index 2 Jan 08 = 100
100
85
40
175
March 2009
25
Apr‐08
Jul‐08
Oct‐08
Feb‐09
May‐09
Aug‐09
Sumber: FRB, CEIC dan Bank Dunia
Yield obligasi pemerintah
dalam mata uang Rupiah
dan dolar Amerika telah
turun ke tingkat tahun
2007 dengan kebijakan
moneter yang lebih
longgar, rendahnya
inflasi dan kuatnya
permintaan
Dec‐09
INR/USD (LHS)
SGD/USD (LHS)
145
JPY/USD (LHS)
55
Jan‐08
175
Apr‐08
Jul‐08
Oct‐08
Feb‐09
May‐09
Aug‐09
Dec‐09
Sumber: CEIC dan Bank Dunia
Memasuki bulan September obligasi negara dalam rupiah dan dolar Amerika secara
umum meneruskan kecenderungan penguatan yang dimulai pada bulan Maret, sebelum
diperdagangkan pada kisaran 50 basis poin sampai awal bulan Desember, dengan
kebijakan moneter masih tetap longgar dan inflasi Indonesia di bulan Oktober dan
November berada di bawah perkiraan analis pasar. Pada tiga bulan itu, yield lintas kurva
jatuh tempo bergerak sejalan, dan pada awal bulan Desember keseluruhan kurva yield
telah kembali ke tingkat yang dijumpai pada awal tahun 2007 (Gambar 13). Yield obligasi
negara 5 tahun dalam rupiah telah menyusut 33 persen sejak bulan Maret, dari hampir 14
persen menjadi sekitar 9,35 persen pada akhir bulan November. Walaupun terjadi
penurunan ini, yield obligasi Indonesia dalam rupiah masih tetap lebih tinggi dibanding
yang lain dalam wilayah yang sama.
Tingkat spread EMBI obligasi Indonesia dalam dolar Amerika juga telah pulih ke tingkat
akhir tahun 2007, juga makin seimbang dari akhir bulan September (Gambar 14), dan
tetap berada di bawah rata-rata tingkat spread pasar baru global terhadap obligasi
Amerika Serikat. Karena spread EMBI suatu negara umumnya dianggap sebagai
gambaran pengukuran “risiko suatu negara", menyusutnya spread Indonesia dapat
dianggap sebagai penunjuk berkurangnya risiko negara pada beberapa bulan terakhir
sehingga membantu menarik penanam modal dan modal ke dalam pasar-pasar keuangan
Indonesia.
Reformasi subsidi bahan
bakar dan kebutuhan
pendanaan pemerintah
yang lebih kecil pada
tahun 2010 akan terus
mendukung harga
obligasi
Menuju ke depan, agenda reformasi subsidi energi pemerintah yang mungkin ditetapkan
di tahun 2010 dapat menyusutkan yield obligasi dengan menghilangkan suatu sumber
perubahan cepat dan ketidakpastian inflasi pada pembiayaan pemerintah, yang
cenderung meningkatkan yield jangka panjang. Selain itu, defisit fiskal yang lebih rendah
dari perkiraan pada tahun ini telah menurunkan kebutuhan pembiayaan pemerintah untuk
tahun 2010. Artinya diperlukan penerbitan lebih sedikit obligasi untuk tahun depan yang
juga akan membantu mendukung harga-harga obligasi.
Kuatnya harga-harga di
pasar keuangan tidak
tersalur ke harga-harga
aktiva lainnya
Pemulihan yang kuat dalam harga-harga aktiva keuangan pada ekonomi-ekonomi yang
lain juga mengangkat harga-harga aktiva non-keuangan, terutama bagi apartemen dan
properti komersial. Tapi hal ini tidak terlihat di Indonesia. Pertumbuhan dalam harga jual
apartemen, ruang kantor, eceran dan industri di wilayah Jabodebek semuanya melambat
ke hampir nol pada triwulan 2 atau 3 di tahun 2009, dari laju pertumbuhan sekitar 15
persen di tahun 2008 bagi kantor-kantor dan apartemen. Perlambatan ini dapat
mencerminkan keseimbangan pasar, dengan kenaikan tipis dalam tingkat tersedianya
ruang dan menurunnya tingkat penjualan pada tiga triwulan pertama tahun 2009. Di
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
7
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
tengah perkembangan ini, sewa terus bertumbuh cukup kuat (sebesar 11,6 persen di
tahun sampai dengan triwulan 3 untuk apartemen, walaupun laju pertumbuhan sewa telah
melambat sejak akhir tahun 2008 untuk semua jenis properti).
Gambar 14: Obligasi negara Indonesia dalam dolar Amerika
telah menetap pada tingkat yang sedikit di atas rata-rata
Gambar 13: Yield obligasi pemerintah mata uang lokal, terus historis jangka lebih panjang, tetapi telah menguat lebih dari
menurun lintas seluruh tenor sejak bulan Maret, telah
sebagian besar pasar-pasar berkembang debt
(Spread EMBI Indonesia terhadap obligasi Amerika Serikat
kembali ke tingkat awal tahun 2007
dan perbedaan antara spread Indonesia and rata-rata pasar
berkembang dunia, keduanya dalam basis poin)
(Yield obligasi negara rupiah 1 tahun hingga 15 tahun,
persen)
14.5
Percent
Percent
2 March 2009
13.5
12.5
14.5
13.5
1200
Basis points
1000
1 May 2009
11.5
800
1 September 2009
10.5
10.5
26 March 2007
8.5
9.5
600
400
300
Indonesian EMBI USD Bond Spreads
(LHS)
12.5
11.5
9.5
Basis points
200
Indonesian Spreads Less Global EMBI Average (RHS)
100
400
0
200
‐100
8.5
1 December 2009
7.5
7.5
6.5
6.5
1Y
2Y
3Y
4Y
5Y
6Y
7Y
8Y
9Y 10Y 11Y 12Y 13Y 14Y 15Y
Sumber: CEIC dan Bank Dunia
0
Jan‐05
‐200
Oct‐05
Aug‐06
May‐07
Mar‐08
Dec‐08
Oct‐09
Sumber: JP Morgan, Datastream dan Bank Dunia
c. Penguatan pasar keuangan dan kurs tukar valuta sebagian disebabkan oleh
arus masuk modal lancar yang cukup besar
Arus masuk modal asing
yang besar memainkan
peran yang penting dalam
memperkuat harga-harga
aktiva keuangan dan
Rupiah
Faktor penyumbang penting kepada penguatan Rupiah dan pasar modal dari bulan Maret
ke Desember adalah arus masuk modal asing berukuran besar ke Indonesia. Investor
asing telah menanamkan sekitar 6,5 miliar dolar nilai bersih dalam aktiva keuangan
Indonesia sejak bulan Maret, sebagian besar dana itu masuk di bulan September dan
minggu pertama bulan Oktober, sebelum membalik lagi menjelang akhir Oktober dan
relatif stabil selama bulan November. Arus masuk ini telah meningkatkan keseluruhan
kepemilikan asing atas saham, obligasi pemerintah dan instrumen-instrumen pasar uang
jangka pendek sebesar 28 persen (Gambar 15). Karena bukan penduduk memiliki
kepemilikan yang cukup berarti dalam pasar keuangan Indonesia yang relatif dangkal,
pergerakkan modal asing seperti itu dapat membawa dampak yang besar pada hargaharga aktiva.
Sebagian besar didorong
oleh perdagangan, arus
masuk ini membawa lebih
banyak dana untuk
investasi, tetapi juga
dapat mengganggu
stabilitas jika pemilik
modal tiba-tiba
mengubah sentimen dan
menarik kembali dananya
Alasan dibelakang arus masuk ini tidaklah khusus terjadi di Indonesia tetapi terhubung
dengan rendahnya suku bunga di Amerika Serikat dan melemahnya dolar Amerika, yang
membawa penanam modal untuk membawa perdagangan ukuran besar untuk mengambil
keuntungan dari aktiva-aktiva dengen yield yang lebih tinggi pada pasar-pasar
berkembang. Sementara arus masuk itu baik sejauh ini karena mereka memicu majunya
ekonomi dan pasar, mereka dapat mengganggu stabilisasi bila hanya didorong oleh
pengambilan keuntungan karena perbedaan harga sehingga mengalir ke luar secepat
mereka masuk. Pasar modal Indonesia yang terbuka dan perbedaan suku bunga yang
tinggi membuatnya sangat menarik bagi arus masuk itu tetapi juga membiarkan Indonesia
sangat rentan terhadap berbaliknya sentimen penanam modal secara tiba-tiba.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
8
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Gambar 15: Indonesia telah menyerap 6,5 miliar dolar
Amerika dalam modal asing sejak bulan Maret, 2,6 miliar
dolar Amerika pada bulan September dan awal Oktober
Kembali melaju?
Gambar 16: Sejak bulan Maret cadangan devisa telah
menguat sementara pertumbuhan M2 telah melambat,
menunjukkan BI telah melakukan pengamanan
(Arus masuk dan total bagian modal asing bersih dari saham, (M2 dalam miliar rupiah; cadangan internasional dalam
obligasi pemerintah dan instrumen pasar uang, miliar rupiah) miliar dolar Amerika)
240000
IDR billion
IDR billion
8000
2250
IDR trillion
USD billion
75
March 2009
Total Foreign Capital Stock (LHS)
190000
4000
Total Net Foreign Inflows (RHS)
40000
‐10000
Oct‐08
Dec‐08
Feb‐09
Apr‐09
Jun‐09
Aug‐09
Sumber: BI, CEIC dan Bank Dunia
Penumpukkan cadangan
internasional dan tidak
adanya pertumbuhan
dalam pasokan uang
sejak bulan Maret
mencerminkan bahwa BI
mencoba untuk
mengimbangi dampak
arus masuk modal pada
kurs tukar dan uang
beredar
65
TotalReserves (RHS)
140000
90000
2000
Oct‐09
0
1750
‐4000
1500
55
45
M2 Broad Monetary Aggregates (LHS)
‐8000
1250
‐12000
1000
35
25
Jan‐06
Jun‐06
Nov‐06 Apr‐07 Sep‐07 Feb‐08
Jul‐08
Dec‐08 May‐09 Oct‐09
Sumber: BI, CEIC dan Bank Dunia
Untuk menetralkan dampak masuknya arus modal pada kurs tukar dan basis moneter,
bank sentral dapat melakukan intervensi ke pasar kurs valuta asing dengan membeli
valuta asing dengan menggunakan mata uang lokal, lalu menggunakan operasi pasar
terbuka untuk menghilangkan likuiditas yang tercipta oleh penjualan mata uang lokal. BI
tampaknya telah melakukan hal ini sampai ke suatu tingkatan. Cadangan internasional
meningkat sebesar 23 persen dari awal bulan Maret (ketika Rupiah memulai penguatan
berkesinambungan terhadap dolar Amerika) dari 53,7 miliar dolar Amerika menjadi 65,8
miliar dolar Amerika pada akhir bulan November (Gambar 16), setara dengan 6,3 persen
jumlah uang dasar (M2) di bulan Maret. Perlambatan pasokan uang yang tidak biasa
pada waktu pertumbuhan yang kuat dalam cadangan, yang tumbuh pada tingkat yang
disetahunkan sebesar 8,3 persen sampai bulan September, bandingkan dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 18,3 persen di tahun 2006 dan 2007. Pada saat yang sama
persediaan SBI tumbuh setara 3,5 miliar dolar Amerika, sehingga simpanan SBI yang
diterbitkan berada di kisaran 2,4 persen dari jumlah uang dasar. Persediaan SBI lebih dari
empat kali lipat ini terjadi ketika BI melonggarkan kebijakan moneter sehingga diharapkan
akan menyusutkan persediaan dari SBI yang ada. Sementara seringkali sulit bagi bank
sentral dalam ekonomi berkembang untuk mengatur perubahan jangka pendek dalam
basis moneter dengan baik melalui operasi pasar terbuka, BI tampaknya cukup berhasil
dalam membatasi dampak meningkatnya dengan cepat cadangan pada pasokan uang.
d. Walaupun sektor perbankan kuat, pertumbuhan kredit hanya menunjukkan
sedikit pemulihan
Keseluruhan sektor
perbankan cukup sehat,
menurut rasio keuangan
dan laporan pendapatan
Pendapatan bank-bank utama dan berbagai penunjuk agregat seperti kecukupan modal
dan pengembalian aktiva mencerminkan tingkat kesehatan yang menggembirakan untuk
keseluruhan sektor perbankan. Pada bulan September, rasio kredit macet bank umum
turun ke 3,8 persen, hanya sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata tahun 2008 sebesar 3,6
persen, tetapi sudah cukup jauh di bawah rata-rata tahun 2007 dan 2006 sebesar 5,6
persen dan 8,0 persen.
…tetapi pertumbuhan
kredit hanya mencatat
sedikit pemulihan pada
bulan-bulan terakhir
Walaupun cukup sehat, kredit baru bank-bank tetap bertumbuh lambat, walaupun sudah
lebih tinggi dibanding triwulan 2. Kredit telah bertumbuh sebesar 6 persen sampai saat ini
di tahun 2009, dibandingkan dengan 32 persen di tahun 2008. Percepatan lanjutan
mungkin sekali terjadi, bila persetujuan kredit baru kembali ke tingkat seperti yang terjadi
pada pertengahan tahun 2008 pada triwulan 3 tahun 2009. (Gambar 17) Sementara kredit
telah terhambat pada kebanyakan ekonomi regional tahun ini (tidak termasuk India),
perlambatan di Indonesia cukup menarik perhatian karena pertumbuhan pesatnya selama
dua tahun, yang kemudian tiba-tiba berhenti pada bulan Oktober 2008. (Gambar 18).
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
9
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Gambar 17: Pertumbuhan kredit dan persetujuan pinjaman
telah membaik pada bulan-bulan terakhir setelah merosot
pada awal tahun ini
(Total pinjaman dalam triliun rupiah; pertumbuhan kredit
dalam persentase perubahan tahun ke tahun)
IDR trillion
200
Percent YoY
Credit Growth (RHS)
180
Gambar 18: Sementara kebanyakan ekonomi mengalami
perlambatan kredit, Indonesia menarik perhatian karena
pertumbuhan kreditnya yang cepat dalam dua tahun
sebelum Oktober 2008
(Kredit bank umum di-indeks ke Jan 06=100)
40
35
275
Index Jan 06 =100
Index Jan 06 = 100
255
255
India
235
160
New Loan
Approvals (LHS)
140
30
120
25
100
20
235
215
215
Indonesia
195
175
195
175
Malaysia
155
155
80
15
60
10
40
5
20
Jan‐07 May‐07 Sep‐07
Jan‐08 May‐08 Sep‐08
Sumber: CEIC dan Bank Dunia
Tingkat bunga pinjaman
tetap tinggi walaupun
tingkat SBI telah dipotong
sebesar 300 bps dan
penetapan batasan suku
bunga deposito untuk
memangkas biaya
Singapore
USA
Thailand
135
115
Philippines
135
115
95
95
Jan‐06
Jan‐09 May‐09 Sep‐09
275
Dec‐06
Nov‐07
Oct‐08
Sep‐09
Sumber: FRB dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia
Di antara faktor-faktor sisi penawaran dan permintaan yang menyebabkan perlambatan,
tingginya biaya peminjaman terlihat mencolok. Suku bunga kredit telah berada di atas 14
persen sejak bulan Oktober 2008, walaupun BI telah memotong 300 bps dari BI Rate-nya
antara bulan Desember hingga Agustus tahun ini. (Gambar 19) Indonesia merupakan
satu-satunya negara di wilayahnya dengan suku bunga kredit dan simpanan yang lebih
tinggi pada bulan Juni 2009 dibanding satu tahun sebelumnya, walaupun telah dilakukan
pemotongan BI Rate. (Gambar 20)
Gambar 19: Walaupun bank sentral telah melakukan
berbagai upaya, suku bunga kredit hanya turun 7 persen
sejak puncaknya pada Januari sementara suku bunga
simpanan telah turun sebesar 31 persen
Gambar 20: Indonesia adalah satu-satunya negara dengan
peningkatan tingkat pemberian kredit dan simpanan pada
tahun sampai dengan Juni 2009
(perbedaan tingkat antara Juni 2008 dan Juni 2009, poin
(net interest margin, suku bunga kredit dan simpanan, persen) persentase)
6.00
Percent
Percent
Lending Rates (RHS)
5.80
15.5
14.5
6
4
Percentage point
Percentage point
 Lending Rate Deposit Rate  CB Policy Rate  Lending‐Deposit  Lending‐Policy Rate Spread
Difference
Difference
Difference
Spread
6
4
13.5
12.5
5.60
11.5
Net Interest Margin (LHS)
2
2
0
0
‐2
‐2
‐4
‐4
10.5
5.40
9.5
Deposit Rates (RHS)
5.20
8.5
7.5
‐6
‐6
5.00
6.5
Sep‐07 Dec‐07 Mar‐08 Jun‐08
Sep‐08 Dec‐08 Mar‐09 Jun‐09
Sumber: CEIC dan Bank Dunia
Sep‐09
Indonesia Malaysia United Singapore Philipines United Kingdom
States
China
India
Thailand
Sumber: FRB dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia
BI mencoba untuk menurunkan suku bunga kredit dengan penandatanganan perjanjian
sukarela dengan 14 bank umum terbesar di bulan Agustus untuk membatasi suku bunga
simpanan. Perjanjian ini dimaksudkan untuk menurunkan persaingan antar bank yang
meningkatkan biaya dana bagi bank-bank. Dampaknya masih terbatas pada bulan
Oktober, dengan suku bunga simpanan turun 100 basis poin dari bulan Juni, sementara
suku bunga kredit hanya turun sebesar 35 basis poin. Sejak puncaknya pada pergantian
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
10
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
tahun, suku bunga kredit hanya turun sebanyak 106 basis poin, sementara suku bunga
simpanan telah menurun lebih dari 330 basis poin.
Kekakuan suku bunga
kredit memungkinkan
selisih tingkat suku
bunga tetap relatif tinggi
dibanding negara-negara
lain di wilayah yang sama
Bertahannya suku bunga kredit ini, sementara suku bunga simpanan telah turun, menjaga
net interest margin (NIMs) pada atau di atas 5,5 persen sejak bulan Maret, dibandingkan
ke negara-negara lain dalam wilayah yang sama dengan kisaran NIM pada 3-4 persen.
Sementara net interest margin yang tinggi memberikan keuntungan tertinggi bagi bankbank Indonesia di wilayah yang sama, melebarnya perbedaan antara suku bunga kredit
dan simpanan dan tabungan meningkatkan biaya investasi, pelandaian investasi dan
dapat membatasi pertumbuhan ekonomi.
…dan BI hendak
menurunkannya pada
pertengahan tahun 2010
Sehubungan dengan hal ini, pada pertengahan bulan November BI menyatakan bahwa ia
akan mengimbau sektor perbankan untuk menurunkan net interest margin pada bulan
Juni 2010. Sebelum menerbitkan kebijakan resmi, bank sentral akan melakukan
penelitian mendalam atas bangunan biaya dari industri perbankan Indonesia. BI juga tidak
yakin apakah penurunan net interest margin akan benar-benar menyebabkan dukungan
kepada pengucuran kredit bank-bank. Dengan pengetatan standar kredit pasca krisis dan
tekanan ke bawah pada suku bunga kredit pada tahun ini, bank-bank telah meningkatkan
investasi dalam obligasi pemerintah dan instrumen pasar uang, yang memberikan yield
yang relatif tinggi dan bebas risiko, dibanding mengucurkan kredit. Tekanan tambahan
untuk menyusutkan net interest margin dan menurunkan suku bunga kredit akan
membuat bank-bank makin enggan untuk mengucurkan kredit, dan hanya akan
meningkatkan ketergantungan mereka kepada investasi dalam obligasi pemerintah dan
pendapatan dari jasa giro.
3. Prospek ekonomi diharapkan sedikit lebih kuat dari proyeksi triwulan yang
lalu, dengan pemulihan bertahap yang terus berlangsung
Prospek pertumbuhan
Indonesia sedikit
membaik pada tiga bulan
terakhir
Prospek ekonomi Indonesia telah membaik pada tiga bulan terakhir (Gambar 21).
Ekonomi diharapkan akan tumbuh sebesar 4,5 persen di tahun 2009, lebih tinggi dari
perkiraan sebelumnya 4,3 persen, karena ekonomi negara-negara mitra dagang utama
lebih baik dari perkiraan sebelumnya pada pertengahan tahun, konsolidasi dari
meningkatnya harga-harga komoditi, dan menguatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan 3 dari perkiraan awal. Pertumbuhan pada tahun 2010 diperkirakan berada
pada 5,6 persen, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 5,4 persen. Pertumbuhan
diperkirakan akan cenderung kembali sekitar 6 persen mulai tahun 2011. Peningkatan
prospek ini mengikuti PDB triwulan 3 yang sedikit lebih kuat dari perkiraan dan
meningkatnya prospek dan lingkungan eksternal.
Pertumbuhan investasi
diperkirakan akan
kembali meningkat
sementara belanja negara
akan tetap kuat
Pendorong utama pertumbuhan Indonesia di tahun 2010 diperkirakan akan tetap datang
dari permintaan dalam negeri, dengan dukungan pemulihan sektor eksternal (Tabel 3).
Pengeluaran konsumsi swasta diperkirakan akan meningkat dari tahun 2009, tumbuh
sekitar 5,1 persen di tahun 2010 dengan terus berlangsungnya dampak dari stimulus
fiskal, pertumbuhan harga yang moderat dan peningkatan pendapatan. Pertumbuhan
investasi juga diperkirakan akan meningkat di tahun 2010, dengan meningkatnya hargaharga komoditas dan permintaan eksternal, dan lebih tersedianya layanan pendanaan,
mendukung rencana-rencana penanam modal. Belanja pemerintah diperkirakan akan
terus tumbuh dengan belanja yang lebih besar untuk program-program inti pemerintahan
dan tingkat pencairan yang lebih baik.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
11
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Gambar 22: …. bersamaan dengan sedikit membaiknya
pertumbuhan mitra dagang Indonesia
(rata-rata persentase pertumbuhan tahunan tujuan ekspor
Indonesia)
Gambar 21: Prospek pertumbuhan Indonesia meningkat
(pertumbuhan rata-rata tahunan PDB, persen)
8
Persen
Persen
September memperbarui
8
Ramalan
Ramalan sekarang
6
4
4
2
2
0
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber: BPS dan perkiraan Bank Dunia
Persen
September memperbarui
6
Inflasi diharapkan akan
meningkat secara
perlahan, dimana
penguatan Rupiah
memberi dampak
pengimbang terhadap
prospek pertumbuhan
dan harga komoditas
8
Persen
8
Ramalan
6
6
Ramalan sekarang
4
4
2
2
0
0
-2
-2
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber: CEIC, Consensus Forecasts Inc dan Bank Dunia
Setelah sedikit lebih kuat dari perkiraan di bulan Agustus dan September dan lalu lebih
lemah dari perkiraan pada bulan Oktober dan November, prospek inflasi IHK (indeks
harga konsumen) di tahun 2009 hanya sedikit berubah, dengan laju tahunan sebesar 4,8
persen. Mulai meningkatnya pertumbuhan PDB dan harga komoditas yang berlangsung
sejak triwulan 2 dan diproyeksikan akan terus berlangsung akan mendorong peningkatan
harga-harga secara bertahap, dengan laju inflasi tahunan meningkat menjadi 5,5 hingga 6
persen di tahun 2010 dan 2011. Tambahan penguatan rupiah pada beberapa bulan
terakhir telah menurunkan prospek – dengan perkiraan akhir menunjukkan bahwa
penguatan 10 persen dari rupiah terhadap dolar Amerika menurunkan harga sebesar 0.6
hingga 0,9 persen selama sekitar 6 bulan, mengindikasikan bahwa depresiasi sampai
Oktober akan membatasi peningkatan harga menuju triwulan 2 tahun 2010.
Tingkat inflasi yang dialami oleh rumah tangga berpenghasilan rendah, dan tingkat inflasi
inti (tidak termasuk harga yang cepat berubah dan yang terkendali), diproyeksikan untuk
secara bertahap bergabung dengan tingkat IHK dengan mengikuti tren yang sama,
meningkat menuju 6 persen di tahun 2010 dan bertahap pada kisaran itu memasuki tahun
2011. Penguatan kurs tukar diperkirakan akan memiliki dampak yang lebih besar pada
inflasi inti, dan dampak yang lebih kecil pada laju inflasi rumah tangga berpenghasilan
rendah (karena sebagian besar belanja rumah tangga miskin membelanjakan barangbarang dengan harga yang ditentukan dari dalam negeri).
Prakarsa kebijakan khusus untuk lebih baik menyasar energi dan subsidi lainnya dan
untuk memungkinkan harga-harga yang diatur untuk bergerak lebih sejalan dengan biaya
ekonomi belum diumumkan, di luar beberapa penyesuaian untuk membawa tarif listrik
lebih dekat dengan biaya penawaran dan sebagian dalam harga LPG; kedua prakarsa ini
memiliki dampak kecil pada keseluruhan IHK. Reformasi demikian memiliki risiko
terhadap proyeksi inflasi, karena harga-harga mengalami kenaikan secara signifikan.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
12
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Tabel 3: Indikator makroekonomi Indonesia
(Persen perubahan, kecuali dinyatakan lain)
Annual
Year to December quarter
Revisions to Annual
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2009
2010
2011
5.9
6.0
5.6
5.4
6.4
5.1
5.1
5.4
0.8
0.7
0.4
5.3
5.0
5.1
5.3
4.8
4.7
4.9
5.3
0.5
0.4
0.3
Government consumption
10.4
12.7
8.8
5.8
16.4
7.7
8.9
6.1
1.9
2.6
1.1
Gross fixed capital formation
11.7
3.7
9.0
7.4
9.1
4.7
8.5
6.9
1.0
0.8
0.6
Exports of goods and services
9.5
-11.4
8.8
10.8
1.8
-3.0
6.7
12.6
0.7
-0.8
-0.5
Imports of goods and services
10.0
-19.5
12.6
12.1
-3.5
-8.7
9.3
13.6
-1.0
-0.6
0.4
Official poverty rate (%)
15.4
14.2
13.5
11.4
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
-0.1
-0.1
6.1
4.5
5.6
6.0
5.2
5.4
5.6
6.1
0.2
0.2
0.1
9.9
17.7
10.0
10.9
n/a
n/a
n/a
n/a
0.8
-1.9
-0.3
Balance of payments (USD bn)
-1.9
11.8
5.0
3.0
n/a
n/a
n/a
n/a
-0.2
-3.0
0.8
Financial account balance (USD bn)
-2.2
4.5
4.1
2.7
n/a
n/a
n/a
n/a
1.0
-1.4
-0.4
Consumer price index
9.8
4.8
5.4
5.9
11.5
2.7
6.0
6.3
0.1
-0.3
-0.6
Poverty basket Index
11.6
5.8
5.4
5.9
13.5
2.9
6.4
6.2
0.1
-0.3
-0.4
1. Main economic indicators
Total Consumption expenditure
Private consumption expenditure
Gross Domestic Product
2. External indicators
Trade balance (USD bn)
3. Other economic measures
GDP Deflator
18.2
7.3
9.2
10.9
17.1
6.0
7.4
13.0
-1.7
-2.1
0.9
Nominal GDP
25.4
12.1
15.3
17.6
23.1
11.8
13.3
19.8
-1.6
-1.9
1.1
9757 10362
9500
9500
11365
9500
9500
9500
-153
-500
-500
4. Economic assumptions
Exchange rate (IDR/USD)
Interest rate (SBI, 1 month)
Indonesian crude price (USD/bl)
Major trading partner growth
8.7
7.1
6.5
6.5
9.4
6.5
6.5
6.5
-0.2
-0.5
-0.5
97.0
60.9
79.0
83.6
52.8
72.5
81.3
84.5
0.7
4.9
8.0
2.4
-0.9
3.8
3.9
-1.3
3.0
3.2
4.2
0.9
0.5
0.5
Catatan: Proyeksi arus perdagangan berhubungan dengan neraca nasional, yang mungkin terlalu besar menyatakan
pergerakan volume perdagangan dan terlalu kecil menyatakan pergerakan dalam harga-harga. Neraca nasional
melaporkan nilai ekspor dalam Rupiah turun 15 persen di tahun sampai pertengahan 2009—sejalan dengan data neraca
perdagangan—sementara volume ekspor turun hampir sebesar 16 persen, mencerminkan bahwa harga-harga ekspor
Indonesia, dalam rupiah, meningkat 1,3 persen, di luar jatuhnya harga-harga komoditas pada periode ini dan melemahnya
rupiah sebanyak 12 persen.
Kemiskinan cenderung
akan makin menurun,
secara perlahan
Proyeksi ini menyarankan tingkat kebijakan resmi tampaknya akan terus menurun, dari
14,2 per Februari 2009 ke sekitar 13,5 persen pada awal tahun 2010 dan 11,4 persen
pada awal tahun 2011. Seperti kondisi makroekonomi yang lebih luas, proyeksi ini hanya
sedikit berubah selama tiga bulan terakhir, walaupun data rumah tangga dari survey
terakhir telah mengurangi proyeksi tingkat pengurangan kemiskinan karena alas an
teknis. Pengurangan kemiskinan kemungkinan akan didukung oleh perluasan program
PKH dan PNPM Mandiri, dimana kebijakan pengurangan kemiskinan lainnya masih dalam
pengembangan; dalam jangka panjang rencana 100 hari pemerintah juga
mengindikasikan adanya kebijakan yang dapat mempercepat pengurangan tingkat
kemiskinan secara tidak langsung.
Prospek masih
menunjukkan
peningkatan arus
perdagangan yang kuat
di tahun 2010 dan 2011,
setelah penurunan di
tahun 2009…
Prospek arus perdagangan tahun 2009 tetap penurunan impor yang lebih besar dibanding
ekspor, karena penurunan yang lebih besar pada impor yang terjadi sebelumnya di tahun
ini; pemulihan pada triwulan 3 sejalan dengan perkiraan sebelumnya. Pemulihan bertahap
dalam ekonomi dunia dan harga-harga komoditas yang lebih tinggi diperkirakan akan
mendukung pertumbuhan yang kuat dalam volume dan harga ekspor Indonesia di atas
perkiraan (Tabel 3, Tabel 4), dengan volume mencapai tingkat pra-krisis pada awal tahun
2011. Nilainya akan bertumbuh lebih cepat lagi – dan bertambah cepat memasuki tahun
2011 – didukung oleh meningkatnya harga-harga komoditas. Impor diperkirakan akan
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
13
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
pulih lebih cepat dari ekspor, dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang lebih
cepat dari negara-negara tujuan ekspor Indonesia dan pemulihan produksi barang-barang
ekspor membutuhkan lebih banyak masukan dari barang impor.
…dengan pertumbuhan
impor yang lebih kuat
mengurangi surplus
perdagangan
Surplus perdagangan tahun 2009 diperkirakan akan tetap sekitar 17,7 miliar dolar
Amerika, akan turun di tahun 2010 menjadi sekitar 10 miliar dolar Amerika dengan
proyeksi pemulihan yang lebih cepat pada impor dibanding ekspor. Surplus diperkirakan
akan stabil di tahun 2011, dengan nilai nominal ekspor dan impor mencatat pertumbuhan
tahunan sekitar 19 persen.
Neraca pembayaran
tampaknya akan surplus
di tahun 2009…
Neraca pembayaran diperkirakan akan mencatat surplus yang sedikit lebih kecil pada
triwulan 4 2009, seiring dengan mengecilnya neraca perdagangan, pemerintah hanya
menerbitkan sejumlah kecil hutang baru untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya,
penduduk Indonesia memangkas pengiriman simpanannya ke luar negeri, dan sejalan
dengan melambatnya portofolio arus masuk. Sebagai akibatnya, neraca permbayaran
diperkirakan akan mencatat surplus sekitar 12 miliar dolar Amerika pada tahun 2009.
…sebelum menyusut di
tahun 2010 dan 2011,
dengan pemulihan harga
komoditas dan impor
membawa neraca
berjalan menuju
keseimbangan.
Sejalan dengan IEQ bulan September, surplus neraca pembayaran diperkirakan
menyusut pada tahun 2010 dan 2011, dengan neraca berjalan mendekati keseimbangan.
Surplus berjalan akan terus mendukung pengumpulan cadangan devisa. (Tabel 3) Neraca
berjalan diperkirakan akan bergerak menuju keseimbangan, dengan terus menyusutnya
neraca perdagangan dan defisit pendapatan terus melebar karena perkiraan tingkat
pengembalian keuntungan yang lebih tinggi ke pemegang saham asing, dengan
meningkatnya produksi minyak dan gas bumi dan pemulihan harga energi dunia.
Pengiriman uang (remittance) oleh masyarakat Indonesia di luar negeri diperkirakan akan
stabil.
Investasi langsung bersih diperkirakan akan meningkat dengan bangkitnya pertumbuhan
dalam negeri dan konsolidasi pemulihan ekonomi dunia. Faktor yang dapat mengurangi
perbaikan ini adalah proyeksi surplus yang sedikit lebih tipis pada portofolio investasi,
dengan penduduk dalam negeri masuk kembali ke pasar saham dan hutang luar negeri.
Dilain pihak arus masuk portofolio investasi pada kelas aktiva jangka pendek dan panjang
tetap kuat, dengan asumsi investor asing meneruskan pencarian mereka akan yield.
Perbaikan peringkat kredit dan obligasi negara dalam mata uang asing dan lokal yang
diterima Indonesia baru-baru ini oleh Standard & Poor’s dan Moody’s akan mendukung
arus masuk ini.
Tabel 4: Surplus neraca pembayaran diperkirakan akan
menyusut, dengan neraca berjalan bergerak menuju defisit
(miliar dolar Amerika)
2007
2008
2009
2010
2011
Balance of Payments
12.7
-1.9
11.8
5.0
3.1
Current Account
10.5
0.1
8.5
0.6
0.0
20.9
-15.5
5.1
9.9
-15.2
5.4
17.7
-14.0
4.8
10.1
-15.1
5.6
10.9
-16.7
5.8
Capital & Financial Accounts
3.6
-1.9
4.7
4.4
3.1
Capital Account
0.5
0.3
0.2
0.3
0.3
Financial Account
Direct Investment
Portfolio Investment
Other Investment
3.0
2.3
5.6
-4.8
-2.2
3.4
1.7
-7.3
4.5
1.9
7.1
-4.5
4.1
2.8
6.5
-5.2
2.7
3.1
5.0
-5.4
Foreign Reserves (a)
56.9
51.6
64.5
Trade Balance
Income Balance
Transfers Balance
(a) 2009 nilai cadangan devisa asing pada akhir bulan
November. Sumber: BI dan Bank Dunia.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Selama 12 bulan ke triwulan 3-2010, kewajiban kredit
eksternal Indonesia yang terjadwal berjumlah 24 miliar
dolar Amerika, berdasarkan laporan BI atas hutang
berjalan (Tabel 5). Pada periode yang sama, proyeksi
arus perdagangan dan modal yang berhubungan dengan
investasi, di tambah pembelian bersih aktiva keuangan
lancar (berdasarkan asumsi konservatif), menghasilkan
proyeksi arus masuk bersih sekitar 29 miliar dolar
Amerika. Bersama-sama, mereka memberikan surplus
neraca pembayaran sekitar 5 miliar dolar Amerika, sesuai
dengan proyeksi yang disajikan pada Tabel 4.
Asumsi yang mendasari proyeksi ini sejalan dengan
kecenderungan yang terjadi. Tingkat perputaran hutang
(roll-over) SBI 95 persen lebih rendah dari tingkat yang
terjadi selama tahun 2009. Tingkat perputaran 90 persen
dari hutang swasta jangka pendek mencerminkan kondisi
kredit dunia yang masih dalam pemulihan, di tambah
pembatalan beberapa proyek karena kemunduran global
dan rendahnya harga komoditas. Tingkat perpputaran
hutang ini sebanding dengan tingkat perputaran
keseluruhan hutang eksternal, dengan hutang yang
diterbitkan lebih besar dari yang jatuh tempo selama 2009
(Gambar 23).
Desember 2009
14
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kerentanan arus modal
eksternal dan pasar
keuangan Indonesia tetap
menjadi tantangan
kebijakan
Kembali melaju?
Pada akhir tahun 2008, setelah terjadinya arus modal keluar pada bulan September
hingga November, pembuat kebijakan dan pengamat prihatin akan risiko keluarnya arus
modal dalam skala besar dapat mengganggu stabilisasi makroekonomi Indonesia. Pada
akhir tahun 2009, keprihatinan itu berbalik, dari dampak gangguan stabilisasi dari cepat
berubahnya pasar uang yang mengalir dari arus masuk berukuran besar menjadi aktiva
keuangan yang lancar dengan yield yang besar. Dua negara emerging markets (Brasil
dan Taiwan) menerapkan aturan untuk memperlambat pergerakan arus masuk modal
jangka pendek, pada pertengahan bulan November, Bank Indonesia mengumumkan
“mempertimbangkan dengan serius” penerapan kendali modal atas kepemilikan SBI satu
bulan oleh pihak asing. Akan tetapi pada awal bulan Desember tidak ada tanda-tanda
bahwa BI akan menempatkan kebijakan demikian, dimana pejabat BI mengatakan bahwa:
BI masih nyaman dengan kebijakan yang berjalan; arus masuk dan keluar dana asing
masih dapat ditangani; dan arus asing itu tidak menyebabkan fluktuasi tajam apapun
dalam kurs tukar valuta. Wakil Presiden juga menyatakan bahwa pemerintah tidak
mendukung penerapan kendali modal atas arus investasi asing. Akan tetapi debat publik
itu menandakan bahwa pergeseran kebijakan akan lebih mungkin terjadi.
Tabel 5: Kebutuhan pendanaan eksternal Indonesia terjadwal Tabel 6: Proyeksi sumber pendanaan memberikan surplus
pada 12 bulan ke depan berjumlah 24 miliar dolar Amerika
neraca pembayaran sekitar 5 miliar dolar Amerika
(miliar dolar Amerika)
(miliar dolar Amerika)
EXTERNAL FINANCING NEEDS
24.0
8.7
Maturing short-term FCU private debt
Am ortization of m edium and long-term FCU debt
9.4
PROJECTED EXTERNAL FINANCING SOURCES
Current account balance
Net FDI Inflow s
Private (a)
2.6
Official Foreign Financing
5.3
.5
Catatan dan sumber: (a) Tidak termasuk hutang macet 6,5
miliar dolar Amerika. BI dan Bank Dunia.
Gambar 23: Sementara tingkat perputaran hutang eksternal
Indonesia juga tinggi pada 2009
Short-Term Debt Instruments
12.5
Public (SBIs) (a)
4.2
Private (notes)
8.4
IDR debt (b)
USD billion
8
6
Net Issuance
4
4
2
2
0
0
-2
-2
Repaym ent
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sumber: BI dan World Bank
Sementara risiko
eksternal terhadap
prospek telah sedikit
7.5
10.6
-4.3
Medium and Long-Term Bonds
11.4
Public (SUN)
Issuance
6
Mar
.8
FCU debt
8
-6.3
23.9
o/w trade credits (c)
Feb
-.1
6.2
New Debt Issuances
o/w loans
Jan
2.7
Draw ings
(kembali nilai pokok dan penerbitan bulanan)
-4
-9.2
Repayments
Am ortization of m edium and long-term IDR debt
to non-residents
USD billion
8.8
Net income and transfers balance
6.8
Short-term IDR liabilities to non-residents
-.3
Trade balance
Public
Sep
28.7
4.9
Foreign investment in IDR bonds (d)
1.4
FCU bonds
3.5
Private (bonds)
Non-residents' net purchases of debt and
equity on secondary m arkets (e)
6.5
Public (SUN and SBIs)
3.0
Private (debt and equity)
6.1
3.1
Net investm ent offshore by residents ( f )
o/w outflow s on currency and deposits (f,g)
-3.6
-.1
-4 (Catatan dan sumber: (a) asumsi tingkat perputaran 95
persen; (b) asumsi tingkat perputaran 90 persen; (c)
diperkirakan meningkat dengan meningkatnya arus
perdagangan; (d) asumsi 18 persen kepemilikan asing dari
Surat Utang Negara baru; (e) mencerminkan pembelian
bersih aktiva dalam negeri oleh pihak asing; (f) negatif
mencerminkan arus keluar; dan (g) mencerminkan
penduduk memindahkan aktiva kembali dari rekening bank
asing. Bank Dunia.
Masih terdapat ketidakpastian yang cukup besar terhadap prospek. Di satu sisi, risiko
ekonomi global, walau masih cukup besar, tampaknya telah berkurang. Perkembangan
terakhir memberi kejutan baik, beberapa ketidakseimbangan internasional bergerak
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
15
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
menurun, risiko dari
dalam negeri telah
meningkat
Kembali melaju?
menuju keseimbangan, dan banyak ekonom telah meningkatkan ramalan mereka,
walaupun arus modal besar dan pergerakan kurs tukar yang baru terjadi menciptakan
risiko-risiko baru, dan ketidakpastian yang melingkupi prospek bagi ekonomi global akan
meningkat ketika stimulus fiskal dan moneter ditarik oleh negara-negara maju.
Di sisi lain, risiko prospek dalam negeri telah meningkat. Peningkatan pemadaman listrik
bergilir di daerah Jakarta dan tempat-tempat lain di Indonesia tampaknya akan
menghambat pertumbuhan. Daerah Jakarta menghasilkan sekitar 15 persen hasil
produksi nasional, sehingga dampak kecil kegiatan di Jakarta dapat berdampak pula pada
data nasional. Tetapi dampak itu tampaknya hanyalah untuk jangka pendek, karena
penyebab langsung dari meningkatnya pemadaman di Jakarta tampaknya akan diperbaiki
sebelum akhir triwulan 4, sementara program pembangunan pembangkit nasional cepat
tampaknya hampir sesuai jadwal. Pada triwulan-triwulan yang akan datang, kontroversi
yang melingkupi bailout Bank Century di akhir tahun 2008 menimbulkan risiko
berkelanjutan yang mengalihkan penyusun kebijakan utama dari agenda reformasi dan
pembangunan dan menambah risiko politik dan ketidakpastian iklim investasi, dengan
kemungkinan risiko yang mengancam pertumbuhan. Sisi baiknya, kontroversi hukum
pada triwulan 4 tahun 2009 dapat berakhir pada kemajuan yang penting dalam
penyusunan undang-undang dan meningkatkan iklim investasi.
Analisa skenario menunjukkan beberapa kemungkinan pertumbuhan PDB Indonesia jika
risiko-risiko baik dan buruk tersebut terjadi. (Tabel 7 dan Gambar 24) 'Skenario tinggi'
menunjukkan pemulihan yang lebih cepat ekonomi global, mendukung harga ekspor yang
makin cepat. Skenario ini juga memberikan kondisi dalam negeri yang lebih kuat, dengan
peningkatan kepercayaan konsumen dan investor yang mempercepat pertumbuhan
kredit, dan arus masuk modal memperkuat rupiah. Dalam skenario ini, pertumbuhan PDB
adalah 1¼ poin persentase di atas skenario dasar yang disajikan di atas (Table 2).
Skenario 'rendah' menilai dampak dari peningkatan yang baru terjadi dalam pertumbuhan
mitra dagang dan harga komoditas yang hanya sepintas dengan iklim investasi dalam
negeri yang lebih lemah dan pertumbuhan kredit yang lambatn. Skenario ini mengurangi
sampai 1 poin persentase dari pertumbuhan PDB dari tahun 2009 ke 2011, relatif
terhadap skenario dasar.
Tabel 7: Beberapa alternative hasil untuk indikator kunci
Gambar 24: …memiliki dampak terbesar pada pertumbahan
2010
(pertumbuhan persen tahunan; tingkat nilai tukar)
(perubahan persentase tahunan)
MTP* Credit
Export Rupiah prices (USD/IDR)
2009 Reference
‐0.9
15
1.2
10362
Low
‐1.0
14
0.9
10487
High
‐0.7
16
1.5
10362
2010 Reference
3.8
14
1.5
9500
Low
2.2
10
1.0
11000
High
5.5
19
9.4
8500
2011 Reference
3.9
23
7.5
9500
Low
2.2
15
4.1
10000
High
5.7
31
14.8
9000
7
6
Per cent
High
Per cent
Low
Reference
7
6
5
5
4
4
3
3
2001
2003
2005
2007
2009
2011
* Rata-rata tertimbang negara tujuan ekspor. Sumber: CEIC, Sumber: BPS via CEIC dan Bank Dunia
Consensus Forecasts Inc. dan Bank Dunia.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
16
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
4. Defisit anggaran pemerintah kemungkinan mendekati target
a. Pendapatan pemerintah yang lebih rendah daripada proyeksi diimbangi oleh
rendahnya belanja
Pendapatan pemerintah
turun sejalan dengan
PDB nominal,
pemotongan pajak serta
harga komoditas dan laba
yang lebih rendah
Pendapatan pemerintah terus melambat. Total pendapatan pemerintah pusat sampai
akhir November 2009 turun 18 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2008,
dan juga mengalami penurunan 15 persen dari awal tahun sampai bulan Juli. Penurunan
3 poin persentase lebih lanjut menunjukkan dampak perlambatan kegiatan ekonomi
menjelang pergantian tahun, pemotongan pajak yang telah direncanakan pemerintah
sebagai stimulus, sekaligus penurunan harga komoditas dan laba perusahaan. Semua
faktor ini mengakibatkan penurunan yang lebih tajam dalam pendapatan pemerintah
daripada penurunan PDB nominal.
Selama 2009, pendapatan pemerintah kemungkinan 17 persen lebih rendah daripada
2008. Hal ini berarti 4,1 poin persentase di bawah proyeksi bulan September, yang
mencerminkan penurunan pertumbuhan PDB nominal (2,2 persen di bawah proyeksi
sebelumnya) karena harga lebih rendah daripada perkiraan yang mengimbangi PDB riil
yang sedikit lebih baik daripada perkiraan.
Belanja program inti
pemerintah terus
menguat dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya,
sementara belanja
subsidi akan lebih
rendah.
Pemerintah membelanjakan 67 persen anggaran pegawai, barang, dan modal pada akhir
Oktober, naik dari 60 persen di sepuluh bulan pertama 2008, walaupun ada peningkatan
alokasi anggaran untuk ketiga jenis belanja ini. Peningkatan ini merupakan hasil upaya
untuk mempercepat pencairan paket stimulus dan anggaran secara keseluruhan. Sebagai
contoh, pengadaan dapat dimulai sebelum awal tahun fiscal, luncuran belanja tahun 2008
dibawa ke 2009 untuk pemilihan umum, program Bantuan Langsung Tunai (BLT), PNPM,
dan proyek infrastruktur. Sebagai tambahan, pembayaran gaji bulan ketiga belas untuk
pegawai negeri di bulan Juni juga memberi kontribusi kepada peningkatan tingkat belanja
pemerintah.
Namun, belanja secara keseluruhan relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama
tahun 2008, karena penurunan belanja ‘lainnya’ (yang sebagian besar merupakan ad hoc)
dan subsidi jauh melampaui peningkatan dalam belanja inti. Secara total, pemerintah
pusat hanya membelanjakan 68 persen anggaran perubahannya (APBN-P) sampai akhir
Oktober, 6 persen lebih rendah daripada periode yang sama tahun 2008. Penurunan
harga energi internasional, penyesuaian tarif dan program konversi minyak tanah ke elpiji
yang masih berjalan, serta penurunan belanja anggaran siaga (misalnya, dana cadangan
yang dialokasikan untuk mengantisipasi jika asumsi makro menyimpang dari proyeksi)
karena kondisi makroekonomi yang relatif mendukung merupakan alasan penurunan ini.
Kurang dari separuh
belanja stimulus telah
dicairkan pada akhir
Oktober, walaupun
belanja mengalami
peningkatan
Kurang dari separuh (42 persen) belanja stimulus pemerintah senilai Rp.11,5 triliun telah
dicairkan pada akhir Oktober, walaupun tingkat belanja telah mengalami akselerasi (25
persen telah dibelanjakan pada awal bulan). Bappenas telah mengawasi pencairan ini
secara ketat. Departemen Pekerjaan Umum telah membelanjakan separuh alokasinya
senilai 57 persen belanja stimulus, sementara departemen lain yang menerima bagian
paket dalam jumlah besar (perhubungan, energi, dan perumahan rakyat) baru
membelanjakan 35 persen. Pemerintah melaporkan bahwa program yang didanai belanja
stimulus telah mempekerjakan 754.000 orang atau 75 persen dari target sebanyak 1 juta
orang.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
17
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Gambar 25, Gambar 26: Belanja program inti mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun terakhir, tapi penurunan
belanja ‘lainnya’ dan subsidi ikut menekan belanja secara keseluruhan
realisasi anggaran sebagai persentase anggaran perubahan
(APBN-P) pada akhir Oktober)
100%
(belanja stimulus aktual departemen tertentu pada akhir
Oktober)*
100%
2007
2008
7
2009
IDR trilyun
IDR trilyun
Jatah anggaran
80%
80%
60%
60%
6
6
5
5
4
40%
40%
20%
20%
4
50%
3
3
2
2
37%
1
44%
0%
0%
Person.Materials Capital Int. Subsidies
Social ExpOthers Total CG Transf.
payments
Total
7
Pembayaran
24%
0
1
0
Public Works
Transportation
Energy &
Public Housing
Nat.Resources
*Keempat departemen ini mewakili 87 persen total belanja stimulus. Sumber: Departemen Keuangan dan estimasi staf Bank
Dunia
Belanja di tahun 2009
cenderung lebih rendah
dibandingkan anggaran,
mengimbangi penurunan
pendapatan untuk sedikit
mengurangi defisit
anggaran dibandingkan
rencana.
Sampai saat ini, belanja dan proyeksi lingkungan ekonomi untuk sisa tahun ini
menunjukkan bahwa belanja secara keseluruhan di tahun 2009 kemungkinan akan lebih
rendah daripada anggaran perubahan, terutama karena penurunan subsidi dan belanja
'lainnya'. (Tabel 8) Penurunan ini 4 persen lebih besar daripada proyeksi bulan
September, dan sebagian mengimbangi penurunan proyeksi pendapatan. Secara
keseluruhan, proyeksi ini menunjukkan defisit anggaran sekitar 2,3 persen PDB, 0,1 poin
persentase lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya, dan mendekati perkiraan
perubahan pemerintah sebesar 2,4 persen.
Pertumbuhan pendapatan
tahun 2010 diperkirakan
akan pulih dengan PDB
nominal yang lebih tinggi
dan tanpa adanya
rencana pemotongan
pajak
Di tahun 2010, total pendapatan diperkirakan naik kembali, naik 15,9 persen, secara luas
selaras dengan perkiraan pemulihan dalam PDB nominal. Pendapatan pajak, yang
biasanya serupa dengan PDB nominal, diperkirakan tumbuh sebesar 16,2 persen.
Pendapatan pajak penghasilan minyak dan gas diperkirakan tetap mengalami tekanan,
walaupun ada asumsi kenaikan harga minyak, karena adanya perkiraan kecilnya
pertumbuhan produksi dan kenaikan beban biaya pemulihan. Pajak penghasilan
nonmigas yang terus naik di tahun 2009 diperkirakan akan semakin kuat karena kenaikan
laba perusahaan dan pendapatan pribadi. Pendapatan PPN diperkirakan naik kembali
setelah mengalami penurunan yang tidak biasa tahun ini (Kotak 1), naik sekitar 16 persen
mengikuti pemulihan dalam konsumsi penghasilan kena pajak. Asumsi kenaikan harga
minyak diperkirakan akan memiliki dampak besar terhadap pendapatan minyak dan gas
nonpajak (Tabel 8).
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
18
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Tabel 8: Perkembangan penerimaan dan belanja
(penerimaan dan belanja pemerintah pusat)
2006
2007
2008 To Nov 2009* Explanation
Annual percent change and YoY percentage
percentage point contributions point contrib's
Non-oil and gas
Oil & Gas
VAT
Land and building tax
Duties on land and
building transfer
Excise
Other taxes
Import duties
Export duties
7.3
2.3
6.3
1.3
7.1
0.5
7.8
0.7
11.0
6.4
11.1
0.4
-4.3
1.5
-2.8
-0.1
Cuts in tax rates, low er profits and formal w ages w ith low er commodity
prices and slow er activity grow th
Low er profits w ith low er commodity prices & demand; cuts in tax rates
Around a 50% fall in the international oil price; slightly low er production
Less discretionary spending, partic. for goods subject to luxury tax rates
Slow er investment
-0.1
0.7
-0.1
0.1
Reduced economic activity
1.3
0.1
-0.8
0.2
1.7
0.1
1.1
0.8
1.3
0.1
1.2
1.9
0.6
0.0
-0.8
-2.2
Slow ing in consumption, offsetting the increase in cigarette excise rate
Slow ing of economic activity
Reduced import values w ith low er commodity prices and destocking
Low er commodity prices and w eak export volumes
Non-tax revenue
Oil
Gas
Mining
Forestry
Fishery
SOE transfer
Other
54.5
35.6
1.4
2.4
-0.6
0.0
6.9
8.8
-5.2
-13.9
-0.8
-0.4
-0.1
0.0
0.1
9.9
49.1
35.0
5.3
1.4
0.2
0.0
2.7
4.6
-39.3
-46.5
9.0
-0.1
0.0
0.0
-3.8
2.0
Significant falls in oil prices
Around a 50 per cent fall in international oil prices
Gas production remains steady
Low er prices and some w eakening in volume demand reducing profits
Slow ing demand for w oods and related products
A small item w here contributions to grow th remain low
Reduced domestic demand reducing activity
Low er fee collection through the slow ing of domestic activity
21.8
14.7
37.3
-11.2
Grow th in programmatic spending offset by a sharp decline in subsidies
5.3
5.0
6.1
4.4
1.0
3.9
1.7
2.1
2.1
-5.0
4.4
0.5
1.6
1.4
2.9
2.3
2.9
0.8
2.3
0.3
3.8
0.2
1.7
3.6
-3.7
9.7
24.8
-23.4
Grow th in line w ith previous years' and streamlined 13th month salary
Increase in government consumption and early procurement
Planned government investment being spent earlier in the year
Grow th in social expenditure and the BLT program
Election spending and increased 'planned expenditure'
In line w ith projections, w ith appreciation in IDR offsetting higher interest
costs on new debt
Refined fuel prices have halved and the government continues to
encourage less consumption of higher cost-energy
Tax revenue
Central gov't
expenditure
Salaries
Goods and services
Capital
Social assistance
Others
17.9
20.4
33.4
-8.0
Interest payments
Subsidies
Catatan dan sumber: * Kontribusi tahun 2009 terkait dengan 11 bulan pertama 2009 relatif terhadap periode yang sama
tahun 2008. Data pengeluaran pemerintah pusat hanya sampai Oktober 2009 sehingga terkait dengan 10 bulan pertama.
Depkeu, Bank Dunia
Target defisit 2010 tetap
1,6 persen PDB,
konsolidasi signifikan
dari tahun 2009
Pemerintah telah menyetujui anggaran 2010 tanggal 30 September lalu. Defisit anggaran
dipertahankan pada 1,6 PDB, konsolidasi signifikan dari defisit 2009. Komposisi belanja
tidak berubah banyak dari usulan pemerintah, dengan total anggaran belanja Rp1.046
triliun, 5 persen lebih besar dari anggaran 2009. Subsidi energi dianggarkan sedikit lebih
besar dari usulan anggaran karena harga minyak diasumsikan lebih tinggi di USD 65 per
barel. Belanja pegawai mewakili 15 persen rencana belanja, sama besarnya dengan
subsidi, sementara belanja modal hanya menerima 8 persen dari total anggaran.
Proyeksi dan asumsi ekonomi yang disajikan di bagian 3 di atas menunjukkan defisit
anggaran yang sedikit lebih besar sekitar 1,7 persen PDB. Hal ini sebagian mengikuti
sedikit penurunan pendapatan yang sebagian besar dikarenakan proyeksi pertumbuhan
PDB nominal di tahun 2009 dibandingkan proyeksi pemerintah. Proyeksi kenaikan harga
minyak dan berlanjutnya peningkatan belanja pemerintah akan berpotensi menghasilkan
belanja yang lebih tinggi secara keseluruhan dibandingkan anggaran di tahun 2010.
Namun, lingkungan ekonomi saat ini membuat perkiraan besaran dan waktu pemulihan
dalam pendapatan menjadi sangat sulit, dan sejumlah besar ketidakpastian menyelimuti
proyeksi defisit.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
19
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Tabel 9: Penyesuaian kecil terhadap perkiraan kondisi makroekonomi mengindikasikan deficit anggaran yang lebih kecil
di tahun 2009 dan deficit yang lebih tinggi di tahun 2010
(central dan belanja pemerintah pusat, triliun Rph)
A. State Revenues and Grants
1. Tax Revenues
a. Domestic tax
i. Income tax
- Oil & gas
- Non oil & gas
ii. Other domestic tax
b. International trade tax
i. Import duties
ii.Export tax
2. Non tax receipts
o/w natural resources
i. Oil and Gas
2007
2008
2009
Actual
Actual
Revised
C. Primary Balance
D. SURPLUS / DEFICIT
Deficit (per cent of GDP)
2010
Budget
2010 (p)
WB
estimate
707.8
491.0
470.1
238.4
44.0
194.4
231.6
20.9
16.7
4.2
215.1
132.9
124.8
981.6
658.7
622.4
327.5
77.0
250.5
294.9
36.3
22.8
13.6
320.6
224.5
211.6
871.0
652.0
631.9
340.2
49.0
291.2
291.7
20.0
18.6
1.4
218.0
138.7
127.7
814.5
619.8
601.4
308.7
48.1
260.6
292.7
18.4
17.8
0.6
193.7
110.8
100.2
949.7
742.7
715.5
351.0
47.0
303.9
364.6
27.2
19.6
7.6
205.4
132.0
120.5
943.6
720.3
699.7
360.6
52.1
308.5
339.1
20.7
19.4
1.2
221.8
137.1
125.3
8.1
12.8
10.9
10.6
11.5
11.8
757.7
504.6
90.4
54.5
64.3
79.8
150.2
0.0
49.8
15.6
253.0
985.7
693.4
112.8
56.0
72.8
88.4
275.3
0.0
57.7
30.3
292.4
1,000.8
691.5
133.7
85.5
73.4
109.6
158.1
0.0
77.9
53.3
309.3
942.9
641.0
128.4
77.9
71.9
108.6
142.8
0.0
76.2
35.2
301.9
1,047.7
725.2
158.1
103.0
83.2
115.6
157.8
7.2
69.6
30.7
322.4
1,054.3
738.0
151.8
93.9
81.5
113.7
191.1
7.2
68.0
30.7
316.3
30.0
84.3
2.9
ii. Non Oil & Gas
B. Expenditures
1. Central government
- Personnel
- Material expenditure
- Capital expenditure
- Interest payments
- Subsidies
- Grants expenditure
- Social expenditure
- Other expenditures
2. Transfers to the regions
2009 (f)
WB
estimate
(49.8)
(1.3)
(4.1)
(0.1)
(21.3)
(19.9)
16.0
(129.8)
(2.4)
(128.5)
(2.3)
(98.0)
(1.6)
(110.7)
(1.7)
Economic assumptions/outcomes
Gross domestic product
3,957.4
4,954.0
5,425.4
5,555.7
5,981.4
6,403.7
Economic Growth (%)
6.3
6.1
6.0
4.1
5.5
5.4
Inflation (%)
6.6
11.1
4.5
4.8
5.5
5.4
Exchange Rate (Rp/US$)
9,419
9,691
10,500
10,362
10,000
9,500
Crude-Oil Price (US$/Barrel)
78.0
97.0
61.0
60.9
65.0
79.0
Oil Production (barrel per day)
0.91
0.93
1.0
1.0
1.0
1.0
% of civil service wages increase
15.0
20.0
15.0
15.0
5.0
5.0
Interest rate of SBI (average %)
8.0
9.3
7.5
7.1
6.5
7.0
* Kontribusi 2009 terkait dengan 11 bulan pertama tahun ini. Data belanja pemerintah pusat hanya sampai Oktober 2009.
Sumber: Departemen Keuangan, Bank Dunia
Pemerintah tampaknya
memiliki surplus
pembiayaan di tahun
2009
Seperti halnya 2008, defisit yang sedikit lebih rendah daripada proyeksi dan strategi
pembiayaan di muka pemerintah tampaknya akan menghasilkan surplus pembiayaan
berikutnya di tahun 2009. (Tabel 10) Apresiasi rupiah terus mengurangi kebutuhan
pembiayaan. Walaupun demikian, kebutuhan pembiayaan pemerintah di tahun 2009
masih tetap besar pada sekitar USD 22.5 miliar, dan di tahun 2010 kemungkinan akan
tetap besar, sekitar USD 20 miliar tergantung pada tingkat pertumbuhan ekonomi
nominal, pergerakan defisit dan nilai tukar. Anggaran yang dikeluarkan pada akhir
September berencana untuk memenuhi sekitar dua pertiga kebutuhan ini dari pasar,
termasuk melalui penjualan sukuk yang ditujukan untuk mengembangkan pasar
keuangan Syariah setempat. Pemerintah mengantisipasi pemenuhan sisa kebutuhannya
dari sumber resmi, sekaligus terus mengurangi besar pinjaman dari sumber resmi
dibandingkan pembayarannya setiap tahun. Rencana ini dapat berubah karena rencana
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
20
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
pembiayaan anggaran hanya sedikit menggunakan sumber pendanaan pemerintah
sendiri yang lebih besar daripada perkiraan pada saat persiapan anggaran berdasarkan
perkiraan surplus pembiayaan 2009. Terlebih lagi, perbaikan kondisi pasar keuangan
global berarti pemerintah belum perlu menggunakan Public Expenditure Support Facility,
sehingga sumber daya fasilitas akan tetap ada untuk mendukung pembiayaan pemerintah
jika kondisi pasar kembali memburuk di tahun 2010.
Tabel 10: Kebutuhan pembiayaan Indonesia di tahun 2010 tetap besar, walaupun pemerintah
tampaknya memiliki surplus pembiayaan dari tahun 2009
(triliun Rupiah kecuali disebutkan lain)
2010
2009
2005
2006
2007
2008
-50.8
65.2
-49.9
79.1
-30.0
79.8
-84.3
97.0
20.3
109.6
19.9
108.6
-17.6
115.6
-2.9
113.6
45.9
18.2
1.9
-37.1
14.4
58.0
22.8
3.6
-52.7
29.1
55.9
14.4
4.9
-57.9
49.8
66.3
15.3
8.9
-63.4
12.7
70.7
77.4
38.9
129.8
70.2
10.9
12.0
38.4
128.5
38.2
98.0
77.4
8.9
11.0
36.2
110.7
Amortizations:
C
Commercial bonds [4]
D
Official external loans
C+D
Total am ortization:
19.7
12.3
32.0
23.6
13.6
37.2
34.4
19.6
54.0
40.6
25.4
66.0
37.2
69.0
106.2
37.2
68.1
105.3
37.1
58.8
96.0
37.1
55.9
93.0
Gross financing needs:
A+B+C+D Total gross financing needs:
(in billions of USD)
46.4
4.8
66.3
7.3
103.9
11.3
78.7
8.1
236.0
22.5
233.8
22.6
194.0
19.4
203.8
21.4
28.1
22.6
26.1
36.0
34.1
57.2
50.2
85.9
69.3
142.4
57.6
104.4
-2.6
50.6
5.2
18.9
62.1
6.8
8.4
91.2
10.0
16.2
136.1
14.0
56.6
268.3
25.5
69.3
144.1
97.2
46.9
56.6
270.0
26.0
Net financing needs:
A
Primary deficit
B
Total interest payments
of which:[1]
Total commercial bonds:
Variable interest rate
USD-denominated
Official external loans
A+B
Overall deficit:
Financing sources: [2]
Official borrow ing
Total commercial bonds:
IDR denominated
USD denominated
Domestic banking
Total gross financing sources:
(in billions of USD)
M emo items:
Variable interest rate (SBI-90 day rate)
Share of bonds at variable interest rate
IDR/USD exchange rate
Share of USD bonds (at prevailing exchange
rate)
APBN-P
WB
9.16% 11.74% 8.04% 9.47% 7.50% 7.10%
31.9% 33.1% 28.6% 23.9%
21.6%
9,751 9,141 9,164 9,757 10,500 10,366
3.7%
6.9%
8.0%
11.8%
APBN
WB
7.1
169.2
16.3
6.50% 6.50%
10,000
9,500
15.6%
[1] Pembayaran bunga berdasarkan komponen mungkin tidak sesuai dengan total karena
sumber daya yang berbeda, waktu dan masalah pembulatan.
[2] Proyeksi sumber pembiayaan 2009 yang dicetak miring diambil dari APBN-P. Sumber:
Proyeksi CEIC, Departemen Keuangan, Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
21
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Kotak 1: Perlambatan ekonomi di akhir 2008 dan 2009 memiliki dampak yang tidak seimbang terhadap pendapatan PPN
Setelah pajak pendapatan nonminyak, PPN merupakan sumber
pendapatan pemerintah pusat kedua terbesar, yang mencakup
hampir seperlima pendapatan pemerintah di tahun-tahun
terakhir. Di tahun 2009, pendapatan PPN telah turun sekitar
3,6 persen dari 2008, penurunan terbesar dalam 40 tahun.
Perlambatan dalam belanja riil dan stabilisasi harga, terutama
dibandingkan dengan pertumbuhan nominal yang sangat cepat
di tahun 2008 tampaknya telah memiliki dampak yang tidak
seimbang pada pendapatan PPN. Sebagai contoh, hubungan
antara perkiraan konsumsi yang terkena PPN dengan
penerimaan PPN telah melemah, PPN yang lebih besar
daripada konsumsi di tahun 208 dan lebih kecil di tahun 2009.
(Gambar 27) (Konsumsi masyarakat miskin yang terkena PPN
diasumsikan berupa konsumsi rumah tangga nonpangan, dan
20 persen konsumsi pangan, karena sebagian besar bahan
pangan tidak terkena PPN; nilai aktual kemungkinan lebih kecil
karena banyak kegiatan eceran merupakan kegiatan informal).
Gambar 27: Pendapatan PPN menjadi lebih bergejolak
dibandingkan belanja konsumsi akhir-akhir ini
(Triliun Rupiah)
60
IDR triliun
IDR triliun 60
50
50
VAT revenue
40
40
30
30
10% of cons. that is subject to VAT
20
20
10
10
Harga yang stabil dan ekonomi yang melemah, terutama dalam
manufaktur,
perdagangan,
hotel
&
restoran
serta
0
0
pertambangan, tampaknya dapat menjelaskan penurunan
Mar-04
Mar-05
Mar-06
Mar-07
Mar-08
Mar-09
dalam PPN ini. Saat terjadi perlambatan ekonomi, konsumen
biasanya mengubah konsumsi dari barang nonpokok, yang Sources: Departemen Keuangan, BPS dan Bank Dunia
biasanya dikenai pajak, ke simpanan pribadi atau barang pokok
seperti pangan yang biasanya tidak dikenai PPN, yang berarti bahwa penarikan PPN dapat melambat pada tingkat yang lebih
besar daripada ekonomi secara keseluruhan; hal sebaliknya terjadi di tahun-tahun yang mengalami ledakan ekonomi. Konsumsi
rumah tangga nominal yang dikenai PPN diperkirakan bertumbuh sekitar 9 persen di tahun 2009, dibandingkan dengan 20 persen
di tahun 2008, karena penurunan inflasi mengimbangi percepatan dalam nilai riil belanja. Kategori PPN yang terkait kemungkinan
turun 5,6 persen di tahun 2009, setelah meningkat lebih dari sepertiga di tahun 2008.
Industri dan sumber pendapatan PPN yang paling terpengaruh perlambatan ekonomi tampaknya adalah yang bergantung pada
belanja barang nonpokok. (Gambar 28, Gambar 29) PPN dari barang manufaktur, perdagangan, hotel & restoran melemah di
kuartal akhir 2008 dan awal 2009, serta di akhir 2005 dan awal 2006, saat terjadi kenaikan harga minyak memberi dampak pada
pendapatan yang siap dibelanjakan dan memperlambat belanja riil. PPN pada barang impor serta barang mewah domestik dan
impor juga mengakibatkan penurunan pada masa-masa itu, dan mencapai puncaknya di paruh pertama 2008. (Penerimaan PPN
di Kuartal 3 2009 terdistorsi pembayaran Pertamina yang direklasifikasi dari 'pertambangan minyak & gas' menjadi 'manufaktur'.)
Di tahun-tahun mendatang pendapatan PPN seharusnya naik kembali sedikit lebih cepat daripada pemulihan dalam PDB nominal
dan konsumsi rumah tangga, menutupi kesenjangan antara pembayaran PPN dan basis pajak dalam Gambar 27.
Gambar 28: Pendapatan PPN dari industri yang
memproduksi barang nonpokok
Gambar 29: … sangat lemah saat terjadi perlambatan di
akhir tahun 2009 dan 2006
(pertumbuhan persentase tahun-ke-tahun)
40
Persen
(pertumbuhan persentase tahun-ke-tahun)
Per sen
Persen
Persen
40
40
30
30
30
30
20
20
20
20
10
10
10
10
0
0
-10
-10
-20
-20
Mar-05 Sep-05 Mar-06 Sep-06 Mar-07 Sep-07 Mar-08 Sep-08 Mar-09 Sep-09
Manufacturing
Trade, hotel & restaurant
Mining: Oil & gas
Finance & business services
Transport & communication
Other*
* Industri 'lain' mencakup pertanian, peternakan dan perikanan,
pertambangan nonmigas, penggalian, listrik, pasokan gas & air,
konstruksi, jasa, dan 'lainnya'. Sumber: Departemen Keuangan,
Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
0
40
0
-10
-10
-20
-20
Mar-05 Sep-05 Mar-06 Sep-06 Mar-07 Sep-07 Mar-08 Sep-08 Mar-09 Sep-09
Domestic VAT
Import VAT
Domestic LST
Import LST
Other VAT
Sumber: Departemen Keuangan, Bank Dunia
Desember 2009
22
B. BEBERAPA PERKEMBANGAN PENTING TERAKHIR DALAM EKONOMI
INDONESIA
1. Arus perdagangan Indonesia melewati krisis global: turun drastis kemudian
naik kembali
Arus perdagangan
Indonesia turun sampai
separuhnya saat terjadi
krisis ekonomi global,
sebagian besar karena
penurunan harga
komoditas
Mulai dari Juli 2008 sampai Februari 2009, nilai ekspor barang Indonesia turun 43 persen,
sementara impor barang turun sebesar 56 persen. (Gambar 30, Tabel 11) Penurunan ini,
bersamaan dengan naiknya gejolak dalam pasar keuangan dan keluarnya modal,
merupakan dampak terbesar penurunan ekonomi global atas perekonomian Indonesian.
Arus dagang Indonesia bersama dengan semua mitra dagang utamanya mengalami
penurunan pada masa itu, dengan penurunan ekspor terbesar terjadi di Jepang,
Singapura, dan Cina. Nilai impor pun turun di semua mitra dagang saat perusahaan
mengurangi persediaan dan terjadinya penurunan dalam ekspor mengurangi permintaan
atas input yang diimpor.
Jatuhnya harga komoditas curah dan minyak pada masa ini merupakan alasan utama
penurunan, sementara volume dagang tetap stabil sepanjang akhir 2008 dan awal 2009.
(Tabel 11) Pergeseran komposisi pun memberi kontribusi. Secara keseluruhan, sektor
dagang Indonesia tidak kebal terhadap penurunan permintaan global - tapi harga
komoditas yang rendah mungkin telah mendorong kenaikan permintaan atas beberapa
barang di sebagian pasar, sehingga sedikit mengimbangi dampak negatif resesi global
terhadap arus dagang Indonesia.
Untuk ekspor, walaupun pengurangan permintaan
mengakibatkan penurunan besar dalam volume
pertambangan dan manufaktur - terutama ke Jepang,
(miliar USD, disesuaikan secara musiman)
Singapura, dan Amerika Serikat - volume ekspor migas ke
USD bn
14 USD bn
14 Korea tampaknya meningkat, dan volume ekspor
July 08
Feb 09
pertanian ke Cina juga naik (terutama minyak sayur dan
Exports
minyak sawit). Kontraksi nilai ekspor ke Jepang
12
12
merupakan yang terbesar, hampir sepertiga dari total
penurunan nilai ekspor - hampir setara dengan bobot
10
10 ekspor Jepang. Hal ini terutama dikarenakan penurunan
harga ekspor migas, serta penurunan harga dan volume
ekspor nikel. Kontraksi nilai ekspor ke Singapura, Cina
8
8 dan Amerika Serikat pun menyebabkan pengurangan
yang signifikan. Penurunan ekspor ke Amerika Serikat
Im ports
dan Singapura dikarenakan penurunan volume tekstil,
6
6 pakaian dan alas kaki, serta bahan kimia, serta penurunan
harga dan volume dalam ekspor migas dan karet,
4
4 sementara penurunan nilai ekspor ke Cina disebabkan
oleh penurunan harga produk karet dan minyak.
Gambar 30: Nilai perdagangan memuncak di pertengahan
2008, lalu turun di bulan Februari 2009
Oct-07
Sumber: BPS
Apr-08
Oct-08
Apr-09
Oct-09
Sama halnya dengan impor, walaupun modal terkait
investasi dan volume transportasi turun - terutama dari
Jepang, cina dan Korea - penurunan harga menunjukkan
bahwa volume impor pelumas dari Cina serta bahan
kimia, transportasi dan mesin dari Amerika Serikat
meningkat.
23
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Tabel 11: Impor Indonesia terus turun, dan pulih lebih cepat, daripada ekspor
(persen kecuali disebutkan lain)
July 2008 to February 2009
February 2009 to July 2009
Percentage
Percentage
Percentage
Percentage
point
Proportion
point
point
Proportion
point
contribution
of total
contribution
of total
Values contribution
Values contribution
growth
Growth due to prices due to volumes growth
Growth due to prices due to volumes
Total Exports
-43
-40
-3
100
36
-6
42
100
Oil & Gas
-64
-82
17
34
45
45
0
18
Non-Oil & Gas
-37
-25
-12
66
34
-13
47
82
Agriculture
-34
-47
13
12
23
2
21
12
Mining & Minerals
-55
-17
-39
28
100
2
98
47
Forestry
-31
-27
-5
4
5
-3
8
1
Manufactured
-27
-17
-10
22
18
-27
44
22
Total Imports
Consumer Goods
Intermediate
Fuels and Lubricants
Transportation Goods
Capital Goods
-56
-41
-57
-73
-50
-34
-62
-34
-60
-97
25
-3
6
-7
3
24
-75
-31
100
3
35
44
4
14
50
53
47
89
77
25
-7
-9
-29
42
21
-16
58
62
76
47
57
41
100
10
15
7
18
50
Sumber: BPS dan Bank Dunia
Kategori yang terkena
dampak paling besar saat
terjadi penurunan telah
pulih paling cepat,
walaupun mitra dagang
Indonesia
Pada bulan Juli, nilai ekspor dan impor Indonesia tumbuh sekitar 36 dan 46 persen,
secara berurutan. Kenaikan ini terjadi di seluruh kategori perdagangan, tapi terutama
dalam komoditas migas dan pertambangan. Pergerakan harga yang tersirat menunjukkan
bahwa sebagian kenaikan terjadi dalam volume, bersama dengan pemulihan dalam
permintaan, sejalan dengan peningkatan investasi dan pengisian kembali persediaan,
secara global dan di Indonesia, yang memberi kontribusi signifikan kepada kenaikan nilai
perdagangan. Hal ini juga menunjukkan bahwa hanya sebagian pemulihan harga
komoditas global yang masuk ke harga ekspor dan impor Indonesia, dan harga
perdagangan tetap lemah karena berlanjutnya penurunan dalam harga barang modal,
elektronik dan mesin lebih besar daripada kenaikan dalam harga minyak dan komoditas
curah. (Tabel 11)
Bersama dengan perkembangan harga dan volume, pemulihan dalam nilai ekspor
terdorong oleh peningkatan ekspor pertambangan & mineral serta migas ke Jepang, Cina
dan Korea. Sampai Agustus 2009, nilai ekspor ke Cina dan Korea kembali ke tingkat
sebelum krisis, tapi ekspor ke Jepang tetap sekitar 40 persen di bawah tingkat bulan Juli
2008.
Tabel 12: Walaupun arus dagang mengalami penurunan di semua sisi, ekspor Indonesia ke negara berkembang di
wilayahnya telah pulih dengan cepat
(juta USD dan persen)
Japan
China
US
Singapore
Korea
India
Malaysia
Australia
Other
Total
Exports
Imports
July 2008 Contribution Feb 2009 Contribution Aug 2009 July 2008 Contribution Feb 2009 Contribution Aug 2009
Level
to Fall
Level
to Rise
Level
Level
to Fall
Level
to Rise
Level
2,787
31
1,140
16
1,700
1,388
10
668
5
859
1,077
10
517
15
1,013
1,408
9
762
19
1,468
1,246
8
811
5
990
821
4
564
2
632
1,376
11
781
-1
744
2,240
19
933
28
2,000
643
3
502
5
688
801
7
295
4
457
529
3
375
10
702
248
2
139
2
212
497
3
342
9
655
951
9
331
3
453
527
6
203
2
260
367
3
191
4
333
3,845
26
2,464
39
3,793
4,645
37
2,057
33
3,293
12,528
100
7,134
100
10,544
12,870
100
5,939
100
9,707
Sumber: BPS dan Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
24
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
2. Nilai tukar rupiah sejak akhir 2008: skala pergerakan dan faktor-faktor
pendorong
a. Rupiah telah menguat secara berarti sejak bulan Maret, terutama terhadap dolar
Amerika yang melemah
Sejak bulan Maret,
Rupiah telah menguat
secara berarti terhadap
dolar Amerika, dan
secara tipis terhadap
mata uang lain
Sejak bulan Maret 2009, Rupiah Indonesia telah menguat sebesar 22 persen terhadap
dolar Amerika (USD). (Tabel 13, Gambar 31) Rupiah juga menguat terhadap mata uang
lainnya (Tabel 13), dengan kurs tukar efektif riil (REER, suatu indeks utama kurs tukar
bilateral rupiah, dan abstraksi dari perbedaan dalam laju inflasi) lebih dari 16 persen
selama periode ini (Gambar 32). Tetapi tingkat dan laju penguatan terhadap dolar
Amerika telah meningkatkan keprihatinan akan kelangsungannya dan juga dampak pada
ekonomi riil dan daya saing.
Arus masuknya modal asing ke pasar uang Indonesia dan pemulihan harga komoditas
tampaknya berperan besar dalam penguatan rupiah, dan hubungannya terbentuk di
bawah. Secara singkat, peningkatan 1 persen dalam investasi bukan penduduk pada
aktiva keuangan Indonesia berdampak pada penguatan 0,62 persen terhadap dolar
Amerika, dengan harga komoditas tetap; peningkatan 1 persen dalam harga komoditas
ekspor non-migas berbobot berdampak pada penguatan 0,49 persen, dengan arus masuk
modal tetap – dan faktor-faktor ini menyumbang sampai 73 persen dari variasi pada kurs
tukar spot antara bulan Oktober 2008 and November 2009. Kedua faktor ini menjelaskan
lebih banyak lagi (89 persen) dari pergerakan REER pada periode ini. (Tabel 14 dan 15)
Gambar 31: Sejak Maret, rupiah telah menguat jauh terhadap
dolar Amerika dan dolar Amerika telah melemah terhadap
Gambar 32: Kurs tukar Indonesia telah meningkat secara
berbagai mata uang
berarti terhadap berbagai mata uang secara riil
(USD (Indeks luas dolar Amerika, di-indeks ke 100 pada
tanggal 21 Januari 1997)
120
Index
IDR per USD
115
IDR/USD (RHS)
110
(kurs tukar efektif riil berdasar indeks berbobot perdagangan
JP Morgan; rupiah per tingkat dolar Amerika)
8500
190
Index
IDR per USD
9000
8750
9500
160
105
100
9500
10000
Dollar Index (LHS)
10500
95
11000
IDR Appreciation
90
11500
85
12000
10250
IDR Real Effective Exchange Rate (LHS)
IDR/USD Spot 11000
(RHS)
130
Appreciation
11750
12500 100
80
Jan‐08
8000
Apr‐08
Jul‐08
Oct‐08
Feb‐09
May‐09
Aug‐09
Sumber: Bank Sentral Amerika dan BI melalui CEIC
Indeks umum Bank
Sentral Amerika telah
melemah 11,5 persen
sejak bulan Maret,
sementara saham dan
aktiva pasar berkembang
dan harga-haraga
komoditas utama telah
bangkit dengan kuat
Dec‐09
12500
Jan‐07 Apr‐07 Jul‐07 Oct‐07 Jan‐08 Apr‐08 Jul‐08 Oct‐08 Jan‐09 Apr‐09 Jul‐09 Oct‐09
Sumber: JP Morgan dan BI melalui CEIC
Rupiah bukanlah satu-satunya mata uang yang menguat terhadap dolar Amerika pada
bulan-bulan terakhir. Indeks Umum Dolar Dewan Bank Sentral Amerika (yang
menyertakan 26 mata uang yang mewakili mitra-mitra dagang utama Amerika) telah
melemah sebesar 11,5 persen sejak bulan Maret, ketika pasar saham global dan hargaharga aktiva pada pasar negara berkembang pada khususnya mulai meningkat (Tabel
13).
Dolar Amerika telah menunjukkan hubungan terbalik yang kuat dengan harga aktiva
berisiko sejak dimulainya krisis bulan Oktober yang lalu. Pada puncak krisis, ketika harga
saham dan aktiva jatuh di akhir tahun 2008 dan sekali lagi pada bulan Februari-Maret
2009, indeks dolar menguat ke tingkat tertingginya sejak tahun 2005 karena penanam
modal mengganti aktivanya yang penuh risiko ke uang tunai dolar Amerika. Ketika pasar
aktiva mulai pulih pada triwulan kedua tahun 2009 dan selera risiko investor kembali,
dolar Amerika telah turun secara berarti.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
25
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Sejak bulan Maret, indeks-indeks saham utama Asia telah meningkat lebih dari rata-rata
80 persen. (Gambar 33, Tabel 13) Selain itu, kebijakan moneter yang longgar juga
memungkinkan obligasi untuk beraksi baik pada ekonomi baru dan maju: di Indonesia,
yield obligasi negara 5 tahun dalam mata uang lokal telah turun 33 persen sejak bulan
Maret, sementara di negara maju seperti Amerika Serikat, program-program pelonggaran
kuantitatif bank sentral telah menopang harga-harga obligasi. (Gambar 34) Selain itu,
emas, yang dipandang oleh investor sebagai pembendung inflasi dan juga mata uang
alternatif, dan sejarahnya memiliki hubungan terbalik dengan dolar Amerika, telah
meningkat sebesar 20 persen sejak bulan Maret ke nilai tertinggi dalam nilai nominal.
Gambar 33: Kurs tukar dolar Amerika telah bergerak ke arah
yang berlawanan dengan indeks saham dunia sejak
dimulainya gejolak pasar keuangan pada bulan September
2008
(indeks pasar saham, di-indeks ke 100 pada 2 Januari 2008)
115
Equity Indices 2 Jan 08 = 100
Dollar Index
(yield obligasi negara 5 tahun dalam mata uang lokal dalam
persen)
120
24
115
21
110
18
Percent
Percent
24
March 2009
Thailand SET 100
Gambar 34: Yield obligasi Indonesia dalam mata uang lokal
telah jatuh sepertiganya sejak bulan Maret, tapi masih lebih
tinggi dibanding yield yang lain
Dollar Index (RHS)
Singapore SGX
Jakarta JCI
21
18
Indonesia
85
70
105
15
100
12
15
12
Philippines
95
55
40
Shanghai Composite 90
9
9
Thailand
6
6
Malaysia
Bombay BSE
85
3
3
United States
25
Jan‐08
80
Apr‐08
Jul‐08
Oct‐08
Feb‐09
May‐09
Aug‐09
Sumber: CEIC dan Bank Dunia
Kurs tukar rupiah/dolar
Amerika menjadi sangat
berkaitan dengan indeks
dolar Amerika sejak
dimulainya gejolak
keuangan dunia pada
bulan September 2008,
dengan keseluruhan
indeks dolar Amerika
terhubung dengan
pergerakan yang lebih
besar pada kurs
rupiah/dolar Amerika
Dec‐09
0
Jan‐08
0
Apr‐08
Jul‐08
Oct‐08
Feb‐09
May‐09
Aug‐09
Dec‐09
Sumber: CEIC
Kurs tukar rupiah/dolar Amerika telah bergerak erat dengan indeks dolar sejak dimulainya
krisis pada penghujung tahun 2008 (yaitu, Rupiah telah menguat dengan melemahnya
Indeks Dolar, dan sebaliknya), dan pergerakan dalam Indeks Dolar cenderung berkaitan
dengan pergerakan yang lebih besar dari proporsional dalam kurs tukar rupiah/dolar
Amerika, terutama sejak dimulainya krisis di penghujung tahun 2008. Kaitan antara
pergerakan dalam rupiah/dolar Amerika dan Indeks Dolar berada pada 68 persen dari
bulan Januari 2007 ke November 2009, menguat menjadi 92 persen jika kita hanya
menghitung periode dari bulan September 2008 hingga sekarang. Selain itu, analisa
regresi periode Januari 2007-November 2009 menunjukkan bahwa peningkatan 1 persen
pada Indeks Dolar berkaitan dengan penurunan 1,22 persen dalam rupiah/dolar Amerika.
Memperkecil kerangka waktu ke September 2008-November 2009 memperkuat kaitan ini
menjadi 2,1 persen penurunan Rupiah untuk setiap peningkatan 1 persen dalam Indeks
Dolar. Kedua hasil itu signifikan secara statistika pada tingkat tinggi dan tampaknya kokoh
(Tabel 14).
b. Arus masuknya modal ke aktiva keuangan lancar menjelaskan sebagian besar
penguatan …
Kelemahan dolar
Amerika, bersama
bersama dengan catatan
rendahnya suku bunga di
Amerika Serikat dan
menguatnya pasar-pasar
berkembang, telah
mendorong arus
masuknya modal ukuran
besar kepada ekonomi
berkembang
Gabungan suku bunga yang rendah di Amerika Serikat, pelemahan dolar Amerika, dan
menguatnya harga-harga aktiva di pasar-pasar berkembang telah mendorong arus masuk
modal berukuran raksasa ke ekonomi-ekonomi berkembang dengan neraca modal
terbuka pada enam bulan terakhir. Investor telah melakukan perdagangan, meminjam
dalam dolar Amerika untuk membeli aktiva dengan yield yang lebih besar pada pasarpasar berkembang — pada suku bunga yang sebetulnya negatif. Hal ini menambah
tekanan pada harga aktiva dan mata uang pasar berkembang, mendorong beberapa
pemberi komentar untuk menyarankan bahwa beberapa harga aktiva dapat meningkat
dengan lebih dari yang dijustifikasi dengan meningkatkan asas pokok ekonomi.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
26
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Indonesia telah menarik
arus masuk modal
sebesar 6,5 miliar dolar
Amerika sejak Maret,
yang berkaitan erat
dengan penguatan rupiah
Kembali melaju?
Indonesia, dengan selisih suku bunganya yang sangat menarik dan neraca permodalan
yang terbuka, telah menarik arus masuk permodalan bukan penduduk yang cukup besar.
(Gambar 35) Sejak bulan Maret 2009, Indonesia telah menyerap 6,46 miliar dolar Amerika
dalam arus masuk asing bersih, 40 persen dari nilai itu pada bulan September dan
Oktober (Gambar 36).
Tanpa sterilisasi penuh oleh bank sentral (membangun cadangan devisa asingnya dan
mengimbangi dampaknya pada ekonomi dalam negeri), aliran masuk demikian sesuai
sifatnya akan menyebabkan penguatan jangka pendek kurs tukar. Kaitan antara kurs
rupiah/dolar Amerika dan keseluruhan kepemilikan bukan penduduk adalah 70 persen
antara Oktober 2008 dan November 2009 (yaitu Rupiah menguat ketika bagian modal
asing meningkat), dengan peningkatan 1 persen pada bagian modal asing berkaitan
dengan penguatan 0,53 persen kurs rupiah/dolar Amerika. (Tabel 14, Gambar 36) Sejak
jumlah bagian modal asing di Indonesia telah meningkat sekitar 28 persen sejak bulan
Maret (dengan September dan Oktober menyumbang 9 poin persentase dari kenaikan
itu), aliran masuk modal telah memberikan andil secara berarti kepada penguatan Rupiah
pada periode ini.
Gambar 35: Adanya aliran masuk bersih modal yang berarti Gambar 36: … meningkatkan bagian modal di Indonesia
oleh bukan penduduk sebesar 6,4 miliar dolar Amerika –
menuju Indonesia sejak bulan Maret …
(arus bersih dalam miliar dolar Amerika; Indeks dolar
pada satu triwulan
Amerika dan rupiah/dolar Amerika di-indeks ke 100 pada
Oktober 2008)
30000
IDR billion
Index Oct08=100
IDR/USD (RHS)
IDR billion
IDR per USD
8500
9500
110
200000
10000
Total Foreign Capital Stock (LHS)
105
100
0
Net Foriegn Flows (LHS)
Dollar Index (RHS)
95
‐20000
80
‐30000
Mar‐09
May‐09
Jul‐09
Sep‐09
Sumber: Federal Reserve Board, CEIC, BI dan Bank Dunia
Investasi bukan
penduduk dalam aktiva
keuangan Indonesia
berkaitan secara terbalik
dengan kekuatan dolar
Amerika, selisih suku
bunga, dan spread EMBI
Indonesia …ketika risiko
meningkat, pihak asing
akan melepaskan
kepemilikan aktiva
Indonesia mereka
10500
150000
11500
IDR Appreciation
85
Dec‐08
IDR/USD spot (RHS)
90
IDR Appreciation
Oct‐08
120 250000
115
20000
‐10000
(kepemilikan saham bukan penduduk, obligasi pemerintah
dalam rupiah dan instrumen pasar uang jangka pendek)
100000
06‐Oct‐08
12500
06‐Jan‐09
06‐Apr‐09
06‐Jul‐09
06‐Oct‐09
Sumber: Federal Reserve Board, CEIC, BI dan Bank Dunia
Di antara faktor-faktor pendukung aliran masuk, bagian modal asing menunjukkan
keterkaitan terbalik 80 persen dengan Indeks Dolar dan selisih suku bunga antara
Indonesia dan Amerika Serikat. Analisa regresi menunjukkan bahwa kenaikan 1 persen
Indeks Dolar berkaitan dengan penurunan -1,34 persen pada bagian modal asing, dengan
suku bunga tetap. Seperti itu, kenaikan 1 persen dalam selisih suku bunga (antara SBI 3
bulanan dan T-Bills 3 bulanan Amerika Serikat) berkaitan dengan 0,62 persen penurunan
dalam bagian modal asing, dengan Indeks Dolar tetap sama. (Tabel 14)
Walaupun tampaknya tidak betul bahwa peningkatan dalam selisih suku bunga berkaitan
dengan penurunan dan bukan peningkatan dalam bagian saham asing, hal ini dapat
mencerminkan perbedaan mendasar antara suku bunga Indonesia dan Amerika Serikat
yang sangat tinggi sehingga peningkatan lebih lanjut dari selisih biasanya disebabkan
oleh suatu guncangan negatif atau naiknya risiko Indonesia yang disadari sehingga
sejalan dengan penurunan pada penempatan modal bukan penduduk. Jumlah bagian
modal asing di Indonesia memiliki keterkaitan terbalik sebesar 95 persen dengan spread
EMBI Indonesia, yang biasanya digunakan sebagai nilai untuk mengukur risiko negara
(Gambar 38): Peningkatan 1 persen dalam spread EMBI berkaitan dengan penurunan
0,23 persen dalam bagian modal asing. Jadi ketika spread dan risiko negara meningkat,
dana mengalir keluar. (Spread ini juga memiliki keterkaitan positif tinggi dengan Indeks
Dolar dan selisih suku bunga.)
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
27
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Indonesia masih secara
khusus rentan terhadap
aliran masuk uang panas
karena aliran itu
cenderung cepat berubah
arah dan dapat pergi
secara tiba-tiba,
mengganggu pasar uang
dan ekonomi
Kembali melaju?
Walaupun kecepatan dan volume aliran masuk modal ke aktiva keuangan lancar
Indonesia tidak berbeda dengan negara-negara pasar berkembang lainnya di Asia dan
America Latin, nusantara tetap sangat rentan terhadap “uang panas” ini. Pertama, negara
ini memiliki pasar-pasar modal terbuka, lebih dibanding negara tetangganya, dan selama
ini tetap memegang komitmen untuk tidak menerapkan kendali modal. Kedua, warisan
dari krisis tahun 1997-98 membuat investor di Indonesia mudah untuk memindahkan
dana ukuran besar karena alasan yang sangat rapuh hubungannya dengan dasar-dasar
(seperti ditunjukkan oleh keterkaitan negatif yang sangat kuat antara spread EMBI, yang
menunjukkan kesadaran akan risiko negara, dan bagian dari kepemilikan bukan
penduduk). Bila dananya keluar dari negara ini secepat – dan biasanya lebih cepat – dari
pada waktu ia mulai mengalir, dan perdagangan pada pasar keuangan Indonesia relatif
tipis, aliran-aliran ini akan dapat secara berarti menambah perubahan pasar yang cepat,
dengan dampak yang lebih luas pada kepercayaan investor, kurs tukar, dan ekonomi riil.
Intervensi oleh penyusun kebijakan dapat membatasi dampak aliran ini, tetapi sebagian
besar pilihan kebijakan membutuhkan dukungan dana yang tidak sedikit. (Gambar 39).
Gambar 37: Cadangan devisa asing Indonesia telah
berkaitan dengan kurs tukar valuta sejak Oktober 2008,
mengesankan bahwa BI telah agak membatasi pergerakan
liar kurs tukar valuta
(cadangan dalam juta dolar Amerika, tingkat kurs
rupiah/dolar Amerika)
70000
USD million
IDR per USD
7500
60000
8500
50000
9500
Gambar 38: Kepemilikan bukan penduduk akan aktiva
keuangan Indonesia telah menurun ketika risiko negara
meningkat, dan sebaliknya
(bagian aktiva keuangan Indonesia milik asing dalam miliar
rupiah; Indeks Dolar, spread EMBI dan selisih suku bunga
di-indeks ke 100 pada 6 Oktober 2008)
250000
IDR billion
Index 6 Oct 08=100 200
200000
140
IDR/USD Spot (RHS)
Dollar Index (RHS)
40000
10500
Indonesia‐US Interest Rate Differential (RHS)
150000
IDR Appreciation
30000
11500
International Reserves (LHS)
20000
Jan‐05
12500
Oct‐05
Aug‐06
Total Foreign Capital Stock
(LHS)
May‐07
Mar‐08
Dec‐08
Indonesia EMBI spread (RHS)
100000
Oct‐09
Sumber: BI via CEIC dan Bank Dunia
80
06‐Oct‐08
20
06‐Jan‐09
06‐Apr‐09
06‐Jul‐09
06‐Oct‐09
Sumber: Federal Reserve Board, CEIC, BI dan Bank Dunia
Gambar 39: Kebijakan moneter dan fiskal dapat membatasi dampak aliran masuk modal, tetapi kebanyakan pilihan
membutukan dukungan dana yang kuat
A : Allow inflow of money (shifts LM right ) → Can be
inflationary
i
BP '
B : Sterilize inflow by building reserves, OMO (stay at
B ) → Can prolong inflows by keeping interest rates high
C : Allow appreciation (shifts IS and BP left ) → Exports
lose competitiveness
D : Impose capital controls (moves BP upward, steeper
slope ) → Lose efficiency; have to finance investment
through higher cost domestic funds rather than
borrowing from abroad at lower cost
E : Fiscal contraction (shifts IS left ) → Can be
recessionary; politically difficult
LM
BP=0
D
C, E
B
IS'
A
LM'
IS
Y
Model IS-LM adalah kerangka Keynesian yang berfokus pada interaksi antara elemen ekonomi ril dan moneter. Kurva IS
(investasi dan simpanan) menjelaskan hubungan antara output dan tingkat suku bunga yang memberikan keseimbangan
di pasar barang, sedangkan kurva LM (preferensi likuiditas dan penawaran uang) menjelaskan hubungan antara
pendapatan dan tingkat suku bunga yang memberikan keseimbangan di pasar uang.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
28
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
c. …dengan pemulihan harga komoditas juga membaik
Dengan komoditas
merupakan sebagian
besar ekspor Indonesia,
rupiah cenderung
menguat dengan harga
komoditas
Harga komoditas adalah jalur penting kedua tempat jalan kelemahan dolar Amerika
berdampak pada kurs tukar rupiah/dolar Amerika. Indeks dolar Amerika memiliki
keterkaitan terbalik yang kuat dengan harga komoditas: kenaikan 1 persen Indeks
berkaitan dengan penurunan 4,2 persen dalam EWCPI non minyak Indonesia. (Tabel 14)
Komoditas menyumbang lebih dari setengah jumlah ekspor Indonesia. Penelitian empiris
oleh Rogoff dan Chen (2003) telah menemukan keterkaitan yang berarti antara kurs tukar
dan harga dunia dari komoditas ekspor dari Australia, Kanada dan Selandia Baru—tiga
negara yang komoditas utamanya merupakan komponen utama ekspor.
Tabel 13: Pergerakan dalam kurs tukar dan harga aktiva sejak September 2008
Level Sep 2 2008 March 2009 High Level Nov 9 2009
% Change since March % Change since Sep 08
IDR Crosses
IDR/USD
9192
12065
9420
-22
IDR/EUR
13407
16130
14040
-13
2.5
5
IDR/GBP
16463
17119
15705
-8
-5
IDR/SGD
6437
7837
6778
-13.5
5
IDR/AUD
7808
8187
8712
6.4
11.5
USD Crosses
INR/USD
44.4
51.8
46.36
-10.5
4
SGD/USD
1.4308
1.5565
1.3862
-11
-3
KRW/USD
1134.45
1570.1
1154.6
-26
2
JPY/USD
108.85
97.17
89.92
-7.5
-17
USD/AUD
0.8360
0.6301
0.9293
47
11
USD/EUR
1.4522
1.2580
1.4999
19
3
99.83
115
101.9
-11.4
2
Dollar Index
Stock Indices
Jakarta
2159
1256
2406
92
11
Bombay
7861
4160
8703
109
11
Shanghai
2305
2071
3175
53
38
Singapore
2759
1456
2693
85
-2
659
413
713
73
8
12
14
9.35
-33
-22
798
890
1062
20
33
Thailand
5yr IDR Govt Bond Yield
Gold Price ($/troy oz)
Sumber: CEIC dan Bank Dunia
Hubungan yang sama terdapat antara indeks harga komoditas berbobot ekspor (EWCPI)
dalam dolar Amerika dan kurs tukar efektif yang riil dan nilai spotnya. (Gambar 40,
Gambar 41) Kurs tukar spot menunjukkan keterkaitan terbalik sebesar 69 persen dengan
EWCPI berminyak atau tanpa minyak. (seperti Rupiah menguat ketika harga komoditas
meningkat). Peningkatan 1 persen dalam EWCPI non minyak terkait dengan 0,26 persen
penguatan rupiah/dolar Amerika (penguatan itu 0.25 persen untuk minyak EWCPI).
Keterkaitan dan hasil regresi bahkan lebih kuat dari REER. EWCPI non-minyak
menunjukkan keterkaitan 88 persen dengan kurs tukar riil, dengan 1 persen kenaikan oleh
indeks berkaitan dengan peningkatan 0,46 persen (hubungan ini serupa dengan EWCPI
minyak). (Tabel 14, Tabel 15)
Hasil-hasil tersebut mengesankan bahwa kelemahan yang baru terjadi atas Indeks Dolar
telah merembes menjadi harga komoditas yang lebih tinggi, dan dengan adanya
keterkaitan positif antara Rupiah dan harga-harga komoditas, hal ini merupakan saluran
lain lagi tempat rupiah/dolar Amerika telah menguat.
Dolar Australia, dengan
karakteristik yang sama
dengan rupiah, telah
menguat lebih tinggi lagi
sejak bulan Maret
Banyak dari karakteristik yang tampaknya mendukung rupiah juga dimiliki oleh dolar
Australia (AUD), walaupun kedua ekonomi itu memiliki perbedaan mendalam atas
pendapatan dan pembangunan kelembagaan. Kedua ekonomi itu memiliki neraca modal
terbuka, suku bunga dalam negeri cukup lebih tinggi dari suku bunga dunia, dan bagian
komoditas yang besar dalam keranjang ekspor mereka. Keduanya telah menguat cukup
tinggi terhadap dolar Amerika dan mata uang lainnya pada tahun ini: dolar Australia telah
menguat sebanyak 47 persen terhadap dolar Amerika sejak bulan Maret, dua kali seperti
rupiah. (Tabel 13)
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
29
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Gambar 40: Pergerakan harga komoditas berkaitan dengan
pergerakan dalam rupiah, mencerminkan pentingnya
komoditas dalam keranjang ekspor Indonesia
Gambar 41: … dan hubungannya cukup kuat menghadapi
kurs tukar riil efektif
(Dolar umum dolar Amerika di-indeks ke 100 pada 21
(Harga ekspor komoditas Indonesia di-indeks ke 100 di tahun Januari 1997; harga emas dalam dolar Amerika per satuan
2000)
troy oz)
500
Index 3 Jan 2000 =100
Index 3 Jan 2000 =100
Oil Export Weighted Commodity Price Index (LHS)
8500
Index Jan04=100
350
9500
IDR/USD spot (RHS)
Non‐Oil Export Weighted Commodity Price Index (LHS)
180
Non‐Oil Export Weighted Commodity Price Index (LHS)
250
300
10500
160
IDR Real Effective Exchange Rate (RHS)
200
IDR Appreciation
200
200
Oil Export‐Weighted Commodity Price Index (LHS)
300
400
Index Jan04=100
140
11500
150
100
2‐Jan‐07
120
12500 100
2‐May‐07
2‐Sep‐07
2‐Jan‐08
2‐May‐08
2‐Sep‐08
2‐Jan‐09
2‐May‐09
2‐Sep‐09
Sumber: BI lewat CEIC dan Bank Dunia
100
Jan‐07
May‐07
Sep‐07
Jan‐08
May‐08
Sep‐08
Jan‐09
May‐09
Sep‐09
Sumber: Federal Reserve Board, CEIC, BI dan Bank Dunia
Tabel 14: Analisa regresi kurs tukar rupiah dan beberapa dari keterkaitan utamanya
(regresi atas data harian)
Dependent Variable: Log IDR/USD spot
Time Period
Coefficient
R Square
T-Statistic
(1) Log FRB Dollar Index
Independent Variab le
Jan 07 - Nov 09
1.229
0.47
24.1
(2) Log FRB Dollar Index
Sep 08 - Nov 09
2.108
0.85
38.9
(3) Log Foreign Capital Stock
Oct 08 - Nov 09
-0.535
0.49
-16.0
(4) Log Non-Oil Export Weighted CPI
Jan 07 - Oct 09
-0.261
0.47
-24.5
(5) Log Oil Export Weighted CPI
Jan 07 - Oct 09
-0.246
0.48
-24.7
(6) Log Indo EMBI Spread
Oct 08 - Nov 09
0.148
0.66
21.9
(7) Log Interest Rate Differential
Oct 08 - Nov 09
0.833
0.70
24.4
(8) Log Foreign Capital Stock
Oct 08 - Nov 09
-0.621
0.73
-21.1
Oct 08 - Nov 09
-0.486
0.73
-17.1
-2.506
0.65
-21.5
Log Non-Oil Export Weighted CPI
Dependent Variable: Log Foreign Capital Stock
(1) Log FRB Dollar Index
Oct 08 - Nov 09
(2) Log Indo EMBI Spread
Oct 08 - Nov 09
-0.228
0.91
-50.4
(3) Log FRB Dollar Index
Oct 08 - Nov 09
-0.619
0.73
-8.9
Oct 08 - Nov 09
-1.335
0.73
-8.1
Oct 08 - Nov 09
11.547
0.78
30.1
Jan 07 - Oct 09
-0.183
0.76
-45.7
0.76
-45.7
Log Interest Rate Differential
Dependent Variable: Log Indo EMBI Spread
(1) Log FRB Dollar Index
Dependent Variable: Log FRB Dollar Index
(1) Log Non-Oil Export Weighted CPI
Dependent Variable: Log Non-Oil Export Weighted Commodity Price Index
(1) Log FRB Dollar Index
Jan 07 - Oct 09
-4.171
Sumber: Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
30
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Tabel 15: … dan mengenai keterkaitan dengan kurs tukar efektif riil
(regresi atas data bulanan)
Dependent Variable: Log REER
Independent Variab le
(1) Log Non-Oil Export Weighted CPI
Time Period
Coefficient
R Square
T-Statistic
Jan 04 - Oct 09
0.458
0.77
15.2
(2) Log Oil Export Weighted CPI
Jan 04 - Oct 09
0.446
0.73
13.6
(3) Log Net Foreign Assets
Jan 04 - Aug 09
0.418
0.82
17.3
(4) Log Non-Oil Export Weighted CPI
Jan 04 - Aug 09
0.227
0.89
6.2
Jan 04 - Aug 09
0.251
0.89
7.6
Log Net Foreign Assets
Sumber: Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember 2009
31
C. INDONESIA 2014 DAN SETERUSNYA: PANDANGAN PILIHAN
1. Memandang Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah
Satu dasawarsa krisis
ganda berlalu, Indonesia
bertransformasi menjadi
negara berpendapatan
menengah yang percaya
diri …
Saat dasawarsa pertama abad ke-21 hampir berakhir, Indonesia muncul sebagai negara
berpendapatan menengah, kuat secara ekonomi, stabil secara politik, serta semakin
percaya diri dan mengemuka secara global. Hal ini sama sekali tidak terbayangkan di satu
dasawarsa lalu, saat Indonesia mengalami krisis ekonomi besar yang mengakibatkan
kerusakan ekonomi pada jutaan rumah tangga, peningkatan tajam dalam tingkat
kemiskinan, penurunan PDB sebesar 13 persen, dan kenyarisan kebangkrutan dalam
sektor keuangan. Krisis ekonomi mengakibatkan runtuhnya Orde Baru, menghasilkan
masa pergolakan politik yang ditandai beberapa perubahan dalam pemerintahan dan
memuncaknya ketegangan separatisme.
… dengan perubahan
struktural mendasar di
depan mata
Selama dasawarsa terakhir, sistem fiskal dan politik Indonesia telah mengalami
transformasi. Walaupun jarang disebutkan, Indonesia ternyata juga tengah berada dalam
pergeseran demografis dan geografis yang mendasar. Indonesia sekarang merupakan
negara perkotaan karena lebih dari 50 persen penduduknya tinggal di daerah perkotaan.
Dan dalam lima tahun ke depan, penduduk Indonesia akan mencapai 250 juta orang, di
mana sekitar 60 persennya tinggal di perkotaan. Di saat yang sama, akan terjadi
penurunan tingkat kesuburan dan peningkatan tajam dalam jumlah penduduk usia tua,
yang akan menjadikan Indonesia terus menikmati "berkah demografis" dalam dasawarsa
mendatang karena penduduk berusia kerja meningkat terhadap kelompok populasi
lainnya.
… dan berpotensi terus
naik dan masuk ke
perekonomian
berpendapatan
menengah yang dinamis
dan inklusif
Karena prestasi Indonesia di masa lalu, sangatlah mungkin untuk membayangkan
Indonesia baru di dasawarsa mendatang sebagai tempat bagi setiap anak mendapatkan
pendidikan dasar yang berkualitas dan menyelesaikan pendidikan menengah; Indonesia
yang jalan rayanya yang menghubungkan Surabaya dengan Jakarta dan Medan serta
menyediakan akses pasar dan jalur ekonomi ke kota dan desa yang dilewatinya;
Indonesia yang berdaya saing global bukan hanya di sektor berbasis komoditas yang
merupakan keunggulan alaminya, tapi juga dalam beberapa industri jasa dan manufaktur;
dan Indonesia adalah tempat di mana bangsanya dapat menikmati akses ke pelayanan
kesehatan berkualitas yang terjangkau. Jika Indonesia dapat meneruskan
mengembangkan fondasi makroekonomi dan stabilitas politik yang telah dibentuknya
serta mempercepat pertumbuhan sekaligus memastikan pertumbuhan yang merata dan
berkesinambungan, Indonesia berpotensi untuk menjadi negara berpendapatan
menengah yang dinamis, kompetitif dan inklusif dalam dasawarsa mendatang.
Namun, masih banyak
yang harus dilakukan
untuk mewujudkan ini...
Namun, untuk mewujudkan visi dan potensi kebangkitan Indonesia, masih banyak hal
yang harus dilakukan. Pertumbuhan telah kembali dimulai dan menguat, tapi infrastruktur
tetap buruk dan iklim investasi tetap lemah. Tingkat pertumbuhan tinggi tidak mengurangi
kemiskinan sebesar yang diharapkan, dan sejumlah besar penduduk tetap rentan
terhadap kemiskinan. Di sisi lapangan kerja, terjadi tanda-tanda pemulihan yang positif
dalam lima tahun terakhir, tapi Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangganya
yang lebih makmur dalam menciptakan pekerjaan di sektor non-pertanian dan bernilai
tambah tinggi. Akibat kondisi geografis, kesenjangan pendapatan, kualitas kesehatan, air
dan sanitasi serta penyampaian layanan pendidikan di tingkat daerah yang buruk, kinerja
Indonesia dalam pemerataan hasil pembangunan belum memadai, walaupun
sesungguhnya sudah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam anggaran belanja
untuk publik. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa kualitas lingkungan Indonesia
menurun dan sumber daya alamnya menurun tanpa dapat dipulihkan.
...dan tugas ini tidak
mudah dan akan
memakan waktu
Dilatarbelakangi posisi fiskal yang kuat, peluang Indonesia di lima tahun mendatang
sangatlah luas untuk mengatasi kelemahan struktural ini. Namun, tugas ini tidak mudah
dan akan memakan waktu. Demokratisasi dan desentralisasi secara fundamental telah
mengubah struktur pertanggungjawaban dan proses pengambilan keputusan pemerintah.
Perubahan ini menggarisbawahi kelemahan sistemik dalam proses dan kapasitas untuk
perumusan dan implementasi kebijakan serta membuat proses implementasi reformasi
menjadi tugas yang lebih menantang dan memakan waktu. Efektivitas pemerintah
terbatasi oleh tidak memadainya kapasitas dan pertanggungjawaban pegawai negeri dan
masalah koordinasi dalam pemerintah. Karena pemilu yang sangat kompetitif telah
32
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
menghasilkan koalisi politik di tingkat pusat dan di banyak daerah, dan suara yang lebih
besar di arena politik telah diberikan kepada serangkaian luas aktor non-pemerintah,
tugas pencapaian konsensus kebijakan dan reformasi penting menjadi semakin
menantang. Desentralisasi telah mengubah struktur pertanggungjawaban atau
melemahkannya karena pembagian peran dan tanggung jawab antara berbagai tingkat
pemerintah tetap tidak jelas di banyak area kegiatan pemerintah. Pada saat yang sama,
tugas yang dihadapi Indonesia sebagai perekonomian berpendapatan menengah telah
menjadi semakin sulit, sebagian karena keberhasilannya dan sebagian lagi karena
lingkungan ekonomi global yang berubah cepat.
Peluang baik untuk
melakukan tugas ini, di
ambang dasawarsa baru,
bersama dengan
pemerintah dan rencana
pembangunan lima tahun
yang baru
Namun, ada peluang baik bagi Indonesia untuk melakukan tugas ini. Setelah berhasil
melalui tren pelemahan global dengan baik, Indonesia saat ini berada di posisi yang lebih
baik daripada sebagian perekonomian berpendapatan menengah lainnya dalam berpikir
lebih proaktif mengenai kebijakan pembangunan dan prioritas belanja untuk lima tahun
mendatang dan seterusnya. Pemerintah yang baru terpilih kembali seharusnya memiliki
peluang untuk mengimplementasikan program pembangunan yang ambisius. Secara
khusus, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) untuk 2010-2014, yang saat
ini sedang dirampungkan dan akan diserahkan untuk mendapatkan persetujuan DPR di
awal 2010, memberikan peluang penting bagi pemerintah untuk membentuk prospek
pembangunan Indonesia dalam lima tahun mendatang dan membangun dasar untuk
dasawarsa mendatang. Pemerintah akan menghadapi pilihan belanja publik dan
kebijakan yang penting. Reformasi kebijakan dan kelembagaan yang diprioritaskan
Indonesia, jumlah sumber daya yang akan dibelanjakan untuk pembangunan, tempat
yang dipilih untuk membelanjakan sumber daya ini dan seberapa efektif pelaksanaan
program pembangunannya akan sangat berpengaruh pada prospek ekonomi dan sosial
jangka panjang Indonesia.
Pandangan pilihan atas
prioritas dan tantangan
pembangunan Indonesia
Untuk memberi kontribusi dan informasi kepada diskusi publik mengenai pilihan-pilihan
penting ini, edisi dari Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia memulainya
dengan memberikan pandangan yang selektif terhadap prospek, prioritas dan tantangan
pembangunan Indonesia dalam lima tahun mendatang dan seterusnya. Bank Dunia
melakukan hal ini dengan menggunakan karya analitis dari sudut pandang bagian “yang
telah selesai”, mendatang dan sedang berjalan, dalam menyajikan fakta dan analisis
penting mengenai topik pilihan yang relevan; sehingga dapat dipertimbangkan mana
prioritas dan tantangan dalam pembangunan jangka menengah Indonesia. Dalam edisi
ini, fokus ada pada tren demografis yang akan dihadapi Indonesia dalam dasawarsa
mendatang serta tantangan dan peluang yang dihasilkan tren tersebut sehubungan
dengan penciptaan lapangan kerja dan pembiayaan perawatan kesehatan.
2. Indonesia memasuki dekade yang kritis secara demografi
Indonesia telah
menikmati keuntungan
demografis selama empat
puluh tahun terakhir…
Selama empat puluh tahun terakhir Indonesia telah menikmati buah manis demografis
dengan berkurangnya kesuburan telah memangkas jumlah anak (umur 0 hingga 14) pada
populasi tanpa peningkatan jumlah manula (umur 65 ke atas). Dan sebagai akibatnya,
rasio ketergantungan—rasio anak dan manula (yang bergantung) kepada populasi usia
kerja—telah terus menyusut dari di atas 0,8 di tahun 1970 menjadi sekitar 0,5 di tahun
2009 (Gambar 42).
…tetapi celah
kesempatan demografis
ini akan menutup pada
dekade berikut
Tetapi celah kesempatan kependudukan ini akan menutup pada dekade berikut. Suatu
waktu di antara tahun 2020 dan 2025 rasio ketergantungan Indonesia akan mulai
meningkat lagi, karena jumlah manula di populasi akan mulai meningkat tajam,
mengimbangi penurunan jumlah anak dan juga peningkatan populasi usia kerja. Pada
dekade berikut jumlah penduduk berusia di atas 65 diperkirakan akan meningkat sebesar
4 juta jiwa, kira-kira sebesar peningkatannya pada dekade yang lalu. Tetapi antara tahun
2020 dan 2030, jumlah manula akan meningkat sebesar 8 juta, dan pada tahun 2030
jumlah manula dalam populasi Indonesia diperkirakan akan mencapai 10 persen. Dari
sudut pandang kependudukan, dekade berikut merupakan dekade penentu bagi
Indonesia.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember
2009
33
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
80.0
0.90
70.0
0.80
60.0
50.0
40.0
0.70
Dependency
ratio (RHS)
Working age
(15 to 64) (LHS)
0.60
0.50
Children
(0 to 14)
(LHS)
30.0
20.0
0.40
0.30
0.20
Elderly
(65 and over) (LHS)
10.0
0.10
0.0
2050
2045
2040
2035
2030
2025
2020
2015
2010
2005
2000
1995
1990
1985
1980
1975
1970
1965
1960
1955
1950
0.00
Dependency ratio (young and
elderly to working age)
% of population
Gambar 42: Celah kesempatan demografis Indonesia akan tertutup pada dekade berikut
Sumber: Proyeksi demografi dari BPS dan Statistik PBB.
3. Menciptakan lapangan kerja yang lebih baik untuk angkatan kerja Indonesia
yang terus berkembang
Celah kesempatan
demografis Indonesia
juga memunculkan
tantangan untuk
menciptakan lapangan
kerja yang baru dan
berkualitas
Populasi usia kerja Indonesia akan meningkat sekitar 20 juta pada dekade berikut, atau
sekitar 2 juta per tahun. Untuk penggunaan terbaik dari celah kesempatan demografis
yang masih tersedia, Indonesia perlu membangun aliran pekerjaan baru yang baik dalam
ukuran besar.
Laporan Bank Dunia yang akan segera di publikasi Laporan Tenaga Kerja Indonesia,
direncanakan untuk di publikasi pada awal 2010, melihat tren utama terhadap pasar
tenaga kerja Indonesia selama dua decade terakhir, akan memberikan usulan lebih lanjut
tentang bagaimana kebijakan dan program tenaga kerja dapat mendorong penciptaan
lapangan kerja dan lebih mempersiapkan tenaga kerja yang kurang beruntung untuk
berhasil dipasar tenaga kerja. Paragraf selanjutnya merangkum beberapa tren dan
perkembangan dasar di pasar tenaga kerja Indonesia dari laporan tersebut.
Akselerasi pengentasan
kemiskinan tergantung
pada penciptaan
lapangan kerja
Tenaga kerja adalah salah satu aset masyarakat miskin. Jika disediakan pekerjaan yang
baik, mereka memiliki peluang untuk keluar dari kemiskinan. Indonesia pernah mengalami
pertumbuhan tingkat pengangguran dari 1999 sampai 2003 yang memperlambat tingkat
pengentasan kemiskinan. Kinerja pasar tenaga kerja yang tidak merata di Indonesia terus
menimbulkan kekhawatiran mengenai apakah Indonesia berisiko kembali mengalami
pertumbuhan tingkat pengangguran. Untuk memastikan bahwa manfaat pertumbuhan
dibagikan secara lebih merata, pertumbuhan ekonomi harus menghasilkan lebih banyak
pekerjaan.
Tren lapangan kerja
meningkat tapi
penciptaan lapangan
kerja tetap moderat
Tingkat lapangan kerja, setelah turun selama enam tahun, berbalik dan mengalami tren
naik sejak 2006. Baru-baru ini, tingkat lapangan kerja kembali naik dari 61,5 persen di
bulan Agustus 2008 menjadi 62,1 persen di bulan Agustus 2009. Pekerja perempuan
mencatatkan kenaikan tertinggi, selain pekerja pedesaan dan pekerja muda. Tingkat
pengangguran inti menjadi stabil dalam tahun-tahun terakhir, bahkan turun dari 8,39
persen di bulan Agustus 2008 menjadi 7,87 persen di Agustus 2009. Walaupun tingkat
pengangguran yang stabil dapat menutupi masalah di pasar tenaga kerja jika pekerja
terdorong masuk ke pekerjaan yang kurang terjamin atau berkondisi buruk. Oleh karena
itu, penting untuk memeriksa beberapa indikator kualitas ketenagakerjaan.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember
2009
34
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Gambar 43: Peningkatan lapangan kerja
Gambar 44: Tingkat pegangguran yang stabil
(per sen dari populasi usia kerja)
(per sen dari populasi usia kerja)
%
65
1990-1997
64
1997-1999 1999-2003
8%
1990-1997
1997-1999 1999-2003
7
6 Susenas unemployment
5
Core unemployment
4
3
2
1
0
1990 1992 1994 1997 1999 2001 2003
2003-2008
63
62
61
60
59
58
1990
1992
1994
1997
1999
2001
2003
2005
2006
2008
Sumber: Sakernas dan Bank Dunia
Penciptaan lapangan
kerja yang 'lebih baik'
mendatar
2003-2008
2005
2006
2008
Sumber: Sakernas dan Bank Dunia
Dua indikator utama kualitas lapangan kerja adalah bagian pekerja aktif yang
dipekerjakan di sektor nonpertanian dan formal. Pekerjaan sektor formal dianggap 'lebih
baik' karena gaji rutin memberikan jaminan pendapatan kepada pekerja dan mereka
berhak mendapatkan tunjangan tambahan seperti yang diatur oleh Undang-Undang
mengenai Ketenagakerjaan (No. 13/2003). Sama halnya, pekerjaan nonpertanian lebih
produktif dan memberikan upah yang lebih besar kepada pekerja. Walaupun terjadi
pemulihan ekonomi Indonesia selama 1999-2003, lapangan kerja sektor formal
mengalami penurunan dan pekerja terpaksa masuk ke pekerjaan pertanian. Namun,
kualitas lapangan kerja secara bertahap telah pulih sejak 2003. Penciptaan lapangan
kerja formal dan nonpertanian mengalami stagnasi, meningkat 0,22 dan 0,63 poin
persentase secara berurutan, dari Agustus 2008 sampai Agustus 2009.
Gambar 45: Lambatnya pertumbuhan lapangan kerja sektor
Gambar 46: Stagnasi lapangan kerja nonpertanian
formal
(per sen dari populasi usia kerja)
60
%
1990-1997
(per sen dari populasi usia kerja)
1997-1999 1999-2003
50
%
2003-2008
1990-1997
55
45
50
40
45
35
40
1990
1992
1994
1997
1999
2001
2003
2005
Sumber: Sakernas dan Bank Dunia
Mayoritas angkatan kerja
mendapatkan pekerjaan
di sektor informal
2006
2008
30
1990
1997-1999 1999-2003
2003-2008
Formal old definition
Formal new definition
1992
1994
1997
1999
2001
2003
2005
2006
2008
Sumber: Sakernas dan Bank Dunia
Tren lapangan kerja di pasar tenaga kerja Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif
walaupun bertahap sejak 2003. Namun demikian, sebagian besar angkatan kerja tetap
informal. Di tahun 2007, 24,1 persen angkatan kerja aktif dipekerjakan secara informal di
bidang jasa dan industri, sementara 37,2 persen bekerja secara informal di bidang
pertanian.
Sebagian pekerja memilih sektor informal. Sekitar seperempat pekerja informal
mendapatkan upah lebih besar di sektor ini daripada yang bisa mereka dapatkan dari
pekerjaan formal. Namun, sebagian besar akan mendapatkan akan mendapatkan kondisi
yang lebih baik di sektor formal. Secara rata-rata, pekerja di sektor informal mendapatkan
30 persen lebih sedikit daripada pekerja di sektor formal atau pemberi kerja. Mereka tidak
mendapatkan tunjangan nonupah yang diterima pekerja sektor formal, misalnya
tunjangan medis atau transportasi dan akses ke kredit. Pekerja informal juga menyatakan
menghadapi tekanan pekerjaan yang lebih besar daripada pekerja di sektor formal. Tanpa
percepatan penciptaan lapangan kerja di sektor formal, sebagian besar pekerja ini akan
tetap menjalankan pekerjaan informal yang kurang baik. Karena pekerja informal
cenderung lebih miskin, pertumbuhan lapangan kerja formal yang stagnan juga akan
memperlambat pengentasan kemiskinan di Indonesia.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember
2009
35
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Gambar 47: Tingginya angkatan kerja informal
Gambar 48: Pekerja sector formal menerima penghasilan
lebih besar
(proporsi thdp angkatan kerja)
(rata-rata log gaji bulanan)
8.1
8
7.9
Informal
agricultural
27%
Informal nonagricultural
27%
7.8
7.7
7.6
Employers
2%
Permament
contract
employees
3%
Fixed-term
contract
employees
3%
Employees with
no contract
38%
Sumber: Sakernas 2007 dan Bank Dunia
Bahkan di sektor formal,
sebagian besar pekerja
hanya sedikit lebih baik
daripada pekerja informal
7.5
7.4
7.3
7.2
7.1
Permanent
Employees &
Employers
Fixed Term
Contract
Employees
Employees with Informal workersInformal workers
no Contract (non-agricultural) (agricultural)
Sumber: IFLS 2007
Namun, pekerjaan di sektor formal tidak selalu lebih baik daripada pekerjaan di sektor
informal. Sekitar 81 persen karyawan di sektor formal bekerja tanpa memiliki kontrak.
Secara rata-rata, mereka mendapatkan jumlah yang sama dengan pekerja pertanian atau
nonpertanian di sektor informal. Mereka cenderung tidak mendapatkan tunjangan
nonupah yang biasanya terkait dengan pekerjaan sektor formal, termasuk pesangon,
pensiun, kredit dan tunjangan transportasi. Sebagai contoh, dua pertiga karyawan yang
memiliki kontrak permanen dan lebih dari separuh pekerja dengan kontrak temporer
mendapatkan tunjangan medis. Hanya seperempat pekerja tanpa kontrak mendapatkan
tunjangan ini. Saat terjadi perselisihan dengan pemberi kerja, karyawan tanpa kontrak
pun mengalami kerugian. Tanpa dokumentasi pekerjaan yang dapat digunakan sebagai
bukti, mereka menghadapi hambatan dalam mengakses pengadilan hubungan industrial.
Gambar 49: Karyawan tanpa kontrak mendapat tunjangan
nonupah yang lebih sedikit
Gambar 50: Biaya PHK tertinggi
(biaya PHK dalam minggu rata-rata pendapatan)
(share of workers receiving benefit)
120
70%
Permanent contract/Employer
60%
100
Fixed-term contract
50%
80
No contract
40%
60
30%
40
20%
20
10%
0
0%
Severance Pension
Medical
Credit
Transport
Sumber: IFLS 2007
Debat tetap membahas
apakah tingkat
penciptaan lapangan
kerja dapat dipercepat
Meal
East Asia
& Pacif ic
China
Indonesia Malaysia Philippines Thailand
Vietnam
Sumber: ‘Doing Business’ 2010
Undang-Undang Ketenagakerjaan memberi kontribusi terhadap peningkatan penciptaan
pekerjaan yang 'lebih baik' dengan menetapkan sistem untuk meningkatkan upah
minimum, yang antara 1999 sampai 2003, meningkat cepat. Pada saat yang sama,
undang-undang semakin memperketat aturan pemberian dan pemutusan kerja dengan
melarang penggunaan kontrak temporer dan meningkatkan pesangon. Sejak itu, biaya
pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia terus menjadi yang tertinggi di wilayahnya.
Hal ini menimbulkan kontroversi mengenai sejauh mana aturan ini menghambat pemberi
kerja dalam mempekerjakan staf, dan apakah kekakuan dalam pasar tenaga kerja
memperlambat kecepatan penciptaan kerja di sektor formal dan nonpertanian.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember
2009
36
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
Dalam angkatan kerja
yang sangat beragam,
kebijakan harus
memperhitungkan
kepentingan mayoritas
yang tidak memiliki suara
Dalam debat seputar reformasi tenaga kerja, kelompok pekerja berfokus pada
peningkatan kesejahteraan pekerja melalui penegakan aturan pemberian dan pemutusan
kerja. Pekerja dengan kontrak permanen atau temporer mengkhawatirkan peningkatan
perlindungan pekerja. Namun, pekerja informal mendapatkan keuntungan dari kebijakan
yang mendorong penciptaan pekerjaan di sektor formal dan nonpertanian yang dapat
menyediakan lebih banyak peluang bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang
memberikan jaminan pendapatan dan tunjangan yang lebih besar. Karyawan tanpa
kontrak di sektor formal pun akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan yang akan
mendorong pemberi kerja untuk mempekerjakan lebih banyak pekerja dengan kontrak
permanen. Pekerja ini, yang mewakili mayoritas angkatan kerja, tidak memiliki banyak
suara dalam membentuk kebijakan pasar tenaga kerja yang dinegosiasikan dalam forum
tripartit.
… dengan tujuan
mengembangkan peluang
mendapatkan pekerjaan
yang 'lebih baik'
Penciptaan lapangan kerja membantu memperluas pembagian manfaat pertumbuhan,
menyediakan peluang bagi masyarakat miskin untuk keluar dari kemiskinan. Namun,
dalam angkatan kerja yang beragam seperti Indonesia, penciptaan lapangan kerja harus
berfokus pada penciptaan pekerjaan yang 'lebih baik' di sektor formal dan nonpertanian
pilihan. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi pemerintah baru adalah
mengidentifikasi dan mendukung kebijakan yang mendorong penciptaan lapangan kerja
untuk dimanfaatkan oleh mayoritas pekerja yang mencari pekerjaan yang lebih baik,
sambil terus memastikan perlindungan yang memadai untuk pekerja sektor formal.
Laporan Dunia Kerja Indonesia keluaran Bank Dunia yang akan datang, diperkirakan
akan diluncurkan di awal 2010, akan menyajikan gagasan lebih lanjut mengenai
bagaimana kebijakan dan program tenaga kerja dapat mendorong penciptaan lapangan
kerja dan mempersiapkan pekerja yang kurang beruntung agar berhasil di pasar tenaga
kerja.
4. Pendanaan layanan kesehatan untuk angkatan kerja dan populasi lanjut usia
yang makin meningkat
Komitmen untuk jaminan
kesehatan menyeluruh
tetapi masih banyak
rincian penting yang
harus diperjelas
Dengan berlakunya UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di
tahun 2004, Indonesia menjadi satu dari sedikit ekonomi berkembang yang meletakkan
komitmen untuk memberikan layanan asuransi kesehatan universal untuk seluruh
penduduknya melalui skema asuransi kesehatan masyarakat wajib. UU SJSN
menetapkan terlaksananya cakupan universal pada tahun 2020. Rincian dan jadwal
penerapan dari langkah apapun menuju cakupan universal ini belum terlalu jelas. Yang
jelas adalah, terutama dengan kecenderungan demografis yang disebut di atas, bahwa
suatu langkah menuju cakupan universal kemungkinan besar akan berdampak pada
peningkatan yang cukup besar pada belanja biaya kesehatan pada dekade berikut. Dan
pilihan kebijakan mengenai bagaimana reformasi itu akan dibiayai, kelompok mana yang
akan menerima subsidi dari pemerintah, manfaat kesehatan khusus apa yang harus
tercakup, perubahan apa yang dibutuhkan dalam sistem penyampaian layanan dan
bagaimana mengupah mereka yang memberikan layanan, dan berbagai masalah aturan
dan pengelolaan akan menentukan keberlanjutan pendanaan dari upaya apapun dan juga
kualitas dan sejauh mana layanan diberikan, dan pada akhirnya, peningkatan hasil
kesehatan yang dinikmati oleh penduduk Indonesia. Laporan Bank Dunia yang baru
diterbitkan—Pendanaan Kesehatan di Indonesia: Peta Jalan Reformasi—memberikan
bukti dan analisa-analisa yang bertujuan untuk membantu dan memberi informasi kepada
pemerintah untuk menyusun dan menerapkan langkah menuju asuransi kesehatan
universal. Bagian ini memberikan ringkasan terpilih dari pesan-pesan utama laporan
tersebut.
Pada empat dekade
terakhir, Indonesia telah
membuat peningkatan
besar dalam hasil
kesehatan…
Pencapaian dalam bidang kesehatan telah meningkat pesat sejak tahun 1980 ketika usia
harapan hidup hanyalah 52 tahun, dibandingkan dengan hampir 70 tahun saat ini. Dahulu
sekitar 100 bayi setiap 1.000 kelahiran tidak sempat merayakan ulang tahun pertama
mereka, sementara sekarang angka kematian bayi tidak sampai 30 per 1.000 kelahiran.
Tingkat kesuburan telah menurun dari 4,7 anak per ibu ke sedikit di atas 2. Walaupun
menggembirakan, pencapaian itu tidak sebaik yang dicatat oleh beberapa negara
tetangga, dan untuk beberapa hal, seperti angka kematian ibu melahirkan, Indonesia tidak
seberhasil negara-negara lain dengan tingkat pendapatan dan belanja kesehatan yang
setara.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember
2009
37
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Kembali melaju?
7.0
Public
6.0
Private
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
Viet Nam
Korea
China
Malaysia
Philippines
India
Thailand
0.0
Indonesia
Health spending as % of GDP in 2006
Gambar 51: Pengeluaran disektor kesehatan di Indonesia relative rendah
…dan kapasitas
penyampaian layanan
kesehatan Indonesia
telah meningkat cukup
berarti
Sistem pelayanan kesehatan Indonesia telah meningkat secara berarti selama 40 tahun
terakhir. Hampir semua penduduk Indonesia mendapatkan layanan kesehatan dasar
melalui jaringan 8.000 Puskesmas dan 22.200 Puskesmas Pembantu, dan sekitar 5.800
pusat kesehatan berjalan. Di sisi lain, Indonesia memiliki jauh lebih sedikit ruang rawat
rumah sakit per kapita dibandingkan negara-negara lain dengan pendapatan yang setara,
dan penggunaan rawat inap itu sangat buruk dengan tingkat hunian sekitar 60 persen.
Dalam hal sumber daya manusia untuk layanan kesehatan, sementara bidan persalinan
banyak tersedia di seluruh pelosok, keseluruhan angkatan kerja kesehatan Indonesia
relatif kecil dibanding negara-negara lain dengan pendapatan setara, dan keprihatinan
akan kualitas dan efisiensi terus menghantui. Angkatan kerja dokternya relatif kecil, dan
terdapat kelangkaan spesialis yang menyedihkan, yang akan menjadi batu sandungan
dengan usulan perluasan cakupan asuransi kesehatan dan beban penyakit tidak menular
yang akan dihadapi.
Dari sudut pandang lintas
negara, belanja
kesehatan Indonesia
relatif kecil
Dari sudut pandang lintas negara, belanja kesehatan Indonesia relatif kecil, tetapi negara
ini mendapatkan perbandingan yang baik atas biaya yang dikeluarkan dibanding hasil
yang didapat untuk beberapa pencapaian kesehatan dan juga perlindungan pembiayaan
yang relatif baik. Indonesia hanya membelanjakan sedikit di atas 2 persen PDB-nya untuk
kesehatan, sekitar setengah dari yang dibelanjakan oleh negara-negara lain dengan
pendapatan yang setara. Setengah dari seluruh belanja kesehatan adalah belanja
negara. Sekitar sepertiga belanja kesehatan datang dari rumah tangga. Kesehatan hanya
mendapat bagian kecil dari anggaran pemerintah, sekitar 5 persen, walaupun bagian itu
telah meningkat sejak penerapan program Askeskin di tahun 2004. Walaupun belanja
negara kecil, pencapaian kesehatan dan perlindungan pendanaan relatif baik, walaupun
pencapaian tentang pendanaan dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan penduduk
Indonesia yang relatif tinggi dan struktur sosial kekeluargaan yang luas.
Belanja kesehatan
pemerintah memainkan
peranan yang penting…
Belanja kesehatan swasta, sejak dahulu, memainkan peranan yang lebih penting
dibanding belanja kesehatan negara dalam hal keseluruhan pendanaan kesehatan di
Indonesia. Akan tetapi, kecenderungan ini mulai berubah sejak tahun 2004 ketika
pemerintah memperkenalkan program-program asuransi kesehatan utama yang
menekankan pada kaum miskin. Diperkirakan peran belanja kesehatan negara akan
menjadi makin penting di kemudian hari dengan perluasan cakupan kesehatan universal
ke seluruh penduduk Indonesia. Penerapan Jamkesmas/Askeskin di tahun 2004 telah
membawa dampak atas belanja kesehatan dan bagian belanja pemerintah. Pembayaran
langsung dari penduduk masih merupakan bagian yang cukup besar dari belanja
kesehatan, dan merupakan tantangan bagi pemerintah untuk menyalurkan belanja itu ke
suatu mekanisme pemusatan risiko agar dapat memberikan perlindungan yang efektif
terhadap belanja kesehatan yang tiba-tiba tak terkendali.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember
2009
38
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
…dan semua program
asuransi kesehatan
utama dimiliki oleh
negara
Kembali melaju?
Asuransi kesehatan swasta atas kemauan sendiri tidak berkembang baik di Indonesia.
Setiap program pembiayaan kesehatan utama (dari tiga program yang ada) dimiliki oleh
negara dan sebelum sekarang, cakupannya terbatas:
 Pegawai negeri dan keluarganya dilindungi oleh program ASKES, yang
dikelola oleh perusahaan bukan nirlaba, P.T Askes.
 Jamkesmas pada awalnya dirancang untuk melindungi kaum miskin tetapi
kemudian diperluas untuk mencakup mereka yang di ambang batas
kemiskinan. Awalnya dikelola oleh ASKES tetapi pada tahun 2008
Departemen Kesehatan mengambil alih hampir seluruh fungsi
pengelolaannya, termasuk pembayaran pemberi layanan.
 Jamsostek serupa dengan program asuransi sosial klasik untuk pegawai
sektor swasta dalam perusahaan-perusahaan dengan 10 atau lebih pegawai
dan juga dikelola oleh badan usaha milik negara yang bukan nirlaba.
Perusahaan diperkenankan tidak menggunakan program ini, dengan
menjalankan program asuransi sendiri atau dengan membeli asuransi
swasta bagi pegawainya. P.T. Askes dan Jamsostek juga menjual polis
umum swasta
Gambar 52: Hanya sepertiga dari penduduk Indonesia menikmati layanan asuransi kesehatan
30.0
% of population under different health insurance program s
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
2003
ASKES
2004
Poor-targeted
2005
Jam sostek
2006
2007
Self-insured
JPKM
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia dari penelitian SUSENAS.
Terdapat dua pendekatan
yang mungkin untuk
memberikan cakupan
universal
Dengan program pendanaan kesehatan yang dimiliki Indonesia sekarang, debat
kebijakan yang sedang berlangsung, dan UU Jaminan Sosial tahun 2004, terdapat dua
pendekatan utama yang mungkin untuk layanan universal. Kedua pilihan ini akan
menghasilkan layanan universal, dan keduanya akan memiliki jumlah peserta yang cukup
besar untuk mencapai pemusatan resiko yang efektif. Di luar pendekatan mana yang
dipilih, keputusan penting mengenai paket manfaat, pembagian biaya, pengaturan
pembayaran/kontrak dan modalitas untuk menangani hambatan sisi penawaran harus
dibuat. Pendekatan itu adalah:
 Layanan kesehatan nasional yang sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah,
seperti sistem nasional di Sri Lanka dan Malaysia. Layanan “Jamkesmas
untuk semua” ini akan memperluas program Jamkesmas yang dibiayai
pendapatan umum bagi kaum miskin dan hampir miskin untuk melingkupi
seluruh penduduk.
 Suatu sistem asuransi kesehatan wajib nasional dengan pemerintah
memberikan subsidi kaum miskin dan kelompok-kelompok lemah lainnya,
mirip dengan sistem di Thailand dan Turki. Ini akan mencerminkan model
Asuransi Kesehatan Sosial nasional yang baru (sekarang disebut Asuransi
Kesehatan Wajib), yang didanai melalui sumbangan berdasar upah untuk
pekerja pemerintah dan swasta (dan pensiunan) dan sumbangan
pendapatan pemerintah bagi kaum papa dan kelompok lemah lainnya.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember
2009
39
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Pendekatan manapun
yang dipilih, langkah
menuju layanan universal
akan membawa dampak
yang besar pada belanja
kesehatan
Kembali melaju?
Jelaslah, pilihan manapun yang dibuat, langkah menuju layanan universal akan
membawa dampak yang besar terhadap belanja kesehatan Indonesia. Analisa mikro atas
biaya program yang ada sekarang dan pola penggunaannya setelah
Askeskin/Jamkesmas diperkenalkan memungkinkan proyeksi kasar mengenai biaya yang
akan datang. Sebagai contoh, perkiraan kasar dari biaya Jamkesmas dikemudian hari
berkisar dari 20 persen dari pengeluaran Jamkesmas sekarang hingga kenaikan enam
kali lipat, tergantung pada skenario perluasan layanan dan asumsi inflasi kesehatan yang
dipilih. Kependudukan saja tampaknya akan meningkatkan belanja kesehatan secara
berarti pada dekade berikut karena meningkatnya jumlah penduduk manula dan rawat
jalan dan rawat inap.
8 0 00 0 00
80 0 00 0 0
Gambar 53: Demografik saja akan meningkatkan belanja kesehatan Indonesia
4 0 00 0 00
20 2 5
40 0 00 0 0
I n p a t ie n t b e d - d a y s
6 0 00 0 00
60 0 00 0 0
O u t p a t ie n t v i s it s
20 1 5
2 02 5
2 01 5
2 00 7
4
+
5
7
9
-7
-6
5
0
7
9
4
0
-6
6
4
-5
6
-5
5
0
A g e c a t e g o ry
5
4
9
-4
5
4
5
9
-4
-3
0
0
5
3
4
9
4
-3
4
-2
3
-2
0
5
2
4
9
5
-9
-1
2
1
5
-1
0
1
-4
+
5
7
0
9
0
-7
4
4
-6
7
5
6
0
-6
-5
9
4
A g e c a te g o r y
6
-5
5
0
5
-4
5
5
4
9
9
0
0
-4
4
4
3
5
-
-3
3
4
9
4
2
5
-2
-2
0
2
3
9
4
-1
5
1
-9
-1
5
1
0
0
-4
0
0
2 0 00 0 00
20 0 00 0 0
20 0 7
Sumber: Pembiayaan Kesehatan di Indonesia (Bank Dunia, 2009)
Keberhasilan penerapan langkah menuju layanan universal membutuhkan penerapan
bertahap yang matang dari kebijakan-kebijakan dengan sasaran yang tepat, efektif dan
layak secara fiskal. Dewan Jaminan Sosial dan Departemen Kesehatan telah mengambil
langkah-langkah awal yang penting, tetapi diperlukan lebih banyak lagi. Penyusunan
Rencana Jangka Menengah tahun 2010-2014, upaya perencanaan internal Departemen
Kesehatan untuk membangun Renstra berikutnya, dan implikasi belanja yang besar dan
mungkin tidak mampu dibayar dari perluasan asuransi kesehatan bagi 76 juta jiwa miskin
dan hampir miskin, membuat sekarang sebagai waktu yang tepat untuk memusatkan
kembali upaya kepada serangkaian kebijakan menyeluruh yang dibutuhkan untuk
menerapkan perlindungan layanan kesehatan universal pada dekade berikut.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Desember
2009
40
Download