PERBEDAAN EKONOMI MAKRO DAN EKONOMI MIKRO 1

advertisement
PERBEDAAN EKONOMI MAKRO DAN EKONOMI MIKRO
1. Ekonomi Makro
Ilmu ekonomi makro adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Ekonomi
makro menjelaskan perubahan ekonomi yang meliputi pendapatan nasional, kesempatan
kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi,
maupun neraca pembayaran internasional.
Permasalahan yang menyangkut ekonomi makro :
a. Masalah Kemiskinan dan Pemerataan
b. Krisis Nilai Tukar
c. Masalah Utang Luar Negeri
d. Masalah Perbankan dan Kredit Macet
e. Masalah Inflasi.
f. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran
Salah satu contoh masalah ekonomi makro adalah krisis nilai mata uang. Seperti yang
kita tahu, nilai tukar rupiah semakin melemah mencapai Rp 14 ribu per dolar AS.
Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah ditutup di level Rp 14.054 per dolar AS pada
Selasa (25/8), melemah 0,03 persen atau 5 poin dari penutupan Senin (24/8) di level Rp
14.049 per dolar AS.
Sedangkan menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah
di level Rp 14.067 pada Selasa atau melemah 69 poin dibandingkan Senin di level Rp 13.998
per dolar AS.
Pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan, salah satu penyebab pelemahan
rupiah karena faktor capital ouflow asing yang terjadi di pasar keuangan. Sementara,
pelemahan rupiah juga mendorong terjadinya capital outflow di pasar modal.
"Ini saling berkaitan, pelemahan rupiah mengkhawatirkan di pasar modal, mungkin
untung di saham tapi rugi di pasar valas, itu sebabnya mereka mau melakukan aksi jual, dan
sebaliknya aksi jual saham melemahkan rupiah, sehingga saham jatuh dan dolar naik," kata
Farial saat dihubungi Republika, Selasa (25/8).
Menurutnya, pelemahan rupiah kemungkinan besar masih akan berlanjut dan belum
ada tanda-tanda berhenti. Sebab, indeks harga saham gabungan naik karena intervensi yang
dilakukan melalui pembelian kembali (buyback) saham-saham milik perusahaan BUMN.
Investor asing sedang melakukan aksi outflow dari emerging market karena mereka
melihat kondisi ekonomi emerging market bermasalah ketika Cina melakukan devaluasi
yuan. Selain itu, perkiraan kenaikan suku bunga AS sehingga dolar menguat tajam terhadap
hampir semua mata uang.
Devaluasi yuan juga membuat mata uang di Asia melemah karena dikhawatirkan
adanya perang mata uang (currency war). Sebab, langkah mendevaluasi mata uang juga telah
diukuti oleh Vietnam.
Selain itu, pelemahan rupiah masih sangat berpotensi terus berlanjut, salah satunya di
dalam negeri reshuffle kabinet belum memberi dampak positif ke pasar. Adanya kisruh
kabinet yang diperlihatkan di media sosial membuat ekspektasi yang negatif terhadap kondisi
dalam negeri.
Pasar juga melihat di dalam negeri ekonomi melambat, di kuartak kedua belanja
pemerintah (government spending) belum sesuai yang diharapkan. Ekspor masih melemah
karena harga komoditas belum merangkak naik. Permintaan dolar masih besar karena
pembayaran deviden dan utang luar negeri (ULN). "Orang lebih memilih pegang dolar. Itu
yang menjadi problem sehingga rupiah mengalami tekanan sangat tajam menembus Rp
14.000," imbuhnya.
Menurutnya, capital outflow juga masih akan terus berlanjut. Sebab, Indonesia sudah
pernah kebanjiran inflow, dan baru sebagian yang keluar. Dikhawatirkan jika pelaku pasar
masih terus melakukan aksi jual surat utang akan berdampak negatif. Saat ini, invetor yang
masuk didominasi portofolio bukan investasi langsung (foreign direct investment/ FDI).
Meskipun kondisi perekonomian melemah dan nilai tukar terdepresiasi semakin
dalam, menurutnya Indonesia belum masuk tahap krisis ekonomi. Dia menyebutkan,
indikator krisis ekonomi biasanya nilai tukar jatuh tajam, inflasi tinggi, suku bunga naik,
kredit bermasalah (NPL) besar, serta adanya kekalutan di perbankan dan dunia usaha.
Dia menyebutkan beberapa kebijakan seperti kewajiban transaksi dengan rupiah di
NKRI, batasan pembelian dolar sebesar 25 ribu dolar AS harus ada underlying, belum
berdampak pada penguatan rupiah.
Sebab, suplai dolarnya tidak ada, devisa hasil ekspor tidak ditaruh di dalam negeri,
pengusaha memilih menaruh uang di luar negeri. Satu-satunya yang menjual dolar hanya
Bank Indonesia melalui intervensi. Sehingga cadangan devisa turun menjadi 107,553 miliar
dolar AS pada akhir Juli 2015. Untuk membuat sentimen positif di pasar terhadap
perekonomian nasional, pemerintah diminta kompak. Pemerintah, pemengan kebijakan fiskal
dan moneter diminta bekerja sama erat, dan tidak menganggap kondisi ekonomi masih baik.
Sebab, pada 1998 para petinggi mengatakan kondisi ekonomi tenang tapi nyatanya
terjadi guncangan di nilai tukar yang tembus Rp 16.000 per dolar AS. "Jangan dianggap tidak
ada masalah, harusnya kita siap dari waktu ke waktu, ada semacam task force yang selalu
memonitor pasar," pungkasnya.
2. Ekonomi Mikro
Sementara ilmu ekonomi mikro adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku
konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor input,
barang, dan jasa yang diperjualbelikan dalam ruang lingkup yang lebih sempit, misalnya
perusahaan, rumah tangga. Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu
menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang
optimum. Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi
yang optimum bersama dengan individu-individu lain akan menciptakan keseimbangan
dalam skala makro dengan asumsi ceteris paribus.
Permasalahan yang menyangkut ekonomi mikro:
a. Masalah Harga Dasar dan Harga Tertinggi
b. Meningkatnya Permintaan Beras
c. Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
d. Masalah Monopoli
e. Masalah Distribusi
Sedangkan salah satu contoh masalah yang menyangkut ekonomi mikro adalah
naiknya harga BBM akhir-akhir ini yang beberapa bulan lalu sempat meresahkan warga.
Pada masalah ini DPR disarankan untuk tetap melanjutkan rencana penggunaan hak
interpelasi, meski Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menurunkan harga bahan bakar
minyak.
Hak meminta keterangan kepada presiden dinilai penting untuk menjelaskan kepada
publik tentang dasar pemerintah harus menaikkan harga BBM. "Pemerintah harus mampu
mempertanggungjawabkan kebijakannya itu," tutur peneliti dari Sinergi Masyarakat untuk
Demokrasi Indonesia (Sigma) M Imam Nasef kepada Sindonews, Kamis (1/1/2015).
Dia merasa yakin DPR akan melanjutkan penggalangan hak interpelasi setelah masa
reses. "Setelah masa reses berakhir, kemungkinan besar hak interpelasi itu akan segera
dilanjutkan," tutur Nasef. Sebelumnya, Pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Sudirman Said mengumumkan penurunan harga bahan bakar minyak
(BBM) bersubsidi jenis premium atau RON 88 dari Rp8.500/liter menjadi Rp7.600/liter.
Harga tersebut berlaku nasional dan berlaku per 1 Januari 2015.
Diatas adalah narasi mengenai beberapa perbedaan antara ekonomi makro dengan
ekonomi mikro. Saya sebagai oenulis meminta maaf apabila ditemuka kesalahan ditulisan
saya diatas. Terima kasih.
Nama: Melisa Apriany
NIM: 151600232
Kelas: 2015/AK-F
Download