Waspadai Perkembangan Ekonomi Dunia Sri Adiningsih Pengamat Ekonomi Nasional SK:Senin, 11 April 2005 Perkembangan ekonomi dunia yang semakin volatile akhir-akhir ini akan mempengaruhi ekonomi nasional. Indonesia yang merupakan a small open economy akan mudah terombang-ambing oleh gelombang ekonomi dunia maupun juga regional jika tidak dapat memperkuat fundamental ekonomi pada tingkat makro maupun mikro. Fundamental ekonomi mikro yang rapuh memang akan membuat ekonomi suatu negara mudah tergoncang oleh pasar internasional. Kenaikan harga BBM akhir-akhir ini dapat menjadi test bagi ketahanan ekonomi suatu negara. Kenaikan harga BBM sampai mendekati 60 dolar per barel - jauh di atas harga nominal pada masa sebelumnya - akan membawa perubahan besar terhadap ekonomi dunia. Apalagi jika prediksi harga BBM di atas 100 dolar per barel menjadi kenyataan, ekonomi banyak negara tentu terpengaruh. Beberapa negara yang menjadi eksportir minyak akan dapat rezeki nomplok, sementara negara sedang berkembang yang impor BBM menghadapi tekanan ekonomi sangat berat. Ancaman resesi global jika harga BBM mencapai di atas 100 dolar per barel tidak dapat diabaikan. Stabilitas ekonomi makro Indonesia yang dapat terjaga sampai akhir 2004 kini menghadapi tantangan serius yang dapat menghambat investasi dan bisnis. Kestabilan ekonomi makro yang membaik dalam beberapa tahun terakhir telah memberi ruang gerak bagi dunia usaha sehingga mulai bangkit kembali. Investasi tahun 2004 tumbuh 15,71% dan ekspor tumbuh 8,47% merupakan prestasi. Mesin pertumbuhan ekonomi yang selama ini bersandarkan pada konsumsi sudah mulai bergeser. Mulai bangkitnya investasi dan ekspor harus dijaga jangan sampai terpuruk lagi. Peningkatan suku bunga yang dipicu oleh meningkatnya ancaman inflasi dan pelambanan investasi akan menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia. Ini dikhawatirkan menurunkan arus perdagangan internasional, seperti Indonesia. Pembangunan ekonomi pascakrisis yang mulai dirintis akan menghadapi tantangan dan ancaman serius. Indikator ekonomi seperti suku bunga SBI yang mulai naik, inflasi yang meningkat, dan juga rupiah yang terdepresiasi cukup signifikan akhir-akhir ini harus diwaspadai agar tidak merusak kestabilan ekonomi makro yang sudah tertata baik. Menjaga kestabilan ekonomi makro tentu tidak mudah. Meski kini situasi jadi berat karena banyaknya bencana alam dan perkembangan ekonomi global yang kurang menguntungkan, menjaga kestabilan ekonomi makro harus tetap menjadi prioritas. Koordinasi yang baik antara berbagai otoritas ekonomi menjadi sangat penting. Pada saat kita mulai siap membangun kembali Indonesia pascakrisis untuk menciptakan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ancaman dan tantangan menghadang di depan mata. Selain bencana alam, perkembangan ekonomi global juga kurang menguntungkan. Kenaikan harga BBM yang tajam dan prediksi tentang peningkatan harga membawa dampak negatif bagi ekonomi global. Ekonomi nasional bisa terombang-ambingkan oleh konjungtur ekonomi dunia jika kita tidak segera membenahi fundamental ekonomi agar kondisi ekonomi makro maupun mikro semakin kuat.***