SISTEM INFORMASI DIAGNOSIS GEJALA PENYAKIT PASIEN MENGGUNAKAN RULE BASED SYSTEM PADA UNIT IGD (STUDI KASUS : RUMAH SAKIT JEMBER KLINIK) Era Putri Jayanthie1) 1) S1 / Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya, email: [email protected] Abstract: Speed and accuracy in serving emergency patient represent the quality guarantee from a hospital, so the emergency unit must able to serve the patient swiftly and precisely. Especially for the emergency doctor, who has big responsibility at patient handling and decision making based on the patient's disease symptoms diagnosis result. The patient data management which still working manually and also there aren't any medical standard or adequate information support that can help the doctor take the decision, progressively will slowing down the patient handling process. Applying the Rule Based System for this information system in order to obtains a suggestion of continuation handling for the patient. Patient data management also working better and can be integrated to some units that related in emergency patient handling, so the emergency units can be easier and quicker to access data. This application can diagnose the patient disease symptoms with Rule Based System using forward chaining method and obtain a suggestion, that is handling type, temporary disease diagnosis and some information for continuation handling. Patient data could be integrated to all units that related with the emergency patient handling. But, this application can’t handle the nursing product inventory and another installation unit’s master data, and also can’t handle patient with lodge care status. Keywords: Diagnosis Information System, Rule Based System, Forward Chaining, Emergency Unit Jember Klinik (Rumah Sakit Perkebunan oleh keberadaan sebuah unit instalasi gawat Jember) adalah salah satu dari tiga strategic darurat (IGD) yang berfungsi sebagai front gate business unit yang dimiliki oleh PT. Perkebunan masuknya pasien ke dalam rumah sakit. Sebagai Nusantara X (Persero). Rumah sakit yang terletak unit gawat darurat, proses pelayanan pada unit di sebelah timur alun-alun kota Jember ini IGD harus dilakukan dengan cepat dan tepat. beroperasi sejak tahun 1957 hingga sekarang. Dalam mewujudkan pelayanan yang Tujuan didirikannya rumah sakit ini adalah untuk cepat dan tepat tersebut, maka petugas IGD juga memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu diharapkan dapat melakukan penanganan pasien tinggi dan manusiawi kepada masyarakat. Selain dengan cepat dan tepat pula. Terutama untuk itu juga untuk memberikan pelayanan kesehatan dokter IGD yang memiliki tanggung jawab penuh berlandaskan etika profesi, kepuasan pelanggan atas penanganan dan pengambilan keputusan dan mencerminkan unit sosio ekonomi yang berdasarkan hasil diagnosis gejala penyakit yang mandiri. Hasanbasri dialami pasien. Menurut Koeshartono (2000), (2007), sebuah rumah sakit dalam pelayanan dengan banyaknya hal yang harus diperhatikan kesehatannya baik itu dalam instalasi rawat inap dalam proses diagnosis pasien maka dokter IGD maupun instalasi rawat jalan, sangat didukung harus memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi Menurut Ritonga dan 1 agar dapat menentukan penanganan yang tepat terlebih dahulu. Informasi tersebut dalam hal ini dan cepat untuk setiap pasien. berupa informasi tentang gejala penyakit pasien, Namun tidak adanya standar medis dan dukungan informasi lain yang memadai dan setelah itu baru dapat ditarik kesimpulan akhir berupa usulan penanganan lanjutan pasien. Dengan mudah diakses menyebabkan dokter kesulitan adanya penerapan aplikasi penanganan Sistem Informasi Diagnosis Gejala Penyakit lanjutan pasien dengan cepat, tepat dan tidak Pasien Menggunakan Rule Based System Pada subyektif. Maka untuk membantu dokter dalam Unit IGD Jember Klinik ini diharapkan dapat mendapatkan tepat, mengatasi permasalahan yang ada. Sistem ini dibuatlah sistem informasi untuk mendiagnosis juga diharapkan dapat memberikan kemudahan gejala penyakit pasien menggunakan Rule Based dalam pengaksesan informasi bagi manajemen System. rumah sakit untuk mengambil keputusan dalam dalam mengambil hasil Dalam keputusan diagnosis melakukan yang diagnosis, dokter pengembangan unit IGD. membutuhkan data pasien dan arsip rekam medik pasien yang mudah untuk diakses. Pengelolaan LANDASAN TEORI data yang masih dilakukan secara manual dapat Diagnosis Gejala Penyakit Pasien pada Unit menyebabkan penanganan pasien lebih lambat IGD karena perawat harus memilah-milah arsip Menurut Sunarto (2008: 103), diagnosis dokumen pasien terlebih dahulu. Pengelolaan adalah simpulan dari analisis atas keseluruhan data yang tidak terintegrasi juga membuat data atau bukti yang telah diperoleh. Seorang masing-masing bekerja dokter tidak boleh menegakkan diagnosis tanpa dengan lebih efektif. Hal tersebut mengakibatkan bukti atau data yang akurat dan dapat diandalkan. banyak proses yang membutuhkan akumulasi Dalam pengumpulan data, pemeriksa harus data seperti proses pembuatan laporan masih mencari semua data subjektif dan data objektif dilakukan secara manual dan membutuhkan yang diperlukan untuk memecahkan masalah. bagian tidak dapat Sebuah gejala atau symptom merupakan waktu yang lama. Dengan dibuatnya sistem ini, dapat keluhan, sinyal dari penyakit, penyakit, cedera mengambil atau bahwa terdapat sesuatu yang tidak berjalan keputusan penanganan lanjutan bagi pasien. dengan baik di dalam tubuh. Maka yang Menurut Suparman (1991: 90), dari banyaknya dimaksud dengan diagnosis gejala penyakit kriteria pemeriksaan gejala penyakit pasien, pasien adalah simpulan dari analisis atas keluhan maka penalaran menggunakan Rule Based System yang dialami oleh pasien. Gejala-gejala tersebut dengan metode forward chaining merupakan dapat diketahui oleh dokter dan perawat dengan pilihan yang terbaik. Hal tersebut dikarenakan melakukan pemeriksaan kondisi tubuh pasien dan forward chaining dapat bekerja lebih baik dengan juga melakukan anamnesa pasien. Dari data permasalahan yang membutuhkan informasi pemeriksaan membantu dokter IGD dalam dan anamnesa tersebut dapat 2 menentukan penanganan lanjutan yang tepat membutuhkan beberapa data inputan, diantaranya untuk pasien. Gambaran alur ruang penanganan adalah data hasil pemeriksaan penunjang, data pasien pada IGD rumah sakit Jember Klinik hasil penanganan gawat darurat, data rekam dapat dilihat pada Gambar 1. medik pasien dan data pasien. Dari data-data tersebut proses diagnosis akan menghasilkan usulan penanganan lanjutan pasien. DESAIN SISTEM Gambar 1 Alur Ruang Penanganan Pasien IGD Gambar 2 Alur Proses Penanganan Pasien IGD Berdasarkan Gambar 1 tersebut, proses Gambar 2 merupakan alur dari proses diagnosis gejala penyakit pasien digunakan untuk penanganan pasien IGD. Proses penanganan menentukan penanganan pasien. pasien IGD tersebut dimulai dengan proses Penanganan lanjutan tindakan registrasi pasien yang kemudian dilanjutkan penanganan yang dilakukan oleh unit lain pasca dengan proses anamnesa dan triage. Proses pasien ditangani di ruang penanganan IGD. registrasi dilakukan petugas administrasi IGD, Penanganan lanjutan menurut Oman, dkk (2002: sedangkan proses triage dan anamnesa dilakukan 71), berguna untuk memberikan kemudahan bagi oleh petugas perawat IGD. Setelah proses-proses pasien tentang perawatan pasca gawat darurat, tersebut selesai, dokter IGD memeriksa pasien seperti pengaturan rawat inap pasien dan untuk melihat perkembangan kondisi kesehatan pengaturan tentang konsultasi lanjutan dengan pasien. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dapat dokter spesialis. Selain itu, penanganan lanjutan ditentukan penanganan gawat darurat untuk juga berguna untuk menghindari terjadinya kondisi pasien. lanjutan merupakan kunjungan berulang ke IGD. Adanya kunjungan Setelah kondisi gawat darurat pasien berulang pada unit IGD merupakan suatu ditangani oleh petugas perawat IGD, dokter IGD masalah yang kontroversial, walaupun alasan melakukan pasien untuk melakukan kunjungan berulang penanganan lanjutan pasien pasca gawat darurat. tersebut tidak selalu sama (Oman, dkk, 2002: 76). Penanganan lanjutan berfungsi untuk menjaga Proses diagnosis gejala penyakit pasien kondisi kesehatan pasien agar tidak memburuk untuk menentukan penanganan lanjutan ini diagnosis untuk menentukan setelah mengalami kondisi gawat darurat. 3 Setelah Data inputan untuk proses diagnosis sistem menghasilkan usulan tersebut adalah data gejala penyakit pasien yang penanganan lanjutan, dokter IGD menentukan diperoleh dari data pasien, data rekam medik penanganan lanjutan pasien. Hasil diagnosis pasien, data hasil pemeriksaan penunjang pasien gejala penyakit pasien yang dihasilkan oleh dan data hasil penanganan pasien. Hasil output sistem digunakan sebagai anjuran untuk dokter dari proses diagnosis tersebut dapat membantu IGD dalam menentukan penanganan lanjutan dokter dalam menentukan penanganan lanjutan yang tepat untuk pasien. Diagram alir proses yang tepat untuk pasien. diagnosis gejala penyakit pasien menggunakan Setelah diputuskan penanganan lanjutan untuk pasien, petugas perawat IGD mencatat Rule Based System dengan metode forward chaining dijelaskan pada Gambar 3. penanganan yang telah dilakukan terhadap pasien di unit IGD pada nota penanganan. Dari nota penanganan, petugas kasir IGD dapat menghitung total transaksi penanganan pasien. Dalam proses diagnosis gejala penyakit pasien menggunakan Rule Based System dengan metode forward chaining, data yang dibutuhkan adalah data pasien, data rekam medik pasien, data hasil pemeriksaan penunjang pasien dan data hasil perawatan pasien. Setelah kondisi gawat darurat pasien ditangani, data-data tersebut dapat digunakan untuk menentukan penanganan lanjutan pasien. Penentuan penanganan lanjutan pasien IGD dapat menghasilkan jenis penanganan Gambar lanjutan sebagai berikut: 1. Pasien diperbolehkan melakukan kontrol pulang, berobat tanpa jalan di Desain arsitektur yang dapat dilihat pada poliklinik. 2. 3.Diagram Alir Proses Diagnosis Menggunakan Rule Based System Dengan Metode Forward Chaining Pasien diperbolehkan pulang, dan dianjurkan Gambar 4, menjelaskan bahwa sebuah proses melakukan diagnosis membutuhkan data gejala penyakit kontrol berobat jalan di poliklinik. pasien, identitas pasien, data rekam medik pasien, 3. Pasien dianjurkan untuk dirawat inap. hasil perawatan pasien dan hasil pemeriksaan 4. Pasien dianjurkan untuk dirawat di ruang penunjang pasien. Setelah data-data tersebut ICU/ICCU. diperoleh, maka sistem mencocokkan dengan Pasien dianjurkan untuk dioperasi. premis-premis rule yang tersedia. 5. 4 Setelah premis dicocokkan, proses Dari context diagram tersebut, dapat diagnosis gejala penyakit pasien menggunakan diuraikan menjadi DFD level 0 seperti pada Rule Based System dengan metode forward Gambar 6. Dalam diagram level 0 tersebut, chaining dapat dilakukan. Proses diagnosis gejala sistem diagnosis gejala penyakit pasien pada IGD penyakit pasien tersebut dapat menghasilkan terdiri atas 3(tiga) proses, yaitu proses mengolah usulan penanganan lanjutan yang sesuai dengan data awal, proses pelayanan pasien dan proses rule untuk penanganan pasien pasca penanganan pembuatan laporan. gawat darurat. Proses mengolah data awal tersebut berfungsi untuk pengolahan data master sistem. Pengguna sistem dapat menambah, menghapus serta merubah data-data master yang ada sesuai dengan kebutuhan. Proses pelayanan pasien berfungsi ketika pasien tiba di rumah sakit, Gambar 4 Desain Arsitektur Proses Diagnosis Gejala Penyakit Pasien sehingga dilakukan proses pelayanan untuk DFD pada Gambar 5 adalah DFD context proses pembuatan laporan berfungsi sebagai diagram yang merupakan sebuah konsep dari pengolah data-data yang dapat menghasilkan sistem informasi diagnosis gejala penyakit laporan untuk kepala IGD dan kepala RS. menangani pasien. Untuk proses terakhir, yaitu 1 pasien. Dalam context diagram tersebut terdapat 11 dt Parameter dt Kota Wilayah dt Parameter 17 3(tiga) entitas eksternal yang berhubungan Parameter Data Penanganan Lanjutan Kota Wilayah Jenis Pembayaran 22 dt Jenis Pembayaran dt Perusahaan Rekanan dt Penanganan Lanjutan Perusahaan Rekanan 9 dt Perusahaan Rekanan 16 dt Perawatan Data Perawatan 7 Login Mengolah Data Awal dt Premis 12 Premis 13 Rules Diagnosis dt Premis Data Dokter Poliklinik 18 Status Pembayaran dt Status Pembayaran dt Login dt Login pasien, kepala IGD dan kepala RS. Di dalam 8 dt Status Pembayaran dt Perawatan dengan sistem. Entitas-entitas tersebut adalah dt Rules Diagnosis dt Rules Diagnosis 15 dt Dokter Poliklinik dt Gejala Umum context diagram juga terdapat 2(dua) entitas 20 10 Data Obat + 14 internal yang termasuk di dalam sistem. Entitas Data Gejala Umum Data Pemeriksaan Penunjang Data Ruang ICU ICCU 21 Data Ruang Inap dt Gejala Umum Data Ruang ICU ICCU dt Ruang ICU ICCU Pasien tersebut adalah petugas IGD dan dokter spesialis 3 Data Ruang Inap Data Gejala Umum dt Ruang Inap Pasien dt Dokter Poliklinik Data Perawatan sebagai pakar. 23 dt Kota Wilayah dt Jenis Pembayaran dt Penanganan Lanjutan 19 Data Pemeriksaan Penunjang Data Jadwal Operasi Data Jadwal Operasi Data Obat dt Jadwal Operasi Pasien Rules Diagnosis 0 [Identitas Pasien] Pasien Status Pembayaran [Total Tagihan Biaya] Perusahaan Rekanan [Data Pembayaran] Pelayanan Pasien Jenis Pembayaran [Nota Pembayaran] Identitas Pasien Data Kota Wilayah 1 Pasien Total Tagihan Biaya Data Pasien dt Pasien dt Pasien Penunjang dt Pasien Kriteria Pemiilihan Laporan Data Pasie 2 Data Pembayaran Kriteria Pemilihan Laporan Data Penanganan Sistem Informasi Diagnosis Nota PembayaranGejala Penyakit Pasien Kriteria Pemilihan Laporan Data Pembayaran Rekam Medik Pembayaran Pasien dt Rekam Medik dt Obat Pasien 4 Obat Pasien dt Obat Pasien dt Perawatan Pasien + dt Pembayaran Pasien dt Perawatan Pasien Kriteria Pemilihan Laporan Pasien Pemeriksaan Penunjang dt Pasien Penunjang dt Rekam Medik 6 3 5 Perawatan Pasien 4 Data Perawatan Pasien Data Pembayaran Pasien Lap Operasional IGD [Kriteria Pemilihan Laporan Data Pembayaran] Data Rekam Medik + [Kriteria Pemiilihan Laporan Data Pasien] Pembuatan Laporan Data Pasien [Kriteria Pemilihan Laporan Data Penanganan] [Lap Operasional IGD] Kepala RS Lap Data Pasien IGD Kepala IGD Lap Data Pembayaran Pasien IGD Lap Data Penanganan Pasien IGD Gambar 5.DFD Context Diagram Sistem Informasi Diagnosis Gejala Penyakit Pasien pada IGD Rumah Sakit Jember Klinik [Kriteria Pemilihan Laporan] + Kepala RS [Lap Data Pasien IGD] Kepala IGD [Lap Data Perawatan Pasien IGD] [Lap Data Pembayaran Pasien IGD] Gambar 6 DFD Level 0 Sistem Informasi Diagnosis Gejala Penyakit Pasien pada IGD Rumah Sakit Jember Klinik 5 Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat HASIL DAN PEMBAHASAN tampilan form diagnosis dengan studi kasus 1 Fitur Dasar Sistem Fitur-fitur dasar yang terdapat dalam pada Gambar 7, sedangkan untuk pesan informasi sistem yaitu tambah data, ubah data, simpan data, data hasil diagnosis tersimpan ke dalam database hapus data dan juga tampil data dapat berjalan dapat dilihat pada Gambar 8. dengan sebagaimana mestinya. Pada fitur tambah data, data-data baru yang telah diinputkan pengguna dapat ditambahkan ke dalam database. Untuk fitur ubah data digunakan untuk menyimpan perubahan data yang dilakukan ke dalam database, sedangkan fitur simpan data untuk menyimpan data Gambar 7 Form Diagnosis Pasien Studi Kasus 1 tambahan ke dalam database. Hapus data merupakan fitur untuk menghapus data di dalam database, sedangkan tampil data untuk menampilkan data-data yang telah tersimpan di dalam database. Studi Kasus Untuk menentukan usulan penanganan Gambar 8 Menunjukkan Hasil Diagnosis Pasien Telah Tersimpan lanjutan pasien menggunakan Rule Based System dengan metode forward chaining, dapat dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan yang telah disediakan sistem untuk mendapatkan kesimpulan yang diharapkan. Contoh data yang digunakan adalah seperti pada Tabel 1 dan Tabel Berdasarkan pada penelusuran yang dilakukan, dapat dilihat bahwa kesimpulan yang dihasilkan oleh aplikasi telah sesuai dengan kesimpulan yang ada pada Tabel 1, yaitu penanganan lanjutan yang dianjurkan adalah rawat inap. Contoh hasil konsultasi pasien untuk 2. studi kasus 1 dapat dilihat pada Gambar 9. Tabel 1 Studi Kasus 1 Gejala Pasien Gejala : Demam P1 P2 P3 P4 P5 P6 T T T T T T Kesimpulan : Rawat Inap DS : Terjadi infeksi atau drug induced fever C : Dianjurkan untuk rawat inap untuk diperiksa lebih detil kemungkinan infeksinya dapat berubah menjadi Tb atau Hepa. Lakukan cek darah, uji serologis, rontgen toraks, urine dan fungsi hati. Gambar 9 Form Laporan Hasil Konsultasi Studi Kasus 1 6 Tabel 2 Studi Kasus 2 Gejala Pasien Gejala : Demam P1 P2 P3 P4 P5 P6 Y Y Y Y Y Y Kesimpulan : Rawat Inap DS : Gejala DB C : Pasien tidak dapat berobat jalan karena kondisi pasien akan semakin buruk jika kembali ke lingkungan tempat tinggalnya. Sistem imun pasien harus diperbaiki terlebih dulu dengan penanganan rawat inap. Lakukan cek trombositopenia, hematocrit dan hemostasis jika terjadi pendarahan. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat Gambar 12 Form Laporan Hasil Konsultasi Studi Kasus 2 SIMPULAN tampilan form diagnosis dengan studi kasus 2 Setelah dilakukan analisis, perancangan pada Gambar 10, sedangkan untuk pesan sistem dan pembuatan aplikasi Sistem Informasi informasi data hasil diagnosis tersimpan ke Diagnosis Gejala Penyakit Pasien Menggunakan dalam database dapat dilihat pada Gambar 11. Rule Based System Pada Pasien IGD ini, serta dilakukan evaluasi hasil penelitiannya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Penerapan Rule Based System dalam Sistem Informasi Diagnosis Gejala Penyakit Pasien Pada Unit IGD terbukti dapat mendiagnosis Gambar 10 Form Diagnosis Pasien Studi Kasus 2 gejala penyakit yang dialami oleh pasien. 2. Sistem Informasi Diagnosis Gejala Penyakit Pasien Pada Unit IGD Rumah Sakit Jember Klinik mampu mengintegrasikan data di seluruh bagian yang terkait. Sistem informasi ini juga dapat memberikan usulan penanganan lanjutan pasien berupa, jenis Gambar 11 Menunjukkan Hasil Diagnosis Pasien Telah Tersimpan penanganan lanjutan, diagnosis sementara dan keterangan untuk penanganan lanjutan pasien. Berdasarkan pada penelusuran yang dilakukan, dapat dilihat bahwa kesimpulan yang 3. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, dihasilkan oleh aplikasi telah sesuai dengan ditemukan bahwa aplikasi menggunakan kesimpulan yang ada pada Tabel 2 yaitu metode forward chaining dalam proses penanganan lanjutan yang dianjurkan adalah diagnosis gejala penyakit pasien. rawat inap. Contoh hasil konsultasi pasien untuk studi kasus 2 dapat dilihat pada Gambar 12. 4. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, ditemukan bahwa aplikasi tidak mengatur tentang tanggal pengadaan dan tanggal batas 7 akhir penggunaan untuk produk dan obat DAFTAR PUSTAKA IGD. Aplikasi juga tidak menghitung jumlah Koeshartono, 2000, Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) Untuk Perawat, RSUD Dr. Soetomo/ Fakultas Kedokteran Unair, Surabaya. persediaan akhir produk dan obat IGD. 5. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, ditemukan bahwa aplikasi tidak mengatur pengelolaan untuk data master unit instalasi rawat jalan (poliklinik), unit penunjang medik, unit apotik, unit ruang operasi dan unit ICU/ICCU. 6. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, ditemukan bahwa aplikasi hanya dapat menangani pasien IGD rawat jalan. Oman, Kathleen S., Jane Koziol-McLain dan Linda J. Scheetz, 2008, Panduan Belajar Keperawatan Emergensi, EGC, Jakarta Ritonga, Hurhidayah A. dan Mubasysyir Hasanbasri, 2007, Manajemen Unit Gawat Darurat pada Penanganan Kasus Kegawatdaruratan Obstetri di Rumah Sakit Umum Tengku Mansyur Tanjung Balai, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta : Working Paper Series, 13(first draft), hal.1-10. Sunarto, 2008, Diagnosis Klinis Awal, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. SARAN Adapun beberapa saran yang dapat Suparman, 1991, Artificial Intelligence, Andi Offset, Yogyakarta. disampaikan untuk mengembangkan aplikasi yang telah dibuat adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan sistem dengan menggunakan atau menambahkan metode selain forward chaining untuk proses diagnosis gejala penyakit pasien. 2. Pengembangan sistem dengan menambahkan transaksi untuk mengatur pengadaan produk dan obat IGD. 3. Pengembangan sistem yang terintegrasi antar semua bagian di rumah sakit sehingga proses bisnis yang terjadi dapat lebih efektif dan efisien. 4. Pengembangan sistem dengan menambahkan transaksi untuk mengatur penanganan pasien IGD rawat inap. 5. Pengembangan sistem juga dapat dilakukan dengan menambahkan hasil diagnosis berupa terapi dan pengobatan untuk pasien setelah dokter IGD menentukan penanganan lanjutannya. 8